• Tidak ada hasil yang ditemukan

Referat IPD Infulenza

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Referat IPD Infulenza"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

REFERAT

"INFLUENZA"

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Mengikuti Ujian Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Penyakit Dalam

Di Badan Rumah Sakit Daerah Wonosobo

Diajukan Kepada Yang Terhormat dr. Suprapto, Sp.PD

Disusun Oleh :

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM BADAN RUMAH SAKIT DAERAH WONOSOBO

2008

(2)

REFERAT

INFLUENZA

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Mengikuti Ujian Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Penyakit Dalam

Di Badan Rumah Sakit Daerah Wonosobo

Disusun Oleh :

Dipresentasikan pada tanggal:

Mengetahui, Dosen Pembimbing

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehairat Allah WT, karena atas

rahmat dan hidayah-Nya semata akhirnya penulis dapat menyelesaikan referat ini

tepat pada waktunya.

Tujuan dari penulisan referat ini selain sebagai syarat untuk mengikuti

ujian kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Anak di Badan Rumah Sakit

Daerah Wonosobo juga untuk menambah pengetahuan tentang “INFLUENZA”.

Adapun dalam penyusunan referat ini kami banyak mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis

3. dr. Arlyn Yuanita, Sp.PD atas bimbingannya.

4. Rekan-rekan koas seangkatan dari FKUMY atas dukungan dan

kerjasamanya.

5. Segenap karyawan dan karyawati BRSD Wonosobo.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat

(4)

menyempurnakannya. Harapan penulis semoga referat ini dapat menambah

pegetahuan penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Wonosobo, Juni 2008

(5)

DAFTAR ISI

4. Sifat virus Influenza………...7

(6)

BAB I PENDAHULUAN

I.A Latar Belakang

Influenza atau biasa disebut "flu", merupakan penyakit tertua dan paling

sering didapat pada manusia. Influenza juga merupakan salah satu penyakit yang

mematikan. Penyakit influenza pertama kali diperkenalkan oleh Hipocrates pada

412 sebelum Masehi. Pandemi pertama yang terdokumentasi dengan baik muncul

pada 1580, dimana muncul dari Asia dan meyebar ke Eropa melalui Africa.

Sampai saat ini telah terdokumentasi sebanyak 31 kemungkinan terjadinya

pandemi influenza dan empat di antaranya terjadi pada abad ini yakni pada 1918

(Spanish flu) yang menyebabkan 50-100 juta kematian oleh virus influenza A

subtipe H1N1, 1957 (Asia flu) yang meyebabkan 1-1,5 juta kematian oleh virus

influeza A subtipe H2N2, dan 1968 (Hongkong flu) yang menyebabkan 1 juta

kematian oleh virus ifluenza A subtipe H3N2. (1)

Penyakit tersebut hingga saat ini masih mempengaruhi sebagian besar

populasi manusia setiap tahun. Virus influenza mudah bermutasi dengan cepat,

bahkan seringkali memproduksi strain baru di mana manusia tidak mempunyai

imunitas terhadapnya. Ketika keadaan ini terjadi, mortalitas influenza berkembang

sangat cepat.

Di Amerika Serikat epidemi influenza yang biasanya muncul setiap tahun

pada musim dingin atau salju menyebabkan rata-rata hampir 20.000 kematian.

(7)

wabah influenza dapat terjadi sepanjang tahun dan puncaknya akan terjadi pada

bulan Juli. (2)

Karena sifat-sifat materi genetiknya, virus influenza dapat mengalami

evolusi dan adaptasi yang cepat, dapat melewati barier spesies dan menyebabkan

pandemic pada manusia. Burung air liar dan itik menjadi sumber virus yang

potensial sebagai pemicu pandemi di Indonesia. Sedangkan ternak babi

berperan sebagai tempat reassortment virus avian influenza (VAI) dengan virus

human influenza. Burung puyuh dapat juga menjadi tempat reassortment dari

VAI asal berbagai burung yang dijual di pasar burung. Sementara peternakan

unggas menyediakan hewan peka dalam jumlah yang banyak yang

memungkinkan VAI mengalami evolusi yang cepat. Suatu Rencana Gawat

Influenza diusulkan untuk segera dikembangkan. (3)

WHO menyatakan bahwa awal tahun 2006 ini merupakan saat terdekat

terjadinya pandemi flu sejak pandemi terakhir tahun 1968. Data yang ada

menunjukkan bahwa wabah avian influenza hanya kurang satu syarat lagi untuk

menjadi ”calon” pandemi, yaitu belum ditemukan bukti penularan antarmanusia di

masyarakat. Pengalaman masa lalu, pandemi tahun 1918, misalnya, menunjukkan

bahwa korban manusia dapat sampai puluhan juta orang. (4)

