• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PELATIHAN SPIRITUAL TOUR GUIDE DI KAWASAN PURA PULAKI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PELATIHAN SPIRITUAL TOUR GUIDE DI KAWASAN PURA PULAKI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

i

LAPORAN AKHIR

PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MELALUI PELATIHAN SPIRITUAL TOUR GUIDE DI KAWASAN PURA PULAKI

Oleh:

Putu Eka Dambayana Suputra, S.Pd., M.Pd. (Ketua) NIDN 0014117808

Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A. (Anggota) NIDN 0026066203

I Made Suta Paramarta, S.Pd.,M.Hum. (Anggota) NIDN 0031127106

Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha

dengan SPK Nomor: 023.04.2.552581/2013 revisi 2 tanggal 01 Mei 2013

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

(2)

i

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Program : Pemberdayaan Masyarakat melalui Pelatihan Spiritual Tour Guide di Kawasan Pura Pulaki 2.. Ketua Pelaksana 3. 4. a.Nama Lengkap b.Jenis Kelamin c.NIP c. d.Disiplin Ilmu

d. e.Pangkat dan Golongan e. f.Jabatan f. g.Fakultas/Jurusan g. h.Alamat i.Telp/Faks/Email h. j.Alamat Rumah k.Telp/Faks/Email i.

Jumlah Anggota Pelaksana Lokasi Kegiatan

a.Nama Desa b.Kecamatan c.Kabupaten/Kota d.Propinsi

Jumlah Biaya Kegiatan Lama Kegiatan : : : : : : : : : : : : : : : :

Putu Eka Dambayana S, S.Pd., M.Pd Laki-laki

197811142008121002

Pendidikan Bahasa (Sastra) Inggris Penata Muda/ III/a

-

FBS/ Pendidikan Bahasa Inggris

Kampus Bawah Undiksha/ Jl. Achmad Yani 67 Singaraja-Bali

(0362)21541

Mess SD No 5 Kampung Baru, Singaraja ekadambayana@gmail.com 2 orang Banyupoh Gerokgak Buleleng Bali Rp 7.500.000.

8 bulan (Maret – Oktober 2013)

Mengetahui,

Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A. NIDN: 0026066203

Singaraja, 6 Nopember 2013 Ketua Pelaksana

Putu Eka Dambayana S, S.Pd., M.Pd. NIDN: 0014117808

Menyetujui, Ketua LPM UNDIKSHA

Prof. Dr. Ketut Suma, M.S. NIDN: 0001015913

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji Syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas Asung Kertha Wara Nugraha Beliau sehingga Program dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.

1. Putu Sukerata selaku Perbekel desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng,

2. Staff kantor desa Banyupoh yang telah membantu terlaksananya program, 3. Mitra peserta pelatihan Desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten

Buleleng.

4. Pramuwisata lokal di Kawasan Pura Pulaki yang telah bersedia berbagi pengetahuan dan pengalaman pada saat pelatihan.

Dalam kesempatan ini, kami juga menyampaikan penghargaan kepada Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A., I Made Suta Paramartha, S.Pd., M.Hum, dan rekan panitia pelatih dan pendamping yang telah membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan.

Program Pemberdayaan Masyarakat melalui Pelatihan Spiritual Tour Guide di Kawasan Pura Pulaki merupakan pengabdian kepada masyarakat Undiksha dalam rangka menunjang wisata spiritual di Kabupaten Buleleng dan sekaligus sebagai modal dasar dalam melestarikan agama dan budaya warisan leluhur, khususnya di kawasan Pura Pulaki.

Program yang kami selenggarakan telah diupayakan seoptimal mungkin. Namun jika masih ada yang perlu diperbaiki, saran dan masukan yang membangun sangat diperlukan demi penyempurnaan kegiatan yang serupa di masa yang akan datang. Semoga bermanfaat bagi seluruh umat. Terima kasih. Om Santhi, Santhi, Santhi, Om

Nopember 2013 Ketua,

(4)

iii DAFTAR ISI

JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

I.PENDAHULUAN ... 1

II.METODE PELAKSANAAN KEGIATAN……….. 6

III.PEMBAHASAN ... 7

IV.SIMPILAN DAN SARAN ... 17 DAFTAR PUSTAKA

(5)

1 I. PENDAHULUAN

Buleleng sebagai salah satu kabupaten di provinsi Bali memiliki potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang memadai. Beberapa potensi SDA dan SDM telah diupayakan pengembangannya oleh pemerintah daerah beserta masyarakat guna meningkatkan taraf hidup masyarakat secara umum.

Potensi sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Buleleng meliputi potensi bahari/ kelautan mengingat 1/3 garis pantai pulau Bali beserta kekayaan sumber daya alamnya berada di kabupaten ini. Potensi laut di Kabupaten Buleleng meliputi wilayah pantai yang paling luas di Bali, pemandangan alam bawah laut memukau dengan terumbu karang yang dihuni oleh berbagai jenis biota laut, dan berbagai jenis hasil laut meliputi berbagai jenis ikan segar; rumput laut; kerang; tiram. Potensi laut ini dapat ditemukan di sepanjang garis pantai di Kabupaten Buleleng. Gerokgak, Seririt, Banjar, Buleleng, Sawan, Kubutambahan, dan Tejakula adalah kecamatan-kecamatan yang memiliki potensi bahari dimaksud.

Agrobisnis juga merupakan potensi yang cukup menjanjikan karena produk pertanian dan perkebunan di Kabupaten Buleleng, yang memiliki luas lahan hampir 1/3 luas wilayah pulau Bali, cukup berlimpah dan beragam. Kopi Banyuatis, durian desa Bestala, cengkeh di daerah pegunungan Pancasari dan Tajun, dan Beras Sudaji adalah beberapa contoh produk unggulan di Kabupaten ini yang sering di kirim ke luar pulau atau daerah.

Seni dan budaya juga merupakan potensi yang tak ternilai harganya. Terdapat beragam jenis kesenian dan kebudayaan di Kabupaten Buleleng yang tersebar di sembilan Kecamatan. Seni tari dan tabuh tersebar di wilayah Kecamatan Buleleng, Gerokgak, Seririt, Banjar, Sawan, Kubutambahan, dan Tejakula. Kerajinan tanah liat berkembang di desa Banyuning, Kecamatan Buleleng. Kerajinan perak dan ukir dapat dijumpai di wilayah Kecamatan Banjar dan Sukasada. Seni lukis kaca merupakan keahlian sebagian besar masyarakat desa Nagasepaha di Kecamatan Sukasada.

