• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001

TENTANG

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

a. bahwa hut an dan at au lahan merupakan sumber daya al am yang mempunyai berbagai f ungsi, baik ekol ogi, ekonomi, sosial maupun budaya, yang diperlukan unt uk menunj ang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, karena it u perl u dilakukan pengendalian kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup;

b. bahwa kebakaran hut an dan at au lahan merupakan sal ah sat u penyebab kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup, baik berasal dari lokasi maupun dari luar l okasi usaha dan at au kegiat an;

c. bahwa kebakaran hut an dan at au lahan t el ah menimbulkan kerusakan dan at au pencemaran l ingkungan hidup, baik nasional maupun lint as bat as negara, yang mengakibat kan kerugian ekologi, ekonomi, sosial dan budaya;

d. bahwa berdasarkan pert imbangan sebagaimana dimaksud dal am huruf a, huruf b, dan huruf c sert a unt uk melaksanakan ket ent uan Pasal 14 ayat (2) dan ayat (3) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 t ent ang Pengelolaan Lingkungan Hidup, perlu menet apkan Perat uran Pemerint ah t ent ang Pengendalian Kerusakan dan at au Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkait an dengan Kebakaran Hut an dan at au Lahan.

Mengingat :

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana t elah diubah dengan Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumber Daya Alam Hayat i dan Ekosist emnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 t ent ang Sist em Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 t ent ang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3481);

5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 t ent ang Pengesahan Uni t ed Nat i ons Convent ion on Biol ogical Diver sit y (Konvensi Perserikat an Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayat i) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 41, Tambahan Lembar an Negara Nomor 35 56);

6. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 t ent ang Pengesahan Uni t ed Nat i ons

Framewor k Convent ion on Cl imat e Change (Konvensi Kerangka Kerj a

(2)

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 t ent ang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

8. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 t ent ang Pemerint ahan Daerah (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

9. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 t ent ang Kehut anan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888);

10. Perat uran Pemerint ah Nomor 27 Tahun 1999 t ent ang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838);

11. Perat uran Pemerint ah Nomor 41 Tahun 1999 t ent ang Pengendalian Pencemaran Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3853);

12. Perat uran Pemerint ah Nomor 25 Tahun 2000 t ent ang Kewenangan Pemerint ah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Ot onom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2952);

M E M U T U S K A N :

Menet apkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan :

1. Hut an adal ah suat u kesat uan ekosist em berupa hamparan l ahan berisi sumber daya al am hayat i yang didominasi pepohonan dalam persekut uan alam lingkungannya, yang sat u dengan l ainnya t idak dapat dipisahkan;

2. Lahan adal ah suat u hamparan ekosist em darat an yang perunt ukannya unt uk usaha dan at au kegiat an l adang dan at au kebun bagi masyarakat ;

3. Kawasan hut an adal ah wilayah t ert ent u yang dit unj uk dan at au dit et apkan oleh Pemerint ah unt uk dipert ahankan keberadaannya sebagai hut an t et ap;

4. Pengendalian kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup adal ah upaya pencegahan dan penanggulangan sert a pemulihan kerusakan dan at au

pencemaran lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan;

5. Pencegahan kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup adal ah upaya unt uk mempert ahankan f ungsi hut an dan at au l ahan melalui cara-cara yang t idak memberi peluang berlangsungnya kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan; 6. Penanggulangan kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup adal ah

upaya unt uk menghent ikan meluas dan meningkat nya kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup sert a dampaknya yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan;

7. Pemulihan kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup adal ah upaya unt uk mengembalikan f ungsi hut an dan at au lahan yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan sesuai dengan daya dukungnya;

(3)

kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan yang diakibat kan oleh suat u usaha dan at au kegiat an;

9. Kerusakan lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an at au lahan adal ah perubahan langsung at au t idak l angsung t erhadap sif at f isik dan at au hayat inya yang mengakibat kan hut an dan at au l ahan t idak berf ungsi l agi dalam menunj ang pembangunan yang berkelanj ut an;

10. Pencemaran l ingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan adalah masuknya makhluk hidup, zat , energi, dan at au komponen l ain ke dalam lingkungan hidup akibat kebakaran hut an dan at au lahan sehingga kualit as lingkungan hidup menj adi t urun sampai ke t ingkat t ert ent u yang menyebabkan lingkungan hidup t idak dapat berf ungsi sesuai dengan perunt ukannya;

