• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH UMPAN BALIK EVALUASI FORMATIF TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI MAN SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH UMPAN BALIK EVALUASI FORMATIF TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI MAN SURABAYA."

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

SISWA KELAS XI MAN SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

VIVI NUR LATIFAH NIM D34211051

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

▸ Baca selengkapnya: contoh format laporan umpan balik dari siswa sd

(2)

▸ Baca selengkapnya: catatan umpan balik hasil supervisi

(3)
(4)
(5)

v

XI MAN SURABAYA

Oleh:

VIVI NUR LATIFAH

ABSTRAK

Kualitas hasil belajar matematika siswa masih rendah dan proses pembelajaran matematika masih belum optimal. Hal ini ditunjukkan oleh dengan adanya siswa yang kurang disiplin dalam mengerjakan soal latihan maupun PR, siswa juga kurang memahami konsep-konsep prasyarat, sehingga informasi materi yang disampaikan guru belum diterima siswa dengan jelas dan mengakibatkan terjadinya kesalahan konsep yang berkepanjangan. Jadi untuk mengetahui materi mana yang belum dipahami siswa dan untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan konsep yang berkepanjangan maka guru perlu memberikan evaluasi formatif serta “umpan balik” (feedback) terhadap hasil evaluasi formatif tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) tindak lanjut siswa terhadap umpan balik evaluasi formatif, (2) respon (pendapat) siswa terhadap umpan balik evaluasi formatif, (3) adanya pengaruh umpan balik evaluasi formatif terhadap hasil belajar matematika siswa.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pre-eksperimen dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IPS 1 MAN Surabaya tahun ajaran 2015-2016. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistika. Untuk mendapatkan data digunakan soal tes subjektif dan angket respon siswa (kuesioner). Analisis statistik yang digunakan adalah uji hipotesis data berpasangan.

Hasil dari penelitian ini adalah: (1) Prosentase rata-rata tindak lanjut siswa terhadap umpan balik evaluasi formatif adalah sebesar 54%. (2) respon (pendapat) siswa terhadap umpan balik evaluasi formatif yang diberikan pada pokok bahasan statistika adalah positif dengan prosentase rata-rata jawaban positif sebesar 87,43%, (3) hasil analisis uji hipotesis data berpasangan diperoleh t hitung = 7,95 dan t tabel = 1,711 dengan taraf signifikan 5%. Karena t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya hasil belajar siswa sesudah diberi umpan balik evaluasi formatif lebih besar dari pada hasil belajar siswa sebelum diberi umpan umpan balik evaluasi formatif. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa umpan balik evaluasi formatif berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa.

(6)

vi

COVER ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Batasan Penelitian ... 6

F. Devinisi Operasional ... 7

G. Sistematika Pembahasan ... 8

BAB II PEMBAHASAN A. Hasil Belajar Matematika ... 10

B. Evaluasi Formatif ... 14

C. Umpan Balik ... 22

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 30

E. Hipotesis Penelitian ... 31

F. Materi Statistika ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 32

C. Populasi ... 32

D. Sampel ... 33

E. Variabel Penelitian ... 33

F. Rancangan Penelitian ... 33

G. Prosedur Penelitian ... 34

H. Data dan Sumber Data ... 36

I. Instrumen Penelitian ... 37

(7)

vii

A. Analisis Data ... 44

1. Tindak Lanjut Umpan Balik ... 44

2. Respon Siswa ... 47

3. Hasil Belajar Matematika ... 49

B. Pembahasan ... 59

1. Tindak Lanjut Umpan Balik ... 59

2. Respon Siswa ... 61

3. Hasil Belajar Matematika ... 62

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 64

(8)

1 A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, menuntut adanya perubahan yang lebih baik dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan sumber daya manusia. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting, karena maju mundurnya suatu bangsa atau negara sebagian besar dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendidikan di negara itu, khususnya Indonesia yang merupakan negara berkembang.

Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini, tidak terlepas dari peran matematika. Peran matematika dalam memacu perkembangan ilmu pengetahuan itu terlihat dengan adanya penemuan-penemuan baru dibidang kedokteran, biologi, kimia, fisika, teknik, ekonomi, dan telekomunikasi yang syarat dengan perhitungan matematis. Mengingat matematika mempunyai andil yang cukup besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemerintah Indonesia memasukkan matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan disemua jenjang pendidikan, termasuk Sekolah Menengah Atas (SMA).1

Dalam kegiatan belajar mengajar, tentunya semua guru menginginkan siswanya berhasil, baik dari segi kemampuan pemahaman materi matematika maupun hasil belajar matematika. Kualitas hasil belajar siswa, dalam pelajaran matematika sangat diharapkan oleh semua pihak, tetapi kenyataan belum menggembirakan.

Kualitas hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika masih rendah. Hal ini ditunjukkan oleh hasil observasi pada saat peneliti melaksanaan PPL II di sekolah, bahwa dari 27 siswa dalam kelas, hampir semua siswa mengikuti remidi dalam ulangan matematika. Di sisi lain, terdapat keluhan siswa bahwa cara guru mengajar guru cenderung mengejar target capaian materi, tanpa mengecek apakah siswa telah memahami materi yang disajikan.

Tetapi seseorang tidak boleh mengambil kesimpulan sendiri, bahwa hal tersebut disebabkan karena adanya guru pengajar yang

1Herman Paneo, “Pengaruh Umpan balik Evaluasi Formatif terhadap Hasil

(9)

tidak mampu menyampaikan materi pelajaran, tanpa memperhatikan faktor lainnya. Karena ada banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran.

Rendahnya kualitas hasil belajar matematika ini memberikan indikasi bahwa pelaksanaan proses pembelajaran matematika di sekolah masih belum optimal. Kekurang optimalan proses pembelajaran tersebut juga ditunjukkan pada saat PPL II di sekolah, bahwa sebagian siswa kurang disiplin dalam menyelesaikan soal-soal latihan dan tugas pekerjaan rumah (PR), siswa juga kurang memahami konsep-konsep prasyarat dikarenakan mereka kurang merespon terhadap materi pelajaran yang diajarkan, sehingga informasi materi yang disampaikan oleh guru belum diterima dengan jelas. Ketidakjelasan informasi yang diterima siswa ini mengakibatkan terjadinya kesalahan konsep yang berkepanjangan.

Menjadi seorang guru tidaklah mudah. Seorang guru harus dapat mengambil keputusan yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, diperlukan informasi yang memadai tentang siswa, seperti penguasaan mereka terhadap materi, sikap, dan perilaku. Sehingga dalam hal ini evaluasi memegang peranan yang cukup penting.2

Untuk mengetahui keadaan siswa terhadap materi yang belum dikuasai dan dipahami, kesulitan dan kelemahan apa yang dirasakan siswa, maka evaluasi formatiflah yang tepat untuk diberikan secara berkelanjutan, serta untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan konsep yang berkepanjangan tersebut maka dalam evaluasi formatif perlu diberikan umpan balik. Menurut Dick, evaluasi formatif dipandang sebagai proses pengumpulan data tentang suatu produk selama pelaksanaan pengembangan, yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan produk sebelum menghasilkan produk akhir.3

Evaluasi formatif dalam penelitian ini diberikan setelah satu pokok bahasan selesai diajarkan (akhir pokok bahasan) atau ulangan harian, dengan maksud ketidakpahaman siswa terhadap

2Kusaeri, Supranato, Pengantar Penilaian Pendidikan. (Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2012), 3-4.

3Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta:

(10)

satu pokok bahasan materi pelajaran dapat diketahui oleh guru, sehingga tidak terlanjur diketahui setelah evaluasi sumatif dilaksanakan.

