• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbub Nomor 1 Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbub Nomor 1 Tahun 2014"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI BIMA

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR :01 TAHUN 2014

TENTANG

PERJALANAN DINAS  BAGI PEJABAT NEGARA,

PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH, PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PEGAWAI TIDAK TETAP

LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BIMA, 

Menimbang : a. bahwa   agar   perjalanan   dinas   dapat   dilaksanakan secara lebih tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan   bertanggung   jawab,   perlu   mengatur   ketentuan mengenai  Perjalanan   Dinas   Bagi   Pejabat   Negara, Pimpinan   dan   Anggota  Dewan   Perwakilan   Rakyat Daerah, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap dilingkungan Pemerintah Kabupaten Bima;

b. bahwa   berdasarkan   pertimbangan   sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang   Perjalanan   Dinas  Bagi   Pejabat   Negara, Pimpinan   dan   Anggota  Dewan   Perwakilan   Rakyat Daerah, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap Lingkup Pemerintah Kabupaten Bima;

Mengingat : 1 Undang­Undang   Nomor   69   Tahun   1958   tentang Pembentukan   Daerah­Daerah   Tingkat   II   dan   Wilayah Daerah­Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur;

2. Undang­Undang   Nomor   8   Tahun   1974   tentang   Pokok­ Pokok   Kepegawaian   sebagaimana   telah   diubah   dengan Undang­Undang Nomor 43 Tahun 1999;

3. Undang­Undang   Nomor   28   Tahun   1999   tentang Penyelenggaran   Negara   yang   Bersih   dan   Bebas   dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme;

4. Undang­Undang   Nomor   17   Tahun   2003   tentang Keuangan Negara;

5. Undang­Undang   Nomor   1   Tahun   2004   tentang Perbendaharaan Negara;

(2)

Pemeriksaan,Pengelolaan   dan   Pertanggungjawaban Keuangan Negara;

7. Undang­Undang Nomor 25 Tahun 2004  tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

8. Undang­Undang   Nomor   32   Tahun   2004   tentang Pemerintahan   Daerah   sebagaimana   telah   diubah beberapa kali terakhir dengan Undang­Undang Nomor 12 Tahun 2008;

9. Undang­Undang   Nomor   33   Tahun   2004   tentang Perimbangan   Keuangan   Antara   Pemerintah   Pusat   dan Pemerintah Daerah;

10. Undang­Undang  Nomor  27   tahun  2009   tentang  Majelis Permusyawaratan   Rakyat,   Dewan   Perwakilan   Rakyat, Dewan   Perwakilan   Daerah,   dan   Dewan   Perwakilan Rakyat Daerah;

Undang­Undang   Nomor   12   Tahun   2011   tentang Pembentukan Peraturan Perundang­undangan;

Peraturan   Pemerintah   Nomor   24   Tahun   2004   tentang Kedudukan   Protokoler   dan   Keuangan   Pimpinan   dan Anggota DPRD;

Peraturan   Pemerintah   Nomor   58   Tahun   2005   tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

Peraturan   Pemerintah   Nomor   8   Tahun   2006   tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 113/PMK.05/2012   tentang   Perjalanan   Dinas   Dalam Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetap;

16. Peraturan   Menteri   Dalam   Negeri  Republik   Indonesia Nomor    16    Tahun    2013  Tentang  Perubahan   Atas Peraturan   Menteri   Dalam   Negeri  Republik   Indonesia Nomor   37   Tahun   2012  Tentang  Pedoman   Penyusunan Anggaran   Pendapatan   Dan   Belanja   Daerah  Tahun Anggaran 2013;

17. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 72/   PMK.02/2013   tentang   Standar   Biaya   Masukan Tahun Anggaran 2014;

18. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 4 Tahun 2005 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan Dewan   dan   Anggota   Dewan   Perwakilan   Rakyat   Daerah Kabupaten Bima;

19. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bima; 20. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 7 Tahun 2010

(3)

Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Bima;

21. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 6 Tahun 2008 tentang   Pokok­pokok   Pengelolaan   dan   Pertanggung­ jawaban Keuangan Daerah;

22. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 6 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan     :  PERATURAN    BUPATI    TENTANG    PERJALANAN    DINAS BAGI   PEJABAT   NEGARA,   PIMPINAN   DAN   ANGGOTA DEWAN   PERWAKILAN   RAKYAT   DAERAH,   PEGAWAI NEGERI   SIPIL   DAN   PEGAWAI   TIDAK   TETAP   LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN BIMA.