11. Krit eria baku kerusakan lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au l ahan adal ah ukuran bat as perubahan sif at f isik dan at au hayat i lingkungan hidup yang dapat dit enggang;

12. Orang adalah orang perorangan, dan at au kelompok orang, dan at au badan hukum;

13. Penanggung j awab usaha adalah orang yang bert anggung j awab at as nama suat u badan hukum, perseroan, perserikat an, yayasan at au organisasi; 14. Inst ansi yang bert anggung j awab adal ah inst ansi yang bert anggung j awab di

bidang pengendalian dampak lingkungan;

15. Ment eri adal ah ment eri yang dit ugasi unt uk mengelola lingkungan hidup; 16. Gubernur adalah Kepala Daerah Propinsi;

17. Bupat i/ Walikot a adal ah Kepal a Daerah Kabupat en/ Kot a. Pasal 2

Ruang lingkup Perat uran Pemerint ah ini meliput i upaya pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan sert a pengawasan t erhadap pengendal ian kerusakan dan at au

pencemaran lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan. BAB II

KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

Bagian Pert ama U m u m

Pasal 3

Krit eria baku kerusakan lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan meliput i:

a. l ingkungan hidup nasional ; dan

b. Krit eria baku kerusakan l ingkungan hidup daerah. Bagian Kedua

Krit eria Baku Kerusakan Li ngkungan Hidup Nasional Pasal 4

(4)

Pasal 5

(1) Krit eria umum baku kerusakan lingkungan hidup nasional meliput i:

a. Krit eria umum baku kerusakan t anah mineral yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan;

b. Krit eria umum baku kerusakan t anah gambut yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan;

c. Krit eria umum baku kerusakan f l ora yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan; dan

d. Krit eria umum baku kerusakan f auna yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan.

(2) Krit eria umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) t ercant um dal am l ampiran Perat uran Pemerint ah ini.

Pasal 6

(1) Krit eria t eknis baku kerusakan lingkungan hidup nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b didasarkan pada krit eria umum baku kerusakan lingkungan hidup nasional.

(2) Krit eria t eknis baku kerusakan lingkungan hidup nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dit et apkan l ebih l anj ut dengan Keput usan Kepala Inst ansi yang bert anggung j awab.

Pasal 7

Dalam hal krit eria t eknis baku kerusakan lingkungan hidup nasional sebagaimana dimaksud dal am Pasal 6 ayat (2) belum dit et apkan, maka berlaku krit eria umum baku kerusakan lingkungan hidup nasional.

Bagian Ket iga

Krit eria Baku Kerusakan Li ngkungan Hidup Daerah Pasal 8

(1) Gubernur/ Bupat i/ Wal ikot a menet apkan krit eria baku kerusakan lingkungan hidup daer ah.

(2) Penet apan krit eria baku kerusakan lingkungan hidup daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berdasarkan krit eria t eknis baku kerusakan lingkungan hidup

nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2).

(3) Dalam hal krit eria t eknis baku kerusakan lingkungan hidup nasional sebagaimana dimaksud dal am Pasal 6 ayat (2) belum dit et apkan, maka penet apan krit eria baku kerusakan lingkungan hidup daer ah berdasarkan krit eria umum baku kerusakan lingkungan hidup nasional yang t ercant um dal am l ampiran Perat uran Pemerint ah ini.

(5)

BAB III

BAKU MUTU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP Pasal 9

Baku mut u pencemaran lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan meliput i:

a. Baku mut u pencemaran li ngkungan hidup nasional; dan b. Baku mut u pencemaran lingkungan hidup daerah.

Pasal 10

Baku mut u pencemaran lingkungan hidup nasional dan baku mut u pencemaran

lingkungan hidup daerah sebagaimana dimaksud dal am Pasal 9 dit et apkan berdasarkan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

BAB IV

TATA LAKSANA PENGENDALIAN Bagian Pert ama

U m u m Pasal 11

Set iap orang dilarang melakukan kegiat an pembakaran hut an dan at au lahan. Bagian Kedua

P e n c e g a h a n Pasal 12

Set iap orang berkewaj iban mencegah t erj adinya kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au l ahan.

