KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami haturkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, Puji syukur senantiasa kami haturkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat serta energi positif, sehingga kami dapat yang telah melimpahkan rahmat serta energi positif, sehingga kami dapat menyelesaikan Pedoman Manajemen Risiko Klinis Rumah Sakit Tahun 2017 ini menyelesaikan Pedoman Manajemen Risiko Klinis Rumah Sakit Tahun 2017 ini dengan baik.
dengan baik.
Buku dengan judul Pedoman Manajemen Risiko Klinis Rumah Sakit di Buku dengan judul Pedoman Manajemen Risiko Klinis Rumah Sakit di Rumah Sakit Royal Surabaya Tahun 2017, diharapkan dapat menjadi acuan Rumah Sakit Royal Surabaya Tahun 2017, diharapkan dapat menjadi acuan pengelolaan
pengelolaan risiko risiko di di lingkungan lingkungan Rumah Rumah Sakit Sakit Royal Royal Surabaya. Surabaya. SelamaSelama penyusunan buku
penyusunan buku pedoman pedoman ini ini kami kami mendapatkan mendapatkan banyak banyak bantuan bantuan dari dari berbagaiberbagai pihak,
pihak, baik baik berupa berupa bantuan bantuan moril, moril, bimbingan, bimbingan, pengarahan, pengarahan, pemikiran pemikiran dan dan saransaran yang sangat berarti dan bermanfaat bagi kami di dalam penyusunan buku yang sangat berarti dan bermanfaat bagi kami di dalam penyusunan buku pedoman ini.
pedoman ini.
Akhir kata kami berharap agar buku Pedoman Manajemen Risiko Klinis Akhir kata kami berharap agar buku Pedoman Manajemen Risiko Klinis Rumah Sakit ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak di Rumah Sakit Rumah Sakit ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak di Rumah Sakit
DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA
KATA PENGANTAR PENGANTAR ... .... ii DAFTAR
DAFTAR ISI ...ISI ... ... ii ii BAB
BAB I I PENDAHULUAN ...PENDAHULUAN ... .... 11 A.
A. LATAR LATAR BELAKANG...BELAKANG... ... 11 B.
B. TUJUAN TUJUAN ... ... 22 BAB
BAB II II PENGERTIAN ...PENGERTIAN ... ... 33 BAB
BAB III III PENGORGANISASIAN ...PENGORGANISASIAN ... ... 66 BAB
BAB IV IV KEGIATAN MKEGIATAN MANAJEMEN ANAJEMEN RISIKO RISIKO KLINIS ...KLINIS ... ... 1515 BAB
BAB V V METODE ...METODE ... 16. 16 BAB
BAB VI VI PENCATATAN PENCATATAN DAN DAN PELAPORAN ...PELAPORAN ... ... 5151 BAB
BAB VII VII MONITORING MONITORING DAN DAN EVALUASI EVALUASI ... ... 5252 BAB
DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA
KATA PENGANTAR PENGANTAR ... .... ii DAFTAR
DAFTAR ISI ...ISI ... ... ii ii BAB
BAB I I PENDAHULUAN ...PENDAHULUAN ... .... 11 A.
A. LATAR LATAR BELAKANG...BELAKANG... ... 11 B.
B. TUJUAN TUJUAN ... ... 22 BAB
BAB II II PENGERTIAN ...PENGERTIAN ... ... 33 BAB
BAB III III PENGORGANISASIAN ...PENGORGANISASIAN ... ... 66 BAB
BAB IV IV KEGIATAN MKEGIATAN MANAJEMEN ANAJEMEN RISIKO RISIKO KLINIS ...KLINIS ... ... 1515 BAB
BAB V V METODE ...METODE ... 16. 16 BAB
BAB VI VI PENCATATAN PENCATATAN DAN DAN PELAPORAN ...PELAPORAN ... ... 5151 BAB
BAB VII VII MONITORING MONITORING DAN DAN EVALUASI EVALUASI ... ... 5252 BAB
BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
Lingkungan eksternal dan internal rumah sakit telah mengalami Lingkungan eksternal dan internal rumah sakit telah mengalami perkembangan
perkembangan yang yang ditandai ditandai dengan dengan meningkatnymeningkatnya a ketidakpastian.ketidakpastian. Meningkatnya ketidakpastian itu dapat diakibatkan oleh faktor internal Meningkatnya ketidakpastian itu dapat diakibatkan oleh faktor internal dan eksternal rumah sakit. Faktor internal rumah sakit meliputi manusia, dan eksternal rumah sakit. Faktor internal rumah sakit meliputi manusia, alat, bahan, dan metode. Faktor eksternal terdiri atas persaingan alat, bahan, dan metode. Faktor eksternal terdiri atas persaingan (globalisasi), kemajuan teknologi, peningkatan pesyaratan produk dan (globalisasi), kemajuan teknologi, peningkatan pesyaratan produk dan jasa,
jasa, kendala kendala hukum, hukum, perubahan perubahan iklim, iklim, kebijakan kebijakan pemerinatah, pemerinatah, dinamikadinamika sosial politik, dinamika hubungan antar rumah sakit. Meningkatnya sosial politik, dinamika hubungan antar rumah sakit. Meningkatnya ketidakpastian itu dapat membawa rumah sakit maupun manusia yang ada ketidakpastian itu dapat membawa rumah sakit maupun manusia yang ada didalam rumah sakit berhadapan dengan risiko.
