• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FIQH IKHTILAF TERHADAP KONFLIK DUALISME KEPENGURUSAN DEWAN PERWAKILAN CABANG PARTAI KEBANGKITAN BANGSA KABUPATEN LUMAJANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FIQH IKHTILAF TERHADAP KONFLIK DUALISME KEPENGURUSAN DEWAN PERWAKILAN CABANG PARTAI KEBANGKITAN BANGSA KABUPATEN LUMAJANG."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FIQH IKHTILAF TERHADAP KONFLIK

DUALISME KEPENGURUSAN DEWAN PERWAKILAN

CABANG PARTAI KEBANGKITAN BANGSA KABUPATEN

LUMAJANG

(Putusan Pengadilan Negeri Lumajang Nomor

56/Pdt.G/2011/PN.Lmj)

SKRIPSI

Oleh

VIRDAUS RIZQI AWALIA NIM.C03211029

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Syari’ah dan H

ukum

Jurusan Hukum Publik Islam Prodi Hukum Pidana Islam

Surabaya

(2)
(3)
(4)
(5)

Abstrak

Judul penelitian ini adalah Analisis Fiqh Ikhtilaf terhadap konflik dualism kepengurusan DEwan perwakilan cabang Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang (Putusan Pengadilan Negeri Lumajang Nomor 56/Pdt.G/2011/PN.Lmj). penelitian ini dilakukan untuk menjawab dua permasalahan yaitu : Bagaimana Deskripsi dualism kepengurusan di Dewan perwakilan Cabang (DPC) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Lumajang? Dan Bagaimana analisis Fiqh Ikhtilaf terhadap dualism kepenguran Dewan Perwakilan Cabang (DPC) Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang? Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif-kualtitatif. Untuk memberikan gambaran tentang analisis Fiqh Ikhtilaf terhadap konflik dualisme kepengurusan DPC Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang (Putusan Pengadilan Negeri Lumajang Nomor 56/Pdt.G/2011/PN.Lmj) maka dalam hal penggalian data yang dipakai anatara lain : study verivikatif yakni study tentang Putusan Pengadilan Negeri Lumajang Nomor 56/Pdt.G/2011/PN.Lmj, buku-buku tentang Fiqh Ikhtilaf serta literature yang berhubungan dengan Penelitian.

Hasil dari Penelitian menyimpulkan bahwa : Konflik Dualisme kepengurusan DPC Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang yaitu di awali dengan terbitnya Surat DPP PKB Nomor. 2627/DPP-03/V/B.1/VII/2011 tertanggal 07 Juli 2011, Perihal Surat tugas yang diberikan kepada Dr. H. Ali Mudhori, S,Ag, M,Ag, penerima surat tugas dalam hal ini Dr. H. Ali Mudhori, S,Ag, M,Ag, dalam melaksanakan tugasnya melebihi wewenang tupoksinya yaitu melaksanakan Muscab (musyawarah cabang) DPC PKB Kabupaten Lumajang, Di dalam muscab itu menghasilkan kepengurusan baru yang dinilai tidak sah karena kepengurusan lama belum selesai masa tugasnya. Maka kepengurusan lama yakni kubu H. Rofik SH, MHum melakukan gugatan ke Pengadilan Negeri Lumajang yang dimenangkan oleh pihak penggugat yakni H. Rofik SH. MHum. Ada beberapa Upaya Penyelesaian konflik yang dilakukan oleh para pihak sebelum memasukkan gugatan ke Pengadilan Negeri yakni dengan melakukan mediasi sebanyak 3 kali yang dimediatori oleh DPP PKB, DPW PKB Jawa Timur dan KPU Kabupaten Lumajang yang hasilnya tidak ada kata sepakat untuk damai dan berakhir tuntutan ke Pengadilan Negeri, selain menggunakan upaya penyelesaian mediasi para pihak juga menggunakan cara Fack Fending yakni dengan pemeriksaan berkas-berkas oleh Mahkamah Partai. Secara Fiqh Ikhtilaf, penyelesaian konflik dan

sengketa melalui lembaga tahkim tidak sepenuhnya sesuai dengan ajaran Islam dan ajaran Fiqh Ikhtilaf. Didalam penyelesaian pada masa sekarang terdapat pengembangan penyelesaian konflik dengan zaman dahulu, yakni pada masa sekarang penyelesaian sengketa dilakukan bukan hanya dengan mediasi, tetapi juga dengan fack Finding dan pengajuan sengketa ke Pengadilan. Di dalam Fiqh Ikhtilaf teleh dijelaskan secara jelas bahwa suatu konflik, sengketa maupun dualisme kepengurusan tidak diperbolehkan di dalam Islam, sesuai yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an Surat Al. Maidah Ayat 105.

(6)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM... i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TRANSLITERASI ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan BatasanMasalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Kajian Pustaka ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 12

G. Definisi Operasional ... 12

H. Metodologi Penelitian ... 13

I. Sistematika Pembahasan ... 17

BAB II KONSEP FIQH IKHTILAF DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PARTAI POLITIK A. Fiqh Ikhtilaf ... 18

1. Pengertian Fiqh Ikhtilaf ... 18

2. Sebab-sebab munculnya Fiqh Ikhtilaf ... 25

B. Partai Politik. ... 27

1. Pengertian Partai Politik ... 27

2. Model Partai Politik ... 33

(7)

C. Teori Penyelesaian Konflik dalam Partai Politik ... 35

1. Pengertian Konflik ... ... 35

2. Tinjauan Bentuk Konflik DPC PKB KAbupaten

Lumajang... ... 37

3. Penyelesaian Perselisihan dalam Fiqh Siyasah

(Lembaga Tahkim) ... ... 39

BAB III DUALISME KEPENGURUSAN DPC PARTAI

KEBANGKITAN BANGSA KABUPATEN LUMAJANG

A. Deskripsi Berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten

Lumajang ... 43

B. Konflik Kepengurusan DPC PKB Kabupaten Lumajang ... 46

D. Kronologi Terjadinya Dualisme Kepengurusan DPC PKB

Kabupaten Lumajang ... 54

E. Upaya Penyelesaian Perselisihan DPC PKB Lumajang ... 55

BAB IV ANALISIS FIQH IKHTILAF TERHADAP KONFLIK

DUALISME KEPENGURUSAN DPC PARTAI

KEBANGKITAN BANGSA KABUPATEN LUMAJANG

A. Analisis Terhadap Penyelesaian Konflik DPC PKB

Kabupaten Lumajang ... ... 63 B. Analisis Fiqh Ikhtilaf Terhadap Konflik dualisme

Kepengurusan DPC PKB Kabupaten Lumajang ... 68

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 82

(8)

1

BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS FIQH IKHTILAF TERHADAP KONFLIK DUALISME

KEPENGURUSAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA KABUPATEN LUMAJANG A. Latar Belakang Masalah

Partai Politik merupakan salah satu aspek penting di dalam ilmu hukum tata

Negara. Bila berbicara mengenai Partai Politik, berarti akan membicarakan

mengenai partisipasi rakyat, ada dua hal, Pertama; Partisipasi rakyat dalam

menentukan arah kebijakan Negara Kedua, Partisipasi rakyat dalam membuat

peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, mengenai Partai Politik akan

terkait dengan study mengenai Pemilihan Umum dan konsep Negara Hukum.1

Peran Partai Politik di dalam kehidupan bernegara semakin menonjol

kebijakan-kebijakannya, baik pembuatan Undang-Undang di Dewan Perwakilan

maupun oleh Presiden dalam mengeluarkan peraturan pelaksanaan

Undang-Undang, banyak mendengar masukan dari Partai Politik. Begitupun juga dalam

melaksanakan Pemilihan Umum yang pertama di era reformasi pada tanggal 7

Juni 1999, peranan Partai Politik sangat sentral dan strategis. Pelaksana Pemilihan

Umum tahun 1999 adalah Komisi Pemilihan Umum yang beranggotakan dari

unsur-unsur Partai Politik yang ikut di dalam Pemilihan Umum 1999. Selain

pelaksana Pemilihan Umum 1999, Komisi Pemilihan Umum juga yang membuat

regulasi Pemilihan Umum 1999, penetapan anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Periode tahun 1999-2004, Golongan dan utusan Daerah untuk Anggota Majelis

Permusyawaratan Rakyat Periode Tahun 1999-2004.2

1

Abdul Bari Azed dan Makmur Amir “Pemilu dan Parpol di Indonesia”(Jakarta: Pusat Study Hukum Tata Negara, Universitas Indonesia ;2006),20.