Pasal 13

Set iap penanggung j awab usaha yang usahanya dapat menimbul kan dampak besar dan pent ing t erhadap kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan waj ib mencegah t erj adinya kebakaran hut an dan at au l ahan di lokasi usahanya.

Pasal 14

(1) Set iap penanggung j awab usaha sebagaimana dimaksud dal am Pasal 13 waj ib memiliki sarana dan prasarana yang memadai unt uk mencegah t erj adinya kebakaran hut an dan at au lahan di l okasi usahanya.

(2) Sarana dan prasarana pencegahan t erj adinya kebakaran hut an dan at au lahan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) meliput i:

a. sist em det eksi dini unt uk menget ahui t erj adinya kebakaran hut an dan at au lahan;

(6)

c. prosedur operasi st andar unt uk mencegah dan menanggulangi t erj adinya kebakaran hut an dan at au lahan;

d. perangkat organisasi yang bert anggung j awab dalam mencegah dan menanggul angi t erj adinya kebakaran hut an dan at au lahan; e. pelat ihan penanggulangan kebakar an hut an dan at au lahan secara

berkal a.

Pasal 15

Penanggung j awab usaha sebagaimana dimaksud dal am Pasal 13 waj ib melakukan pemant auan unt uk mencegah t erj adinya kebakaran hut an dan at au l ahan di l okasi usahanya dan melaporkan hasil nya secara berkala sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali yang dilengkapi dengan dat a penginderaan j auh dari sat elit kepada Gubernur/ Bupat i/ Walikot a dengan t embusan kepada inst ansi t eknis dan inst ansi yang bert anggung j awab.

Pasal 16

Pej abat yang berwenang memberikan izin melakukan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 waj ib memperhat ikan:

a. kebij akan nasional t ent ang pengel ol aan hut an dan at au lahan sebagai bagian dari pendayagunaan sumber daya alam;

b. kesesuaian dengan t at a ruang daerah; c. pendapat masyarakat dan kepal a adat ; dan

d. pert imbangan dan rekomendasi dar i pej abat yang berwenang. Bagian Ket iga

Penanggulangan Pasal 17

Set iap orang berkewaj iban menanggulangi kebakaran hut an dan at au lahan di l okasi kegiat annya.

Pasal 18

(1) Set iap penanggung j awab usaha sebagaimana dimaksud dal am Pasal 13 bert anggung j awab at as t erj adinya kebakaran hut an dan at au l ahan di l okasi usahanya dan waj ib segera melakukan penanggulangan kebakaran hut an dan at au lahan di lokasi usahanya.

(2) Pedoman umum penanggulangan kebakaran hut an dan at au lahan dit et apkan lebih lanj ut dengan Keput usan Ment eri yang bert anggung j awab di bidang kehut anan set elah berkoordinasi dengan Ment eri lain yang t erkait dengan inst ansi yang bert anggung j awab.

(7)

Pasal 19

Dalam hal pedoman umum dan pedoman t eknis penanggulangan kebakaran hut an dan at au lahan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 18 ayat (2) dan ayat (3) bel um dit et apkan, maka penanggulangan kebakaran hut an dan at au lahan dilakukan sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Keempat P e m u l i h a n

Pasal 20

Set iap orang yang mengakibat kan t erj adinya kebakaran hut an dan at au lahan waj ib melakukan pemulihan dampak lingkungan hidup.

Pasal 21

(1) Set iap penanggung j awab usaha sebagaimana dimaksud dal am Pasal 13 waj ib melakukan pemulihan dampak l ingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au l ahan di l okasi usahanya.

(2) Pedoman umum pemulihan dampak lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan dit et apkan l ebih l anj ut oleh Kepal a Inst ansi yang bert anggung j awab.

(3) Ket ent uan lebih l anj ut t ent ang pedoman t eknis pemulihan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dal am ayat (2) dit et apkan dengan per at uran daerah.

