• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN KONTROL DIRI PADA PEGAWAI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN KONTROL DIRI PADA PEGAWAI LEMBAGA PEMASYARAKATAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1 A.Latar Belakang

Peranan Sumber Daya Manusia (SDM) sangatlah penting bagi kemajuan ataupun pencapaian tujuan tersebut. Sebuah organisasi tidak akan mencapai tujuannya tanpa adanya peran dari individu-individu yang ada di dalam organisasi atau biasanya disebut karyawan (pegawai). Sumber daya manusia merupakan asset organisasi yang sangat vital, karena itu peran dan fungsinya tidak bisa digantikan oleh sumber daya lainnya. Betapapun modern teknologi yang digunakan, atau seberapa banyak dana yang disiapkan, namun tanpa sumber daya manusia yang professional semuanya menjadi tidak bermakna (Vadhiem, 2010).

Eksistensi sumber daya manusia dalam kondisi lingkungan yang terus berubah tidak dapat dipungkiri, oleh karena itu dituntut kemampuan beradaptasi yang tinggi agar mereka tidak tergilas oleh perubahan itu sendiri. Sumber daya manusia dalam organisasi harus senantiasa berorientasi terhadap visi, misi, tujuan dan sasaran organisasi di mana dia berada di dalamnya (Vadhiem, 2010). Sumber daya manusia atau yang biasa disebut dengan karyawan, pekerja, ataupun juga pegawai merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu organisasi, institusi, maupun perusahaan.

(2)

2

Fenomena yang banyak terjadi di masyarakat saat ini yaitu banyak orang yang berlomba-lomba untuk bekerja menjadi pegawai negeri karena pekerjaan sebagai pegawai negeri dinilai aman bagi masa depan mereka. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena adanya beberapa paham yang berkembang di masyarakat bahwa bekerja sebagai pegawai negeri memiliki banyak keuntungan, diantaranya yaitu masa kerja yang sudah jelas atau pasti, jam kerja yang tidak terlalu menuntut, tidak adanya pemecatan secara tiba-tiba, dan juga banyaknya tunjangan atau insentif yang nantinya diterima. Akibat paham seperti itulah yang akhirnya membuat semua orang berlomba agar dapat lolos dalam seleksi pegawai negeri, bahkan tidak jarang banyak orang yang melakukan segala cara agar dapat bekerja sebagai pegawai negeri seperti melakukan suap kepada pihak penyelenggara, mencari kenalan dalam dinas tertentu, dan lain-lainya.

Dari peluang seperti inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk mengambil keuntungan dengan menerima suap dari calon pegawai negeri. Contohnya saja sejumlah kasus pelanggaran hukum yang diduga terjadi dan dilakukan oleh PNS di lingkungan Pemprov Riau adalah dugaan suap penerimaan 150 anggota Satpol PP pada 2009. Kasus ini diduga melibatkan Kepala Satpol PP Muchtar Amin yang terbukti melanggar prosedur pengeluaran SK pengangkatan personil Satpol PP, sehingga ada 10 personil yang dinyatakan lulus, kemudian dibatalkan Kemudian ada juga kasus suap sekaligus penipuan yang dilakukan Kasi Bidang Penindakaan Satpol PP Iryanto. Ia mengakui menerima uang lebih dari Rp 200 juta dari 8 orang yang diiming-iminginya diangkat menjadi personil Satpol PP Riau ( Riauterkini, 19 April 2011).

(3)

Harian Joglosemar (Sragen), pada tahun 2009 kantor inspektorat daerah setempat telah mendata bahwa telah terjadi 50% kasus pelanggaran oleh PNS yang berkisar antara kasus pelanggaran disiplin dan kasus pelanggaran asusila (Joglosemar, 27 Oktober 2009).

Fakta – fakta diatas merupakan hal yang sangat mengejutkan, karena pegawai negeri sipil yang diharapkan dapat menjadi contoh dan panutan di masyarakat mengenai sistem pemerintahan di negara kita, justru banyak melakukan pelanggaran-pelanggaran baik berupa pelanggaran disiplin maupun pelanggaran hukum. Pelanggaran yang dilakukan oleh segelintir oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut membuat nama baik instansi dinas mereka menjadi tercoreng, selain itu mengakibatkan pudarnya kepercayaan dari masyarakat terhadap instansi pemerintah.

