Peningkatan Kapasitas API
di Lingkungan Kemenristekdikti dalam Melakukan APBJ
AUDIT PENGADAAN
BARANG DAN JASA
SWAKELOLA
1
Disampaikan oleh ;
Emharri Manda Nasution, SE, MM, CA.
1. Audit PBJ Swakelola
2. Titik Kritis PBJ/
Modus-modus Penyimpangan
PBJ
3. Konsepsi penulisan
temuan hasil audit.
4. Impilkasi Hukum
5. Kontroversi Keuangan
Negara dan Kerugian
Keuangan Negara
2
AUDIT PBJ SWAKELOLA
Sub Bahasan I
KONSEPSI PENGADAAN BARANG/JASA
SWAKELOLA
4
• Kegiatan PBJ di mana pekerjaannya
direncanakan, dikerjakan, dan/atau
diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai
penanggung jawab anggaran, instansi
pemerintah lain, dan/atau kelompok
masyarakat.
Definisi
• Pekerjaan tertentu yang telah diatur dalam
Perpres Nomor 70 tahun 2012 Pasal 26
ayat 2. Pekerjaan yang tidak memenuhi
kriteria pada pasal tersebut, tidak boleh
diadakan melalui swakelola.
TAHAPAN SWAKELOLA
• Terdapat 11 jenis kegiatan pengadaan barang/jasa yang dapat di-swakelola-kan Identifikasi barang/jasa yang dibutuhkan memenuhi
kriteria dapat diadakan melalui swakelola
• K/L/D/I penanggung jawab anggaran • Instansi lain yang
bukan penanggung jawab anggaran
• Kelompok masyarakat
Penetapan
pelaksana swakelola
• Perencanaan • Pelaksanaan • Pengawasan dan
evaluasi
Dapat Di-Swakelola-kan
(Perpres 70/2012 Pasal 26 ayat 2)
6
Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
dan/atau memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya manusia
serta sesuai dengan tugas pokok K/L/D/I.
• Contoh : bimbingan teknis, workshop, dan lain-lain.
Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan
partisipasi langsung masyarakat setempat atau dikelola oleh
K/L/D/I.
• Contoh : perbaikan pintu irigasi/pintu pengendalian banjir, dan lain-lain.
Pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau
pembiayaannya tidak diminati oleh penyedia barang/jasa.
Dapat Di-Swakelola-kan
(Perpres 70/2012 Pasal 26 ayat 2)
7
Pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa akan menimbulkan ketidakpastian dan risiko yang besar
• Contoh : pengangkutan/ pengerukan sampah pada instalasi pompa, penimbunan daerah rawa, dan lain-lain.
Penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau penyuluhan.
• Contoh : pelatihan keahlian/keterampilan, kursus pengadaan barang/jasa pemerintah dan lain-lain.
Pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) dan survei yang bersifat khusus untuk pengembangan teknologi/metode kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa.
Dapat Di-Swakelola-kan
(Perpres 70/2012 Pasal 26 ayat 2)
8
Pekerjaan survei, pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah, pengujian di laboratorium dan pengembangan sistem tertentu.
• Contoh : penyusunan/pengembangan peraturan perundang-undangan.
Pekerjaan yang bersifat rahasia bagi K/L/D/I yang bersangkutan.
• Contoh : pencetakan ijazah, pembangunan bangunan rahasia, dan lain-lain.
Pekerjaan industri kreatif, inovatif, dan budaya dalam negeri.
• Contoh : pembuatan film animasi, pembuatan permainan interaktif, dan lain-lain.
Penelitian dan pengembangan dalam negeri.
• Contoh : penelitian konstruksi tahan gempa.
Pekerjaan pengembangan industri pertahanan, industri alutsista dan industri almatsus dalam negeri.
