• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MARKET SHARE BAGI INDUSTRI JASA EKSPEDISI PADA UD AGUNG GRESIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN MARKET SHARE BAGI INDUSTRI JASA EKSPEDISI PADA UD AGUNG GRESIK."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MARKET SHARE BAGI INDUSTRI JASA

EKSPEDISI PADA UD AGUNG GRESIK

SKRIPSI

Oleh:

LIARISTI APRILIANA

NIM. C74211175

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Peningkatan Market Share bagi Industri Jasa

Ekspedisi Pada UD Agung Gresik” ini merupakan hasil penelitian lapangan yang memiliki tujuan menjawab pertanyaan tentang bagaimana market share UD Agung Gresik saat ini dan bagaimana strategi dalam meningkatkan market share di UD Agung Gresik.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus pada objek penelitian. Data penelitian ini dihimpun melalui observasi, wawancara langsung pada pemilik dan pegawai UD Agung Gresik, dan dokumentasi guna dapat menggali informasi secara mendalam terkait permasalahan yang penulis angkat. Selanjutnya, analisis dilakukan menggunakan teknik deskriptif analitis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pangsa pasar UD Agung Gresik mengalami penurunan yang disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya yaitu perusahaan yang menjadi klien mengurangi jumlah produksi untuk usahanya, perusahaan jatuh pailit dan juga terdapat beberapa klien yang tidak melanjutkan kerja sama dengan UD Agung Gresik. Dalam mendapatkan pelanggan UD Agung Gresik tidak melakukan kegiatan promosi khusus, melainkan hanya melakukan promosi dari lisan ke lisan, mempertahankan kepercayaan pelanggan (trust) dan menjaga komitmen yang telah dibina dengan pelanggan setia selama bertahun-tahun. Selain itu juga ketepatan waktu dalam mengirimkan barang kepada pelanggan menjadi salah satu cara untuk mempertahankan pelanggan.

(6)

vii

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1

B. Identifikasi dan batasan masalah ... 7

C. Rumusan masalah ... 8

D. Kajian Pustaka ... 8

E. Tujuan penelitian ... 10

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 10

G. Definisi Operasional ... 10

H. Metode Penelitian ... 11

I. Sistematika Pembahasan ... 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Pemasaran ... 16

1. Pengertian Market Share ... 16

2. Diferensiasi ... 20

3. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ... 22

(7)

B. Jasa ... 28

1. Ruang Lingkup Industri Jasa ... 28

2. Karakteristik Jasa dan Strateginya ... 30

3. Sifat Jasa yang Tidak Bisa Dilihat (Intangibility) dan Strategi untuk Mengatasinya ... 31

4. Keterlibatan Konsumen di Dalam Proses Jasa (Inseparability) dan Strategi Mengatasinya ... 33

5. Sifat Jasa yang Mudah Rusak (Perishability) dan Strategi Menghadapinya ... 35

6. Sifat Jasa yang Berbeda-beda (Variability) dan Strategi untuk Menghadapinya ... 37

7. Klasifikasi Jasa ... 40

BAB III MARKET SHARE DAN STRATEGI YANG DITERAPKAN PADA UD AGUNG A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 46

1. Gambaran Umum Perusahaan ... 46

2. Visi dan misi UD Agung ... 47

3. Struktur Organisasi ... 47

4. Proses Pengiriman Barang ... 49

5. Keuntungan/Kerugian UDAgung Gresik ... 52

B. Market Share UD Agung ... 53

1. Diferensiasi ... 53

2. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ... 60

C. Strategi dalam Meningkatkan Market Share di UD Agung ... 62

1. Mengajukan Surat Penawaran Kerja sama ... 62

2. Menjaga Ketepatan Waktu Pengiriman Barang ... 64

3. Menempatkan Posisi sebagai Penceruk Pasar ... 64

(8)

ix

BAB IV ANALISIS STRATEGI DALAM MENINGKATKAN MARKET SHARE DI UD AGUNG

A. Analisis Market Share (Pangsa Pasar) UD Agung Gresik ... 66

1. Identifikasi Pangsa Pasar UD Agung ... 66

2. Penurunan Jumlah Pelanggan UD Agung ... 67

3. Pendapatan UD Agung Gresik ... 68

B. Analisis Strategi dalam Meningkatkan Market Share di UD Agung Gresik ... 70

1. Mengajukan Surat Penawaran Kerja Sama ... 70

2. Menjaga Ketepatan Waktu Pengiriman Barang ... 71

3. Strategi Penceruk-Pasar (Market Share) ... 72

4. Mengembangkan Hubungan Pelanggan ... 73

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

1.1 Penyebaran Pasar Industri Ekspedisi Berdasarkan Wilayah ... 3

2.1 Matriks Proses Pelayanan / Jasa ... 44

3.1 Kendaraan Pengangkut Barang ... 50

3.2 Keuntungan UD Agung Gresik ... 52

3.3 Kerugian UD Agung Gresik ... 52

3.4 Perusahaan Klien UD Agung ... 54

3.5 PT Sarana Kimindo Intiplas ... 55

3.6 PT Sinar Sosro (NKA) ... 56

3.7 PT AKINO ... 57

3.8 PT Bukit Mega ... 57

3.9 PT Charoen Pokphand ... 59

3.10 Daftar Nama Perusahaan sesuai Surat Penawaran Kerja Sama ... 63

(10)

xi

DAFTAR GAMBAR

1.1 Segmentasi Pasar Utama Industri Ekspedisi ... 4 3.1 Struktur Organisasi UD Agung di Gresik ... 48

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini perkembangan industri penjualan maupun jasa tumbuh

dengan pesat. Perkembangan yang dinamis ini seiring dengan semakin

meningkatnya permintaan terhadap barang dan jasa sesuai kebutuhan

konsumen. Permintaan akan terpenuhinya kebutuhan ini tidak hanya

dibutuhkan oleh tiap individu saja, melainkan perusahaan-perusahaan juga

mengharapkan kebutuhan akan barang dan jasa mereka dapat terpenuhi.

Salah satu kebutuhan hidup yang tidak kalah penting di era globalisasi saat

ini adalah kebutuhan akan jasa pengiriman barang. Banyaknya penduduk

yang saling mengirim barang dari tempat yang jauh membuat jasa ini menjadi

sangat penting.

Pada proses pengiriman barang, sarana pengangkutan juga memiliki

peranan yang sangat penting. Dengan sarana angkutan tersebut orang dapat

memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Dalam hal ini

pengangkutan dapat dilakukan melalui darat, laut, dan udara. Di mana

perusahaan jasa angkutan barang mempunyai peran yang sangat penting

dalam menunjang kelancaran arus peredaran barang dari satu tempat ke

tempat lain. Sehingga diharapkan dapat menunjang suksesnya pembangunan

(12)

2

Mengetahui pentingnya jasa pengiriman barang tersebut

mengakibatkan perusahaan-perusahaan lain yang melihat peluang tersebut

bersaing ketat agar dapat memenuhi kebutuhan perusahaan maupun individu

tersebut, baik industri penjualan maupun industri jasa. Terlebih adanya trend

di perusahaan-perusahaan besar yang belakangan ini cenderung menyerahkan

pihak lain untuk urusan pengiriman barang hingga penanganan barang ke

gudang logistik.

Salah satu industri jasa yang juga melihat adanya peluang ini adalah

industri jasa ekspedisi. Jasa atau pelayanan (service) didefinisikan sebagai

kegiatan ekonomi yang menghasilkan waktu, tempat, bentuk, dan kegunaan

psikologis.1 Jasa atau pelayanan dilakukan dengan interaksi antara pelanggan

dan karyawan penyedia jasa atau pelayanan tersebut. Hampir setiap orang

ataupun perusahaan membutuhkan layanan jasa ekspedisi. Perusahaan yang

bergerak di industri jasa ekspedisi, seperti TIKI, ESL, JNE, Kantor Pos

Indonesia, FedEx, DHL Express, dan lain-lain. Para pelaku industri jasa

ekspedisi biasanya terdiri dari kelompok Ekspedisi Muatan Kapal Laut

(EMKL), Ekspedisi Muatan Pesawat Udara (EMPU), dan Ekspedisi Muatan

Kereta Api (EMKA), serta perusahaan freight forwarder (perusahaan yang

bergerak di jasa pengangkutan barang).

Dalam hal ini perusahaan jasa industri ekspedisi mengirim berbagai

barang ke sejumlah daerah yang dituju. Banyaknya perusahaan jasa yang

telah ada di pasar menyebabkan terjadinya persaingan yang ketat. Perusahaan

1

(13)

3

tersebut berusaha bersaing untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi

pelanggan mereka. Layanan tersebut adalah mulai dari penerimaan dan

penyortiran barang, layanan pergudangan, penerbangan kargo, sampai barang

selamat diterima konsumen.

