• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove untuk menanggulangi abrasi di pantai Sari desa Tolai Barat kecamatan Torue kabupaten Parigi Moutong | Rediasti | GeoTadulako 5806 19220 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove untuk menanggulangi abrasi di pantai Sari desa Tolai Barat kecamatan Torue kabupaten Parigi Moutong | Rediasti | GeoTadulako 5806 19220 1 PB"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Mahasiswa Pend Geografi FKIP UNTAD

Penerbit : E-Journal Geo-Tadulako FKIP UNTAD

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE UNTUK MENANGGULANGI ABRASI DI PANTAI SARI

DESA TOLAI BARAT KECAMATAN TORUE KABUPATEN PARIGI MOUTONG

Ni Ketut Rediasti

No. Stb A 351 10 052

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada program studi pendidikan geografi Jurusan P. IPS

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

Mahasiswa Pend Geografi FKIP UNTAD

Penerbit : E-Journal Geo-Tadulako FKIP UNTAD ABSTRAK

Ni Ketut Rediasti, (2015). Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove untuk menanggulangi abrasi di pantai Sari desa Tolai Barat kecamatan Torue kabupaten Parigi Moutong. Skripsi, Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako. Pembimbing (I) Abduh H. Harun. (II) Ika Listiqowati.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Hutan Mangrove untuk menanggulangi Abrasi, serta untuk mengetahui bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam menanggulangi abrasi di Pantai Sari Desa Tolai Barat kecamatan Torue kabupaten Parigi Moutong. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2015. Jumlah populasi adalah 1.491 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 411 KK yang tersebar di 5 Dusun. Pengambilan

sampel menggunakan metode simple random sampling, penetapan sampel dalam

penelitian ini adalah 10% dari jumlah populasi yaitu 149 orang /responden, analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Instrument penelitian menggunakan daftar pertanyaan wawancara dan angket (Questionnaires).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove terutama dalam hal merawat dan menyediakan bibit tergolong rendah, masyarakatnya hanya terlibat dalam proses penanaman bibit mangrove.

(3)

Mahasiswa Pend Geografi FKIP UNTAD

Penerbit : E-Journal Geo-Tadulako FKIP UNTAD 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Hutan mangrove merupakan salah satu sumber daya hutan yang potensial di

Indonesia dimana hutan tersebut mempunyai manfaat ganda dan merupakan mata

rantai yang sangat penting dalam memelihara keseimbangan siklus biologi di suatu

ekosistem perairan. Potensinya dapat dilihat dari 2 (dua) segi yaitu segi ekologis

antara lain kemampuannya berperan sebagai penahan ombak, penahan angin,

pengendali banjir, penetralisasi pencemaran, perangkap sedimen dan penahan intrusi

air laut serta tempat berlindung dan berkembang biaknya berbagai biota air. Dan

secara ekonomis antara lain hasil kayu dari hutan mangrove dapat digunakan sebagai

bahan bangunan, kayu bakar, arang, sedangkan dari kulit kayunya dihasilkan tenin

(zat penyamak).

Ekosistem hutan mangrove merupakan salah satu sumberdaya hayati yang

sangat penting untuk kehidupan manusia terutama dalam peningkatan kesejahteraan

sehingga untuk kehidupan manusia terutama dalam peningkatan kesejahteraan dalam

kelangsungannya diperlukan adanya kesadaran dalam pemanfaatan dan pengelolaan

hutan mangrove dengan asas kelestarian ditetapkan dalam UU No.5 tahun 1990

tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya sehingga dapat lebih

mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan

manusia. Menyadari akan pentingnya manfaat hutan mangrove bagi kehidupan

masyarakat khususnya daerah pesisir, baik manfaat langsung maupun tidak langsung,

maka sumberdaya hutan mangrove harus tetap dipertahankan keberadaannya.

Abrasi merupakan salah satu permasalahan pesisir Desa Tolai Barat yang

menjadi ancaman bagi warga selain rob, intrusi air laut, dan penurunan muka air

tanah. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut adalah

melalui penanaman mangrove dan pembangunan sabuk pantai. Hutan mangrove

sebagai suatu ekosistem mempunyai fungsi fisik, yaitu mengendalikan abrasi pantai,

mengurangi tiupan angin kencang dan terjangan gelombang laut, mempercepat laju

(4)

Mahasiswa Pend Geografi FKIP UNTAD

Penerbit : E-Journal Geo-Tadulako FKIP UNTAD

luas, dan mengendalikan intrusi air laut. Pemerintah (Pusat, Provinsi, dan Kabupaten)

bekerjasama dengan lembaga-lembaga masyarakat di Desa Tolai Barat dalam

melakukan penanaman kembali bibit mangrove di wilayah pesisir pantai. Salah

satunya dengan membuat kelompok-kelompok pelestarian mangrove.