Diseluruh dunia hingga April 2007 terdapat 172 kasus flu burung yang

terkonfirmasi. Seperti dapat terlihat dari laporan WHO kasus terbanyak di

Vietnam (93 kasus) dan Indonesia menduduki peringkat ke-2 dengan 81 kasus

(8)

I.B Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, dan gejala

klinis influenza sehigga dapat menegakkan diagnosis guna melakukan

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.A Definisi

Influenza yang dikenal sebagai flu adalah penyakit pernapasan yang sangat

menular dan disebabkan oleh virus influenza tipe A, B dan bisa juga C. (5)

Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan

terutama ditandai oleh demam, menggigil, sakit otot, sakit kepala dan sering

disertai pilek, sakit tenggorok dan batuk non produktif. (6)

Influenza adalah penyakit infeksi yang dapat menyerang burung dan

mamalia yang disebabkan oleh virus RNA famili orthomyxoviridae. (1)

II.B Epidemiologi

Influenza merupakan penyakit yang dapat menjalar dengan cepat di

lingkungan masyarakat. Walaupun ringan penyakit ini tetap berbahaya untuk

mereka yang berusia sangat muda dan orang dewasa dengan fungsi

kardiopulmoner yang terbatas. Juga pasien yang berusia lanjut dengan penyakit

ginjal kronik atau ganggugan metabolik endokrin dapat meninggal akibat penyakit

yang dikenal tidak berbahaya ini. Serangan penyakit ini tercatat paling tinggi pada

musim dingin di negara beriklim dingin dan pada waktu musim hujan di negara

tropik.

Pada saat ini sudah diketahui bahwa pada umumnya dunia dilanda

(10)

mencapai puluhan ribu orang dan jauh lebih tinggi dari pada angka-angka pada

keadaan non-epidemik. (6)

Risiko komplikasi, kesakitan, dan kematian influenza lebih tinggi pada

individu di atas 65 tahun, anak-anak usia muda, dan individu dengan

penyakit-penyakit tertentu. Pada anak-anak usia 0-4 tahun, yang berisiko tinggi komplikasi

angka morbiditasnya adalah 500/100.000 dan yang tidak berisiko tinggi adalah

100/100.000 populasi. Pada epidemi influenza 1969-1970 hingga 1994-1995,

diperkirakan jumlah penderita influenza yang masuk rumah sakit 16.000 sampai

220.000/epidemik.

Kematian influenza dapat terjadi karena pneumonia dan juga eksaserbasi

kardiopulmoner serta penyakit kronis lainnya. Penelitian di Amerika dari 19

musim influenza diperkirakan kematian yang berkaitan influenza kurang lebih 30

hingga lebih dari 150 kematian / 100.000 penderita dengan usia > 65 tahun. Lebih

dari 90% kematian yang disebabkan oleh pneumonia dan influenza terjadi pada

penderita usia lanjut. (2)

Di Indonesia telah ditemukan kasus flu burung pada manusia, dengan

demikian Indonesia merupakan negara ke lima di Asia setelah Hongkong,

Thailand, Vietnam dan Kamboja yang terkena flu burung pada manusia.

Hingga 5 Agustus 2005, WHO melaporkan 112 kasus A (H5N1) pada

manusia yang terbukti secara pemeriksaan mikrobiologi berupa biakan atau PCR.

Kasus terbanyak dari Vietnam, disusul Thailand, Kamboja dan terakhir Indonesia.

Hingga Agustus 2005, sudah jutaan ternak mati akibat avian influenza.

(11)

wabah. Ternyata kasus avian influenza pada manusia yang terkonfirmasi hanya

sedikit diatas seratus. Dengan demikian walau terbukti adanya penularan dari

unggas ke manusia, proses ini tidak terjadi dengan mudah. Terlebih lagi penularan

antar manusia, kemungkinan terjadinya lebih kecil lagi.

II.C Etiologi

Pada saat ini dikenal 3 tipe virus influenza yakni A, B dan C. Ketiga tipe

ini dapat dibedakan dengan complement fixasion test. Tipe A merupakan virus

penyebab influenza yang bersifat epidemik. Tipe B biasanya hanya menyebabkan

penyakit yang lebih ringan dari tipe A dan kadang-kadang saja sampai

mengakibatkan epidemi. Tipe C adalah tipe yang diragukan patogenitasnya untuk

manusia, mungkin hanya menyebabkan gangguan ringan saja. Virus penyebab

influenza merupakan suatu orthomixovirus golongan RNA dan berdasarkan

namanya sudah jelas bahwa virus ini mempunyai afinitas untuk myxo atau musin.