Berdasarkan informasi dari PT Dataindo Inti Swakarsa (perusahaan

yang melakukan survei industri dan menerbitkannya dalam bentuk data dan

informasi keuangan), penyebaran pasar industri ekspedisi atau jasa

pengiriman serta usaha titipan berdasarkan wilayah dapat dilihat pada tabel

1.1. 2

Tabel 1.1

Penyebaran Pasar Industri Ekspedisi berdasarkan Wilayah

No. Wilayah Pangsa Pasar (%)

1. Jakarta 36,8

2. Jawa Barat 3,4

3. Jawa Timur 23,2

4. Jawa Tengah 6,1

5. Sumatra 13,9

6. Bali 5,2

7. Sulawesi 3,8

8. Lain-lain 7,6

Sumber: Majalah Bisnis dan Manajemen ‘Eksekutif’ (diakses pada 19

Maret 2015)

2 Dewi Purwanti, “Penggunaan Analisis SWOT dalam Kompetisi Bisnis Jasa Ekspedisi”, Jurnal

(14)

4

Menurut Asperindo (Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspress

Indonesia), rata-rata pertumbuhan industri jasa ekspedisi meningkat sebanyak

10% per tahun dengan omzet yang mengalami kenaikan pula tiap tahunnya.

Hingga tahun 2013 tercatat lebih dari 4000 perusahaan di tingkat cabang,

agen, dan gerai yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan 167 wilayah di

Jabodetabek.3

Dalam industri ekspedisi dan pengepakan ini terdapat 3 (tiga) jenis

pasar yang saling berbeda, yakni general freight (muatan umum), specialized

freight (muatan barang khusus), serta muatan angkutan udara, baik untuk

pasar dalam negeri maupun luar negeri.

Berdasarkan segmen pasar, maka pengguna utama jasa industri

ekspedisi adalah industri manufaktur, industri grosir dan industri retail

(pengecer). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut:4

Gambar 1.1

Segmentasi Pasar Utama Industri Ekspedisi

Sumber: wartaekonomi.com (diakses pada 19 Maret 2015)

3Asperindo, “Profil Asperindo”, dalam

http://asperindo.org/embrace-nature-be-one-with-the-world/, diakses pada 16 April 2015.

4 Dewi Purwanti, “Penggunaan Analisis SWOT dalam Kompetisi Bisnis Jasa Ekspedisi”, Jurnal

(15)

5

Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa industri manufaktur

merupakan segmen pasar terbesar bagi industri. Sektor manufaktur sangat

bergantung pada ekspedisi, karena sektor ini mengandalkan pada pengiriman

barang dan produk yang tepat dan senantiasa dapat diandalkan (timely and

reliable). Entah itu barang mentah, setengah jadi atau yang masih perlu

proses akhir (finishing).

Di luar itu, para produsen memerlukan jasa ekspedisi untuk

mengantarkan produknya dari pabrik ke gudang atau ke sentra-sentra

distribusi. Oleh karena itu, tidak heran bila jasa pengiriman barang

(ekspedisi), memiliki peranan penting dalam menunjang kelancaran

perekonomian nasional. Pentingnya jasa ekspedisi tercermin pada sarana

dalam menunjang distribusi dan transportasi, sehingga dapat memperlancar

arus barang.

Dalam era globalisasi dan era perdagangan bebas saat ini, perananan

perusahaan ekspeditur yang mempunyai nilai lebih dalam jasa logistik dan

mata rantai distribusi barang (Logistics and Supply Chain) semakin lebih

penting lagi bagi para industri dan perusahaan yang mempunyai

ketergantungan besar terhadap kecepatan dan ketepatan yang diperuntukkan

kepada penerima barang. Dalam menunjang era globalisasi dan kompetisi

perdagangan bebas tersebut, eksportir dan importir makin hari meningkatkan

kebutuhannya kepada perusahaan-perusahan tersebut terutama pada kegiatan

yang bisa mengatur, menata dan mengembangkan kegiatan logistik dan mata

(16)

6

Berbagai peningkatan yang terjadi, seperti tingginya arus keluar

masuk barang melalui aktivitas perdagangan, serta arus manusia dari

kreativitas perekonomian sangat ditentukan oleh situasi saat ini. Demikian

pula sebaliknya, peningkatan arus barang dan manusia akan secara langsung

pula mempengaruhi keberadaan jasa ekspedisi itu sendiri.

Pentingnya jasa ekspedisi bagi penulis salah satunya yakni dengan

memperlancar distribusi barang yang digunakan sebagai bahan baku produksi

untuk perusahaan. Seperti yang dilakukan oleh UD Agung ini. UD Agung

adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pengiriman barang atau

jasa ekspedisi yang berfokus pada pengiriman bahan baku produksi pabrik

dan pengiriman barang dari produsen ke gudang penyimpanan. Dalam hal ini

UD Agung berperan sebagai distributor untuk barang yang dikirim ke

sejumlah tempat.

Letak geografis UD Agung yang berada di kawasan industri

Kabupaten Gresik memberikan peluang pasar yang baik untuk kelancaran

usaha pengiriman barang dengan spesifikasi pengiriman barang bahan baku

produksi (distribusi). Oleh karena itu UD Agung memiliki peluang untuk

memasuki setiap pasar yang belum dijangkau untuk mengembangkan

usahanya dalam pengiriman barang atau distribusi. Distribusi barang yang

baik akan memberikan dampak yang baik pula bagi perusahaan yang

menerima barang tersebut. Proses produksi yang dilakukan perusahaan akan

berjalan dengan lancar sehingga karyawan dapat melakukan tugasnya dengan

(17)

7

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Peningkatan Market Share bagi Industri Jasa

Ekspedisi pada UD. Agung Gresik”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa hal yang

menjadi masalah dalam penelitian ini, antara lain:

a. Perkembangan industri jasa ekspedisi.

b. Market share industri jasa ekspedisi saat ini.

c. Peran perusahaan jasa ekspedisi bagi perekonomian nasional.

d. Strategi dalam meningkatkan market share industri jasa ekspedisi.

e. Strategi yang dilakukan UD Agung dalam meningkatkan market

share.

f. Peningkatan market share UD Agung.

2. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada tujuan maka

dibutuhkan adanya batasan masalah. Batasan masalah pada penelitian ini

yaitu:

a. Market share (pangsa pasar) pada UD Agung Gresik.

(18)

8

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan

masalah diatas, maka penelitian ini memiliki rumusan masalah sebagaimana

berikut:

1. Bagaimana market share UD Agung Gresik saat ini?

2. Bagaimana strategi dalam meningkatkan market share di UD. Agung

Gresik?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian

yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga

terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan

pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.5

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nabila Desiana (2012) dalam

skripsinya yang berjudul “Penerapan Strategi Bersaing dalam Peningkatan

Pangsa Pasar pada PT. XL Mitra Abadi Utama Makassar”6 menyimpulkan

bahwa Dari hasil analisis perhitungan formulasi SWOT yang dilakukan oleh

perusahaan PT. XL Mitra Abadi Utama Makassar terlihat bahwa strategi

yang dijalankan oleh perusahaan selama ini sehingga dapat meningkatkan

pangsa pasar adalah strategi pertumbuhan agresif. Dimana dalam penerapan

strategi pertumbuhan agresif memiliki keunggulan jika dibandingkan

5

Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi (Surabaya, 2014), 8. 6 Nabila Desiana, “Peningkatan Strategi Bersaing dalam Peningakatan Pangsa Pasar pada PT. XL

Mitra Abadi Utama Makassar” (Skripsi--Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

(19)

9

kelemahan dapat dikatakan positif dan selain itu peluang lebih besar dari

ancaman.

Penelitian yang dilakukan oleh Joice Kristy Tarigan (2011) dalam

skripsinya yang berjudul “Analisis Strategi Bauran Promosi Peningkatan

Market Share (Studi Kasus pada Majestyk Bakery&Cake Shop Padang Bulan

Medan)”7 penelitian ini menganalisis tentang strategi yang digunakan oleh

Majestyk Bakery&Cake Shop Padang Bulan dalam memasarkan produknya

dengan menetapkan variabel-variabel yang dapat dikendalikan oleh

perusahaan. Variabel-variabel tersebut meliputi 4P yakni product (produk),

price (harga), place (saluran distribusi), dan promotion (promosi).