didalam rumah sakit berhadapan dengan risiko. A. LATAR BELAKANG
A. LATAR BELAKANG
Unsur penting dalam manajemen risiko adalah analisis dari risiko, Unsur penting dalam manajemen risiko adalah analisis dari risiko, seperti sebuah proses untuk melakukan evaluasi terhadap KNC dan proses seperti sebuah proses untuk melakukan evaluasi terhadap KNC dan proses
B. TUJUAN B. TUJUAN
B.1 Tujuan Umum B.1 Tujuan Umum
Sebagai acuan dalam melaksakan pengelolaan risiko secara Sebagai acuan dalam melaksakan pengelolaan risiko secara sistematis dan terstruktur mulai dari identifikasi risiko, analisis risiko, sistematis dan terstruktur mulai dari identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko, dan perlakuan
evaluasi risiko, dan perlakuan risiko di Rumah Sakit risiko di Rumah Sakit Royal Surabaya.Royal Surabaya. B.2 Tujuan Khusus
B.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dibuat panduan manajemen risiko adalah sebagai Tujuan khusus dibuat panduan manajemen risiko adalah sebagai berikut:
berikut: 1.
1. Sebagai acuan pelaksanaan identifikasi risiko di Rumah SakitSebagai acuan pelaksanaan identifikasi risiko di Rumah Sakit Royal Surabaya
Royal Surabaya 2.
2. Sebagai acuan pelaksanaan analisis risiko menggunakan alatSebagai acuan pelaksanaan analisis risiko menggunakan alat riskrisk grading
grading matrix,matrix,Investigasi Sederhana (IS),Investigasi Sederhana (IS), Root Root Cause Cause AnalysisAnalysis (RCA), Failure Mode Effect Analysis (FMEA), Hazard (RCA), Failure Mode Effect Analysis (FMEA), Hazard Vulnerability Assessment (HVA),
Vulnerability Assessment (HVA), dandan Infection Infection Control Control RiskRisk assessment (ICRA).
BAB II BAB II PENGERTIAN PENGERTIAN 1.
1. Risiko adalah potensi terjadinya kerugian yang dapat timbul dariRisiko adalah potensi terjadinya kerugian yang dapat timbul dari proses kegiatan saat ini atau kejadian dimasa datang.
proses kegiatan saat ini atau kejadian dimasa datang. 2.
2. Risiko klinis adalah semua isu yang dapat berdampak terhadapRisiko klinis adalah semua isu yang dapat berdampak terhadap pencapaian pelayanan pasien yang bermutu tingg
pencapaian pelayanan pasien yang bermutu tinggi, aman dan efektif.i, aman dan efektif. 3.
3. Risiko non klinis adalah semua isu yang dapat berdampak terhadapRisiko non klinis adalah semua isu yang dapat berdampak terhadap tercapainya tugas pokok dan kewajiban hukum dari rumah sakit tercapainya tugas pokok dan kewajiban hukum dari rumah sakit sebagai korporasi.
sebagai korporasi. 4.
4. Manajemen Risiko Rumah Sakit adalah kegiatan berupa identifikasiManajemen Risiko Rumah Sakit adalah kegiatan berupa identifikasi dan evaluasi untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian pada dan evaluasi untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien,
pasien, karyawan karyawan rumah rumah sakit, sakit, pengunjung pengunjung dan dan organisasinya organisasinya sendirisendiri ((The The Joint Joint Commission Commission on on Accreditation Accreditation of of HealthcareHealthcare Organizations
Organizations / JCAHO). / JCAHO). 5.
11. Investigasi Sederhana (IS) adalahaktifitas atau proses pencarian dan pengumpulan data tentang fakta yang menyangkut masalah dengan
cara mengkaji ulang laporan kasus insiden.
12. Root Cause Analysis (RCA) adalahsuatu proses berulang yang sistematik dimana faktor yang berkontribusi dalam suatu insiden diidentifikasikan dengan merekonstruksi kronologis kejadian menggunakan pertanyaan “kenapa” yang diulang hingga menemukan akar penyebabnya dan penjelasannya.
13. Failure Mode Effect Analysis (FMEA) adalah Metode perbaikan kinerja proaktif dengan cara mengidentifikasi dan mencegah potensi kegagalan sebelum terjadi.
14. Hazard Vulnerability Assessment (HVA) adalah metodependekatan sistematis untuk mengenali bahaya yang dapat mempengaruhi pelayanan rumah sakit atau kemampuannya untuk menyediakan
21. Sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius yang tidak berhubungan dengan penyakit menyertai pasien
BAB III
PENGORGANISASIAN A. Struktur Organisasi
6. Menerapkan, mencapai dan mempertahankan perubahan rancangan sistem dan rancang ulang sistem yang ditimbulkan dalam proses peningkatan mutu (manajemen risiko/FMEA).
7. Berkoordinasi dengan seluruh komite, panitia, bagian dan instalasi dalam penerapan dan monitoring penilaian kinerja (Unit kerja, Para Pimpinan RS, Tenaga profesi, Staf)
8. Berkoordinasi dengan seluruh bagian dan instalasi dalam melakukan penerapan dan monitoring evaluasi kontrak & perjanjian lainnya.