(6)

Virus influenza A dibedakan menjadi banyak subtipe berdasarkan tanda

berupa tonjolan protein pada permukaan sel virus. Ada 2 protein petanda virus

influenza A yaitu protein hemaglutinin dilambangkan dengan H dan protein

neuraminidase dilambangkan dengan N. Ada 15 macam protein H, H1 hingga

H15, sedangkan N terdiri dari sembilan macam, N1 hingga N9. Kombinasi dari

kedua protein ini bisa menghasilkan banyak sekali varian subtipe dari virus

(12)

Semua subtipe dari virus influenza A ini dapat menginfeksi unggas yang

merupakan pejamu alaminya, sehingga virus influenza tipe A disebut juga sebagai

avian influenza atau flu burung. Sebagian virus influenza A juga menyerang manusia, anjing, kuda dan babi. Variasi virus ini sering dinamai dengan hewan

yang terserang, seperti flu burung, flu manusia, flu babi, flu kuda dan flu anjing.

Subtipe yang lazim dijumpai pada manusia adalah dari kelompok H1, H2, H3

serta N1, N2 dan disebut human influenza .

Sekarang ini dihebohkan dengan penyakit flu burung atau avian influenza

dimana penyebabnya adalah virun influenza tipe A subtipe H5N1. Virus avian

influenza ini digolongkan dalam Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI). (7)

II.D Sifat Virus Influenza

Virus influenza mempunyai sifat dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari

pada suhu 220C dan lebih dari 30 hari pada suhu 00C. Mati pada pemanasan 600C

selama 30 menit atau 560C selama 3 jam dan pemanasan 800C selama 1 jam. Virus

akan mati dengan deterjen, disinfektan misalnya formalin, cairan yang

mengandung iodin dan alkohol 70%.(7)

Struktur antigenik virus influenza meliputi antara lain 3 bagian utama

berupa: antigen S (atau soluble antigen), hemaglutinin dan neuramidase. Antigen

S merupakan suatu inti partikel virus yang terdiri atas ribonukleoprotein. Antigen

ini spesifik untuk masing-masing tipe. Hemaglutinin menonjol keluar dari

selubung virus dan memegang peran pada imunitas terhadap virus. Neuramidase

(13)

pada imunitas. Selubung inti virus berlapis matriks protein sebelah dalam dan

membran lemak disebelah luarnya. (6)

Salah satu ciri penting dari virus influenza adalah kemampuannya untuk

mengubah antigen permukaannya (H dan N) baik secara cepat atau mendadak

maupun lambat. Peristiwa terjadinya perubahan besar dari struktur antigen

permukaan yang terjadi secara singkat disebut antigenic shift. Bila perubahan

antigen permukaan yang terjadi hanya sedikit, disebut antigenic drift. Antigenic

shift hanya terjadi pada virus influenza A dan antigenic drift hanya terjadi pada virus influenza B, sedangkan virus influenza C relatif stabil. Teori yang mendasari

terjadinya antigenic shift adalah adanya penyusunan kembali dari gen-gen pada H

dan N diantara human dan avian influenza virus melalui perantara host ketiga.

Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa adanya proses antigenic shift akan

memungkinkan terbentuknya virus yang lebih ganas, sehingga keadaan ini

menyebabkan terjadinya infeksi sistemik yang berat karena sistem imun host baik

seluler maupun humoral belum sempat terbentuk.

Sejak dulu diduga kondisi yang memudahkan terjadinya antigenic shift

adalah adanya penduduk yang bermukim didekat daerah peternakan unggas dan

babi. Karena babi bersifat rentan terhadap infeksi baik oleh avian maupun human

virus makan hewan tersebut dapat berperan sebagai lahan pencampur (mixing

vesel) untuk penyusunan kembali gen-gen yang berasal dari kedua virus tersebut,

(14)

II.E Patogenesis

Transmisi virus influenza lewat partikel udara dan lokalisasinya pada

traktus respiratorius. Penularan bergantung pada ukuran partikel (droplet) yang

membawa virus tersebut masuk ke dalam saluran napas. Pada dosis infeksius, 10

virus/droplet, maka 50% orang-orang yang terserang dosis ini akan menderita

influenza. Virus akan melekat pada epitel sel di hidung dan bronkus.