BAB  I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksudkan dengan :

1. Perjalanan Dinas Dalam Negeri yang selanjutnya disebut Perjalanan Dinas adalah   perjalanan   ke   luar   tempat   kedudukan   yang   dilakukan   dalam wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan negara.

2. Daerah adalah Kabupaten Bima.

3. Pemerintah   Daerah   adalah  Bupati   dan   perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara  pemerintahan daerah.

4. Bupati adalah Bupati Bima.

5. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Bima.

6. Pimpinan DPRD adalah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah   dan   Wakil   Ketua   Dewan   Perwakilan   Rakyat   Daerah   Kabupaten Bima.

7. Anggota DPRD adalah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bima.

8. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Bima.

9. Pejabat Negara adalah Bupati dan  Wakil Bupati.

10. Satuan   Kerja   Perangkat   Daerah   yang   selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang.

(4)

lainnya   yang   ditetapkan   berdasarkan   sesuatu   peraturan   perundang­ undangan   dan   digaji   menurut   peraturan   perundang­undangan   yang berlaku.

12. Pegawai tidak tetap / tenaga honorer adalah seseorang yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian atau pejabat lain dalam pemerintahan   untuk   melaksanakan   tugas­tugas   tertentu   pada   instansi pemerintah   atau   yang   penghasilannya   menjadi   beban   anggaran pendapatan dan belanja daerah.

13. Perjalanan   dinas   adalah   perjalanan   dinas   keluar   batas kota dari tempat kedudukan ke tempat yang dituju, melaksanakan tugas, dan kembali ke tempat kedudukan semula untuk kepentingan Negara atas perintah pejabat yang berwenang.

14. Surat  Perjalanan Dinas yang selanjutnya disingkat SPD adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen dalam rangka pelaksanaan Perjalanan Dinas bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, Pegawai Tidak Tetap, dan Pihak Lain.

15. Surat   Perintah   Tugas   yang   selanjutnya   disingkat   SPT adalah   surat perintah   yang  diterbitkan  dan  ditandatangani  oleh   pejabat yang berwenang sebegai dasar penerbitan Surat Perjalanan Dinas (SPD); 16. Pelaksana   SPD   adalah   Pejabat   Negara,   Pegawai   Negeri,

dan Pegawai Tidak Tetap yang melaksanakan Perjalanan Dinas.

17. Lumpsum adalah suatu jumlah uang yang telah dihitung terlebih dahulu (pre­calculated amount) dan dibayarkan sekaligus.

18. Biaya Riil adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan bukti pengeluaran yang sah.

19. Perhitungan   Rampung   adalah   perhitungan   biaya Perjalanan   Dinas   yang   dihitung   sesuai   kebutuhan   riil   berdasarkan ketentuan yang berlaku.

20. Tempat   kedudukan   adalah   tempat   /   kota   dimana kantor / satuan kerja berada.

21. Standar   Biaya   adalah   satuan   biaya   yang   ditetapkan sebagai   acuan   penghitungan   kebutuhan  anggaran  dalam  Rencana   Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga, baik berupa Standar Biaya Masukan maupun Standar Biaya Keluaran.

22. Luar daerah adalah luar Kabupaten Bima.

23. Dalam daerah adalah dalam wilayah Kabupaten Bima. 24. Pejabat yang berwenang adalah Pejabat yang berwenang

menerbitkan dan menandatangani surat perintah tugas dan SPD.

25. Detasering   adalah   penempatan   /   penugasan   pegawai pada tempat tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.

26. Biaya sewa kendaraan dalam kota tempat tujuan adalah biaya  yang  diberikan   untuk  sewa   kendaraan  dalam  kota  tempat  tujuan untuk perjalanan dinas luar daerah bagi Pejabat Negara.