9. Berkoordinasi dengan bagian pendidikan dan pelatihan rumah sakit untuk melakukan pelatihan internal dan eksternal peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit
(Diklat KMKP)
17. Membuat pedoman/ panduan / SPO yang terkait dengan program Manajemen Risiko Rumah Sakit Royal Surabaya.
b. Sekretaris
1. Membantu ketua dalam mengatur aktifitas kegiatan KMKP baik yang bersifat administratif maupun koordinasi.
2. Mempersiapkan dan mengedarkan risalah rapat yang akurat kepada yang berhak menghadiri rapat.
3. Mengatur dan merencanakan kebutuhan yang menunjang proses kegiatan KMKP.
4. Mengumpulkan data dan laporan pelaksanaan program kegiatan dari seluruh Ketua Tim
5. Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh Ketua Panitia KMKP
c. PIC (Person I n Charge) Pengumpul Data:
5. Menjamin pelaksanaan proses monitoring dan evaluasi program Mutu di unit kerja serta program-program spesifik
lainnya (mis. PME di Laboratorium, mutu keperawatan )
6. Menjamin pelaksanaan proses audit dan penilaian mutu rumah sakit
7. Menjamin pelaksanaan proses peningkatan mutu melalui metode PDSA
8. Bersama dengan ketua membantu proses evaluasi panduan, pedoman dan pelaksanaan program peningkatan mutu.
f. Penanggung Jawab (PJ) Keselamatan Pasien
a. Membantu ketua dalam hal pengembangkan program keselamatan pasien di rumah sakit sesuaidengan kekhususan rumah sakit tersebut;
b. Menjamin pelaksanaan prosesmotivasi, edukasi, konsultasi, pemantauan (monitoring) dan penilaian (evaluasi) tentang
3. Berkoordinasi dengan seluruh unit terkait dalam melakukan identifikasi risiko rumah sakit
4. Membuat daftar risiko (risk register RS) setiap 1 tahun dan menentukan prioritas risiko yang ada di rumah sakit.
5. Melakukan pencatatan, pelaporan, analisis Risiko dengan (Risk Grading, RCA, FMEA, HVA, ICRA) serta mengembangkan solusi untuk pembelajaran
6. Membuat perubahan rancangan sistem dan rancang ulang sistem dalam proses peningkatan mutu dan keselamatan pasien
7. Melakukan Evaluasi Risiko dan mengelola risiko yang ada di rumah sakit
8. Melakukan monitoring dampak risiko dan review efektifitas kegiatan
9. Melaksanakan monitoring dan evaluasi seluruh program manajemen risiko di Rumah Sakit Royal Surabaya
4. Bagian yang memiliki tim peningkatan mutu spesifik, mis. Keperawatan, Laboratorium, dll memiliki hubungan koordinasi dengan KMKP, Bagian dan Bidang tersebut wajib memberikan laporan peningkatan mutu nya kepada Direktur melalui Ketua KMKP KMKP Komite Keperawatan Kepala Bagian Komite PPI Komite K3 Hukum RS Komite Nakes lain Komite medis
c. KMKP berkoordinasi dengan kepala bagian umum dalam penyusunan peningkatan mutu meliputi perencanaan, pengelolaan, pelaksanaan, dan controling.
d. KMKP berkoordinasi dengan kepala bagian keuangan untuk menyusun peningkatan mutu di bagian keuangandan mengupayakan efisiensi penggunaan dana dan anggaran
2. KMKP dengan kepala Unit
a. KMKP berkoordinasi dengan semua unit di Rumah Sakit Royal Surabaya dalam menyusun upaya peningkatan mutu di unit
b. KMKP berkoordinasi dengan semua unit di Rumah Sakit Royal Surabaya dalam penyusunan indikator mutu unit
c. KMKP berkoordinasi dengan semua unit di Rumah Sakit Royal Surabaya dalam upaya evaluasi dan perbaikan mutu di unit
3. KMKP dengan bagian diklat
c. KMKP berkoordinasi dengan personalia dalam melakukan analisis kinerja karyawan serta pemberian tindak lanjut kepada karyawan
5. KMKP dengan Bagian hukum rumah sakit
a. KMKP berkoordinasi dengan bagian hukum rumah sakit dalam upaya penilaian kinerja pihak ketiga
b. KMKP melibatkan unit yang terkait dengan penggunaan alat atau karyawan atau sesuatu yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga dalam menyusun indikator penilaian
c. KMKP berkoordinasi dengan bagian hukum rumah sakit dalam melakukan evaluasi dan tindak lanjut atas hasil penilaian kinerja pihak ketiga atas hasil penilaian yang dilakukan oleh unit
6. KMKP dengan KSM
a. KMKP berkoordinasi dengan KSM untuk menyusun PPK dan CP
e. KMKP berkoordinasi dengan Komite PPI dalam mengambil tindak lanjut dari hasil capaian indikator PPI
9. KMKP dengan komite medis
a. KMKP berkoordinasi dengan komite medis dalam upaya audit PPK CP
b. KMKP berkoordinasi dengan komite medis dalam penilaian kinerja profesi klinis meliputi OPPE dan FPPE
10. KMKP dengan komite keperawatan
a. KMKP berkoordinasi dengan komite keperawatan dalam upaya audit asuhan keperawatan
b. KMKP berkoordinasi dengan komite keperawatan dalam penilaian kinerja profesi keperawatan meliputi penilaian mutu
keperawatan
11. KMKP dengan komite nakes lain
BAB IV
KEGIATAN MANAJEMEN RISIKO KLINIS