Dari data yang dihimpun oleh Inspektorat Pemerintah Kabupaten Daerah Bekasi, pada tahun 2010 telah terjadi pelanggaran di 88 SKPD (Satuan Perangkat Kerja Daerah) dengan 111 kasus dan 99 diantaranya sudah ditindaklanjuti. Umumnya pelanggaran terjadi pada administrasi pelaporan keuangan, realisasi program kegiatan dan disiplin pegawai (POS KOTA, 12 Agustus 2011). Selain data tersebut juga terdapat data dari Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) yang dilansir pada RIMANEWS, yang menyatakan bahwa terdapat 50% pegawai negeri sipil (PNS) muda yang terindikasi melakukan tindak pidana korupsi. Dengan banyaknya tindak pidana korupsi di Indonesia, membuat indonesia menempati urutan ke-100 dari 183 negara tindak pidana korupsi. Indonesia mengalami kenaikan skor 0,2 dibanding tahun 2010 dan menempati urutan ke-100 dengan skor indeks persepsi korupsi (IPK) sebesar 3,0. Hasil survei tersebut berdasarkan penggabungan hasil 17 survei yang dilakukan oleh lembaga-lembaga internasional pada tahun 2011 (RIMANEWS, 06 Desember 2011).

(4)

4

diduga melakukan suap kepada pihak Rutan. Bukan hanya kasus suap yang marak terjadi di institusi hukum, tetapi juga tindak kekerasan yang dilakukan oleh oknum yang bekerja sebagai pegawai di institusi hukum tersebut. Kemudian menurut data yang dihimpun oleh LSM Kontra dan ICW yang menyatakan bahwa lebih dari 50 orang tahanan politik dan narapidana politik yang mendapat tindak kekerasan di Lapas Maluku dan Papua (Tribun News, 2011).

Data yang dihimpun oleh Direktorat Jenderal Lembaga Pemasyarakatan (Ditjen Lapas) mencatat jumlah pelanggaran pegawai pemasyarakatan pada tahun 2009 menunjukkan peningkatan sebanyak 17 kasus dibanding tahun 2008. Jumlah total pelanggaran pegawai pemasyarakatan selama tahun 2009 mencapai 238 kasus, yang mencakup pelanggaran ringan sekitar 54 kasus, pelanggaran sedang 77 kasus, pelanggaran berat 80 kasus dan terlibat narkoba 27 kasus (Solopos, 31 Desember 2009). Dari data statistik diatas dapat menjadi bukti bahwa masih banyaknya terjadi pelanggaran oleh pegawai pemasyarakatan itu sendiri. Lembaga permasyarakatan sebagai badan hukum yang diharapkan mampu menegakkan aturan-aturan yang berlaku sehingga tidak akan terjadi lagi pelanggaran-pelanggaran di dalam lapas. Akan tetapi harapan ini seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi sekarang ini, banyak sekali pelanggaran yang terjadi di dalam lapas.

Fenomena yang terjadi sekarang ini membuat citra lembaga hukum maupun kantor pemerintahan menjadi tercoreng dengan sendirinya, karena hal yang dilakukan oleh segelintir oknum pegawai yang tidak bertanggung jawab, yang justru merusak citra lembaga maupun kantor pemerintah secara keseluruhan. Dengan adanya kejadian-kejadian ini bukan hanya membuat masyarakat merasa ragu dengan fungsi dan tugas lembaga-lembaga pemerintahan, tetapi juga secara perlahan membuat masyarakat kehilangan kepercayaan akan pemerintah.

(5)

jasmani-nya saja tanpa berusaha menyeimbangkannya dengan kebutuhan rohani-nya. Kebutuhan rohani yang dimaksudkan disini yaitu kebutuhan antara manusia dengan Tuhan-nya, jika kebutuhan rohani tersebut dapat dipenuhi juga dengan seimbang maka kasus-kasus di atas dapat dihindari atau bahkan tidak terjadi.

Pada dasarnya manusia diberikan bermacam-macam kecerdasan dalam dirinya. Menurut Daniel Goleman (1999), manusia memiliki dua kecerdasan dalam dirinya yaitu kecerdasan emosional (emotional quotient) dan kecerdasan intelegensi

(intellegent quotient). Kecerdasan emosional (emotional qoutient) adalah

kemampuan untuk memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, dan menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memadu pikiran dan tindakan (Goleman, 1999). Sedangkan kecerdasan intelegensi (intellegent quotient) adalah kemampuan untuk melakukan abstraksi, serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru.