Melalui evaluasi formatif, guru akan memperoleh informasi bagian mana materi yang belum dipahami siswa, dan aspek-aspek mana dari program pembelajaran yang kurang efektif. Evaluasi diharapkan dapat memberikan umpan balik yang objektif tentang apa yang telah dipelajari siswa, bagaimana siswa belajar, dan bagaimana pula efektivitas pembelajaran. Dengan demikian, bila guru dapat melakukan evaluasi secara baik maka dapat dipastikan ia memiliki kemampuan mengajar yang baik.4

Hasil yang diperoleh dari evaluasi tersebut memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan belajar tiap siswa berikut letak kesulitan belajar yang dialami oleh mereka. Berdasarkan petunjuk ini guru dapat mengupayakan perbaikan atau pengayaan belajar siswa. Oleh karena itu evaluasi harus dilakukan secara sistematis dan kontinu agar dapat menggambarkan kemampuan para siswa yang dievaluasi.

Evaluasi sebaiknya dikerjakan setiap hari dengan skedul yang sistematis dan terencana. Hal ini dapat dilakukan oleh seorang guru dengan menempatkan secara integral evaluasi dalam perencanaan dan implementasi satuan pelajaran materi pembelajaran. Bagian penting lain yang perlu diperhatikan bagi seorang guru adalah perlunya melibatkan siswa dalam evaluasi sehingga mereka secara sadar dapat mengenali perkembangan pencapaian hasil belajar mereka.5

Salah satu bentuk evaluasi yang diselenggarakan di sekolah adalah dengan mengadakan tes. Tes hasil belajar atau achievment adalah alat evaluasi yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil belajar tentang materi pelajaran yang telah diberikan guru kepada murid-muridnya dalam jangka waktu tertentu. Tes tersebut hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcoms) yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.6 Evaluasi dapat dikelompokkan menjadi: (1)

4Kusaeri, Supranato.,Op.Cit.

5Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: PT

Bumi Akasara, 2011), 2.

6Suharsimi Arikunto, Dasar-DasarEvaluasi Pendidikan Edisi Revisi,

(11)

evaluasi penempatan, (2) evaluasi formatif, (3) evaluasi diagnostik, (4) evaluasi sumatif.7

Supaya guru tidak hanya tahu materi apa yang kurang dipahami siswa, maka dalam evaluasi formatif perlu dilakukan suatu solusi yakni dengan memberikan “umpan balik” (feedback) terhadap hasil evaluasi formatif agar siswa mengetahui sampai seberapa kemampuan mereka terhadap suatu materi. Melalui umpan balik pula dapat diidentifikasi kesalahan siswa secara umum, serta melibatkan siswa secara bersama-sama untuk memperbaikinya. Umpan balik dapat pula dilakukan dengan cara membagikan hasil koreksi yang disertai petunjuk untuk dibahas dan dikaji secara kelompok atau individual.8Sehingga umpan balik atau koreksi yang diberikan guru lebih bersifat informatif, dan komunikatif, serta dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk memperbaikinya.

Adanya umpan balik evaluasi formatif bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan konsep yang berkepanjangan, karena secara tidak langsung siswa akan memperbaiki pemahamannya tentang suatu konsep materi sedikit demi sedikit, sehingga siswa lebih siap dalam menghadapi evaluasi sumatif dan dapat memperbaiki hasil belajar matematika mereka. Jadi umpan balik merupakan hal yang perlu diberikan terhadap evaluasi formatif.

Tatapi menurut Silverius, hanya menyajikan tes dan memperbaiki serta menyampaikan skor kepada siswa tidak terlalu mempengaruhi penampilan siswa. Baru bermanfaat apabila guru bersama siswa menelaah kembali jawaban-jawaban tes, baik yang dijawab benar maupun yang dijawab salah oleh siswa, dan siswa diberikan kesempatan memperbaiki jawaban yang salah itu.9

Jadi setelah peneliti memberikan umpan balik terhadap hasil evaluasi formatif atau tes 1, peneliti juga mengarahkan supaya siswa menelaah kembali hasil jawaban tes 1 mereka secara berkelompok agar siswa dapat memperbaiki hasil jawaban mereka yang salah. Sehingga kegiatan tersebut dapat menjadi perbaikan atau pengayaan belajar bagi siswa. Setelah siswa diberi tes kedua,

7Kusaeri, Suprananto, Pengukuran dan Penilaian..., 17. 8Herman Paneo, “Pengaruh Umpan balik...., 722.

9Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, (Jakarta:

(12)

maka peneliti juga harus memperhatikan apakah umpan balik evaluasi formatif yang diberikan oleh peneliti dilakukan (ditindak lanjuti) oleh siswa atau tidak. Maksudnya apakah setelah diberi koreksi serta petunjuk pengerjaan terhadap hasil pekerjaan yang salah (umpan balik) pada tes pertama, siswa akan mengerjakan tes kedua seperti yang dimaksud dalam petunjuk yang diberikan pada hasil tes pertama (evaluasi formatif). Hal tersebut sangat penting diperhatikan oleh seorang guru, karena tanpa siswa menelaah kembali hasil dari jawaban tes 1 yang salah, maka pemberian umpan balik evaluasi formatif tidaklah berguna. Artinya hasil belajar mereka akan sama saja meskipun sudah diberi umpan balik.

Umpan balik evaluasi formatif ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki hasil belajar siswa yang kurang maksimal, sehingga dapat diketahui ada pengaruhnya terhadap hasil belajar matematika siswa. Berawal dari fenomena di atas, penulis mencoba mengadakan penelitian dengan judul “PENGARUH UMPAN BALIK EVALUASI FORMATIF TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI MAN SURABAYA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tindak lanjut siswa terhadap umpan balik evaluasi formatif di kelas XI IPS 1 MAN Surabaya?

2. Bagaimana respon (pendapat) siswa terhadap umpan balik evaluasi formatif yang diberikan di kelas XI IPS 1 MAN Surabaya?

3. Apakah terdapat pengaruh umpan balik evaluasi formatif terhadap hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan statistika di kelas XI MAN Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tindak lanjut siswa terhadap umpan balik evaluasi formatif di kelas XI IPS 1 MAN Surabaya.

(13)

3. Untuk mengetahui pengaruh umpan balik evaluasi formatif terhadap hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan statistika di kelas XI MAN Surabaya.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai umpan balik evaluasi formatif bagi guru matematika khususnya, dan pembaca pada umumnya. b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

mengenai pentingnya umpan balik evaluasi formatif dan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa bagi guru matematika khususnya, dan pembaca pada umumnya. 2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi siswa:

Untuk memperoleh pengalaman dan pemahaman dari proses umpan balik evaluasi formatif yang diberikan sehingga dapat berpengaruh juga pada hasil evaluasi yang diperoleh siswa. Karena proses yang maksimal akan menghasilkan suatu hasil yang maksimal pula.

b. Manfaat bagi guru:

1) Mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima siswa.

2) Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum dikuasai siswa.

c. Manfaat bagi sekolah/lembaga:

Dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah atau lembaga serta meningkatkan kualitas dalam rangka perbaikan pembelajaran sehingga bisa meningkatkan mutu pendidikan.

E. Batasan Penelitian

Untuk menghindari meluasnya penelitian ini, maka penelitian ini kami batasi pada:

1. Materi matematika yang dibahas dalam penelitian ini mencakup pokok bahasan statistika.

(14)

3. Hasil belajar matematika siswa diperoleh dari hasil tes yang diberikan.

4. Penelitian ini tidak dapat melihat besarnya pengaruh, tetapi pengaruh dapat dilihat dari perbedaan hasil belajar matematika siswa. Dengan kata lain, jika hasil belajar matematika siswa sesudah diberi umpan balik evaluasi formatif lebih besar dari pada sebelum diberi umpan balik evaluasi formatif maka dianggap berpengaruh.