Kerusakan ekosistem mangrove akan semakin bertambah seiring dengan

berjalannya waktu. Contoh yang sering di jumpai belakangan ini adalah masalah

abrasi pantai. Abrasi pantai ini terjadi hampir diseluruh kawasan Desa Tolai Barat.

Masalah ini harus segera di atasi karena dapat mengakibatkan kerugian yang sangat

besar bagi mahluk hidup dan ekosistem, tidak terkecuali manusia sehingga sangat

dibutuhkan kesadaran masyarakat serta partisipasi masyarakat khususnya di Desa

Tolai Barat bagian pesisir dalam melestarikan ekosistem mangrove terutama terutama

penanggulangan abrasi misalnya membuat alat pemecah ombak seperti penanaman

ekosistem mangrove karena abrasi dapat merusak garis-garis pantai dan membuat

semakin menyempit jika dibiarkan begitu saja akan menjadi lebih berbahaya karena

pantai memiliki panorama pantai yang sangat indah dan jika terjadi abrasi akan

sedikit mengurangi keindahan pantai sehingga tidak ada wisatawan yang berkunjung

ke Pantai Sari yang ada di kecamatan Torue.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang timbul

yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Hutan

Mangrove untuk menanggulangi Abrasi di Pantai Sari Desa Tolai Barat

kecamatan Torue kabupaten Parigi Moutong?

2. Bagaimana Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat di Desa Tolai Barat kecamatan Torue kabupaten Parigi Moutong untuk menanggulangi

(5)

Mahasiswa Pend Geografi FKIP UNTAD

Penerbit : E-Journal Geo-Tadulako FKIP UNTAD 1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan

pengelolaan hutan mangrove untuk mengurangi terjadinya Abrasi di

Pantai Sari desa Tolai Barat Kecamatan Torue Kabupaten Parigi

moutong.

2. Untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat dalam kegiatan

pengelolaan hutan mangrove untuk mengurangi Abrasi di Desa Tolai

Barat Kecamatan Torue Kabupaten Parigi Moutong.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini untuk memberikan sumbangan pemikiran ilmiah dan

bahan pertimbangan terhadap masyarakat akan pentingnya melakukan penangulangan

abrasi pantai.

II. METODE PENELITIAN

2.1 JenisPenelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah di kemukakan di atas, maka jenis penelitian

yang di gunakan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang di lakukan untuk

memperoleh data yang sebenarnya di lapangan dan memaparkan atau

menggambarkan apa adanya data yang di peroleh dari hasil penelitian.

2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

2.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Sari Desa Tolai Barat Kecamatan Torue

Kabupaten Parigi Moutong. Dengan objek penelitian yaitu tingkat partisipasi

(6)

Mahasiswa Pend Geografi FKIP UNTAD

Penerbit : E-Journal Geo-Tadulako FKIP UNTAD 2.3 PopulasidanSampel

2.3.1 Populasi

Arikunto (2002:108) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan objek

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di DesaTolai

Barat Kecamatan Torue Kabupaten Parigi Moutong dengan jumlah penduduk

sebanyak 1.491 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 411 KK yang tersebar

di 5 Dusun.

2.3.2 Sampel

Penentuan sampel di lakukan menggunakan metode simple random sampling,

dalam penelitian ini peneliti mengambil 10% dari 1.491 jiwa adalah 149 responden

karena subjeknya lebih dari 100.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

2.4.1 observasi

Teknik ini di lakukan untuk melihat dari dekat dan mencatat kondisi yang ada di

di desa Tolai Barat. Hal ini, dilakukan guna mendapatkan data yang secara umum

berkaitan dengan penelitian. Dengan pengamatan tersebut dapat dijadikan sebagai

bahan yang di proses dalam laporan penelitian ini. Dalam arti luas observasi tidak

hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun

tidak langsung tentang Partisipasi Masyarakat di Desa Tolai Barat dalam mengelolah

hutan mangrove. Adapun yang diobservasi dalam penelitian ini adalah abrasi di

sekitar area pantai dan bentuk-bentuk partisipasi masyarakat di Desa Tolai Barat

2.4.2 Wawancara ( Intervieuw )

Teknik ini di lakukan melalui dialog dan Tanya jawab antara peneliti dengan

informan secara mendalam dan berulang kali di tempat pekerjaan maupun di rumah

tempat tinggal dan tempat-tempat lain sesuai dengan kondisi dan kesempatan para

responden dan informan. Teknik wawancara ini di lakukan secara bebas dengan

menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini di maksud untuk menjaring data dan

