ASPEK HUKUM HUKUM
PENGADAAN B/J
Curriculum Vitae
Nama
:
Reghi Perdana, SH, LLM
Telepon
:
+62 21 3926252 (office hours)
+62 21 815 988 1095
:
reghiperdana@yahoo.com
reghiperdana@bappenas.go.id
Pendidikan
:
Master of Law Majoring in Law & Economics
Utrecht
University, the Netherlands, 2003-2004
Bachelor of Law Majoring in Commercial Law Airlangga
University, Surabaya 1994-1998
Kantor
:
Biro Hukum Bappenas
Jl. Taman Suropati 2 Jakarta
Pembidangan Hukum
(menurut substansinya)
HUKUM
PRIVAT
PUBLIK
PERDATA
PERDATA INT’L
• Kebendaan • Keluarga
HTN
HAN PIDANA
Bagan Bidang Hukum Yang Terkait Dengan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Persiapan Penetapan Penandatangan Berakhirnya Penyedia Kontrak Kontrak Barang/Jasa
HAN
H. Perdata
KONSTRUKSI HUKUM PBJ
PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS
RISIKO HTUN
TATA USAHA NEGARA
Asas Praduga Rechtmatig Asas
pembuktian bebas
Asas keaktifan hakim
RISIKO PERDATA
PENYEDIA TERPILIH ATAU
PPK
• PESERTA KALAH • PENYEDIA NON
PESERTA • MASYARAKAT
• Barang/Jasa
Dikirim Tepat Waktu Tapi Tapi Tidak Sesuai Spek/Kak
• Barang/Jasa Dikirim Sesuai
Spek/Kak Tapi Terlambat
• Barang/Jasa
Tidak Dikirim Tepat Waktu Dan Tidak Sesuai Spek/Kak
• Barang/Jasa Tidak Dikirim Sama Sekali
• Tidak
Bayar/telat Bayar
• Bertentangan
dengan kewajiban hukum si pelaku
• Melanggar
hak subyektif orang lain atau
melanggar kaidah tata susila (goede zeden)
SENGKETA PERSAINGAN USAHA
PERBUATAN 1
PENYEDIA CURANG
ORGAN
PENGADAAN CURANG
PENYEDIA YANG MAU KERJA
x
PERSEKONGKOLA N
ATUR PEMENANG BOCORKAN
RAHASIA
PERBUATAN 2
PENYEDIA CURANG
PENYEDIA CURANG
PENYEDIA YANG MAU KERJA & ORGAN PENGADAAN
x
PERSEKONGKOLAN
REKAYASA PENAWARAN ARISAN
RISIKO HUKUM PERBUATAN 1
PENYEDIA YANG DIRUGIKAN
SANKSI
ADMINISTRATIF SELESAI
Patuh
Tidak Patuh
LAPORAN PIDANA
BANTUAN EKSEKUSI
ASPEK
FAKTA
Data KPK sampai tahun 2004-2012 40,9%
kasus terkait pengadaan barang/jasa (turun,
2004-2009 = 70%)
PPPSON Hambalang (indikasi kerugian Rp.
243M)
Simulator SIM Polri (Kerugian Rp. 90M)
Wisma Atlet Palembang (Rp. 191 M)
Sarpras PON Riau (Rp. 500M)
13
PENGERTIAN KORUPSI
CORRUPTIO/CORRUPTIE/CORRUPTION
Arti harfiah :
Kebusukan, keburukan, kebejatan, tidak
bermoral, penyimpangan dari kesucian
(Lexicon Webster Dictionary)
Setiap orang yang secara hukum
memperkaya diri sendiri atau orang
lain, atau suatu korporasi, yang
dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara (UU No.
31 Tahun 1999)
14
Tindak Pidana Korupsi
•PIDANA PENJARA MINIMAL 4 TH
•PENGEMBALIAN KERUGIAN NEGARA
•DENDA MINIMAL 200 JT
SANKSI KEPEGAWAIAN:
•PEMBERHENTIAN TIDAK DENGAN HORMAT
•HAK-HAK KEPEGAWAIAN HILANG
KPK
KEJAKSAAN MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA
MERUGIKAN PEREKONOMIAN NEGARA MEMPERKAYA DIRI SENDIRI
UU 31/99
Pasal 2
memperkaya diri sendiri atau
Memperkaya orang lain atau suatu korporasi
yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonornian negara,
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
Dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan dalam keadaan
CONTOH KASUS
HK PNS Kabupaten Supiori, Papua.