2

(9)

2

Bersamaan dengan semakin berperannya Partai Politik dalam kehidupan

Negara yang Demokratis, timbul konflik-konflik di dalam tubuh Partai Politik,

salah satunya konflik Partai Politik yang menarik perhatian masyarakat adalah di

tubuh Partai Kebangkitan Bangsa. Partai Kebangkitan Bangsa lahir dalam konteks

kesejajaran, kehadiran Partai Kebangkitan Bangsa bukan semata-mata mewakili

arus euforia reformasi lebih dari itu mewakili kerinduan politik dari komunitas

politik terbesar bernama Nahdlatul Ulama’, Dalam sejarahnya, Politik Nahdlatul

Ulama’ selalu terseok-seok, untuk tidak mengatakan selalu terpinggirkan. Padahal

kontribusi ini melalui para tokohnya semenjak pembentukan the nation of

Indonesia (Sumpah Pemuda) dan the nation-state of Indonesia (Proklamasi) hingga

periode berikutnya tidak terhitung banyaknya.3

Perjalanan Politik Partai Kebangkitan Bangsa cukup menggembirakan.

Pemilihan Umum Tahun 1999 yang menandai semakin terbuka sistem Politik di

Indonesia berhasil di lalui dengan cukup baik. Pada Pemilihan Umum yang di

sebut-sebut paling Demokratis kedua setelah Pemilihan Umum Tahun 1955 itu

Partai Kebangkitan Bangsa mengontongi 13,3 Juta suara. Partai Kebangkitan

Bangsa juga sebagai pemenang pertama diantara partai-partai yang baru yang

muncul setelah reformasi. Secara keseluruhan Partai Kebangkitan Bangsa berada di

posisi ketiga setelah PDI Perjuangan dan Partai Golkar.4

Namun sayang Partai Kebangkitan Bangsa tidak cukup handal untuk

mengelolah potensi konflik yang ada pada dirinya. Terbukti pada Pemilihan Umum

Tahun 2004, turun menjadi 11.9 Juta suara dan persebaran politiknya di daerah

makin mengkrucut dari tiga belas provinsi menjadi sepuluh Provinsi saja. Konflik

internal yang berlangsung pada pertengahan Juli Tahun 2001 antara KH.

3

Ibid,, hal.12. 4

(10)

3

Abdurrahman Wahid dengan Matori Abdul Jalil telah membuat Partai ini

kehilangan energi untuk melakukan konsolidasi Politik dan organisasi dalam

mengejar target Pemilihan Umum. Pada Tahun 2004 Partai Kebangkitan Bangsa

terhempat cukup keras bukan oleh kekuatan partai-partai lain yang semakin

dahsyat, melainkan oleh kegagalannya sendiri dalam mengelola konflik internal

yang berimplikasi pada perpecahan Politik.5

Pembentukan Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Bangsa (DPC

PKB) Kabupaten Lumajang untuk yang pertama kalinya pada tahun 1998 dibentuk

oleh Pimpinana Cabang Nahdlatul Ulama (PC NU) Kabupaten Lumajang, yaitu

Ketua Dewan Syura dijabat oleh Almarhum bapak Achmad Basyuni dan Ketua

Dewan Tanfidnya dijabat oleh bapak. KH. Amak Fadholi Zain Tahun 1999

pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif, Pemilihan Umum legislative yang

pertama kalinya pasca Revormasi pada tahun 1999, Dewan Pengurus Cabang

Partai Kebangkitan Bangsa (DPC PKB) Kabupaten Lumajang di Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Lumajang, memperoleh sejumlah

14 (empat belas) kursi.

Dalam Musyawarah Cabang Luar Biasa Dewan Pengurus Cabang

Partai Kebangkitan Kabupaten Lumajang, yang dilaksanakan pada tanggal 17-18

Nopember 2006, di Hotel Lumajang, memutuskan berbagai hal yang berkaitan

dengan Program Partai 5 (lima) Tahun kedepan, Musyawarah Cabang Luar Biasa

Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Kabupaten Lumajang, terpilih Ketua

Dewan Syura KH. Moh. Adnan Syarif, Lc dan H. Rofik, SH. M.Hum sebagai

Ketua Dewan Tanfidz Periode Tahun 2006-2011, dan beberapa Formatur yang

5

(11)

4

bertugas untuk menyusun kepengurusan Dewan Pengurus Cabang Partai

Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang.

Tim Formatur hasil Musyawarah Cabang Luar Biasa Dewan Pengurus Cabang

Partai Kebangkitan Kabupaten Lumajang, telah menyusun kepengurusan Dewan

Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Kabupaten Lumajang, yang selanjutnya

memintakan surat Rekomendasi ke Dewan Pengurus Wilayah Partai Kebangkitan

Bangsa Provinsi Jawa Timur untuk diterbitkan Surat Keputusan dari Dewan

Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa, tentang Susunan Dewan Pengurus

Cabang Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang Periode Tahun

2006-2011.

Selanjutnya Dewan Pengurus Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa Provinsi

Jawa Timur melalui suratnya Nomor : 402/DPW-02/III/A.1/XII2006, perihal

permohonan Rekomendasi kepada DPP PKB tentang pengesahan Susunan Dewan

Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang Periode

Tahun 2006-2011, tertanggal 28 November 2006,

Ketetapan tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Dewan Pengurus Pusat

Partai Kebangkitan Bangsa Nomor : 1635/DPP-02/IV/A/XII/2006. Tanggal 18

Desember 2006 tentang Susunan Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan

Bangsa Kabupaten Lumajang Periode tahun 2006-2011, dan ditanda tangani ketua

umum dan sekretaris jenderal.

Kepengurusan DPC PKB Kabupaten Lumajang yang didasarkan dengan Surat

Keputusan Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa nomor :

1635/DPP-02/IV/A/XII/2006. Tanggal 18 Desember 2006 tentang Susunan Dewan Pengurus

Cabang Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang Periode tahun

(12)

5

Surat DPP PKB Nomor. 2627/DPP-03/V/B.1/VII/2011 tertanggal 07 Juli 2011,

Perihal Surat tugas yang diberikan kepada Dr. H. Ali Mudhori, S,Ag, M,Ag,

Koordinator Departemen Pendidikan Agama DPP PKB, isi pokok surat tugas

dimaksud, “untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka

memastikan pelaksanaan percepatan Muscab DPC PKB Kabupaten Lumajang

sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tugas tersebut harus sudah selesai

dilaporkan paling lambat 2 (dua) bulan sejak diterbitkan surat tugas ini dan

dilaporkan secara berkala tertulis kepada DPP PKB “ penerima surat tugas dalam

hal ini Dr. H. Ali Mudhori, S,Ag, M,Ag, dalam melaksanakan tugasnya melebihi

wewenang tupoksinya yaitu melaksanakan Muscab DPC PKB Kabupaten

Lumajang, tanggal 22 Juli 2011 di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Banyuputih

Kidul Kecamatan Jatiroto Kabupaten Lumajang.

Mengingat surat tersebut dan pelaksanaan Musyawarah Cabang DPC PKB

Kabupaten Lumajang yang dilaksanakan oleh Dr. H. Ali Mudhori, S,Ag, M,Ag,

adalah merupakan pelanggaran terhadap AD/ART PKB, maka DPC PKB

Kabupaten Lumajang Ketua Dewan Syura, KH. Moh. Adnan Syarif, Lc dan

ketua Dewan Tanfidz H. Rofik, SH, M.Hum, melayangkan gugatan kepada

Pengadilan Negeri Lumajang.

Setelah melalui proses sebagaimana ketentuan yang berlaku maka Pengadilan

Negeri Lumajang melalui keputusannya Nomor. 56/Pdt.G/2011/PN.Lmj, tanggal

21 Mei 2012 menyatakan mengabulkan para penggugat.

Tergugat Dr. H. Ali Mudhori, S,Ag, M,Ag, Dkk melakukan kasasi Kepada

Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Keputusan Mahkamah Agung

Republik Indonesia No. Register 710/PDT.SUS/2013, tanggal 2 Pebruari 2013

(13)

6

Konflik kepengurusan DPC PKB Kabupaten Lumajang merupakan salah satu

contoh dari sekian perkara sengketa Perdata khusus di Tubuh Partai Politik

dampak dari Pemilihan Kepala Daerah, sengketa Perdata yang diajukan oleh

Partai Politik dan umumnya sengketa tersebut berkaitan dengan adannya dualisme

kepengurusan Partai Politik baik ditingkat Pusat maupun di Daerah. Di antara

sengketa Partai Politik tersebut sebagian ada yang diselesaikan secara

Musyawarah melalui mekanisme internal Partainya dengan berpedomanan

AD/ARTnya masing-masing bagi Partai yang bersangkutan, namun ada pula yang

diajukan ke Pengadilan. Beberapa sengketa Internal Partai Politik yang sempat

diberitakan oleh media massa cetak dan elektronik adalah Kasus yang melanda

Partai Politik Bulan Bintang, Partai Politik Reformasi, dan Partai Partai

Demoktrasi Perjuangan Indonesia.