Selain IQ dan EQ, manusia juga memiliki kecerdasan spiritual dalam dirinya, akan tetapi jarang disadari atau digunakan. Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal, kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai (Zohar & Marshal, 2007). Kecerdasan spiritual sendiri merupakan kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik) serta berprinsip “hanya karena Allah” (Ginanjar, 2001). Pada umumnya, semua orang hanya mengetahui mengenai kecerdasan intelegensi karena kecerdasan ini berhubungan dengan IQ yang menjadi patokan seberapa pintar seseorang, dan kecerdasan emosi yang berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam menguasai emosi dalam dirinya. Untuk dapat memanfaatkan kecerdasan tersebut dengan baik, ketiga jenis kecerdasan itu harus dikombinasikan dengan baik sehingga akan menghasilkan pribadi atau individu yang sebaik-baiknya.

(6)

6

kehidupan seseorang, dengan memiliki kecerdasan spiritual maka seseorang akan dapat berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku dan juga sesuai dengan hati nurani-nya, selain itu juga dapat menghindari seseorang dari perilaku yang melanggar hukum maupun hati nurani. Orang dengan kecerdasan spiritual yang baik juga akan lebih mampu menjalani hidupnya dengan lebih baik, mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat dan bermakna, dan juga memiliki pegangan dalam menjalankan kehidupannya. Hal ini juga telah dibuktikan dengan adanya beberapa penelitian mengenai kecerdasan spiritual yang dilakukan oleh psikolog barat, misalnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Michael Persinger (1990), kemudian adapula penelitian dari ahli syaraf V. S. Ramachandran dan timnya dari California University (1997), yang menemukan eksistensi God-Spot dalam otak manusia sebagai pusat spiritual (spiritual center) yang terletak di antara jaringan otak dan syaraf (Ginanjar, 2001).

Selain penting adanya kecerdasan spiritual dalam diri seorang individu, kontrol diri juga dibutuhkan oleh setiap individu. Menurut Chaplin (2009), kontrol diri adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri dalam artian kemampuan seseorang untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif. Dengan kontrol diri, seseorang akan mampu untuk memikirkan segala sesuatu yang akan dilakukannya, baik ataupun buruk perilakunya dan konsekuensi dari perilakunya tersebut, dan juga mampu membentengi dirinya dari perbuatan yang melanggar hukum maupun hati nurani. Di dalam diri semua manusia pada umumnya terdapat kontrol diri (self control), akan tetapi kebanyakan tidak disadari karena tidak mampu menahan dorongan (keinginan atau nafsu) sehingga pada akhirnya dorongan tersebut menutup “God-Spot” sehingga menyebabkan seseorang menjadi tidak peka dan tidak mampu membaca kondisi bathiniah dirinya dan juga lingkungannya. God-Spot adalah kejernihan hati dan pikiran manusia yang merupakan sumber-sumber hati suara hati yang selalu memberikan bimbingan dan informasi-informasi penting untuk keberhasilan dan kemajuan seseorang (Ginanjar, 2001).

(7)

langsung oleh pegawai pemasyarakatan), hal ini dapat dikaitkan dengan kurangnya kontrol diri yang dimiliki oleh pegawai lembaga pemasyarakatan. Misalnya saja salah satu ciri dari kontrol diri yaitu memiliki kemampuan untuk mengontrol perilaku impulsif, ketika seorang pegawai memiliki kemampuan ini dalam dirinya maka perilaku yang melanggar seperti melakukan tindak kekerasan kepada napi dapat terhindarkan. Pegawai lembaga pemasyarakatan yang memiliki kemampuan ini dalam dirinya akan berusaha untuk mengendalikan segala perilaku yang membawa konsekuensi negatif. Akan tetapi jika pegawai tersebut tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol tingkah laku impulsif dalam dirinya, maka hal-hal seperti tindak kekerasan, pelanggaran disiplin dan lain-lain akan lebih sering terjadi. Oleh karena itu, kontrol diri sangat dibutuhkan dalam mengontrol perilaku seorang pegawai dalam kehidupannya sehari-hari.

Dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Dwi Indahwati (2010) mengenai “Hubungan antara Kecerdasan Spiritual dengan Kontrol Diri pada Remaja”, ditemukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan spiritual dengan kontrol diri, yaitu nilai r = 0,761 dengan p = 0.000 pada taraf signifikan 0,01 yang artinya semakin tinggi kecerdasan spiritual semakin tinggi pula kontrol dirinya. Nilai r diperoleh sebesar 0,579 yang berarti bahwa kecerdasan

(8)

8

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan atau kemampuan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan spiritual dibutuhkan untuk dapat memaknai setiap tindakan individu dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, di dalam diri setiap individu memiliki kontrol diri (self control) yang mampu mengendalikan atau mengatur individu dalam berperilaku. Jika kecerdasan spiritual dan kontrol diri ini dimiliki oleh individu maka akan menghasilkan individu yang mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ada dan menghasilkan perilaku yang bermakna. Akan tetapi individu yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi, tidak dapat dipastikan bahwa ia juga pasti memiliki kontrol diri yang baik dan begitu pula sebaliknya.

Maka dari penjelasan diatas, akhirnya peneliti merasa tertarik untuk mengambil tema atau judul penelitian yaitu “Hubungan antara Kecerdasan Spiritual dengan Kontrol Diri pada Pegawai Lembaga Pemasyarakatan”.

B.Rumusan Masalah

Dari pemaparan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu apakah ada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kontrol diri pada pegawai lembaga pemasyarakatan ?

C.Tujuan Penelitian

(9)

D.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu : 1. Manfaat Teoritis

Manfaat dari penelitian ini bagi kalangan akademis yaitu untuk memberikan referensi – referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya dalam bidang ilmu Psikologi Industri dan Organisasi, khususnya dalam bidang sumber daya manusia (SDM).

2. Manfaat Praktis

(10)

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN KONTROL DIRI PADA PEGAWAI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai salah satu persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

Marita Murtiani Ariestya 08810012

FAKULTAS PSIKOLOGI

(11)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai salah satu persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

Marita Murtiani Ariestya 08810012

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(12)
(13)
(14)
(15)

Segala Puji bagi Allah Rabbil Alamin, dengan segala kebesarannya, karunia dan izinnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu tercurah pada kekasih Allah Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat dan pengikut jejak langkahnya sampai hari akhir nanti.

Skripsi ini berjudul “Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual dengan Kontrol Diri Pada Pegawai Lembaga Pemasyarakatan”. Maksud penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi tingkat Strata 1 (S-1) di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Sebagai pribadi yang memiliki keterbatasan, penulis menyadari bahwa kelancaran penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya dorongan, bantuan, dan dukungan dari semua pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dra. Djudiyah, M.Si selaku dosen pembimbing I sekaligus dosen wali, terima kasih atas bimbingan dan saran-saran yang bermanfaat selama penyusunan skripsi ini dan telah banyak memberikan bantuan selama menjadi mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas bimbingan dan saran-saran yang bermanfaat selama penyusunan skripsi ini. 4. Seluruh dosen dan staff pengajar Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang.

5. Kalapas Klas I Malang dan Bpk. Sugeng Aji Pramana, SH, MH. selaku Kepala Sub Bagian Umum Lapas Klas I Malang, yang telah memberikan ijin kepada peneliti sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

(16)

7. Yang teristimewa dan yang telah mendampingi saya dengan penuh kasih sayang, Bapak Heri Murtono dan Ibu Siti Komariah yang telah mendukung dan mendoakan ananda, terimakasih atas bantuan moril maupun materil yang telah diberikan kepada ananda.

8. Adekku satu-satunya yang paling mbak sayang, Dio Aditya Murtianto terima kasih telah atas segala dukungan dan perhatiannya selama ini.

9. Sepupu-sepupuku yang selalu menemani selama ini (Shely, Cindy) dan tante sekaligus sahabat terbaik (Ebe), terima kasih atas segala dukungan, kasih sayang dan nasehat-nasehat yang telah kalian berikan.

10.Sahabatku (Tuty, Dian, Pida, Vika, Rayi, Silvy) terima kasih telah menjadi sahabatku dan terima kasih atas semangat dan perhatian yang telah kalian berikan.

11.Untuk Saptyna Arom M, S.Psi, Hamidah Istiqomah, S.Psi, dan M. Quzwini, S.Psi, terima kasih atas bantuan, saran dan dukungannya selama penyusunan skripsi ini

12.Rekan-rekan Psikologi 2008 khususnya kelas A, kebersamaan yang begitu berarti selama berkumpul bersama kalian.