(5)

28. Pengguna   Anggaran   /   Kuasa   Pengguna   Anggaran   yang selanjutnya   disingkat  PA   /   Kuasa   PA   adalah   Kepala   SKPD   yang bertanggung­jawab   atas   pengelolaan   anggaran   pada   SKPD   yang bersangkutan.

29. Pejabat   Pelaksana   Teknis   Kegiatan,   yang   selanjutnya disingkat PPTK adalah pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu   atau   beberapa   kegiatan   dari   suatu   program   sesuai   dengan   bidang tugasnya.

30. Surat Permintaan pembayaran, yang selanjutnya disebut SPP   adalah   dokumen   yang   dibuat/diterbitkan   oleh   Pejabat   yang bertanggungjawab   atas   pelaksanaan   kegiatan   dan   disampaikan   kepada PA/Kuasa   PA   atau   pejabat   lain   yang   ditunjuk   untuk   mencairkan   dana yang   bersumber   dari   Dokumen   Pelaksanaan   Anggaran   (DPA)   atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB  II

PRINSIP PERJALANAN DINAS Pasal 2

Perjalanan   Dinas   dilaksanakan   dengan   memperhatikan   prinsip   sebagai berikut :

a. selektif,   yaitu   hanya   untuk   kepentingan   yang sangat   tinggi   dan   prioritas   yang   berkaitan  dengan   penyelengaraan pemerintahan;

b. ketersediaan   anggaran   dan   kesesuaian   dengan pencapaian kinerja SKPD;

c. efisien   penggunaaan   belanja   daerah   dengan memperhatikan frekuensi dan jumlah harinya dibatasi; dan

d. akuntabilitas   pemberian   perintah   pelaksanaan Perjalanan Dinas dan pembebanan Perjalanan Dinas.

BAB III

PERJALANAN DINAS  Pasal  3

(1) Perjalanan   dinas   merupakan   perjalanan dinas dari tempat      kedudukan ke tempat yang dituju dan kembali ke tempat kedudukan semula.

(2) Perjalanan   dinas   sebagaimana   dimaksud pada ayat (1) termasuk perjalanan yang dilakukan dalam hal : 

a. detasering di luar tempat kedudukan;

b. ditugaskan untuk menempuh ujian dinas / ujian jabatan yang diadakan di luar Tempat Kedudukan;

(6)

d. untuk   mendapatkan   pengobatan   di   luar   Tempat Kedudukan berdasarkan keputusan Majelis Penguji  Kesehatan Pegawai Negeri;

e. harus   memperoleh   pengobatan   di   luar   Tempat Kedudukan   berdasarkan   surat   keterangan   dokter   karena   mendapat cedera pada waktu / karena melakukan tugasnya; dan

f. ditugaskan   mengikuti   pendidikan   dinas   di   luar Tempat Kedudukan.

BAB  IV

BIAYA PERJALANAN DINAS Pasal 4

(1) Biaya   Perjalanan   Dinas   terdiri   atas   komponen­komponen   sebagai berikut :

a. uang harian;  b. biaya transport; c. biaya penginapan; d. uang representatif.

e. Sewa kendaraan dalam kota; dan / atau f. biaya menjemput/mengantar jenajah.

 (2) Uang harian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas : a. uang makan;

b. uang transpor lokal; c. uang saku; dan d. biaya loundri.

(3) Biaya   transport  sebagaimana   dimaksud  pada  ayat   (1)   huruf  b,  terdiri atas :

a. perjalanan   dinas   dari   Tempat   Kedudukan   sampai   Tempat   Tujuan keberangkatan   dan   kepulangan   termasuk   biaya   ke   terminal   bus   / stasiun / bandara / pelabuhan keberangkatan; dan/atau

b. retribusi   yang   dipungut   di   terminal   bus   /   stasiun   /   bandara   / pelabuhan keberangkatan dan kepulangan.

(4) Biaya   penginapan  sebagaimana   dimaksud  pada  ayat   (1)   huruf  c merupakan biaya yang diperlukan untuk menginap di:

a. hotel;  b. motel;

c. losmen; atau d. wisma.