Partai Kebangkitan Bangsa termasuk salah satu partai yang sering dilanda

konflik internal, konflik tersebut di mulai sejak di Pecatnya Al-Marhum Mathori

Abduk Jalil sebagai Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP PKB oleh Ketua Umum

Dewan Syura DPP PKB Al-Marhum K.H Abdurrahman Wahid, akibat

menghadiri sidang Istimewa MPR yang berhasil menggulingkan Presiden

Al-Marhum Abdurrahman Wahid, dan mengangkat Alwi Shihab sebagai pejabat

Harian ketua Umum Dewan Tanfidz DPP PKB.

Al-Marhum Mathori Abdul Jalil menganggap bahwa pemecatan terhadap

dirinya sebagai Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP PKB tidak sesuai dengan

AD/ART PKB maka mengambil jalan tetap bertahan sebagai Ketua Umum

Dewan Tanfidz DPP PKB, sehingga dari sini muncul konflik dualisme

(14)

7

Dalam Politik Islam munculnya konflik kekuasaan pada periode Ali dan

Mu’awiyah, puncak perselisihan yang terjadi antara sahabat dan Tabi’in

merupakan perbedaan ijtihad dalam masalah agama dan dzanni, demikian pula

hukumnya. Sehingga pada situasi tersebut terbentuk dua kelompok yaitu

kelompok Muawiyah dan kelompok Ali. Adapun inti permaslahan tersebut ialah

pembai’atan Khalifah.6

Ikhtilaf dalam bahasa sering diartikan dengan “perbedaan pendapat,

pandangan atau sikap”. Masalah Ikhtilaf ialah masalah yang hukumnya tidak

disepakati oleh para ulama’. Masalah ikhtilaf umumnya meliputi masalah siyasah

(politik), dakwah dan lain sebagainya”.

Fiqh Ikhtilaf (perbedaan pendapat) yang sudah dikenali sejak abad terbaik

umat yakni masa para sahabat, tabi’in dan para Imam mazhab. Perbedaan ilmiah

yang terjadi di kalangan mereka tidak pernah menimbulkan dampak negatif sama

sekali.ketidakfahaman dalam menekuni Fiqh Ikhtilaf menyebabkan kita saling

bermusuhan karena masalah-masalah kecil atau tanpa sebab sama sekali.

Dalam suatu partai politik adanya perbedaan pendapat (ikhtilaf) adalah

merupakan hal yang biasa terjadi, tetapi karena adanya konflik dan perbedaan

pendapat ini menyebabkan perdebatan, perpecahan bahkan permusuhan. Oleh

karena itu sebaiknya didalam suatu organisasi partai politik ada baiknya bisa

menyatuka pendapat, baik masalah ushul, furu’ terutama siyasah guna untuk

menghindari segala macam perpecahan.

Dari uraian latar belakang masalah di atas penulis sangat tertarik untuk lebih

memahami dan mengkaji konflik dan penyelesaian sengketa partai politik, dengan

topik :

6

(15)

8

“Analisis Fiqh Ikhtilaf Terhadap konflik Dualisme Kepengurusan di Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Identifikasi masalah dilakukan untuk menjelaskan kemungkinan-kemungkinan

cakupan masalah yang dapat muncul dalam penelitian dengan melakukan identifikasi

dan inventarisasi sebanyak-banyaknya yang kemudian dapat diduga sebagai masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah penelitian ini

adalah: 7

1. Maksud dari Konflik dalam Partai Politik,

2. Sejarah terjadinya konflik dualisme kepengurusan Partai kebangkitan

Bangsa Kabupaten Lumajang.

3. Tuntutan ke Pengadilan Tingkat 1 sampai ke Mahkamah Agung.

4. Bagaimana kronologi terjadi dualisme kepengurusan di DPC PKB

Kabupaten Lumajang?

5. Upaya apakah yang dilakukan oleh kedua belah pihak untuk

menyelesaikan konflik?

6. Bagaimana analisis Fiqh ikhtilaf terhadap konflik yang terjadi dalam Partai

Politik (dualisme kepengurusan )?

C. Rumusan Masalah

Untuk memudahkan penelitian dan penulisan, maka diperlukan rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana deskripsi dualisme kepengurusan di DPC PKB Kabupaten

Lumajang?

7

(16)

9

2. Bagaimana analisis Fiqh Ikhtilaf terhadap dualisme kepengurusan DPC PKB

Kabupaten Lumajang?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian yang sudah

pernah dilakukan dalam penelitian di seputar masalah yang diteliti sehingga tidak

terjadi pengulangan atau bahkan duplikasi kajian/penelitian yang sudah ada.8

Kemudian, dari hasil pengamatan peneliti tentang kajian-kajian sebelumnya,

peneliti temukan beberapa kajian di antaranya :

1. Skripsi yang ditulis oleh Nurul Radiatul Adawiyah yang berjudul “Konflik

Internal Partai Nasdem (Study Kasus tentang DPW Partai Nasdem

Sulawesi Selatan), skripsi ini membahas tentang konflik yang terjadi

dalam tubuh DPW Partai Nasional Demokrat ( Nasdem ) Sulawesi Selatan

dan hasil penelitiannya tejadinya perpecahan berawal dari konflik internal

antara Harry Tanoesoedibyo dengan Surya Paloh yang berefek pada satuan

Partai yang ada di Daerah (DPW).9

2. Skripsi yang ditulis oleh Bambang yang berjudul “ Konflik Internal Partai

Kebangkitan Bangsa di Kabupaten karawang, sumber dan dampak Pemilu

2009. Skripsi ini membahas konflik di pusat yang berefek di daerah

Karawang, berawal dari dualisme kepengurusan antara PKB kubu Gusdur

dengan PKB kubu Mathori abdul Jalil.10

3. Disertasi yang ditulis oleh Masrukhan yang berjudul “ Konflik Politik

KIAI NU dalam pemilihan Gubernur Jatim 2008 : Analisis Fiqh Ikhtilaf.

Disertasi ini menulis tentang perbedaan pendapat dan pilihan para KIAI

8

Ibid.

9

Nurul Radiatul Adawiyah, Konflik Internal Partai Nasdem (Study Kasus DPW Nasdem Sulawesi Selatan ), (Makassar : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin , 2013 )

10

(17)

10

pada pemilihan gubernur tahun 2008 yang lalu, dan juga dianalisis dengan

Fiqh Ikhtilaf.11

Skripsi-skripsi diatas lebih menekankan terhadap konflik internal

didalam tubuh sebuah Partai, dan analisis melalui Fiqh Ikhtilaf, penelitian

yang akan penulis lakukan ini adalah tentang konflik dualisme dalam

partai politik menurut Perspektif Fiqh ikhtilaf dan penyelesaian

konfliknya, sesuai dengan judul skripsi yaitu :

“Analisis Fiqh Ikhtilaf Terhadap Dualisme Kepengurusan di Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang”.

E. Tujuan penelitian

Tujuan Penelitian adalah rumusan tentang tujuan yang ingin dicapai oleh

peneliti melalui penelitian yang dilakukannya.12 Sesuai dengan rumusan masalah

di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui deskripsi dualisme kepengurusan DPC PKB Kabupaten

Lumajang.

2. Untuk menganalisis Fiqh Ikhtilaf terhadap dualisme kepengurusan yang

terjadi di DPC PKB Kabupaten Lumajang.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

11

Masrukhan, konflik politik KIAI NU dalam pemilihan Gubernur Jawa Timur 2008: Analisis Fiqh Ikhtilaf (Surabaya : Program Study Ilmu Keislaman UIN Sunan Ampel, 2010 )

12

(18)

11

Dari permasalahan di atas, penelitian dan penulisan ini diharapkan mempunyai

nilai tambah dan manfaat baik untuk penulis maupun pembaca, yang berguna

dalam dua aspek yaitu:

1. secara akademis : sebagai sumbangsih terhadap ilmu hukum khususnya

hukum tata Negara, hukum dan politik untuk mengembangkan cakrawala

berfikir dan mengembangkan pengetahuan, khususnya dalam bidang hukum

politik dan politik di Indonesia.

2. Secara praktis : dapat dijadikan bahan informasi bagi para praktisi politik

yang terkait dengan sengketa politik, dan pelaksana hukum terutama hukum

politik atau konflik Partai politik yang sering terjadi pada partai politik.

G. Definisi Operasional

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan tidak terjadi kesalah pahaman

pembaca dalam memahami judul skripsi ini, maka penulis perlu menjelaskan

variabel-variabel dalam judul skripsi ini, yaitu :

a. Fiqh Ikhtilaf

Menurut bahasa Fiqh Ikhtilaf merupakan “perbedaan pendapat, pandangan

atau sikap”. Masalah ikhtilaf umumnya ialah masalah-masalah yang tidak

disepakati oleh para ulama’.13

b. Dualisme kepengurusan

Adanya dua substansi berbeda yang sama kuatnya dalam suatu organisasi,

dalam hal ini adanya dualisme kepengurusan dalam sebuah partai politik.