Kegiatan manajemen risiko klinis dirumah sakit meliputi risiko yang terkait dengan perawatan pasien ( patient care-related risks),risiko yang terkait dengan staf medis(medical staff-related risks),risiko yang terkait dengan karyawan(employee-related risks),risiko yang terkait dengan properti rumah sakit(property-related risks),risiko finansial(Financial risks), dan risiko lainnya. Metode yang digunakan dalam manajemen risiko meluputi risk grading, Investigasi Sederhana (IS), Root Cause Analysis (RCA), Failure Mode Effect Analysis (FMEA), Hazard Vulnerability Assessment (HVA), dan Infection Control Risk
BAB V METODE A. PROSES MANAJEMEN RISIKO
Manajemen resiko dapat digambarkan sebagai proses berkelanjutan dari identifikasi secara sistemik, evaluasi dan penatalaksanaan resiko dengan tujuan mengurangi dampak buruk bagi organisasi maupun individu. Rumah Sakit perlu menggunakan pendekatan reaktif dan proaktif dalam melaksanakan manajemen resiko. Manajemen resiko
sendiri merupakan upaya yang proaktif untuk mencegah masalah dikemudian hari, dilakukan terus menerus dan dalam suasana budaya tidak menyalahkan. Tahapan manajemen resiko adalah:
1. Risk Awareness. Seluruh staf Rumah Sakit harus menyadari resiko yang mungkin terjadi di unit kerjanya masing-masing, baik medis maupun non medis. Metode yang digunakan untuk mengenali resiko antara lain:Self-assessment , sistem pelaporan kejadian yang
4. Risk transfer . Apabila resiko itu akhirnya terjadi juga dan menimbulkan kerugian, maka diperlukan pengalihan penanganan resiko tersebut kepada pihak yang sesuai, misalnya menyerahkannya kepada sistem asuransi.
Dari sisi sumber daya manusia, manajemen resiko dimulai dari pembuatan standar , patuhi standar tersebut , kenali bahaya, dan cari pemecahannya.
A.1 IDENTIFIKASI RISIKO
Proses sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan mengenali resiko, kemudian dibuat daftar resiko. Daftar resiko dilengkapi dengan deskripsi resiko termasuk menjelaskan kejadian dan persitiwa yang mungkin terjadi dan dampak yang ditimbulkannya. Identifikasi resiko dilakukan dengan menggunakan metode proaktif dan metode reaktif. Metode proaktif merupakan metode yang dilakukan sebelum adanya kejadian dengan mempelajari potensi resiko atau potensi bahaya yang
Perhitungan biaya dilakukan untuk melihat perbandingan biaya antara terjadi resiko dengan biaya pencegahan risiko.
A.4 PENGELOLAAN RISIKO
Pengelolaan risiko terbagi atas empat perlakuan yaitu dihindari, direduksi, dipindahkan, atau diterima. Perlakukan resiko adalah upaya untuk menyeleksi pilihan yang dapat mengurangi atau meniadakan dampak serta kemungkinan terjadi resiko. Pengendalian risiko merupakan upaya pengawasan disertai tindakan korektif serta antisipatif yang terencana untuk menghadapi risiko. Tahapan pengendalian resiko tersebut adalah :
1. Eliminasi (menghilangkan bahaya), mengubah proses, metode atau bahan untuk menghilangkan bahaya yang ada
2. Substitusi (mengganti), material, zat atau proses dengan material, zat, proses lain yang tidak atau kurang berbahaya
Langkah penanganan harus diambil untuk mengurangi resiko jika tindakan pengendalian belum memadai. Penanganan risiko dapat bermakna langkah yang telah direncanakan dan akan dilakukan apabila resiko benar terjadi. Dalam manajemen risiko harus ada upaya pencegahan lain monitoring dan evaluasi. Monitoring adalah pemantauan rutin terhadap kinerja aktual setiap proses manajemen resiko dibandingkan dengan rencana atau harapan yang akan dihasilkan. Evaluasi adalah peninjauan atau pengkajian berkala atas kondisi saat ini dan dengan fokus tertentu.
B. METODE ANALISIS(
ASSE SME NT TOOLS
) B.1RI SK GRADI NG MATRI XRisk matrix gradingmerupakan suatu metode analisis kualitatif untuk menentukan derajat risiko suatu insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya.
Skor Dampak
1 2 3 4 5
Insignific
ant Minor Moderate Major
Catastrop ic penyakit yang mendasarin ya Setiap kasus yang memperpan jang perawatan irreversibe l, tidak berhubung an dengan penyakit yang mendasari nya Pelayana n/ Operasio nal Terhenti lebih dari 1 jam Terhenti lebih dari 8 jam Terhenti lebih dari 1 hari Terhenti lebih dari 1 minggu Terhenti permanen Biaya/ Keuanga n Kerugian kecil Kerugian lebih dari 0,1% anggaran Kerugian lebih dari 0,25% anggaran Kerugian lebih 0,6% anggaran Kerugian lebih dari 1% anggaran
5 Sangat sering Dapat terjadi tiap minggu atau bulan
Setelah nilai Dampak dan Probabilitas diketahui, dimasukan dalam table matriks grading risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna bands risiko.