Penyelenggaraan Swakelola
9
• Perencanaan
• Pelaksanaan
• Pengawasan dan Evaluasi
K/L/D/I penanggung jawab anggaran
• Perencanaan
• Pelaksanaan
• Pengawasan dan Evaluasi
Instansi Pemerintah Lain Pelaksana Swakelola
• Perencanaan
• Pelaksanaan
• Pengawasan dan Evaluasi
PKA PENGADAAN BARANG/JASA
SWAKELOLA
10
PKA pengadaan barang/jasa swakelola diarahkan pada
aspek-aspek berikut:
Aspek ketaatan terhadap ketentuan perundang-undangan
yang berlaku
Aspek kewajaran harga
Aspek ketepatan kualitas
Aspek ketepatan kuantitas
Aspek ketepatan waktu
PKA Pengadaan Barang/Jasa
Swakelola – Modifikasi
11
1. Identifikasi apakah pekerjaan pengadaan barang/jasa telah memenuhi
ketentuan untuk dilaksanakan secara swakelola (terdapat 11 kriteria sesuai pasal 26 ayat (2) Perpres Nomor 70 Tahun 2012).
2. Identifikasi apakah pelaksanaan swakelola dengan menggunakan tenaga ahli perseorangan dari luar tidak melebihi 50% dari tenaga sendiri.
3. Identifikasi apakah pelaksanaan swakelola dilaksanakan oleh penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain atau kelompok masyarakat
pelaksana swakelola.
Untuk pelaksanaan swakelola oleh penanggung jawab anggaran apakah telah memenuhi ketentuan Lampiran Perka LKPP Nomor 14 Tahun 2012 Bab VIII Butir B.
Untuk pelaksanaan swakelola oleh instansi pemerintah lain apakah telah memenuhi ketentuan pada Lampiran Perka LKPP Nomor 14 Tahun 2012 Bab VIII Butir C dan naskah kerja sama atau Nota Kesepahaman
mengenai pelaksanaan pekerjaan Swakelola.
Untuk pelaksanaan swakelola oleh kelompok masyarakat apakah telah memenuhi ketentuan pada Lampiran Perka LKPP Nomor 14 Tahun 2012 Bab VIII Butir D dan pedoman/petunjuk teknis yang ditetapkan oleh
instansi penanggung jawab anggaran.
PKA Pengadaan Barang/Jasa
Swakelola – Modifikasi
12
4. Identifikasi apakah pelaksanaan swakelola telah dilaporkan secara berkala oleh pelaksana lapangan/pelaksana swakelola kepada PPK. 5. Identifikasi apakah laporan kemajuan (realisasi fisik dan keuangan) telah
dilaporkan setiap bulan oleh PPK kepada Menteri/Kepala Lembaga/ Gubernur/Bupati/Walikota/Pejabat yang disamakan.
6. Identifikasi apakah setelah pelaksanaan pekerjaan Swakelola selesai
100% (sasaran akhir pekerjaan telah tercapai), Ketua Tim Pelaksana telah menyerahkan pekerjaan kepada PPK.
7. Identifikasi apakah PPK menyerahkan pekerjaan dan laporan pekerjaan selesai kepada PA/KPA melalui Berita Acara Serah Terima Hasil
Pekerjaan.
8. Untuk swakelola yang dilaksanakan instansi lain dan kelompok masyarakat, teliti apakah setelah dilakukan penyerahan pekerjaan, dilanjutkan dengan proses penyerahan aset sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
PKA Pengadaan Barang/Jasa
Swakelola – Pelaksana Pokmas
13
1. Dapatkan proposal kegiatan yang dibuat kelompok masyarakat (Pokmas). Bandingkan kesesuaian proposal dengan ketentuan yang berlaku dan kebutuhan masyarakat (kebutuhan masyarakat bisa diketahui dari observasi dan wawancara kepada masyarakat).
2. Lakukan wawancara dengan perangkat pemerintahan setempat (lurah/camat) dan anggota Pokmas mengenai eksistensi Pokmas. Identifikasi keterlibatan/partisipasi masyarakat sesuai peran dalam keanggotaan Pokmas.
3. Lakukan pengamatan/wawancara/konfirmasi untuk meyakinkan bahwa pelaksanaan pekerjaan dilakukan sendiri oleh Pokmas (tidak diborongkan kepada pihak III).
4. Lakukan inventarisasi/opname untuk menilai kualitas hasil pekerjaan, kesesuaian dengan item pekerjaan di proposal, dan kesesuaian
penyelesaian pekerjaan dengan laporan kemajuan.
