• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tumor Ganas Laring | Karya Tulis Ilmiah Tumor Ganas Laring

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tumor Ganas Laring | Karya Tulis Ilmiah Tumor Ganas Laring"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Tumor Ganas Laring

LINK DOWNLOAD [2.35 MB]

BAB I

PENDAHULUAN

Tumor ganas laring bukanlah hal yang jarang ditemukan di bidang THT. Sebagai gambaran, di luar negeri tumor ganas laring menempati urutan pertama dalam urutan keganasan di bidang THT, sedangkan di RSCM menempati urutan ketiga setelah karsinoma nasofaring, tumor ganas hidung dan sinus paranasal. Tumor Ganas laring lebih sering mengenai laki-laki dibanding perempuan, dengan perbandingan 5 : 1. Terbanyak pada usia 56-69 tahun.1

Etiologi pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa hal yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu : rokok, alkohol, sinar radioaktif, polusi udara radiasi leher dan asbestosis. Untuk menegakkan diagnosa tumor ganas laring masih belum memuaskan, hal ini disebabkan antara lain karena letaknya dan sulit untuk dicapai sehingga dijumpai bukan pada stadium awal lagi. Biasanya pasien datang dalam keadaan yang sudah berat sehingga hasil pengobatan yang diberikan kurang memuaskan. Yang terpenting pada penanggulangan tumor ganas laring ialah diagnosa dini.1

Secara umum penatalaksanaan tumor ganas laring adalah dengan pembedahan, radiasi, sitostatika ataupun kombinasi daripadanya, tergantung stadium penyakit dan keadaan umum penderita1

ANATOMI

Laring merupakan bagian paling bawah dari saluran napas atau yang berbentuk limas segi tiga terpancung dengan bagian atas lebih besar dari pada bagian bawah. Kerangka laring tersusun dari satu tulang (hioid) dan beberapa tulang rawan (epiglottis, aritenoid dan krikoid). Gerak laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrinsik. Otot ekstrinsik terutama bekerja pada laring secara keseluruhan sedangkan otot intrinsik menyebabkan gerak di bagian laring sendiri.2,3,4

Laring terdiri dari 3 bagian: glotis, supraglotis dan subglotis. Hal ini didasarkan dari perkembangan embrional dan perbedaan pola limfatik. Laring terdiri dari 4 kartilago: krikoid, epiglotis, aritenoid dan tiroid. Pada glotis terdapat pita suara (plika vokalis). Supraglotis terdiri dari epiglotis, pita suara palsu dan lipatan ariepiglotis. Lipatan ini merupakan pembatas antara endolaring dan hipofaring. Subglotis terdapat di bawah laring dan berbatasan dengan tepi sefalis kartilago krikoid.5 Kurang lebih 60 persen keganasan laring ditemukan di daerah glottis, 35 persen berasal dari daerah supraglotis dan hanya 5 persen berasal dari subglotis. Pada stadium lanjut biasanya tumor sudah meluas ke glottis, supraglotis dan subglotis atau transglotis sehingga sulit ditentukan asalnya2.

Pembuluh limfe di laring supraglotis sangat banyak dan hal ini menyebabkan mudahnya terjadi metastasis di daerah ini. Drainase limfe terjadi secara lateral dan superior ke nodus limfe servikal. Pembuluh limfe dari laring infraglotik drainase terjadi secara lateral dan inferior ke nodus limfe servikal. Glotis unik karena hanya memiliki sedikit bahkan tidak ada drainase limfatik. Drainase limfatik juga unik karena antara kanan dan kiri mandiri satu sama lain dan tidak berhubungan

Tulang dan tulang rawan laring yaitu : 1,4

1. Os Hioid: terletak paling atas, berbentuk huruf ?U?, mudah diraba pada leher bagian depan. Pada kedua sisi tulang ini terdapat prosesus longus dibagian belakang dan prosesus brevis bagian depan. Permukaan bagian atas tulang ini melekat pada otot-otot lidah, mandibula dan tengkorak.

2. Kartilago tiroid : merupakan tulang rawan laring yang terbesar, terdiri dari dua lamina yang bersatu di bagian depan dan mengembang ke arah belakang.

3. Kartilago Krikoid : terletak di belakang kartilago tiroid dan merupakan tulang rawan paling bawah dari laring. Di setiap sisi tulang rawan krikoid melekat ligamentum krikoaritenoid, otot krikoaritenoid lateral dan di bagian belakang melekat otot krikoaritenoid posterior.

Otot-otot laring terdiri dari 2 golongan besar, yaitu :1 1. Otot-otot ekstrinsik :

? Otot elevator : M. Milohioid, M. Geniohioid, M. Digrastikus dan M. Stilohioid ? Otot depressor : M. Omohioid, M. Sternohioid dan M. Tirohioid

2. Otot-otot Intrinsik :

? Otot Adduktor dan Abduktor : M. Krikoaritenoid, M. Aritenoid oblique dan transversum ? Otot yang mengatur tegangan ligamentum vokalis : M. Tiroaritenoid, M. Vokalis, M. Krikotiroid ? Otot yang mengatur pintu masuk laring : M. Ariepiglotik, M. Tiroepiglotik.

(2)

d. e. f. g. h.

Gambaran anatomi laring (a) Gambaran membrane laring, (b)Gambaran anterior kerangka laring, (c)Gambaran posterior kerangka laring, (d)Sagital laring,(e)Sagital laring, (f) posterior dari otot-otot laring, (g) otot anterior laring, (h) Gambaran radiograf leher menunjukkan struktur yang berbedadari laring : a. vallecula, b. os hyoid, c.kelep lakum, d.ruang pra-epiglottic, e. ventrikel, f. arytenoids, g.krikoid dan h. tulang tawantiroid.