1. skor risiko
Cara menghitung skor risiko adalah mengalikan probabilitas dan dampak
Skor Risiko = Dampak X Probabilitas
Untuk menentukan skor risiko digunakan matriks grading risiko a. Tetapkan frekuensi pada kolom kiri
b. Tetapkan dampak pada baris kearah kanan
c. Tetapkan warna bands nya, berdasarkan pertemuan antara frekuensi dan dampak
Tabel Grading Risiko
Frekuensi/ Likehood
Potensial Consequences ( Dampak )
Insignific ant 1 Minor 2 Moder ate 3 Major 4 Catastro pic 5 Sangat sering terjadi ( tiap
minggu/ bulan ) 5 moderate moder ate high extre me extreme Sering terjadi
( beberapa kali/ tahun ) 4 moderate moder ate high extre me extreme Mungkin terjadi ( 1- 2 tahun sekali ) 3 low moder ate high extre me extreme Jarang terjadi ( 2-5 tahun sekali ) 2
low low moder
ate high extreme
Sangat jarang terjadi
B.2 INVESTIGASI SEDERHANA (IS)
Investigasi sederhana dilakukan pada Grading resiko biru dan hijau. Proses dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Membuat kronologis masalah dengan menggunakan format LAPORAN KRONOLOGI
Tanggal Jam Kejadian
2. Melakukan wawancara dengan staff yang terlibat dan bagian tempat masalah terjadi
4. Melakukan sosialisasi kepada unit terkait 5. Melakukan Monitoring dan Evaluasi.
B.3 ROOT CAUSE ANALY SI S (RCA)
Analisis Akar Masalah/ Root Cause Analysis atau RCA adalah salah satu alat yang digunakan sebagai salah satu metode problem solving yang berfungsi untuk mengidentifikasi akar masalah (root causes) dari masalah
yang terjadi dalam operasional. RCA digunakan pada band warna kuning dan merah atau kejadian yang masuk katgori sentinel di rumah sakit.
Praktek RCA fokus pada identifikasi akar masalah dan bagaimana cara memperbaikinya, sehingga masalah akan tuntas secara menyeluruh dan tidak akan kembali terjadi.
Tabel Langkah Pelaksanaan RCA
no langkah - langkah keterangan
1 Identifikasikan masalah yang akan diinvestigasi
2. Tentukan tim investigator
a. jumlah anggota tim kira-kira 3-4 orang
b. Diperlukan keterampilan anggota tim dalam mengidentifikasi masalah
c. Idealnya satu tim RCA terdiri dari
1) orang yang expert dalam investigasi insiden dan analisis 2) external expert
3) Senior Management Expert 4) Senior Clinical Expert 3. Kumpulkan data
Data untuk melakukan RCA dapat diperoleh dengan cara :
a. Observasi langsung yaitu kunjungan langsung untuk mengetahui keadaan, posisi, hal-hal yang berhubungan dengan insiden.
b. Dokumentasi berguna untuk mengetahui apa yang terjadi sesuai dengan data, observasi dan inspeksi
4. Petakan kronologi kejadian
Jenis kronologis yang dapat dipakai terhadap suatu masalah adalah sebagai berikut :
a. Kronologi Narasi
1) Penulisan cerita apa yang terjadi berdasarkan tanggal dan waktu
2) Dapat dipakai untuk kejadian yang sederhana dan tidak kompleks ( sederhana )
3) Tidak tepat digunakan jika masalah tersebut melibatkan banyak pihak
b. Timeline
1) Metode untuk menelusuri rantai insiden secara kronologois
2) Memungkinkan investigator untuk menemukan bagian dalam proses dimana masalah terjadi
beberapa CMP, untuk itu harus dilakukan identifikasi pada setiap CMP yang muncul dari permasalahan.
Prinsip dasar mengidentifikasi CMP adalah :
a. Pelayanan yang menyimpang dari standar pelayanan yang ditetapkan
b. Penyimpangan memberikan dampak langsung atau tidak langsung pada masalah
Tehnik yang digunakan untuk mengungkapkan CMP adalah dengan cara melakukan brainstorming dan brainwritting yang dikemukakan pada saat rapat dengan tim RCA.
Tabel Contoh kasus kegagalan operasi : salah lokasi
CMP
Dokter konsultan tidak melihat pasien sebelum tindakan operasi
Kegagalan untuk mendokumentasikan perencanaan tindakan dalam catatan anastesi
3) Jika jawaban-jawaban tersebut tidak membantu identifikasi sumber masalah, tanyakan ‘mengapa?’ sekali lagi dan
tulislah jawabannya.
4) Kembalilah kepada langkah 3 hingga tim sepakat bahwa mereka telah menemukan akar permasalahan. Proses ini mungkin membutuhkan lima atau lebih pertanyaan
‘mengapa? 2. Fish bone analysis
Langkah menggunakan Fish bone diagram adalah sebagai berikut :
1) Buatlah sebuah diagram tulang ikan
2) Isikan sebagai berikut pada masing-masing bagian: 1. Pada Kotak dengan diberi label no. 1, isikanlah isu/keadaan yang menjadi masalah yang akan diteliti. Contoh: Kita akan mencari sebab gagalnya proyek skala nasional. Maka
lagi penyataan yang dapat menyebabkan isu utama dalam fishbone diagram ini.