Setelah virus berhasil menerobos masuk kedalam sel, dalam beberapa jam

sudah mengalami replikasi. Partikel-partikel virus baru ini kemudian akan

menggabungkan diri dekat permukaan sel, dan langsung dapat meninggalkan sel

untuk pindah ke sel lain. Virus influenza dapat mengakibatkan demam tetapi tidak

sehebat efek pirogen lipopoli-sakarida kuman Gram-negatif. (6)

Masa inkubasi dari penyakit ini yakni satu hingga empat hari (rata-rata dua

hari). Pada orang dewasa, sudah mulai terinfeksi sejak satu hari sebelum

timbulnya gejala influenza hingga lima hari setelah mulainya penyakit ini.

Anak-anak dapat menyebarkan virus ini sampai lebih dari sepuluh hari dan Anak-anak-Anak-anak

yang lebih kecil dapat menyebarkan virus influenza kira-kira enam hari sebelum

tampak gejala pertama penyakit ini. Para penderita imunocompromise dapat

menebarkan virus ini hingga berminggu-minggu dan bahkan berbulan-bulan. (8)

Pada avian influenza (AI) juga terjadi penularan melalui droplet, dimana

virus dapat tertanam pada membran mukosa yang melapisi saluran napas atau

langsung memasuki alveoli (tergantung dari ukuran droplet). Virus selanjutnya

akan melekat pada epitel permukaan saluran napas untuk kemudian bereplikasi di

(15)

singkat virus dapat menyebar ke sel-sel di dekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam

sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi yaitu pada sel-sel kolumnar yang bersilia.

Sel-sel yang terinfeksi akan membengkak dan intinya mengkerut dan kemudian

mengalami piknosis. Bersamaan dengan terjadinya disintegrasi dan hilangnya silia

selanjutnya akan terbentuk badan inklusi. Adanya perbedaan pada reseptor yang

terdapat pada membran mukosa diduga sebagai penyebab mengapa virus AI tidak

dapat mengadakan replikasi secara efisien pada manusia. (7)

II.F Gambaran Klinis

Pada umumnya pasien yang terkena influenza mengeluh demam, sakit

kepala, sakit otot, batuk, pilek dan kadang-kadang sakit pada waktu menelan dan

suara serak. Gejala-gejala ini dapat didahului oleh perasaan malas dan rasa dingin.

Pada pemeriksaan fisik tidak dapat ditemukan tanda-tanda karakteristik kecuali

hiperemia ringan sampai berat pada selaput lendir tenggorok.

Gejala-gejala akut ini dapat berlangsung untuk beberapa hari dan hilang

dengan spontan. Setelah periode sakit ini, dapat dialami rasa capek dan cepat lelah

untuk beberapa waktu. Badan dapat mengatasi infeksi virus influenza melalui

mekanisme produksi zat anti dan pelepasan interferon. Setelah sembuh akan

terdapat resistensi terhadap infeksi oleh virus yang homolog.

Pada pasien usia lanjut harus dipastikan apakah influenza juga menyerang

paru-paru. Pada keadaan tersebut, pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan bunyi

(16)

kemudian pasien acapkali mengeluh lagi mengenai demam dan sakit dada.

Permeriksaan radiologis dapat menunjukkan infiltrat di paru-paru. (6)

Avian Influenza

Masa inkubasi AI sangat pendek yaitu 3 hari, dengan rentang 2-4 hari.

Manifestasi klinis AI pada manusia terutama terjadi di sistem respiratorik mulai

dari yang ringan sampai berat. Manifestasi klinis AI secara umum sama dengan

gejala ILI (Influenza Like Illness), yaitu batuk, pilek dan demam. Demam

biasanya cukup tinggi yaitu >380C. Gejala lain berupa sefalgia, nyeri tenggorokan,

mialgia dan malaise.

Adapun keluhan gastrointestinal berupa diare dan keluhan lain berupa

konjungtivitis. Spektrum klinis bisa sangat bervariasi, mulai dari asimtomatik, flu

ringan hingga berat, pneumonia dan banyak yang berakhir dengan ARDS (Acute

Respiratory Distress Syndrome). Perjalanan klinis AI umumnya berlangsung sangat progresif dan fatal, sehingga sebelum sempat terfikir tentang AI, pasien

sudah meninggal. Mortalitas penyakit ini hingga laporan terakhir sekitas 50%.