F. Definisi Istilah

Agar tidak terjadi salah penafsiran dalam memahami skripsi ini, maka penulis memberikan keterangan dan penjelasan dari beberapa istilah-istilah pokok yang ada. Adapun istilah pokok yang perlu dijelaskan dalam skripsi ini adalah:

1. Umpan Balik (feed back)

Umpan balik adalah pemberian informasi yang diperoleh dari tes atau alat ukur lainnya kepada siswa untuk memperbaiki atau meningkatkan pencapaian hasil belajarnya.10 Jadi umpan balik dalam penelitian ini adalah memberi tahu siswa terhadap hasil tes 1 (tes akhir pokok bahasan) yang telah mereka kerjakan, disertai dengan memberikan koreksi atau petunjuk terhadap hasil pekerjaan siswa yang salah untuk dibahas dan dikaji secara kelompok atau individual.

2. Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif adalah evaluasi hasil belajar jangka pendek, yaitu evaluasi hasil belajar pada akhir setiap satuan pelajaran.11 Adapun yang dimaksud dengan evaluasi formatif dalam penelitian ini adalah evaluasi jangka pendek untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami suatu materi setelah satu pokok bahasan (bab) selesai diajarkan dalam pelajaran matematika dengan menggunakan instrumen tes (tes akhir pokok bahasan/ulangan harian).

10Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar ..., 148.

11Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendididikan (Jakarta: Bumi

(15)

3. Tindak Lanjut

Dalam penelitian ini tindak lanjut merupakan suatu cara siswa dalam mengerjakan soal tes 2 berdasarkan umpan balik yang diberikan pada hasil tes 1 (evaluasi formatif). 4. Hasil belajar matematika

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar.12 Jadi yang dimaksud dengan hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil yang diperoleh siswa dalam pelajaran matematika dan dinyatakan dengan angka atau nilai dari tes 1 dan tes 2 yang diberikan. 5. Respon Siswa

Respon siswa dalam penelitian ini adalah pendapat siswa terhadap umpan balik evaluasi formatif. Dengan kata lain, apakah siswa setuju atau senang dengan adanya pemberian umpan balik seperti itu.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pada skripsi ini disusun dengan menggunakan sistem bab yang diterangkan menjadi sub bab-sub bab. Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN

Membahas tentang pendahuluan yang meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, definisi istilah, dan sistematika pembahasan.

BAB II: KAJIAN TEORI

Membahas tentang kajian teori yang penulis gunakan sebagai acuan dalam penelitian lapangan sehingga tercapai hasil yang diinginkan. Adapun teori-teori tersebut antara lain membahas tentang umpan balik evaluasi formatif meliputi: pengertian umpan balik, jenis umpan balik, prinsip-prinsip pemberian umpan balik positif, teknik memberikan umpan balik, fungsi umpan balik, pentingnya umpan balik positif dalam proses pembelajaran, informasi dalam umpan balik, pengertian evaluasi formatif, tujuan dan fungsi evaluasi formatif,

12Mulyono Abdurrahman, Penelitian Bagi Anak Berkesulitan Belajar,

(16)

manfaat evaluasi formatif, kelebihan dan kekurangan evaluasi formatif, waktu pelaksanaan, aspek yang dinilai, cara menyusun soal, pendekatan evaluasi yang digunakan, cara pengelolaan hasil evaluasi, penggunaan hasil evaluasi. Sedangkan tentang hasil belajar meliputi: pengertian hasil belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Serta hasil penlitian yang relevan dan hipotesis.

BAB III: METODE PENELITIAN

Merupakan bab yang memuat metode penelitian serta cara pengolahan datanya yang meliputi: jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, obyek penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

Merupakan hasil dan pembahasan penelitian terdiri dari: analisis data yang berisi tentang paparan data lapangan hasil penelitian yang dianalisis dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Serta pembahasan data yang diperoleh selama penulis mengadakan penelitian.

BAB V: SIMPULAN DAN SARAN

(17)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar Matematika

1. Pengertian Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.1 Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tingkah laku tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.2

Menurut Morgan, dalam buku introduction to Psychology mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman.3 Sedangkan menurut Piaget, belajar adalah sebuah proses interaksi siswa dengan lingkungan yang selalu mengalami perubahan dan dilakukan secara terus menerus.4 Dari beberapa pengertian belajar tersebut dapat dipahami bahwa belajar merupakan proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan dari interaksi dengan lingkungannya.

Pada hakikatnya hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perilaku yang relatif menetap.5 Nana sudjana menyatakan bahwa hasil belajar siswa adalah

1Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2011), 44.

2Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2010), 2.

3Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2000), 84.

4Abidin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran,

(Jakarta: Kencana 2011), 101.

(18)

perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.6 Diantara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.7

Hasil belajar yang dikemukakan oleh Briggs mengatakan bahwa hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar.8 Dengan demikian, hasil belajar siswa dapat diperoleh dengan terlebih dahulu memberikan seperangkat tes kepada siswa untuk menjawabnya. Hasil tes belajar siswa tersebut akan memberikan gambaran informasi tentang kemampuan dan penguasaan siswa pada suatu materi pelajaran yang kemudian dinyatakan dalam bentuk angka-angka. Jadi hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.9

Berdasarkan pendapat-pendapat tentang hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan atau hasil yang dicapai siswa dalam pelajaran matematika setelah menerima pengalaman belajarnya dan dinyatakan dengan angka atau nilai berdasarkan tes hasil belajar. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jadi hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil yang diperoleh siswa dalam pelajaran matematika dan dinyatakan dengan angka atau nilai dari tes 1 dan tes 2 yang diberikan.

6Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung:

Remaja Rosda Karya, 2013), 5

7Ibid, halaman 23.

8Ismiyah Lestariningsih, “Evaluasi Hasil Belajar Siswa yang Diberi

Umpan Balik Positif dan Negatif pada Pokok Bahasan Pecahan”, Jurnal Pendidikan dan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, 2: 1, (Maret, 2014), 67.

9Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka

(19)

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang diperoleh siswa tidaklah selalu sama, tetapi sering mengalami perubahan. Dalam artian seseorang tidak boleh mengambil kesimpulan sendiri, bahwa penyebab timbulnya perubahan siswa disebabkan karena adanya guru pengajar yang tidak mampu menyampaikan materi pelajaran, tanpa memperhatikan faktor lainnya. Karena ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi keberhasilannya dalam proses belajar.

Drs. H.M. Alisuf Sabri menjelaskan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, melalui penjelasan berkut ini: Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar di sekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu faktor internal dan eksternal siswa. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal) terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental, sedangkan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) adalah berupa faktor fisikologis dan faktor psikologis pada diri siswa.10

Pendapat ini diperkuat dengan penjelasan Roestiyah N. K. Ia membagi faktor-faktor yang mempengaruh hasil belajar sebagai berikut:

a. Faktor internal, ialah faktor yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri, seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan sebagainya. Faktor ini berwujud juga sebagai kebutuhan dari diri anak itu.

b. Faktor eksternal, ialah faktor yang datang dari luar si anak, seperti kebersihan rumah, udara, lingkungan, dan sebagainya.11

Sedangkan menurut Slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.

10Lathifatul Amanati, Skripsi: “Pengaruh Pemberian Umpan Balik Terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008), 21.

(20)

a. Faktor intern, meliputi: 1) Faktor jasmani

Yang termasuk faktor jasmani yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh.