(5) Dalam   hal   Pelaksana   SPD   tidak   menggunakan   biaya   penginapan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berlaku ketentuan sebagai berikut: a.Pelaksana SPD diberikan biaya penginapan sebesar 30 % (tiga puluh

persen) dari tarif hotel di kota tempat tujuan.

(7)

(6) Uang refresentasi    sebagaimana dimaksud  pada  ayat (1) huruf  d dapat diberikan   kepada   Pejabat   Negara,   Pimpinan   dan   Anggota   DPRD   dan Pejabat Eselon II selama melakukan Perjalanan Dinas.

(7) Sewa kendaraan dalam Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dapat   diberikan   kepada   Pejabat   Negara,   Pimpinan   dan   Anggota   DPRD serta   Pejabat   Eselon   II   yang   bersifat   rombongan   untuk   keperluan pelaksanaan tugas di Tempat Tujuan.

(8) Sewa kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) sudah termasuk biaya untuk pengemudi, bahan bakar minyak, dan pajak.

(9) Biaya menjemput/mengantar jenazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi biaya bagi penjemput/pengantar, biaya pemetian dan biaya angkutan jenazah.

(10)  Biaya   perjalanan   dinas   dibebankan   pada   anggaran   kantor   /   satuan kerja   /   kegiatan   /   bagian   kegiatan   yang   mengeluarkan   SPD bersangkutan.

Pasal 5

(1) Biaya perjalanan dinas digolongkan sebagai  berikut : a. Bupati / Wakil Bupati / Pimpinan DPRD ; b. Sekretaris Daerah / Anggota DPRD ; c. Pejabat Eselon II ;

d. Pejabat Eselon III atau PNS Golongan IV ; e. Pejabat Eselon IV, atau PNS Golongan III ; f. PNS golongan  II atau I atau Sopir; 

g. Pegawai Tidak Tatap/Pegawai Honorer 

(2)  Biaya   perjalanan   dinas   bagi   Pegawai   Tidak   Tetap   (PTT)   dipersamakan dengan PNS Golongan II atau I atau Sopir.

(3)  Perjalanan   dinas   yang   mengikut   sertakan   Pihak   Ketiga/Unsur Masyarakat,   personil   Non   Pegawai   Daerah,   maka   pemberian   biaya perjalanan   dinas   kepada   yang   bersangkutan,   diberlakukan   sebagai berikut :

a. bagi   Tenaga   Ahli   atau   Wakil   dari   sesuatu   profesi   dan   sejenisnya, diberlakukan tarif sebagaimana untuk Pejabat Eselon III;

b. bagi Tenaga Teknis, atau personil yang dikategorikan sama, diberikan tarif sebagaimana untuk Pejabat Eselon IV. 

Bagian Kesatu

Biaya Perjalanan Dinas Dalam Kabupaten Pasal  6

(1) Perjalanan   dinas   dalam  kabupaten,   diberikan   biaya   perjalanan   dinas berupa uang harian.

(8)

Pasal  7

(1) Dalam   hal   perjalanan   dinas  dalam  kabupaten   menggunakan   kendaraan dinas,   selain   uang   harian  juga  diberikan   bahan   bakar   minyak   sesuai dengan kebutuhan jarak tempuh.

(2) Pengisian   bahan   bakar   minyak   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) dibuktikan dengan kuitansi pembelian.

Bagian Kedua

Biaya Perjalanan Dinas Luar Daerah Dalam Provinsi Pasal  8

(1) Perjalanan dinas luar daerah dalam provinsi, diberikan biaya perjalanan dinas yang terdiri dari :

a. Uang Harian;

b. Biaya penginapan;

c. Biaya   transport,   apabila   perjalanan   dinas menggunakan kendaraan umum.

d. Uang   representatif   (Untuk  Pejabat   Negara, Pimpinan DPRD, Anggota DPRD, Sekda dan Pejabat Eselon II).

(2) Besarnya uang harian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dibayar secara lumpsum.

(3) Besarnya biaya penginapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dibayarkan sesuai dengan biaya rill.

(4) Biaya   transport   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) huruf   c,   diberikan  sesuai   dengan   kebutuhan   riil   yang   dikeluarkan berdasarkan bukti yang sah.