Jadi, penelitian yang akan penulis bahas yaitu tentang Analisis Fiqh

Ikhtilaf mengenai dualisme kepengurusan dalam Partai Politik di

Indonesia yang disini lebih menekankan kepada analisis konflik dualisme

13

(19)

12

kepengurusan DPC PKB Kabupaten Lumajang. Dimana konflik ini

berawal dari konflik yang terjadi dalam tubuh partai di pusat, adanya dua

kepengurusan antara kubu Gus Dur dengan Mathori Abdul Jalil.

H. Metode Penelitian

Metode Penelitian disini meliputi :

1. Data yang dikumpulkan

Agar dalam pembahasan skripsi ini nantinya bisa dipertanggungjawabkan

dan relevan dengan permasalahan yang diangkat, maka data yang peneliti

kumpulkan di antaranya, yaitu:

1) Data tentang putusan Pengadilan Negeri Lumajang Nomor

56/pdt.G/ 2011/PN. LMJ.

2) Data tentang putusan Mahkamah Agung Nomor 710

K/PDT.SUS/2012.

3) Konsep Tentang Fiqh Ikhtilaf (Fiqh Konflik).

4) Data tentang larangan berkonflik dan bercerai-berai.

2. Sumber Data

Sumber data yang akan dijadikan pegangan dalam penelitian ini

peneliti mendapatkan data yang konkrit serta ada kaitannya dengan

masalah sengketa partai politik yang meliputi data primer dan data

sekunder yaitu:

a. Sumber Data Primer

1) Putusan Pengadilan Negeri Lumajang Nomor Register

56/pdt.G/2011/PN.Lmj.

2) Putusan Mahkamah Agung Nomor Register

(20)

13

3) AD/ART Partai Kebangkitan Bangsa.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber pelengkap yang

diperoleh dari data kepustakaan yang ada hubungannya dengan

pembahasan dalam penelitian ini yaitu :

1) Yusuf Qordhowi Fiqh Perbedaan Pendapat (Fiqh Ikhtilaf)

2) T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu Kenegaraan dalam Fiqh Islam.

3) Tim Lembaga Pelatihan dan Pengembangan Pemuda Bangsa.

Bebal sejarah PKB dalam pusaran Konflik dan konflik.

4) Ramlan Surbakti. Memahami Ilmu Politik.

3. Teknik Pengelolahan Data.

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data. Adapun teknik pengumpulan data

sebagai berikut:

a. Dokumentasi

Dokumentasi adalah alat pengumpul data yang berupa

dokumen yang berupa dokumen putusan dari pengadilan

Negeri Lumajang Nomor 56/pdt.G/2011/PN.Lmj. Dokumentasi

ini merupakan dalil konkrit yang bisa penulis jadikan acuan

untuk mengetahui tentang Penyelesaian Sengketa Partai Politik

(Analisis dualisme kepengurusan DPC PKB Lumajang )

b. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan melalui

telaah atau studi pustaka yang berasal dari buku-buku tentang

(21)

14

c. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data

apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila

peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

4. Teknik Pengolahan Data

Penulis akan memaparkan dan mendeskripsikan semua data yang

penulis dapatkan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Organizing : suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan, pencatatan, dan penyajian fakta untuk tujuan

penelitian.14

b. Editing : kegiatan memperbaiki kualitas data (mentah) serta

menghilangkan keraguan akan kebenaran/ketepatan data

tersebut.15

c. Coding : mengklasifikasi data. Maksudnya

data-data yang telah diedit tersebut diberi identitas sehingga

memiliki arti tertentu pada saat analisis.16

5. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan dianalisis dengan metode deskriptif

dan menganalisis perolehan data tersebut dengan pola pikir induktif ke

deduktif. Dengan menggunakan metode deskriptif analisis yaitu membuat

14

Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), 66.

15

Ibid., 97.

16

(22)

15

deskripsi, gambaran atau menjelaskan secara sistematis atas data yang

berhasil dihimpun terkait dengan pembahasan.

Selanjutnya penulis menganalisis perolehan data tersebut dengan pola

pikir deskriptif analisis, yaitu membuat deskripsi, gambaran atau

menjelaskan secara sistematis atas data yang berhasil dihimpun terkait

dengan dualisme kepengurusan dalam Partai Politik.

I. Sistematika Pembahasan

Secara keseluruhan skripsi tersusun dalam lima bab dan masing-masing bab

terdiri dari beberapa sub bab pembahasan, hal ini dimaksudkan untuk

mempermudah dalam pemahaman serta penelaahan, adapun sistematikanya adalah

sebagai berikut: Secara keseluruhan skripsi tersusun dalam lima bab dan

masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab pembahasan, hal ini dimaksudkan untuk

mempermudah dalam pemahaman serta penelaahan, adapun sistematikanya adalah

sebagai berikut:

Bab I sebagai pendahuluan berisi tentang uraian latar belakang masalah,

identifikasi masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian,

kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian serta

sistemmatika pembahasan.

Bab II merupakan landasan teori yang membahas tentang pengertian Fiqh

Ikhtilaf, sebab-sebab terjadinya ikhtilaf, pengertian partai politik serta teori

penyelesaian konflik dalam partai politik.

Bab III memuat tentang pengertian dualieme kepengurusan dan pengertian

Fiqh ikhtilaf serta hubungan sengketa dualisme kepengurusan dengan Fiqh

(23)

16

Bab IV merupakan analisis terhadap Fiqh Ikhtilaf terhadap penyelesaian

dualisme kepengurusan dalam sebuah partai politik serta bagaimana cara pihak

melakukan penyelesaian konflik dengan melakukan gugatan di pengadilan.

(24)

17

BAB II

KONSEP FIQH IKHTILAF DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PARTAI POLITIK

A. Fiqh Ikhtilaf

1. Pengertian Fiqh Ikhtila@f

Ikhtila@f atau khila@fiyah dalam bahasa Indonesia sering diartikan dengan

“perbedaan pendapat, pandangan atau sikap”. Masalah khila@fiyah adalah masalah

yang hukumnya tidak disepakati para ulama’. Perbedaan pendapat dikalangan

umat islam terkadang hanya pada tatanan yang sempit, bahkan sering kali hanya

perbedaan penggunaan istilah. Tetapi tidak jarang pula tatanan perbedaannya

luas, yaitu antara halal dan haram.1

Khila@fiyah atau ikhtila@f (perbedaan pendapat) dalam perkara apa saja,

terutama konflik dalam politik merupakan hal sangat wajar. Sesuatu yang

mustahil dan sesuatu yang akan menjadi keajaiban apabila seluruh umat Islam di

dunia ini dapat dipersatukan dalam satu pendapat, pandangan madzhab dan sikap

dalam masalah ushul furu’ dan siyasah. 2

Disamping itu, penciptaan manusia yang berbeda-beda itu juga untuk ilmu

pengetahuan dan saling memahami, karena dengan perbedaan itu manusia

terdorong untuk bertanya, menganalisis dan mencoba untuk berfikir keras untuk

saling memahami. Dengan demikian, penciptaan manusia dalam aneka bentuk

perbedaan bukan sebagai sumber perpecahan atau polarisasi masyarakat,

melainkan fitrah alamiah dan sunnatullah agar terjadi keseimbangan hidup dan

kehidupan di dunia ini. Dengan kata lain perbedaan merupakan sebuah rahmat.

11

M. Yusuf Amin Nugroho, Fiqh Al Ikhtilaf NU Muhammadiyah (Wonosobo: Pdf, 2012 ),8.

2

(25)

18

Nabi Muhammad saw bersabda “ ikhtila@fu ummatiy rahmah”3 perbedaan

umatku adalah rahmah, Umar bin Khattab juga membenarkan sabda Nabi saw

itu. Perkataan “ umatku” dalam hadis ini maksudnya adalah para ulama’

mujtahid berijtihad dalam masalah furu@’iyah. Hal ini berarti bahwa para sahabat

telah membuka pintu ijtihad dan membolehkan perbedaan pendapat didalamnya.

Apabila hal ini tidak dilakukan, kesulitan akan ditemukan oleh mujtahidi@n karena

titik temu sering kali didapatkan dalam bidang ijtihad dan bidang-bidang

pemikiran lainnya.

Dalam sejarah,ketegangan dan konflik yang mengiringi perkembangan Fiqh

pada periode-periode awal, yaitu pada abad kedua hijriyah, ikhtila@f disamping

telah memperkaya khazanah hukum dalam Islam juga berhasil mengantarkan

Fiqh menuju periode kecemerlangan yang ditandai dengan kemunculan para

imam madzhab dengan warisan dalam hukum Islam yang mengagumkan.