5. Dapatkan rekening penampungan dana swakelola pada Pokmas.
Bandingkan tanggal penerimaan dana di buku rekening Pokmas dengan laporan pencairan dana dari penanggung jawab anggaran serta
TITIK KRITIS PBJ/
MODUS-MODUS PENYIMPANGAN PBJ
Sub Bahasan II:
Titik Kritis (Red Flag) dalam RUP
•
Identifikasi keinginan, bukan kebutuhan;
– Biasanya muncul karena ketidakpahaman prinsip perencanaan. – Juga disebabkan “titipan”.
•
Pemaketan pekerjaan;
– Tidak berdasarkan sifat pekerjaan – Memperbanyak pengadaan langsung
•
Cara pelaksanaan pengadaan;
– Swakelola vs. penyedia
•
Tidak menyusun dan mengumumkan RUP
•
Melaksanakan pengadaan sebelum semua pendukung dinyatakan
siap (ijin, pembebasan lahan, dana, dll)
•
Pembentukan organisasi pengadaan;
– PA/KPA merangkap PPK (bukan “bertindak sebagai”) – PPK tidak bersertifikat
Titik Kritis (Red Flag) dalam
Pengadaan Barang
aspek kewajaran
harga.
kesesuaian spesifikasi.
ketepatan kualitas. ketepatan
kuantitas. pemanfaatan
barang yang diperoleh.
Titik Kritis (Red Flag) dalam Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi
ketidaktepatan penggunaan standar koefisien dalam penyusunan RAB; kemahalan harga terutama bahan dan pemakaian alatyang digunakan;
perbedaan asumsi dalam penyusunan spesifikasi teknis maupun RAB dgn kondisi lapangan;
kekurangan volume pekerjaan;
kelebihan
perhitungan volume fisik yg ditagihkan
pembayarannya (kontrak harga
satuan);
spesifikasi/kualitas bahan tidak sesuai
dengan yang ditetapkan; keterlambatan penyelesaian pekerjaan; adanya pengalihan pekerjaan utama dari
Titik Kritis (Red Flag) dalam Pengadaan
Jasa Konsultansi
Tahap Persiapan ...
1) Penyusunan KAK tidak sesuai ketentuan:
• Persyaratan kualifikasi tenaga ahli tidak
memadai.
• Persyaratan kualifikasi tenaga ahli terlalu
tinggi.
• Ruang lingkup dan hasil pekerjaan tidak
jelas/tidak spesifik.
• Perhitungan kebutuhan tenaga ahli
(orang/bulan) tidak didukung analisis yang
Titik Kritis (Red Flag) dalam Pengadaan
Jasa Konsultansi
2) Penyusunan dokumen seleksi jasa konsultansi
• Persyaratan administrasi, teknis, dan biaya
yang dibuat dalam dokumen seleksi tidak
lengkap.
• Jenis dan draft kontrak tidak dibuat.
• Sistem pengadaan tidak dijelaskan dalam
dokumen seleksi.
Titik Kritis (Red Flag) dalam Pengadaan
Jasa Konsultansi
3) Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
• Penyusunan RAB untuk tenaga ahli dan non-tenaga ahli
terlalu tinggi/rendah karena tidak dilakukan survai pasar
dan tidak sesuai dengan kualifikasi tenaga ahli dan ruang
lingkup pekerjaan.
4) Pemilihan sistem pengadaan
• Kesalahan dalam menetapkan metode seleksi, metode
pemasukan dokumen, metode evaluasi, dan penentuan
jenis kontrak.
5) Penyusunan jadwal pemilihan dan pelaksanaan pekerjaan
• Jadwal seleksi terlalu pendek.
Titik Kritis (Red Flag) dalam Pengadaan
Jasa Konsultansi
Tahap Seleksi Konsultan
1) Proses kualifikasi yang tidak benar dan hasilnya tidak disampaikan
secara lengkap di dalam pengumuman.
2) Adanya post-bidding, yaitu menambah, mengganti, mengubah,
dan/atau mengurangi dokumen seleksi dan/atau dokumen
penawaran oleh ULP dan/atau peserta pengadaan setelah batas
akhir pemasukan penawaran.
3) Kriteria evaluasi tidak jelas dan cenderung subjektif (contoh dalam
menilai metodologi kerja).