Sumber :Courtery of Norman Wesley,PhD,DSC4 BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN DEFINISI

Tumor adalah pertumbuhan massa sel yang tidak normal. Dapat berupa tumor jinak atau ganas. tumor jinak memiliki pertumbuhan sel yang tidak terkendali, tetapi tanpa invasi ke dalam jaringan normal dan tanpa menyebar apapun. Disebut tumor ganas (kanker), ketika sel tumor memiliki kecenderungan untuk menyerang jaringan dan menyebar secara lokal serta bagian tubuh yang jauh.. Dalam pengertian ini, kanker laring terjadi ketika sel-sel di lapisan tenggorokan tumbuh tak terkendali dan bentuk tumor yang dapat menyerang jaringan normal dan menyebar ke bagian lain dari tubuh.6

EPIDEMIOLOGI

Menurut laporan The American Cancer Society tahun 2006 di Amerika tercatat 12.000 kasus baru dan 4740 kasus meninggal karena tumor ganas laring. Pusat Kanker Nasional Amerika melaporkan 8,5 kasus karsinoma laring ditemukan per 100.000 penduduk laki-laki dan 1,3 kasus per 100.000 penduduk wanita per tahun. Di beberapa negara Eropa tumor ganas laring merupakan tumor ganas terbanyak di bidang THT-KL. Sementara laporan WHO yang mencakup 35 negara memperkirakan 1,5 orang dari 100.000 penduduk meninggal karena tumor ganas laring. Di Indonesia angka kekerapan tumor ganas laring belum dapat didata secara pasti, tetapi dapat diperkirakan mencapai kurang lebih 1 persen dari semua keganasan dan menempati urutan ketiga tumor ganas terbanyak di bidang THT setelah tumor ganas nasofaring dan tumor ganas hidung dan sinus paranasal. Di Bagian THT FKUI RSCM selama periode 1982 sampai 1987 dilaporkan proporsi tumor ganas laring sebesar 13,8 persen dari 1030 kasus keganasan THT. Sampai saat ini ditemukan rata-rata 40 kasus per tahun sedangkan di Bandung 20 kasus, Denpasar 6 kasus, Malang 12 kasus dan Surabaya 25 kasus2,3

Untuk jenis kelamin, perbandingan penderita laki-laki dan perempuan berkisar antara 11:1 di mana terbanyak pada usia 45-60 tahun. Namun, akhir-akhir ini jumlah penderita perempuan semakin meningkat, yang menurutnya kemungkinan diakibatkan adanya kecenderungan makin banyak perempuan yang merokok.2,3

Di RSUP H. Adam Malik Medan, Februari 1995 ? Juni 2003 dijumpai 97 kasus karsinoma laring dengan perbandingan laki dan perempuan 8 : 1. Usia penderita berkisar antara 30 sampai 79 tahun. Dari Februari 1995 ? Februari 2000, 28 orang diantaranya telah dilakukan operasi laringektomi total. 1

Amerika Serikat

Sekitar 1,2% dari semua diagnosa kanker baru di Amerika Serikat. Menurut data terbaru dari Surveillance, Epidemiologi, and End Results (SEER) Program ( National Cancer Institute ), yang-disesuaikan tingkat usia untuk kanker laring adalah 4,0923 kasus per 100.000 (di SEER pendaftar 9) tahun 1973 -2000. Tingkat usia disesuaikan dengan kanker laring adalah 4,0375 kasus per 100.000 dan 6,6844 kasus per 100.000 untuk kulit putih dan Afrika-Amerika, masing-masing. Di Amerika Serikat, lebih dari setengah kasus kanker melibatkan glottic4

Internasional

Standar tingkat insiden-Umur berkisar antara 2,5-17,1 per 100.000 orang-tahun berisiko pada laki-laki dan 0,1-1,3 per 100.000 orang-tahun berisiko pada wanita di Eropa dan negara-negara Asia (Scottish Health Statistics)4

ETIOLOGI

Beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan peningkatan angka kejadian tumor laring, yaitu5 :

? Usia. sering pada orang tua. Sebagian besar terjadi pada usia > 60 tahun. Pada tahun 1950, rasio pria-wanita pada pasien dengan kanker laring adalah 15:1. Jumlah ini telah berubah menjadi 5:1 pada tahun 2000, dan proporsi perempuan menderita penyakit ini diperkirakan meningkat di tahun-tahun yang akan datang. Perubahan ini mungkin merupakan cerminan dari pergeseran dalam pola merokok, dengan wanita yang merokok lebih dalam beberapa tahun terakhir.4

? Merokok. asap rokok melewati laring untuk sampai ke paru-paru sehingga merusak laring. ? Alkohol

(3)

? Paparan zat kimia tertentu jangka panjang, asap atau polusi, mungkin merusak laring pada saat bernafas, dan dapat meningkatkan factor resiko.

? Human papilloma virus (HPV) telah ditunjukkan dalam beberapa penelitianberhybungan dengan kanker laring. ? Ras. karsinoma laring lebih sering terjadi pada Amerika Afrika daripada di putih, dengan rasio 3,5:14

Penyebab pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa hal yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu : rokok, alkohol, sinar radio aktif, polusi udara, radiasi leher dan asbestosis. Ada peningkatan resiko terjadinya tumor ganas laring pada pekerja-pekerja yang terpapar dengan debu kayu1.

