MEMAHAMI SURAT AL-LAHAB
(Studi Tafsir Tematik Surat al-Lahab) Tesis
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir
Oleh
Asyhad Abdillah Rosyid NIM. F15214172
PASCASARJANA
UNIVESITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
ABSTRAK
TAFSIR TEMATIK SURAT AL-LAHAB
Asyhad Abdillah Rosyid F15214172
Kata kunci: surat al-Lahab, tematik surat, tema dan tujuan.
al-Qur’an adalah petunjuk umat Islam yang bersifat pasti, sehingga harus dimengerti dan difahami, namun mayoritas umat Islam tidak dapat memahami kandungannya dengan baik. Padahal mayoritas umat Islam dapat membacanya dengan baik dan banyak surat-surat telah dihafal. Namun kualitas bacaan dan hafalan tidak dibarengi dengan kualitas pemahaman. Maka seharusnya segera sadar akan hal tersebut, karena al-Qur’an adalah petunjuk kehidupan umat Islam.
Surat al-Lahab adalah surat pendek yang dianggap mudah dan mayoritas umat Islam telah mengahafalnya, namun tidak memahaminya dengan baik, sehingga membutuhkan metode yang tepat untuk memahaminya. Metode tersebut adalah metode tafsir tematik surat yang membahas satu surat al-Qur’an secara utuh.
Rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Apakah tema-tema yang terkandung dalam surat Lahab?. 2. Apakah tujuan umum dan khusus surat al-Lahab?. Tujuannya adalah meneliti dan mengkaji secara mendalam tentang tema-tema yang terkandung dalam surat al-Lahab dan menganalisis tujuan umum dan khususnya.
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan dan menggunakan metode penelitian tafsir tematik surat yang membahas satu surat secara utuh.
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
PEDOMAN TRANSLITERASI ... iv
MOTTO ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
BAB I: PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 12
C. Rumusan Masalah ... 14
D. Tujuan Penelitian ... 14
E. Kegunaan Penelitian... 14
F. Kerangka Teoritik ... 14
G. Penelitian Terdahulu ... 15
H. Metode Penelitian ... 17
I. Sistematika Penulisan ... 21
BAB II: DISKURSUS METODE TAFSIR TEMATIK ... 22
A. Pengertian dan Urgensi Tafsir Tematik ... 22
B. Bentuk Kajian Tafsir Tematik ... 26
C. Langkah-langkah Tafsir Tematik ... 32
BAB III: TEMATIK SURAT AL-LAHAB ... 37
A. Pengantar Surat al-Lahab ... 37
B. Tema-tema yang Terkandung dalam Surat al-Lahab ... 51
D. Tujuan Umum dan Khusus Surat al-Lahab ... 59
E. Tafsir Surat al-Lahab ... 62
BAB IV: RELEVANSI SURAT AL-LAHAB DENGAN FAKTA SEJARAH ... 102
A. Kilah Abu Lahab dari Ketentuan Tabbat ... 102
B. Fakta Sejarah dan Autentitas Teks al-Qur’an ... 108
BAB V: PENUTUP ... 116
A. Kesimpulan ... 116
B. Saran ... 117
Daftar Pustaka ... 118
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang pembacaannya bernilai ibadah.1 Penafsiran terhadap al-Qur’an sudah
berlangsung sejak masa Nabi Muhammad SAW dan masih berlangsung hingga
saat ini, bahkan sangat mungkin perkembangan tafsir al-Qur’an akan berlangsung
hingga akhir zaman. Masa yang sangat panjang dalam kajian seputar al-Qur’an
telah melahirkan sejarah tersendiri bagi pertumbuhan dan perkembangan ilmu
al-Qu’ran, khususnya tafsir al-Qur’an.
Sejarah perkembangan tafsir al-Qur’an, secara global dapat dibagi
menjadi empat periode; periode Nabi Muhammad SAW, mutaqaddimi>n,
muta’akhkhiri>n dan kontemporer.2 Keempat periode tersebut memiliki perbedaan
yang sangat mendasar dalam bentuk, metode dan corak penafsiran.
Tafsir al-Qur’an pada periode Nabi Muhammad SAW disandarkan
langsung kepada Rasulullah sendiri yang kemudian dikenal dengan sebutan
al-hadi>th. Periode mutaqaddimi>n, secara umum menafsirkan al-Qur’an berdasarkan
pada al-Qur’an, al-hadi>th dan pendapat sahabat yang kemudian terkenal dengan
sebutan tafsir bi al-riwa>yah atau bi al-ma’thu>r. Penafsiran pada periode
1Manna> Khali>l al-Qat}tan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. terj. Mudzakkir AS (Bogor: Halim Jaya,
2009), 17.
2Periode Nabi Muhammad Saw, berlangsung selama kurang lebih 23 tahun, dimulai dari awal
turunnya wahyu hingga Rasulullah wafat. Periode mutaqaddimi>n, berlangsung pada sekitar abad 1-4 Hijriyah. Periode mutaakhkhiri>n, bermula pada saat wilayah umat Islam semakin luas hingga masa keruntuhan wilayah Islam akibat penjajahan kaum imperialise-kolonis. Periode kotemporer dimulai dari ahir abad sembilan belas masehi hingga kini: Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir
2
muta’akhkhiri>n tidak hanya mengandalkan kekuatan riwayat yang telah
diwariskan oleh para ulama tafsir mutaqaddimi>n, tetapi mulai berorientasi pada
penafsiran al-Qur’an berdasarkan pendekatan ilmu bahasa dan penalaran ilmiah
atau akal pikiran mufassir yang disebut dengan penafsiran bi al-dira>yah atau bi
al-ra’yi. Periode penafsiran kontemporer, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
metode penafsiran muta’akhkhiri>n, namun penafsiran kontemporer memiliki
kecenderungan untuk mensinergikan pemaknaan tekstual dengan pemaknaan
kontekstual.3
Periodeisasi tafsir tersebut di atas bertujuan memahami al-Qur’an atau
pesan-pesan yang terkandung di dalamnya dari kala>m Allah secara menyeluruh
tidak parsial. Oleh karena itu perkembangan tafsir akan terus bermunculan karena
pada dasarnya manusia diperintahkan untuk selalu berfikir segala sesuatu yang
ada dan diciptakan di muka bumi ini. Seperti pesan ayat yang pertama kali
diturunkan:
1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ayat tersebut merupakan perintah untuk membaca yang ditunjukkan
dengan kata iqra’ yang terambil dari akar kata qara'ayang berarti mengumpulkan
dan menghimpun, sedangkan qira>ah berarti menghimpun huruf-huruf dan
3Izzan, Metodologi Ilmu..., 15-27. 4
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya (Madinah: Mujamma’ Khadim al Haramain,
3
kata, satu dengan yang lainnya dalam satu susunan yang rapi.5 M. Quraish Shihab
berpendapat bahwa qara'a berarti mengumpulkan dan menghimpun. Dari
menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami,
meneliti, mengetahui ciri sesuatu dan membaca baik teks yang tertulis maupun
tidak.6 Karena kata ini obyeknya bersifat umum sehingga maknanya mencakup
segala sesuatu yang bisa dijangkaunya, baik yang tersurat maupun yang tersirat
dari ayat-ayat qauliyyah maupun kauniyyah. Jika demikian adanya merupakan hal
yang wajar jika orang-orang yang berpengetahuan mendapatkan derajat yang
lebih tinggi karena tidaklah sama antara orang-orang yang berilmu pengetahuan
dengan yang tidak.
Wahyu pertama yang turun tidak menjelaskan apa obyek yang harus
dibaca dari perintah tersebut sehingga tidak serta merta dapat dicerna oleh akal
manusia tanpa melalui proses pemahaman dan penafsiran terlebih dahulu. Dalam
ayat ini al-Qur’an menghendaki manusia membaca apa saja selama bacaan
tersebut berdasar atas nama Allah SWT yang memberikan manfaat bagi manusia
pada umumnya. Iqra’ berarti, perintah untuk meneliti, mendalami, memperoleh
informasi baru, namun yang sangat relevan adalah perintah untuk membaca
apapun itu, diantaranya adalah membaca alam.7
Namun pada periode akhir ini hanya sekelompok manusia yang mau untuk
berfikir tentang al-Qur’an khususnya, sehingga membuat rendahnya tingkat
pemahaman terhadap pesan-pesan al-Qur’an. al-Qur’an hanya dijadikan sebagai
5al-Qat}ta>n, Studi Ilmu..., 15-16. 6
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran Tafsir Tematik atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996),425.