Penelitian yang dilakukan oleh Nova Ari Supraptiwi (2010) dalam

skripsinya yang berjudul “Analisis Pengaruh Rasio Leverage Keuangan

Tertimbang dan Pangsa Pasar terhadap Return On Equity (ROE) pada

Perusahaan Rokok yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”8 penelitian

ini menganalisis Rasio Leverage Keuangan Tertimbang dan Pangsa Pasar

terhadap ROE pada perusahaan rokok yang Go publik di Bursa Efek

Indonesia, dan pengaruhnya secara parsial terhadap ROE perusahaan rokok

yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia.

7 Joice Kristy Tarigan, “Analisis Strategi Bauran Promosi Peningkatan

Market Share (Studi Kasus pada Majestyk Bakery&Cake Shop Padang Bulan Medan)” (Skripsi--Jurusan Manajemen, Universitas Sumatra Utara, 2011).

8 Nova Ari Supraptiwi, “Analisis Pengaruh Rasio Leverage Keuangan Tertimbang dan Pangsa

(20)

10

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui market share yang dilakukan oleh UD. Agung Gresik

saat ini.

2. Untuk mengetahui strategi dalam meningkatkan market share di UD.

Agung Gresik.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang diharapkan adalah:

1. Segi Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan

pengetahuan tentang market share bagi industri jasa ekspedisi pada UD.

2. Segi Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan

masukan bagi praktisi untuk meningkatkan market share bagi industri

jasa ekspedisi sehingga dapat mengembangkan usaha yang dijalankan.

G. Definisi Operasional

Untuk memudahkan dalam memahami skripsi ini, maka penelitian ini

mendefinisikan beberapa istilah, diantaranya:

1. Market Share

Market share merupakan bagian pasar yang mampu dikuasai oleh

perusahaan apabila dibandingkan dengan penjualan seluruh industrinya

(total penjualan sejenis). Kemampuan perusahaan dalam menguasai pasar

(21)

11

sebagai indikator keberhasilan. Karena tujuan perusahaan pada umumnya

adalah mempertahankan atau meningkatkan tingkat market share.

2. Industri Jasa Ekspedisi

Industri jasa ekspedisi merupakan perusahaan yang memberikan

jasa dalam pengumpulan, pengurusan, pergudangan dan penyerahan

barang. Industri ini berfungsi sebagai perantara antara sektor-sektor

ekstraktif dan sektor-sektor produksi, dan sebagai saluran distribusi

barang serta jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen.

H. Metode Penelitian

1. Data yang dikumpulkan

Penelitian ini bersifat penenelitian lapangan (field research), yakni

penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk

menggali data yang berkenaan dengan penelitian. Penelitian ini

membutuhkan data yang berisikan sejarah singkat tentang UD Agung

yang berada di Kabupaten Gresik, proses distribusi barang dari satu

tempat ke tempat lainnya, jumlah perusahaan yang bekerjasama dengan

UD Agung. Sedangkan data yang dikumpulkan dari studi pustaka seperti

buku, jurnal, artikel dan skripsi terdahulu.

2. Sumber Data

a. Sumber data primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah pengelola dan

karyawan dari UD Agung. Data yang dikumpulkan adalah data

(22)

12

dilakukan UD Agung, jumlah perusahaan yang bekerjasama dengan

UD Agung, pemilik UD Agung, bagian administrasi, dan pegawai UD

Agung.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder yaitu data pendukung yang berasal dari

seminar, buku-buku maupun literatur lain meliputi:

1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013

Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009

Tentang Pos.

2) Farida Jasfar, “Manajemen Jasa”.

3) Wahyu Ariani, “Manajemen Operasi Jasa”.

4) Pandji Anoraga, “Manajemen Bisnis”.

5) Sondang P. Siagian, “Manajemen Stratejik”.

6) Christopher Lovelock, dkk., “Pemasaran Jasa”.

7) Johanes Supranto dan Nandan Limakrisna, “Pemasaran untuk

Pemimpin Sektor Publik & Organisasi Nirlaba yang Visioner”.

8) Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, “Manajemen Pemasaran”.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi, dalam hal ini penulis mengamati proses distribusi barang

yang dilakukan UD Agung mulai dari pengambilan barang di

perusahaan klien hingga tempat yang dituju untuk mengangkut

(23)

13

b. Wawancara, penulis menggunakan metode wawancara dengan

melakukan komunikasi secara langsung pada pihak terkait yang dalam

hal ini yaitu pemilik dan pegawai UD Agung dengan cara memberikan

sejumlah pertanyaan untuk mendapatkan data dan informasi secara

jelas dan lengkap.

c. Dokumentasi, penggalian data ini dengan cara menelaah

dokumen-dokumen yang berhubungan dengan surat ijin pengiriman barang dan

proses distribusi barang.

4. Teknik Pengolahan Data

Setelah data berhasil dihimpun maka penulis mengolah data

dengan tahapan sebagai berikut:

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh

terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan

antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian.9 Dalam hal ini

penulis akan mengambil data yang akan dianalisis dengan rumusan

masalah saja.

b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam

penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah

direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis.10 Penulis

melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan

9

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008), 243. 10

(24)

14

menyusun data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan penulis

dalam menganalisa data.

c. Penemuan Hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh

dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran

fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari

rumusan masalah.11

5. Teknik Analisis Data

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat

deskriptif analitik, di mana setelah data diperoleh dilakukan analisis,

hasilnya berupa pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti

dalam bentuk uraian naratif. Tujuan deskriptif ini adalah untuk membuat

deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang

diselidiki.12 Data yang diperoleh dapat membantu penulis dalam

mengungkap fakta-fakta mengenai kemampuan dalam menguasai pasar

dan proses distribusi barang yang dilakukan UD Agung.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan ini dipaparkan dengan tujuan untuk

memudahkan penulisan dan pemahaman bagi pembaca. Oleh karena itu,

penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa bab, pada tiap-tiap bab terdiri

11

Ibid., 246. 12

(25)

15

dari beberapa sub bab, sehingga pembaca dapat memahami dengan mudah.

Adapun sistematika pembahasannya adalah:

Bab pertama adalah pendahuluan, dalam bab ini terdiri dari latar

belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian

pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional,

metode penelitian meliputi: data yang dikumpulkan, sumber data, teknik

pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik analisis data, dan

sistematika pembahasan.

Bab kedua adalah landasan teori, yang membahas tentang pemasaran

yang meliputi market share, diferensiasi, marketing mix, selling; jasa yang

meliputi ruang lingkup industri jasa, karakteristik jasa dan strateginya, dan

klasifikasi jasa.

Bab ketiga adalah deskripsi hasil yang meliputi gambaran umum

tentang UD Agung, market share UD Agung saat ini dan strategi dalam

meningkatkan market share di UD Agung.

Bab keempat adalah analisis tentang market share (pangsa pasar) di

UD Agung dan analisis strategi dalam meningkatkan market share di UD

Agung.

Bab kelima merupakan bab terakhir yang berisi penutup yang terdiri

kesimpulan dan saran-saran yang sebaiknya dilakukan UD Agung dalam

(26)

16 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PEMASARAN

1. Pengertian Market Share

Pasar adalah sebuah tempat yang terbentuk atas kumpulan konsumen

potensial dengan kebutuhan yang berbeda dan mempunyai keinginan yang

sama untuk melakukan transaksi guna memenuhi kebutuhan mereka. Dalam

rangka mempertahankan dan meningkatkan pengaruh perusahaan atau

produknya di pasar, maka perlu diupayakan kesinambungan atau secara terus

menerus mengadakan peningkatan penjualan produk yang dibarengi dengan

mengadakan peningkatan produk. Perusahaan mengadakan penjualan tanpa

memperhatikan produknya atau produk monoton, maka lambat laun

konsumen atau pembeli dapat berkurang di pasaran. Dengan demikian

konsumen yang berhasil dikuasai sebelum dipasarkan akan bergeser atau

berpindah ke perusahaan lain yang sejenis.

Perusahaan yang tidak memperhatikan peningkatan dan

pengembangan produk penjualannya, maka akan terancam kedudukannya

(market share) di pasaran. Sebab keadaan pasar selalu mengalami perubahan

sebagai akibat perkembangan dan kemajuan yang dicapai oleh manusia itu

sendiri, melalui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

tentunya menciptakan produk yang lebih memuaskan konsumen, sehingga hal

(27)

17

Bila perusahaan ingin meningkatkan market share, hendaknya

diarahkan kepada konsumen, guna mempengaruhi dan mendorong mereka

agar membeli produk yang ditawarkanoleh perusahaan. Dengan demikian

diperlukan adanya pelaksanaan strategi pemasaran yang baik dan teratur.