Rokok adalah faktor risiko yang memiliki kaitan paling kuat dengan keganasan laring maupun keganasan di saluran aerodigestif lain seperti esophagus dan paru. Dari studi yang dilakukan Maier dan DeStefani secara terpisah ditemukan 96,5 persen dan 97,2 persen pasien dengan keganasan laring adalah perokok atau mantan perokok. Penelitian Wynder menyebutkan, terdapat peningkatan risiko sebesar 30 kali pada pria yang merokok sedikitnya satu setengah bungkus sehari selama lebih dari sepuluh tahun sedangkan penelitian yang dilakukan di RSCM pada tahun 1988 didapatkan 89 persen penderita tumor ganas laring adalah perokok berat.2,3 Alkohol juga merupakan faktor risiko dari keganasan laring. Menurut American Cancer Society tahun 2000, risiko relatif peminum alkohol meningkat lima kali dibandingkan dengan yang tidak minum alkohol sedangkan perokok jika digabung dengan peminum alkohol mempunyai risiko 100 kali dibandingkan dengan yang tidak merokok dan tidak peminum2,3.

Faktor risiko pekerjaan hubungan antara pekerjaan dengan perkembangan keganasan laring jarang ditemukan dan tidak

terdokumentasi dengan baik. Tetapi dilaporkan pajanan yang lama dengan debu kayu, asbes, produk tar dan beberapa debu industri kimia juga merupakan faktor risiko terjadinya keganasan laring2,3.

Di samping faktor-faktor di atas, diet dan defisiensi vitamin A dan C ditengarai juga menjadi faktor risiko. Mettlin menyebutkan, terdapat peningkatan 4,75 kali lipat pada orang yang mengonsumsi buah-buahan sayuran kurang dari 40 kali per bulan dibandingkan yang mengonsumsi lebih dari 80 kali per bulan. Selain itu, Gastro Esophageal Reflux Disease (GERD) dan Human Papilloma Virus (HPV) juga dilaporkan sebagai salah satu faktor risiko.2,3

HISTOPATOLOGI

Karsinoma sel skuamosa meliputi 95 ? 98% dari semua tumor ganas laring, dengan derajat difrensiasi yang berbeda-beda. Jenis lain yang jarang kita jumpai adalah karsinoma anaplastik, pseudosarkoma, adenokarsinoma dan sarkoma1.

Karsinoma Verukosa. Adalah satu tumor yang secara histologis kelihatannya jinak, akan tetapi klinis ganas. Insidennya 1 ? 2% dari seluruh tumor ganas laring, lebih banyak mengenai pria dari wanita dengan perbandingan 3 : 1. Tumor tumbuh lambat tetapi dapat membesar sehingga dapat menimbulkan kerusakan lokal yang luas. Tidak terjadi metastase regional atau jauh. Pengobatannya dengan operasi, radioterapi tidak efektif dan merupakan kontraindikasi. Prognosanya sangat baik1.

Adenokarsinoma. Angka insidennya 1% dari seluruh tumor ganas laring. Sering dari kelenjar mukus supraglotis dan subglotis dan tidak pernah dari glottis. Sering bermetastase ke paru-paru dan hepar. two years survival rate-nya sangat rendah. Terapi yang dianjurkan adalah reseksi radikal dengan diseksi kelenjar limfe regional dan radiasi pasca operasi1.

Kondrosarkoma. Adalah tumor ganas yang berasal dari tulang rawan krikoid 70%, tiroid 20% dan aritenoid 10%. Sering pada laki-laki 40 ? 60 tahun. Terapi yang dianjurkan adalah laringektomi total1.

KLASIFIKASI

Berdasarkan Union International Centre le Cancer (UICC) 1982, klasifikasi dan stadium tumor ganas laring terbagi atas1 : 1. Supraglotis

2. Glotis 3. Subglotis

Yang termasuk supraglotis adalah : permukaan posterior epiglotis yang terletak di sekitar os hioid, lipatan ariepiglotik, aritenoid, epiglotis yang terletak di bawah os hioid, pita suara palsu, ventrikel. Yang termasuk glottis adalah : pita suara asli, komisura anterior dan komisura posterior.1

Yang termasuk subglotis adalah : dinding subglotis. Klasifikasi dan stadium tumor berdasarkan UICC1,6,7 : 1. Tumor primer (T)

Supra glottis : T is : tumor insitu

T 0 : tidak jelas adanya tumor primer l

T 1 : tumor terbatas di supra glotis dengan pergerakan normal

(4)

ventrikel atau pita suara palsu satu sisi.

T 1b : tumor telah mengenai epiglotis dan meluas ke rongga ventrikel atau pita suara palsu T 2 : tumor telah meluas ke glotis tanpa fiksasi

T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dan / atau adanya infiltrasi ke dalam. T 4 : tumor dengan penyebaran langsung sampai ke luar laring.

Glotis :

T is : tumor insitu

T 0 : tak jelas adanya tumor primer

T 1 : tumor terbatas pada pita suara (termasuk komisura anterior dan posterior) dengan pergerakan normal T 1a : tumor terbatas pada satu pita suara asli

T 1b : tumor mengenai kedua pita suara

T 2 :tumor terbatas di laring dengan perluasan daerah supra glotis maupun subglotis dengan pergerakan pita suara normal atau terganggu.

T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dari satu atau ke dua pita suara T 4 : tumor dengan perluasan ke luar laring

Sub glotis : T is : tumor insitu

T 0 : tak jelas adanya tumor primer T 1 : tumor terbatas pada subglotis T 1a : tumor terbatas pada satu sisi T 1b : tumor telah mengenai kedua sisi

T 2 : tumor terbatas di laring dengan perluasan pada satu atau kedua pita suara asli dengan pergerakan normal atau terganggu T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi satu atau kedua pita suara

T 4 : tumor dengan kerusakan tulang rawan dan/atau meluas keluar laring. 2. Pembesaran kelenjar getah bening leher (N)

N x : kelenjar tidak dapat dinilai N 0 : secara klinis tidak ada kelenjar.