4
obat penawar jin, terkadang hanya dibaca tanpa dimengerti apa maksud dari ayat
yang sedang dibaca, hal ini dikarenakan manusia lalai terhadap al-Qur’an, seperti
dalam surat al-Furqa>n ayat 30:
Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku
menjadikan al- Qur’an itu sesuatu yang tidak diacuhkan. 8
Penafsiran ayat tersebut diatas menurut Quraish Shihab, terutama pada
lafadz mahju>ran adalah meninggalkan sesuatu karena tidak senang terhadapnya,
maka hijrah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW bersama dengan sahabat
(muha>jiri>n) dari kota Makkah menuju Madinah adalah disebabkan karena sikap
penduduk Makkah yang tidak suka akan penyebaran ajaran agama Islam.
Pada lafadz mahju>ran dalam ayat 30 surat al-Furqan ini memuat beberapa
hal, seperti pendapat Ibn al-Qayyim dalam kutipan Quraish Shihab, yakni:
1. Tidak tekun mendengarkan al-Qur’an.
2. Tidak mengindahkan halal dan haramnya meskipun al-Qur’an dipercaya
dan dibaca.
3. Tidak menjadikannya rujukan dalam menetapkan hukum menyangkut
prinsip-prinsip agama (us}u>l al-di>n) dan perinciannya.
4. Tidak berupaya memikirkan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT yang
telah menurunkan al-Qur’an.
5. Tidak menjadikannya obat bagi semua penyakit khususnya kejiwaan.9
8
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya..., 25: 30.
5
Mahju>ran dalam surat al-Furqan ayat 30 tersebut merupakan keluhan
Rasulullah SAW bahwa kaumnya telah menjauhi dan meninggalkan al-Qur’an
sehingga Rasulullah mengadu kepada Allah bahwa betapa cintanya Rasul kepada
kaumnya yang telah meninggalkan al-Qur’an, padahal al-Qur’an diturunkan oleh
Allah untuk disebarkan kepada kaumnya, penuh dengan petunjuk kehidupan,
namun hanya karena hawa nafsu kaumnya tidak lagi memperdulikan al-Qur’an.10
Keluhan Rasulullah SAW disambut oleh Allah SWT dalam ayat berikutnya:
Dan seperti itulah, telah kami adakan bagi tiap-tiap Nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.
Muhammad al-Ghaza>ly dalam karya kaifa Nata‘a>mal Ma‘a al-Qur’a>n
menjelaskan tentang kemunduran umat Islam yang disebabkan karena umat Islam
meninggalkan al-Qur’an. Dalam kutipannya menegaskan: “Ketika dinyalakan
lampu, seseorang tidak mampu melihat cahaya lampu tersebut karena matanya
tertutup, maka yang bermasalah bukanlah lampunya tapi terletak pada masalah
mata yang tidak mau memanfaatkan cahaya lampu”.12
al-Qur’an adalah petunjuk. Petunjuk merupakan hal yang harus dimengerti
dan dilaksanakan tidak hanya sekedar dibaca karena sifatnya adalah pasti.
Sehingga tidak hanya cukup dengan membacanya tetapi merenungi, memahami
serta memikirkan apa yang dikandung olehnya menjadi hal yang harus dilakukan
10Hamka, Tafsir al-Azhar, juz XIX (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984), 12-13. 11
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya..., 25: 31.
6
dengan tujuan memperoleh pemahaman menyeluruh tentang kandungan
al-Qur’an.
Sebab tujuan tersebut di atas, al-Qur’an menggunakan penutup ayat
dengan kalimat bersifat retoritis seperti afala> ta‘qilu>n, afala> yatadabbaru>n, afala>
tubs}iru>n, afala> yanz}uru>n, dan lain-lain.13 Inilah antara lain penutup ayat yang
mengindikasikan perintah kepada manusia untuk memahami kebesaran dan
keagungan firman Allah, memusatkan perhatian, berusaha memahami maknanya,
menghindari hal-hal yang dapat menghalangi pemahaman dan merasakan
pengaruh sesuai dengan kandungan ayat-ayat dalam suratnya. Allah SWT
berfirman:
Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.
Ima>m al-Qurt}u>by dalam al-Ja>mi‘ li Ahka>m al-Qur’a>n memberikan
penjelasan tentang ayat ini bahwa membaca al-Qur’an harus dengan perlahan
tidak tergesa-gesa, secara jelas terdengar sekaligus dengan merenungkan
makna-makna yang terkandung di dalamnya. Muja>hid dalam kutipan al-Qurt}u>by
menerangkan bahwa membaca yang paling baik di hadapan Allah adalah
membaca yang dapat dicerna oleh pikiran, begitulah sebaik-baiknya membaca
al-Qur’an.15
Penjelasan al-Qurt}u>by tentang ayat di atas memberikan pemahaman
bahwa al-Qur’an bukan hanya untuk dibaca tetapi juga untuk dimengerti dan
13Shihab, Wawasan Al-Quran..., 433. 14
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya..., 73: 4.
7
dijadikan petunjuk kehidupan yang harus diamalkan, oleh karena itu sudah
sewajarnya manusia bersikap ideal terhadap al-Qur’an dengan tidak hanya pandai
dalam membacanya. Bersikap ideal terhadap al-Qur’an dimulai dengan
mendengarkannya dengan seksama ketika sedang dibaca, sesuai dengan pesan
surat al-A‘ra>f ayat 204,
Dan apabila dibacakan al-Qur’an, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.16
Selanjutnya ialah bersuci terlebih dahulu dan membaca isti‘a>dhah
sebelum membaca al-Qur’an, ini sesuai dengan surat al-Wa>qi‘ah ayat 79 dan
al-Nahl ayat 98.
Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.17
Apabila kamu membaca al-Qur’an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.18
Setelah mendengarkan dengan seksama, bersuci terlebih dahulu lalu
memulai membacanya dengan isti‘a>dhah, selanjutnya adalah cara membacanya
yang tidak boleh tergesa-gesa, perlahan dengan merenungi makna-makna yang
terkandung di dalamnya sesuai dengan uraian di atas dalam penjelasan surat
al-Muzzammil ayat 4. Apabila sudah demikian selanjutnya membacanya dari yang
dianggap paling mudah (dari segi hafalan maupun bacaan), ini berdasar surat
al-Muzzammil ayat 20,
16
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya..., 7: 204.
8
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Qur’an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Qur’an dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.19
Surat-surat dalam al-Qur’an yang merupakan surat populer, sering dibaca
dan mayoritas umat Islam (ma> tayassara minhu) dari kalangan dewasa maupun
anak-anak telah menghafalnya adalah surat al-Lahab. Surat ini cukup
mendapatkan tempat istimewa di kalangan umat Islam.
Hal ini disebabkan oleh keberadaan surat al-Lahab yang termasuk dalam
bagian al-mufas}s}al al-qis}a>r,20 sehingga banyak umat Islam yang telah
mengahafalnya dan berulang-ulang membacanya. Alasan selanjutnya adalah
19
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya..., 73: 20.
20Pengelompokkan surat-surat al-mufas}s}al terdapat perbedaan pendapat, 1. Dari surat Qa>f sampai
9
karena surat al-Lahab ini merupakan surat yang mengkisahkan sejarah Rasulullah
dengan pamannya Abu Lahab menjadikan surat ini dikenal dan ketika berbicara
sejarah tentang penyebaran agama Islam oleh Rasulullah Muhammad SAW yang
ditentang oleh pamannya, maka al-Qur’an merujuk pada surat al-Lahab.
Namun, sangat disayangkan sekali, kuantitas bacaan dan kualitas hafalan
terhadap surat al-Lahab tersebut seringkali tidak diimbangi dengan kualitas
pemahaman yang baik terhadap pesan-pesan yang terkandung di dalamnya. Umat
Islam menjadikannya hiasan bibir yang belum mampu menjadi petunjuk yang
mengarahkan manusia dapat membedakan hal yang harus dikerjakan dan
dihindari. Mereka tidak mengetahui hal-hal dibalik surat al-Lahab yang telah
dihafalkan, seperti contoh tujuan diturunkannya surat ini, mengapa Allah
menurunkan surat yang secara khusus mengkisahkan tentang paman Nabi, yakni
Abu Lahab. Sementara ada beberapa paman Nabi yang lainnya.21
Hal lain yang termasuk di dalamnya adalah apabila tujuan diturunkannya
surat khusus tentang Abu Lahab dikarenakan pertentangan dan permusuhannya
kepada Rasulullah SAW, maka dalam hal ini ada tokoh lain yang tegas dan keras
menentang serta memusuhi Rasulullah SAW bahkan perbuatannya dalam
memusuhi Rasulullah SAW lebih kejam dari Abu Lahab. Tokoh yang dimaksud
adalah ‘Amr bin Hisha>m bin al-Mughi>rah bin ‘Abd Allah atau yang terkenal
21
Syeikh Muhammad bin S{a>lih al-‘Uthaimin membagi paman-paman Rasulullah kedalam 3 (tiga) kelompok: pertama, paman Rasulullah yang beriman dan berjihad bersama Rasulullah SAW,
yakni al-‘Abbas bin ‘Abdul Muthalib dan Hamzah bin ‘Abdul Muthalib. kedua, paman Rasul
Sallam yang mendukung dan membela Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam walaupun masih tetap dalam kekafiran. Paman beliau tersebut adalah Abu T{a>lib. Ketiga, paman Rasul yang enggan menerima Islam dan tetap dalam aqidah kafir, yakni Abu Lahab. Syeikh Muhammad bin S{a>lih
10
dengan sebutan Abu Jahal.22 Jika demikian maka yang lebih pantas dijadikan
nama surat atau disebutkan secara khusus dalam al-Qur’an adalah Abu Jahal.23
Tetapi fakta berkata lain, tidak ditemukan surat khusus tentang Abu Jahal, hanya
Abu Lahab. Inilah diantara pentingnya memahami al-Qur’an, meskipun hanya
surat pendek.