(7)

Mahasiswa Pend Geografi FKIP UNTAD

Penerbit : E-Journal Geo-Tadulako FKIP UNTAD 2.4.3 Kuesioner

Teknik ini di lakukan dengan mengedarkan seperangkat daftar pertanyaan yang

telah di susun sistematis yang di tujukkan kepada responden.

2.4.4 Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik yang di gunakan untuk melengkapi data dalam

rangkaian analisis masalah penelitian. Data ini menyangkut hasil observasi yang di

amati. Data ini biasa berbentuk tulisan dan gambar misalnya foto.

2.5 Instrumen Penelitian

Instrument dalam penelitian ini yaitu:

1. Daftar pertanyaan wawancara

2. Kuisioner

2.6Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan diolah secara deskriptif kualitatif

yaitu mengolah data dengan menggunakan perhitungan berdasarkan persentase ( % )

dengan rumus :

P = X 100%

Keterangan:

P = Persentase Yang Dicapai

F = Jumlah Frekuensi Pada Setiap Variabel Jawaban

N = Jumlah Sampel (Sudjana, 1991: 131)

2.7Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri beberapa tahapan berdasarkan jenis aktivitasnya. Adapun

tahapan sebagai berikut :

a. Tahap Awal

1. Observasi menemukan masalah dan lokasi penelitian

(8)

Mahasiswa Pend Geografi FKIP UNTAD

Penerbit : E-Journal Geo-Tadulako FKIP UNTAD 3. Menyusun proposal penelitian

4. Menyeminarkan proposal penelitian

5. Perbaikan proposal

b. Tahap Pelaksanaan

1. Penelitian lapangan

2. Menganalisis data

c. Tahap Akhir

Pada tahap akhir yang di lakukan adalah menyusun laporan hasil

penelitian/skripsi.

III. HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada saat pelaksanaan penelitian, maka ada

beberapa tanggapan responden yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian,

sebagai berikut :

Tabel 4.2.1.1 dapat diketahui pernyataan responden yaitu dari 149 masyarakat

yang menjadi responden, sebanyak 115 masyarakat dengan presentase nilai (77,2 %)

menyatakan cukup berpartisipasi, sebanyak 18 masyarakat atau (12,1%) menyatakan

tidak berpartisipasi, sebanyak 10 masyarakat atau (6,7%) menyatakan berpartisipasi

dan sebanyak 6 masyarakat atau (4,0%) sangat berpartisipasi. Dengan demikian

dapat disimpulkan selama melakukan penanaman ekosistem mangrove masyarakat di

Tolai Barat Cukup Berpartisipasi.

Tabel 4.2.1.2 dapat diketahui pernyataan responden yaitu bahwa dari 149

masyarakat yang menjadi responden, sebanyak 125 masyarakat (83,9 %) menyatakan

bahwa masyarakat memperoleh bibit yaitu dari ekosistem mangrove yang sudah ada,

sebanyak 10 masyarakat atau (6,7%) menjawab diperoleh dari Pemerintah, sebanyak

8 masyarakat atau (5,4%) menjawab diperoleh dari pemerintah & masyarakat

(9)

Mahasiswa Pend Geografi FKIP UNTAD

Penerbit : E-Journal Geo-Tadulako FKIP UNTAD

masyarakat. Dengan demikian dapat disimpulkan masyarakat memperoleh bibit dari

buah pohon mangrove yang ada di pantai sari.

Tabel 4.2.1.3 dapat diketahui pernyataan responden yaitu bahwa dari 149

masyarakat yang menjadi responden, sebanyak 125 masyarakat (83,9 %) menyatakan

< 100 bibit, sebanyak 10 masyarakat (6,7%) menjawab dalam jumlah 1000 pohon,

sebanyak 8 masyarakat (5,4%) menjawab jumlah bibit yang ditanam yaitu > 1000

pohon diperoleh dari pemerintah setempat. Sedangkan 6 masyarakat (4,0%)

menyediakan bibit mangrove yaitu 100 pohon setiap tahunya. Berdasarkan hasil data

tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam kegiatan penanaman ekosistem mangrove bibit

jumlah bibit yang di tanam 100 bibit mangrove. Hal itu terlihat dari 149 masyarakat

yang menjadi responden, Sebanyak 125 (83,9%) menyatakan < 100 bibit mangrove

yang ditanam.