N 1 : klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter ? 3 cm

N 2 : klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter >3 ? 3 cm - ? 6 cm. N 2b : klinis terdapat kelenjar homolateral multipel dengan diameter ? 6 cm N 3 : kelenjar homolateral yang masif, kelenjar bilateral atau kontra lateral N 3 a : klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter > 6 cm N 3 b : klinis terdapat kelenjar bilateral

N 3 c : klinis hanya terdapat kelenjar kontra lateral 3. Metastase jauh (M)

M 0 : tidak ada metastase jauh M 1 : terdapat metastase jauh 4. Stadium :

Tergantung keadaan tumor (T), pembesaran kelenjar regional ( N ), dan metastasis jauh ( M ). Stadium : I : T1 No Mo

II : T2 No Mo

III : T3 No Mo, T2 N1 Mo, T3 N1 Mo

IV : T4 No Mo, semua T N2 M1, semua T semua N dan M. GEJALA DAN TANDA

Gejala dan tanda yang sering dijumpai adalah1,2.,3,8 :

(5)

menjadi kasar, mengganggu, sumbang dan nadanya lebih rendah dari biasa. Kadang-kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas atau paralisis komplit.

Seseorang dengan suara serak yang menetap selama dua minggu atau lebih, apalagi mempunyai faktor resiko yang sesuai, harus diwaspadai adanya keganasan laring (glottis). Sementara untuk tumor supraglotis dan subglotis, suara serak bukan merupakan keluhan pertama namun biasanya akan timbul jika tumor sudah menyebar ke pita suara2,3. Suara parau juga merupakan gejala umum dari laringitis. Kebanyakan orang dengan suara serak tidak menderita kanker. Namun, suara serak pada radang tenggorokan biasanya hilang dalam waktu seminggu atau lebih. Oleh karena itu, curiga ke tumor laring bila menemukan suara serak lebih dari 4 minggu5.

Hubungan antara serak dengan tumor laring tergantung letak tumor. Apabila tumor tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini dan mnetap. Apabila tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, di bagian bawah plika ventrikularis atau di batas inferior pita suara serak akan timbul kemudian. Pada tumor supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan gjala akhir atau tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak khas dan subjektif seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang mengganjal di tenggorok. Tumor hipofarig jarang menimbulkan serak, kecuali tumornya eksentif. Fiksasi dan nyeri menimbulkan suara bergumun (hot potato voice).

? Dispneu dan stridor. Gejala ini merupakan gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan nafas dan dapat timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan nafas oleh massaa tumor, penumpukkan kotoran atau sekret,maupun oleh fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotik atau transglotik terdapat dua gejala tersebut. Adanya gejala-gejala tersebut menjadi tanda tumor sudah masuk ke stadium yang lebih lanjut Sumbatan dapat terjaadi secara perlahan-lahan dapat dikompensasi oleh pasien. Pada umumnya dispneu dan stridor adalah tanda dan prognosis kurang baik.

? Nyeri tenggorok. Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam.

? Disfagia adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring dan sinus piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumior ganas postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan (odinofagi) menandakan adanya tumor ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.

? Batuk dan hemoptisis. Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan tertekannya hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring. Hemoptisis sering terjadi pada tumor glotik dan supraglotik.

? Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, batuk hemoptisis dan penurunan berat badan menandakan perluasan tumor ke luar jaringan atau metastase lebih jauh.

? Pembesaran kelenjar getah bening leher dipertimbangkan sebagai metastasis tumor ganas yang menunjukkan tumor pada stadium lanjut.

? Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi tumor yang menyerang kaartilago tiroid dan perikondrium.

DIAGNOSIS

Di Indonesia umumnya penderita tumor ganas laring datang berobat sudah dalam stadium lanjut. Data di RSCM 80 persen penderita pertama kali didiagnosis dalam stadium 3 dan stadium 4. Stadium penyakit pada waktu pertama kali didiagnosis akan mempengaruhi metode pengobatan, kecacatan dan harapan hidup penderita2,3.

Penilaian awal

Jika seorang dokter mencurigai seseorang menderita kanker laring, sebaiknya di rujuk ke dokter spesialis THT. Dengan

menggunakan nasoendoscope maka dapat dilihat bagian belakang dari tenggorokan untuk menilai kelainan yang mungkin terjadi5. Untuk mengkonfirmasi diagnosis

Jika ditemukan suatu kelainan pada pemeriksaan dengan nasoendoscope maka biasanya dibutuhkan tindakan biopsi. Biopsi dilakukan pada saat jaringan tersebut akan di angkat. Hasil biopsy etrsebut dilihat dibawah mikroskop untuk menentukan jenis sel5. Menilai luas dan penyebarannya (stadium)

Selain tes di atas, jika diagnose tumor laring sudah ditentukan maka pemeriksaan kelenjar getah bening didekatnya perlu diperiksa untuk menilai penyebaran sel-sel tumor. Beberapa pemeriksaan lain dapat juga dilakukan untuk menilai penyebaran dari tumor tersebut, misalnya CT Scan, MRI atau pemeriksaan lainnya. Hal ini dilakukan untuk menentukan stadium kanker5. Tujuannya adalah 5:

? Berapa banyak tumor di laring tumbuh.

(6)

Sistem grading umum digunakan untuk kanker laring adalah5:

? Grade 1 (low grade) Sel terlihat mirip dengan sel-sel normal dalam laring. disebut sebagai sel 'well differentiated'. Sel-sel kanker ini tumbuh perlahan dan tidak begitu agresif'.

? Grade 2 (intermediate grade)..

? Grade 3 (high grade). Sel terlihat sangat abnormal dan dikatakan ' poorly differentiated'. Sel-sel kanker cenderung tumbuh dan berkembang biak sangat cepat dan lebih 'agresif'.