Gara-gara menerima tips Rp 3 juta dia harus
mendekam 4 tahun di penjara plus denda
Rp 200 juta terkait kasus pengadaan
speedboat.
UU 31/99
Pasal 3 menguntungkan diri sendiri atau
Menguntungkan orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan
yang dapat merugikan kouangan negara atau perekonomian negara,
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau Pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan atau
denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
PASAL 4
Pengembalian kerugian keuangan
negara atau perekonomian negara tidak
menghapuskan dipidananya pelaku
21
TINDAK PIDANA KORUPSI LAINNYA
PERBUATAN HUKUMAN
barang siapa memberi atau
menjanjikan sesuatu kepada seorang pejabat dengan maksud
menggerakkannya untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (Lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
barang siapa memberi atau
menjanjikan sesuatu kepada seorang hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan tentang
perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp
22
TINDAK PIDANA KORUPSI LAINNYA
(2)
PERBUATAN HUKUMAN
seorang pemborong atau ahli
bangunan atau penjual bahan-bahan bangunan, yang pada waktu
membuat bangunan atau pada waktu menyerahkan bahan-bahan bangunan, melakukan sesuatu perhuatan curang yang dapat
membahayakan keamanan orang atau barang
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling sedikit Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah)
Seorang pejabat atau orang lain
yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum terus-menerus atau untuk sementara waktu, yang
dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau
membiarkan uang atau surat
berharga itu diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau menolong
sebagai pembantu dalam melakukan perbuatan tersebut
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
23
TINDAK PIDANA KORUPSI LAINNYA
(3)
PERBUATAN HUKUMAN
Seorang pejabat atau orang lain yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan, yang
sengaja membuat secara palsu atau
memalsu buku buku-buku daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
Seorang pejabat atau orang lain yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan yang
sengaja menggelapkan, menghancurkan. merusakkan atau membikin tak dapat
dipakai barang barang yang diperuntukkan guna meyakinkan atau membuktikan di
muka penguasa yang berwenang, akta-akta, surat-surat atau daftar-daftar yang
dikuasainya karena jabatannya, atau memniarkan orang lain menghilangkan,
menghancurkan, merusakkan atau membikin tak dapat di pakai barang-barang itu, atau menolong sebagai pembantu dalam
melakukan perbuatan itu
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling sedikit Rp 100.000.000,00
24
TINDAK PIDANA KORUPSI LAINNYA
(4)
PERBUATAN HUKUMAN
Seorang pejabat yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau sepatutnya harus diduganya., hahwa hadiah atau janji itu diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan
jabatannya, atau yang menurut
pikiran orang yang memberi hadiah atau janji itu ada hubungan dengan jabatannya
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).
seorang pejabat: yang menerima hadiah atau janji padahal
diketahuinya bahwa hadiah atau janji itu diberikan untuk
menggerakkannya supaya
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
25
TINDAK PIDANA KORUPSI LAINNYA
(5)
PERBUATAN HUKUMAN
seorang hakim yang menerima
hadiah atau janji. padahal diketahui bahwa hadiah atau janji itu diberikan untuk mempengaruhi putusan
perkara yang menjadi tugasnya
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Seorang pejabat dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan menyalahgunakan
kekuasaannya, memaksa seseorang untuk memberikan sesuatu, untuk membayar atau menerima
pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi
dirinya sendiri
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
26
TINDAK PIDANA KORUPSI LAINNYA
(6)
PERBUATAN HUKUMAN
seorang pejabat yang pada waktu menjalankan tugas, meminta,
menerima, atau memotong
pembayaran, seolah-olah berhutang kepadanya, kepada pejabat lainnya atau kepada kas umum, padahal diketahuinya bahwa tidak demikian adanya
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Seorang pejabat yang dengan langsung maupun tidak langsung sengaja turut serta dalam
pemborongan, penyerahan atau persewaan, yang pada saat
dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian, dia ditugaskan
mengurus atau mengawasinya
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
27
TINDAK PIDANA KORUPSI LAINNYA
(7)
PERBUATAN HUKUMAN
Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada
jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji
dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling banyak
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah)
Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau
pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana korupsi
dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud Pasal 2,
APA YANG DAPAT DILAKUKAN
Pasal 55
(1) Dipidana sebagai pelaku tindak pidana:
1. mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan,
dan yang turut serta melakukan perbuatan;
2. mereka yang dengan memberi atau menjanjikan
sesuatu dengan menyalahgunakan kekuasaan atau
martabat, dengan kekerasan, ancaman atau
penyesatan, atau dengan memberi kesempatan,
sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang
lain supaya melakukan perbuatan.