2) Faktor psikologis

Sekurang-kurangnya ada enam faktor yang tergolong dalam faktor psikologi yang mempengaruhi belajar, yaitu: intelegensi, perhatian, minat, bakat, kematangan dan kesiapan.

3) Faktor kelelahan

Kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lelah lunglainya tubuh sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.12

b. Faktor ekstern, meliputi: 1) Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.13

2) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini adalah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.14

3) Faktor masyarakat

Masyarakat sangat berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaanya siswa dalam masyarakat. Faktor ini meliputi kegiatan siswa

12Slameto, Belajar dan Faktor...54-59. 13Ibid, halaman 60.

(21)

dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan dalam masyarakat.15

Faktor-faktor di atas sangat berengaruh terhadap proses belajar mengajar. Ketika dalam proses belajar siswa tidak memenuhi faktor tersebut dengan baik, maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang telah direncanakan, seorang guru harus memperhatikan faktor-faktor di atas agar hasil belajar yang dicapai siswa bisa maksimal.

B. Evaluasi Formatif 1. Pengertian Evaluasi

Sebelum mengartikan apa itu evaluasi formatif, terlebih dahulu uraian ini akan dimulai dengan apa itu evaluasi. Evaluasi dan penilaian sebenarnya memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah keduanya mempunyai pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu. Disamping itu, alat yang digunakan untuk mengumpulkan datanya juga sama, sedangkan perbedaannya terletak pada ruang lingkup (scope) dan pelaksanaannya. Pelaksanaan penilaian biasanya dilakukan dalam konteks internal yang terlibat dalam proses pembelajaran yang bersangkutan, misalnya guru menilai siswanya. Ruang lingkup penilaian lebih sempit dan biasanya hanya terbatas pada salah satu komponen saja. Sedangkan ruang lingkup evaluasi lebih luas, mencakup semua komponen dalam suatu sistem (sistem pendidikan, sistem kurikulum, sistem pembelajaran) dan dapat dilakukan tidak hanya pihak internal, tetapi juga pihak eksternal.16

Evaluasi juga memiliki makna yang berbeda dengan pengukuran. Pengukuran (measurement) pada umumnya berkenaan dengan masalah kuntitatif untuk mendapatkan informasi yang diukur. Evaluasi akan lebih tepat manakala didahului oleh proses pengukuran, sebaliknya hasil pengukuran tidak akan memiliki arti apa-apa manakala tidak dikaitkan

15Ibid, halaman 69-70.

16Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja

(22)

dengan proses evaluasi. Jadi, dengan demikian pengukuran itu hanya dari bagian dari evaluasi.17

Suharsimi dalam bukunya menyatakan bahwa:

a. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif.

b. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk. Penilaian bersifat kualitatif.

c. Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas, yakni mengukur dan menilai.18

Pengukuran, penilaian dan evaluasi berifat hierarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran.19 Sedangkan tes merupakan salah satu alat (instrument) pengukuran. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, sedangkan evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Disamping itu, evaluasi dan penilaian pada hakikatnya merupakan suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek. Keputusan penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil pengukuran, tetapi dapat pula didasarkan pada hasil pengamatan dan wawancara. Adapun hubungannya seperti pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Hubungan Evaluasi-Penilaian-Pengukuran dan Tes

17Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,

(Jakarta: Kencana, 2010), 242.

18Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar ..., 3.

19Eko Putro W.,Evaluasi Program Pembelajaran, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2011), 2.

Evaluasi Penilaian

Pengukuran

(23)

Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dapat dijadikan pula sebagai tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan baik itu dengan cara menilai ataupun mengukur, menilai bersifat kualitatif dan mengukur bersifat kuantitatif.20 Evaluasi harus dilakukan dengan bijaksana dan arif sesuai dengan kemajuan belajar yang diperoleh siswa.

Pada hakikatnya evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan. Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk). Hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah kualitas sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai ataupun arti, sedangkan kegiatan untuk sampai pada pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi. Proses tersebut dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan, dalam arti terencana sesuai dengan prosedur.21 Hal ini selaras dengan pendapat Oemar hamalik bahwa evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai (assess) keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pengajaran.22 Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui kualitas sesuatu dengan menggunakan instrumen yang dilakukan dengan cara menilai dan mengukur. Evaluasi merupakan proses dimana para evaluator menggali informasi yang diperlukan tentang siswa, untuk menentukan posisi dimana penguasaan seorang siswa dalam kelompok atau kelas.

Hasil yang diperoleh dari evaluasi dapat dijadikan balikan (feed back) bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan program dan kegiatan pembelajaran. Di sekolah guru sering memberikan ulangan harian, ujian akhir semester, ujian blok, tagihan, tes tertulis, tes lisan, tes tindakan

20Zaenal Mustakim, Strategi Belajar Mengajar, (Pekalongan: STAIN

Pekalongan Press, 2011), 178.

21Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran,...5.

(24)

dan sebagainya. Istilah-istilah ini pada dasarnya merupakan bagian dari sistem evaluasi itu sendiri.23

Menurut Scriven, fungsi evaluasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif. Fungsi formatif dilaksanakan apabila hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu atau sebagian besar dari kurikulum yang sedang dikembangkan. Sedangkan fungsi sumatif dihubungkan dengan penyimpulan mengenai kebaikan dari sistem secara keseluruhan, fungsi ini baru dapat dilaksanakan apabila pengembangan suatu kurikulum telah dianggap selesai.24 2. Model-Model Evaluasi

Khufman dan Thomas membedakan model evaluasi menjadi delapan, yaitu:25

a. Goal Orited Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler. b. Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven. c. Formative Sumative Evaluation, dikembangkan oleh

Michael Scriven.

d. Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake. e. Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake. f. CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada kapan

“kapan” evaluasi dilakukan.

g. CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh Stufflebeam. h. Discrepancy Model, dikembangkan oleh Provus.

Pada bab ini, tidak semua model-model evaluasi yang disebutkan di atas akan dijelaskan semuanya, tetapi hanya dijelaskan mengenai formative sumative evaluation. Istilah formatif dan sumatif pertama kali dipopulerkan oleh Michael Scriven. Untuk dapat memehami keduanya dapat dilihat dari fungsinya. Evaluasi formatif berfungsi untuk memperbaiki kurikulum dan pembelajaran, sedangkan evaluasi sumatif berfungsi untuk melihat kemanfaatan kurikulum dan pembelajaran secara menyeluruh.

Evaluasi formatif adalah evaluasi hasil belajar jangka pendek, yaitu evaluasi hasil belajar pada akhir setiap satuan

23Zainal Arifin, Op. Cit., hal 2. 24Ibid, halaman 16.

(25)

pelajaran.26 Menurut Sudjiono maksud dari evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan ditengah-tengah atau pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pembelajaran atau pokok bahasan dapat diselesaikan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa “telah terbentuk” sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan.27 Evaluasi formatif dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar selama pembelajaran.28 Cennamo dan Kalk mengatakan bahwa evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses desain dan pengembangan materi dan masih memiliki waktu untuk membuat perubahan.29

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian tentang evaluasi formatif dalam penelitian ini adalah evaluasi jangka pendek untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami suatu materi setelah satu pokok bahasan (bab) selesai diajarkan dalam pelajaran matematika dengan menggunakan instrumen tes (tes akhir pokok bahasan/ulangan harian).