Tabel 4.2.1.4 dapat diketahui pernyataan responden mengenai pendapat

bapak/ibu apa yang mendasari bapak/ibu ikut berpartisipasi dalam penanaman

ekosistem mangrove yaitu bahwa dari 149 masyarakat yang menjadi responden,

sebanyak 125 masyarakat (83,9 %) menyatakan di pengaruhi oleh dorongan dari

orang lain, sebanyak 12 masyarakat (8,0%) menyatakan hanya melihat dari segi

kondisi ekonomi, sebanyak 5 masyarakat (3,4%) menjawab berdasarkan kemauan

sendiri. Sedangkan sebanyak 7 masyarakat (4,7%) menjawab hanya berlandaskan

tugas. Berdasarkan hasil data tersebut dapat dijelaskan bahwa masyarakat

berpartisipasi dalam penanaman ekosistem mangrove hanya berdasarkan dorongan

dari orang lain. Hal itu terlihat dari 149 masyarakat yang menjadi responden,

Sebanyak 125 masyarakat (83,9%) menyatakan berpartisipasi berdasarkan dorongan

dari orang lain.

Tabel 4.2.1.5 dapat diketahui pernyataan responden mengenai apakah bapak/ibu

mendapatkan penyuluhan tentang cara penanaman bibit mangrove yaitu bahwa dari

149 masyarakat yang menjadi responden, sebanyak 114 masyarakat (76,5 %)

menjawab tidak berpartisipasi, sebanyak 16 masyarakat atau (10,7%) menyatakan

(10)

Mahasiswa Pend Geografi FKIP UNTAD

Penerbit : E-Journal Geo-Tadulako FKIP UNTAD

berpartisipasi Sedangkan, sebanyak 5 masyarakat (3,4%) menyatakan sangat

berpartisipasi. Berdasarkan hasil data tersebut dapat dijelaskan bahwa masyarakat

tidak berpartisipasi dalam penanaman bibit mangrove. Hal itu terlihat dari 149

masyarakat yang menjadi responden, Sebanyak 114 (76,5%) masyarakat desa Tolai

Barat tidak mendapatkan penyuluhan.

Tabel 4.2.1.6 dapat diketahui pernyataan responden mengenai apakah bapak/ibu

terlibat dalam pengelolaan hutan mangrove, apa bentuk keterlibatan bapak/ibu yaitu

dari 149 masyarakat yang menjadi responden, sebanyak 122 masyarakat (81,9 %)

menyatakan ikut berpartisipasi dalam menanam bibit mangrove, sebanyak 16

masyarakat (10,7%) menyatakan hanya menyediakan bibit mangrove, sebanyak 8

masyarakat (5,4%) menyatakan ikut berpartisipasi dalam memelihara/ merawat

ekosistem mangrove yang ada di pantai Sari, Sedangkan sebanyak 3 masyarakat

(2,0%) menyatakan sangat berpartisipasi dalam segi menyediakan, menanam dan

merawat ekosistem mangrove. Dengan demikian dapat disimpulkan partisipasi

masyarakat desa Tolai Barat hanya dalam hal segi menanam ekosistem mangrove saja

sedangkan dalam hal merawat ekosistem mangrove sangat rendah.

Tabel 4.2.1.7 dapat diketahui pernyataan responden mengenai berapa kali

bapak/ibu terlibat dalam penanaman ekosistem mangrove yaitu dari 149 masyarakat

yang menjadi responden, sebanyak 141 masyarakat (94,6 %) menyatakan hanya 1

kali dalam setahun, sebanyak 5 masyarakat (3,4%) menyatakan terlibat 5 kali dalam

setahun. Sedangkan sebanyak 3 masyarakat (2,0%) menjawab terlibat > 5 kali dalan

setahun. Dengan demikian partisipasi masyarakat dalam penanaman ekosistem

mangrove hanya 1 kali dalam setahun sehingga dapat disimpulkan kurangnya

kesadaran masyarakat Tolai Barat dalam pengelolaan ekosistem mangrove di Pantai

Sari.