Kebijaksanaan pemasaran harus dapat menentukan gambaran yang

jelas dan terarah tentang apa yang akan dilakukan oleh perusahaan di dalam

menggunakan setiap kesempatan atau peluang-peluang yang ada pada

beberapa pasar sebagai sasaran penjualan. Kebijaksanaan pemasaran

merupakan rencana yang menyalurkan, terpadu dan menyatu dalam bidang

pemasaran yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan.

Untuk dapat mencapai penjualan perusahaan yang maksimal, maka penentuan

kebijaksanaan pemasaran harus didasarkan pada analisis lingkungan

perusahaan baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal sehingga

dapat diketahui keunggulan dan kelemahan perusahaan. Dengan demikian

perlu dilakukan analisis market share sebagai unsur ukuran atau kriteria

tentang keberhasilan suatu perusahaan dalam mengejar tujuan dan sasaran

yang diinginkan. Pangsa pasar atau Market Share adalah persentase dari

keseluruhan pasar untuk sebuah kategori produk atau servis yang telah dipilih

dan dikuasai oleh satu atau lebih produk atau servis tertentu yang dikeluarkan

sebuah perusahaan dalam kategori yang sama.1 Dalam pengertian yang lebih

sempit Market share adalah perbandingan volume penjualan industri baik

dalam unit maupun dalam rupiah. Jadi pangsa pasar atau market share adalah

1

Thorik Gunara, Marketing Muhammad“Strategi Andal dan Jitu Praktik Bisnis Nabi Muhammad

(28)

18

keseluruhan pasar yang berhasil dikuasai oleh perusahaan untuk menjual

produk yang ditawarkan. Oleh karena itu, kegiatan perusahaan yang

dilaksanakan untuk meningkatkan market share harus diarahkan kepada

langganan guna menarik dan mendorong mereka melakukan pembelian serta

kepada calon konsumen dan pelanggan yang sudah ada, agar mereka tidak

beralih ke produk lain.

Permintaan perusahaan merupakan suatu fungsi yang dinamakan

"company demand function" atau dinamakan juga "sales response function".

Permintaan perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor permintaan pasar dan

pengaruh-pengaruh terhadap market share. Perusahaan yang menaikkan

pangsa pasar (market share) mempunyai manfaat sebagai berikut:2

1) Perusahaan yang meningkatkan kualitas produk mereka relatif terhadap

pesaing menikmati kenaikan pangsa pasar yang lebih besar dari pada

mereka yang tingkat kualitasnya tetap atau menurun.

2) Perusahaan yang meningkatkan pengeluaran pemasaran lebih cepat dari

tingkat pertumbuhan pasar umumnya mencapai kenaikan pangsa pasar.

Kenaikan pengeluaran wiraniaga efektif dan menghasilkan kenaikan

pangsa pasar terutama untuk perusahaan barang konsumsi. Peningkatan

pengeluaran iklan menghasilkan kenaikan pangsa pasar terutama untuk

perusahaan barang konsumsi. Peningkatan pengeluaran promosi

2

(29)

19

penjualan efektif dalam menghasilkan kenaikan pangsa pasar untuk

semua jenis perusahaan.

3) Perusahaan yang memotong harga mereka jauh lebih besar dari para

pesaing tidak mencapai kenaikan pangsa pasar yang berarti.

Kemungkinan, banyak pesaing yang memotong harganya sebagian, dan

yang lain menawarkan nilai lain kepada pembeli, sehingga pembeli tidak

banyak beralih ke pemotongan harga.

4) Kebijaksanaan pemasaran harus dapat menentukan gambaran yang jelas

dan terarah tentang apa yang akan dilakukan oleh perusahaan di dalam

menggunakan setiap kesempatan atau peluang-peluang yang ada pada

beberapa pasar sebagai sasaran penjualan. Kebijaksanaan pemasaran

merupakan rencana yang menyalurkan, terpadu dan menyatu dalam

bidang pemasaran yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan

dijalankan.

Kegiatan perusahaan yang dilaksanakan untuk meningkatkan market

share harus diarahkan kepada langganan guna menarik dan mendorong

mereka melakukan pembelian serta kepada calon konsumen dan pelanggan

yang sudah ada, agar mereka tidak beralih ke produk lain. Oleh karena itu,

dibutuhkan taktik utama dalam mendukung strategi yang digunakan untuk

menguasai pangsa pasar dari sebuah kategori.3 Taktik utama tersebut adalah

diferensiasi, marketing mix, dan selling.

3

Thorik Gunara, Marketing Muhammad“Strategi Andal dan Jitu Praktik Bisnis Nabi Muhammad

(30)

20

2. Diferensiasi

Diferensiasi adalah sebuah pembeda atau bagaimana caranya agar

menjadi berbeda dengan produk atau perusahaan lain. Salah satu cara yang

dapat ditempuh untuk mendapatkan sebuah diferensiasi adalah dengan

mengintegrasikan konten (content), konteks (context) dan infrastruktur

(infrastructure) yang kita miliki sehingga dapat menjadi sebuah nilai lebih

yang dapat kita tawarkan kepada pelanggan. Esensi dari diferensiasi adalah

agar lebih dikenal sehingga menjadi identitas diri.

Untuk memiliki perbedaan, ada empat tahapan yang harus dilakukan.

Langkah pertama adalah diferensiasi yang dilakukan haruslah sesuai dan

masuk dalam konten dan konteks yang dimiliki oleh sebuah produk dalam

kategori tertentu. Langkah ini dimulai dari apa-apa yang telah diketahui oleh

masyarakat tentang produk tersebut. Langkah kedua adalah menemukan

perbedaan itu sendiri. Menjadi beda adalah untuk tidak sama dengan yang

lain. Menjadi beda adalah menjadi unik. Ketiga, berdasarkan konsep

diferensiasi yang telah ditentukan, sebuah produk harus dapat

membuktikannya pada publik. Yang keempat adalah menyebarluaskan

dengan cara informasi dan ini adalah hal terpenting dalam diferensiasi.

Semua informasi yang dikeluarkan harus dengan cermat karena akan

menjelaskan dan berusaha untuk menanamkan persepsi baru dalam benak

masyarakat. Kesalahan dalam penanaman persepsi ini akan membuyarkan

konsep diferensiasi yang telah dibentuk sebelumnya. Sebuah perusahaan atau

(31)

21

a. Content

Dengan masih dirasakannya dampak dari krisis ekonomi yang

melanda bangsa Indonesia sekarang ini, mendorong banyak konsumen yang

dulunya merupakan konsumen yang value oriented (orientasi nilai) bergeser

menjadi price oriented (orientasi harga). Walaupun masih banyak pula

customer yang bertahan dengan prinsip mengedepankan nilai dari sebuah

produk. Menyadari adanya pergeseran tingkat ini, banyak perusahaan mulai

merubah content dari produk yang mereka tawarkan tanpa merubah atau

malah dengan meningkatkan context yang mereka miliki. Mereka mencoba

untuk mengerti need (kebutuhan) dan want (keinginan). Market yang

sebagian besar menginginkan barang-barang khususnya yang termasuk ke

dalam barang kebutuhan pokok untuk menjadi lebih terjangkau karena

barang-barang yang tergolong ke dalam kebutuhan primer, mau tidak mau

harus tetap dibeli.

Dalam berbisnis, langkah-langkah berani harus sering dilakukan

tentunya dengan pemikiran yang matang. Kita tidak lagi dapat bergerak

hanya berdasarkan keadaan pasar dan dengan banyaknya informasi setiap hari

yang kadang membuat kita menjadi bingung. Di saat seperti inilah

ketenangan, ketajaman intuisi dan kedewasaan dalam bertindak yang menjadi

pembeda antara satu pengusaha dengan pengusaha yang lain, suatu

(32)

22

b. Context

Seiring dengan cepatnya perkembangan teknologi dan informasi

menuntut banyak perusahaan untuk lebih cepat bereaksi mengikuti mood

market atau bahkan dapat memprediksi apa-apa yang sekiranya akan menjadi

mood market. Inovasi-inovasi baru sangat dibutuhkan oleh masyarakat

sekarang.

3. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Sebuah tingkatan yang menggabungkan elemen penting pemasaran

benda atau jasa, seperti keunggulan produk, penetapan harga, pengemasan

produk, periklanan, persediaan barang, distribusi dan anggaran pemasaran,

dalam usaha memasarkan sebuah produk atau jasa merupakan gambaran jelas

mengenai bauran pemasaran. Pada tingkatan tersebut terdapat perincian

mengenai product, price, place, dan promotion, atau yang lebih sering dikenal

sebagai the 4P in marketing.4

Penggunaan konsep Marketing Mix sudah dinilai sebagai suatu

keharusan. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) adalah sebuah tingkatan yang

menggabungkan elemen penting pemasaran benda atau jasa, seperti

keunggulan produk, penetapan harga, pengemasan produk, periklanan,

persediaan barang, distribusi dan anggaran pemasaran, dalam usaha

memasarkan sebuah produk atau jasa merupakan gambaran jelas mengenai

bauran pemasaran.