3. Teknik – Teknik Evaluasi Hasil Belajar

Teknik- teknik dapat diartikan sebagai alat-alat. Jadi istilah teknik-teknik evaluasi hasil belajar merupakan alat-alat yang digunakan dalam rangka melakukan evaluasi hasil belajar. Dalam konteks evaluasi hasil belajar di sekolah, dikenal adanya dua macam teknik, yaitu teknik tes dan teknik nontes. Dengan teknik tes, maka evaluasi hasil proses pembelajaran di sekolah itu dilakukan dengan jalan menguji siswa. Sebaliknya, dengan tenik nontes maka evaluasi dilakukan tanpa menguji siswa.30 Pada penelitian ini evaluasi hasil belajar yang digunakan adalah dengan teknik tes. Di lingkungan sekolah, tes biasanya digunakan untuk ulangan harian (formatif), dan ulangan umum (sumatif). Sedangkan teknik evaluasi nontes diantaranya adalah: rating, questionaires, wawancara, observasi, dan dokumentasi.

26Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar,... 6-8.

27Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2007), 23.

(26)

4. Bentuk Tes Hasil Belajar

Sebagai alat ukur perkembangan dan kemajuan belajar siswa, apabila ditinjau dari bentuk soalnya, tes dapat dibedakan menjadi tes subjektif dan objektif. Tes subjektif atau disebut juga dengan tes uraian (essay test) adalah suatu tes yang mana siswa harus mengerjakan dengan memberi uraian atas soal-soal yang diteskan. Sementara tes objektif adalah suatu tes yang jawaban dari soalnya telah tersedia dan tinggal memilih.31 Dalam penelitian ini yang digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa adalah menggunakan tes subjektif. Tes subjektif memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Tes berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang cukup panjang.

b. Bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah menuntut untuk

memberikan penjelasan, komentar, penafsiran,

membandingkan, membedakan dan sebagainya.

c. Jumlah butir soal umumnya terbatas, yaitu berkisar antara lima sampai dengan sepuluh butir.

d. Pada umumnya butur-butir soal tes uraian itu diawali dengan kata-kata: “jelaskan...”, “terangkan...”, “uraikan...”, “mengapa...”, “bagaimana...” atau kata-kata lain yang serupa dengan itu.32

5. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Formatif

Hopkins dan Antes mengemukakan bahwa tujuan utama evaluasi formatif dalam kelas adalah untuk mengaktualisasikan hasil belajar siswa dimana evaluasi formatif dirancang untuk mengukur hasil belajar dan dipergunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar guna memenuhi kebutuhan siswa.33 Fungsi evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilakukan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran maupun strategi pengajaran yang telah diterapkan.34

31Ali Imron, Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2012), 122.

32Anas Sudijana, Pengantar Evaluasi ..., 62.

33Muh. Ilyas Ismail, “Pengaruh Bentuk Penilaian Formatif terhadap

Hasil Belajar IPA Setelah Mengontrol Pengetahuan Awal Siswa”,

Lentera Pendidikan, 15:2, (Desember, 2012), 179.

(27)

6. Manfaat Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif memiliki manfaat bagi siswa dan guru antara lain:

a. Manfaat bagi siswa

1) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan pelajaran secara menyeluruh. 2) Merupakan penguatan bagi siswa, tanda keberhasilan

suatu pelajaran akan memperbesar motivasi siswa untuk belajar lebih giat, agar dapat mempertahankan nilai yang sudah baik atau memperoleh lebih baik lagi. 3) Sebagai usaha perbaikan, dengan umpan balik yang

diperoleh setelah melakukan tes, siswa mengetahui kelemahan-kelemahannya, dengan demikian akan ada motivasi untuk meningkatkan penguasaan.

4) Sebagai diagnosis, dengan mengetahui hasil tes formatif siswa dengan jelas dapat mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih dirasakan sulit. b. Manfaat bagi guru

1) Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa.

2) Mengetahui bagian-bagian mana yang belum menjadi milik siswa.

3) Dapat meramalkan sukses atau tidaknya program yang diberikan.35

7. Kelebihan dan Kekurangan Evaluasi Formatif

a. Beberapa kelebihan tes formatif diantaranya adalah: 1) Dapat langsung melihat pemahaman siswa setiap

satuan pembelajaran.

2) Bisa dijadikan tolok ukur ketercapaian tujuan instruksional khusus.

3) Melihat dan memperbaiki kelemahan dan keunggulan yang ada pada siswa dan juga guru.

4) Memberikan umpan balik pada siswa dan guru. b. Namun disamping memiliki kelebihan, tes formatif pun

memiliki beberapa kekurangan diantaranya, waktu yang tersedia hanya sedikit, memerlukan banyak biaya dan

(28)

menyita waktu guru untuk membuat instrumen dan memeriksa jawaban siswa.36

8. Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan evaluasi ini dapat dilakukan secara kontinu atau periodik tertentu dalam satu proses belajar mengajar. Yang dimaksud periodik disini yaitu termasuk pada awal, tengah, atau akhir dari proses pembelajaran. Fokus evaluasi berkisar pada pencapaian hasil belajar mengajar pada setiap unit atau

blok material yang telah direncanakan untuk

dievaluasi.37Dalam penelitian ini evaluasi formatif dilaksanakan setelah satu pokok bahasan (satu bab) selesai diajarkan.

9. Aspek yang Dinilai dalam Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif dilakukan untuk menilai hasil belajar dari suatu proses belajar mengajar pada akhir unit pengajaran yang singkat. Untuk itu aspek yang dinilai cenderung pada aspek kognitif (pengetahuan) dan aspek psikomotor (ketrampilan) yang terkandung dalam TIK. Untuk menilai segi afektif (sikap dan nilai), maka penggunaan evaluasi formatif tidaklah tepat. Sebab untuk menilai perkembangan segi afektif ini diperlukan periode pengajaran yang cukup panjang.38 10. Cara Menyusun Soal

Sesuai dengan fungsi evaluasi formatif, maka evaluasi ini harus disusun dengan sedemikian rupa sehingga benar-benar mengukur tujuan khusus pengajaran yang dicapai. Oleh karena itu, soal harus dibuat secara langsung dengan menjabarkan tujuan khusus pengajaran kedalam bentuk pertanyaan. Pada evaluasi formatif ini, masalah tingkat kesukaran dan daya pembeda tiap-tiap soal tes tidak begitu penting.39

36Slamet, Samsul Maarif, “Pengaruh Bentuk Tes Formatif Asosiasi

Pilihan Ganda dengan Reward dan Punishment Score Pada Pembelajaran Matematika Siswa SMA” Jurnal Ilmiah Prodi Matamatika STKIP Siliwangi Bandung, 3:1, (Februari 2014), 66.

37Sukardi, Evaluasi Pendidikan...58.

38A. Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),

183.

(29)

C. Umpan Balik (feed back)

1. Pengertian Umpan Balik (feed back)

Suke Silverius dalam bukunya menyatakan bahwa umpan balik adalah pemberian informasi yang diperoleh dari tes atau alat ukur lainnya kepada siswa untuk memperbaiki atau meningkatkan pencapaian hasil belajarnya.40 Termasuk dalam alat ukur lainnya itu adalah pekerjaan rumah (PR) dan pertanyaan yang diajukan guru dalam kelas. Menurut Slameto umpan balik adalah informasi yang diberikan kepada siswa mengenai kemajuannya kearah pencapaian tujuan-tujuan pengajaran. Dengan kata lain, memberikan umpan balik berarti memberitahu siswa mengenai hasil mereka dalam suatu tes atau tugas yang mereka kerjakan setelah menyelesaikan suatu proses belajar.