Tabel 4.2.1.8 dapat diketahui pernyataan responden mengenai apa manfaat yang

bapak/ibu peroleh dari penanaman ekosistem mangrove yaitu bahwa dari 149

masyarakat yang menjadi responden, sebanyak 117 masyarakat (78,5 %) menyatakan

(11)

Mahasiswa Pend Geografi FKIP UNTAD

Penerbit : E-Journal Geo-Tadulako FKIP UNTAD

untuk keperluan rumah tangga seperti kayu bakar, arang dll, Sedangkan 11

masyarakat (7,4%) menyatakan sebagai sumber pendapatan seperti penghasil bibit

ikan, udang, kepiting, kerang dll. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

manfaat yang diperoleh dari hasil penanaman ekosistem mangrove yaitu untuk

melindungi pantai dari proses abrasi.

Tabel 4.2.1.9 dapat diketahui pernyataan responden mengenai partisipasi

masyarakat dalam melestarikan sumberdaya hutan mangrove yang ada di Tolai Barat

yaitu bahwa dari 149 masyarakat yang menjadi responden, sebanyak 132 masyarakat

(88,6 %) menyatakan tidak berpartisipasi, sebanyak 10 masyarakat atau (6,7)

menyatakan cukup berpartisipasi, sebanyak 6 masyarakat atau (4,0%) menyatakan

berpartisipasi, Sedangkan sebanyak 1 masyarakat (0,7%) menyatakan sangat

berpartisipasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebanyak 132 masyarakat

atau (132%) tidak berpartisipasi dalam melestarikan sumberdaya hutan mangrove.

Tabel 4.2.1.10 dapat diketahui pernyataan responden mengenai apakah pernah

bapak/ibu melakukan proses penyulaman pada ekosistem mangrove yang sudah mati

yaitu dari 149 masyarakat yang menjadi responden, sebanyak 139 masyarakat (93,3

%) menyatakan tidak pernah melakukan penyulaman pada ekosistem mangrove yang

sudah mati, sebanyak 6 masyarakat (4,0%) menyatakan cukup berpartisipasi dalam

melakukan penyulaman kembali pada ekosistem mangrove yang sudah mati,

sebanyak 3 masyarakat atau (2,0%) menyataan berpartisipasi, Sedangkan sebanyak 1

masyarakat (0,7%) menyatakan sangat berpartisipasi dalam melakukan penyulaman

ekosistem mangrove yang sudah mati. Berdasarkan hasil data tersebut dapat

dijelaskan bahwa masyarakat tidak pernah melakukan penyulaman pada ekosistem

mangrove yang sudah mati.

Tabel 4.2.1.11 dapat diketahui pernyataan responden mengenai apakah

instansi-instansi luar juga ikut berpartisipasi dalam pengelolaan hutan mangrove yaitu dari

149 masyarakat yang menjadi responden, sebanyak 141 masyarakat (94,6 %)

menyatakan Organisasi Osis ikut berpartisipasi dalam pengelolaan hutan mangrove,

(12)

Mahasiswa Pend Geografi FKIP UNTAD

Penerbit : E-Journal Geo-Tadulako FKIP UNTAD

berpartisipasi terutama dalam penyediaan bibit mangrove, Sedangkan 7 masyarakat

(4,7%) menyatakan Organisasi pemuda pecinta Alam yang ikut berpartisipasi dalam

pengelolaan hutan mangrove yang ada di pantai Sari desa Tolai Barat. Berdasarkan

hasil data tersebut dapat dijelaskan bahwa instansi luar yang ikut berpartisipasi yaitu

organisasi OSIS.

Tabel 4.2.1.12 dapat diketahui pernyataan responden mengenai apakah

bapak/ibu akan ikut terlibat dalam kegiatan pengelolaan hutan mangrove yaitu dari

149 masyarakat yang menjadi responden, sebanyak 104 masyarakat (69,8%)

menyatakan yakin takut kena saksi, sebanyak 37 masyarakat (24,8%) menyatakan

hanya ingin mendapatkan imbalan, sebanyak 5 masyarakat (3,4%) menyatakan

mendapatkan penyulhan terlebih dahulu, Sedangkan sebanyak 3 masyarakat (2,01%)

menyatakan yakin akan pengetahuan yang dimiliki dalam pengelolaan hutan

mangrove. Berdasarkan hasil data tersebut dapat dijelaskan bahwa masyarakat terlibat

dalam kegiatan pengelolaan hutan mangrove harus mendapatkan penyuluhan dahulu

sebelum kegiatan dimulai.