(5) Uang Representatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dibayar secara lumpsum.

Pasal  9

(1) Dalam   hal   perjalanan   dinas   luar   daerah   dalam   provinsi   menggunakan kendaraan   dinas,   selain   uang   harian   dan   biaya   penginapan,   diberikan Bahan Bakar Minyak sesuai dengan kebutuhan, jarak tempuh dan dapat diberikan pengganti Pembelian Bahan Bakar Minyak.

(2) Perkiraan biaya transport menggunakan kendaraan umum berdasarkan tarif rata­rata.

Bagian Ketiga

(9)

(1)    Biaya Perjalanan dinas dengan tujuan ke luar provinsi diberikan biaya yang terdiri dari :

a. Uang Harian ; b. Biaya transport ; c. Biaya penginapan; d. Biaya airport Tax;

e. Uang   representatif   (Untuk  Pejabat   Negara,   Pimpinan   DPRD,   Anggota DPRD, Sekda dan Pejabat Eselon II).

f. Sewa kendaraan dalam kota (Pejabat Negara).

(2)   Biaya transport dari dan ke bandara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, akan diperhitungkan dalam rincian biaya perjalanan dinas.

Pasal  11

(1) Uang   harian   dan  uang   representatif  sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1)  huruf a, dan  huruf  e, dibayar  sesuai banyaknya hari yang digunakan untuk melaksanakan perjalanan dinas dan dibayar secara lumpsum.

(2) Besarnya   biaya  transport,   biaya   airport   tax  dan   sewa kendaraan   dalam   kota   dalam   rangka   perjalanan   dinas   jabatan sebagaimana   dimaksud   dalam   Pasal  10   ayat  (1)  huruf   b,  huruf  d   dan huruf  f   dibayarkan   sesuai   dengan   Biaya   Riil   yang   dikeluarkan berdasarkan bukti yang sah.

(3) Biaya   penginapan   sebagaimana   dimaksud   dalam   pasal 10   ayat   (1)  huruf  c   dibayarkan   sesuai   dengan   biaya   rill.   Dalam   hal pelaksana   perjalanan   dinas   tidak   menggunakan   fasilitas   hotel   atau tempat penginapan lainnya, kepada yang bersangkutan dapat diberikan biaya penginapan sebesar 30 % (tiga puluh persen) dari tarif hotel sesuai dengan kota tempat tujuan  

Pasal  12

Perjalanan dinas ke luar provinsi menggunakan kendaraan dinas, untuk biaya transportasi diberikan Bahan Bakar Minyak sesuai dengan kebutuhan jarak tempuh dan dapat diberikan pengganti pembelian Bahan Bakar Minyak ;

BAB V

TATA CARA PEMBAYARAN PERJALANAN DINAS Pasal  13

(1) Pembayaran biaya perjalanan dinas diberikan dalam batas pagu anggaran yang   tersedia   dalam   DPA   Satuan   Kerja   Perangkat   Daerah   yang bersangkutan.

(2) Pembayaran biaya perjalanan dinas dapat dilakukan dengan mekanisme UP/GU/TU dan/atau mekanisme Pembayaran Langsung.

(10)

Negara/Pimpinan dan Anggota DPRD/Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Tidak Tetap yang melaksanakan perjalanan dinas oleh Bendahara Pengeluaran dari UP/TU yang dikelolanya.

(4) Besarnya uang muka yang diberikan, berdasarkan persetujuan PA/KPA.  Pasal 14

Pembayaran   biaya   perjalanan   dinas   kepada   Pejabat   Negara/Pimpinan   dan Anggota DPRD/ Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Tidak Tetap, dilakukan dengan mekanisme Pembayaran Langsung sebelum perjalanan dinas dilaksanakan.

BAB  VI

PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS DAN PERTANGGUNGJAWABANNYA

Pasal 15

(1) Perjalanan dinas dilakukan berdasarkan Surat Perintah Tugas dan SPD yang diterbitkan oleh Pejabat yang berwenang.