Pasal 22

Dalam hal pedoman umum dan pedoman t eknis pemulihan dampak lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) dan ayat (3) belum dit et apkan, maka pemulihan dampak lingkungan hidup dil akukan sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

BAB V

WEWENANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN

KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN Bagian Pert ama

Wewenang Pemerint ah Pusat Pasal 23

Ment eri yang bert anggung j awab di bidang kehut anan mengkoordinasikan pemadaman kebakaran hut an dan at au lahan lint as propinsi dan at au lint as bat as negara.

Pasal 24

Dalam mel aksanakan t anggung j awab sebagaimana dimaksud dal am Pasal 23, Ment eri yang bert anggung j awab di bidang kehut anan mengkoordinasikan:

(8)

b. pengembangan sumber daya manusia unt uk pemadaman kebakaran hut an dan at au lahan; dan at au

c. pelaksanaan kerj a sama int ernasional unt uk pemadaman kebakaran hut an dan at au l ahan.

Pasal 25

Dalam rangka pengendalian kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan, inst ansi yang bert anggung j awab mengembangkan kemampuan sumber daya manusia di bidang evaluasi dampak lingkungan hidup dan penyusunan st rat egi pemulihan dampak lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan.

Pasal 26

Kepal a Inst ansi yang bert anggung j awab mengkoordinasikan penanggulangan dampak dan pemulihan dampak lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan yang t erj adi pada lint as propinsi dan at au lint as bat as negara.

Bagian Kedua

Wewenang Pemerint ah Propinsi Pasal 27

Gubernur bert anggung j awab t erhadap pengendalian kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au l ahan yang dampaknya li nt as kabupat en/ kot a.

Pasal 28

(1) Dalam hal t erj adi kebakaran hut an dan at au lahan di lint as kabupat en/ kot a, Gubernur waj ib mel akukan koordinasi penanggulangan kebakaran hut an dan at au lahan lint as kabupat en/ kot a.

(2) Dalam melakukan koordinasi penanggulangan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), Gubernur dapat memint a bant uan kepada Gubernur yang t erdekat dan at au Pemerint ah Pusat .

Pasal 29

(1) Dalam melakukan koordinasi penanggulangan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 28 Gubernur dapat membent uk at au menunj uk inst ansi yang berwenang di bidang pengendalian kebakar an hut an dan at au lahan di daerahnya.

(9)

Bagian Ket iga

Wewenang Pemerint ah Kabupat en/ Kot a Pasal 30

Bupat i/ Walikot a bert anggung j awab t erhadap pengendalian kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup yang berkai t an dengan kebakaran hut an dan at au lahan di daerahnya.

Pasal 31

(1) Dalam hal t erj adinya kebakaran hut an dan at au lahan, maka Bupat i/ Walikot a waj ib melakukan t indakan:

a. penanggul angan kebakaran hut an dan at au l ahan;

b. pemeriksaan kesehat an masyarakat di wilayahnya yang mengal ami dampak kebakaran hut an dan at au l ahan melalui sar ana pelayanan kesehat an yang t elah ada;

c. pengukuran dampak;

d. pengumuman pada masyarakat t ent ang pengukuran dampak dan langkah-langkah yang diperlukan unt uk mengurangi dampak yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan.

(2) Kewaj iban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, t idak mengurangi kewaj iban set iap orang dan at au set iap penanggung j awab usaha sebagaimana dimaksud dal am Pasal 17 dan Pasal 18 ayat (1).

Pasal 32

Bupat i/ Walikot a yang mel akukan penanggulangan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 31 ayat (1) huruf a, dapat memint a bant uan pada Bupat i/ Walikot a t erdekat .

Pasal 33

(1) Dalam melakukan penanggulangan kebakaran hut an dan at au lahan,

Bupat i/ Walikot a dapat membent uk at au menunj uk inst ansi yang berwenang di bidang pengendalian kebakaran hut an dan at au l ahan di daerahnya.

(2) Inst ansi yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) waj ib melakukan invent arisasi t erhadap usaha dan at au kegiat an yang pot ensial menimbulkan kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup, melakukan invent arisasi dan evaluasi dampak lingkungan hidup, penyusunan st rat egi, rencana, dan biaya pemulihan dampak lingkungan hidup sebagai upaya pengendal ian kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan.

BAB VI P E N G A W A S A N

Pasal 34

(10)

(2) Gubernur melakukan pengawasan at as pengendalian kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au l ahan yang berdampak at au yang diperkirakan dapat berdampak lint as

kabupat en/ kot a.