Potensi lain yang sedang terus diupayakan perkembangannya adalah potensi jasa pariwisata. Potensi pariwisata di kabupaten Buleleng cukup bersaing

(6)

2

dengan kabupaten-kabupaten lainnya di Bali mengingat kekhasan Buleleng sebagai tempat relaksasi dan peristirahatan bagi wisatawan, khususnya wisman. Mereka memilih Buleleng sebagai tempat beristirahat karena suasana di kabupaten ini relatif sepi, nyaman dan tenang. Tersedianya beberapa objek wisata menarik seperti Air Panas Banjar, Air Terjun Gitgit, Wahana golf dan relaksasi Bali Handara Pancasari, Pura Pulaki, Pura Ponjok Batu Kubutambahan juga menambah antusiasme wisman untuk berkunjung. Kenyamanan juga mereka rasakan dengan tersedianya berbagai pilihan sarana dan prasarana akomodasi meliputi: vila, bungalow, dan hotel yang tersebar dari timur ke barat. Sarana transportasi udara dengan pesawat berbadan relatif kecil sampai sedang juga sudah tersedia bagi wisatawan dengan beroperasinya bandara Letkol Wisnu di kecamatan Gerokgak.

Tempat-tempat meditasi dan tempat suci atau pura yang merupakan bagian dari Kahyangan Jagat dan Sad Kahyangan dapat pula dikunjungi di kabupaten ini. Pura Segara Rupek, Pura Pulaki, Pura Kerta Kawat, Pura Melanting, Pura Pucak, Pura Madue Karang, Pura Puncak Sinunggal, dan Pura Ponjok Batu adalah sebagian Pura yang bisa dikunjungi oleh wisatawan yang tertarik pada bidang spiritual di Buleleng. Di Bali terdapat kurang lebih 9 Kahyangan Jagat, 714 Sad Kahyangan, dan 4362 Kahyangan Tiga. Total jumlah pura umum sebanyak 5.259 pura. Jumlah ini belum termasuk tempat pemujaan roh-roh suci leluhur yang disebut Pura Pedadyan di masing-masing kelompok keluarga masyarakat Hindu di Bali (Ardana, 2000) dan beberapa pura yang baru diketahui keberadaannya pada 5 tahun terakhir.

Disadari atau tidak, usaha wisata di Kabupaten Buleleng berkembang dengan cukup baik. Terbukti dengan adanya kunjungan wisatawan lokal dan manca negara ke beberapa objek wisata, restauran, dan hotel-hotel yang ada di beberapa kawasan wisata di Buleleng setiap bulan Juli sampai Desember tiap tahunnya. Mereka datang dalam jumlah besar, baik individu maupun kelompok, terutama pada hari-hari besar atau libur dan perayaan-perayaan tertentu dengan motivasi berwisata yang beragam.

Terkait dengan motivasi berwisata, telah terjadi pergeseran dari wisata refreshing atau hiburan menjadi wisata budaya dan bahkan wisata spiritual. Hal

(7)

3

ini tidak bisa dipungkiri karena semakin banyak wisatawan yang mulai bosan dengan paket-paket wisata yang hanya menawarkan hingar-bingar, kemewahan, dan keindahan. Mereka, dewasa ini, cenderung mulai menikmati tawaran wisata yang menawarkan jenis-jenis terapi, meditasi, kunjungan ke situs-situs sejarah/purbakala, kunjungan ke daerah-daerah tempat penduduk asli bermukim, menyaksikan upacara-upacara keagamaan, kunjungan ke tempat-tempat suci guna memperoleh informasi yang akurat dan tepat, mempelajari sejarah dan budaya, memperoleh ketenangan, kenyamanan, dan keharmonisan pikiran, jiwa, dan raga. Wisata semacam ini dikenal dengan istilah Wisata Spiritual atau Spiritual Tour Guide yang bisa juga dilakukan di Buleleng.

Namun sangat disayangkan, masyarakat lokal asli yang tahu seluk beluk tentang tempat tujuan wisata tertentu terkendala dalam memberikan informasi yang benar, lengkap, dan tepat kepada wisatawan. Di samping itu pula, mereka mengalami kendala berbahasa asing, utamanya Bahasa Inggris, ketika memandu wisman (wisatawan manca negara). Sering terjadi kesalahpahaman antara mereka dan wisman. Keterbatasan informasi yang mereka miliki karena terbatasnya pengetahuan mereka. Hal ini sangat terlihat ketika wisman mulai bertanya tentang mengapa dan bagaimana (asal-usul, fungsi, dan kegunaan) tempat itu di daerah mereka. Mereka lebih sering menggunakan common sense mereka dalam memberikan keterangan terkait pertanyaan tersebut. Hal ini berdampak pada ketidakpuasan yang dirasakan oleh para wisatawan. Sebagai akibatnya, uang jasa yang mereka terima dalam bentuk tip dirasa tidak sebanding dengan jerih payah mereka dalam melayani wisatawan.

Merujuk pada pentingnya pengembangan jasa pariwisata di wilayah kabupaten Buleleng, khususnya di desa Banyupoh, kecamatan Gerokgak; pentingnya pemberdayaan masyarakat lokal pada situs-situs pura yang menjadi objek wisata spiritual di masa kini dan pada masa mendatang; dan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, keterampilan pemanduan wisata, serta keterbatasan keterampilan berbahasa asing masyarakat lokal di sekitar lokasi objek wisata spiritual, program Pengabdian Pada Masyarakat bertajuk Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Spiritual Tour Guide di Kawasan Pura Pulaki perlu

(8)

4

dilaksanakan. Program serupa juga telah dilaksanakan pada tahun 2010 dan 2011 dengan tujuan yang sama.