(2) Untuk   dapat   melakukan   perjalanan   dinas,   Pejabat Negara,   Pegawai   Negeri   Sipil/Pegawai   Tidak   Tetap   dan   Pimpinan  dan Anggota   DPRD   harus   diberikan   Surat   Perintah   Tugas   dan   SPD   dari pejabat   yang   berwenang  yang   formatnya   sesuai   dengan   ketentuan peraturan perundang­undangan.

(3) Pejabat yang berwenang hanya dapat menerbitkan Surat Perintah   Tugas   dan   SPD   untuk   perjalanan   dinas   yang   biayanya dibebankan pada anggaran yang tersedia pada SKPD.

(4) Pejabat   yang   berwenang   dalam   menandatangani   Surat Perintah   Tugas   dan   SPD   sekaligus   menetapkan   alat   transport   yang digunakan untuk melaksanakan perjalanan yang bersangkutan dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan perjalanan dinas tersebut.

(5) Pejabat yang menandatangani  Surat Perintah Tugas dan SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. Bupati ditandatangani oleh Bupati;

b. Wakil   Bupati  ditandatangani   oleh   Bupati   atau Wakil Bupati;

c. Pimpinan dan Anggota DPRD ditandatangani oleh Sekretaris Dewan;

d. Pejabat eselon II dan eselon III ditanda tangani oleh Bupati atau Wakil;

e. Pejabat eselon   IV,  Fungsional,  staf  dan  PTT  yang biayanya dibebankan pada  DPA SKPD tempat tugas, ditandatangani oleh   Kepala   SKPD   yang   bersangkutan   sedangkan   biaya   perjalanan dinas yang dibebankan pada DPA  Sekretariat Daerah  ditandatangani oleh Sekretaris Daerah; 

(11)

(6) Apabila Bupati/Wakil Bupati tidak berada di Kabupaten Bima, Surat Perintah Tugas dan SPD bagi Pejabat eselon II dan eselon III sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (5)   huruf   d,   ditandatangani   oleh Sekretaris Daerah atas nama Bupati.

(7) Pejabat   yang   melaksanakan   perjalanan  dinas   secara besama­sama   minimal   3   (tiga)   orang   dapat   menggunakan   sopir   pada masing­masing SKPD.

Pasal  16

(1) SPD   merupakan   bukti,   pelaporan   dan pertanggungjawaban pelaksanaan perjalanan dinas.

(2) Dalam SPD tidak boleh ada penghapusan­penghapusan atau cacat dalam tulisan dan/atau fisik SPD. 

(3) Perubahan­perubahan atau perbaikan tulisan dalam SPD dapat  dilakukan dengan coretan dan dibubuhi paraf dari pejabat yang berwenang.

(4) Penghitungan   besar   jumlah   biaya   perjalanan   dinas dicatat secara terperinci dalam kuitansi yang merupakan lampiran SPD. (5) Pembayaran biaya perjalanan dinas dicatat pada kuitansi

yang merupakan lampiran SPD dengan dibubuhi tandatangan bendahara pengeluaran   SKPD   bersangkutan   serta   tanda   tangan   oleh   yang melakukan perjalanan dinas.

(6) Pada SPD dicatat:

a. tanggal berangkat dari tempat kedudukan/tempat berada dan ditanda­tangani oleh pejabat yang berwenang / pejabat lain yang ditunjuk;

b. tanggal tiba dan berangkat di / dari tempat tujuan dan ditandatangani oleh pihak/pejabat di tempat yang didatangi; dan c. tanggal   tiba   kembali   di   tempat   kedudukan   dan

ditandatangani Pejabat Yang Berwenang /pejabat lain yang ditunjuk. (7) Selambat­lambatnya  5  (lima)  hari  setelah   perjalanan

dinas  dilaksanakan,   SPD   yang   telah   dibubuhi   catatan   tanggal   tiba kembali dan tanda tangan pejabat yang berwenang / pejabat lain yang ditunjuk   dan   laporan   perjalanan   dinas   diserahkan   kepada   bendahara pengeluaran.

(8) Pada saat penyerahan SPD dan laporan perjalanan dinas sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (7),   diadakan   perhitungan   kembali apabila terdapat kekurangan/kelebihan biaya perjalanan dinas dari yang telah dibayarkan semula. 