Dengan mengetahui stadium dan grade dari tumor maka dapat ditentukan jenis pengobatan yang dapat dilakukan, dan prognosis dari penyakit. Namun pada tumor laring tidak dapat menentukan staging tumor sampai dilakukan tindakan pengangkatan tumor5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Pemeriksaan laring dapat dilakukan dengan cara tidak langsung menggunakan kaca laring atau langsung dengan mengguinakkn laringoskop. Pemeriksssaan penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan laboratorium darah, juga pemeriksaan radiologik. Foto thorak diperlukan untuk menilai keadaan paru, ada tidaknya proses spesifik dan metastasis di paru. CT Scan laring dapat memperlihatkan keadaan tumor pada tulang rawan tiroid adan daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.8

Diagnosis paasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologik anatomik dari bahan biopsi laring, dan biopsi jarum halus pada pembesaran kelenjar getah bening di leher. Hasil atologi anatomik yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa8. DIAGNOSA BANDING

Tumor ganas faring dapat dibanding dengan 1: 1. TBC laring

2. Sifilis laring 3. Tumor jinak laring. 4. Penyakit kronis laring PENATALAKSANAAN

Terdapat tiga jenis penatalaksanaan keganasan laring yaitu operasi, radiasi dan kemoterapi atau kombinasi dua atau tiga modalitas tersebut. Pengobatan yang dipilih bergantung pada stadium perluasan invasi tumor menurut klasifikasi TNM sedangkan tindakan operasi yang dilakukan dapat berupa pengangkatan seluruh organ laring (laringektomi total) atau pengangkatan sebagian dari organ laring (laringektomi parsial)2,3.

1. Pembedahan a. Laringektomi

Pada laringektomi parsial dapat berupa hemilaringektomi atau supraglotik laringektomi, tergantung dari lokasi dan penyebaran tumor. Laringektomi total sebagai terapi pada pasien keganasan laring akan menyebabkan kecacatan. Dengan pengangkatan seluruh organ laring beserta pita suara yang ada di dalamnya, maka pasien akan menjadi tidak dapat bersuara atau afoni dan selanjutnya bernapas melalui lubang di leher berupa stoma permanen2,3

1. Laringektomi parsial

Laringektomi parsial diindikasikan untuk karsinoma laring stadium I yang tidak memungkinkan dilakukan radiasi, dan tumor stadium II1

2. Laringektomi total

Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur laring mulai dari batas atas (epiglotis dan os hioid) sampai batas bawah cincin trakea.1

b. Diseksi Leher Radikal

Tidak dilakukan pada tumor glotis stadium dini (T1 ? T2) karena kemungkinan metastase ke kelenjar limfe leher sangat rendah. Sedangkan tumor supraglotis, subglotis dan tumor glotis stadium lanjut sering kali mengadakan metastase ke kelenjar limfe leher sehingga perlu dilakukan tindakan diseksi leher. Pembedahan ini tidak disarankan bila telah terdapat metastase jauh.1.

II. Radioterapi

Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glotis dan supraglotis T1 dan T2 dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya 90%). Keuntungan dengan cara ini adalah laring tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan. Dosis yang dianjurkan adalah 200 rad perhari sampai dosis total 6000 ? 7000 rad.1

(7)

III. Kemoterapi

Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvant ataupun paliativ. Obat yang diberikan adalah cisplatinum 80?120 mg/m2 dan 5 FU 800?1000 mg/m2.1

Kemoterapi adalah pengobatan yang menggunakan obat anti-kanker untuk membunuh sel kanker, atau untuk menghentikan pertumbuhan sel. Kemoterapi digunakan bersama dengan radioterapi kadang-kadang digunakan sebagai alternatif untuk operasi. Ini bertujuan untuk melindungi laring dan bicara normal. Kemoterapi juga disarankan bila tumor sudah menyebar ke tempat lain.5 Rejimen Digunakan dalam Perawatan Penyakit ini9: Cisplatin

? IFL (Irinotecan + 5-Fluorouracil + Leucovorin) ? Methotrexate (dosis tinggi)

? Mitomycin

? ITIP (paclitaxel + cisplatin + ifosfamid) REHABILITASI

Rehabilitasi setelah operasi sangat penting karena telah diketahui bahwa tumor ganas laring yang diterapi dengan seksama memiliki prognosis yang baik. rehabilitasi mencakup : ?Vocal Rehabilitation, Vocational Rehabilitation dan Social Rehabilitation?1.

Secara umum rehabilitasi pascaoperasi bertujuan agar pasien dapat bersosialisasi dan berkomunikasi kembali dan bisa hidup mandiri. Unsur terpenting dalam rehabilitasi adalah rehabilitasi suara, di samping rehabillitasi secara psikolgis. Rehabilitasi suara dapat dilakukan melalui teknik ?esophageal speech' yaitu dengan cara menelan udara dan mengumpulkannya di dalam

esophagus/lambung kemudian dikeluarkan secara terkontrol untuk menghasilkan suara2,3. Untuk pasien yang tidak dapat

mempelajari teknik ?esophageal speech' dapat memakai alat bantu berupa vibrator listrik untuk menghasilkan suara. Selain itu, salah satu usaha untuk mengatasi afoni adalah dengan memasang ?voice prostese' pada daerah tracheaesophageal. Pemasangan ini dapat dilakukan pada waktu operasi (primer) atau beberapa saat setelah operasi (sekunder). Cara ini dapat menghasilkan suara paling baik, hanya kendalanya adalah harganya yang masih relatif mahal dan memerlukan perawatan khusus2,3.