Pada periode pertama di tahun 2010, pelatihan diberikan terkait dengan Spiritual Tour Guiding (Pemanduan Wisata Spiritual) tentang pura-pura umum. Pada saat itu, mahasiswa Jurusan Agama Hindu STKIP Agama Hindu Singaraja di Kabupaten Buleleng memperoleh pelatihan guiding dan keterampilan berbahasa Inggris dalam menjelaskan pura-pura umum. Mereka juga mendiskusikan landasan filosofis dan empiris yang terkandung dalam memberikan penjelasan terkait keberadaan masing-masing pura bersama-sama narasumber terkait. Selanjutnya mereka menterjemahkan penjelasan dimaksud, mengemasnya secara singkat dan padat, serta melatihkannnya dalam bentuk simulasi (Nitiasih dkk, 2010).

Merespon permintaan mahasiswa dan pihak pengelola STKIP Singaraja, pada periode ke dua tahun 2011, mahasiswa kembali memperoleh pelatihan spiritual tour guide dengan tema Upakara/ banten. Pada saat pelatihan, mahasiswa disertai narasumber terkait berdiskusi secara aktif dalam mengupas makna, fungsi, dan tata cara upakara/ banten sebagai sarana upacara. Mereka juga membuat berbagai jenis banten yang menjadi dasar upakara yang lebih besar. Setelah itu, mereka menterjemahkan segala penjelasan tentang upakara dimaksud ke dalam Bahasa Inggris serta mencoba menjelaskan makna, fungsi, dan tata cara pembuatan upakara/banten dimaksud pada tahap simulasi (Suputra dkk., 2011).

Tiga bulan setelah pelaksanaan program P2M di STKIP Agama Hindu Singaraja, mahasiswa asal desa Banyupoh menghubungi salah satu tim kami secara personal dan mengajukan permintaan untuk mengadakan pelatihan serupa di desa mereka. Terkait kebermanfaatan yang mereka rasakan setelah pelaksanaan program P2M dimaksud dan keinginan mahasiswa untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan serupa pada generasi muda yang tergabung di dalam Sekaha Teruna Teruni desa Banyupoh, maka kami bersama-sama mahasiswa dan anggota sekeha merancang sebuah program pelatihan dan pendampingan yang kemudian menjadi program Pengabdian Kepada Masyarakat. Program ini juga melibatkan keikutsertaan para pemandu wisata lokal di kawasan Pura Pulaki, khususnya mereka yang telah menjadi pemandu wisata secara

(9)

5

otodidak di beberapa kawasan Pura Pulaki guna memantapkan pengetahuan dan keterampilan mereka sekaligus berbagi pengalaman pemanduan wisata kepada rekan-rekan yang berkeinginan menekuni jasa pemanduan wisata spiritual atau Spiritual Tour Guide.

Secara umum terdapat beberapa permasalahan yang muncul di lapangan meliputi:

1. Mitra memiliki keterbatasan jenis usaha yang bisa dikembangkan di wilayah tersebut. Perdagangan, nelayan atau perburuhan merupakan jenis usaha yang bisa dilakukan oleh masyarakat setempat dengan rata-rata pendapatan yang sangat minim

2. Mitra memerlukan alternatif usaha guna memperbaiki taraf hidup mereka. 3. Mitra tidak memiliki pengetahuan dan pedoman informasi memadai dan

praktis tentang kawasan yang berpotensi pariwisata di wilayah mereka. 4. Mitra memiliki keterbatasan keterampilan pemandu wisata (guiding)

5. Mitra memiliki keterbatasan keterampilan berbahasa asing aktif dan komunikatif dalam memberikan informasi kepada para wisman.

6. Pemandu wisata spiritual yang memadai dari segi bobot pengetahuan atau informasi yang benar dan tepat masih sangat kurang.

Program ini dilaksanakan guna memberikan solusi terhadap masalah butir 3, 4, dan 5. Permasalahan pada butir 1, 2, dan 6 diharapkan akan terselesaikan sebagai dampak ikutan di masa mendatang dari program yang dilaksanakan.

Pada dasarnya, keberadaan mitra, mahasiswa dan rekan-rekan mereka yang tergabung di dalam Sekeha Teruna Teruni, sebagai bagian dari masyarakat lokal sebenarnya sangat penting dalam menjaga pelestarian, pemeliharaan, kebersihan, ketentraman, kenyamanan, dan keamanan lingkungan dan kawasan pura. Mereka juga merupakan sumber daya manusia yang cukup potensial untuk diberdayakan sebagai informan tentang berbagai hal terkait objek wisata alam dan spiritual di masing-masing wilayah termasuk pura, kelompok dan nama pura, dewa-dewi yang berstana di masing-masing pura/ palinggih, hari-hari besar perayaan atau piodalan, dan kultur budaya masyarakat setempat. Mereka juga bisa mewariskan usaha pelestarian kawasan pura kepada generasi muda. Sehingga usaha pelestarian lingkungan dan kawasan pura melalui pelatihan Spiritual Tour

(10)

6

Guide dapat dilaksanakan secara berkesinambungan. Jika masyarakat merasakan manfaat besar dari program ini, mereka akan berusaha untuk melestarikan dan menjaga alam dan kawasan pura dan segala potensi wisata terkait demi kelangsungan dan peningkatan taraf hidup kelompok masyarakat mereka dan anak cucu mereka di masa yang akan datang.

I. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

Bentuk aktivitas menggunakan strategi pelatihan dan pendampingan dengan simulasi (training and simulation = TS). Tahapan-tahapan aktivitas secara umum yaitu: penyemaian informasi (encoding), pengintegrasian informasi menjadi suatu pemahaman (decoding), perekaman informasi (storing), pelatihan informasi melalui simulasi (rehearsal), dan pembelajaran informasi (learning). Seluruh aktivitas tersebut dirancang bersama-sama dan dilakukan dalam situasi informal dengan melakukan pelatihan dan pendampingan terhadap pemuda Hindu yang tergabung di dalam Sekaha Teruna Teruni Desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgak yang berpendidikan setingkat SMP dan SMA/SMK dan atau lulusan SMP serta SMA/SMK atau sederajat yang tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Dalam kegiatan ini, kami dibantu oleh 3 orang sukarelawan yakni rekan mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris DIII yang memiliki pengetahuan cukup dalam dunia pariwisata khususnya jasa pemanduan wisata. Mereka bertugas bersama-sama tutor memberikan penjelasan dalam kegiatan pelatihan serta membantu administrasi dan pemenuhan kebutuhan program.