(9) Pertanggungjawaban   mengenai   biaya­biaya   perjalanan dinas   yang   telah   dibayarkan   dibatasi   hingga   pada   pembuktian   bahwa perjalanan dinas dimaksud benar­benar telah dilakukan dengan tujuan dan waktu yang telah ditetapkan.

Pasal 17

(12)

(2) Pejabat yang berwenang,   Pimpinan dan Anggota DPRD, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap yang melakukan perjalanan dinas  bertanggungjawab     sepenuhnya   atas  kerugian  yang  diderita  oleh negara   sebagai   akibat   dari   kesalahan,   kelalaian   atau   kealpaan   yang bersangkutan dalam hubungannya dengan perjalanan dinas berkenaan. (3) Terhadap   kesalahan,   kelalaian   atau   kealpaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dikenakan tindakan berupa tuntutan   ganti   rugi   sesuai   dengan   ketentuan  peraturan  perundang­ undangan.

Pasal  18

(1) Pembayaran   uang   harian   dan   uang   representatif   dilakukan   sesuai banyaknya hari yang digunakan untuk melaksanakan perjalanan dinas. (2) Biaya transport, Pejabat Negara/Pimpinan dan Anggota DPRD/PNS/PTT

dibayarkan   sesuai   biaya   riil   yang   dikeluarkan   berdasarkan   bukti pengeluaran yang sah.

(3) Bukti pengeluaran yang sah untuk biaya transport pegawai terdiri dari : a. tiket transport dari tempat kedudukan ke terminal

bus / stasiun / bandara / pelabuhan pergi pulang dan dari terminal bus / stasiun / bandara / pelabuhan ketempat tujuan pergi pulang yang sah;

b. tiket pesawat dilampiri boarding pass dan airport tax,   tiket   kereta   api,   tiket   kapal   laut,   dan   tiket   bus   atau   bukti pembelian tiket;

(4) Dalam  hal  tiket   transportasi   dari  tempat   kedudukan   ke   terminal  bus/ stasiun/bandara/pelabuhan   pergi   pulang   dan  tiket   transport   dari terminal bus/stasiun/bandara/pelabuhan ketempat tujuan pergi pulang tidak diperoleh, maka bagi yang melakukan perjalanan dinas membuat Daftar   pengeluaran   riil   yang   dibutuhkan   untuk   biaya   transportasi tersebut yang disetujui oleh PA/KPA, dengan menyatakan tanggungjawab sepenuhnya   atas   pengeluaran   sebagai   pengganti   bukti   pengeluaran dimaksud.

(5) Perkiraan   besarnya   jumlah   biaya   perjalanan   dinas   dituangkan   dalam rincian biaya perjalanan dinas.

(6) PA/KPA   menilai   kesesuaian   dan   kewajaran   atas   biaya­biaya   yang tercantum dalam Daftar Pengeluaran Riil sebagaimana tercantum dalam Lampiran   XII   dan   merupakan   bagian   yang   tidak   terpisahkan   dari Peraturan ini.

Pasal  19

(1) Pejabat   Negara/Pimpinan   dan   Anggota   DPRD/Pegawai   Negeri Sipil/Pegawai   Tidak   Tetap   yang   telah   melakukan   perjalanan   dinas menyampaikan   seluruh   bukti   pengeluaran   asli   sebagaimana   dimaksud dalam Pasal 18 kepada PA/KPA.

(2) PA/KPA   melakukan   perhitungan   rampung   seluruh   bukti   pengeluaran biaya   perjalanan   dinas   Pejabat   Negara/Pimpinan   dan   Anggota DPRD/Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Tidak Tetap yang bersangkutan dan disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran.

(13)

melakukan perjalanan dinas mengembalikan kelebihan tersebut kepada Bendahara Pengeluaran.

(4) Apabila   terdapat   kekurangan   pembayaran,   atas   persetujuan   PA/KPA, Bendahara Pengeluaran membayar kekurangan tersebut kepada Pejabat Negara/Pimpinan dan Anggota DPRD/Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Tidak Tetap yang telah melakukan perjalanan dinas.