Pasal 51
(1) Barang siapa melakukan perbuatan untuk
melaksanakan perintah jabatan yang
diberikan oleh penguasa yang berwenang,
tidak dipidana.
(2) Perintah jabatan tanpa wewenang, tidak
menyebabkan hapusnya pidana, kecuali jika
yang diperintah, dengan itikad baik mengira
bahwa perintah diberikan dengan wewenang
dan pelaksanaannya termasuk dalam
Perintah Jabatan (Ambtelijk Bevel)
Pasal 51 ayat 1 KUHP, menyatakan bahwa tidak dikenakan
hukuman pidana seorang yang melakukan suatu perbuatan
untuk melaksanakan suatu perintah, diberikan oleh seorang
atasan yang berwenang untuk memberikan perintah itu.
Pasal 51 ayat 2 KUHP, menyatakan tidak dikenakan
Precedent (Sumber :Hukum On Line)
Syamsul Bahri lolos dari jeratan pidana korupsi di tingkat PK. Majelis hakim agung
dipimpin langsung Ketua MA, Harifin A. Tumpa, mengoreksi putusan majelis kasasi. Dua hakim lain Hj Rehngena Purba dan H. Dirwoto juga sepakat. Tak ada dissenting opinion. Putusan PK membuat terdakwa lolos dari kemungkinan penjara 1,5 tahun plus denda 50 juta rupiah dan ganti rugi 2,4 juta rupiah.
Argumentasi penting majelis hakim PK membebaskan Syamsul Bahri berkaitan dengan Pasal 51 ayat (1) KUH Pidana. Perbuatan terdakwa membeli mobil ambulance dari dana bantuan untuk orang miskin dan menggunakan anggaran lain untuk perjalanan dinas bupati, tak bisa dikriminalisasi lantaran masuk lingkup Pasal 51 ayat (1) KUH Pidana.
Pasal 51 KUHP dikenal sebagai klausul perintah jabatan (ambtelijk bevel). Sering
digunakan sebagai alasan untuk menghapus pidana terhadap terdakwa (exemption from liability). Pasal 51 ayat (1) KUH Pidana menyebutkan “tidaklah dapat dihukum
barangsiapa melakukan suatu perbuatan untuk melaksanakan suatu perintah jabatan yang telah diberikan oleh suatu kekuasaan yang berwenang memberikan perintah
tersebut”. Dalam bahasa Belanda, rumusan ayat ini adalah ‘Niet strafbaar is hij die een feit begaat ter uitvoering van een ambtelijk bevel, gegeven door het daartoe
bevoegde gezag’.
Poin penting ayat ini adalah pemberian wewenang oleh pejabat yang berwenang. Jika perintah diberikan oleh pejabat yang tak berwenang, terdakwa tidak bisa menggunakan dalih ini untuk lolos dari jerat hukum. Kecuali ia bisa membuktikan adanya iktikad baik. Begitulah yang dirumuskan lebih lanjut pada ayat (2) pasal 51 KUHP.
Dalam kasus Syamsul Bahri, majelis PK melihat semua perbuatan terdakwa dilakukan atas perintah Bupati Jeneponto yang sah. Bupati memerintahkan terdakwa menyimpan buku rekening dana proyek Program Penanggulangan Dampak Pengurangan Subsidi Energi Bidang Kesehatan (PD PSE-BK) yang kemudian berubah menjadi Program
Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak Bidang Kesehatan PKPS BBM-BK). Penggunaan anggaran bantuan orang miskin untuk pembelian ambulance juga atas
REMINDER !!!!!!!