4) Tahap negosiasi biaya, khususnya biaya tenaga ahli tidak
dilakukan sesuai ketentuan.
5) Tahap klarifikasi dan pembuktian kualifikasi:
a. terdapat rekayasa pengalaman kerja baik perusahaan ataupun
tenaga ahli;
Titik Kritis/Red Flag dalam Pengadaan
Barang/Jasa Swakelola - Umum
22
1. Pekerjaan yang dilaksanakan tidak memenuhi kriteria
sebagai pekerjaan yang dapat dilakukan secara swakelola
sesuai Perpres Nomor 70 Tahun 2012 pasal 26 ayat 2.
2. Pekerjaan sulit dikendalikan karena tidak dibuatnya jadwal
pelaksanaan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan;
3. Tenaga ahli perseorangan yang digunakan melebihi 50%
dari jumlah keseluruhan pegawai K/L/D/I yang terlibat dalam
kegiatan swakelola;
4. Pelaksana swakelola tidak membuat laporan harian, laporan
mingguan dan laporan bulanan sebagai bentuk
Titik Kritis/Red Flag dalam Pengadaan
Barang/Jasa Swakelola - Pokmas
23
1) Proposal tidak dibuat dengan cermat/sekadar
formalitas.
2) Eksistensi kelompok masyarakat diragukan.
3) Partisipasi masyarakat rendah.
4) Pekerjaan diborongkan ke pihak III.
5) Kualitas pekerjaan rendah.
6) Penyaluran dana tidak sesuai dengan prestasi
pekerjaan.
7) Laporan kemajuan pekerjaan tidak sesuai kondisi riil.
8) Pelaksanaan pekerjaan menyimpang dari
24
M ODU S T PK DALAM PEN GADAAN BARAN G/JASA
PERENCANAAN PBJ PEMBENTUKAN PANITIA/
PEJABAT PENGADAAN PENETAPAN METODE PBJ
25
M ODU S T PK DALAM PEN GADAAN BARAN G/JASA
PROSES PERENCANAAN
ANGGARAN
PEMANFAATAN INFO UTK PIHAK TERTENTU SUAP PIHAK TERTENTU
KE PEJABAT SATKER, SETJEN
KEGIATAN YG DIUSULKAN TIDAK SESUAI KEBUTUHAN SUAP DLM RANGKA BAHAS
ANGGARAN
FORMALITAS DOKUMEN UTK BAHAS ANGG, BACK
DATE
26
PERENCANAAN PBJ PEMBENTUKAN PANITIA/
PEJABAT PENGADAAN PENETAPAN METODE PBJ
PENYUSUNAN JADWAL PELAKSANAAN PENYUSUNAN HPS PENYUSUNAN DOKUMEN PBJ PERSIAPAN PENGADAAN B/J PEMERINTAH
M ODU S T PK DALAM PEN GADAAN BARAN G/JASA
PEMAKETAN PEKERJAAN UTK AKOMODIR KEPENTINGAN PIHAK TERTENTU (PESANAN/JATAH) PENYUSUNAN SPESIFIKASI BARANG/JASA MENGARAH
PADA MEREK TERTENTU SESUAI PESANAN/KEPENTINGAN PIHAK TERTENTU PENYUSUNAN KRITERIA EVALUASI UTK AKOMODIR
KEPENTINGAN PIHAK TERTENTU
PENGANGKATAN PANITIA/PEJABAT PENGADAAN YANG DAPAT DIAJAK BEKERJASAMA (KOLUSI)
ATAU TIDAK BERKUALIFIKASI (FORMALITAS) GUNAKAN METODE PEMILIHAN/PENUNJUKAN LANGSUNG DGN ALASAN YANG TIDAK TEPAT ATAU LELANG DENGAN SKENARIO TERTENTU (FORMALITAS)
JADWAL PENGADAAN FORMALITAS ATAU DISUSUN DGN SKENARIO UTK KEPENTINGAN PIHAK TERTENTU
HPS DISUSUN TIDAK SESUAI KETENTUAN (SURVEY) BAHKAN BERSUMBER/TITIPAN PIHAK TERTENTU DGN
INDIKASI SUDAH DI MARK-UP