13.Teman-teman seperjuangan selama bimbingan (Muthe, Sari, Dini, Ayu, Oyong, Alin, Ari dan Kiki), tanpa kalian penulis tidak akan bisa seperti sekarang terima kasih atas semangat dan dukungan kalian.

14.Dan untuk semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih banyak.

Akhir kata tiada satu pun karya manusia yang sempurna, saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk kebaikan bersama. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Malang, Maret 2012

(17)

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

SURAT PENYATAAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

INTISARI ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Kecerdasan Spiritual ... 10

1. Pengertian Kecerdasan Spiritual ... 10

2. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual ... 11

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Spiritual ... 14

4. Aspek – aspek Kecerdasan Spiritual ... 17

B. Kontrol Diri ... 18

1. Pengertian Kontrol Diri ... 18

2. Ciri –ciri Kontrol Diri ... 19

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kontrol Diri ... 21

4. Aspek – aspek Kontrol Diri ... 21

C. Pegawai Negeri ... 23

D. Lembaga Pemasyarakatan ... 24

1. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan ... 24

(18)

3. Jenis – jenis Pemasyarakatan ... 26

4. Susunan Organisasi Lapas Klas I ... 26

E. Hubungan antara Kecerdasan Spiritual dengan Kontrol Diri pada Pegawai Lembaga Pemasyarakatan ... 27

D. Kerangka Berpikir ... 30

E. Hipotesis ... 31

BAB III : METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 32

B. Identifikasi Variabel Penelitian... 32

C. Definisi Operasional ... 33

F. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ... 35

1. Jenis Data ... 35

2. Metode Pengumpulan Data... 35

G. Validitas dan Reliabilitas ... 43

(19)

Tabel 1 : Skor Pilihan Jawaban... 37

Tabel 2 : Blue Print Skala Kecerdasan Spiritual ... 41

Tabel 3 : Blue Print Skala Kontrol Diri ... 43

Tabel 4 : Rangkuman Analisa Validitas Butir Skala Kecerdasan Spiritual . 45 Tabel 5 : Rangkuman Analisa Validitas Butir Skala Kontrol Diri ... 46

Tabel 6 : Uji Reliabilitas Item Skala Kecerdasan Spiritual ... 48

Tabel 7 : Uji Reliabilitas Item Skala Kontrol Diri ... 48

Tabel 8 : Uji Reliabilitas Item Skala Kecerdasan Spiritual dan Kontrol Diri secara keseluruhan ... 49

Tabel 9 : Rancangan Analisa Data ... 50

Tabel 10 : Hasil Perhitungan T-Score Skala Kecerdasan Spiritual ... 52

Tabel 11 : Hasil Perhitungan T-Score Skala Kontrol Diri ... 52

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Instrumen Penelitian

Lampiran 2 : Data KasarKecerdasan Spiritual Lampiran 3 : Data Kasar Kontrol Diri

Lampiran 4 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 5 : Hasil Analisa Data

(21)

Anshari, H. (1996). Kamus psikologi. Surabaya: Usaha nasional Surabaya.

Anon. (2009). Tahun 2009, 20 petugas lapas dipecat.

http://palembang.tribunnews.com/31/12/2009/tahun-2009-20-petugas-lapas-dipecat (diakses tanggal 14 Nov 2011).

Anon. (2011). Inspektorat awasi pelanggaran PNS.

http://bataviase.co.id/node/769701 (diakses tanggal 14 Nov 2011).

Anon. (2011). Banyak PNS muda kaya, pecat Menkeu Agus?.

http://www.rimanews.com/read/20111206/48153/banyak-pns-muda-kaya-dari-korupsi-pecat-menkeu-agus (diakses tanggal 14 Nov 2011).

Anon. (2011). Pungli di Lapas Lobusuna R Prapat didukung petugas.

http://harianorbit.com/2011/09/pungli-di-lapas-lobusona-r-prapat-didukung-petugas/ (diakses tanggal 14 Nov 2011)

Azwar, S. (2008). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2009). Reabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azzet, A. M. (2010). Mengembangkan kecerdasan spiritual bagi anak. Yogyakarta: Kata Hati.

Badrudin (2009). Kecerdasan spiritual dan pengaruhnya terhadap kinerja

karyawan.

http://badruddin69.wordpress.com/2009/06/07/kecerdasan-spiritual-dan-pengaruhnya-terhadap-kinerja-karyawan/ (diakses tanggal 14 Nov 2011).