Artinya, ikhtila@f telah memberikan kontribusi penting dalam pemikiran

keagamaan pada periode-periode . awal. Karenanya, dapat dikatakan bahwa

ikhtila@f tidak cenderung mengarah pada perpecahan.

Konflik merupakan suatu persoalan yang selaluk terjadi dalam sejarah

peradaban umat manusia, konflik itu muncul dari interaksi antar individu maupun

kelompok dalam berbagai bentuk aktivitas sosial, ekonomi politik dan budaya.

Karena itu, peristiwa konflik dapat dikatakan sebagai “ peristiwa sejarah umat

manusia”. Karena konflik mengandung pengetahuan tentang bagaimana

(asal-usul) dan mengapa (sebab-sebab) konflik itu terjadi.

3

(26)

19

Disamping itu, kemungkinan lain bagi terjadinya perbedaan pendapat

dikalangan umat islam juga terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Pertama,

adanya pertentangan (kontradiktif) antara sesama nash al-Qur’an dan upaya

mereka untuk mencegah pertentangan dengan berijtihad. Kedua, adanya

ayat-ayat mushtarak dalam al-Qur’an seperti surat Al-Baqarah ayat 228. Kata Quru’

dalam ayat ini mengandung arti ganda, yaitu makna haid dan masa suci. Ketiga,

adanya ayat-ayat al-Qur’an yang dapat dimaknai secara tekstual, misalnya, Surat

An-Nisa ayat 11. Keempat, adanya nash-nash al-Qur’an yang bersifat umum dan

khusus. Kelima adanya struktur kalimat dalam nash-nash hukum al-Qur’an yang

memiliki dua aspek pengertian. Dengan demikian jelaslah bahwa nash-nash

hukum dalam Al-qur’an sendiri memberikan ruang bagi munculnya ikhtila@f.4

Sumber-sumber potensial terjadinya perbedaan pemahaman para sahabat

teraktualisasi oleh adanya kondisi objektif yang dimiliki para sahabat. Ahmad

Amin meyebutkan empat sebab terjadinya perbedaan para sahabat dalam

memahami Al-Qur’an, yaitu :

1. Adanya kesenjangan kemampuan bahasa Arab satu sama lain, ada yang

memiliki penguasaan yang baik terhadap bahasa dan sastra Arab jahiliyah

sehingga terbantu dalam memahami kosa kata Al-Qur’an, dan ada yang

sebaliknya atau berada satu tingkat dibawahnya.

2. Sebagian sahabat selalu menyertai Nabi saw dalam segala situasi dan

kondisi sehingga mengetahui langsung sebab-sebab turunnya Al-Qur’an,

sementara yang lain sebaliknya atau jarang bersama dengan Nabi.

4

(27)

20

3. Para sahabat mempunyai perbedaan pengetahuan mengenai adat istiadat

Arab baik perkataan ataupun perbuatan, seperti pengetahuan tentang

praktek manasik haji pada zaman jahiliyah sehingga mempermudah

pemahaman akan ayat-ayat haji, sedangkan sahabat yang lain tidak

demikian.

4. Perbedaan informasi dan pengetahuan mereka akan perbuatan ibadah

orang-orang Yahudi dan Nasrani di jazirah Arab ketika Al-Qur’an yang

banyak dari nash-nash al-Qur’an menolak dan menentang amal perbuatan

Yahudi-Nasrani itu dengan tanpa rincian yang jelas apa saja perbuatan

mereka itu.5

Didalam Islam ada tiga sumber hukum yang pertama, Al-Qur’an dapat

ditegaskan didalam al-Qur’an terdapat ketentuan-ketentuan yang bersifat

kontradiktif, mushtarak, mujmal, am-khas dan tekstual. Setidaknya menurut

pemahaman umat Islam terdapat gradasi kemampuan dan penguasaan informasi

tentang adat istiadat, bahasa Arab, ketentuan hukum dan keterlibatan mereka

dalam kehidupan sehari-hari nabi.

Sumber hukum kedua, yakni as-Sunnah juga berpotensi menimbulkan konflik

(ikhtila@f) dikalangan para sahabat dikarenakan perbedaan pendapat pendapat para

sahabat menyikapi sunnah Rasul saw sebagai sumber hukum disimpulkan oleh

Abbas Arfan menjadi empat sebab. Keempat sebab itu adalah :

1. Perbedaan kuantitas hafalan sunnah-sunnah Nabi saw diantara sahabat.

2. Perbedaan kualitas hafalannya.

3. Perbedaan kemampuan intelektualitas dalam menalar dan memahaminya.

5

(28)

21

4. Perbedaan dan menerapkan dan menetapkan hukum-hukumnya, terlebih bila

terjadi kontradiksi atau perbedaan antara Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan

sunnah itu sendiri.

Sumber hukum ketiga yaitu “Ijtihad” juga terdapat potensi yang

memungkinkan terjadi ikhtila@f dikalangan para sahabat. Ijtihad dilakukan para

sahabat karena terbatasnya nash-nash yang ada, sementara peristiwa terus terjadi.

Acuan Ijtihad adalah Maqa@shid al-Shari’ah al-Ammah (tujuan universal) dan

prinsip-prinsip umum (Maba@di kulliyah).6 Faktor-faktor yang menyebabkan

perbedaan pendapat ialah ketidakpastian nash, intelektual yang dipengaruhi akal,

kepribadian,keluarga dan lingkungan. Perbedaan pendapat dikalangan sahabat

terutama dalam masalah hukum jumlahnya lebih sedikit daripada kesepakatan

dan kebersamaan diantara mereka. Alasannya karena ada musyawaroh. Mudahnya

bersepakat, sangat sedikitnya periwayatan/penyebaran hadits, sedikitnya kasus

yang terjadi, sangat hati-hati dan tawadhu’, serta takut salah sehingga fatwapun

terbatas pada masalah yang tengah terjadi saja.

Menurut Yusuf Qardhawi juga pernah terjadi dikalangan Nabi dan Malaikat.

Adalah Nabi Musa as berikhtila@f dengan Nabi Harun hingga nabi Musa menarik

jenggot nabi Harun ketika mendapati Bani Israil menyembah anak lembu buatan

Samiry.7

Ikhtila@f adalah “Kekayaan Syari’at Islam” . Banyak pendapat syari’at Islam

merupakan mutiara-mutiara yang tidak ternilai harganya. Karena ia akan

menjadikan ilmu Fiqh itu terus tumbuh dan berkembang, karena setiap pendapat

6

Syeikh Muhammad ‘Aly al-Saayis, Nash’at al-Fiqh al-Ijtihadi wa At-waruh, terjemahan M. Ali Hasan,

Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Fiqh: Hasil Refleksi Ijtihad (Jakarta: Rajawali Press.1995), 64.

7

(29)

22

yang diputuskan berdasarkan dail-dalil dan qaidah-qaidah yang telah diambil

istinbathnya, lalu diijtihadkan, ditimbang-timbang kekuatan dalilnya, ditarjihkan

kemudian diterapkan pada masalah-masalah yang serupa dengannya (Qiyas).

Bagaimanapun perbedaan adalah suatu kepastian, sunnatullah yang manusia tidak mungkin untuk merubahnya. Allah SWT sendiri telah menerapkan adanya perbedaan itu dalam Firman-Nya :





















Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (Q.S Ar-Rum 22)8

Ada banyak sekali Ikhtila@f dalam Islam namun macam-macam yang

secara umum bisa dibagi menjadi dua golongan yaitu :

1. Ikhtila@f yang tidak dibenarkan.

2. Ikhtila@f yang bisa dibenarkan.

Ikhtila@f yang tidak bisa dibenarkan adalah ikhtila@f dalam masalah aqidah

yang prinsip. Masalah yang pokok dan prinsip itu adalah aqidah yang paling

dasar, tauhid yang esensial serta konsep ketuhanan yang fundamental, tidak

pernah terjadi perbedaan pendapat. Ikhtila@f sebenarnya sedikit menyentuh

masalah kerangka ibadah. Namun, ketika para Fuqaha mulai memasuki teknis

8

(30)

23

dan operasional yang tidak prinsipil ikhtila@f tidak bisa dibendung

kemunculannya.

Ikhtila@f yang bisa dibenarkan adalah ikhtila@f dalam masalh Furu’ dalam

masalah i’tiqod yang tidak prinsip, seperti masalah membaca Basmalah Fatihah

Shalat Jahar, masalah Qunut Shubuh, amaliyah kalangan tradisional seperti

Tahlil dan lain sebagainya.