Kelainan laboratorium rutin yang hampir selalu dijumpai adalah

lekopenia, limfopenia dan trombositopenia. Cukup banyak kasus yang mengalami

gangguan ginjal berupa peningkatan nilai ureum dan kreatinin. Kelainan

gambaran radiologis toraks berlangsung sangat progresif dan sesuai dengan

(17)

II.G Diagnosis

Menetapkan diagnosis pada saat terjadi wabah tidak akan banyak

mengalami kesulitan. Di luar kejadian wabah, diagnosis influenza kadang-kadang

terhambat oleh diagnosis penyakit lain. Diagnosis pasti penyakit influenza dapat

diperoleh melalui isolasi virus maupun pemeriksaan serologis. Untuk mengisolasi

virus diperlukan usap tenggorok atu usap hidung dan harus diperoleh sedini

mungkin; biasanya pada hari-hari pertama sakit. Diagnosis serologis dapat

diperoleh melalui uji fiksasi komplemen atau inhibisi hemaglutinasi. Akan dapat

ditunjukkan kenaikan titer sebanyk 4 kali antara serum pertama dengan serum

konvalesen atau titer tunggal yang tinggi. Pada saat ini antiinfluenza IgM dapat

digunakan di beberapa tempat. Diagnosis cepat lainnya dapat juga diperoleh

dengan pemeriksaan antibodi fluoresen yang khusus tersedia untuk tiper virus

influenza A. PCR dan RT-PCR sangat berguna untuk diagnosa cepat virus lainnya

yang dapat pula menyerang saluran napas antara lain adeno-virus, parainfluenza

virus, rinovirus, respiratory syncyial virus, cyomegalovirus dan enterovirus.

Keterlibatan berbagai jenis virus ini dapat ditunjukkan dengan pemeriksaan

serologis atau isolasi langsung. (6)

Avian Influenza

Diagnostik (7)

Uji Konfirmasi :

1. Kultur dan identifikasi virus H5N1.

2. Uji Real Time Nested PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk H5.

3. Uji serologi :

(18)

b. Uji netralisasi : didapatkan kenaikan titer antibodi spesifik

influensa A/H5N1 sebanyak 4 kali dalam paired serum dengan uji

netralisasi.

c. Uji penapisan : a). Rapid Test untuk mendeteksi Influensa A. b). HI

Test dengan darah kuda untik mendeteksi H5N1. c). Enzyme

Immunoassay (ELISA) untuk mndeteksi H5N1.

Pemeriksaan Lain

Hematologi : hemoglobin, lekosit, trombosit, hitung jenis lekosit, total limfosit.

Umumnya ditemukan leukopeni, limfositopeni atau limfositosis relatif dan

trombositopeni.

Kimia : albumin/globulin, SGOT/SGPT, ureum, kreatinin, kreatin kinase, analisa

gas darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT/SGPT,

peningkatan ureum dan kreatinin, peningkatan kreatin kinase, analisa gas darah

dapat normal atau abnormal. Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan

penyakit dan komplikasi yang ditemukan.

Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaan foto toraks PA dan lateral (bila diperlukan).

Dapat ditemukan gambaran infiltrat di paru yang menunjukkan bahwa kasus ini

adalah pneumonia.

DEFINISI KASUS

Departemen Kesehatan RI membuat kriteria diagnosis flu burung sebagai berikut :

1. Pasien dalam Observasi

Seseorang yang menderita demam/panas >380C disertai satu atau lebih

gejala di bawah ini : a). batuk, b). sakit tenggorokan, c). pilek, d). napas

(19)

kontak dengan unggas sakit/mati mendadak yang belum diketahui

penyebabnya dan produk mentahnya. Pasien masih dalam observasi klinis,

epidemiologis dan pemeriksaan laboratorium.

2. Kasus Suspek AI H5N1

Seseorang yang menderita demam/panas ± 380C disertai satu atau lebih

gejala di bawah ini : a). batuk, b). sakit tenggorokan, c). pilek, d). napas

pendek/sesak napas (pneumonia) dan diikuti satu atau lebih keadaan di bawah

ini : 1). pernah kontak dengan unggas (ayam, itik, burung) sakit/mati

mendadak yang belum diketahui penyebabnya dan produk mentahnya dalam 7

hari terakhir sebelum timbul gejala di atas, 2). pernah tinggal di daerah yang

terdapat kematian unggas yang tidak biasa dalam 14 hari terakhir sebelum

timbul gejala di atas, 3). pernah kontak dengan penderita AI konfirmasi dalam

7 hari terakhir sebelum timbul gejala di atas, 4). pernah kontak dengan

spesimen AI H5N1 dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala di atas

(bekerja di laboratorium untuk AI), 5). ditemukan lekopeni ≤ 3000/µl atau

mm, 6). ditemukan adanya titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan HI

test menggunakan eritrosit kuda atau tes ELISA untuk influensa A tanpa

subtipe.