5) Analisis semua pernyataan yang sudah ada, diskusikan dalam kelompok.
6) Urutkanlah pernyataan yang dianggap sebagai penyebab paling utama dari masalah yang ada sampai kepada pernyataan yang paling dianggap bukan penyebab utama. Hilangkanlah beberapa statemen yang setelah didiskusikan dianggap layak dibuang dan bukan merupakan bagian penyebab isu atau masalah yang ada.
7) Analisis solusi-solusi dari urutan pernyataan sebab tersebut, maka diperoleh urutan-urutan prioritas penyelesaian masalah.
7. Rekomendasi dan rencana tindak lanjut
1) Proses yang beresiko tinggi meliputi i. Proses baru.
Misalnya: staf mengoperasikan alat atau instrumen medis yang baru.
ii. Proses yang sedang berjalan.
Misalnya: proses pengadaan, penyimpanan & distribusi tabung gas medis (O2, N2O).
iii. Proses klinis.
Misalnya: proses pengambilan darah di laboratorium. iv. Proses non klinis.
Misalnya: mengkomunikasikan hasil laborat
2) Proses yang beresiko tinggi biasanya memiliki satu atau lebih karakteristik
i. Variabel individu
Diperlukan : SPO, Protokol atau Clinical Pathways untuk membatasi pengaruhdari variabel ini
iv.Tightly Coupled (Keterkaitan yang erat)
Perpindahan satu langkah ke langkah lain dalam waktu berurutan tanpa jeda sehingga seringkali baru disadari terjadi penyimpangan pada langkah berikutnya. Misal : NORUM.
Keterlambatan dalam suatu langkah akan mengakibatkan gangguan pada seluruh proses.
kekeliruan dalam suatu langkah akan menyebabkan penyimpangan pada langkah berikut (cascade of failure)
Kesalahan biasanya terjadi pada perpindahan langkah atau adanya langkah yang terabaikan
Sangat tergantung pada pendidikan dan pelatihan yang memadai sesuai dengan tugas dan fungsinya.
vi. Kultur garis komando ( Hierarchical culture)
Suatu proses akan menghadapi resiko kegagalan lebih tinggi dalam unit kerja dengan budaya hirarki dibandingkan dengan unit kerja yang budayanya berorientasi tim. Hal ini karena Staf enggan berkomunikasi & berkolaborasi satu dengan yang lain dan perawat enggan bertanya kepada dokter atau petugas farmasi tentang medikasi, dosis serta elemen perawatan lainnya.
vii. Keterbatasan waktu
Proses yang memiliki keterbatasan waktu cenderung meningkatkan resiko kegagalan
Orang yang tidak tahu proses (who is not at all familiar with the process) tapi memiliki analytical skill.
Beberapa karakter seperti : orang yang memiliki kewenangan memutuskan, orang yang penting untuk penerapan perubahan yang mungkin diperlukan, pemimpin yang memiliki
pengetahuan-dipercaya-dihormati, orang dengan pengetahuan yang sesuai.
Memiliki pengetahuan tentang proses yang akan dianalisis ( subject matter/ process expert ) & komitmen
pada “ performance improvement ”
Orang yang memiliki ”crititcal thinking ” saat
perubahan akan dilaksanakan
ii. Jumlahnya tidak lebih dari 10 orang (idealnya 4-8 orang) 2) Pembagian peran tim
Petugas yang menguasai dan ahli dalam bidang yang dianalisis.
Dengan keahliannya diharapkan memberikan masukan berupa perubahan proses.
iv. Perwakilan dari disiplin ilmu terkait. v. Notulen
Bertanggung jawab mencatat dan membagikan notulen.
Fungsi notulen bisa dirangkap oleh anggota secara bergantian. Fungsi notulis dapat menghambat kemampuannya dalam mengemukakan pendapat, sehingga perlu bergantian.
Membuat dokumentasi. 2. Diagram / membuat alur proses
Mapping Process juga dikenal sebagai Flowchart, menggambarkan semua langkah dalam proses.Mapping Process membantu Tim
a. Detailed Map
Process Map paling umum digunakan adalah detailed procces map.
b. High-Level.
d. Swin lane
Memperlihatkan orang/fungsi yang dilakukan dalam process map dengan detil
slip & etiket etiket berbeda dg resep
obat, salah harga, terapi
irasional
Dampak pada pengunjung :
-Dampak pada staf : komplain pasien, sangsi atasan
Peralatan / fasilitas :
-Charge slip &
etiket buram
Dampak pada pasien : salah minum obat
Dampak pada pengunjung :
-Dampak pada staf : komplain dari pasien
4. Prioritaskan modus kegagalan
Prioritas modus kekagalan digunakan untuk mengkalkulasi kritisnya
keadaan sebagai suatu risk priority number (RPN) atau disebut
Tabel Nilai Severity
Rate
Deskripsi Definisi1 Dampak minor atau tidak ada
Tidak akan disadari oleh orang yang mengalami dan tidak mempengaruhi proses
2
3 Dapat mempengaruhi orang yang
mengalami dan akan sedikit berpengaruh pada proses.