Pesan-pesan dalam surat al-Lahab yang masih memerlukan penelitian
mendalam adalah keterkaitan antara waktu turun dengan kandungannya. Surat
al-Lahab mengandung pesan tentang kebinasaan bagi Abu al-Lahab, sementara surat
ini turun pada saat tokoh yang termuat di dalamnya masih hidup. Menimbulkan
pertanyaan bahwa al-Qur’an menghukumi seseorang untuk masuk ke dalam
neraka, sementara orang yang dimaksudkan masih dalam keadaan hidup dan
memiliki kesempatan panjang untuk berubah. Padahal al-Qur’an juga
mengajarkan bahwa Allah Maha Pengasih, Penyayang dan Pengampun yang
menerima taubat seseorang apabila bertaubat dengan sungguh-sungguh.24
22Ibn Hisha>m, Si>ratu al-Nabiy li Abi> Muhammad ‘Abd al-Malik bin Hisha>m, juz 2 (Mesir: Da>r
al-S{aha>bah li al-Tura>th, 1995), 139.
23
Diantara kekejaman Abu Jahal terhadap Rasulullah adalah usahanya untuk membunuh Rasulullahdengan tangannya sendiri. Ketika Rasulullah melaksanakan sholat dalam gerakan sujud, Abu Jahal mengangkat batu besar untuk dihempaskan ke atas kepala Muhammad SAW, namun hal itu gagal karena kekuatan tangannya melemah sehingga tidak kuat mengangkat batu besar tersebut. kekejaman lainnya adalah ketika perkumpulan Da>r al-Nadwah di dalamnya Abu Jahak mewakili kabilah Makhzu>m. Iamengusulkan bahwa setiap kabilan harus mengirim seorang
pemuda gagah yang berasal dari keluarga baik sebagai perantara dalam rangka membunuh Muhammad SAW. Setiap pemuda dibekali pedang tajamdan diarahkan untuk menebas Muhammad SAW secara serentak, Namun hal tersebut kembali gagal karena Rasulullah SAW berhijrah meninggalkan kota Makkah. Ibn Hisha>m, Si>ratu al-Nabiy..., 157 dan 165.
24
Lihat Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya (Madinah: Mujamma’ Khadim al
Haramain, 1971), 49: 12.
11
Karenanya, pemahaman yang baik terhadap surat al-Lahab adalah hal
penting untuk memahami petunjuk dari Allah SWT di dalamnya yang kemudian
dapat direnungi serta dilaksanakan dalam amaliyah sehari-hari, sehingga
diperlukan metode tafsir yang tepat dalam rangka menggali pesan-pesan yang
terkandung dalam keseluruhan surat al-Lahab.
Metode tafsir yang dimaksud adalah metode tafsir tematik.Pola penafsiran
al-Qur’an memiliki 4 (empat) metode25 yakni, tahli>ly (analitis), muqa>rin
(komparatif), ijma>ly (global) dan mawd}u>‘i>y (tematik). Nashrudin Baidan
memberikan penjelasan bahwa metode analitis adalah menafsirkan al-Qur’an
dengan memaparkan dan menerangkan segala aspek yang terkandung di dalam
ayat-ayat yang ditafsirkan sesuai dengan bidang keahlian mufassir. Metode global
adalah metode tafsir dengan menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an secara umum.
Metode komparatif menurutnya adalah metode perbandingan ayat dengan ayat,
ayat dengan hadis dan perbandingan pendapat-pendapat mufassir. Metode terakhir
yakni tematik adalah metode penafsiran al-Qur’an berdasar atas tema yang
terambil dari al-Qur’an.26
Metode tematik terbagi menjadi 2 (dua) bagian. Pertama adalah tematik
ayat baik berupa tematik kata yaitu mengumpulkan satu kata yang sama dari
beberapa ayat dalam beberapa surat berbeda kemudian menganalisisnya sehingga
memahami penggunaan kata tersebut di masing-masing tempat dan memahami
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
25Abd. Muin Salim, Metodologi Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Teras, 2010), 137: Abd Hayy
al-Farmawy, al-Bida>yah fi> al-Tafsi>r al-Mawd}u>‘i>, terj. Rosihan Anwar (Bandung: Pustaka Setia, 2002), 23.
12
penggunaannya secara umum. Selanjutnya berupa tematik ayat, yaitu
mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an yang memiliki tema sama kemudian
menganalisisnya dari segi asba>b al-nuzu>l dan indikasi bahasa sehingga
mendapatkan penafsiran secara utuh dan mendapatkan pemahaman kronologi
tema terkait. Seperti inilah yang secara garis besar disebut dengan tafsir tematik.
Kedua adalah tematik surat, yaitu menganalisis satu surat tertentu kemudian
berusaha untuk menemukan tema utama, tema-tema yang terdapat di setiap ayat
dan muna>sabah antar ayat-ayat yang mengandung tema tersebut.27
Quraish Shihab dalam Membumikan al-Qur’an mengutip pendapat al
-Sha>tib>i bahwa satu surat, walaupun dapat mengandung banyak masalah, namun
masalah-masalah tersebut berkaitan antara satu dengan lainnya, sehingga
hendaknya tidak hanya memperhatikan awal surat saja tetapi juga menaruh
pandangan kepada akhir surat atau sebaliknya, karena apabila tidak demikian
akan mengabaikan maksud ayat-ayat yang diturunkan.28
Oleh karena itu dalam tulisan ini, penulis akan berusaha mengkaji dan
mendalami pesan-pesan yang terkandung surat al-Lahab dengan pendekatan
metode tafsir tematik surat.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Metode tematik surat menjadikan kesuluruhan surat dalam al-Qur’an dapat
menjadi obyek penelitiannya, seperti contoh tafsir tematik surat Ya>si>n, tafsir
tematik surat al-Fa>tihah, tafsir tematik surat al-Wa>qi‘ah dan lain-lain. Namun
13
pada penilitian ini penulis hanya memfokuskan penelitian pada surat al-Lahab
dengan menggunakan metode tematik surat.
Surat al-Lahab apabila dikaji lebih dalam akan terdapat tema-tema yang
dapat dijadikan sebagai obyek penelitian. Surat al-Lahab terdiri dari 5 (lima) ayat
setiap ayat akan melahirkan tema tersendiri, seperti pada ayat pertama, cara
membacanya yang harus ditekan (tabb) dapat dikaji dengan pendekatan fonetik
dan fonologi. Kemudian pada nama surat al-Lahab sendiri dapat menjadi kajian
yang menarik, mengingat surat ini memiliki nama lain yakni al-Masad dan
Tabbat.
Tema lain yang dapat dikaji dari sisi ayat pertama surat al-Lahab adalah
pada kata yada> berarti 2 (dua) tangan. Tema ini dapat dikaji dari segi linguistik
apakah yang dimaksud akan binasa hanya kedua tangan Abu Lahab atau Abu
Lahab itu sendiri. Pendekatan linguistik juga dapat dijadikan pendekatan untuk
mengkaji kata h}amma>lata al-h}at}ab yang menerangkan aktivitas istri Abu Lahab,
kata ini berarti haqi>qy ataukah maja>zy. Selain masalah yang telah diidentifikasi
di atas, adalah tentang tema-tema yang terkandung dalam surat al-Lahab baik
utama maupun tema-tema yang terdapat di setiap ayat. Keterkaitan antar ayat
dalam surat al-Lahab tersebut juga merupakan masalah yang dapat dikaji.
Namun pada penelitian surat al-Lahab ini penulis menitikberatkan pada
kajian tentang tema-tema yang terkandung didalamnya29 serta tujuan yang
terdapat dalam surat al-Lahab baik umum maupun khusus.