PROGNOSA

Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan kecakapan tenaga ahli. Secara umum dikatakan five years survival pada karsinoma laring stadium I 90 ? 98% stadium II 75 ? 85%, stadium III 60 ? 70% dan stadium IV 40 ? 50%. Adanya metastase ke kelenjar limfe regional akan menurunkan 5 year survival rate sebesar 50%1

Diagnose dan penatalaksaan secara dini mempunyai prognosa yang baik. Sedangkan kesembuhannya kecil pada tumor yang sudah mengalami metastese.5,9

Prognosis untuk kanker laring kecil yang tidak memiliki metastasis kelenjar getah bening yang baik, dengan tingkat penyembuhan 75-95%, tergantung pada ukuran tumor, dan sejauh mana infiltrasi. penyakit Advanced memiliki prognosis yang lebih buruk. Supraglottic kanker biasanya manifes terlambat dan memiliki prognosis yang lebih buruk. Pasien dengan tingkat hemoglobin yang lebih besar dari 13 g / dL sebelum radiasi memiliki tingkat kontrol lokal dan kelangsungan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang mengalami anemia.4,10

BAB III

PRESENTASI KASUS I. Identitas Penderita Nama : Tn. AKI Umur : 56 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Suku : Aceh

Agama : Islam Pekerjaan : Swasta

Alamat : Mon Jambe gandapura Bireuen Tanggal Masuk : 29 Mey 2010

Nomor CM : 0-76-56-86 II. Anamnesa

Keluhan utama : Sesak nafas

Keluhan tambahan : Suara serak, nyeri di leher, batuk

(8)

dipengaruhi oleh kondisi tertentu. Sebelum mengalami sesak nafas pasien mengeluhkan suaranya serak dan makin lama suaranya bertambah serak hal ini sudah di alami lebih dari 1 tahun. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada leher, nyeri tersebut dirasakan hilang timbul, dan apabila pasien banyak berbicara maka nyerinya akan bertambah berat. Sakit menelan kadang dirasakan. Kadang pasien mengalami batuk kering dan pada saat batuk pasien merasakan nyeri di leher, pada saat batuk kadang disertai keluarnya bercak darah yang berwarna merah. Pasien sudah sering berobat ke dokter tetapi keluhan tersebut tidak berkurang. Pasien merupakan perokok berat sejak kurang lebih 20 tahun.

Riwayat penyakit dahulu :

Riwayat alergi makanan tertentu, debu, dingin, dan lainnya disangkal. Riwayat infeksi tenggorokan berulang disangkal. Riwayat menderita penyakit jantung disangkal.

Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada keluarga pasien yang menderita keluhan seperti ini. Riwayat Pemakaian Obat :

Pasien tidak ingat nama obat III. Pemeriksaan Fisik 1. Status Present Keadaan umum : Lemah Kesadaran : Compos mentis Tekanan darah : 110/70 mm Hg Nadi : 97 kali/menit

Pernafasan : 32 kali/menit Suhu : 36,7 oC

2. Status Generalis

Kepala : Mata : - Konj. Palpebra Superior : edema (-/-), hiperemis (-/-) Konj. Palpebra Inferior : edema (-/-), hiperemis (-/-)

Sklera : ikterik (-/-)

Hidung : Dalam batas normal Telinga : Dalam batas normal

Mulut : lidah beslag (-), papil lidah atropi (-) Leher : Tidak tampak adanya kelainan Sistem Pernafasan :

Inspeksi : simetris, retraksi (+) Palpasi : fremitus (N/N) Perkusi : Sonor /sonor

Auskultasi : Ves (N/N), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-) Sistem Kardiovaskuler

Inspeksi : Cardiac Bulging (-)

Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICR V, Linea Midclavicula sinistra Perkusi : Batas-batas jantung

Atas : ICR III Sinistra

Kanan : Linea Parasternal dextra

Kiri : 2 cm media Linea midclavicula sinistra Auskultasi : Bj I > Bj II, reguler, bising (-) Sistem gastrointestinal :

Inspeksi : Simetris, ascites (-), distensi (-)

Palpasi : Nyeri tekan (-), Lien dan hepar tidak teraba Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-), pekak hati (-) Auskultasi : Peristaltik normal

Sistem Urogenital : Dalam batas normal, Miksi dan defekasi dalam batas normal 3. Status THT :

(9)

Sekret : Tidak ada Massa : Tidak dijumpai Konka Inferior : Normal Septum Nasi : Normal Pasase Udara : Positif

Telinga : Periaurikuler : Tidak ada kelainan ADS : CAE : Dalam batas normal

Serumen : Tidak ada Sekret : Tidak ada MT : Normal

Refleks cahaya:Positif Retroaurikular: Normal

Mulut : lidah beslag (-), papil lidah atropi (-) Orofaring : Tonsil : T1/T1

Kripta : Normal Detritus : Tidak ada Perlengketan : Tidak ada Sikatrik : Tidak ada

Faring : Mukosa : merah muda, licin Granul : negatif

Bulging : negatif Reflek muntah : positif Laring :

Laringoskopi inderect : ( 29 May 2010) ? Epiglotis : Normal

? Laring : Menyempit, ada penekanan massa Maksilofasial : Simetris : positif

Parese n.kranialis : tidak ada Massa : tidak ada

Hematome : tidak ada

Leher : Tidak tampak adanya kelainan KGB colli : Upper Jugular : negatif Mid Jugular : negatif

Lower Jugular : negatif Sub mandibula : negatif Sub mental : negatif Supra klavikula : negatif IV. Pemeriksaan Penunjang

? Laringoskopi derect ( 29 May 2010 ) : o Didapatkan adanya massa pada plika vokalis V. Usulan Pemeriksaan

1. Laboratorium 2. Biopsi

3. Foto Thorak PA

4. Foto Soft tissue cervikal AP/Lat 5. CT Scan

(10)