(5) Dalam   hal   biaya   perjalanan   dinas   dibayarkan   melalui   mekanisme Pembayaran   Langsung   kepada   Bendahara   Pengeluaran   sebagaimana diatur dalam Pasal 20 huruf a sebagai berikut :

a. apabila   biaya   perjalanan   dinas   yang   dibayarkan   kepada   Pejabat Negara/Pimpinan   dan   Anggota   DPRD/Pegawai   Negeri   Sipil/Pegawai Tidak   Tetap   melebihi   biaya   perjalanan   dinas   yang   dikeluarkan, kelebihan tersebut harus disetorkan ke Kas Daerah;

b. apabila   biaya   perjalanan   dinas   yang   dibayarkan   kepada   Pejabat Negara/Pimpinan   dan   Anggota   DPRD/Pegawai   Negeri   Sipil/Pegawai Tidak   Tetap   kurang   dari   biaya   perjalanan   dinas   yang   dikeluarkan, kekurangan tersebut tidak memperoleh penggantian.

BAB VIII

KETENTUAN  LAIN­LAIN Pasal  20

(1) Perjalanan dinas atas inisiatif Pejabat atau SKPD yang bersifat konsultatif dan koordinatif hanya boleh dilakukan oleh eselon II, III dan IV untuk ke luar   provinsi,   dan   minimal  PNS   golongan   III/b  untuk   dalam   provinsi, kecuali yang bersifat sangat teknis atau mendesak dengan jumlah orang yang dibatasi dan harus mendapat persetujuan Sekretaris Daerah;

(2) Bagi   PNS   yang   melaksanakan   perjalanan   dinas   keluar   provinsi   dalam rangka peningkatan wawasan atau sejenisnya yang dilakukan lebih dari 2 orang, harus mendapat persetujuan Bupati / Wakil Bupati.

Pasal 21

Penetapan Biaya Perjalanan Dinas Bagi Pejabat Negara, Pimpinan dan Anggota Dewan   Perwakilan   Rakyat   Daerah,  Pegawai   Negeri   Sipil   dan   Pegawai   Tidak Tetap  Lingkup  Pemerintah   Kabupaten   Bima  diatur   lebih   lanjut   melalui Keputusan Bupati.

BAB IX

KETENTUAN  PENUTUP Pasal 22

Dengan berlakunya Peraturan Bupati ini,  maka semua ketentuan yang telah ada   sebelumnya   yang   mengatur   tentang   perjalanan   dinas   dicabut   dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal  23

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

(14)

Ditetapkan di Bima

pada tanggal  2 Januari 2014

WAKIL BUPATI BIMA,

     ttd

     H. SYAFRUDIN H. M. NUR

Diundangkan di Bima

pada tanggal 2 Januari 2014     

Plt. SEKRETARIS DAERAH  KABUPATEN BIMA,

      ttd

 Drs. H. ABDUL WAHAB

NIP. 19571222 198611 1 001

Referensi

Dokumen terkait

(11) Biaya sewa kendaraan ketempat tujuan dapat diberikan kepada Pejabat Negara, Pejabat Negara lainnya/DPRD, dan Pegawai Negeri Sipil yang melakukan perjalanan

Tuhan memang berjanji akan mengabulkan doa kita, tapi ada juga yang tidak dikabulkan kalau hati kita ada niat yang tidak berkenan di mata Tuhan. Ada juga seseorang minta sesuatu

Pelanggan ITHHCOR02AIS Bekerja dilingkungan yang berbeda secara sosial ITHHCOR03AIS Mengikuti Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan di Tempat Kerja ITHHCO01AIS

Penerapan asas strict liability terhadap korporasi tercermin dari bunyi Pasal 116 ayat (1) UUPPLH yang menyatakan bahwa “apabila tindak pidana lingkungan hidup dilakukan

Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk

Kalau pihak Islam selalu mempresentasikan Isa adalah sosok yang sama dengan Yesus dalam Kristen; pada kenyataannya hanya KLAIM SEPIHAK dari Islam, sementara Kristen

Peraturan Daerah Propinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2001 tentang Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Diatas Air (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor

Langkah yang harus dilakukan adalah dengan menyeimbangkan beban kerja dengan menghilangkan beberapa elemen kerja yang tidak perlu atau dapat digantikan oleh