27 PELAKSANAAN PB/J PEMBORONGAN /JAS ALAINNYA PELAKSANAAN PENGADAAN JASA KONSULTASI PENYUSUNAN KONTRAK PELAKSANAAN KONTRAK PROSES PENGADAAN B/J PEMERINTAH
M ODU S T PK DALAM PEN GADAAN BARAN G/JASA
PENGUMUMAN PENGADAAN TIDAK TRANSPARAN, TERBATAS, FIKTIF, DLL
AANWIJZING FORMALITAS, TIDAK TRANSPARAN, AKOMODIR KEPENTINGAN PIHAK TERTENTU SKENARIO DALAM PROSES PENDAFTARAN CALON PENYEDIA B/J & PENERIMAAN DOKUMEN PENAWARAN
PROSES EVALUASI TIDAK TRANSPARAN, POST BIDDING, STANDAR GANDA, FORMALITAS, DLL
SKENARIO DALAM PROSES SANGGAH, FORMALITAS, PENYELESAIAN SANGGAH TIDAK SESUAI KETENTUAN
PROSES PENYUSUNAN KONTRAK FORMALITAS, BAHKAN DISERAHKAN KEPADA CALON PEMENANG
PROSES TTD KONTRAK FORMALITAS, BACK DATE PERUBAHAN KONTRAK TANPA ADENDUM, ADENDUM
KONTRAK FORMALITAS
INTERVENSI DALAM PENETAPAN CALON PEMENANG / PENYEDIA B/J, PROSES PENGUMUMAN PEMENANG
28
M ODU S T PK DALAM PEN GADAAN BARAN G/JASA
PROSES SERAH TERIMA
&
PEMBAYARAN
PROSES PEMERIKSAAN B/J FORMALITAS, FIKTIF, DLL DOKUMEN PEMERIKSAAN B/J FORMALITAS, FIKTIF,
BACKDATE, DLL
SUAP KEPADA PANITIA PENERIMA
DOKUMEN & PERSYARATAN PENCAIRAN ANGGARAN FORMALITAS, FIKTIF, BACKDATE, DLL
SUAP KEPADA PETUGAS PELAKSANA PEMBAYARAN PEMERASAN, PUNGLI, DANA TAKTIS, DLL DALAM
PROSES PEMBAYARAN PEKERJAAN
ALIRAN DANA KEPADA PEJABAT/PANITIA (KICKBACK, GRATIFIKASI,)
KONSEPSI PENULISAN
TEMUAN HASIL AUDIT
Kerangka Konseptual
Pelaksanaan Audit PBJ
Sasaran
Audit PKA
Prosedur Audit
Teknik Audit
Bukti
Audit KKA Strategi utk mencapai SA Memilih sesuai analisis (SWOT dan MR)
Harus Logis Mendapatkan sesuai Rekocuna Mendoku- mentasikan keg audit Bukti dianalisis
TK Proses Bisnis MR Sisa Risiko PI Pengendalian Kunci
Tahapan Penyusunan PKA
Perumusan Sasaran Audit
Mengidentifikasi bukti –bukti yang
dibutuhkan (rekocuna) utk mendukung
masalah yg akan diungkapkan
Memilih teknik audit yang tepat
Menyusun kalimat yang akan dituangkan
dalam PKA
Bukti audit yg diperoleh pengujian
UNSUR
-
UNSUR
temUaN
haSil aUdit
• KONDISI
Fakta
• KRITERIA
Hal yg harus dipedomani
• SEBAB
Pelaku yg mendorong Kondisi
≠
kriteria
• AKIBAT / DAMPAK
Pengaruh thd tujuan,
organisasi, atau sth.
• REKOMENDASI
Menghilangkan penyebab
dan meminimalkan akibat
PENGERTIAN AUDIT
Audit adalah proses kegiatan yang bertujuan
untuk
meyakinkan
tingkat kesesuaian antara
suatu
kondisi
yang menyangkut kegiatan dari
suatu entitas
dgn kriterianya
, dilakukan oleh
auditor yg kompeten dan independen dgn
mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti
pendukungnya secara sistematis, analitis, kritis,
dan selektif, guna memberikan pendapat atau
TIPS...