(3) Ment eri dan at au Kepala Inst ansi yang bert anggung j awab, melakukan pengawasan at as pengendalian kerusakan dan at au pencemaran l ingkungan hidup yang

berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan yang berdampak at au yang diperkirakan dapat berdampak lint as propinsi dan at au lint as bat as negara.

Pasal 35

Gubernur/ Bupat i/ Walikot a mel akukan pengawasan t erhadap pelaksanaan penaat an persyarat an yang diwaj ibkan bagi usaha sebagaimana dimaksud dal am Pasal 14.

Pasal 36

Ment eri dan at au Kepala Inst ansi yang bert anggung j awab, dalam hal t ert ent u dapat melakukan pengawasan t erhadap pelaksanaan penaat an persyarat an yang diwaj ibkan bagi usaha sebagaimana dimaksud dal am Pasal 14.

Pasal 37

Pelaksanaan pengawasan at as pengendalian kerusakan dan at au pencemaran l ingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, Pasal 35, dan Pasal 36 dilakukan:

a. secara periodik unt uk mencegah kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup; b. berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan.

Pasal 38

Apabil a hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 34, Pasal 35, Pasal 36, dan Pasal 37 menunj ukkan ket idakpat uhan penanggung j awab usaha, maka

Gubernur/ Bupat i/ Walikot a waj ib memerint ahkan penanggung j awab usaha unt uk menghent ikan pelanggaran yang dilakukan dan mel akukan t indakan unt uk mencegah dan mengakhiri t erj adinya pelanggaran sert a menanggulangi akibat yang dit imbulkan oleh suat u pelanggaran, mel akukan t indakan penyelamat an, penanggulangan, dan at au pemulihan.

BAB VII P E L A P O R A N

Pasal 39

(1) Set iap orang yang menduga at au menget ahui t erj adinya kebakaran hut an dan at au l ahan, waj ib melaporkan kepada pej abat daerah set empat .

(2) Pej abat daerah set empat yang menerima laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) waj ib mencat at :

a. ident it as pelapor; b. t anggal pelaporan;

(11)

d. sumber yang menj adi penyebab t erj adinya kebakaran hut an dan at au lahan; e. perkiraan dampak kebakaran hut an dan at au l ahan yang t erj adi.

(3) Pej abat daerah set empat yang menerima laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dal am j angka wakt u selambat -lambat nya sat u kal i dua puluh empat j am t erhit ung sej ak t anggal dit erimanya laporan, waj ib meneruskannya kepada Gubernur/ Bupat i/ Walikot a yang bersangkut an.

(4) Gubernur/ Bupat i/ Wal ikot a set elah menerima laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dal am j angka wakt u sel ambat -l ambat nya sat u kali dua puluh empat j am sej ak t anggal dit erimanya laporan, waj ib melakukan verif ikasi dari pej abat daer ah yang menerima laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) unt uk menget ahui t ent ang kebenaran t erj adinya kebakaran hut an dan at au lahan. (5) Apabila hasil verif ikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) menunj ukkan t elah

t erj adi kebakaran hut an dan at au lahan, maka Gubernur/ Bupat i/ Walikot a waj ib memerint ahkan penanggung j awab usaha dan at au kegiat an unt uk menanggul angi kebakaran hut an dan at au lahan sert a dampaknya.

Pasal 40

Dalam hal penanggung j awab usaha dan at au kegiat an t idak melakukan t indakan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 38 dan Pasal 39 ayat (5), Gubernur/ Bupat i/ Walikot a dapat mel aksanakan at au menugaskan pihak ket iga unt uk melaksanakannya at as beban biaya penanggung j awab usaha dan at au kegiat an yang bersangkut an.

Pasal 41

Set iap penanggung j awab usaha dan at au kegiat an at au pihak ket iga yang dit unj uk unt uk melakukan penanggulangan dan pemulihan kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au l ahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, Pasal 39 ayat (5), dan Pasal 40, waj ib menyampaikan laporannya kepada Gubenur/ Bupat i/ Walikot a yang bersangkut an.