Rancangan metode pelaksanaan kegiatan ini disusun berdasarkan pemetaan permasalahan yang ada di lapangan dan alternatif solusi yang dirancang bersama-sama pihak sekaha teruna- teruni dan kepala desa beserta jajarannya. Pemetaan permasalahan dan alternatif solusi sebagai berikut

Tabel 1. Peta Masalah dan Pemecahan

Permasalahan Akar Masalah Pendekatan Pemecahan Masalah (Solusi) Tidak mengetahui

informasi dan

keberadaan Pura Pulaki

Keterbatasan

pengetahuan (tatwa) tentang seluk beluk pura

Diberikan informasi memadai tentang Pura Pulaki

(11)

7 secara benar dan tepat

Kurang keterampilan berbahasa asing (Bahasa Inggris) komunikatif dan fungsional

a. Jarang menggunakan b. Pernah belajar tetapi

tidak komunikatif dan fungsional

Pemantapan keterampilan berbahasa asing (Bahasa Inggris) komunikatif dan fungsional

Kurang keterampilan Guiding yang baik dan benar

a. Otodidak

b. Tidak pernah belajar guiding secara khusus

Pembekalan dan pendampingan

keterampilan guiding yang baik dan benar

II. PEMBAHASAN

Secara Geografis, kawasan Pura Pulaki, desa Banyupoh, kecamatan Gerokgak terletak di bagian barat Kabupaten Buleleng, sekitar 36 km dari pusat kota Singaraja. Kawasan Pura Pulaki meliputi Pura Pulaki, Pura Pabean, Pura Kerta Kawat, Pura Melanting, dan Pura Pucak. Pura-pura dimaksud tidak hanya menyimpan misteri sejarah pemerintahan jaman kerajaan masa lampau di wilayah Kabupaten Buleleng pada umumnya, tetapi juga mengandung misteri tentang keberadaan unsur-unsur magis yang dikaitkan dengan mitos dan legenda yang tentu saja mengundang keingintahuan para umat dan wisatawan untuk mengunjungi kawasan ini. Diyakini pula bahwa kawasan pura yang Nyegara Gunung (memiliki letak geografis yang mempertemukan wilayah pegunungan dan laut) ini kaya akan benda-benda suci nan sakral yang sewaktu-waktu bisa diperoleh oleh siapa saja, biasanya berupa batu permata dengan segala bentuk dan kegunaannya. Keberadaan kawasan pura Pulaki dengan segala keunikan fisik dan spiritual di atas merupakan potensi wisata alam dan spiritual yang cukup menjanjikan.

Daerah sebelah selatan wilayah ini ditandai dengan bukit-bukit cadas dengan kawasan hutan vegetasi iklim tropis sedang yang masih asli. Kawasan hutan dihuni oleh ratusan kera yang diyakini sebagai penjaga kawasan Pura Pulaki. Wilayah laut membatasi sepanjang garis sisi utara wilayah ini. Pada musim penghujan suhu rata-rata mencapai 20-24o C. Namun pada musim kemarau, suhu di wilayah ini mencapai 28-32o C. Segala jenis sarana transportasi darat dapat digunakan untuk menjangkau desa Banyupoh. Infrastruktur jalan juga

(12)

8

cukup memadai mengingat jalur jalan di desa ini merupakan jalur jalan propinsi yang menghubungkan Bali dan Jawa melalui pelabuhan Gilimanuk. Dan sejak tahun 2000, bandara Letkol Wisnu yang dimanfaatkan untuk melayani transportasi pesawat terbang bersekala kecil dan menengah dibuka. Sehingga, desa Banyupoh dapat dijangkau dengan transportasi udara. Pada masa sekarang, bandara dimaksud juga difungsikan sebagai pusat pelatihan dan pendidikan calon-calon pilot pesawat komersial.

Masyarakat di kawasan Pura Pulaki, desa Banyupoh tergolong heterogen, mereka terdiri dari masyarakat lokal dan pendatang. Rasio perbandingan masyarakat lokal dan pendatang rata-rata sebesar 3:1. Budaya masyarakat setempat juga dipengaruhi oleh kebudayaan yang dibawa oleh pendatang yang berasal dari luar kecamatan, kabupaten, bahkan luar Bali yang tinggal dan menetap di sekitar kawasan ini. Beberapa etnis budaya yang ada di sekitar masyarakat lokal meliputi Bali, Jawa, Madura, dan Cina. Hal ini terjadi karena posisi desa Banyupoh di kecamatan Gerokgak sangat dekat dengan Pelabuhan Gilmanuk, yang merupakan pelabuhan penyeberangan Jawa-Bali serta akses jalur laut yang begitu terbuka sepanjang bibir pantai. Pendatang dari luar kabupaten berasal dari beberapa kabupaten meliputi kabupaten Jembrana, Tabanan, Karangasem dan Kodya Denpasar.

Sekitar 81,5% masyarakat sekitar Pura Pulaki di desa Banyupoh yang beragama Hindu mengandalkan mata pencaharian mereka sebagai petani anggur, peternak, wiraswasta, pedagang di warung atau pasar tradisional, nelayan dan buruh serabutan karena terkendala tingkat pendidikan dan keterampilan yang kurang memadai. Rata-rata pendapatan yang mereka peroleh tidak lebih dari Rp 17.500- Rp 20.000 setiap harinya. Hanya kurang dari 21% masyarakat berprofesi sebagai pegawai, baik di negeri maupun swasta. Rasio tingkat pendidikan mereka yang meliputi tingkat SD: SMP: SMA/SMK: Perguruan Tinggi sebanyak 52%: 30%: 12%: 6%. Bahkan ada yang sama sekali tidak pernah sekolah atau putus sekolah di tingkat SD. Secara sosial ekonomi, mereka tergolong masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi rata-rata menengah ke bawah.

Kelompok sasaran program adalah pemuda Hindu anggota Sekaha Teruna Teruni Desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgak di kawasan Pura Pulaki yang

(13)

9

sedang dan atau telah mengenyam pendidikan di tingkat SMP dan SMA/SMK yang masih produktif, berumur 12 s/d 21 tahun. Mereka menjadi kelompok sasaran karena mereka memiliki dasar kemampuan rata-rata cukup untuk menerima materi program pelatihan dan pendampingan yang berupa pengayaan informasi Kawasan Pura Pulaki, keterampilan bahasa Inggris tingkat dasar/madya, dan keterampilan pemandu wisata. Disamping itu, mereka juga masih memilki peluang cukup besar untuk mengembangkan karir pada jasa pariwisata dan pemasaran, dalam hal ini produk wisata spiritual.