33
Persaingan sehat
Efektif
Akuntabel Efisien
Terbuka
Transparan
Tidak diskriminatif
hal-hal yang mendasar yang harus menjadi acuan/pedoman
yang harus dijalankan, serta diwujudkan oleh seluruh pihak
dalam melaksanakan pengadaan/barang jasa sesuai dengan
Penyakit 1A
Penggelembungan anggaran
Penyakit 1B
Rencana Pengadaan yang diarahkan
Penyakit 1C
Rekayasa pemaketan untuk KKN
Penyakit 1D
Penentuan jadwal yang tidak realistis
P E R E N C A N A A NP E N G A D A A N
Penyakit 2A
Panitia tidak transparan
Penyakit 2B
Integritas panitia lemah
Penyakit 2C
Panitia yang ‘memihak’
Penyakit 2D
Panitia tidak independen
P E M B E N T U K K A NP A N I T I A
P R A K U A L I F I K A S I P E R U S A H A A N
3
Penyakit 3A
Dokumen administratif
tidak memenuhi syarat
Penyakit 3B
Dokumen adminstratif ”ASPAL”
Penyakit 3C
Legalisasi dokumen
tidak dilakukan
Penyakit 3D
P E N Y U S U N A N D O K U M E N L E L A N G
4
Penyakit 4A
Spesifikasi yang diarahkan
Penyakit 4B
Rekayasa kriteria evaluasi
Penyakit 4C
Dokumen lelang non standar
Penyakit 4D
P E N G U M U M A N L E L A N G
5
Penyakit 5A
Pengumuman lelang yang semu atau fiktif
Penyakit 5B
Jangka waktu pengumuman terlalu singkat
Penyakit 5C
P E N G A M B I L A N D O K U M E N L E L A N G
6
Penyakit 6A
Dokumen lelang yang diserahkan tidak sama
Penyakit 6B
Waktu pendistribusian dokumen terbatas
Penyakit 6C
P E N Y U S U N A N H A R G A P E R K I R A A N
S E N D IR I
7
Penyakit 7A
Gambaran nilai harga perkiraan
Sendiri ditutup-tutupi
Penyakit 7B
Penggelembungan (mark up untuk keperluan KKN)
Penyakit 7C
Harga dasar yang tidak standar (dalam KKN)
Penyakit 7D
P E N J E L A S A N / A A N W I J Z I N G
8
Penyakit 8A
Pre bid meeting Yang terbatas
Penyakit 8B
Informasi & deskripsi terbatas
Penyakit 8C
P E N Y E R A H A N & P E M B U K A A N
P E N A W A R A N
9
Penyakit 9A
Relokasi tempat penyerahan dokume penawaran
Penyakit 9B
Penerimaan dokumen penawaran yang terlambat
Penyakit 9C
Penyerahan dokumen fiktif
Penyakit 9D
E V A L U A S I P E N A W A R A N
1 0
Penyakit 10A
Kriteria evaluasi cacat
Penyakit 10B
Penggantian dokumen
Penyakit 10C
Evaluasi tertutup dan tersembunyi
Penyakit 10D
P E N G U M U M A N C A L O N P E M E N A N G
1 1
Penyakit 11A
Pengumuman sangat terbatas
Penyakit 11B
Tanggal pengumuman sengaja ditunda
Penyakit 11C
S A N G G A H A N P E S E R T A L E L A N G
1 2
Penyakit 12A
Tidak seluruh sanggahan ditanggapi
Penyakit 12B
Substansi sanggahan tidak ditanggapi
Penyakit 12C
Sanggahan performa untuk
menghindari tuduhan tender diatur
Penyakit 12D
P E N U N J U K K A N P E M E N A N G
L E L A N G
1 3
Penyakit 13A
Surat penunjukan yang tidak lengkap
Penyakit 13B
Surat penunjukan yang sengaja
Ditunda pengeluarannya
Penyakit 13C
Surat penunjukan yang dikeluarkan
Dengan terburuburu
Penyakit 13D
P E N A N D A T A N G A N A N K O N T R A K
1 4
Penyakit 14A
Penandatanganan kontrak yang kolutif
Penyakit 14B
Penandatanganan kontrak yang ditunda-tunda
Penyakit 14C
Penandatanganan kontrak secara tertutup
Penyakit 14D
SPK
P E N Y E R A H A N B A R A N G / J A S A
1 5
KRITERIA PENERIMAAN BARANG BIAS
PENYAKIT 15A-2
KUALIFIKASI BARANG TIDAK SESUAI SPESIFIKASI
PENYAKIT 15A-1
VOLUME BARANG TIDAK SAMA DENGAN YANG TERTULIS DI DOKUMEN LELANG
PENYAKIT 15A-3
JAMINAN PASCA JUAL PALSU
PENYAKIT 15A-4