29Mus}t}afa>
Muslim menyebutnya dengan istilah al-hadf al-asa>si>: Mus}t}afa> Muslim, Maba>hith fi>
14
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bermksud untuk menjawab
permasalahan-permasalahan berikut ini:
1. Apakah tema-tema yang terkandung dalam al-Qur’an surat al-Lahab?
2. Apakah tujuan umum dan khusus surat al-Lahab?
D. Tujuan Penelitian
Bertolak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan diadakannya
penelitian ini meliputi 2 (dua) aspek yaitu:
1. Meneliti dan mengkaji secara mendalam tentang tema-tema yang terkandung
dalam al-Qur’an surat al-Lahab.
2. Menganalisis tujuan umum dan khusus surat al-Lahab.
E. Kegunaan Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini meliputi beberapa hal yaitu:
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat memperkaya wawasan khazanah keilmuan
tafsir dan pengembangan penelitian sejenis.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pemahaman
kepada masyarakat Islam dan segenap pembaca tentang tema-tema serta
tujuan umum dan khusus yang terkandung dalam surat al-Lahab.
F. Kerangka Teoritik
Penelitian ini akan membahas salah satu surat dalam al-Qur’an yakni surat
al-Lahab dengan menggunakan pendekatan tematik surat yang akan membahas
15
sabab al-nuzu>l, muna>sabah dan lain-lain akan diperoleh dari beberapa kitab tafsir
dan kitab sejarah Islam karena ayat ini tidak terlepas dari sejarah Islam.
Pendekatan yang digunakan adalah tematik surat sebagai pisau analisis
dalam rangka mendapatkan pemahaman tentang surat al-Lahab tentang sabab
al-nuzu>l, tema-tema di dalamnya, tujuan umum dan khusus, penafsiran dan lainnya
sehingga akan mendapatkan pemahaman secara utuh dalam bingkai kajian tafsir.
G. Penelitian terdahulu
Berkaitan dengan tema penelitian tentang al-Qur’an yang difokuskan
kepada surat al-Lahab. Penulis melakukan telaah terhadap beberapa literatur yang
terkait dengan pembahasan tema surat al-Lahab. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana keberadaan penelitian-penelitian terdahulu dalam
membahas tema ini. Langkah ini bertujuan agar tidak terjadi pengulangan
pembahasan terhadap tema yang sama, untuk diangkat menjadi tema dalam
penelitian tesis kali ini.
Literatur tafsir yang beredar dan menjadi rujukan dalam kajian tafsir, baik
dalam bentuk bi al-ma’thu>r atau bi al-ra’yidengan bermacam metode pendekatan
tafsir, secara keseluruhan membahas tentang penafsiran surat al-Lahab. Namun
sepanjang penelusuran, penulis tidak menemukan kitab tafsir secara khusus
membahas tentang surat al-Lahab dengan menggunakan pendekatan metode
tematik surat.
Sementara penelitian lain berupa karya ilmiah tentang tema Abu Lahab
dan tema yang menggunakan metode tematik surat tidak banyak ditemukan,
16
1. Ironi dalam al-Qur’an yang disusun oleh Mustikasar Nur Azizah adalah
mahasiswa jurusan Tafsir Hadis fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Skripsi tersebut membahas tentang keberadaan ayat al-Qur’an
tentang ironi. Kasus ironi dalam al-Qur’an adalah yang di alami Abu
Lahab dan Qarun, keduanya mengalami akhir kehidupan yang tidak sesuai
dengan harapan. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis linguistik
pada ayat-ayat yang mengandung ironi.
2. Penafsiran Surat al-Kauthar Menurut Jalal al-Di>n Rahmat, karya
berbentuk skripsi ditulis oleh Irohan pada tahun 2003 di IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Karya ini mengakaji tentang surat al-Kauthar dengan
fokus penelitian pada kajian tokoh, membahas tentang metode dan
karakter Jala>l al-Di>n Rahmat dalam menafsirkan surat al-Kauthar, ini
tercermin pada pembahasan bab III (tiga) tentang bentuk, metode dan
corak penafsiran Jalal al-Di>n Rahmat.
3. Tafsir Surat Ya> Si>n (Menggali Pesan-pesan yang Terkandung dalam
al-Qur’an Surat Ya> Si>n dengan Pendekatan Tematik Surah). Karya berbentuk
Tesis ditulis oleh M. Misbahul Munir pada tahun 2012 di Program
Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya. Tesis ini membahas tentang
surat Ya> Si>n dengan menggunakan metode tematik surat. Penelitian ini
mengungkap tujuan pokok, tema-tema utama dan muna>sabah antar ayat
yang terkandung dalam surat Ya> Si>n.
Beberapa karya di atas mempertegas bahwa belum ada yang membahas
17
Dengan demikian penelitian ini bukanlah pengulangan dari penelitian-penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan oleh peneliti lain.
H. Metode Penelitian
1. Model Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu sebuah metode penelitian yang
berlandaskan inkuiri naturalistik, perspektif ke dalam dan interpretatif. Inkuiri
naturalistik adalah pertanyaan dari diri penulis terkait persoalan yang sedang
diteliti. Perspektif ke dalam adalah sebuah kaidah dalam menemukan
kesimpulan khusus yang semulanya didapatkan dari pembahasan umum.
Interpretatif adalah penterjemahan atau penafsiran yang dilakukan untuk
mengartikan maksud dari suatu kalimat, ayat atau pernyataan.30
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah library research (penelitian kepustakaan) yaitu
penelitian yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data
penelitiannya.31 Dengan cara mencari dan meneliti penafsiran surat yang
dimaksud, kemudian mengelolanya memakai keilmuan tafsir.
3. Metode Penelitian
Karena obyek penelitian ini adalah al-Qur’an surat al-Lahab, maka
pendekatan yang dipilih di dalam proses penelitian adalah metode tafsir. Di
kalangan mufassir terdapat beberapa metode tafsir. Menurut al-Farmawi,
hingga saat ini setidaknya terdapat 4 (empat) metode utama dalam penafsiran
30
18
al-Qur’an, metode yang dimaksud adalah: tahli>li> (analitis), muqa>rin
(komparatif), ijma>li> (global) dan mawd}u>‘i> (tematik).32
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tematik,
karena menurut hemat penulis, metode inilah yang paling tepat sebagai
landasan teori mengingat obyek kajian penelitian adalah al-Qur’an surat al
-Lahab.
Metode tematik memiliki 2 (dua) bentuk. Pertama menghimpun
sejumlah ayat dari berbagai surat yang memeiliki kesamaan permasalahan
atau memiliki kesamaan tema kemudian ayat-ayat tersebut disusun
sedemikian rupa dan diletakkan dibawah satu tema bahasan tertentu yang
selanjutnya ditafsirkan.
Kedua, pembahasan mengenai satu surat secara menyeluruh dan utuh
dengan menjelaskan tema-tema dari surat tersebut baik tema utama maupun
sub-sub tema dan menjelaskan korelasi antara berbagai masalah yang
dihimpun sehingga surat tersebut akan tampak dalam bentuk pemahamannya
secara utuh.33 Metode tematik bentuk kedua inilah yang sesuai dengan
penelitian ini.
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi, yaitu mencari dan mengumpulkan berbagai data berupa catatan,
buku, kitab, dan lain sebagainya. Data yang dimaksud adalah data yang
19
berhubungan dengan hal-hal atau variabel terkait penelitian berdasarkan
konsep-konsep kerangka penulisan yang sebelumnya telah dipersiapkan.
5. Pengelolahan Data
Dalam pengelolahan data yang telah dikumpulkan, penulisan ini
menggunakan beberapa langkah, yaitu:
a. Verifikasi dan editing, yaitu memeriksa kembali data-data yang diperoleh
dari segi kelengkapan, kejelasan, kesesuaian, relevansi dan keragamannya.
b. Pengorganisasian data, yaitu menyusun dan mensistematikakan data-data
yang diperoleh dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan
sebelumnya sesuai dengan rumusan masalah.
6. Sumber Data
Data yang diambil dalam penelitian ini bersumber dari dokumen
perpustakaan yang terdiri dari dua jenis sumber yaitu primer dan sekunder:
Sumber pimer adalah rujukan utama yang akan dipakai, karena
penelitian ini mengangkat judul Tafsir Surat al-Lahab maka sumber primernya
adalah al-Qur’an surat al-Lahab.