• THA ; Kondisi
≠
Kriteria
• Kondisi – Kriteria = Akibat
akibat = temuan
• Kondisi – Kriteria = Penyebab
• Akibat = Penyebab
• Rekomendasi – Penyebab = 0 (menghilangkan
penyebab)
• Rekomendasi > Akibat
• Rekomendasi – Akibat > 0 (meminimalkan
akibat)
menghilangkan output dan
Contoh 1...
• Hasil audit kinerja atas pengadaaan 20 unit
mesin genset yang dilaksanakan oleh CV. ABC
dengan nilai kontrak Rp. 330.000.000,-, auditor
menyimpulkan bahwa pengadaan yang
Terdapat Kerugian Negara Sebesar Rp 44.000.000 Atas
Pengadaan 20 Unit Genset Oleh CV. ABC .
KONDISI
Dari hasil verifikasi bukti pembayaran no .... tanggal .... dan berita acara serah terima barang dari CV ABC tgl ...., diperoleh data bahwa telah direalisasikan pembayaran senilai Rp 330.000.000 atas pengadaan 20 unit mesin genset.
KRITERIA
• Perka LKPP no 14 thn 2012 ttg Juknis Perpres 70 thn 2012, mengatur bahwa HPS adalah alat untuk menilai kewajaran penawaran harga termasuk
rinciannya dan sebagai dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran yang sah
• Berdasarkan konfirmasi harga pada 3 toko penyedia mesin genset diperoleh rata-rata harga wajar untuk 20 unit mesin genset adalah Rp 286.000.000
SEBAB
Terdapat Kerugian Negara Sebesar Rp 44.000.000 Atas
Pengadaan 20 Unit Genset Oleh CV. ABC .
AKIBAT/DAMPAK
HPS tidak dapat dijadikan acuan untuk menilai kewajaran harga penawaran yang masuk sehingga berdampak terjadinya kelebihan pembayaran kepada CV. ABC yang dapat merugikan negara sebesar Rp. 44.000.000,-
REKOMENDASI
• Kepala Satker agar memberikan sanksi kepada PPK sesuai PP .... atas kelalaian dalam melaksanakan prosedur penyusunan dan menetapkan HPS.
Contoh 2 ...
• Hasil audit kinerja atas pengadaaan 20 unit
komputer yang dilaksanakan oleh CV. XYZ
dengan nilai kontrak Rp. 330.000.000,-, auditor
menyimpulkan bahwa pengadaan yang
dilakukan oleh CV. XYZ terdapat pekerjaan
yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang
setara dengan nilai Rp 22.000.000,-. Yaitu di
kontrak mencantumkan spek diantaranya adalah
RAM 4 GB, dan operating system 64 bit, namun
yang direalisasikan RAM 2 GB dan operating
Terdapat Pengadaan 20 Unit
Komputer Oleh CV. XYZ
Tidak Sesuai Spek Yang
Merugian Negara sebesar Rp
22.000.000
KONDISI
Dari hasil inventarisasi fisik atas pengadaan komputer yang
dilaksanakan oleh CV. XYZ, diketahui bahwa spesifikasi
teknis dari 20 unit komputer tersebut adalah RAM 2 GB
dan operating system 32 bit dengan harga wajar adalah Rp
308.000.000
KRITERIA
Berdasarkan Kontrak Pengadaan Komputer Nomor
Terdapat Pengadaan 20 Unit
Komputer Oleh CV. XYZ
Tidak Sesuai Spek Yang
Merugian Negara sebesar Rp
22.000.000
SEBAB
• Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) tidak teliti dalam
melakukan pemeriksaan spesifikasi komputer.
• PPK tidak melakukan penilaian ulang atas hasil pekerjaan.
AKIBAT
Komputer tidak dapat digunakan secara optimal yang dapat merugikan
negara sekurang-kurangnya sebesar Rp. 22.000.000, dan maksimal
Rp 330.000.000,-
REKOMENDASI
• Kepala Satker agar memberikan sanksi kepada PPK dan PPHP
sesuai PP ... kepada PPHP atas ketidaktelitian dalam melaksanakan
pemerikasaan hasil pekerjaan.
Contoh 3 ...
• Hasil audit kinerja atas pengadaaan 20 unit
Hasil audit kinerja atas pembangunan gedung
asrama 3 lantai yang dilaksanakan oleh PT.