Umpan balik yang dikemukakan oleh Suharsimi adalah segala informasi baik yang menyangkut output maupun transformasi.41 Umpan balik ini diperlukan sekali untuk memperbaiki input maupun transformasi. Dalam hal ini output adalah lulusan yang kurang bermutu atau yang belum memenuhi harapan, sedangkan transformasi yang dimaksud adalah segala hal yang dapat menunjang proses belajar mengajar. Umpan balik adalah suatu teknik atau cara pengembalian hasil pekerjaan siswa ke arah perbaikan kegiatan belajarnya ke masa-masa yang akan datang.42

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa umpan balik evaluasi formatif dalam penelitian ini adalah memberi tahu siswa mengenai hasil tes 1 (tes akhir pokok bahasan) yang telah mereka kerjakan, disertai dengan memberikan koreksi atau petunjuk terhadap hasil pekerjaan siswa yang salah untuk dibahas dan dikaji secara kelompok atau individual. Sebagai upaya yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar sehingga siswa lebih menguasai materi yang diajarkan.

40Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar ..., 148.

41Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan...5

42Ruth Christine Sinulingga, Skripsi: “Pengaruh Pemberian Tugas dan

(30)

Sehingga dari keterangan-keterangan di atas, dapat dikatakan umpan balik berkaitan erat dengan kegiatan belajar mengajar terdahulu yang dievaluasi dengan suatu alat evaluasi, hasil evaluasi ini memberikan informasi mengenai sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi yang disajikan dalam proses/kegiatan belajar mengajar. Keterkaitan itu dapat dikemaskan sebagai berikut:43

Salah satu dari tindak lanjut yang dilakukan oleh guru kepada para siswa adalah berupa pemberian umpan balik kepada siswanya mengenai tingkat pencapaian dalam bidang yang dievaluasikan. Tes adalah suatu bentuk evaluasi yang paling sering dipakai dalam lingkungan kelas atau sekolah. Maka adalah tugas guru untuk memberikan umpan balik setiap kali memberikan tes kepada siswanya. Pengertian tes disini tidak hanya yang dilaksanakan secara formal, tetapi juga yang tidak formal seperti tugas-tugas pekerjaan rumah (PR).44

Umpan balik evaluasi formatif yang diberikan guru disini antara lain dengan cara mengembalikan hasil tes siswa dan memberikan koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan siswa. Namun demikian, umpan balik itu hanya dapat berfungsi memperbaiki belajar siswa dalam kondisi tertentu saja. Hanya menyajikan tes dan memperbaiki serta menyampaikan skor kepada siswa tidak terlalu mempengaruhi penampilan siswa. Baru bermanfaat apabila guru bersama siswa menelaah kembali jawaban-jawaban tes, baik yang dijawab benar maupun yang

(31)

dijawab salah oleh siswa, dan siswa diberikan kesempatan memperbaiki jawaban yang salah itu.45 Jadi, umpan balik yang diberikan oleh guru tidak dibirkan begitu saja tetapi harus dikaji atau ditelaah kembali, untuk memperbaiki jawaban yang salah agar siswa tahu jawaban benarnya, sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar mereka. Dalam hal ini, peneliti harus menperhatikan/melihat hasil belajar siswa setelah diberi umpan balik, bagaimana siswa mengerjakan, apakah petunjuk atau koreksi (umpan balik) yang diberikan pada hasil tes 1 dilakukan (ditindak lanjuti) pada saat mengerjakan tes 2 atau tidak. Sehingga apabila siswa melakukan/menindak lanjuti umpan balik tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil belajar mereka.

2. Fungsi Umpan Balik

Umpan balik mempunyai tiga fungsi utama, yakni fungsi informasional, motivasional dan komunikasional.46 a. Fungsi informasional

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, tes sebagai alat penilaian pencapaian atau hasil belajar siswa diperiksa menurut kriteria tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Hasil tes dapat menginformasikan sejauh mana siswa telah menguasai materi yang telah diterimanya dalam proses/kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan informasi ini dapat diupayakan umpan balik berupa pengayaan atau perbaikan. Dimana guru dapat memberikan masukan atau nasehat untuk mempertahankan atau memperbaiki hasil yang dicapai siswa.

b. Fungsi motivasional

Dengan pemberian umpan balik itu maka tes sekaligus pula berfungsi sebagai motivator untuk meningkatkan kesungguhan belajar para siswa. Sayangnya ada sebagian guru yang menyajikan tes dadakan yang dianggap dapat memotivasi siswa untuk belajar sehingga selalu siap menerima tes dadakan semacam itu. Hal-hal semacam itu justru menimbulkan kecemasan pada siswa waktu mengerjakan soal-soal tes sehingga hasilnya pun kurang

(32)

dari yang dapat dicapai siswa apabila tidak di bawah tekanan mental semacam itu. Padahal tes harus dipandang dalam kesatuan integral dengan tujuan khusus instruksional dan dengan proses belajar mengajar, dan sebagai mekanisme untuk memberikan umpan balik kepada siswa.

Demikian pula pengumuman hasil belajar secara umum akan mempunyai dampak positif maupun negatif. Dalam kaitannya dengan fungsi motivasional ini dipertanyakan manfaat penyampaian hasil belajar secara umum sebagai upaya umpan balik. Dampak mana yang dialami seorang siswa bergantung pada keterbukaan siswa terhadap cara umpan balik seperti itu. Dampak positifnya adalah siswa akan giat belajar apabila hendak melakukan tes atau ujian. Karena jika hasil ulangan/tes/ujian kurang baik, siswa akan malu atau mungkin akan mendapat hukuman dari guru, sehingga siswa termotivasi untuk belajar.

c. Fungsi komunikasional

Pemberian umpan balik merupakan upaya komunikasi antara siswa dan guru. Guru menyampaikan hasil evaluasi kepada siswa, dan bersama siswa membicarakan upaya peningkatan atau perbaikannya. Dengan demikian, melalui umpan balik siswa mengetahui letak kelemahannya, dan sendiri atau bersama guru menindak lanjuti hasil tersebut.47 3. Jenis Umpan Balik

a. Umpan balik positif

Umpan balik positif adalah pemberian umpan balik melalui komentar tertulis dapat diberikan pada lembar jawaban ulangan, PR, tugas, atau LKS yang dikerjakan siswa. Guru memberikan umpan balik dengan cara menulis komentar-komentar yang memuat informasi bagaimana seharusnya mereka menjawab soal-soal ulangan,PR, tugas, atau LKS itu. Tidak hanya sekedar mencoret jawaban-jawaban yang salah dengan tanda silang, tetapi menuliskan langkah-langkah atau jawaban-jawaban yang tepat.48

47Ibid, halaman 52.

(33)

a. Umpan balik negatif

Umpan balik negatif biasanya berisi komentar-komentar guru yang hanya melihat sisi kekurangan siswa tanpa ada upaya atau dorongan perbaikan. Hal ini tentunya mengurangi rasa penghargaan diri siswa dan tidak

memberikan dukungan untuk perbaikan dalam

pembelajaran.49

Jenis umpan balik yang digunakan dalam penelitian ini adalah umpan balik positif yang mana peneliti menunjukkan letak kesalahan atas tugas atau tes yang dikerjakan siswa dengan menunjukkan langkah-langkah jawaban yang tepat. 4. Beberapa Ketentuan Mengenai Umpan Balik

Kondisi atau keadaan siswa maupun situasi pengajaran menentukan keberhasilan usaha pemberian umpan balik terhadap belajar siswa. Berikut beberapa ketentuan mengenai umpan balik:50

a. Umpan balik tidak mempermudah belajar jika:

1) Siswa sudah mengetahui jawaban yang benar sebelum memberikan jawaban atas soal itu (misalnya “nyontek” jawaban yang benar dari temannya tanpa mengolah soal itu dalam pikirannya sendiri).

2) Bahan yang hendak dipelajari terlalu sukar dimengerti oleh siswa sehingga siswa umumnya menebak jawaban soal-soal yang diberikan.