Susp. Tumor Ganas Laring VIII. Penatalaksanaan ? Diet M2

? Oksigen 2-4 liter/menit

? IVFD RL s/s Dekstran 5 % 20 gtt/menit ? Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam

? Inj. Kalmetason 1 amp/12 jam ? Persiapan tindakan Trakheostomi Follow up Tanggal 02 Juni 2010 H-4 S/ tidak bisa bersuara, batuk keluar darah Vs/ KU : Sedang

Kes : CM

TD : 120/70 mmHg HR : 88 x/i

RR : 24 x/i T : 36,70C

Pf : Terpasang kanul trakheostomi Faring hiperemis

Th/ ? Diet M2

? IVFD RL s/s Dekstran 5 % 20 gtt/menit ? Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam

? Inj. Kalmetason 1 amp/12 jam ? Inj.Transamin 500 mg/8 jam ? Ambroxol Syr 3 x Ch I

? Dilakukan tindakan biopsi laring Hasil Laboratorium ( 02 Juni 2010) ? Haemoglobin : 14,9 gr/dl

? Leukosit : 9,0.103/ul ? Trombosit : 224.103/ul ? Hematokrit : 42 % ? Hitung Jenis :

o Eos/bas/N.bat/N.Seg/Lim/Mo : 3/0/0/78/11/8 ? Kreatinin darah : 0,7 mg/dl

? Ureum darah : 28 mg/dl ? KGDS : 114 mg/dl ? CT/BT : 8' / 2'

Foto Thoraks ( 02 Juni 2010) ? Dalam batas normal

Foto soft tissue cervikal AP/Lat ( 02 Juni 2010)

? Tampak lesi sklerotik pada soft tissue sekitar trakea setinggi os hyoid di bawah os crycoid, tampaknya sulit dipisahkan dari dinding trakea e.c ? SOL

Saran : CT Scan Laring / Faring

Diagnosis : Susp.Tumor Ganas Laring post trakheostomi Follow up Tanggal 07 Juni 2010 H-9

S/ Nafas terasa sesak Vs/ KU : Sedang Kes : CM

(11)

RR : 28 x/i T : 36,60C

Pf : Terpasang kanul trakheostomi Faring hiperemis

Th/ ? Diet M2

? IVFD RL s/s Dekstran 5 % 20 gtt/menit ? Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam

? Inj.Transamin 500 mg/8 jam ? Ambroxol Syr 3 x Ch I

Hasil CT Scan laring non kontras ( 07 Juni 2010)

? Massa di infraglotis laring anterior sampai lateral kanan ? Destruksi kartilago hyoid dan arythenoid

? Epiglottis normal ? Os hyoid normal

? Tidak tampak pembesaran kelenjar servikal

Kesan : Massa di infraglotis laring sisi anterior sampai lateral kanan disertai destruksi kartilago thyroid dan arythenoid. Hasil CT Scan laring Kontras (07 Juni 2010)

? Massa di infraglotis anterior sampai lateral kanan laring ? Destruksi kartilago thyroid dan arythenoid

Biopsi laring (07 Juni 2010 )

? Mikroskopis : Sediaan dengan selapis epitel tatah berlapis, inti membesar pleomorfik, kromatin kasar, beberapa nukleoli prominen, sitoplasma eosinofilik, N/C ratio meningkat, mitosis dapat dijumpai, Stoma terdiri dari jaringan ikat dengan reaksi desmoplasti Kesimpulan : Squamous Cell Carcinoma

Diagnosis : Tumor ganas laring ( Squamous Cell Carsinoma ) post trakheostomi Planining : Persiapan Laringektomi total

Follow up Tanggal 15 Juni 2010 H-17 S/ Nafas terasa sesak, sulit menelan Vs/ KU : Sedang

Kes : CM

TD : 140/80 mmHg HR : 88 x/i

RR : 24 x/i T : 37,10C

Pf : Terpasang kanul trakheostomi Th/

? Diet M2

? IVFD RL s/s Dekstran 5 % 20 gtt/menit ? Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam

? Inj.Transamin 500 mg/8 jam ? Ambroxol Syr 3 x Ch I

Diagnosis : Tumor ganas laring ( Squamous Cell Carsinoma ) post trakheostomi Planining : Dilakukan Laringektomi total hari ini

Follow up Tanggal 16 Juni 2010 H-18 , POD 1 S/ nyeri di leher

Vs/ KU : lemah Kes : CM

TD : 100/60 mmHg HR : 92 x/i

(12)

T : 37,50C Pf : a.r. servikalis

I : Terpasang verban, vakum drain 50 cc Tampak stoma 2 cm superior manubrium sterni P : Nyeri tekan (+)

Th/

? Diet Sonde via NGT ? IVFD RL 20 gtt/menit ? Inj. Ceftazidim 1 gr/12 jam ? Drip Metronidazol 500 mg/ 8 jam ? Inj. Gentamisin 1 gr/ 8 jam ? Inj.Transamin 500 mg/8 jam ? Inj.Ketorolax 3 % 1 amp/8 jam ? Medacasol cream 4 x 1

Diagnosis : Post Laringektomi total e.c Tumor ganas laring ( Squamous Cell Carsinoma ) T3 N0 M0 Rencana : Tunggu Hasil Biopsi

Follow Tanggal 21 Juni 2010, H-23, POD-6 S/

-Vs/ KU : Sedang Kes : CM

TD : 120/60 mmHg HR : 76 x/i

RR : 22 x/i T : 36,80C Pf : a.r. servikalis

I : Luka jahitan tampak kering, hiperemis (-), Stoma (+) , vakum drain 10 cc P : Nyeri tekan (+)

Th/

? Diet Sonde via NGT ? IVFD RL 20 gtt/menit ? Inj. Ceftazidim 1 gr/12 jam ? Inj. Gentamisin 1 gr/ 8 jam ? Inj.Transamin 500 mg/8 jam ? Inj.Tramadol 1 amp/8 jam ? Inj.Alinamin F 1 amp /12 jam ? Medacasol cream 4 x 1

Hasil Biopsi Laring ( 21 Juli 2010 )

? Mikroskopis : Jaringan di lapisan epitel silindris berlapis palsu dengan metaplasia squamosa. Di bawahnya tampak kelenjar mukus dan serous serta tulang rawan. Potongan lain terdiri dari sel-sel squamous dengan inti pleomorfik, hiperkromatik, N/C ratio

bertambah dan sitoplasma menghasilkan kreatin.