Tabel 4.2.1.13 dapat diketahui pernyataan responden mengenai apakah

keikutsertaan bapak/ibu dalam pengelolaan hutan mangrove sebaiknya dimulai pada:

yaitu dari 149 masyarakat yang menjadi responden, sebanyak 132 masyarakat atau

(88,6 %) menyatakan sejak mulai melaksanakan dan menikmati hasilnya, sebanyak

10 masyarakat (6,7%) menyatakan tidak terlibat apa-apa dalam kegiatan pengelolaan

hutan mangrove, sebanyak 4 masyarakat (2,7%) menyatakan ikut berpartisipasi saat

mengawasi dan menikmati hasilnya, Sedangkan sebanyak 3 masyarakat (2,0%)

menyatakan mulai ikut berpartisipasi sejak merencanakan, melaksanakan, mengawasi

dan menikmati hasilnya. Berdasarkan hasil data tersebut dapat dijelaskan bahwa

keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove dimulai saat

melaksanakan dan menikmati hasilnya.

Tabel 4.2.1.14 dapat diketahui pernyataan responden mengenai menurut

bapak/ibu apakah keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove boleh

(13)

Mahasiswa Pend Geografi FKIP UNTAD

Penerbit : E-Journal Geo-Tadulako FKIP UNTAD

responden, sebanyak 136 masyarakat (91,3%) menyatakan kurang Setuju, sebanyak 7

masyarakat (4,7%) menyatakan tidak Setuju, sebanyak 4 masyarakat (2,7%)

menyatakan Setuju, Sedangkan 2 masyarakat (1,3%) menyatakan sangat Setuju.

Berdasarkan hasil data tersebut dapat dijelaskan bahwa masyarakat kurang setuju jika

keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove harus boleh diikuti

semua kalangan masyarakat.

Tabel 4.2.1.15 dapat diketahui pernyataan responden mengenai menurut

bapak/ibu masyarakat sebaiknya menerima saja setiap keputusan yang dikeluarkan

dalam pengelolaan hutan mangrove, yaitu dari 149 masyarakat yang menjadi

responden, sebanyak 124 masyarakat (83,2%) menyatakan kurang Setuju, sebanyak

14 masyarakat (4,7%) menyatakan Setuju, sebanyak 6 masyarakat (4,0%)

menyatakan Tidak Setuju, Sedangkan sebanyak 5 masyarakat (3,4%) menyatakan

Sangat Setuju. Berdasarkan hasil data tersebut dapat dijelaskan bahwa masyarakat

kurang setuju menerima setiap keputusan yang dikeluarkan dalam pengelolaan hutan

mangrove.

Tabel 4.2.1.16 dapat diketahui pernyataan responden mengenai bapak/ibu

Apakah Setiap kebijakan dalam pengelolaan hutan mangrove sebaiknya

dikonsultasikan kepada masyarakat, yaitu dari 149 masyarakat yang menjadi

responden, sebanyak 80 masyarakat (53,7%) menyatakan kurang Setuju, sebanyak 49

masyarakat (32,9%) menyatakan tidak Setuju, sebanyak 17 masyarakat (11,4%)

menyatakan Setuju, Sedangkan sebanyak 3 masyarakat (2,0%) menyatakan Sangat

Setuju. Berdasarkan hasil data tersebut dapat dijelaskan bahwa masyarakat kurang

Setuju jika Setiap kebijakan dalam pengelolaan hutan mangrove sebaiknya

dikonsultasikan kepada masyarakat.

Tabel 4.2.1.17 dapat diketahui pernyataan responden mengenai apakah

bapak/ibu berpartisipasi, dalam bentuk apakah partisipasi bapak/ibu lakukan, yaitu

dari 149 masyarakat yang menjadi responden, sebanyak 122 (81,88%) masyarakat

(14)

Mahasiswa Pend Geografi FKIP UNTAD

Penerbit : E-Journal Geo-Tadulako FKIP UNTAD

Uang/Barang, sebanyak 9 masyarakat (6,04%) menyatakan menyumbangkan pikiran,

keahlian atau pengetahuan yang mereka miliki, Sedangkan 2 (1,34%) masyarakat

menyatakan berpartisipasi dalam menyumbangkan pikiran/pengetahuan & tenaga.

Berdasarkan hasil data tersebut dapat dijelaskan bahwa masyarakat berpartisipasi

dalam bentuk tenaga.