Atau

Kematian akibat Acute Respiratory Distress Syndrom (ARDS) dengan satu atau

(20)

 Leukopeni atau limfopenia (relatif/Diff.count) dengan atau tanpa

trombositopenia (trombosit < 150.000).

 Foto thorax menggambarkan peneumonia atipikal atau infiltrat di kedua

sisi paru yang makin meluas pada serial.

3. Kasus Probabel AI H5N1

Kriteria kasus suspek ditambah dengan satu atau lebih keadaan dibawah ini:

 Ditemukan adanya kenaikan titer antibodi minimal 4 kali terhadap H5

dengan pemeriksaaan HI test menggunakan eritrosit kuda atau ELISA test.

 Hasil laboratorium terbatas untuk influenza H5 (dideteksi antibodi spesifik

H5 dalam spesimen serum tunggal) menggunakan neutralisasi test.

(Dikirim ke referensi laboratorium).

 Dalam waktu singkat menjadi pneumonia berat/gagal nafas/meninggal dan

terbukti tidak ada penyebab lain.

4. Kasus Konfirmasi Influenza A/H5N1

Kasus suspek atau probabel dengan satu atau lebih keadaan dibawah ini:

 Kultur virus positif influenza A/H5N1

 PCR positif influenza A/H5N1

 Pada imnofluorescence (IFA) test ditemukan antigen positif dengan

mengunakan antibodi monoklonal influenza A/H5N1

 Kenaikan titer antibodi spesifik influenza A/H5N1 sebanyak 4 kali dalam

paired serum dengan uji netralisasi.

 Pekerja laboratorium yang memproses sampel pasien / unggas terjangkit.

(21)

 Pernah kontak dengan unggas (ayam, itik, burung) sakit/mati mendadak

yang belum diketahui penyebabnya dan atau babi serta produk mentahnya

dalam 7 hari terakhir.

 Pernah kontak dengan penderita AI konfirmasi dalam 7 hari terakhir.

Kriteria Rawat

 Suspek flu burung dengan gejala klinis berat yaitu ; 1) sesak napas dengan

frekuensi napas ≥ 30 kali/menit, 2) nadi ≥ 100 kali/menit. Ada gangguan

kesadaran, 3) kondisi umum lemah.

 Suspek dengan lekopenia

 Suspek dengan gambaran radiologi pneumonia

Kasus probable dan confirm

II.H Diagnosis Banding

Banyak penyakit yang memiliki gejala yang menyerupai flu (flu like syndrom)

sehingga influenza dapat didiagnosis banding : (9)

1. SARS (Severe Acute Respiratory Syndrom) adalah penyakit infeksi saluran

napas yang disebabkan oleh virus Corona dengan sekumpulan gejala klinis

yang berat. Perbedaan dengan influenza adalah cara penularannya, yaitu

dengan kontak langsung membran mukosa, serta pada gejala pernapasan

rasa sesak lebih berat dirasakan di banding pada influenza yang tidak

terdapat sesak napas.

2. Common cold (selesma) adalah suatu infeksi virus pada selaput hidung,

(22)

Gejala-gejala penyakit ini biasanya tidak timbul demam, tetapi demam

yang ringan dapat muncul saat gejala, dan gejala-gejala yang lain tidak

sehebat influenza. Hidung mengeluarkan cairan yang encer dan jernih dan

pada hari-hari pertama jumlahnya sangat banyak sehingga mengganggu

penderita. Selanjutnya sekret hidung menjadi lebih kental, berwarna

kuning-hijau dan jumlahnya tidak terlalu banyak.

3. Infeksi saluran pernapasan atas merupakan suatu penyakit infeksi pada

saluran pernapasan atas yang banyak disebabkan oleh virus dan

mempunyai gejala-gejala seperti flu, akan tetapi pada infeksi saluran

pernapasan atas mempunya gejala-gejala lain seperti rhinitis, sinusitis,

nasopharyngitis, pharyngitis, epiglotitis, laryngitis, laringotrakeitis dan

trakeitis.

4. Infeksi parainfluenza virus juga mempunyai gejala yang hampir sama

dengan infeksi virus influenza dimana yang terdiri dari HPIV-1, HPIV-2,

HPIV-3 dan HPIV-4 yang

5. Meningitis merupakpan penyakit radang pada selaput otak. Dimana gejala

awal dari penyakit ini menyerupai flu seperti demam, sefalgia, nausea,

vomitus, photofobia sedangkan pada pemeriksaan fisik terdapat kaku

kuduk positif.