4

(33)

23

a) Produk (product)

Merupakan sebuah benda atau sebentuk pelayanan yang ditawarkan

guna memenuhi kebutuhan sekaligus memberikan kepuasan pada konsumen,

baik itu untuk pemenuhan kebutuhan yang mendasar seperti rasa lapar dan

haus atau kebutuhan sekunder seperti hiburan adalah definisi dari produk.

Usaha jasa sekarang tidak hanya sekadar mengantarkan jasa tetapi sudah

bergeser pada pengantaran pengalaman yang berbeda (Experiential

marketing).

Tidak selamanya sebuah produk baru atau produk lama yang divariasi

mampu menembus semua lapisan distribusi sehingga dapat sampai pada

konsumen. Dalam marketing sebuah produk mempunyai bargaining position.

Bargaining position adalah nilai penawaran yang dimiliki oleh sebuah produk.

Semakin dikenal produk tersebut maka semakin tinggi pula nilai bargaining

position yang dimiliki. Kekuatan bargaining position sebuah produk biasanya

diperoleh karena produk tersebut adalah yang terbaik, yang pertama di

kelasnya atau yang berbeda dengan yang sudah ada.

Dalam jual beli, menurut agama Islam dibolehkan memilih, apakah

akan meneruskan jual beli atau akan membatalkannya. Sesuai dengan hadis

riwayat Ahmad ibn Hanbal, Rasulullah saw. bersabda:

نثَدح

ىي ْحي

ْنع

َّدْيبع

ينرب ْخأ

عف ن

نع

نْبا

ْنعرمع

يبَنلا

ىَ ص

َّ

هْي ع

َ سو

ل ق

لك

نْيع يب

ى ع مهدحأف

ح ص

هب

ىَتحر يخْل ب

قَر تي

وكي ْوأ

اًر يخن

(34)

24

dan penjual mempunyai hak memilih hingga keduanya berpisah, atau menjadi jual beli khiyar (punya hak pilih).”5

b) Harga (price)

Harga dapat juga diartikan sebagai ekspresi dari sebuah nilai, di mana

nilai tersebut menyangkut kegunaan dan kualitas produk, citra yang

terbentuk melalui iklan dan promosi, ketersediaan produk melalui jaringan

distribusi dan layanan yang menyertainya. Dalam menentukan harga yang

harus diperhatikan adalah penentuan persaingan sebagai batas atas dan biaya

(cost) sebagai batas bawah. Harga yang ditetapkan tidak boleh lebih tinggi

dari harga yang ditawarkan oleh pesaing atau lebih rendah dari biaya yang

dikeluarkan.

Penetapan harga yang berlaku pun harus fixed (tetap). Terlalu banyak

diskon akan menciptakan brand image bahwa toko tersebut hanya menjual

barang murah, berdiskon dan tidak berkualitas. Mungkin pada awalnya akan

dapat menarik pelanggan, namun lama kelamaan akan membuat bingung

pelanggan itu sendiri. Apalagi yang memiliki kecenderungan akanvalue dan

quality oriented. Dari sisi perusahaan, pemberian diskon dengan alasan

‘kompetitor kami pun melakukannya’ dan bukan karena alasan yang masuk

akal akan berakibat terperangkap jebakan perang harga yang bisa membuat

5

(35)

25

perusahaan mengalami kerugian. Pengusaha bisa kehilangan pasarnya bahkan

kehilangan perusahaannya.

c) Distribusi/ lokasi (place)

Place diartikan sebagai distribusi. Place juga dapat diartikan sebagai

pemilihan tempat atau lokasi usaha. Hal yang perlu diperhatikan dari

sederetan proses distribusi adalah setiap jaringan, channel, agen dan

distributor termasuk dalam kelompok ‘pelanggan’.

Bagi seorang marketer, place adalah bagaimana menempatkan produk

atau jasa pada lokasi yang tepat dengan jumlah yang tidak berlebihan sesuai

dengan permintaan pasar yang telah diperkirakan dengan biaya yang minimal

dan kepuasan yang maksimal.

d) Promosi (promotion)

Dalam hal promosi, periklanan adalah hal yang sangat penting. Tugas

perusahaan adalah bagaimana menyampaikan produk mereka dengan PR

(Public Relation) terbaik yang mereka miliki dan menyerahkan tugas

selanjutnya kepada media dan masyarakat untuk menilai kelayakan produk.

Hal ini membutuhkan proses yang panjang dan tidak dapat dipaksakan.

Soft selling yaitu promosi secara perlahan dan berkesinambungan dan

langsung kepada konsumen, jauh lebih berarti daripada hard selling yaitu

promosi yang membabibuta tanpa memberi kesempatan banyak kepada

konsumen untuk mempelajari dan merasakan manfaat dari produk yang

(36)

26

Sebagaimana hadis riwayat Ibn Majah, Rasulullah saw. bersabda:

نثَدح

ىي ْحي

نْب

ف خ

نثَدح

دْبع

ى ْع ْْا

ح

و

نثَدح

شه

نْب

ر َمع

نثَدح

ليعمْسإ

نْب

ش َيع

ل ق

نثَدح

دَمحم

نْب

حْسإ

ْنع

دبْعم

نْب

ْعك

نْب

كل م

ْنع

يبأ

ةد تق

ل ق

ل ق

لوسر

َّ

ىَ ص

َّ

هْي ع

َ سو

ْك َيإ

ف حْلاو

يف

عْيبْلا

هَنإف

ني

َث

حْمي

“(IBNUMAJAH - 2200): Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Khalaf berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul A'la. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar berkata, telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ayyasy keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ishaq dari Ma'bad bin Ka'b bin Malik dari Abu Qatadah ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jauhilah oleh kalian bersumpah dalam jual beli, sesungguhnya ia mendatangkan keuntungan namun menghilangkan keberkahan.6

Islam menganjurkan umatnya untuk memasarkan atau

mempromosikan produk dan menetapkan harga yang tidak berbohong, alias

harus berkata jujur (benar).

4. Penjualan (Selling)

Selling adalah sebuah teknik dalam membujuk atau meyakinkan

konsumen bahwa dalam produk yang dijual terdapat solusi atau keuntungan

yang lebih bagi mereka. Inti dari komunikasi dalam penjualan adalah untuk

fokus pada nilai yang terkandung pada produk atau jasa tersebut. Menjual

adalah salah satu proses tersulit yang harus dijalani oleh sebuah perusahaan.

Namun, terkadang tanpa memperhatikan tiga hal penting dari sisi

konsumen, yaitu need (kebutuhan), want (keinginan) dan budget

6

(37)

27

(kemampuan daya beli) konsumen yang akan menjadi target market kita.

Kadang kita beranggapan bahwa strategi memperhitungkan need, want dan

budget konsumen adalah bagian divisi perencanaan dan tidak termasuk dalam

divisi penjualan.

Justru dengan mengetahui need, want, dan budget konsumen kita

dapat merubah pola pikir konsumen. Kita akan dapat meyakinkan konsumen

bahwa kita tidak hanya berjualan produk atau jasa tetapi juga menjual solusi,

yaitu kehadiran produk yang kita tawarkan menjadi jawaban bagi

permasalahan yang mereka alami atau alasan apa yang bisa membuat mereka

perlu membeli produk kita (reasonable). Kepercayaan (trust) merupakan

kunci sukses dalam menjual. Konsumen tidak lagi melihat kita sebagai orang

asing yang menawarkan sebuah produk yang tidak berguna, tetapi mereka

melihat kita sebagai sahabat yang mengerti need dan want mereka. Diiringi

dengan sikap empati yang selalu kita tunjukkan pada saat kita melakukan

transaksi.

Setelah kita menawarkan produk, kembali tidak dapat memaksakan

konsumen untuk langsung membeli dan menggunakan produk yang kita

tawarkan. Pada sisi konsumen berlaku tiga tahapan yang seringkali terjadi.

Pertama, konsumen akan mempelajari (learn) produk yang kita tawarkan.