Jumlah mitra yang diberdayakan sebanyak 40 orang dengan melibatkan 3 orang rekan mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris DIII Undiksha yang telah memiliki keterampilan Bahasa Inggris dan pemanduan wisata yang cukup sebagai mitra pendamping.

Tempat pelatihan adalah di aula desa Banyupoh yang tepat berada di sebelah kantor desa setempat. Kapasitas aula mencapai kurang lebih 500 orang. Namun pada saat kegiatan pengabdian, peserta berjumlah 40 orang.

Oleh karena kendala beban tugas dan admistratif yang dihadapi oleh tim, pelaksanaan kegiatan di lokasi mitra baru bisa dijalankan pada bulan September, tepatnya pada hari Minggu, 8 September 2013, dan dilanjutkaan dengan pendampingan selama 2 hari pada tanggal 9-10 September 2013. Oleh karena itu, kami atas nama tim mohon maaf. Namun demikian, pelaksanan program berjalan lancar dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Pemetaan kegiatan terangkum dalam jadwal pelaksanaan kegiatan sebagai berikut.

Tabel 2. Jadwal Kegiatan Program

Kegiatan Juli Aug Sept Okt Nov Des

Penjajagan / orientasi pelaksanaan Persiapan pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan Menghimpun data Penyusunan laporan Penyerahan laporan

(14)

10

Tahap awal kegiatan dilaksanakan oleh tim melalui penjajagan awal ke lokasi mitra. Konsultasi dan koordinasi juga dilakukan dengan pihak desa Banyupoh, khususnya dengan bapak kepala desa, sekretaris desa, koordinator bidang kesra dan rekan-rekan anggota Sekeha teruna teruni. Rapat-rapat persiapan administrasi dan perencanaan program kegiatan juga dilakukan oleh tim bersama-sama mitra. Ada beberapa poin yang disepakati pada saat itu yakni:

1. Program didukung sepenuhnya oleh Kepala Desa, staff, dan pemuda desa Banyupoh, kecamatan Gerokgak, kabupaten Buleleng.

2. Program diberikan kepada 40 pemuda desa yang memiliki ketertarikan dalam bidang usaha jasa pemandu wisata dan mereka yang telah mengenyam pendidikan di bangku SMP, SMA, SMK, atau yang sederajat. 3. Program dilaksanakan di balai desa Banyupoh, kecamatan Gerokgak,

kabupaten Buleleng, pada hari Minggu, 8 September 2013, pukul 10.00 wita sampai dengan 15.00 wita. Dilanjutkan dengan pendampingan selama 2 hari secara informal pada tanggal 9-10 September 2013 kepada peserta yang masih memerlukan arahan dan bantuan tim dalam memahami informasi/materi yang telah disampaikan serta memantapkan latihan yang mereka sedang jalankan terkait program dimaksud.

4. Pihak desa membantu penyediaan sarana upakara dan melaksanakan upacara di sekitar lokasi pelatihan berupa sesajen pejatian, canang raka, dan canang sari.

Setelah melakukan penjajagan dan koordinasi kepada pihak mitra, tim merencanakan dan menyusun materi kegiatan. Materi kegiatan meliputi pengetahuan umum dan praktis tentang aturan dan tata cara pemanduan wisata, beberapa fungsi dan ekpresi Bahasa Inggris yang sering digunakan di dalam pemanduan wisata, dan informasi tentang Pura Pulaki. Informasi-informasi yang terdapat di dalam materi di peroleh dari internet dan referensi-referensi terkait. Informasi tentang pura juga dimintakan klarifikasi kepada staf desa, pemangku, serta penegemong pura setempat sehingga diperoleh informasi dan data yang sahih atau akurat. Materi kegiatan tersedia di dalam lampiran.

(15)

11

Selain penyusunan materi, tim juga melaksanakan pembagian tugas untuk dapat memberikan pelatihan secara sistematis dan efektif sesuai dengan metode pelaksanaaan kegiatan yang telah dirancang. Tiga orang dosen memberikan materi masing-masing tata cara pemanduan wisata, fungsi dan ekspresi Bahasa Inggris, dan Wawasan tentang Pura Pulaki secara bergantian. Selanjutnya tim bersama-sama 3 orang mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris DIII memberikan pendampingan kepada peserta pelatihan selama masa pelatihan berlangsung.

Seperti yang tersirat di dalam pendahuluan maupun metode kegiatan di atas, Bentuk aktivitas menggunakan strategi pelatihan dengan simulasi (training and simulation = TS). Strategi ini dilakukan agar mitra langsung melatihkan dan merasakan pengalaman pemanduan secara optimal. Pemberian penjelasan dasar-dasar pemanduan dan teori terkait serta keterampilan Bahasa Inggris diberikan sebesar 30%. Sisanya (70%) digunakan untuk latihan dan simulasi.

Tahapan-tahapan aktivitas secara umum yaitu: penyemaian informasi (encoding), yakni tahap pemantapan pengetahuan konsep tentang keberadaan pura secara filosofis, empiris, dan geografis. Informasi tentang pura diperoleh dari beberapa situs di internet dan didiskusikan kebenarannya lebih lanjut dengan pihak aparat desa, pemangku, dan pengempon pura setempat sehingga diperoleh informasi dan data yang akurat mengenai keberadaan pura. Informasi ini selanjutnya dijadikan bahan di dalam pelatihan dimaksud. Pembekalan tentang Pura Pulaki diberikan oleh anggota tim 1.