BAB VIII

PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT Pasal 42

(1) Gubernur/ Bupat i/ Wal ikot a/ Kepal a Inst ansi yang bert anggung j awab/ Pimpinan inst ansi t eknis/ Ment eri berkewaj iban meningkat kan kesadaran masyarakat t ermasuk aparat ur akan hak dan t anggung j awab sert a kemampuannya unt uk mencegah kebakaran hut an dan at au lahan.

(2) Peningkat an kesadaran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan dengan mengembangkan nilai-nil ai dan kelembagaan adat sert a kebiasaan-kebiasaan masyarakat t radisional yang mendukung perlindungan hut an dan at au l ahan.

BAB IX

(12)

(1) Gubernur/ Bupat i/ Wal ikot a waj ib memberikan inf ormasi kepada masyarakat mengenai kebakaran hut an dan at au l ahan sert a dampaknya.

(2) Pemberian inf ormasi sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dilakukan mel alui media cet ak, media elekt ronik at au papan pengumuman yang meliput i: a. lokasi dan luasan kebakaran hut an dan at au l ahan;

b. hasil pengukuran dampak;

c. bahaya t erhadap kesehat an masyarakat dan ekosist em; d. dampaknya t erhadap kehidupan masyarakat ;

e. kebakaran hut an dan at au lahan. Pasal 44

Dalam hal dampak kebakaran hut an dan at au lahan melampaui lint as propinsi dan at au lint as bat as negara, koordinasi pemberian inf ormasi sebagaimana dimaksud dal am Pasal 43 dilakukan oleh Kepal a Inst ansi yang bert anggung j awab.

Pasal 45

(1) Set iap orang mempunyai hak yang sama unt uk mendapat kan inf ormasi dalam rangka ikut sert a melakukan upaya pengendal ian kerusakan dan at au pencemaran l ingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan yang meliput i:

a. pet a daerah rawan kebakaran hut an dan at au lahan; b. pet a peringkat bahaya kebakaran hut an dan at au lahan; c. dokumen perizinan pengusahaan hut an dan at au lahan; d. dokumen AMDAL;

e. rencana penyiapan/ pembukaan hut an dan at au lahan; f . hasil penginderaan j auh dari sat elit ;

g. laporan berkala dari penanggung j awab usaha mengenai st at us

penaat an t erhadap persyarat an perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2);

h. hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1), dan ayat (2).

(2) Inf ormasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) waj ib diberikan oleh Gubernur/ Bupat i/ Walikot a.

Pasal 46

Set iap orang mempunyai hak unt uk berperan dalam rangka pengendalian kerusakan dan at au pencemaran l ingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

BAB X P E M B I A Y A A N

Pasal 47

Biaya unt uk melakukan kegiat an sebagaimana dimaksud dalam:

(13)

Pendapat an Belanj a Negara (APBN) dan at au sumber dana l ain sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

b. Pasal 8 ayat (1), Pasal 18 ayat (3), Pasal 21 ayat (3), Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 35, Pasal 39 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), dan Pasal 42 dibebankan pada Anggaran

Pendapat an Belanj a Daerah (APBD) dan at au sumber dana l ain sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

BAB XI SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 48

Pelanggaran t erhadap ket ent uan Pasal 12, Pasal 14, dan Pasal 15 dikenakan sanksi administ rasi sebagaimana diat ur dal am Pasal 25 dan Pasal 27 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 t ent ang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

BAB XII GANTI KERUGIAN

Pasal 49

(1) Set iap perbuat an yang melanggar ket ent uan Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17, Pasal 18 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 21 ayat (1) yang

menimbulkan akibat kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan yang menimbulkan kerugian pada orang lain at au lingkungan hidup, waj ib unt uk membayar gant i kerugian dan at au melakukan t indakan t ert ent u.

(2) Selain pembebanan unt uk mel akukan t indakan t ert ent u sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), hakim dapat menet apkan pembayaran uang paksa at as set iap hari ket erlambat an penyelesaian t i ndakan t ert ent u t ersebut .