II.I Penatalaksanaan

Pasien dapat diobati secara simtomatik. Obat oseltamivir 2x75 mg sehari

selama 5 hari akan memperpendek masa sakit dan mengurangi keperluan

tambahan antimikroba untuk infeksi bakteri sekunder. Zanamivir dapat diberikan

(23)

dengan komplikasi yang sebelumnya mungkin menderita bronkitis kronik,

gangguan jantung atau penyakit ginjal dapat diberikan antibiotik. Pasien dengan

bronkopneumonia sekunder memerlukan oksigen. Pneumonia stafilokok sekunder

harus diatasi dengan antibiotik yang tahan betalaktamase dan kortikosteroid dosis

tinggi. (6)

Avian Influenza

Prinsip penatalaksanaan AI adalah : istirahat, peningkatan daya tahan

tubuh, pengobatan antiviral, pengobatan antibiotik, perawatan respirasi,

antiinflamasi, imunomodulator. (7)

Mengenai antiviral maka antiviral sebaiknya diberikan pada awal infeksi

yakni pada 48 jam pertama. Adapun pilihan obat :

1. Penghambat M2 : a. amantadin (symadine), b. rimantidin (flu-madine).

Dengan dosis 2x/hari 100 mg atau 5mg/kgBB selama 3-5 hari.

2. Penghambat neuramidase (WHO) : a. zanamivir (relenza), b. oseltamivir

(tamiflu). Dengan dosis 2 x 75 mg selama 1 minggu.

Departemen Kesehatan RI dalam pedomannya memberikan petunjuk

sebagai berikut :

 Pada kasus suspek flu burung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg selama 5

hari, simtomatik dan antibiotik jika ada indikasi.

 Pada kasus probable flu burung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg selama 5

hari, antibiotik spektrum luas yang mencakup kuman tipik dan atipikal,

dan steroid jika perlu seperti pada kasus pneumonia berat, ARDS.

(24)

Sebagai profilaksis, bagi mereka yang berisiko tinggi, digunakan Oseltamivir

dengan dosis 75 mg sekali sehari selama 7 hari sampai 6 minggu.

II.J Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada virus influenza adalah:

- Pneumonia influenza primer, ditandai dengan batuk yang progresif,

dispnea, dan sianosis pada awal infeksi. Foto rongten menunjukkan

gambaran infiltrat difus bilateral tanpa konsolidasi, dimana menyerupai

ARDS.

- Pneumonia bakterial sekunder, dimana dapat terjadi infeksi beberapa

bakteri (seperti Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia,

Haemophilus influenza). (9)

II.K Pencegahan

Yang paling pokok dalam menghadapi influenza adalah pencegahan.

Infeksi dengan virus influenza akan memberikan kekebalan terhadap infeksi virus

yang homolog. Karena sering terjadi perubahan akibat mutasi gen, antigen pada

virus influenza akan berubah, sehingga seseorang masih mungkin diserang

berulang kali dengan galur (strain) virus influenza yang telah mengalami

perubahan ini. Kekebalan yang diperoleh melalui vaksinasi sekitar 70%. Vaksin

influenza mengandung virus subtipe A dan B saja karena subtipe C tidak

berbahaya. Diberikan 0,5 ml subkutan atau intramuskuler. Vaksin ini dapat

mencegah tejadinya mixing dengan virus yang sangat pathogen H5N1 yang

(25)

(live attenuated influenza vaccine) dapat juga digunakan untuk pencegahan flu

pada usia 5-50 tahun dan tidak sedang hamil. Vaksinasi perlu diberikan 3-4

minggu sebelum terserang influenza. Karena terjadi perubahan-perubahan pada

virus maka pada permulaan wabah influenza biasanya hanya tersedia vaksin

dalam jumlah terbatas dan vaksinasi dianjurkan hanya untuk beberapa golongan

masyarakan tertentu sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi dengan

kemungkinan komplikasi yang fatal. (6)

Golongan yang memerlukan imunoprofilaksis ini antara lain:

1. Pasien berusia diatas 65 tahun.

2. Pasien dengan penyakit yang kronik seperti kardiovaskuler, pulmonal,

renal, metabolik (termasuk diabetes melitus), anemia berat dan pasien

imunokompromise. Dianjurkan diberikan vaksin setiap tahun menjelang

musim dingin atau musim hujan.

3. Juga mereka yang melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat yang vital

memerlukan vaksinasi, seperti misalnya pegawai yang bertugas di unit

darurat medis di rumah sakit. Mereka mungkin dapat menularkan penyakit

ke pasien yang dirawat.