Informasi akurat tentang Pura Pulaki juga diberikan kepada peserta pelatihan guna memberikan wawasan dan pengetahuan yang tepat tentang keberadaan pura terkait lokasi, fungsi, struktur, dan sejarah pura dimaksud. Hal ini sangat berguna untuk mereka dalam memberikan penjelasan kepada wisatawan yang ingin mengetahui seluk beluk pura secara detail, benar, dan tepat. Pada awal kegiatan, para peserta memberikan informasi yang bervariasi tentang Pura Pulaki kepada tim panitia. Hal ini mebuktikan bahwa mereka belum memiliki wawasan dan pengetahuan yang sama tentang keberadaan Pura Pulaki. Prosentase pengetahuan peserta tentang Pura Pulaki pada awal kegiatan adalah 56%. Ini menunjukkan prosentase yang cukup, namun beberapa informasi tentang Pura Pulaki yang sebelumnya salah perlu diluruskan guna memantapkan pengetahuan

(16)

12

peserta tentang Pura Pulaki. Materi terkait keberadaan pura, yang sebelumnya telah mengalami penyesuaian dan pendalaman berdasarkan informasi pihak desa; pemangku; dan pangemong pura, kemudian dibagikan kepada setiap peserta.

Selain itu, keterampilan pemanduan dengan bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris dilatihkan dengan memberikan beberapa informasi praktis tentang jasa pemanduan guna memberikan wawasan tentang aturan dan tata cara pemanduan yang baik. Pemberian materi terkait disampaikan oleh ketua tim. Pembekalan diawali dengan menayangkan 3 buah video berisikan pemanduan wisata di Bali yang dilakukan oleh 2 orang asing, penutur asli Bahasa Inggris, dan 1 orang lokal Bali yang masing-masing berdurasi 7-8 menit. Kemudian peserta diminta untuk mendengarkan intisari informasi yang ada di dalam video, termasuk komponen-komponen penting yang perlu disampaikan ketika memberikan pemanduan wisata tentang tempat, acara, budaya tertentu. Kesempatan diskusi kemudian dibuka untuk menampung beberapa pertanyaan peserta pelatihan. Secara umum mereka mampu memahami inti informasi yang disampaikan di dalam 3 video yang ditayangkan.. setelah sesi diskusi, para pemandu lokal kawasan Pura Pulaki pada kesempatan itu juga diberikan waktu untuk menyampaikan pengalaman mereka dalam guiding yang dapat memberikan gambaran nyata tentang pemanduan wisata khususnya wisata spiritual atau Spiritual Tour Guide di kawasan Pura Pulaki kepada rekan-rekan mereka. Dari penjelasan mereka, ada tiga hal yang perlu peserta pelatihan lakukan untuk mampu menjalani profesi sebagai pemandu wisata yakni memilki informasi lengkap tentang objek wisata, memiliki keterampilan bahasa yang memadai dan fungsional (dimengerti oleh kedua belah pihak walaupun terkadang struktur kalimat tidak sesuai dengan kaidah bahasa target), dan mampu mengetahui karakteristik wisman yang dipandu secara tepat yang nantinya berpengaruh pada jenis pelayanan yang diberikan kepada mereka.

Informasi tata cara pemanduan wisata ini penting diberikan kepada mitra karena sebelum menjadi seorang pemandu wisata, mereka seharusnya mengetahui beberapa tata cara yang baik dan benar untuk menjadi seorang pemandu wisata, khususnya pengetahuan tentang etika memandu wisatawan. Pembekalan tentang materi pemandu wisata juga menimbulkan kesadaran peserta pelatihan tentang

(17)

13

peran penting jasa pemandu wisata dalam memberikan informasi yang tepat dan benar tentang suatu kawasan wisata, memasarkan potensi-potensi wisata yang ada di daerah mereka selain wisata spiritual, dan menjaga kelestarian dan kesakralan kawasan wisata terkait karena mereka memperoleh manfaat, khususnya manfaat ekonomi, dengan menjaga kelestarian situs pura, budaya, maupun potensi-potensi lainnya. Informasi pemandu wisata juga menggugah sebagian besar peserta untuk mencoba menekuni bisnis jasa pemandu wisata di kawasan wisata spiritual Pura Pulaki. Hal ini berarti bahwa, pembekalan pengetahuan dan informasi terkait telah dapat memberikan potensi alternatif usaha kepada peserta yang pada saat pelaksanaaan program berprofesi sebagai buruh, petani, nelayan, pedagang batu bertuah, dan distributor pangan. Rekan-rekan yang telah menekuni jasa pemanduan wisata juga memperoleh wawasan tentang tata cara yang benar dan etika terkait sehingga nantinya mereka mampu memberikan pelayanan terbaik kepada wisman yang memerlukan informasi dan arahan dari mereka.

Informasi praktis tentang beberapa fungsi dan ekpresi Bahasa Inggris yang sering digunakan dalam berkomunikasi dengan wisman oleh para pemandu wisata juga diberikan kepada peserta pelatihan. Informasi disampaikan oleh anggota tim 2. Fungsi dan ekspresi bahasa yang dilatihkan meliputi: menyapa, memperkenalkan diri, bertanya, menawarkan bantuan, dan menjelaskan.

Fungsi dan ekspresi bahasa Inggris perlu diberikan karena bahasa adalah media utama yang digunakan dalam berkomunikasi (bertanya dan memberikan penjelasan) dengan wisatawan manca negara selama pemanduan wisata berlangsung. Pada saat awal pelatihan, pengetahuan dan keterampilan mereka tentang fungsi dan ekspresi Bahasa Inggris hanya 35%. Pengetahuan ini hanya dimiliki oleh 60% peserta; rekan-rekan guide lokal memiliki pengetahuan 80% dan keterampilan menggunakan 75% karena mereka sudah terbiasa menggunakannya di lapangan, dan sisa 40% menguasai Bahasa Inggris dalam kosakata terkait pariwisata yang masih terbatas. Pada awal kegiatan secara umum, kelemahan peserta terletak pada penguasaan kosakata terkait pariwisata 35%, ketepatan struktur bahasa 30%; pengucapan kata dan intonasi 40%, dan kelancaran berbahasa 40%.