Tabel 4.2.1.18 dapat diketahui pernyataan responden mengenai bapak/ibu

Apakah partisipasi Masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove dilakukan setiap

hari, yaitu dari 149 masyarakat yang menjadi responden, sebanyak 110 masyarakat

(73,8%) menyatakan tidak Setuju, sebanyak 34 masyarakat (22,8%) menyatakan

kurang Setuju, sebanyak 4 masyarakat (2,7%) menyatakan Setuju, Sedangkan 1

masyarakat (0,7%) menyatakan sangat Setuju Berdasarkan hasil data tersebut dapat

dijelaskan bahwa masyarakat menyatakan tidak setuju dalam pengelolaan hutan

mangrove dilakukan setiap hari.

Tabel 4.2.1.19 dapat diketahui pernyataan responden mengenai Menurut

bapak/ibu Apakah Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove dimulai

dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan pengelolaan, yaitu dari 149 masyarakat

yang menjadi responden, sebanyak 124 masyarakat (83,2%) menyatakan kurang

Setuju, sebanyak 21 masyarakat (14,1%) menyatakan tidak Setuju, sebanyak 3

masyarakat (2,0%) menyatakan Setuju, Sedangkan 1 masyarakat (0,7%) menyatakan

sangat Setuju. Berdasarkan hasil data tersebut dapat dijelaskan bahwa masyarakat

kurang setuju Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove dimulai dari

awal kegiatan sampai akhir kegiatan pengelolaan.

Tabel 4.2.1.20 dapat diketahui pernyataan responden mengenai dalam

melakukan perencanaan terhadap kegiatan pengelolaan hutan mangrove, menurut

bapak/ibu sebaiknya: yaitu dari 149 masyarakat yang menjadi responden, sebanyak

79 masyarakat (53,0%) menyatakan Tidak perlu musyawarah tetapi langsung di

intruksikan saja apa yang harus dilakukan, sebanyak 44 masyarakat (29,5%)

(15)

Mahasiswa Pend Geografi FKIP UNTAD

Penerbit : E-Journal Geo-Tadulako FKIP UNTAD

perwakilan dan yang lain minta persetujuan saja, sebanyak 18 masyarakat (12,1%)

menyatakan tidak perlu musyawarah cukup sosialisasi saja, Sedangkan 8 masyarakat

(5,4%) menyatakan adanya musyawarah sebelum kegiatan dimulai. Berdasarkan hasil

data tersebut dapat dijelaskan bahwa perencanaan kegiatan pengelolaan hutan

mangrove sebaiknya Tidak perlu musyawarah tetapi langsung di intruksikan saja apa

yang harus dilakukan.

3.1 Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Mangrove di desa Tolai

Barat.

1. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Tingkat partisipasi masyarakat desa Tolai dalam pengelolaan hutan mangrove

masih rendah dan sebagian besar masyarakat tidak berpartisipasi hal ini

disebabkan oleh berbagai faktor yaitu pihak-pihak luar masyarakat Tolai Barat

seperti pemimpin desa ( ketua RT, RW, Dusun, Desa dan kelompok) mereka

belum berusaha mengajak dan memberikan contoh kepada masyarakat yang

dipimpinnyat untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan hutan mangrove.

Pemimpin yang memimpin masyarakat Tolai Barat tidak maksimal dalam

mengarahkan kegiatan pengelolaan hutan mangrove yang dilaksanakan. Bantuan

bibit dari masyarakat Tolai Barat sangat rendah, kemudian kegiatan-kegiatan

seperti penanaman pohon mangrove ternyata tidak mempengaruhi kepedulian

masyarakat Tolai Barat dalam berpartisipasi. Hal itu dikarenakan sebagian besar

masyarakat Tolai Barat bermatapenchariannya sebagai petani sehingga pada saat

musim panen dan musim menanam padi masyarakat sangat sibuk.

2. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat

Bentuk partisipasi masyarakat dalam lingkungan sekitar, bentuk partisipasi

masyarakat berupa pikiran, keahlian/pengetahuan, tenaga dan uang atau barang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu kadek dewi adapun kondisi hutan

mangrove saat ini sedikit rusak akibat kurangnya kepedulian masyarakat untuk

merawat ekosistem mangrove masyarakat hanya cendrung menanam ekosistem

(16)

Mahasiswa Pend Geografi FKIP UNTAD

Penerbit : E-Journal Geo-Tadulako FKIP UNTAD IV. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

hutan mangrove di desa Tolai Barat bahwa dari Aspek sosial baik karena

masyarakatnya sudah ikut terlibat dalam proses penanaman ekosistem mangrove

walaupun dalam proses perawatan masyarakatnya masih kurang perduli.