Proses knowing ini melibatkan banyak hal. Konsumen akan mencari tahu apa

sebenarnya keunggulan produk kita tetapi bukan dari kita sendiri tetapi dari

(38)

28

Kedua, pengenalan produk, yaitu merasakan (feel) keunggulan dari

suatu produk, bisa melalui orang lain ataupun dengan merasakan sendiri. Cara

terbaik untuk mengetahui manfaat dari sebuah produk adalah dengan

mencobanya sendiri. Dalam proses transaksi ini, kemampuan bernegosiasi

sangat diperlukan terutama untuk produk dengan harga yang masih bisa

berubah atau kalaupun harga sudah tidak berubah bisa bernegosiasi dari sisi

nilai tambah, tetapi dengan catatan tidak ada pihak yang dirugikan.

B. JASA

1. Ruang Lingkup Industri Jasa

Sektor pemerintah, dengan pengadilan, jasa penyedia lapangan kerja,

rumah sakit, lembaga pinjaman, jasa militer, kepolisian dan pemadam

kebakaran, jasa pos, lembaga peraturan, dan sekolah, adalah bisnis jasa.

Sektor nirlaba swasta, dengan museum, lembaga amal, gereja, perguruan

tinggi, yayasan, dan rumah sakit, merupakan bisnis jasa. Banyak bagian dari

sektor bisnis, misalnya maskapai penerbangan, bank, hotel, perusahaan

asuransi, firma hukum, perusahaan konsultasi manajemen, praktik medis,

perusahaan film, perusahaan perbaikan pipa air, dan perusahaan real estate,

adalah bisnis jasa. Banyak pekerja di sektor manufaktur, seperti operator

komputer, akuntan dan staf hukum, sebenarnya merupakan penyedia

jasa.Bahkan, mereka membentuk “pabrik jasa” yang menyediakan jasa bagi

“pabrik barang”.Dan pekerja di sektor eceran, seperti kasir, pegawai toko,

(39)

29

Dalam beberapa dasawarsa terakhir, sektor jasa mengalami

perkembangan pesat yang didorong oleh beberapa faktor berikut7:

1) Adanya peningkatan pengaruh sektor jasa dalam menciptakan

pluangbisnis baru dan kesempatan kerja, serta kontribusi yang semakin

besar terhadap peningkatan GNP (Gross National Product) per kapita

(misalnya, dari sektor pariwisata)

2) Waktu luang atau santai yang semakin banyak, sehingga memunculkan

banyak jenis jasa baru, misalnya, bisnis perjalanan wisata, pusat hiburan

dan rekreasi, kursus dan pelatihan singkat, jasa TV kabel, tempat

peristirahatan, dan lain-lain.

3) Persentase wanita yang memasuki angkatan kerja semakin besar,

sehingga berkembang pula jasa penitipan anak, playgroup, babysitter,

binatu, restoran siap santap (fast food), dan lain-lain.

4) Tingkat harapan hidup semakin meningkat, sehingga ikut mempengaruhi

berkembangnya berbagai macam jasa, seperti jasa perawatan kesehatan

dan konsultasi kesehatan.

5) Produk-produk yang dibutuhkan dan dihasilkan semakin kompleks. Oleh

sebab itu, jasa instalasi, pelatihan, konsultasi, dan reparasi juga semakin

banyak diperlukan.

6) Adanya peningkatan kompleksitas kehidupan, sehingga banyak orang

yang membutuhkan jasa pengacara, dokter pribadi, psikolog, pelatih

7

(40)

30

kebugaran, ahli gizi, penasihat finansial, koselor perkawinan, dan

lain-lain.

7) Meningkatnya perhatian terhadap ekologi dan kelangkaan sumber daya.

Hal ini memunculkan kebutuhan akan jasa transportasi yang bebas polusi,

jasa riset dan pengembangan khusus untuk mencari sumber daya

alternatif, dan sebagainya.

8) Perubahan teknologi berlangsung semakin cepat dan dalam banyak hal

bisa menggantikan sumber daya manusia. Terlepas dari dampak

negatifnya (misalnya, meningkatnya pengangguran), dalam berbagai

situasi teknologi dapat sangat membantu pelanggan. Misalnya, kehadiran

mesin ATM (Automatic Teller Machine) dapat membantu pelayanan

bank, vending machine banyak dipergunakan dalam perdagangan ritel,

dan call center mulai marak dimanfaatkan untuk layanan pelanggan 24

jam (misalnya, dalam industri perbankan dan telekomunikasi).

2. Karakteristik Jasa dan Strateginya

Beberapa peneliti menyusun karakteristik jasa yang unik dan berbeda

dari karakteristik produk. Sampson dan Froehle mengkarakteristikkan jasa ke

dalam lima karakter, yaitu heterogenitas atau keragaman, keserempakan atau

simultan atau tidak terpisahkan, mudah rusak, sulit dipahami atau tidak

Nampak, dan adanya partisipasi pelanggan. Pengkarakteristikkan yang

hampir sama dilakukan oleh Nie dan Kellogg, yang meliputi pengaruh

pelanggan, ketidaknampakan, ketidakterpisahan antara produksi dan

(41)

31

karyawan. Kontak dengan pelanggan, dan keterlibatan pelanggan

merupakantahapan yang digunakan dalam merefleksikan pengaruh pelanggan

dalam operasi jasa atau dalam pelayanan.8

3. Sifat jasa yang tidak dapat dilihat (intangibility) dan strategi untuk

mengatasinya

Ketidaknampakan (intangibility) menyangkut kesulitan disentuh,

dilihat, dan dirasakan seperti dalam perusahaan manufaktur, serta tidak dapat

dicicipi sebelum jasa tersebut dibeli. Jasa atau pelayanan merupakan

kegiatan, bukan objek fisik.Jasa memang tidak dapat disentuh atau dipegang

baik secara fisik maupun secara mental.

Tugas penyedia jasa dalam menghadapi sifat jasa yang tidak dapat

dilihat (intangible) adalah “mengelola bukti (manage the evidence)” dan

memberikan bukti-bukti fisik sebagai perbandingan pada penawaran

abstraknya (making tangibilize the tangible). Pelanggan lebih menilai

kualitas jasa dari tempat dan suasana lingkungan (place), keterampilan dan

keramahan orang (personnel), tersedianya peralatan untuk mendukung proses

jasa (equipment), alat-alat komunikasi (communication material), simbol dan

harga (price) yang mereka amati, yang kesemuanya ini dibungkus dalam

suatu paket jasa (service package).

8

(42)

32

Manajer jasa harus dapat memahami karakteristik dari jasa yang

bersifat tidak nyata (intangible), sehingga dapat menentukan strategi-strategi

yang tepat dan terencana, seperti berikut ini.

1) Jasa tidak dapat disimpan.

2) Jasa tidak dapat dilindungi dengan hak paten.

3) Perusahaan tidak dapat dengan mudah dan cepat mempertunjukkan atau

mengkomunikasikan suatu jasa.

4) Harga sukar ditetapkan.

5) sesuatu yang tidak mudah didefinisikan, diformulasikan atau dipahami

secara rohaniah.

Strategi-strategi untuk menangani masalah yang ditimbulkan oleh

karakteristik jasa yang tidak nyata (intangible) tersebut di atas adalah seperti

berikut.9

1) Menekankan petunjuk-petunjuk yang tampak (tangible clues), yaitu

tempat (desain interior dan eksterior), sumber daya manusia (ramah,

responsive, murah senyum, dan berpakaian rapi), peralatan (komputer,

meja, kursi, dan lain-lain), bahan-bahan komunikasi (brosur, pamflet,

leaflet, papan pengumuman, dan sebagainya), simbol perusahaan dan

harga.

2) Menggunakan sumber daya personel lebih banyak daripada sumber daya

lainnya.

3) Mensimulasikan atau mendorong komunikasi dari mulut ke mulut.

9

(43)

33

4) Memberikan insentif tertentu kepada setiap pelanggan yang dapat

menarik pelanggan baru bagi perusahaan.

5) Menciptakan citra (image) organisasi yang kuat.

6) Penetapan harga jual, sehingga dapat bersaing dan dapat mendatangkan

keuntungan yang diharapkan. Dalam artian, menarik pelanggan sekaligus

dapat menutup biaya-biaya yang telah dikeluarkan.

7) Melalukan survei mengenai kepuasan pelanggan, menampung dan

menangani keluhan pelanggan, menerima saran dan kritik dari pelanggan

dan menjalankannya apabila saran dan kritik itu bersifat memperbaiki

pelayanan. Dengan demikian dapat terjalin hubungan jangka panjang

yang harmonis dengan pelanggan.