Ikhtila@f dalam masalah Furu’ adalah boleh. Rosullullah SAW telah bersabda :

“ Sesungguhnya Allah SAW membuat ketentuan-ketentuan, maka janganlah

kamu melanggarnya, mewajibkan sebuah kewajiban, maka janganlah kamu

mengabaikan, telah mengharamkan banyak hal, maka janganlah kamu

melanggarnya, telah mendiamkan banyak masalah sebagai Rahmat bagi kamu

bukan karena lupa maka janganlah kamu mencari (kesulitan) didalamnya”. (H.R

Daruqutni).

Mari kita cermati baik-baik hadits diatas. Disana jelas sekali tersirat bahwa

Allah tidak lupa ketika membiarkan masalah-masalah yang muncul tanpa diiringi

oleh aturan atau ketetapan yang jelas. Allah mendiamkannya dan menetapkan

masalah yang didiamkannya itu ebagai rahmat bagi kita. Dan karenanya ketika

kita mencoba mencari jawaban atas apa yang tidak diterangkan secara rinci

dalam kitab suci maka tak boleh kita mencari kesulitan. Artinya, tidaklah kita

perlu memaksakan pernyataan pendapat atas masalah-masalah furu’ tersebut.9

9

(31)

24

2. Sebab-sebab Munculnya Ikhtilaf

Diantara sebab mengapa suatu perkara bisa menjadi masalah yang tidak

disepakati hukumnya antara lain :

1. Berbeda pengertian dalam mengartikan kata.

Adanya ayat yang berbeda satu dengan yang lainnya secara zhahirnya.

Sehingga membutuhkan jalan keluar yang bisa cocok untuk keduanya.

Dititik inilah para ulama’ kadang berbeda pendapat dalam mengambil

jalan keluar.

2. Riwayat Hadis.

Adanya perbedaan penilaian derajat suatu hadis dikalangan ahli hadis.

Dimana seorang ahli hadis menilai suatu hadis shahih, namun ahli hadis

lainnya menilainya tidak shahih. Sehingga ketika ditarik kesimpulan

hukumnya, sangat bergantung dari perbedaan ahli hadis dalam

menilainya.

3. Na@shih-Manshu@kh

Adanya ayat atau hadits yang menghapus berlakunya ayat atau hadis yang

pernah turun sebelumnya. Dalam hal ini sebagian ulama’ berbeda

pendapat untuk menentukan mana yang dihapus dan mana yang tidak

dihapus.

4. Saling berlawanan dalil dalam satu qaidah.

Sebagaimana ulama yang menerima dalil mengenai suatu qaidah.

Sebagian lain menolaknya. Maka kemudian timbul, perbedaan diantara

(32)

25

berlaku muqayyad. juga dalam menetapkan mana yang bersifat umum dan

mana yang bersifat khusus.

5. Metodologi Pengistinbathan hukum

Adanya perbedaan ulama’ dalam menggunakan metodologi atau teknik

pengambilan kesimpula hukum, setelah sumber yang disepakati.

Misalnya, ada yang menerima syar’u man Qobla@na dan ada yang tidak.

Ada yang menerima Istihsan ada yang tidak dan ada juga yang tidak mau

memakainya.

Dan masih banyak lagi metode lainnya, seperti saddan lidzdziri’ah,

qaulu shahabi, istishab, qiyas dan lainnya.10

B. Partai Politik

1. Pengertian Partai Politik

Yang dimaksud dengan partai politik adalah perkumpulan segolongan

orang-orang yang seasas, sehaluan, setujuan terutama di bidang politik. Baik

yang berdasarkan partai kader atau struktur kepartaian yang dimonopoli oleh

sekelompok anggota partai yang terkemuka, maupun yang berdasarkan partai

massa, yaitu partai politik yang mengutamakan kekuatan yang berdasarkan

keunggulan jumlah anggotanya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Partai

Politik juga berarti perkumpulan yang didirikan untuk mewujudkan ideologi

politik tertentu.

Partai Politik adalah sekelompok orang yang terorganisir serta berusaha

untuk mengendalikan perintah agar supaya dapat melaksanakan

program-programnya dan menempatkan atau mendudukkan anggota-anggotanya dalam

10

(33)

26

jabatan pemerintahan. Partai politik berusaha untuk memperoleh kekuasaan

dengan dua cara, dalam pemikiran Politik Islam.

Pertama ikut serta dalam pelaksanaan pemerintahan secara sah dengan

tujuan bahwa dalam pemilihan umum memperoleh suara

mayoritas dalam badan legislative.

Kedua mungkin bekerja secara tidak sah atau secara subversive untuk

memperoleh kekuasaan tertinggi dalam Negara, yaitu melalui

sebuah revolusi atau perebutan kekuasaan.

Pada dasarnya partai politik menyelenggarakan beberapa fungsi, yaitu :11

a. Sosialisasi politik

Masyarakat memerlukan keberadaan Partai Politik, Sebab Partai Politik

adalah salah satu lembaga Demokratis yang berfungsi menyaring dan

menyalurkan aspirasi masyarakat, menjadi mediator antara masyarakat dan

Pemerintah, melakukan proses rekrutmen politik, mengupayakan sosialisasi dan

komunikasi politik di dalam kehidupan masyarakat, dan sebagai sarana pengatur

konflik agar tidak jatuh kejurang kekerasan. Itulah fungsi Partai Politik dalam

kehidupan masyarakat.

Kata kunci pemberdayaan masyarakat dalam konteks peran partai politik

seperti Partai Kebangkitan Bangsa menggunakan model ”Pelayanan Basis”

mengingat orientasi politik Partai Kebangkitan Bangsa adalah untuk

meningkatkan Kualitas kehidupan masyarakat Indonesia secara umum, terutama

konstituen partai. Secara praktis, politik ”pelayanan basis” berusaha memperluas

11Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Penerbit : PT.Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta 1992),

(34)

27

tingkat keterlibatan masyarakat dalam berbagai bentuk perubahan di segala

bidang kehidupan.

Eksistensi Partai Kebangkitan Bangsa sendiri akan menjadi lebih bermakna

ketika Partai Kebangkitan Bangsa mampu memainkan secara optimal. Partai

Kebangkitan Bangsa akan berhasil memainkan perannya dihadapan masyarakat

jika merebut kekuasaan. Kekuasaan yang disampaikan di sini tidak semata-mata

bermakna negatif-prakmasi, melainkan positif mengingat kekuasaan yang direbut

pada dasarnya nantinya dipersembahkan untuk melayani kepentingan

masyarakat, bukan mengutamakan sedikit kepentingan elit partai. Untuk

mencapai idialitas, konsolidasi dan sosialisasi politik menjadi penting untuk

diupayakan.

Fungsi Partai Politik menurut Undang-Undang Nomor. 2 Tahun 1999 tentang

Pemilihan Umum ada tiga hal yaitu ;

1. Melaksanakan pendidikan Politik dengan menumbuhkan dan

mengembangkan kesadaran atas hak dan kewajiban politik Rakyat dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Menyerap, menyalurkan dan memperjuangkan kepentingan masyarakat

dalam pembuatan kebijakan Negara melalui mekanisme badan-badan

permusyawaratan/perwakilan Rakyat.

3. Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mengisi jabatan-jabatan

Politik sesuai dengan mekanisme Demokrasi.

b. Pendidikan Politik

Partai Kebangkitan Bangsa sebagai aktor yang hendak menjalankan

(35)

28

strategis ke arah pelayanan basis. Pintu masuk ke sebuah medan pergulatan

politik yang disebut sebagai politik pelayanan basis maka fakta politik kepartaian

Indonesia menunjukan kecendrungan elitisme politik partai, dimana aktifitas

partai tidak banyak bersentuhan dengan realitas dan problem-problem riil yang

dihadapi konstituen politiknya. Akibatnya jarak politik antara Partai dengan

massanya kian lebar, dan pada gilirannya partai berjalan dengan agenda-agenda

sendiri yang dari kepentingan dan kebutuhan masyarakat basis. Posisi massa

dalam konteks politik kepartaian tidak lebih dari sekedar alat tawar menawar

dalam pertarungan kepentingan dan dijadikan sarana meraih kekuasaan. Jika

mobilisasi menjadi pilihan metode pelibatan massa dalam politik, dan sama

sekali bukan partisipasi dan emansipasi.12

c. Rekrutmen politik

Partai Politik juga berfungsi untuk mencari dan mengajak kepada para warga

negara untuk turut aktif dalam kegiatan-kegiatan politik sebagai anggota aktivis

partai politik. Dalam rangka menjalankan fungsi rekrutmen partai politik

biasanya berusaha untuk menarik minat para warga bersedia menjadi anggota

ataupun aktivis partai, dengan jalan demikian, maka partai politik sebenarnya

turut serta pula dalam meluaskan partisipasinya warga Negara dibidang politik,

caranya dengan melalui kontak-kontak secara pribadi, persesuaian, dan

sebagainya. Dengan rekrutmen politik itu, partai dapat menyeleksi

anggota-anggota ataupun aktivis-aktivisnya yang berbakat untuk dipersiapkan sebagai

kader pemimpin dimasa depan yang akan menggantikan pimpinan yang lama.