4
5 Dampak moderat Dapat berpengaruh pada orang yang mengalami & menyebabkan dampak serius pada proses.
6 Cedera ringan Akan berpengaruh pada orang dan menyebabkan dampak serius pada proses.
2
3 Kemungki
nan rendah
1 dalam 5.000
Mungkin, tapi tidak diketahui datanya, kondisi terjadi dalam kasus terisolasi, tetapi kemungkinannya rendah
4 5 Kemungki nan moderat 1 dalam 200
Didokumentasikan, tetapi jarang,
kondisi tersebut memiliki
kemungkinan cukup besar terjadi 6
7 Kemungki
nan tinggi
1 dalam 100
Didokumentasikan & sering, kondisi tersebut terjadi sangat teratur dan / selama jangka waktu yang wajar.
8
9 Yakin
terjadi
1 dalam 20 Didokumentasikan, hampir pasti, kondisi tersebut pasti akan terjadi selama periode panjang yang spesifik untuk langkah / hubungan tertentu
Rate Deskripsi kemungkinan Definisi
6
7 Kemungkinan tinggi
2 dari 10 Tidak akan terdeteksi dengan mudah
8
9 Hampir pasti tidak terdeteksi
0 dari 10 Tidak mungkin terdeteksi tanpa upaya serius
10 Tidak ada upaya deteksi
Tidak ada mekanisme deteksi atau proses baru
Modus kegagalan harus dilakukan prioritas sesuai dengan prioritas tindakan.Jika modus kegagalan menggunakan RPN, mungkin dapat memilih “cut off point” untuk menentukan prioritas.Nilai dibawah cutoff point tidak memerlukan tindakan segera kecuali tersedia waktu.Nilai di
Dampak pada staf: komplain dari pasien
Saat cut of point atau target RPN ditentukan 150maka dibawah 150 resiko diterima oleh rumah sakit.Diatas atau sama dengan 150 maka resiko akan di kontrol atau dieleminasi dengan rencana tindak lanjut.
5. Identifikasi akar masalah modus kegagalan
Dalam konteks FMEA, RCA digunakan untuk menganalisis kemungkinan salah dalam Proses dan sistem.Desainnya adalah bagaimana kegagalan dimasa datang bisa dicegah. Kalaupun tidak dapat dicegah, pasien harus di proteksi terhadap dampak kegagalan tersebut atau dampak di mitigasi. Alat bantu yang bisa digunakan untuk analisis akar penyebab.
b. Belajar dari rumah sakit lain dalam mengatasi masalah untuk
problem yang sama.
c. Berkomitmen untuk mencapai berubahan baru dalam cara
pandang baru. Strategi Redesain
a. Desain atau desain ulang proses untuk eleminasi peluang terjadinya kegagalan (mencegah terjadinya kegagalan).
b. Mencegah kegagalan sampai ke pasien dg meningkatkan deteksi
kegagalan.
c. Fokus pada mitigasi dampak kesalahan yang sampai ke pasien.
7. Analisis dan uji coba proses yang baru
a. Panduan Analisis.
i. Bagaimana proses baru tersebut dapat diterapkan.
ii. Kapan proses yg baru akan diterapkan
iii. Buat visi dan strategi
iv. Komunikasikan visi yang berubah. b. Strategi pemantauan.
i. Dokumentasikan seluruh hasil proses yang baru, masukkan ke dalam prosedur (sehingga menjadi standar baru).
ii. Berikan training dan sosialisasi menyeluruh.
iii. Jaga kestabilan proses selama beberapa waktu untuk memastikan kekonsistenannya.
Tabel Contoh Implementasi dan Pemantauan Hasil Kegiatan Tindakan yg diambil PIC (penanggu ng jawab) Datelin e (Batas waktu) S O D RP N
f. Lakukan pengukuran S, O dan D kembali setelah tindak lanjut
dilakukan.
g. Hitung kembali nilai RPN baru.
h. Jika nilai RPN sudah mencapai target maka cari kembali nilai RPN yang masih diatas target.
B.5 HAZARD VULNE RABI LI TY ASSE SSME NT (HVA)
HVA merupakan cara untuk memusatkan perhatian pada bahaya yang paling mungkin terjadi dan memberikan dampak pada fasilitas rumah sakit dan masyarakat sekitarnya dan harus ditinjau lagi setiap tahun. HVA diasumsikan setiap insiden yang terjadi pada saat kemungkinan terburuk (misalnya selama jumlah pasien banyak/ peak patient loads). Kategori dan issue penilaian HVA terdiri atas:
1. Kategori untuk menentukan Probabilitas a. Risiko yang diketahui / known risk
c. Pada Bisnis / Business Impact
i. Gangguan Bisnis (berapa lama?) / Business interruption (how long?)
ii. Staf tidak dapat melaporkan pekerjaan / Employees unable to report to work
iii. Pelanggan tidak dapat mencapai fasilitas / Customers unable to reach facility
iv. Perusahaan yang melanggar perjanjian kontrak /Company in
violation of contractual agreements
v. Pengenaan denda dan hukuman atau biaya hukum /Imposition
of fines and penalties or legal costs
vi. Gangguan pasokan yang kritis / Interruption of critical supplies
vii. Gangguan distribusi pada produk / Interruption of product
distribution
vi. Ketersediaan sistem cadangan / Availability of back-up systems
vii. Kemampuan Sumber daya internal untuk bertahan terhadap
bencana / survival / Internal resources ability to withstand disasters/survivability
b. Kategori untuk menentukan Sumber Eksternal
i. Jenis perjanjian dengan lembaga masyarakat / latihan? (Types of agreements with community agencies/drills?)