? Kesimpulan : Invasive Kreatinizing Squamous Cell Carcinoma

Diagnosis : Post Laringektomi total e.c Tumor ganas laring ( Squamous Cell Carsinoma ) T3 N0 M0 Rencana : Persiapan Radioterapi

IX. Prognosis

Qua ad vitam : dubia ad bonam Qua ad sanam : dubia ad malam Qua ad fungsional : dubia ad malam BAB IV

KESIMPULAN

(13)

penyakit ini antara lain kecepatan dan ketepatan diagnosa, penentuan stadium tumor, fasilitas dan sarana yang ada, kondisi pasien serta pilihan pengobatan yang diberikan.

Pada pasien ini, keluhan yang pertama kali muncul adalah suara serak sejak satu tahun lalu, tumor primer diduga berasal dari daerah glotis. Karena secara klinis tidak dijumpai pembesaran kelenjar, maka pasien ini diduga berada pada stadium III (T3, N0, M0). Secara umum penatalaksanaan tumor ganas laring adalah pembedahan, radiasi, sitostatika maupun kombinasi daripadanya. Pilihan terbaik untuk pasien ini adalah radiasi, karena hasil biopsi dari tumor menunjukkan karsinoma sel skuamous keratinizing yang bersifat radio sensitif. Keuntungan lain dari radiasi adalah laring tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan. Rehabilitasi setelah operasi dengan terapi yang seksama memiliki prognosis yang baik. Kerjasama yang baik dari ahli onkologi, ahli patologi, ahli radiasi onkologi sangatlah diperlukan untuk memberikan kesembuhan yang optimal.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Haryuna, T. Siti Hajar, Tumor Ganas Laring, Dikutip dari : Bagian Patologi Anatomi,Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara, http://library.usu.ac.id/download/fk/tht-siti%20hajar.pdf .Last Up date :2004

2. Hermani, Bambang, Mengenal Tumor Ganas Laring, di kutip dari : Welcome & Joining Otolaryngology in Indonesian Language, http://www.google.com/mengenal.tumor.ganas.laring>Welcome&Joining.otolaryngology.in.Indonesian.language.htm, Last Up date : Januari :2009

3. Hermani, Bambang, Suara serak dari Rongga laring. dikutip dari : Farmacia, wahana komunikasi antar spesialis. http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=593. Last Up date : Desember 2007

4. Lo, Simon.dkk, Laryngeal Carsinoma, dikutip dari : emedicine, http://emedicine.ac.laryngeal.carcinoma./383230-overview.htm. Last Up date : Maret 2010

5. Anonimous, cancer of the Larynx (Throat).dikutip dari :Patient UK,

http://www.patient.co.uk/health/Cancer-of-the-Larynx-%28Throat%29.htm. Last Up date : Juni 2009 6. Ryan P. Smith, and Christine Hill-Kayser, Laryngeal Cancer: The Basic. Dikutip dari Oncolink.

http://www.oncolink.org/types/article.cfm?c=7&s=24&ss=185&id=9450&CFID=2370122&CFTOKEN=26656782 Last Up date :Februari 2008.

7. Chung Andirius, Referat karsinoma kepala dan leher, dikutip dari :

http://www.scribd.com/doc/15170620/Referat-Neoplasma-Kepala-dan-Leher. last up date :2009

8. Anonimous, Cancer of the larynx (Laryngeal cancer, Squamous Cell Carcinoma of the Larynx) dikutip dari : vistual Medical centre http://www.virtualmedicalcentre.com/diseases.asp?did=610, ast up date : Juni 2010

9. Bechara Y. Ghorayeb, Pictures of Cancer of the Larynx, dikutip dari : Otolaryngology Houston, http://www.ghorayeb.com/LarynxCancer.html. Last up date : Januari 2010

Referensi

Dokumen terkait

Faktor yang mempengaruhi subjek penelitian untuk terlibat dalam exploratory risk-taking behavior adalah peer pressure family involvement, sehingga keterlibatan subjek pada

Resusitasi jantung paru merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung

Manfaat praktis dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada seluruh masyarakat yang aktif pada media sosial agar dapat mengetahui bahwasanya dapat

Berdasarkan analisis SEM diketahui bahwa pola asuh belajar dipengaruhi secara langsung positif signifikan oleh karakteristik sosial keluarga pada tingkat SD; dan secara

Laporan skripsi dengan judul “Sistem Informasi Pengelolaan Usaha Jasa Desain Banner Dan Cetak Undangan Menggunakan Framework Code Igniter Pada Percetakan Muria Grafis

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik apakah harga saham dan ukuran perusahaan dapat mempengaruhi perusahaan dalam melakukan stock split, serta menguji apakah

Putra Tongga Samudra yang berada di Pemali , Kabupaten Bangka akibat tanah longsor, karena yang mati adalah pekerja di perusahaan maka mengenai kecelakaan tambang

Kehadiran lereng di Tambang Muara Tiga Besar Utara akan berbahaya terhadap pekerja dan kendaraan mekanis, karena tanah/batuan kemungkinan akan mengalami longsor