4. Keterlibatan konsumen di dalam proses jasa (inseparability) dan strategi

mengatasinya

Ketidakterpisahan (inseparability) yang dimaksud adalah kesulitan

dalam membedakan mana saat produksi jasa dan manakah saat

mengkonsumsi jasa, karena keduanya berjalan secara simultan. Pelayanan

merupakan bagian dari kemandirian pelanggan dan lebih merupakan

permasalahan daripada kesempatan dalam organisasi jasa. Kesimultanan

produksi dan konsumsi merupakan perbedaan karakteristik pelayanan yang

tidak dapat dipisahkan dari implikasi manajerial yang penting.

(44)

34

dan kenyataan bahwa ciri dinamis jasa adalah kegiatan, perbuatan, kinerja,

dan pengalaman yang menghendaki produksi dan konsumsi secara simultan.10

Beberapa karakteristik di bawah ini merupakan karakteristik yang

timbul karena sifat jasa yang inseparability.11

1) Kegiatan pemasaran dan produksi sangat interaktif.

2) Terlibatnya konsumen secara aktif.

3) Sangat sukar melakukan produksi masal, karena jasa sangat bersifat

individual (customizaton) sehingga sangat sulit melakukan standardisasi.

4) Pengendalian kualitas jasa sulit dilakukan, karena tidak bisa diproduksi

sebelumnya. Kemungkinan kegagalan dalam proses penyampaiannya sulit

untuk diantisipasi.

Strategi-strategi mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh

karakteristik inseparability.

1) Melakukan rekrutmen dan pelatihan secara cermat terhadap staf yang

terlibat kontak langsung dengan konsumen, dengan menekankan

pentingnya kemampuan berkomunikasi yang baik, responsif, sanggup

melayani pelanggan, pengetahuan yang luas, dan dapat dipercaya.

2) Memberikan penghargaan dalam bentuk uang maupun pujian-pujian

(reward) bagi staf yang disenangi pelanggan.

3) Mengelola konsumen, yang berarti memperhatikan hubungan jangka

panjang dengan pelanggan.

10

Ibid., 22. 11

(45)

35

4) Menggunakan berbagai macam lokasi jasa (multisite locations), artinya

jasa tidak terpusat pada suatu tempat saja sehingga mudah diakses dan

relatif murah bagi pelanggan. Dengan demikian perusahaan dapat

memberikan pelayanan yang optimal kepada para pelanggannya.

5. Sifat jasa yang mudah rusak (perishability) dan strategi menghadapinya

Kemudahan using atau tidak tahan lama (perishability) diartikan

sebagai kesulitan penundaan terhadap pelayanan yang diperlukan. Adanya

penundaan akan berakibat pada hilangnya pelanggan. Keterkaitan jasa atau

pelayanan dengan masalah manajerial adalah bagaimana agar pelayanan

relevan dengan perusahaan manufaktur. Pelayanan tersebut menyebabkan

permasalahan kapasitas dan pemahaman terhadap karakteristik dan

interdependensi tugas.12

Berkaitan dengan karakteristik perishability, maka jasa tidak dapat

disimpan, sehingga untuk mengatasi masalah ini perlu dipelajari

strategi-strategi berikut ini.13

1. Menggunakan beberapa pendekatan untuk mengatasi permintaan yang

berfluktuasi (manajemen permintaan), misalnya seperti berikut ini.

a) Tidak melakukan apa pun, artinya membiarkan frekuensi dan volume

permintaan apa adanya. Karena kondisi yang dihadapi adalah

kapasitas yang tidak dapat ditingkatkan lagi dalam mengadapi

lonjakan permintaan. Risikonya, perusahaan tidak dapat memenuhi

12

Wahyu Ariani, Manajemen Operasi Jasa (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 23. 13

(46)

36

semua permintaan saat permintaan mencapai puncaknya, sehingga

pelanggan bisa kecewa dan kesal. Sementara itu, pada saat permintaan

sepi, akan banyak kapasitas menganggur.

b) Mengurangi permintaan pada periode permintaan mencapai

puncaknya, ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Pertama,

menaikkan harga sehingga pada waktu bersamaan, pendapatan dapat

ditingkatkan dan jumlah permintaan akan berkurang. Kedua,

menerapkan diferential pricing atau memberikan insentif berua

beberapa pertunjukkan menarik pada saat kekurangan pengunjung

pada tempat-tempat hiburan, dengan tujuan mendorong pemanfaatan

pada kesempatan lain di luar periode puncak. Ketiga, menetapkan

demarketing.

c) Meningkatkan permintaan pada saat-saat sepi (atau saat kapasitas

berlebihan).

d) Menyimpan permintaan dengan sistem reservasi dan janji.

e) Menerapkan sistem antrian, sehingga pelanggan menunggu giliran

untuk dilayani.

f) Mengembangkan jasa atau pelayanan komplementer.

2. Melakukan penyesuaian terhadap permintaan dan kapasitas secara

simultan sehingga tercapai kesesuaian antara keduanya (manajemen

penawaran). Cara yang ditempuh di antaranya adalah sebagai berikut.14

14

(47)

37

a) Menggunakan karyawan paruh-waktu pada periode sibuk sehingga

dapat melayani permintaan pelanggan.

b) Menyewa atau berbagi fasilitas dan peralatan tambahan dengan

perusahaan lain.

c) Menjadwalkan aktivitas yang tertunda (downtime) selama periode

permintaan rendah.

d) Melakukan pelatihan silang (cross-training) kepada para karyawan,

sehingga para karyawan memiliki berbagai keterampilan dan dapat

saling membantu.

e) Meningkatkan partisipasi karyawan.

6. Sifat jasa yang berbeda-beda (variability) dan strategi untuk

menghadapinya

Jasa bersifat sangat berbeda karena pada umumnya jasa merupakan

nonstandardized output, artinya banyak variasi kualitas dan jenis, tergantung

pada siapa, kapan, dan di mana jasa tersebut dihasilkan. Pada industri jasa

yang bersifat berbasiskan orang-orang (people-based), komponen manusia

yang terlibat jauh lebih banyak daripada jasa yang bersifat berbasiskan

peralatan (equipment-based).

Ada tiga faktor yang menyebabkan keanekaragaman kualitas jasa.

1. Kerja sama atau partisipasi konsumen selama penyampaian jasa.

2. Moral/motivasi karyawan dalam melayani konsumen.

3. Beban kerja perusahaan yang terlalu besar, sehingga kondisi personel

(48)

38

Para pembeli jasa sangat peduli terhadap keanekaragaman yang tinggi

ini dan sering kali mereka meminta pendapat orang lain sebelum memutuskan

untuk memilih penyedia jasa.

Berkaitan dengan karakteristik variability, maka sulit untuk

melakukan standardisasi serta pengendalian kualitas jasa. Untuk mengatasi

hal tersebut, perlu disusun strategi-strategi sebagai berikut.15

1. Mengindustrialisasikan jasa (industrialize service), dengan cara

menambah dan memanfaatkan peralatan canggih serta melakukan

standardisasi produksi.

2. Melakukan service costumization, artinya meningkatkan intensitas antara

perusahaan dan konsumen, sehingga produk dan program pemasaran

dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan setiap konsumen.

3. Memantau kepuasan konsumen melalui sistem saran dan keluhan, survei

konsumen dan comparison shopping, sehingga pelayanan yang kurang

baik dapat dideteksi dan dikoreksi.

Sementara itu, Chase dan Erikson (1998) mengakarakteristikkan jasa

ke dalam sembilan karakteristik, baik yang berkaitan dengan pemasaran

operasi, maupun organisasi. Kesembilan karakteristik tersebut adalah:16

a. Pelayanan didefinisikan sebagai suatu paket. Paket pelayanan yang

dimaksud adalah keputusan jasa atau pelayanan mencakup staffing,

hubungan dengan pelanggan, kualitas barang pendukung dan lamanya

menunggu untuk dilayani. 15

Ibid., 26. 16

(49)

39

b. Ketidaknampakan. Jasa sebenarnya juga merupakan produk yang nampak,

tetapi juga merupakan suatu proses yang tidak nampak.

c. Keserempakan produksi dan konsumsi. Tahap menghasilkan pelayanan

dengan tahap konsumsi pelayanan tidak terpisahkan.

d. Keterlibatan pelanggan dalam proses produksi. Pelanggan terlibat baik

dalam penentuan jasa atau pelayanan yang dibutuhkan maupun waktu

pemberian pelayanan.

e. Output tidak dapat disimpan. Jasa atau pelayanan harus langsung

dinikmati karena dibutuhkan oleh pelanggan, tidak dapat ditunda, dan

tidak dapat disimpan.

f. Merupakan sistem terbuka. Sistem pelayanan terbuka terhadap

lingkungan dan dapat diterima pelanggan.

g. Heterogenitas output. Sifatnya yang tidak nampak dan melibatkan

pelanggan membuat output pelayanan sangat beragam.

h. Ketergantungan lokasi/ fasilitas. Keterlibatan pelanggan dalam proses

pelayanan, lokasi dan desain fasilitas pelayanan yang masuk ke dalam

paket pelayanan.

i. Ketergantungan pemberi pelayanan. Pemberi pelayanan atau jasa

merupakan bagian yang menyatu dengan desain dan spesifikasi pelayanan

(50)

40

7. Klasifikasi Jasa

Jasa bisa diklasifikasikan berdasarkan beraneka ragam kriteria.Jasa

dapat diklasifikasikan sebagai berikut.17

1) Berdasarkan sifat tindakan jasa

Jasa dikelompokkan ke dalam sebuah matriks yang terdiri dari atas dua

sumbu, di mana sumbu vertikalnya menunjukkan sifat tindakan jasa

(tangible actions dan intangible actions), sedangkan horizontalnya adalah

penerima jasa (manusia dan benda).