Sumber sekunder sebagai rujukan pelengkap, antara lain:
a. al-Bida>yah fi> al-Tafsi>r al-Mawd}u>‘iy karya al-Farmawy.
b. Nahwa al-Tafsi>r al-Mawd}u>‘iy karya Muhammad al-Ghaza>ly.
c. Maba>hith fi> al-Tafsi>r al-Mawd}u>‘iy karya Mus}t}afa> Muslim.
d. Tafsi>r al-Kas
hsha>f,
karya al-Zamakhshari.e. Tafsi>r al-T{abarykarya Abu Ja’far Muhammad bin Jari>r al-T{abari>.
20
g. Naz}mu al-Durar fi> Tana>subi al-A<ya>twa al-Suwar karya Burha>n al-Di>n Abi>
al-H{asan Ibra>hi>m bin ‘Umar al-Biqa>‘i.
h. Ru>h al-Ma‘a>ni fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m wa al-Sab‘ al-Matha>ni karya
al-Alu>si>.
i. al-Kashf wa al-Baya>n fi> Tafsi>r al-Qur’a>n karya al-Tha‘labi>.
j. al-Si>rah al-Nabawiyyah karya Ibn Hisha>m.
k. al-Si>rah al-Nabawiyyah fi> D{aw’i al-Qur’a>n karya Muhammad bin
Muhammad Abu> Shahbah.
7. Metode Analisis Data
Semua data yang terkumpul, baik primer maupun sekunder
diklasifikasi dan dianalisis sesuai dengan sub bahasan masing-masing.
Selanjutnya dilakukan telaah mendalam atas karya-karya yang memuat obyek
penelitian dengan menggunakan analisis isi (content analysis), yaitu suatu
teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengelolahnya dengan
tujuan menangkap pesan yang tersirat dari satu atau beberapa pernyataan.34
Selain itu, analisis isi dapat juga berarti mengkaji bahan dengan tujuan
spesifik yang ada dalam benak peneliti. Secara deskriptif teori ini
menampilkan obyektifitas, pendekatan sistematis dan generalisasi35 yang
disesuaikan sedemikian rupa dengan pendekatan tafsir tematik.
34Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1993), 76-77. 35Badar Thomthomi, “Penegakan Hukum dalam Konteks Keindonesiaan: Studi Analisis Hukum
Positif dan Hukum Islam terhadap Penegakan Hukum Korupsi di Indonesia”, Tesis IAIN Sunan
21
I. Sistematika Pembahasan
Pembahasan dalam tesis ini ditulis dalam 5 (lima) bab. Masing-masing bab
mempunyai kaitan erat dengan yang lainnya.
Bab I Pendahuluan yang terdiri dari: (1) latar belakang masalah, (2)
identifikasi masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) kegunaan
penelitian, (6) kerangka teoritik, (7) penelitian terdahulu, (8) metode penelitian,
(9) sistematika pembahasan, (10) outline.
Bab II Diskursus metode tafsir tematik surat terdiri dari: (1) pengertian
dan urgensi tafsir tematik, (2) bentuk kajian tafsir tematik, (3) langkah-langkah
tafsir tematik surat.
Bab III Tafsir surat al-Lahab, terdiri dari: (1) pendahuluan surat al-Lahab,
(2) tema-tema yang terkandung dalam surat al-Lahab, (3) muna>sabah antar tema
dalam surat al-Lahab dan tafsirnya, (4) tujuan umum dan khusus surat al-Lahab.
Bab IV Relevansi tema al-Lahab dengan fakta sejarah: (1) \fakta sejarah
dan autentitas teks surat al-Lahab, (2) kilah abu lahab dari ketentuan tabbat
Bab V Penutup yang terdiri dari: (1) kesimpulan pembahasan yang
dikemukakan dari awal hingga akhir sekaligusmenjawab yang menjadi pertnyaan
pada rumusan masalah, (2) saran.
BAB II
DISKURSUS METODE TAFSIR TEMATIK
A. Pengertian dan Urgensi Tafsir Tematik
Secara etimologi tafsir berarti menyingkap maksud dari suatu lafz} yang
sulit untuk difahami.1 Menurut Manna>‘ Khali>l al-Qat}t}a>n pengertian etimologinya
adalah menjelaskan, menyingkap dan menerangkan makna yang abstrak.2
Sedangkan tematik adalah terjemahan dari kata mawd}u>‘iy. Secara bahasa
kata mawd}u>‘iy berasal dari kata عوضوم yang merupakan ism maf‘u>l dari kata
عضو yang artinya masalah atau pokok pembicaraan,3 yang berkaitan dengan
aspek-aspek kehidupan manusia yang dibentangkan ayat-ayat al-Qur’an.4
Menurut al-Farmawy bahwa dalam membahas suatu tema, diharuskan
untuk mengumpulkan seluruh ayat yang menyangkut tema itu. Namun demikian,
bila hal itu sulit dilakukan, dipandang memadai dengan menyeleksi ayat-ayat
yang mewakili (representatif).5
Dari definisi di atas dapat difahami bahwa sentral dari metode tafsir
tematik adalah menjelaskan ayat-ayat yang terhimpun dalam satu tema dengan
memperhatikan urutan tertib turunnya ayat tersebut, sebab turunnya, korelasi
1Jama>l al-Di>n Ibn Manz}u>r, Lisa>n al-‘Arab, Juz X (Beirut: Dar al-Fikr, 1992), 26.
2Manna>‘ Khali>l al-Qat}t}a>n, Maba>hith fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Beirut: Manshu>rat al-‘As}r al-Hadi>th, tt),
323.
3Ahmad Warson Munawir, al-Munawwir Kamus Arab – Indonesia (Surabaya: Pustaka Progesif,
1987), 1565.
4Must}afa> Muslim, Mabahith fi> al-Tafsi>r al-Mawd}u>‘iy, ( Damaskus: Dar al-Qalam, 1997), 16. 5‘Abd al-Hayy al-Farmawy, al-Bida>yah fi> al-Tafsi>r al-Mawd}u>‘iy (Kairo: Mat}ba‘ah Had}a>rah
23
antara satu ayat dengan ayat yang lain dan hal-hal lain yang dapat membantu
memahami ayat lalu menganalisisnya secara cermat dan menyeluruh.
Dasar-dasar tafsir tematik telah dimulai oleh Nabi Muhammad SAW sendiri
ketika menafsirkan ayat dengan ayat, yang kemudian dikenal dengan nama tafsir
bi al-ma’thu>r. Seperti yang dikemukakan oleh al-Farmawy bahwa semua
penafsiran ayat dengan ayat bisa dipandang sebagai tafsir tematik dalam bentuk
awal. Menurut Quraish Shihab, tafsir tematik berdasarkan surat digagas pertama
kali oleh seorang guru besar jurusan Tafsir, fakultas Ushuluddin Universitas
al-Azhar, Syaikh Mahmud Syaltut, pada Januari 1960. Karya ini termuat dalam
kitabnya, Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m. Sedangkan tafsirtematik berdasarkan subjek
digagas pertama kali oleh Ahmad Sayyid al-Qu>my, seorang guru besar di institusi
yang sama dengan Syaikh Mahmud Syaltut, jurusan Tafsir, fakultas Ushuluddin
Universitas al-Azhar, dan menjadi ketua jurusan Tafsir sampai tahun 1981. Model
tafsir ini digagas pada tahun seribu sembilan ratus enam puluhan. Buah dari tafsir
model ini menurut Quraish Shihab di antaranya adalah karya-karya Abba>s
Mahmu>d al-Aqqa>d: al-Insa>n fi> al-Qur’a>n dan karya Abu> al-A’la> al-Maudu>dy:
al-Riba> fi> al-Qur’a>n.6
Kaitannya dengan tafsir tematik berdasar surat al-Qur’an, al-Zarkashy
(745-794 H/1344-1392 M), dengan karyanya al-Burha>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n,7 misalnya
adalah salah satu contoh yang paling awal yang menekankan pentingnya tafsir dan
6M. Quraish Shihab, Membumikan al-Quran, Cet. Ke-XIX (Bandung: Mizan, 1999),114.
7Badr al-Di>n Muhammad al-Zarkashiy, al-Burha>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, Juz I (Beirut: Da>r al-Kutub
24
menekankan bahasan surat demi surat. Demikian juga Jala>l al-Di>n al-Suyut}y (w.
911 H/1505 M) dalam karyanya al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n.8
Karena itu, meskipun belum menjadi fenomena umum, tafsir tematik sudah
diperkenalkan sejak sejarah awal tafsir. Lebih jauh, perumusan konsep ini secara
metodologis dan sistematis berkembang di masa kontemporer. Demikian juga
jumlahnya semakin bertambah di awal abad ke-20, baik tematik berdasarkan surat
al-Qur’an maupun tematik berdasar subyek ataupun topik.