12

(36)

29

d. Artikulasi dan Kepentingan

Dalam suatu masyarakat modern, sudah barang tentu banyak ditemukan

persoalan-persoalan politik yang perlu dipikirkan untuk mendapatkan jalan

pemecahannya. Agar pemikiran-pemikiran politik yang muncul tidak

menimbulkan perselisihan dan kesalahpahaman/kesalahpengertian, karena

berlatar belakang kepentingan yang berbeda, maka semua itu perlu digabungkan.

Proses inilah yang dinamakan dengan penggabungan kepentingan akan berarti

lebih mudah untuk mencapai tujuan-tujuan bersama yang diinginkan oleh

masyarakat yang bersangkutan.

e. Pengatur Konflik

Konflik merupakan suatu situasi dimana dua pihak atau lebih (orang atau

kelompok) berlawanan kepentingan (the clash of interest). Dengan kata lain

dapat dikatakan bahwah konflik akan terjadi jika ada pihak yang merasa

diperlukan tidak adil atau manakala satu pihak bersikap atau berprilaku yang

menyentuh ”titik kemarahan” pihak lain. Dengan demikian, kepentingan yang

berlawanan merupakan kondisi utama dari suatu konflik, dan karenanya

perbedaan kepentingan bukanlah kondisi yang memadai (necessary condition)

untuk menimbulkan konflik.

Kepentingan-kepentingan yang menyertai konflik biasanya berkisar pada

masalah perebutan sumber-sumber, baik itu sumber-sumber politik (kekuasaan),

ekonomi, sosial maupun kebudayaan (baik dalam konteks satu pihak

mempertahankan dan di pihak lain ada yang berusaha merebut, maupun kedua

belah pihak sama-sama sedang memperebutkan. Turunan dari masalah-masalah

(37)

30

memiliki spektrum masalah yang beragam, dari yang bersifat taktis hingga

strategis, dari yang bersifat lokal hingga internasional, dari yang bersifat pribadi

hingga kelompok yang besar, dari sederhana hingga yang rumit dan lain

sebagainya.

2. Model Partai Politik

Partai Politik adalah salah atu lembga yang memiliki kekuatan politik

dalam menyalurkan dan mengakomodir aspirasi rakyat baik ketika diadakan

pemilu maupun kegiatan diluar pemilu, dan partai politik yang bisa

menentukan seorang menjadi pemimpin atau penguasa dalam suatu

pemerintahan, selain mempunyai tujuan, visi dan misi yang sesuai dengan

ideologi dari masing-masing partai, partai politik juga terdapat beberapa

model atau tipe partai politik yang tertera dalam teori politiknya,

diantaranya:13

a. Partai masa dan kader partai, partai masa yang menitik beratkan kepada

individu, setiap individu dalam suatu partai mempunyai jiwa perjuangan yang

kuat mengorbankan seluruh kemampuan yang dimilikinya, kemudian

melakukan pengkaderan serta pendidikan politik tertentu. Sedangkan partai

kader lebih mengfokuskan kualitas individu atau anggota partai, karena

dalam model ini setiap individu berlomba dan bersaing dalam mendapatkan

kebanggaan dan kepuasan tersendiri. Karena, dengan anggota yang

berkualitas partai kan semakin berkembang dengan baik.

b. Partai perwakilan dan partai gabungan, partai perwakilan yaitu partai yang

memiliki aspirasi masyarakat dan tampil karena adanya dukungan dari

13

(38)

31

masyrakat karena dianggap mampu. Sedangkan partai gabungan yaitu

partai-partai yang sudah tidak mampu atau menjadi oposisi untuk ikut dalam tujuan

tertentu, sehingga partai-partai tersebut berkoalisi dari partai yang dilihat

bagus dan mampu menarik simpati masyarakat.

c. Partai lembaga hukum dan partai pembaharuan, partai yang didasari atas

lembaga hukum, segala bentuk kegiatannya sesuai dengan lembaga hukum

yang berlaku. Sedangkan partai pembaharuan partai yang terbentuk karena

adanya kejenuhan atau kekecewaan kelompok, sehingga kelompok tersebut

menganggap adanya perubahan.

d. Partai sayap kanan dan partai sayap kiri, partai ini ialah partai yang

tergantung kepada keadaan, bisa dikatakan jika partai sayap kanan partai

yang mendukung partai yang sedang memimpin, sedangkan partai sayap kiri

ialah partai yang melawan partai yang sedang memimpin.

3.Tujuan Partai Politik

Tujuan partai politik dibagi atas dua bagian, yaitu, secara umum dan

secara khusus, sebagaimana yang tertera dalam buku Undang-undang Partai

Politik yang terdapat dalam bab IV pasal 6

1. Secara Umum

Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 Negara Kesatuan

Republik Indonesia, dan mengembangkan kehidupan

demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung tinggi

(39)

32

Indonesia(NKRI), dan mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh

Indonesia.

2. Secara Khusus

Memperjuangkan cita-cita partai politik dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta mewujudkan

secara konstitusional, dan mencapai kekuasaan secara yang sah

secara mutlak.14

Tujuan Partai Politik merebut kekuasaan dengan melalui pemilu yang sah dan

benar, mempermudah serta menentukan seorang pemimpin. Karena partai politik

sejatinya cara atau alat yang digunakan dalam pemilu baik secara teoritis maupun

realistis. Dalam negara demokratis partai politik sangat penting dalam menentukan

penguasa yang memimpin negara.15 Dan bisa diartikan juga bahwa tujuan utama

dalam partai adalah memperoleh kekuasaan atau mengambil bagian dari kekuasaan,

mereka berusaha memperoleh kursi dalam pemilihan umum, mengangkat wakil dan

menteri, dan mengontrol pemerintah.16

C. Teori Penyelesaian Konflik dalam Partai Politik

1. Pengertian Konflik

Konflik dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah pertentangan,

perselisihan antara dua angggota. Istilah “konflik” secara etimologis berasal dari

bahasa Latin “con” yang berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau

tabrakan. Dengan demikian “konflik” dalam kehidupan sosial berarti benturan

14

Partai Politik, (UU RI No 31 Tahun 2002, ) Pemilihan Umum, (Jakarta,2003), 7.

15

Dikuti dari majalah GATRA 21 Mei 2005, 30 edisi 27.

16

(40)

33

kepentingan, keinginan,pendapat, dan lain-lain yang melibatkan dua orang atau

lebih.17

Pihak-pihak yang terlibat dalam konflik meliputu banyak macam bentuk dan

ukurannya. Selain itu dapat dipahami bahwa pengertian konflik secara

Antropologis tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan secara bersama-sama

dengan pengertian konflik menurut aspek-aspek lain yang semuanya itu turut

ambil bagian dalam memunculkan konflik sosial dalam kehidupan manusia.

Konflik sosial antar anggota masyarakat, artinya konflik politik itu, konflik

yang terjadi antara politikus atau penguasa. Menurut George Simmel dan Lewis

Coser konflik adalah unsur terpenting dalam keidupan manusia, karena konflik

memiliki fungsi politik. Menurut Carl Marx dan Ibnu Khaldun konflik menjadi

dinamika sejarah manusia, dan menurut Maslow, Max Neef dan John Burton

konflik adalah bagian dari proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia.18

Bartos dan Paul Wehr mendefinisikan konflik adalah situasi saat para pelaku

menggunakan perilaku konflik melawan satu sama lain dengan tujuan yang

berlawanan atau mengekspresikan naluri permusuhan.19 Mas’udi Rauf ,

mengatakan konflik adalah pertentangan atau perbedaan pendapat antara dua

orang atau kelompok. Konflik ini disebut konflik non fisik atau lisan.

Pada umumnya, konsep konflik didefinisikan sebagai sebuah bentuk

perbedaan atau pertentangan ide, pendapat, paham, dan kepentingan diantara dua

pihak atau lebih sehingga semuanya sama-sama saling memperjuangkan

argumennya sampai meyakini bahwa dia atau kelompok tersebut adalah yang

17

Purwadiminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Media Centre,2002), 323.

18

Susan Novri, Sosiologi Konflik dan Isu-isu konflik Kontemporer, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group,2009 ), 4. Cet 1.