3) Umpan balik tidak akan membantu belajar jika siswa tidak mengerti bahan yang harus dikuasainya dahulu sebelum mempelajari hal yang diteskan itu, atau hanya mengerti sedikit demi sedikit, atau sama sekali tidak mengerti isi pelajaran pada waktu tes disajikan. b. Umpan balik membantu dan mempermudah belajar apabila

dipenuhi syarat-syarat berikut:

1) Mengkonfirmasikan jawaban-jawaban benar yang diberikan siswa, dan menyampaikan kepadanya seberapa jauh dia mengerti materi pelajaran yang disajikan.

49Ibid.

(34)

2) Mengidentifikasi kesalahan serta memperbaikinya sendiri.

Hal ini menunjukkan pentingnya memeriksa tes siswa dan memperbaiki kesalahannya (atau siswa itu sendiri yang diminta memperbaiki kesalahan dalam tesnya). Penting pula untuk sering memberikan umpan balik selama pelajaran berlangsung, baik terhadap hasil tes maupun hasil jenis evaluasi lainnya (misalnya tanya jawab di kelas). Tes memberikan umpan balik tidak hanya kepada siswa tetapi juga kepada guru. Tes memberikan informasi mengenai sebaik mana siswa telah belajar dan sebaik mana guru telah mengajar. Tentu saja, jika siswa-siswa tidak dapat menangkap atau memahami pokok-pokok yang penting maka pokok-pokok bahasan atau subpokok-pokok bahasan itu harus diajarkan kembali sebelum maju ke pokok bahasan atau subpokok bahasan berikutnya.

5. Pentingnya umpan balik positif dalam proses pembelajaran a. Mendorong siswa untuk terus berlatih. Pemberian umpan

balik positif kepada siswa secara tidak lansung akan memberitahu siswa bahwa latihannya selalu dilihat dan diperhatikan oleh gurunya.

b. Membantu siswa untuk menilai kemampuan yang tidak bisa dilihat dan dirasakannya sendiri.

c. Mencerminkan perilaku guru yang efektif. Dalam prosesnya, umpan balikannya akan diperoleh apabila guru aktif selama kegiatan pembelajaran. Guru harus selalu memperhatikan siswa, bergerak untuk memantau dan mengamati aktivitas belajar yang dilakukan oleh setiap siswa disekitar tempat belajar.

d. Mendorong guru untuk menilai seberapa relevansi antara aspek-aspek pembelajaran dengan tingkat kemampuan siswa dalam menguasai bahan ajar seperti yang diinginkan oleh gurunya.51

6. Umpan balik yang efektif memiliki empat karakteristik yaitu: Immediate, Specific, Provides corrective information, Positive emotional tone.52

51Ismiyah Lestariningsih, Evaluasi Hasil Belajar...., 69.

(35)

a. Immediate, yakni memberikan informasi tentang jawaban sesegera mungkin, namun difikirannya itu masih terlintas jawaban awal mereka. Hal ini dimaksudkan agar apabila siswa harus memperbaiki kinerja (performa) dapat juga

dilakukannya sesegera mungkin sebelum

kekeliruan/kesalahan siswa berlarut-larut dan melekat. Sedangkan, Slameto mengacu Kulhavy dan Anderson dalam studinya menemukan bahwa umpan balik yang ditunda (delayed feedback) lebih efektif daripada umpan balik yang segera (immediate feedback). Yang dimaksud dengan delayed feedback adalah umpan balik yang diberikan paling cepat dua hari setelah tes. Immediate feedback memberikan informasi tentang jawaban yang benar, sementara dalam ingatannya masih terdapat jawabannya yang salah. Dengan demikian, jawaban yang benar maupun yang salah bercampur baur dalam ingatan siswa. Hal ini merupakan hambatan bagi siswa dalam mengingat jawaban yang benar. Alasan lain diterimanya pandangan bahwa delayed feedback lebih efektif adalah faktor kelelahan pada siswa. Siswa yang baru menyelesaikan tes masih lelah, sehingga apabila diberikan umpan balik segera setelah tes, siswa tidak memberikan perhatian sepenuhnya terhadap umpan balik.

Slameto juga mengacu Van Houten yang mempunyai pandangan sebaliknya. Van Houten menolak delayed feedback dan mengusulkan immediate feedback dengan alasan:

1) Faktor yang melatar belakangi pemunculan tingkah laku yang salah pada tes pertama sudah dilupakan. 2) Dalam waktu seusai tes sampai dengan pemberian

delayed feedback dapat terjadi siswa mengulangi tingkah lakunya yang salah itu sehingga semakin sulit untuk dikoreksi. Siswa sulit menggantikan tingkah lakunya yang salah itu dengan yang benar karena telah berakar.53

(36)

b. Specific, Pengertian spesifik disini guru tidak sekedar memberitahu jawaban salah tetapi juga memberitahu jawaban benarnya.

c. Provides corrective information, umpan balik

memberitahu (koreksi atau penjelasan) kepada siswa terhadap apa yang mereka kerjakan dengan benar, sehingga mereka akan mengetahui apa yang harus dilakukan dimasa yang akan datang.

d. Positive emotional tone, yang berarti guru memberikan umpan balik kepada siswa dengan cara memberi dukungan yang baik. Hal ini berkaitan dengan pentingnya membangun lingkungan belajar yang positif.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa betapa pentingnya peranan umpan balik dalam proses belajar mengajar. Karena melalui umpan balik ini, seorang siswa dapat mengetahui sejauh mana bahan yang telah diajarkan dapat dikuasainya. Dengan umpan balik itu pula siswa dapat mengoreksi kemampuan diri sendiri, atau dengan kata lain sebagai sarana korektif terhadap kemajuan belajar siswa itu sendiri. Namun agar berguna umpan balik yang diberikan tersebut tidak boleh dibiarkan begitu saja, tetapi siswa bersama guru atau sendiri harus menelaah kembali untuk memperbaiki hasil jawaban mereka yang salah. Karena jika umpan balik yang diberikan oleh guru/peneliti dibiarkan begitu saja oleh siswa, maka akan sama saja dengan apabila guru tidak memberi umpan balik terhadap hasil pekerjaan siswa, atau tidak akan berpengaruh terhadap hasil belajar mereka.

7. Informasi dalam Umpan Balik

Slameto mengungkapkan informasi yang diberikan dalam umpan balik dibedakan atas lima tingkat, yakni:

a. Tidak ada umpan balik;

b. Umpan balik berupa keterangan mengenai salah atau benar jawaban yang diberikan siswa (knowledge of result [KR]); c. Umpan balik berupa keterangan mengenai salah atau

(37)

e. KCR + pengajaran tamabahan.54 8. Cara Penyampaian Umpan Balik

Menurut Winkel cara penyampaian umpan balik dapat dilaksanakan dengan lisan, tulisan, dan isyarat. Namun yang biasa dilaksanakan di sekolah adalah dengan lisan dan tulisan. Dalam bentuk lisan informasi yang diberikan secara individual maupun secara kelompok. Dalam bentuk tulisan di lembar kerja siswa sehingga menjadi bahan ingatan bagi siswa dalam setiap mengerjakan tugasnya.55

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Sebagai penguat dalam perumusan hipotesis, maka penulis mengemukakan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. Adapun beberapa penelitian yang relevan sebagai berikut:

1. Titin Naila dalam skripsinya menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar siswa yang diberi umpan balik dengan yang tidak diberi umpan balik. Siswa yang diberi umpan balik prestasinya lebih tinggi dari pada siswa yang tidak diberi umpan balik.

2. Lathifatul Amanati dalam skripsinya menyimpulkan bahwa motivasi belajar matematika siswa yang diberi umpan balik (kelas eksperimen) lebih tinggi daripada siswa yang tidak diberi umpan balik (kelas kontrol).