Bila dicermati, dalam metode tafsir tematik akan diperoleh pengertian
bahwa metode ini merupakan usaha yang berat tetapi teruji. Dikatakan berat,
karena mufassir harus mengumpulkan ayat-ayat dalam satu tema dan hal-hal yang
berhubungan dengan tema tersebut. Dikatakan teruji, karena memudahkan orang
dalam menghayati dan memahami ajaran al-Qur’an, serta untuk memenuhi dan
menyelesaikan berbagai masalah yang timbul di zaman ini. Begitu pentingnya
metode ini, sehingga beberapa faedah dari metode ini dipaparkan oleh
al-Farmawy sebagai berikut:
1. Metode ini adalah metode yang jauh dari kesalahan, karena metode ini
merupakan tafsir bi al-ma’thu>r. Penyebutan ini disebabkan oleh langkah
yang ditempuh dalam penafsiran secara tematik adalah dengan
mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan satu tema
pembahasan, kemudian ayat satu berfungsi sebagai penjelas ayat yang
lainnya sehingga satu ayat menjadi penafsir ayat yang lainnya. Inilah
penyebab dikatakan metode ini jauh dari kesalahan.
25
2. Dengan menghimpun sejumlah atau beberapa ayat al-Qur’an seorang
penafsir akan mengetahui pola keteraturan dari rentetan kronologi
turunnya al-Qur’an dan mengetahui akan keserasian serta korelasi antar
ayat-ayat tersebut.
3. Dengan menghimpun ayat-ayat al-Qur’an, seorang mufassir dapat
menuangkan pikirannya mengenai satu tema yang utuh berdasar ayat-ayat
yang telah dihimpun sebelumnya.
4. Dengan meletakkan ayat-ayat yang telah dihimpun dibawah satu tema
pembahasan, seorang penafsir dapat menghapus anggapan adanya
kontradiksi antara ayat-ayat al-Qur’an dan penafsir dapat menghapus
anggapan tentang adanya kontradiksi anatara agama dengan ilmu
pengetahuan, terutama pada pembahasan ayat-ayat kawniyah yang
pastinya bersinggungan dengan fakta dan teori illmiah.
5. Metode ini melahirkan keputusan hukum yang bersifat universal untuk
umat Islam.
6. Metode ini memungkinkan seseorang untuk mengetahui inti masalah dan
segala aspeknya, sehingga mampu mengungkapkan argumen yang jelas,
kuat dan memuaskan. 9
9al-Farmawy, Metode Tafsir Mawd}u>‘iy, terj. Suryan A. Jamrah (Jakarta: PT. RajaGrafindo
26
B. Bentuk Kajian Tafsir Tematik
al-Farmawy dalam karyanya al-Bida>yah fi> al-Tafsi>r al-Mawd}u}‘iy
membagi bentuk kajian tafsir tematik ke dalam 2 (dua) bentuk yang sama-sama
memiliki tujuan menggali pemahaman dan hukum yang terdapat di dalam
al-Qur’an. Bentuk kajian itu adalah menghimpun seluruh ayat dan diletakkan
dibawah satu judul dan pembahasan satu surat menyeluruh. Demikian juga
pendapat Hasan al-‘Arid} tentang bentuk kajian Tafsir.
S}ala>h ‘Abd al-Fattah dalam kitabnya Nahwa al-Tafsi>r al-Mawd}u>‘iy yang
dikutip oleh M. Ali Misbahul Munir menyebutkan bahwa bentuk kajian tafsir
tematik terbagi ke dalam 3 (tiga) bagian, yaitu: 1) tafsir tematik term kosa-kata
al-Qur’an; 2) tafsir tematik tema al-Qur’an; 3) tafsir tematik surah al-Qur’an.10
Pendapat S}ala>h ‘Abd al-Fattah merupakan pengembangan dari pendapat
al-Farmawy tentang pembagian bentuk tafsir tematik, sehinnga bentuk tafsir
tematik dengan menghimpun ayat-ayat al-Qur’an kemudian meletakkannya di
bawah satu tema bahasan dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian, yakni
berdasar kosata-kata al-Qur’an dan tema bahasan.
pengertian dari bentuk kajian tafsir tematik yang dimaksud di atas adalah:
1. Bentuk pertama
Menghimpun seluruh ayat al-Qur’an yang berbicara tentang tema
yang sama. Semuanya disusun sedemikian rupa diletakkan dibawah satu
judul, lalu ditafsirkan dengan metode tematik.
10M. Misbahul Munir, “Tafsir Surah Ya>Si>
n: Menggali Pesan-Pesan yang Terkandung dalam Surah
27
Bentuk kajian ini dapat diklasifikasikan ke dalam 2 (dua) bagian,
seperti yang disebutkan sebelumnya. Pertama (term atau kosa-kata) dapat
diartikan bahwa peneliti dapat melakukan observasi terhadap suatu kata
dan deviratnya (bentuk mushtaq) yang sering diulang penggunaannya
dalam al-Qur’an. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui makna
sebenarnya dan memuna>sabahkan antara kata yang dimaksud dengan ayat
sebelum dan sesudahnya.
Beberapa ulama terdahulu telah melakukan observasi ini dan
melahirkan karya tematik kosa-kata al-Qur’an yang telah dibukukan,
diantaranya adalah al-Mufrada>t fi> G{ari>b al-Qur’a>n karya al-Ra>ghib
al-As}fiha>ny. Penelusuran tentang kosa-kata al-Qur’an dapat dimulai dan
dilacak melalui kitab al-Mu‘jam al-Mufahras li Alfa>z} al-Qur’a>n karya
Muhammad Fu’a>d ‘Abd al-Ba>qy.
Bagian kedua adalah tafsir tematik tema al-Qur’an yakni
menjelaskan tentang tema-tema umum yang terdapat dalam al-Qur’an.
Caranya dengan memilih salah satu tema kemudian melacak ayat-ayat
al-Qur’an yang memiliki kesamaan dengan tema yang dimaksud.
Contoh bentuk kajian ini adalah beberapa literatur yang disusun
oleh ulama di antaranya adalah:
a. al-Mar’ah fi> al-Qur’a>nkarya ‘Abba>s al-‘Aqqa>d.
b. al-Riba> fi> al-Qur’a>n karya Abu al-A‘la> al-Mawdu>dy.
28
d. al-Ulu>hiyyah wa al-Risa>lah fi> al-Qur’a>n al-Kari>m karya
Muhammad al-Samahy.
e. al-Insa>n fi> al-Qur’a>n karya Ibra>hi>m Muhana.11
f. A>dam fi> al-Qur’a>nkarya ‘Aly Nas}r al-Di>n.12
Perbedaan antara metode tematik ini dengan sebelumnya adalah
peneliti tafsir term atau kosa-kata al-Qur’an akan selalu menggunakan satu
lafz} yang ada dalam al-Qur’an dan meneliti maknanya berdasar bahasa,
asal kata dan penggunaan kata tersebut dalam berbagai macam bentuknya
berdasar ayat-ayat al-Qur’an.
Sedangkan tema al-Qur’an pembahasannya lebih umum dan lebih
luas dari yang pertama karena ayat yang dijadikan tema dengan ayat-ayat
yang memiliki kedekatan dengan tema akan diteliti secara mendalam.
Ayat-ayat lain akan membantu dalam penjelasan dan memperkuat ayat
utama yang dijadikan tema. Begitu juga dalam hal ini kajian bahasa, data
dan rahasia-rahasia yang bersumber dari unsur sastra akan dapat dibahas
lebih luas.13
2. Bentuk kedua
Pembahasan satu surat secara menyeluruh dengan menjelaskan
maksud surat tersebut secara umum dan khusus, menjelaskan korelasi
antar masalah yang terkandung di dalam setiap ayat sehingga
11al-Farmawy, Metode Tafsir..., 58.
12‘Aly Hasan al-‘Arid}, Sejarah dan Metodologi Tafsir, terj. Ahmad Arkom (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1994), 91.
13
29
menunjukkan bahwa satu surat al-Qur’an tersebut merupakan kesatuan
yang utuh dan menyeluruh.
Dalam pembahasan metode ini seseorang memilih satu surat
al-Qur’an dan meneliti tema umum dari surat tersebut, menghayati,
mengetahui tujuan khusus. mengetahui hal-hal penting yang dapat
mengelompokkan tema-tema yang terdapat dalam surat tersebut serta
memaparkan dengan luas sehingga melahirkan satu penjelasan tentang
satu surat yang utuh dan satu tema yang serasi.
Seperti yang diketahui bahwa setiap surat dalam al-Qur’an
memiliki satu tema yang masih global dan memiliki karaktersitik
tersendiri. Mengandung tema yang pokok dan melahirkan sub-sub tema
baru yang berkaitan antara satu sub tema dengan lainnya sehingga akan
memunculkan satu pokok bahasan tema yang nantinya akan
menggambarkan keumuman maksud dari surat yang sedang dibahas.