Aspek ekonomi pada prinsipnya bahwa motivasi utama masyarakat ikut

berpartisipasi dalam pengelolaan hutan mangrove bukan sebagai penunjang

perekonomian masyarakat melainkan untuk menanggulangi terjadinya abrasi karena

masyarakat Tolai Barat ingin menjadikan pantai Sari sebagai tempat wisata karena

kayu dari pohon mangrove hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar oleh sebagian

masyarakat Tolai Barat. Tolai Barat mata pencaharian masyarakat adalah bertani

karena dengan cara bertani akan lebih menunjang perekonomian masyarakat daripada

memanfaatkan ekosistem mangrove disamping itu kurangnya pengetahuan

masyarakat dalam memanfaatkan ekosistem mangrove.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan hutan mangrove untuk menanggulangi abrasi di pantai Sari desa Tolai

Barat dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat partisipasi masyarakat desa Tolai dalam pengelolaan hutan mangrove

masih rendah dan sebagian besar masyarakat tidak berpartisipasi hal ini

disebabkan oleh berbagai faktor yaitu pihak-pihak luar masyarakat Tolai Barat

seperti pemimpin desa ( ketua RT, RW, Dusun, Desa dan kelompok) mereka

belum berusaha mengajak dan memberikan contoh kepada masyarakat yang

dipimpinnya untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan hutan mangrove.

2. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove dalam

(17)

Mahasiswa Pend Geografi FKIP UNTAD

Penerbit : E-Journal Geo-Tadulako FKIP UNTAD

dalam proses penanaman sehingga kondisi hutan mangrove saat ini sangat

mengkhwatirkan banyak ekosistem mangrove yang sudah mati.

3. Masyarakat Tolai Barat tingkat kegotong-royongan masih sangat kurang

dalam hal pengelolaan hutan mangrove, masyarakatnya cendrung sibuk

bertani karena hutan mangrove tidak dapat menguntungkan mereka dari segi

ekonomi dan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan

ekosistem mangrove.

1.2SARAN

1. Bagi pemerintah diharapkan untuk membantu dalam membudidayakan pohon

mangrove dengan cara menyediakan bibit mangrove untuk masyarakat yang

berada di desa Tolai Barat.

2. Bagi masyarakat diharapkan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan hutan mangrove seperti membudidayakan ekosistem mangrove

serta merawat ekosistem yang sudah ada agar tidak rusak dan mati.

3. Bagi peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan dan menambah

variabel-variabel penelitian yang sama agar desa Tolai Barat dapat berkembang terutama

partisipasinya dalam pengelolaan hutan mangrove agar lebih meningkat.

VI. DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi 2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi

Referensi

Dokumen terkait

Ragam komoditas unggulan perindustrian, perdagangan, pertambangan dan energi yang menerapkan teknologi tepat guna... SATUAN JUMLAH PAGU REALISASI CAPAIAN KINERJA %. SKPD

Pengujian kuat tarik pada edible film menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi gliserol maka semakin rendah nilai kuat tarik edible film.. Hal ini diduga disebabkan

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah perkembangan, fungsi, dan bentuk penyajian musik Tanjidor di Kecamatan Pemangkat yang dipaparkan oleh

memungkinkan termasuk kegunaan dari tugas tersebut. Peserta didik tipe guardian sangat patuh kepada guru. Segala pekerjaan yang diberikan kepada guardian dikerjakan

Air tanah, yang umumnya mempunyai kandungan besi dan mangan relatif lebih besar dari sumber air yang lain, pemakaiannya juga sudah harus mulai dikurangi atau dihentikan

c) Kode Simbolik, diperlihatkan pada tiga hal, pertama Pakaian menutup aurat, sopan dan tetap trendy. Pakaian yang dikenakan model yang berhijab merupakan pakaian menutup

Kripik Kulit Singkong dengan aneka rasa yang kaya akan insoluble fiber (serat yang tidak larut dalam air) yang bermanfaat untuk memperlancar proses buang air

Penutupan bursa Asia yang cenderung mixed terjadi pasca rilis data klaim tunjangan pengangguran secara mingguan yang berakhir 13 Februari di AS yang tercatat sebanyak