ABC dengan nilai kontrak Rp. 4.400.000.000,-,
auditor menyimpulkan bahwa pembangunan
yang dilakukan oleh PT. ABC dengan unit price
tersebut, terjadi kekurangan pekerjaan
Terdapat Kekurangan Pekerjaan Seluas 100m2 Atas
Pemasangan Keramik Lantai Gedung Asrama Oleh PT
ABC Yang Merugian Negara Sebesar Rp 25.000.000.
KONDISI
Dari hasil inventarisasi fisik atas pembangunan gedung
asrama 3 lantai yang dilakukan oleh PT. ABC dengan nilai
kontrak Rp 4 M, diketahui bahwa untuk pemasangan
keramik lantai yang terealisasi adalah seluas 1.250m2
yang setara dengan nilai Rp 312.500.000
KRITERIA
Berdasarkan Kontrak Pembangunan gedung asrama
Nomor 123/IX/20xx , total pemasanagn keramik lantai
Terdapat Kekurangan Pekerjaan Seluas 100m2 Atas
Pemasangan Keramik Lantai Gedung Asrama Oleh PT
ABC Yang Merugian Negara Sebesar Rp 25.000.000.
SEBAB
• Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) tidak teliti dalam
melakukan pengukuran luas pemasangan keramik lantai.
• PPK tidak melakukan penilaian ulang atas hasil pekerjaan.
AKIBAT/DAMPAK
Terdapat kekurangan pekerjaan keramik lantai seluas 100m2 yang
merugiakan negara setara dengan nilai Rp. 25.000.000,
REKOMENDASI
• Kepala Satker agar memberikan sanksi kepada PPK dan PPHP
sesuai PP ... kepada PPHP atas ketidaktelitian dalam melaksanakan
pemerikasaan hasil pekerjaan.
IMPLIKASI HUKUM
Permasalahan PBJ dan Dampak Hukum
• Kontrak diputus ? • Blacklist
• Kualitas rendah • Akuntabilitas tdk ada • Proses
Pemilihan • Penetapan Penyedian
Hasil Uji B/J
Neraca B/J Kontrak Dok PBJ HPS RUP PA/KPA 20xx-1 PA/KPA 20xx-1 20xx ULP/PP 20xx-1 20xx PPK/KPA 20xx PPHP 20xx PA/KPA Perencanaan
PBJ Pemilihan Penyedia PBJ Pelaksanaan Kontrak PBJ
Pemanfaatan PBJ
HAN (PTUN) HUKUM PERDATA
Tindakan yang Dikenakan Sanksi
Tindakan
Sanksi
Dasar
Pelanggaran dan/atau
kecurangan dalam proses
Pengadaan Barang/Jasa
Sanksi Administrasi
Penuntutan ganti
rugi’Pelapran secara
Pidana
Pasal 118.7
Pasal 123
Tindakan yang Dikenakan Sanksi
Tindakan
Sanksi
Dasar
Mengundurkan diri setelah batas akhir pemasukan penawaran atau mengundurkan diri dari pelaksanaan kontrak dengan tidak dapat
dipertanggungjawabkan
dan/atau tidak dapat diterima oleh Kelompok Kerja
ULP/Pejabat Pengadaan
• Jaminan penawaran dicairkan
• Pengenaan daftar hitam
Pasal 85.4
Penyedia B/J mengalihkan pelaksanaan pekerjaan utama berdasarkan kontrak, dengan melakukan subkonrak kepada pihak lain, kecuali sebagian kepada Penyedia B/J Spesialis.
• Denda sesuai ketentuan dalam kontrak
Pasal 87
Tindakan yang Dikenakan Sanksi
Tindakan
Sanksi
Dasar
Penyedia B/J melakukan ketidaksesuaian dalam
penggunaan B/J produksi dalam negeri (pemeriksaan dilakukan oleh APIP)
• Sanksi Administrasi • Pencantuman daftar
hitam
• Penuntutan secara perdata.
• Sanksi finansial.
Pasal 99 Pasal 118 Pasal 119
Konsulltan Perencana yang
tidak cermat dan mengakibatkan kerugian negara, dikenakan
sanksi berupa keharusan
menyusun kembali perencanaan dengan beban biaya dari
konsultan yang bersangkutan, dan.atau tuntutan ganti rugi.