Sebagian mufassir terdahulu berupaya untuk menyusun sebuah
tafsir tematik dengan corak ini dan berusaha menemukan kesatuan tema
pada surat dalam al-Qur’an. Mereka memiliki analisis terhadap kesatuan
tema yang dimaksud, namun analisis tersebut tidak didukung oleh metode
keilmuan. Di antara ulama yang dimaksud adalah al-Zamakhshary, Fakhr
al-Di>n al-Ra>zy, al-Qu>my,14 al-Naisa>bu>ry, namun di antara mereka yang
paling banyak berkecimpung dalam metode ini adalah Burha>n al-Di>n
30
Iba>hi>m bin ‘Umar al-Biqa>‘iy pengarang kitab Naz}m al-Durar fi> Tana>sub
al-A<ya>t wa al-Suwar.
Adapun contoh pembahasan bentuk ini adalah seperti kajian
tematik surat Saba’.
Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang di langit dan apa yang di bumi dan bagi-Nya (pula) segala puji di akhirat. Dan Dia-lah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang ke luar daripadanya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia-lah Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun.
Permulaan surat ini dengan pujian bagi Allah dengan menyebutkan
kekuasaan-Nya. Setelah itu, membawa prinsip pendidikan yang berkaitan
dengan kepemilikan, penggunaan hak atas kepemilikan dan
mengemukakan pengetahuan-Nya yang universal, kekuasaan-Nya yang
menyeluruh pada kehendak-Nya yang bijak.16
Contoh lain dari metode ini seperti yang dungkapkan oleh ‘Aly
Hasan al-‘Arid} adalah seorang mufassir mengkaji surat Ya>Si>n. Dalam
kajiannya surat ini terbagi ke dalam 3 (tiga) bagian, setiap bagian dan
lainnya berkaitan, bersambung dan mengarah kepada satu tema
permasalahan.
15
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya (Madinah: Mujamma’ Khadim al Haramain,
1971), 34: 1-2.
31
Bagian pertama dari awal surat sampai ayat ke 32, mengarah
kepada kerasulan Muhammad, menjelaskan kondisi orang musyrik baik
dari Quraisy dan selainnya, menuturkan keadaan suatu penduduk suatu
negeri tentang sikap kepada Allah SWT dan akibat dari sikapnya.
Bagian kedua adalah dari ayat 33 sampai ayat 44 mengedepankan
tentang dalil-dalil atas wuju>d Allahdan keluasan ilmuNya dan dijelaskan
pula tanda-tanda kekuasaan Allah, diantaranya adalah:
a. kelompok pertama (dari ayat 33 sampai ayat 36) adalah tanda
kekuasaan Allah yang berkaitan dengan bumi yakni dihidupkannya
tanah yang mati, menciptakan segala yang ada di bumi, memancarkan
air, menciptakan pasangan-pasangan.
b. kelompok kedua (dari ayat 37 sampai ayat 40) adalah tentang langit.
dikemukakan di dalamnya pergantian siang dan malam serta
penciptaan langit, bulan dan bintang serta beredarnya benda-benda
yang terdapat di langit.
c. kelompok ketiga (dari ayat 41 sampai ayat 44) adalah tentang air.
dijelaskan di dalamnya penciptaan lautan, sungai, bahtera sebagai
sarana transportasi laut dan penciptaan onta sebagai alat transportasi
darat bagi orang maupun barang.
Bagian ketiga dari kajian surat Ya>Si>n adalah dari ayat 45 sampai
akhir surat Ya>Si>n yang menerangkan tentang hari kiamat dan segala
32
kenikmatannya, neraka dan siksanya serta menerangkan kekuasaan Allah
untuk membangkitkan kembali manusia setelah meninggal.17
Tiga bagian dari surat Ya>Si>n di atas pada dasarnya adalah
bermuara pada satu tema masalah, yakni dorongan untuk beriman kepada
Allah, Rasul dan hari akhir. Inilah tema utama pada kajian tafsir tematik
surat Ya>Si>n.
C. Langkah-langkah Tafsir Tematik
Langkah-langkah metode tafsir tematik baru dimunculkan pada akhir
tahun 1960 oleh Ahmad Sayyid al-Qu>my dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Memilih atau menetapkan masalah al-Qur'an yang akan dikaji secara
tematik.
2. Menghimpun seluruh ayat al-Qur’an yang terdapat pada seluruh surat
al-Qur'an yang berkaitan dan berbicara tentang tema yang hendak dikaji, baik
surat makkiyah atau surat madaniyah.
3. Menentukan urutan ayat-ayat yang dihimpun itu sesuai dengan masa
turunnya dan mengemukakan sebab-sebab turunnya jika hal itu
dimungkinkan (artinya, jika ayat-ayat itu turun karena sebab-sebab
tertentu).
4. Menjelaskan muna>sabah (relevansi) antara ayat-ayat itu pada
masing-masing suratnya dan kaitan antara ayat-ayat itu dengan ayat-ayat sebelum
33
dan sesudahnya pada masing-masing suratnya (dianjurkan untuk melihat
kembali pada tafsir tahli>ly).
5. Menyusun tema bahasan di dalam kerangka yang tepat, sistematis,
sempurna dan utuh (outline) yang mencakup semua segi dari tema kajian.
6. Mengemukakan hadi>th-hadi>th Rasulullah SAW yang berbicara tentang
tema kajian serta men-takhri>j dan menerangkan derajat hadi>th-hadi>th itu
untuk lebih meyakinkan kepada orang lain yang mempelajari tema itu.
Dikemukakan pula riwayat-riwayat (atha>r) dari para sahabat dan ta>bi‘i>n.
7. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh dengan
cara menghimpun ayat-ayat yang mengandung pengertian serupa,
mengkompromikan pengertian antara yang ‘a>m dan kha>s}, antara yang
mut}laq dan muqayyad, mengsinkronkan ayat-ayat yang lahirnya tampak
kontradiktif, menjelaskan ayat yang na>sikh dan mansu>kh, sehingga semua
ayat tersebut bertemu pada satu muara, tanpa perbedaan dan kontradiksi
atau tindakan pemaksaan terhadap sebagian ayat kepada makna-makna
yang sebenarnya tidak tepat. 18
Sedangkan langkah-langkah melakukan tafsir tematik surat persurat adalah
sebagai berikut:
1. Mengambil satu surat dan menjelaskan masalah-masalah yang
berhubungan dengan surat tersebut, sebab turunnya dan bagaimana surat
18al-Farmawy, Metode Tafsir..., 52-54: ‘Ali Hasan al-Arid} menambahkan langkah metode tematik
34
itu diturunkan (permulaan, pertengahan ataupun akhir, madaniyah atau
makkiyah, dan hadi>th-hadi>th yang menerangkan keistimewaanya).
2. Menyampaikan pengertian dari tujuan mendasar dalam surat dan
membahas mengenai terjadinya nama surat itu.
3. Membagi surat (khusus untuk surat yang panjang) kepada bagian-bagian
yang lebih kecil, menerangkan unsur-unsurnya (meliputi ‘a>m kha>s}-nya,
na>sikh mansu>kh-nya, lafz}-nya dalam bahasa Arab dan lain-lain) dan
tujuan masing-masing bagian serta menetapkan kesimpulan dari bagian
tersebut.
4. Menghubungkan keterangan atau kesimpulan dari masing-masing bagian
kecil tersebut dan menerangkan pokok tujuannya.19
Langkah-langkah di atas kemudian dijabarkan oleh S}ala>h ‘Abd al-Fatta>h
dalam kitabnya al-Tafsi>r al-Mawd}u>‘iy baina al-Naz}ariyyah wa al-Tat}bi>q dalam
kutipan M. Ali Misbahul Munir sebagai berikut:
1. Menyebutkan nama surat yang tawqi>fy apabila ada, juga menyebutkan
nama lainnya yakni nama surat yang ijtiha>dy. Kemudian memberikan
keterangan mengenai hikmah dari pemberian nama tawqi>fy dan ijtiha>dy
tersebut serta menjelaskan hubungan antara nama-nama tersebut. Sebagai
contoh surat al-Baqarah, nama surat tawqi>fynya adalah surat al-Baqarah,
akan tetapi apabila dilihat dari temanya maka surat ini disebut dengan
surat al-Khila>fah wa al-Khulafa>’.
35
2. Mengetahui nama ijtiha>dy baik yang telah disebutkan oleh ulama
terdahulu atau dimungkinkan nama surat tawqi>fy kemudian menyatukan
antara nama suratijtiha>dy dan tawqi>fy.