Pencegahan dengan kemoprofilaksis untuk mereka yang tidak dapat

diberikan vaksinasi karena menderita alergi terhadap protein dalam telur dapat

diusahakan dengan pemberian rimantadine 200 mg dua kali sehari atau

amantadine 100 mg tiap 12 jam masing-masing selam 4-6 minggu. Juga bila tidak

tersedia vaksin, cara pencegahan ini juga dapat diterapkan. Pemberian amantadine

harus hati-hati pada mereka dengan gangguan fungsi ginjal atau yang menderita

(26)

sehari mengingat penurunan fungsi ginjal. Juga pada bersihan kreatinin antara

40-60 ml/menit berlaku hal yang sama. Pada bersihan kreatinin antar 10-15 ml/menit

dapat diberikan 200 mg amantadine sekali seminggu.

Meluasnya penyebaran penyakit ini dalam masyarakat dapat dicegah

(27)

BAB III KESIMPULAN

1. Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan yang

sangat menular dapat menyerag burung dan mamalia.

2. Influenza disebabkan oleh virus influenza tipe A, B dan C yang merupakan

suatu orthomixovirus golongan RNA.

3. Virus influenza tipe A mempunyai banyak subtipe, diantaranya H5N1 yang

menyebabkan flu burung dan termasuk HPAI.

4. Penularan virus influenza melalui droplet dan lokalisasinya di traktus

respiratorius.

5. Gejala klinis influenza adalah demam, sefalgia, mialgia, batuk, pilek dan

disfagia.

6. Diagosis ditegakkan dari anamesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang.

7. Komplikasi influenza dapat terjadi pneumonia influenza primer dan

pneumonia bakterial sekunder.

8. Influenza dapat diobati secara simtomatik, dan dengan antiviral dapat

memperpendek angka sakit.

9. Pencegahan dengan vaksin bagi golongan yang memerlukan

(28)

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2007. Influenza. Diakses dari http://en.wikipedia.org/influenza

2. Chandra G., Influenza: Dampak dan Pencegahannya. Aventis Pasteur

Indonesia. Diakses dari http://www.tempo.co.id/medika

3. Mahardika, dkk. 2005. Aspek Epidemiologi Virus Avian Influenza.

Denpasar. Diakses dari http://www.uplek.org/pdf/aspek_epidemologi.pdf

4. Aditama Y., 2006. Mendeteksi dan Mencegah Pandemi Influenza. Diakses

dari http://www.kompas.com/Ilmu_peng.

5. NSW Health Department Indonesia, 2003. Influenza. Diakses dari

http://www.health.nsw.gov.au/mhcs/.

6. Nelwan, R.H.H., 2006. Influenza dan Pencegahannya. Buku Ajar Penyakit

Dalam. FKUI: Jakarta.

7. Nainggolan L., dkk., 2006. Influenza Burung. Buku Ajar Penyakit Dalam.

FKUI: Jakarta.

8. Titin L., 2008. Seputar Influenza. Diakses dari http://www.medistra.com

9. Derlet R., 2007. Influenza. Diakses dari http://www.emedicine.com/

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dari hasil analisis zonasi kawasan kota pusaka tersebut didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang yaitu faktor

Sesuai dengan masalah yang dikemukakan pada bagian sebelumnya, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji dan membuktikan secara empiris serta

BANGKA BELITUNG RESOR BANGKA SELATAN Jln. Wilayah Kabupaten Bangka Selatan terbagi dalam 7 Wilayah Kecamatan sehingga Polres Bangka Selatan meliputi 5 Polsek dan

Dengan demikian, hipotesis 5 yang menyatakan green marketing strategy berpengaruh positif dan signifikan terhadap intention to stay melalui attitude dan hotel image pada

Cara pertama merupakan format yang dianjurkan tetapi mungkin cara kedua akan sering digunakan karena lebih ringkas. Parser PHP bekerja membaca file HTML sampai ditemukan penanda

Hifa jamur yang hanya hidup pada jaringan epidermis akar tumbuhan disebut...sedangkan hifa jamur yang menembus sampai jaringan korteks akar disebut.... Perhatikan

Arah program kursus dan pelatihan tersebut adalah pembekalan kepada peserta didik dengan berbagai keterampilan untuk dapat bekerja (pekerja) atau usaha mandiri

Xenograft merupakan bahan graft yang dapat diambil dari spesies yang berbeda dan biasanya berasal dari kerbau atau babi, yang nantinya akan dipergunakan