Calhoun, J dan Acocella, J. (1995). Psikologi tentang penyesuaian dan hubungan

kemanusiaan. Semarang: IKIP Semarang Press.

Chaplin, J.P. (2009). Kamus lengkap psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Jumanisanti, Dwi P. (2009). Perbedaan Kontrol Diri Pada Wanita Dewasa Sebelum Mengikuti Yoga Dan Setelah Mengikuti Yoga. (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang).

(22)

Ginanjar, A. (2001). Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual. ESQ. Jakarta: Arga.

Goldfried, M. R. & Merbaum, M. (1973). Behaviour change through self control. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan edisi kelima. Jakarta : Erlangga.

Indahwati, D. (2010). Hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kontrol diri pada remaja. (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).

Kerlinger, F. N. (2000). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Lazarus, R. S. (1976). Pattern of adjustment third edition. Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha.

Ngaliyati. (2010). Hubungan antara kecerdasan spiritual dengan perilaku keberagamaan siswa di MAN Malang II Kota Batu. (Skripsi, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang).

Hidayati, Nur. (2005). Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual Dengan Strategi

Coping Pada Karyawan BPR SAA (Sentral Arta Asia) Lumajang. (Skripsi,

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang).

Pangaribuan, L. M. P. (2000). Hukum acara pidana : satu kompilasi ketentuan-ketentuan KUHP serta dilengkapi dengan hukum internasional yang relevan. Jakarta : Djambatan.

Poerwanti, E. (1998). Dimensi-dimensi riset ilmiah. Malang: UMM Press.

Ramayulis. (2011). Psikologi agama. Jakarta: Kalam Mulia.

Sahrasad, H. (2011). Korupsi PNS muda: bisakah dibasmi?.

http://nasional.inilah.com/read/detail/1804554/korupsi-pns-muda-bisakah-dibasmi (diakses tanggal 14 Nov 2011).

Septiyaning, I. (2009). Pelanggaran pegawai lapas naik 17 kasus di 2009. http://www.solopos.com/2009/channel/nasional/pelanggaran-pegawai-lapas-naik-17-kasus-di-2009-10883 (diakses tanggal 14 Nov 2011).

Setia, M. Yamin P. (2010). Penjara yang tak membuat jera.

(23)

Suharsono. (2001). Melejitkan IQ, IE, dan IS. Jakarta: Inisiasi Press.

Tunggal, H. S. (2000). Undang-undang pemasyarakatan beserta peraturan pelaksanaannya. Jakarta: Harvarindo.

Vadhiem. (2010). Peran manajemen sumber daya manusia dalam organisasi. http://vadhiem.wordpress.com/2010/10/22/peran-manajemen-sumber-daya-manusia-dalam-organisasi/ (diakses tanggal 14 Nov 2011).

Winarsunu, T. (2009). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang: UMM Press.

Zohar, D. dan Marshall, I. (2007). SQ : kecerdasan spiritual. Bandung : PT. Mizan Pustaka.

Gambar

Tabel 1 : Skor Pilihan Jawaban.................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Sejak ditubuhkan, USM telah diberikan mandat untuk memberi dan memajukan pengajian tinggi dalam bidang sains dan teknologi yang meliputi Sains Tulen, Sains

Semua peubah pada penelitian ini yaitu bobot badan, panjang shank, panjang tibia, panjang femur, panjang punggung, panjang dada, lingkar dada dan rentang sayap ayam

Ketebalan membran komposit (Tabel 1) yang berbanding lurus dengan bertambahnya konsentrasi chitosan berkaitan erat dengan persentase transmitansi

11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar, serta Rencana Pembangunan Nasional Jangka Panjang.Masalah yang ada di Jawa Tengah adalah masih

Lebih lanjut, data hambatan arus listrik lendir vagina pada kelompok injeksi ganda lebih rendah dibandingkan dengan injeksi tunggal (187.77 ; 192.14), dengan pola

Universitas Negeri Semarang bekerja sama dengan sekolah- sekolah baik negeri maupun swasta untuk bersedia dijadikan tempat Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) oleh

Sedangkan unit yang digunakan dalam sistem penyaluran air limbah tersebut yaitu: proyeksi penduduk, debit air buangan, dimensi sumur pengumpul, dimensi pipa dan dimensi bak

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui deskriptif data hubungan perhatian orang tua terhadap minat belajar siswa kelas 2 SD Negeri 2 Mimbaan