3. Herman Paneo dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat interaksi antara pemberian umpan balik evaluasi formatif dengan tipe kepribadian siswa terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

4. Ni Ketut Widiartini dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa hasil belajar membuat pola busana kelompok siswa yang diberi umpan balik tes formatif lebih tinggi daripada kelompok siswa yang tidak diberi umpan balik tes formatif.

54Suke Silverius, Evaluasi Hasil... 151.

(38)

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.56 Berdasarkan uraian latar belakang, kajian pustaka, dan hasil penelitian yang relevan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “Ada pengaruh umpan balik evaluasi formatif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI MAN Surabaya. ”

F. Materi Statistika

1. Membaca data dalam bentuk: tabel dan diagram (diagram batang, diagram garis, diagram lingkaran, histogram dan ogive).

2. Penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi tunggal dan berkelompok menurut aturan Sturges

a. Langkah-langkah membuat tabel distribusi frekuensi berkelompok:

1) Menentukan jangkauan/range/rentang R = xmaks - xmin

2) Menentukan banyaknya kelas k = 1 + 3, 3 log n

keterangan: k = banyaknya kelas n = banyaknya data

3) Menentukan lebar/panjang kelas (p) dirumuskan dengan:

p =

4) Menentukan batas bawah kelas pertama 5) Membuat tabel distribusi frekuensi

56Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2013), 96.

(39)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dilihat dari judul penelitian yaitu “Pengaruh Umpan Balik Evaluasi Formatif terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI MAN Surabaya”, maka jenis penelitian ini adalah penelitian pre-eksperimen, karena peneliti memberikan perlakuan (treatment) kepada sekelompok subjek untuk menentukan apakah perlakuan tersebut memiliki dampak atau pengaruh pada variabel atau faktor hasil tertentu tanpa adanya kelompok lain (kontrol).1 Dari segi metode penelitian jenis penelitian ini termasuk dalam metode penelitian kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang memerlukan analisis statistik (menggunakan angka-angka) untuk memperoleh kebenaran hipotesis.

Selain itu, penelitian ini juga merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan menjelaskan atau mendeskripsikan tindak lanjut siswa terhadap umpan balik evaluasi formatif, yakni dengan melihat hasil jawaban tes 2 siswa sesudah diberi umpan balik, serta mendeskripsikan pendapat (respon) siswa terhadap umpan balik evaluasi formatif yang diperoleh dari hasil angket dengan menghitung prosentase skor perolehannya.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MAN Surabaya pada tanggal 10-13 Agustus semester satu tahun ajaran 2015-2016.

C. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek yang ingin diteliti dan menjadi sasaran generalisasi hasil-hasil penelitian.2 Sehubungan dengan penelitian ini, maka yang menjadi populasi adalah semua siswa kelas XI MAN yang berjumlah 230 siswa.

1Zaenal Arifin, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Lentera

Cendekia, 2010), 126.

(40)

D. Sampel

Setelah menentukan populasi, langkah selanjutnya adalah menentukan sampel penelitian. Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data.3 Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah kelas-kelas atau kelompok-kelompok yang telah tersedia. Pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling (sampel acak) yang dipilih berdasarkan undian, yaitu dengan cara mengundi semua kelas XI yang terdiri dari sembilan kelas. Dengan cara ini diperoleh kelas XI IPS 1 yang terdiri dari 25 siswa terpilih sebagai kelas sampel.

E. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian adalah faktor yang selalu berubah-ubah, atau suatu konsep yang mempunyai variasi nilai.4 Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:

1. Variabel bebas/independen (X)

Variabel bebas adalah variabel yang menentukan arah perubahan tertentu pada variabel terikat.5 Pada penelitian ini yang menjadi varibel bebas adalah umpan balik evaluasi formatif.

2. Variabel terikat/dependen (Y)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar matematika siswa.

F. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan one-group pretest-posttest design yakni sebelum diberikan treatment/eksperimental masing-masing siswa diberi tes 1 (O1) sebagai evaluasi formatif atau ulangan harian setelah menyelesaikan satu pokok bahasan (bab) dalam pelajaran matematika. Sedangkan setelah diberikan eksperiment/treatment yakni umpan balik evaluasi formatif,, masing-masing siswa diberi tes 2 (O2) untuk melihat bagaimana tindak lanjut siswa terhadap umpan balik yang diberikan, apakah

3Ibid, halaman 65. 4Ibid, halaman 190.

5Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana,

(41)

hasil jawaban siswa pada saat tes 2 sama dengan hasil jawaban siswa pada saat tes 1 (tidak ada tindak lanjut) atau siswa menindak lanjuti/melakukan umpan balik yang diberikan oleh peneliti sehingga hasil jawaban tes 2 mereka lebih baik dari pada hasil jawaban tes 1. Serta melihat rata-rata hasil belajar siswa sebelum diberi umpan balik (tes 1) dan sesudah diberi umpan balik evaluasi formatif (tes 2). Rancangan penelitian jenis ini digambarkan sebagai berikut:6

Keterangan:

O1 : Data yang diperoleh sebelum treatment, yaitu nilai hasil belajar siswa setelah mengerjakan tes 1 berupa soal uraian (essay) sebelum diberi umpan balik evaluasi formatif. X : Pemberian umpan balik evaluasi formatif

O2 : Data yang diperoleh setelah treatment, yaitu nilai hasil belajar siswa setelah mengerjakan tes 2 berupa soal uraian (essay) setelah diberi umpan balik evaluasi formatif.

G. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Kegiatan penelitian dalam tahap ini adalah sebagai berikut: a. Pembuatan kesepakatan dengan kepala sekolah dan guru

bidang studi matematika pada sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian, meliputi:

Kelas yang akan digunakan dalam penelitian

1) Waktu yang akan digunakan untuk melaksanakan penelitian

2) Materi yang akan digunakan dalam penelitian. b. Penyusunan Instrumen yang meliputi:

1) Lembar tes 1

Digunakan untuk melihat hasil jawaban siswa dan mengetahui nilai rata-rata hasil belajar siswa sebelum diberi umpan balik evaluasi formatif.

Gambar

Gambar 2.1 Hubungan Evaluasi-Penilaian-Pengukuran dan Tes
Tabel 3. 1 Skor per jawaban responden
Tabel 4.1 Siswa yang Melakukan Tindak Lanjut  Umpan  balik Evaluasi Formatif
Tabel 4.2 Analisis Data Tindak Lanjut Siswa terhadap Umpan Balik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Surakarta, 2011, 67 halaman. Penelitian ini bertujuan untuk : mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa menggunakan Assessment Of Learning dengan pendekatan umpan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemberian umpan balik evaluasi pembelajaran, prestasi belajar siswa pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar dengan

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI ASESMEN FORMATIF DENGAN UMPAN BALIK TERHADAP HABITS OF MIND DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI HIDROLISIS

Umpan balik penilaian sebagai faktor utama dalam penelitian ini dengan Hipotesis- 4 yang pernyataannya sebagai berikut: rerata hasil belajar matematka untuk siswa yang

perbedaan hasil belajar ketiga bentuk umpan balik tersebut akan tetapi ketiga bentuk umpan balik ini memberikan nilai effect size yang berbeda dan nilai effect size

Saran bagi pemerintah pusat adalah: (1) perlu memasukkan unsur konsep dan praktek umpan balik disertai pedoman atau modul dalam pelatihan khusus umpan balik atau

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian tes formatif yang dilakukan secara teratur dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah

Umpan balik ialah suatu dorongan dari guru untuk membantu siswa dalam memahami pelajaran dengan menaggapi hasil belajar mengajar sampai siswa mampu memahami meteri pelajaran yang telah