3. Menerapkan konsep makkiyah dan madaniyah baik sebagian maupun
keseluruhan. Menerapkan juga konsep perpaduan antara makkiyah dan
madaniyah karena memungkinkan surat makkiyah terdapat di dalamnya
ayat madaniyah ataupun sebaliknya.
4. Menerapkan inti turunnya surat, baik itu surat makkiyah ataupun
madaniyah, ataupun menerangkan inti turunnya surat baik periode awal,
pertengahan atau akhir penyebaran agama Islam, baik turun di Makkah
atau Madinah serta memperhatikan konflik keberadaannya dengan kondisi
lingkungan terkait dengan turunnya surat.
5. Membagi tujuan-tujuan surat. Tujuan umum surat dan tujuan khusus di
masing-masing ayat yang memiliki tujuan teratur dengan tujuan umum,
serta menerangkan pelajaran yang dapat diambil dari setiap tujuan baik
umum maupun khusus dari surat tersebut.
6. Mengetahui kemandirian surat, tema pokok, landasan dasar dan
menyatukannya dengan langkah-langkah surat.
7. Mengkaitkan antara surat dengan surat sebelumnya menurut tarti>b
al-mus}haf yakni memuna>sabahkan tema umum dari tema-tema yang terdapat
pada surat dengan tema umum yang terdapat pada surat sebelumnya.
8. Membagi surat yang panjang dan sedang ke dalam beberapa bagian untuk
36
memetakan ayat-ayat dari bagian-bagian yang dimaksud serta
menyebutkan ayat dan tema pada tiap-tiap bagian dilanjutkan dengan
menerangkan hubungan antar bagian satu dengan lainnya.
9. Meringkas keutamaan hakekat surat dan indikasi-indikasi yang ditetapkan
dan isyarat-isyarat kejadian atau kehidupan yang aktual.
10.Melakukan komparasi antar kitab tafsir yang menerangkan tentang surat
yang dibahas.
11.Menggabungkan keseluruhan penelitian dan menarik kesimpulan
seobyektif mungkin.20
20
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tema-tema yang terkandung dalam surat al-Lahab adalah:
a. Tema utamanya adalah kebinasaan yang dialami oleh Abu Lahab.
b. Tema pokonya adalah;
1) Balasan bagi Abu Lahab berupa kebinasaan.
2) Tidak bermanfaat baginya sesuatu yang dibanggakannya.
3) Dimasukkan ke dalam neraka.
4) Istri Abu Lahab menemaninya di dalam neraka.
5) Kondisi istri Abu Lahab.
2. Tujuan umum dan khusus surat al-Lahab adalah:
a. Tujuan umumnya adaalah ajakan kepada tauh}i>d dan akhlak yang
mulia. Akhlak yang tidak seperti akhlak Abu Lahab menentang
Allah dan RasulNya sehingga berakibat ancaman Allah berupa
kebinasaan baginya.
b. Tujuan khususnya adalah gambaran orang yang menentang ajaran
119
B. Saran
Diharapkan penelitian terhadap surat al-Lahab terus dikembangkan agar
pesan-pesan yang terkandung di dalamnya dapat dipahami dan dijalankan oleh
seluruh umat Islam. Demikian halnya dengan surat-surat lainnya dalam al-Qur’an,
terutama dengan menggunakan metode tematik surat, sebagai dasar untuk
dikembangkan oleh peneliti lain atau bagi peneliti sendiri, serta sebagai acuan
DAFTAR PUSTAKA
‘Abduh, Muhammad. Tafsi>r Juz ‘Amma. Beirut: Da>r Maktabah al-Hila>l, t.th.
Abu al-‘Abba>s Ja’far bin Muhammad al-Mu‘tarr bin Muhammad bin al -Mustag}fir bin al-Fath bin al-Idri>s al--Mustag}firy al-Nasafy. Fad}a>’ilu al
-Qur’a>n, juz 2 (t.tp: Da>r ibn H{azm, 2008), 792:
Abu> Shahbah, Muhammad bin Muhammad al-Si>rah al-Nabawiyah fi> D{au’i al
-Qur’a>n, juz 1. Damaskus: Da>r al-Qalam, 1992.
‘Alu>sy (al),Shiha>bu al-Di>n Mahmu>d bin ‘Abd Allah al-Husainy. Ru>h al-Ma‘a>ni>,
juz 15. Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1415H.
Andalu>sy (al), Abu> Hayya>n. al-Bahr al-Muhi>t}, juz 10. Beirut:Da>r al-Fikr, 1420.
---. al-Bahr al-Muhi>t}, juz 8. Beirut: Da>r al-Fikr, 1420.
Antonio, Syafi’i. Muhammad SAW the Super Leader Super Manager. Jakarta: Tazkia Multimedia & ProLM Centre, 2007.
Arifin, Bey. Rangkaian Cerita Dalam Al-Qur’an. Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1952.
As}baha>ny (al), Isma>‘i>l bin Muhammad bin al-Fad}l al-Taimy. Dala>’il al -Nubuwwah, juz 1. Riya>d}: Da>r T{ayyibah, 1409.
As}fiha>ny (al), al-Ra>g}ib. al-Mufrada>t fi> G{ari>b al-Qur’a>n. Beirut: Da>r al-Qalam, 1412.Arid} (al), ‘Aly Hasan. Sejarah dan Metodologi Tafsir, terj. Ahmad Arkom. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994.
al-T{u>sy, al-Tibya>n al-Ja>mi‘ li ‘ulu>m al-Qur’a>n, juz 14. Beirut: Da>r Ihya>’ al -Tura>th al-‘Araby, t.th.
‘Asqala>ny (al), Ibn Hajar. al-Si>rah al-Nabawiyah fi> Fath al-Ba>ry, juz 1. Madi>nah:
Jami>‘ H{uqu>q li al-Tiba>‘ah Mahfu>z}ah, t.th.
‘Az}i>m (al), ‘Abd. Dira>sa>t jadi>dah fi> I‘ja>z al-Qur’a>n. t.tt: Maktabah Wahbah, 1996.
Bag}da>dy (al), Muhammad bin Sa‘d bin Mani>‘ al-Zuhry. Kita>b T{abaqa>t al-Kubra>, juz 3. Cairo: al-Maktabah al-Kha>rijy, 2001.
119
---. Tafsi>r al-Baid}a>wy, Juz 5. Beirut: Da>r al-Fikr, t.th.
Baidan, Nashruddin Metodologi Penafsiran al-Qur’an. Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1998.
Baiha>qy (al), Abu> Bakar Ahmad bin al-Husain ‘Aly. al-Sunan al-Kubra>, juz 1.
Hind: Majlis Da>’irah al-Ma‘a>rif al-Niz}a>miyah, 1344.
Biqa>‘iy (al), Burha>n al-Di>n Abi> al-Hasan Ibra>hi>m bin ‘Umar. Naz}m al-Durar fi> Tana>subi al-A{ya}t wa al-Suwar, juz 22. Cairo: Da>r al-Kutub al-Isla>miy, t.th.
Da>ny (al), Abu> ‘Amru ‘Uthma>n bin Sa‘i>d. al-Taisi>r fi> al-Qira>’a>t al-Sab‘. Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Araby, 1984.
Dimashqy (al), ‘Ima>d al-Di>n Abi> al-Fida>’ Isma>‘i>l ibn ‘Amr bin Kathi>r al-Qurashy. al-Bida>yah wa al-Niha>yah, juz 4. Turkey: Hajr li al-T{iba>‘ah wa
al-Nashr wa al-Tauzi>‘ a al-I‘la>n, t.th.
---. al-Bida>yah wa al-Niha>yah, juz 8. Cairo: Hajr li al-T{iba>’ah wa al -Nashr wa al-Tauzi>’ wa al-I’la>n, t.th.
---. Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m, juz 8. Beirut: Da>r T{ayyibah li al-Nashr wa al-Tauzi>‘, 1999.
Du‘a>s (al), Ahmad ‘Abi>d. I‘ra>b al-Qur’a>n al-Kari>m, juz 3. Damaskus: Da>r al-Munir wa Da>r al-Fa>raby, 1425.
Farmawy (al), Abd al-Hayy. al-Bida>yah fi> Tafsi>r al-Mawd}u>‘i>, terj. Rosihan Anwar. Bandung: Pustaka Setia, 2002.
---. Metode Tafsir Mawd}u>‘iy, terj. Suryan A. Jamrah. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1994.
G{aza<li (al), Muhammad. Kaifa Nata‘a>mal Ma‘a al-Qur’a>n. Mesir: Da>r al-Wafa>, 1992.
---. Fiqhu al-Si>rah, terj. Imam Muttaqien. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003.
HAMKA. Tafsir al-Azhar, juz 6. Jakarta: Pustaka Panjimas, 2007.
---. Tafsir al-Azhar, juz 19. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984.