(3) Tat a cara penet apan besarnya gant i kerugian sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) diat ur secara t ersendiri dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 50

Dalam hal t at a cara penet apan besarnya gant i kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (3) belum dit et apkan, maka t at a car a penet apan besarnya gant i kerugian dilakukan sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 51

(1) Penanggung j awab usaha dan at au kegiat an yang usaha dan kegiat annya menimbulkan dampak besar dan pent ing t erhadap lingkungan hidup yang

menggunakan bahan berbahaya dan beracun, dan at au menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun, bert anggung j awab secara mut lak at as kerugian yang dit imbul kan, dengan kewaj iban membayar gant i kerugian secara l angsung dan seket ika pada saat t erj adinya pencemaran dan at au perusakan lingkungan hidup. (2) Penanggung j awab usaha dan at au kegiat an dapat dibebaskan dari kewaj iban

(14)

bersangkut an dapat membukt ikan bahwa pencemaran dan at au perusakan l ingkungan hidup disebabkan sal ah sat u alasan di bawah ini:

a. adanya bencana al am at au peperangan; at au

b. adanya keadaan t erpaksa di luar kemampuan manusia; at au c. adanya t indakan pihak ket iga yang menyebabkan t er j adinya

pencemaran dan at au perusakan lingkungan hidup.

(3) Dalam hal t erj adi ker ugian yang disebabkan oleh pihak ket iga sebagaimana dimaksud dal am ayat (2) huruf c, pihak ket iga bert anggung j awab membayar gant i kerugian.

BAB XIII KETENTUAN PIDANA

Pasal 52

Set iap orang yang melanggar ket ent uan Pasal 11, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17, dan Pasal 18 yang mengakibat kan t erj adinya kerusakan dan at au pencemaran lingkungan hidup, diancam dengan pidana sebagaimana dimaksud dal am Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, Pasal 45, Pasal 46, dan Pasal 47 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 t ent ang Pengelol aan Lingkungan Hidup.

BAB XIV KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 53 Dengan diundangkannya Perat uran Pemerint ah ini:

a. izin usaha yang t el ah diaj ukan t et api masih dalam proses penyelesaian, waj ib menyesuaikan dengan ket ent uan Perat uran Pemerint ah ini.

b. izin usaha yang sudah dit erbit kan sebelum Perat uran Pemerint ah ini waj ib menyesuaikan dalam wakt u paling lama 6 (enam) bulan sej ak diundangkannya Perat uran Pemerint ah ini.

Pasal 54

Pada saat mulai berlakunya Perat uran Pemerint ah ini, maka semua perat uran perundang-undangan yang berkait an dengan pengendalian kebakaran hut an dan at au lahan, dinyat akan t et ap berlaku sepanj ang t idak bert ent angan dengan Perat uran Pemerint ah ini.

BAB XV P E N U T U P

Pasal 55

Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.

(15)

Dit et apkan di Jakart a pada t anggal 5 Pebruari 2001 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

t t d. ABDURRAHMAN WAHID Diundangkan di Jakart a

pada t anggal 5 Pebruari 2001

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, t t d.

DJOHAN EFFENDI

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Penetapan Pemenang Paket Pekerjaan PENINGKATAN JALAN SONUO - OLLOT - LAPANGAN OLLOT ARAH

n : Hasil Rapat Dewan Guru SD Negeri 2 Karanganyar tanggal 16 Juni 2016 di SD Negeri 2 Karanganyar tentang Pembagian Tugas Guru Dalam Kegiatan Proses Belajar Mengajar

Merujuk pada pengumuman nominator sebagaimana yang tertuang dalam Surat Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 825/Dj.I/Dt.I.IV/5/PP.0.9/5/2016, kami mengundang nama- nama

[r]

tabuh telu. Dilihat dari melodi yang menyusunnya, pangawak Gending Tangis memiliki melodi yang terpanjang dibandingkan dengan bentuk-bentuk melodi yang menyusunnya. Pukulan

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan penelitian oleh Kelompok Kerja Konstruksi IV (empat) ULP Kabupaten Lampung Tengah menurut ketentuan – ketentuan yang berlaku,

Pola aktivitas & latihan : kondisi klien yang lemah sehingga harus dipapah, dan dadanya terus berdebar-bedar mengakibatkan pasien tidak bisa malakukan aktivitas

Cocktail making evening in Sussex is an ideal corporate event to enhance the team-building attitude in corporate people.. This event is like a breath of fresh air after the