(18)

14

Kegiatan selanjutnya adalah pengintegrasian informasi menjadi suatu pemahaman (decoding), yakni penggabungan pengetahuan dasar, pengetahuan tambahan mereka tentang Pura Pulaki, dan keterampilan penyampaian informasi kepada wisatawan dalam Bahasa Inggris. Pada tahap ini mereka diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan sesama peserta pelatihan termasuk dengan para instruktur. Peserta pelatihan diberikan waktu masing-masing 7-8 menit untuk berdiskusi tentang 3 kelompok materi yang telah mereka peroleh. Setiap 7-8 menit kelompok mereka diwajibkan untuk menjawab pertanyaan dan atau memperagakan/ melatihkan beberapa instruksi langsung tentang materi-materi terkait. Dengan cara ini, tim mengidentifikasi tingkat pemahaman peserta tentang materi yang telah disampaikan. Pada tahap ini, 67% pertanyaan terkait informasi tentang guiding dan Pura Pulaki dapat dijawab oleh peserta, dan 60% instruksi tentang guiding dan penggunaan fungsi dan ekspresi Bahasa Inggris bisa diperagakan dengan baik dan tepat.

Tahap dilanjutkan dengan perekaman informasi (storing), yakni pemberian kesempatan kepada mitra untuk merekam informasi yang telah diintegrasikan selama beberapa waktu tertentu (dalam waktu sekitar 20-30 menit) sesuai dengan kemampuan mereka dan melatihkan keterampilan guiding dan Bahasa Inggris. Pada tahap ini mereka di dalam kelompok, didampingi oleh 1 orang instruktur, secara bergantian bertanya dan menjawab/ menjelaskan informasi sederhana tentang Pura Pulaki. Kegiatan ini juga memberikan penguatan atau drilling informasi dan keterampilan berbahasa kepada para peserta. Semakin sering dan lama mereka melatihkan ini di dalam kelompok mereka, semakin intensif pembelajaran yang mereka lakukan sehingga semakin kuat ekspos informasi dan pengalaman yang mereka peroleh dari kegiatan dimaksud. Pada gilirannya, penguatan informasi dan pengalaman ke dalam memori mereka semakin kuat. Pada tahap ini, keterampilan peserta untuk melakukan guiding tergolong cukup (61%). Kemampuan pemberian informasi tentang Pura Pulaki cukup (69,5%). Permasalahan yang masih ada meliputi ketidakmampuan peserta dalam menyampaikan sejarah Pura Pulaki terutama terkait peran kawasan Pulaki di masa lalu, tahun peristiwa-peristiwa penting terkait, dan masa pemerintahan sejalan perubahan lokasi dan struktur pura. Sedangkan keterampilan penggunaan Bahasa

(19)

15

Inggris juga tergolong cukup (60,5%). Permasalahan masih cukup banyak muncul pada penguasaan kosakata, struktur bahasa, dan pengucapan kata, termasuk kelancaran penggunaan Bahasa Inggris.

Pelatihan kemudian dilanjutkan dengan simulasi (rehearsal), yakni pelatihan dan pendampingan terhadap mitra dalam menguji cobakan apa yang telah mereka terima dan pahami sebelumnya. Mereka diminta untuk bertanya dan memberikan informasi terkait Pura Pulaki dalam Bahasa Inggris melalui permainan peran (Role play), sebagian berperan sebagai wisman dan sisanya berperan sebagai pemandu wisata. Kemudian mereka bertukar peran. Prosedur pelaksanaanya sama dengan tahap sebelumnya namun mereka diminta secara berkelompok memperagakan keterampilan guiding di depan lokasi pelatihan dan ditonton oleh kelompok peserta lainnya. Dengan cara ini, antar individu dan kelompok dapat berbagi pengetahuan, keterampilan, pengalaman belajar dan berlatih. Disamping itu, mereka juga dapat melihat kelebihan dan kekurangan masing-masing individu dan kelompok untuk dijadikan refleksi demi perbaikan. Pada tahap ini, keterampilan peserta untuk melakukan guiding masih tergolong cukup (64,6%) dan kemampuan menjelaskan keberadaan Pura Pulaki cukup (71,3%). Sejarah dan seluk-beluk pura masih cukup sulit untuk dipahami oleh peserta sedangkan fungsi kawasan Pulaki di masa lalu dan sekarang sudah bisa dijelaskan dengan baik. Sementara itu, keterampilan berbahasa Inggris peserta tergolong cukup (67,5%). Mereka masih bermasalah pada penguasaan kosakata, struktur bahasa, dan pengucapan kata yang sebagian besar sangat berbeda dengan tulisannya. Tingkat kelancaran berbahasa Inggris juga masih perlu dilatih dan ditingkatkan.

Tahap akhir adalah pembelajaran informasi (learning), yakni pemberian penguatan-penguatan dan konfirmasi terhadap pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka terima dan uji cobakan. Tahap ini dilakukan secara informal guna menjaga kedekatan tim dengan mitra secara personal dan emosional. Tahap ini juga merupakan tahap pendampingan yang diberikan guna memantapkan pengetahuan dan pelatihan mereka. Pada tahap ini mereka diberi masukkan atau umpan balik terkait dengan beberapa hal yang sudah mereka lakukan dengan baik dan hal-hal yang masih dianggap perlu diperbaiki di masa yang akan datang.

(20)

16

Pendampingan juga dilakukan untuk sharing dan learning berdasarkan pengalaman dan permasalahan yang ditemui peserta pelatihan secara nyata di lapangan. Pendampingan diakui oleh peserta dapat memberikan rasa percaya diri mereka dalam belajar dan berlatih Spiritual tour Guide.

Penerapan IPTEKS yang ditransfer kepada mitra beranjak dari analisis situasi tentang potensi Kawasan Pura Pulaki yang merupakan daerah tujuan wisata spiritual wisatawan mancanegara. Namun, mitra memiliki keterbatasan pengetahuan dan keterampilan berbahasa asing, dalam hal ini Bahasa Inggris guna menunjang peran serta mitra nantinya dalam industri jasa pramuwisata. IPTEKS yang ditransfer, dalam hal ini, adalah berupa pengetahuan dan keterampilan Guiding (pemanduan) dan Bahasa Inggris aktif, komunikatif, dan fungsional, dalam hal ini keterampilan berbicara. Gambaran IPTEKS yang ditransfer dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Gambaran IPTEKS Program P2M

Secara umum, pengetahuan dan keterampilan Spiritual Tour Guide mitra tentang Pura Pulaki cukup dengan nilai rata-rata 67,8%. Kesan yang diberikan sangat baik. Hal ini terbukti dengan tingginya antusiasme warga desa, pemuda Desa Banyupoh, dalam mengikuti kegiatan pelatihan dilaksanakan. Bantuan