ii. Koordinasi dengan lembaga lokal dan Nasional (Coordination
with local and state agencies)
iii. Koordinasi dengan fasilitas perawatan kesehatan yang lebih
tinggi (Coordination with proximal health care facilities)
iv. Koordinasi dengan fasilitas pengobatan khusus (Coordination
with treatment specific facilities)
v. Sumber daya masyarakat (Community resources)
3 Sering (
Frequent)
Peristiwa bencana terjadi lebih sering dari sekali setiap 5 tahun (misalnya sekali setiap 2 tahun)
A disaster event occurs more often than once every 5 years (e.g. once every 2 years)
Tabel Nilai Dampak Pada Manusia Sk or Dampak Keterangan 0 Tidak ada Dampak (0).
Tidak ada dampak yang berarti / bahaya yang
mempengaruhi masyarakat , kalaupun terjadi
pengaruhnya minimal.
1 Terbatas
Dampak terbatas berarti kejadian bencana
umumnya melibatkan ancaman terhada sejumlah
masyarakat. Mungkin ada beberapa penduduk
yang luka-luka / dislokasi/kematian. Misal tanah longsor.
2 Substansi
al
Dampak besar berarti kejadian bencana
menyebabkan sejumlah besar penduduk cedera
dislokasi / kematian. Misal kecelakaan
transportasi, kebakaran , dan banjir
2 Substansial
Dampak besar artinya dampak kejadian bencana menyebabkan kerusakan moderat di area yang luas atau terkonsentrasi. Kerusakan terhadap properti publik dan swasta dapat melebihi sumber daya lokal untuk memperbaiki atau mengganti.
3 Mayor
Dampak yang lebih besar artinya dampak kejadian bencana menyebabkan kerusakan berat pada properti publik dan swasta di area yang luas atau daerah terkonsentrasi dengan dampak yang parah. Besarnya bencana dapat menghasilkan Deklarasi Pemerintah Bencana besar / Nasional atau Darurat
B.6 I NF E CTI ON CONTROL RI SK ASSE SSME NT (I CRA)
Infection Control Risk assessment (ICRA) Merupakan bagian dari proses perencanaan PPI. ICRA sebagai langkah awal untuk mengembangkan rencana dengan baik. ICRA merupakan perencanaan yg
6. Mengidentifikasi isu terkait: ventilasi, saluran air, listrik seandainya ada gangguan
7. Mengidentifikasi penghalang debu apa yang digunakan. Contoh penghalang tembok,perlu atau tidaknya HEPA filter.
8. Mempertimbangkan potensial risiko kerusakan air. Ada tidaknyarisiko terkait struktur bangunan seperti tembok, atap, plafon.
9. Mengidentifikasi jam kerja.Bias atau tidaknyakonstruksi dilakukan diluar jam perawatan pasien.
10. Apakah plan membutuhkan ruangan isolasi atau aliran udara negative?
11. Apakah plan membutuhkan tempat cuci tangan (handwashing sinks)?
12. Apakah staf pengendalian infeksi setuju dengan jumlah minimal tempat cuci tangan untuk proses ini? (lihat pedoman AIA untuk
BAB VI
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pencatatan dan pelaporan kegiatan manajemen risiko terbagi tiap langkah mulai dari identifikasi risko sampai pengelolaan risiko dan dilakukan tiap tahun.
1. Dokumenidentifikasi risikomeliputi laporan IKP, case report,
complaint, Claim data, Clinical care review, Audit Medis,
Occurrence Screening/Medical Record Review, Survey / Self
Assesment .
2. Dokumenanalisis risiko meliputi laporan risk grading, laporan investigasi sederhana, laporan RCA, laporan FMEA, laporan HVA, dan laporan ICRA.
3. Dokumen evaluasi risiko meliputi laporan rangking risiko, prioritas risiko, Cost Benefit Analysis, dan penentuan risiko dapat diterima atau tidak.
BAB VII
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring program mutu dan keselamatan pasien dipimpin oleh Direktur Rumah Sakit Royal Surabaya. Pimpinan memastikan bahwa mutu dan keselamatan pasien berjalan di rumah sakit. Dalam melaksanakan proses monitoring Direktur Rumah Sakit Royal Surabaya akan melakukannya melalui rapat koordinasi dengan manajer unit di masing-masing pelayanan secara berkala, maupun insidentil.
Dalam proses tersebut akan dilakukan evaluasi terkait pelaksanaan program mutu dan keselamatan pasien melalui audit internal di rumah sakit. Pelaksanaan ini bertujuan untuk memberi jaminan bahwa mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit terus menerus dilakukan perbaikan, sesuai dengan kondisi
BAB VIII PENUTUP
Pedoman Manajemen Risiko Klinis merupakan acuan kegiatan manajemen risiko di Rumah Sakit Royal Surabaya yang berjalan secaraberkesinambungan dan berkelanjutan. Buku Pedoman ini akan di lakukan evaluasi secara berkalasetiap 3 tahun sekali.