• Keharusan menyusun kembali perencanaan dengan beban biaya dari konsultan ybs.
Pasal 121.
Tindakan yang Dikenakan Sanksi
Tindakan
Sanksi
Dasar
Membuat dan/atau
menyampaikan dokumen dan/atau keterangan lain yang tdak benar untuk memenuhi persyaratan Pengadaan B/J yang
ditentukan dalam dokumen pengadaan.
• Pembatalan sebagai calon pemenang.
• Pencairan jaminan pelaksanaan.
• Pencantuman daftar hitam. • Penuntutan secara perdata. • Pelaporan secara pidan
kepada pihak yang berwenang.
Pasal 118
Tindakan yang Dikenakan Sanksi
Tindakan
Sanksi
Dasar
Melakukan persekongkolan dengan Penyedia B/J lain untuk mengaur Harga
enawaran di luar prosedur pelaksanaan pengadaan B/J, sehingga mengurangi/
menghambat/memperkecil dan/atau meniadakan
persaingan yang sehat
dan/atau merugikan oran lain.
• Sanksi administrasi.
• Pencantuman daftar hitam. • Penuntutan secara perdata. • Pelaporan secara pidan
kepada pihak yang berwenang.
Pasal 118.
Tindakan yang Dikenakan Sanksi
Tindakan
Sanksi
Dasar
Berusaha mempengaruhi Kelompok Kerja
ULP/PP/Pihak Lain yang
berwenang dalam bentuk dan cara apapun, baik langsun maupun tidak langsung guna memenuhi keinginannya yang bertentangan dengan
ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam
Dokumen Pengadaan/
Kontrak, dan/atau ketentuan peraturan
perundang-undangan.
• Sanksi administrasi.
• Pencantuman daftar hitam. • Penuntutan secara perdata. • Pelaporan secara pidan
kepada pihak yang berwenang.
Pasal 118.
Tindakan yang Dikenakan Sanksi
Tindakan
Sanksi
Dasar
Tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kontrak secara bertanggung jawab.
• Pencairan jaminan pelaksanaan.
• Pengembaian uang muka (bila ada)
• Pengenaan denda (bila ada).
• Pengenaan daftar hitam.
Pasal 118. Pasal 93.2
KONTROVERSI KEUANGAN NEGARA
DAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA
MULTI PERSEPSI TERHADAP
KEUANGAN NEGARA
Batasan Kualifikasi
Kerugian Keuangan Negara
Masalah dalam Pembuktian
Kerugian Keuangan
Negara
Keuangan Negara
UU 31/1999
• Keuangan negara yang dimaksud adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, .
UU 17/2003
• Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
Kerugian Keuangan Negara/Kerugian Negara
UU TPK & UU Keu Neg
•
Kerugian Keuangan Negara atau Kerugian Negara tidak
didefinisikan
UU 1/2004
•
Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat
Kerugian Keuangan Negara
KERUGIAN KEUANGAN NEGARA
•
Kerugian negara yang terjadi bersifat pasti
artinya kerugian keuangan negara
benar-benar telah terjadi, misalnya sejumlah dana
yang hilang dari kas, pembayaran telah
dilaksanakan melebihi jumlah yang
Tahapan
Penghitungan Kerugian Keuangan Negara
Kasus
Posisi
•
Mengidentifikasi Penyimpangan
Fakta
•
Mengidentifikasi Transaksi
Method
•
Mengidentifikasi, Mengumpulkan, Verifikasi, dan
Evaluasi Bukti
Simpula n
Metode penghitungan
TOTAL LOSS
NET LOSS
Memperhatikan
Ragam pola penghitungan kerugian
keuangan negara_
Total Loss
Total pengeluaran
Total aset yg hilang
Total Pengeluaran
+ Biaya Tambahan
Total Penerimaan
Tidak Disetor
Ragam pola penghitungan kerugian
keuangan negara_
Net Loss
Pengeluaran
– Harga Wajar
Realisasi –
Harga Wajar
Pengeluaran
– Real Cost
Harga wajar –
Penerimaan
Tarif –
Penerimaan
Pengeluaran