2) Berdasarkan hubungan dengan pelanggan

Jasa dikelompokkan ke dalam sebuah matriks yang terdiri atas dua

sumbu, di mana vertikalnya menunjukkan tipe hubungan antara

perusahaan jasa dan pelanggannya (status keanggotaan dan hubungan

temporer), sedangkan sumbu horizontalnya adalah sifat penyampaian jasa

(penyampaian secara berkesinambungan/kontinyu dan penyampaian

diskret).

3) Berdasarkan tingkat customization dan kemampuan mempertahankan

standar konstan dalam penyampaian jasa

Jasa diklasifikasikan berdasarkan dua sumbu utama, yaitu tingkat

customization karakteristik jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggan

individual (tinggi dan rendah) dan tingkat kemampuan penyedia jasa

dalam mempertahankan standar yang konstan (tinggi dan rendah).

17

(51)

41

4) Berdasarkan sifat permintaan dan penawaran jasa

Jasa diklasifikasikan ke dalam sebuah matriks yang terdiri atas dua

sumbu, di mana sumbu vertikalnya menunjukkan sejauh mana penawaran

jasa menghadapi masalah sehubungan dengan terjadinya permintaan

puncak (permintaan puncak dapat dipenuhi tanpa penundaan berarti dan

permintaan puncak biasanya melampaui penawaran), sedangkan sumbu

horizontalnya adalah tingkat fluktuasi permintaan sepanjang waktu

(tinggi dan rendah).

5) Berdasarkan metode penyampaian jasa

Jasa dikelompokkan ke dalam matriks yang terdiri atas dua sumbu, di

mana sumbu vertikalnya menunjukkan sifat interaksi antara pelanggan

dan perusahaan jasa (pelanggan mendatangi perusahaan jasa; perusahaan

jasa mendatangi pelanggan; serta pelanggan dan perusahaan jasa

melakukan transaksi melalui surat atau media elektronik), sedangkan

sumbu horizontalnya adalah ketersediaan outlet jasa (single site dan

multiple sites).

Proses operasional dapat dikarakteristikkan ke dalam beberapa tipe,

yaitu bidang produk, ukuran pemesanan pelanggan, tingkat perubahan produk

yang dimungkinkan, kemampuan operasi menangani perkembangan baru,

orientasi dalam inovasi, kriteria kinerja, ciri teknologi pemrosesan,

banyaknya dan biaya penyusunan, dan pengendalian kualitas. Berdasarkan

karakteristik tersebut, kegiatan operasional dikelompokkan dalam dua

(52)

42

bahan baku di satu sisi dan kegiatan proyek dengan skala besar, melibatkan

kegiatan yang sangat kompleks, hanya satu unit yang sangat tergantung

permintaan pelanggan di sisi lain. Di antara kedua ekstrim tersebut terdapat

proses yang disebut dengan jobbing, batch, dan line processing.18

a) Kegiatan project, misalnya konsultan manajemen, perjamuan makan

b) Kegiatan jobbing, misalnya program pengembangan komputer desain dan

pemasangan sistem komputer

c) Kegiatan batch, misalnya kantor komputer

d) Kegiatan line, misalnya penyiapan makanan di rumah makan cepat saji.

e) Kegiatan continuous process, tidak dignakan dalam operasi jasa.

Selanjutnya, karakteristik pembagian dimensi perusahaan jasa

disesuaikan dengan kondisi perusahaan jasa yang tentu saja berbeda dari

perusahaan manufaktur, kedalam enam dimensi, yaitu19 (1) fokus pada

peralatan atau orang; (2) lamanya hubungan atau kontak dengan pelanggan;

(3) kastemisasi atau pengaruh pelanggan dalam menentukan jasa yang

dimintainya; (4) hubungan atau kontak dengan pelanggan dalam memenuhi

kebutuhan pelanggan; (5) sumber nilai tambah, yaitu baris depan atau baris

belakang; dan (6) fokus produk atau proses. Perusahaan jasa yang berfokus

pada peralatan menggunakan peralatan sebagai elemen inti dalam

penyampaian jasa atau pelayanan, misalnya konsultan manajemen. Chen et al.

mengelompokkan jasa berdasarkan hubungannya dengan pelanggan, yaitu

18

Wahyu Ariani, Manajemen Operasi Jasa (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 29. 19

(53)

43

jasa murni (pure service), jasa campuran (mixed service), dan jasa

pemanufakturan yang diandaikan (quasi-manufacturing service). Pada jasa

murni, pelanggan harus menunjukkan produksi jasa, misalnya rumah

perawatan dan rumah cepat saji. Sedangkan dalam jasa campuran terdapat

tatap muka dengan pelanggan dan kontak di back office, misalnya

penerbangan komersial. Sementara itu, pada jasa pemanufakturan yang

diandaikan (pura-pura), tidak ada tatap muka langsung dengan pelanggan,

seperti kartu kredit.

Secara gari besar, Schmenner mengklasifikasikan bahwa pelayanan

dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi, yaitu tingkat interaksi dan

kastemisasi dan tingkat intersitas tenaga kerja.20 Proses pelayanan yang

dikelompokkan ke dalam empat kuadran tersebut disebut dengan matriks

proses pelayanan. Dalam matriks tersebut pelayanan diklasifikasikan ke

dalam dua dimensi yang berpengaruh pada proses penyampaian pelayanan.

Dimensi vertikal mengukur tingkat intensitas karyawan yang didefinisikan

sebagai rasio biaya tenaga kerja dengan biaya modal. Dimensi horizontal

mengukur tingkat interaksi pelanggan dengan penyedia jasa. Interaksi yang

rendah antara pelanggan dengan penyedia jasa dibutuhkan bila jasa atau

pelayanan terstandarisasi. Keempat kuadran tersebut dipaparkan pada Tabel

2.1.21

20

Ibid., 34. 21

(54)

[image:54.595.137.508.153.526.2]

44

Tabel 2.1 Matriks Proses Pelayanan/ Jasa

Tingkat Interaksi

Rendah Tinggi

INDUSTRI JASA

- Perusahaan penerbangan

- Hotel

- Perjalanan & Rekreasi

- Peru

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 1.1
Tabel 2.1 Matriks Proses Pelayanan/ Jasa
Gambar 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan dan perhitungan yang dilakukan, didapatkan nilai indeks keseragaman (e) yaitu memiliki nilai 0,901 yang berarti bahwa jenis Ikan Karang yang terdapat

adalah: (1) Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai; (2) Guru membagikan lembar kerja sesuai contoh; (3) Susunlah huruf-huruf pada kolom

Setelah ditetapkan wilayah yang akan digunakan sebagai lokasi penerapan silvopastura, kemudian komunikasi awal dilakukan oleh pihak Dinas Peternakan dan Perikanan serta

Menuliskan nama senyawa berdasarkan bilangan oksidasi dan sebaliknya.. enyawa hidrokarbon adalah senyawa yang molekulnya terdiri dari .... $tom karbon dan molekul air . B.

Peranan bahasa perhubungan atau lebih dikenali sebagai lingua franca sangat penting terutamanya dalam satu masyarakat yang pelbagai suku kaum atau etnik (penduduk yang

Pengetahuan juga dapat dikembangkan lewat pengamatan empirik, yang dalam sistem tridarma perguruan tinggi dapat berlangsung sejalan dengan pelaksanaan pengabdian kepada

Hasil belajar merupakan suatu hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivasi dalam belajar dengan karakter yang

Berdasarkan Tabel 2 bahwa kelulushidupan ikan cupang tertinggi terdapat pada perlakuan A (dengan lama waktu perendaman larva dengan hormon 17α-metiltestosteron selama 10 jam),