19

(41)

34

benar. Dan bahkan pertentangan yang tadinya non fisik bisa menjadi bentuk fisik

sehingga timbul yang dinamakan kekerasan.20

Dari semua devinisi diatas pada umumnya konflik terjadi akibat adanya

perbedaan diantara kelompok atau perorangan, dan konflik juga mengakibatkan

dampak yang merugikan keduanya. Akan tetapi, konflik bisa juga dianggap positif

bila bisa mengatasinya dengan baik, karena konflik bisa dijadikan sebuah

pengalaman dan pelajaran bagi masyarakat pada umumnya.

2. Tinjauan Bentuk Konflik DPC PKB Kabupaten Lumajang

Konflik yang menyebabkan perpecahan tubuh Dewan Pengurus Cabang Partai

Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang adalah karena perbedaan persepsi

tentang pemberangkatan Calon kepala Daerah dalam Pilkada Tahun 2013 di

Kabupaten Lumajang. Dalam kepengurusan Dewan Pengurus Cabang Partai

Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang sendiri terdiri dari individu-individu

dengan kepentingan masing-masing, sehingga menimbulkan ketidak sepahaman

yang memang sudah sewajarnya terjadi dalam berpendapat apalagi dalam dunia

politik.

Hal tersebut diperkuat dengan saling mengklaim dari masing-masing pihak,

bahwa merekalah yang sah diakui oleh Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan

Bangsa yang merupakan konstitusi tertinggi di Partai Kebangkitan Bangsa.

Dengan diperkuat oleh Surat Keputusan Dewan Pengurus Pusat Partai

Kebangkitan Bangsa yang sah, para pihak merasa kelompok merekalah yang

berhak dan pantas melanjutkan roda organisasi.

20

(42)

35

”Bibit konflik dimulai dengan pengabaian Anggaran Dasar dan Anggaran

Rumah Tangga Partai Kebangkita Bangsa dan aspirasi para Kyai”. Hal ini bisa

dimungkinkan mengingat sebagian konstituen dari Partai Kebangkitan Bangsa

adalah terdiri warga Nahdliyin yang dimotori oleh para kyai dari masing-masing

daerah.

Pangkal konflik itu berada pada tingkat elite dan hukum. Elite Partai

Kebangkitan Bangsa tidak mampu menyelesaikan konflik dan aparat pemerintah

ikut melakukan intervensi. Memang tidak bisa dipungkiri dewasa ini aparat

pemerintahan sudah cukup terlibat dalam dunia politik meskipun tidak praktis,

karena bagaimanapun mereka juga memilki kepentingan-kepentingan khususnya

untuk masa depan dalam artian jabatan.

3.Penyelesaian Perselisihan dalam Fiqh Siyasah (Lembaga Tahkim)

Penyelesaian sengketa Dalam Fiqh Siyasah (Fiqh Politik) ada sebuah lembaga

yang dinamakan lembaga tahkim, lembaga tahkim dalam bahasa Arab ialah

menyerah putusan pada seseorang dan menerima putusan itu. Sedangkan menurut

istilah berarti dua orang atau lebih mentahkimkan kepada seseorang diantara

mereka untuk diselesaikan sengketa dan dan ditetapkan hukum syara’ atas

sengketa mereka itu.21

Tahkim berarti perlindungan dua pihak yang bersengketa kepada orang yang

mereka sepakati dan setujui serta rela menerima keputusannya untuk

menyelesaikan persengketaan mereka, berlindungnya dua pihak yang bersengketa

kepada orang yang mereka tunjuk (sebagai penengah) untuk mrmutuskan dan

menyelesaikan perselisihan yang terjadi diantara mereka. Dari devinisi tersebut

21

(43)

36

dapat disimpulkan bahwa pemilihan dan pengangkatan seorang juru damai

(hakam) dilakukan secara sukarela oleh kedua belah pihak yang terlibat

persengketaan.22

Tahkim merupakan suatu lembaga (badan) yang terdiri dari beberapa orang

anggota untuk merundingkan dan memutuskan suatu perkara baik itu perkata

keperdataan ataupun tentang kursi kekhalifahan dengan jalan musyawarah dan

meletakkan suatu hukum yang sesuai dengan syariat Islam.23

Lembaga Tahkim juga dilakukan pada zaman Arab sebelum datangnya Islam.

Pertikaian diantara mereka bisanya diselesaikan dengan menggunakan lembaga

Tahkim. Apabila terjadi perselisihan antar anggota suku maka kepala suku yang

mereka pilih untuk menjadi Hakamnya. Namun jika perselisihan terjadi antar

suku maka kepala suku lain yang tidak terlibat dalam perselisihan mereka minta

untuk menjadi Hakamnya.

Dalam Al-Qur’an Surat AL- Hujurat ayat 9 menegaskan bahwa :







Artinya : dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang Berlaku adil.

22

Dahlan, Ensikopledi Hukum Islam Jilid V,1750.

23

(44)

37

Ayat ini menjelaskan tentang suatu kaidah umum yang ditetapkan untuk

memelihara kelompok Islam dari perpecahan dan perceraiberaian yang bertujuan

meneguhkan kebenaran, keadilan, dan perdamaian dalam hal ini menjadi pilar

menegakkan keadilan dan perdamaian.24

Ayat ini menjadi dasar bagi penyelesaian sengketa politik secara damai.

Keberadaan pihak ketiga yang berupaya untuk menjadi pihak yang bertikai dalam

urusan politik secara eksplisit disebutkan Al-Qur’an dengan kata “jika dua

golongan mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya”. Kata berperang

cenderung menggambarkan gerakan bersenjata yang lahir karena krisis politik.

Oleh karena itu penggunaan mediasi dalam penyelesaian sengketa politik menjadi

landasan dalam Al-Qur’an. Allah SWT menegaskan bahwa jika salah satu

golongan yang diajak damai untuk kembali kepada perintah Allah, lantas

golongan itu membangkang dan menolaknya maka ia dapat diperangi dengan

menggunakan senjata.25

Kedudukan hukum putusan lembaga Tahkim mempunyai beberapa persepsi

yang berbeda dikalangan para ulama. Ulama madzhab Hanafi berpendapat ketika

seorang Hakam memutuskan perkara dan para pihak yang bertahkim

menyetujuinya maka putusan tersebut mengikat, apabila jika salah satu pihak

yang bertahkim mengajukan keberatannya lagi ke Pengadilan (banding) dan hakim

di Pengadilan setuju dan sependapat dengan putusan Hakam maka putusan Hakam

mempunyai kekuatan Hukum, akan tetapi jika Hakim Pengadilan tidak

24

Sayyid Qutub, Tafsir Fi Zhilail Qur’an Dibawah Naungan Al-Qur’an Jilid 4 (Surat Ash-Shaffat 102-

Al-Hujurat),(Jakarta: Gema Insani,2004).

25

(45)

38

sependapat dengan putusan Hakam maka putusan Hakim dari pengadilanlah yang

mempunyai kekuatan hukum tetap.26

Menurut Imam Syafi’i juga mengatakan putusan Lembaga Tahkim tidak

mengikat dan tidak mempunyai kekuatan hukum tetap kecuali, apabila

mendapatkan persetujuan dahulu dari para pihak. Dengan demikian apat

disimpulkan tidak semua putusan lembaga Tahkim bersifat final dan mengikat.

Putusan lembaga Tahkim bisa diajukan ke pengadilan ketika pihak yang

bersengketa masih merasa belum puas atas putusan lembaga tahkim.

Kedudukan putusan Lembaga Tahkim juga mempunyai ketetapan hukum

akan tetapi jika Hakim dalam Pengadilan tidak membenarkan putusan lembaga

Tahkim dan Hakim pada pengadil

Referensi

Dokumen terkait

- Guru melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang materi penanganan surat keluar sistem buku agenda dengan menerapkan prinsip

Adapun untuk tanah yang berasal dari lelang, maka syarat yang harus dipenuhi adalah: (a) Kutipan otentik berita acara lelang yang dibuat oleh Kantor Lelang; (b) Sertifikat hak

5ormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan (isik dari kulit biji' keadaan (isiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua tersebut.. 5ormansi pada beberapa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan tokoh masyarakat tidak berhubungan dengan partisipasi kader dalam sosialisasi kelas ibu hamil.. Responden yang memiliki

Peran Komite Sekolah sebagai badan pemberi dukungan (supporting agency) dalam peningkatan kualitas sarana dan prsarana sekolah yaitu komite sekolah ikut terlibat

Indonesia yang ingin memasarkan produknya ke pasar Korea Selatan khususnya untuk komoditas cassava atau singkong serta membantu meningkatkan daya saing produk

Menimbang, bahwa pihak Tergugat/Pembanding melalui kuasanya telah mengajukan Memori Banding tertanggal 30 Agustus 2012 yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Tata

Hasil yang dicapai: (1) melalui pembinaan disiplin menjadikan guru dan karyawan termasuk siswa memiliki disiplin (tertib waktu) yang tinggi (hasil angket guru 4.44, hasil