Analisis Situasi

Potensi Mitra Peta Potensi Daerah

Keterampilan Sumber Daya di Jur. Bahasa

Inggris

Kondisi Riil Mitra Penentuan Model

Bantuan

Pemilihan dan Penentuan Tenaga Pelatih&

Pendamping

PROGRAM : Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Spiritual

(21)

17

dalam penyediaan sarana upacara terkait pelaksanaan pelatihan, dan berbagai jenis pertanyaan oleh mitra terkait materi dan keterampilan yang diberikan menunjukkan perhatian mereka yang cukup baik terhadap program yang dijalankan. Disamping itu pula, kepala desa dan peserta secara langsung memohon kepada Tim LPM Undiksha untuk memberikan pelatihan selanjutnya jika melaksanakan program P2M terkait. Secara khusus juga Bapak Kepala Desa memohon kesediaan tim untuk membantu membuat proposal kegiatan untuk diajukan kepada pemerintah daerah guna menunjang pelaksanaan kegiatan yang sama di desa Banyupoh untuk periode selanjutnya. Tim telah membantu penyiapan proposal dimaksud dan telah menyampaikannya langsung kepada Bapak Kepala Desa sehari setelah kegiatan pembukaan P2M berlangsung untuk segera ditindaklanjuti atau diajukan kepada pihak terkait di bawah Pemerintah Tingkat II Kabupaten Buleleng.

Dari paparan di atas, program P2M Undiksha bertajuk Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Spiritual Tour Guide di Kawasan Pura Pulaki telah dilaksanakan dengan baik. Pengetahuan dan keterampilan mitra dapat ditingkatkan dan materi Spiritual Tour Guide untuk Kawasan Pura Pulaki telah dibuat guna membantu rekan-rekan mitra yang lain yang tertarik untuk mendalaminya. 5 keping CD berisikan 3 video contoh guiding juga diserahkan secara simbolis oleh tim kepada Bapak Kepala Desa disaksikan oleh seluruh peserta pelatihan pada akhir kegiatan untuk digunakan sebagai bahan acuan pelatihan bagi peserta yang tersebar di 5 dusun di desa setempat. Secara umum tanggapan mitra beserta seluruh komponennya sangat bagus dan mengharapkan keberlanjutan pelaksanaan program di masa yang akan datang.

III. SIMPULAN DAN SARAN 3.1. SIMPULAN

Berdasarkan paparan pendahuluan, metode pelaksanaan kegiatan, dan pembahasan tersebut diatas, simpulan dirangkum sebagai berikut.

1. Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Spiritual Tour Guide di Kawasan Pura Pulaki telah memberikan pengalaman peserta pelatihan dalam memandu wisata spiritual, menggunakan Bahasa Inggris

(22)

18

aktif dan fungsional dalam memandu wisata spiritual, dan memberikan pengetahuan dan wawasan yang memadai tentang keberadaan Pura Pulaki, 2. Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Spiritual Tour

Guide di Kawasan Pura Pulaki telah memberikan keterampilan pemanduan wisata spiritual peserta pelatihan dengan rata-rata kemampuan cukup. 3. Kemampuan dan keterampilan peserta pelatihan Program Pemberdayaan

Masyarakat Melalui Pelatihan Spiritual Tour Guide di Kawasan Pura Pulaki masih perlu ditingkatkan khususnya dalam kemampuan dan keterampilan pemanduan wisata dan berbahasa Inggris.

3.2. SARAN

1. Merujuk pada manfaat yang dirasakan peserta terkait Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Spiritual Tour Guide di Kawasan Pura Pulaki, program yang sama perlu dilanjutkan guna memantapkan hasil pelatihan yang telah diperoleh

2. Menyadari hasil program yang tergolong cukup, program perlu dilaksanakan secara berkesinambungan guna memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada peserta untuk berlatih dan berbagi pengalaman

DAFTAR PUSTAKA

Nitiasih, Putu Kerti, Putu Eka Dambayana Suputra, I Nyoman Adijaya Putra, dan Ni Nyoman Padmadewi. 2010. Pelatihan “Spiritual Tour Guide” bagi Mahasiswa Jurusan Agama Hindu STKIP Singaraja. Laporan P2M Undiksha. Tidak dipublikasikan.

Suputra, Putu Eka Dambayana, Putu Kerti Nitiasih, I Nyoman Adijaya Putra, dan Ni Nyoman Padmadewi. 2011. IbM Spiritual Tour Guide: Pelatihan “Spiritual Tour Guide” bagi Mahasiswa Jurusan Agama Hindu STKIP Singaraja. Laporan P2M Undiksha

http://pesramanmayabumipadangjerak.blogspot.com/2010/07/napak-tilas-leluhur-bhujangga-waisnawa.html

http://www.babadbali.com/pura/plan/pulaki.htm

http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=610&Ite mid=99

(23)

19

http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberita&kid=33&id=542 02

http://www.bbc.co.uk/dna/h2g2/A378317

(24)

Gambar

Tabel 2. Jadwal Kegiatan Program
Gambar 1. Gambaran IPTEKS Program P2M

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan mutu pelayanan dalam prinsip Good Governance yang terdiri atas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, dan

Skripsi adalah studi akhir yang merupakan salah satu tugas akhir yang diwajibkan pada mahasiswa Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma

A.24 Apakah implementasi kebijakan pengelolaan aset di DPKAD Kota Tangerang sudah sesuai dengan Peraturan Daerah dan Peraturan Walikota yang

Diisi dari menu Data Entry => SKPD => Anggaran => RKA SKPD => Pilih Unit Organisasi Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan 2 Klik pada tombol Tambah

Setelah diketahui data mengikuti distribusi weibull 2 parameter, maka dilakukan estimasi parameter, yaitu mencari estimasi nilai λ (parameter skala) dan k

Teknik pengumpulan data yaitu dengan in depth interview (wawancara mendalam) dan dokumentasi (dalam bentuk tulisan maupun gambar), observasi (pengamatan) yang bersifat

Kassa kora újkori története az egyik leginkább ismert a szakirodalomban, több m odern szemléletű feldolgozás is született róla.2 Polgárainak hétköznapi élete,

Tidak lama kemudian pemerintah memberikan bantuan dana untuk pengembangan sektor pariwisata di desa tersebut melalui Program Nasioal Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)