Potensi Wisata Pengamatan Burung Di Merapi
Luas hutan di Pulau Jawa tahun 1989, diperkirakan 4,4 juta ha atau sekitar 1/3 dari luas Pulau Jawa. Berdasarkan kegunaan dan regim Management hutan di Jawa dibedakan menjadi Hutan Tanaman (forest plantation) milik pemerintah (2 juta ha), Hutan lindung (0,6 juta ha), hutan konservasi (0,4 juta ha) dan hutan kemasyarakatan dan lahan milik pribadi (1,5 juta ha). Dengan prediksi kepadatan penduduk pada tahun tersebut 8,1 jiwa/ ha di daerah istimewa yogyakarta dan 7,6 jiwa/ha di Jawa tengah telah menyebabkan tekanan yang begitu tinggi terhadap hutan diantaranya pencurian kayu untuk kayu api dan pengambilan rumput, pembukaan hutan untuk pemukiman serta konversi lahan untuk ladang dan kebun. Pembukaan lahan tersebut menyebabkan tingginya tingkat erosi.
Tidak hanya lahan hutan yang terganggu, tetapi juga lahan pertanian. Meningkatnya kebutuhan makanan dan kebutuhan hidup lainnya mendorong para petani untuk membuka lahan pada lereng untuk berdagang. Deforesi dan pertanian lahan kering pada lereng tersebut menyebabkan erosi yang serius.
Van der Maerel dan Dauvellier (1978) meyatakan bahwa hutan mememilki fungsi sebagai berikut yaitu Fungsi Produksi, Carrier function, Fungsi informasi, dan Fungsi regulasi. Pada beberapa wilayah fungsi tersebut dapat terjadi pada waktu yang bersamaan, dan meliputi kelompok masyarakat yang berbeda kepentingan. Fungsi utama hutan bagi masyarakat lokal adalah sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan keseharian, lebih ditekannkan pada hasil hutan, seperti kayu bakar, daging, buah-buahan dan sebagainya. Akan tetapi bagi masyarakat pendatang (pengunjung) lebih diutamakan dari segi rekreasi.
Lereng Gunung Merapi merupakan hutan alam yang memiliki keragaman yang cukup tinggi. Di wilayah ini terdapat hubungan yang cukup erat dengan masyarakat yang berada di sekitar hutan, dimana hutan mensuplai kebutuhan mereka. Tingginya tingkat ketergantungan tersebut juga menyebabkan tekan yang tinggi terhadap hutan.
Dalam tulisan pendek ini, pembahasan akan lebih ditekannkan pada Hutan Wisata Kali Urang. Secara umum Hutan wisata ini merupakan bagian dari hutan lindung komplek Merapi. Untuk pertama kali hutan lindung ini ditetapkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 4 Mei 1931. Hutan tersebut meliputi 1.510,3 ha di propinsi DIY dan 6.961,8 berada di {ropinsi Jawa Tengah. Berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor: 374/Kpts/Um/8/1975 sebagian hutan yang berada di Wilayah DIY seluas 198,5 ha ditunjuk sebagai Cagar Alam dan 30 ha sebagai taman wisata dengan nama Cagar Alam dan Taman Wisata Plawangan Turgo. Tahun 1994 kawasan ini diperluas menjadi 131 Ha dengan SK menteri Kehutanan Nomor 155/Kpts-II/1984, sehingga luas kawasan Cagar Alam menjadi 160,5 Ha dan Hutan Lindung menjadi 1218,8 Ha. Kawasan yang menjadi Taman Hutan Raya terdiri dari Cagar Alam (164,75 ha), Hutan Lindung (1.461,53 ha) dan Hutan Wisata (117,50 ha).
Hutan kawasan merapi beriklim tropis basah dengan cutrah hujan berkisar antara 2000 - 4000 mm. Bualan basah terjadi pada bulan Novembar sampai dengan Mei sedangkan bulan kering dengan curah hujan yang rendah terjadi pada bulan Juni samapai Oktober.Suhu sepanjang tahun berkisar 17o - 33o C dengan kelembaban relatif berkisar anatara 10 % - 99%. Berdasarkan tipe iklim Schmidt dan fergusson, daerah gunung Merapi mempunyai iklim tipe B dengan nilai Q = 31,42%. Dengan kondisi seperti ini maka lokasi ini memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi.
Potensi kawasan hutan merapi meliputi potensi Flora dan Fauna. Hutan alam kawasan merapi didominasi oleh pohon sarangan (Castanopsis argenta,BL), sedangkan tumbuhan bawah didominasi oleh tumbuhan Irengan (Eupatorium riparum). Di kawasan ini juga dapat ditemukan jenis-jenis hewan yang dilindungi Undang-undang.
Dalam pembahasan ini saya akan lebih memfokuskan kepada fauna burung, karena burung merupakan salah satu indikator kwalitas lingkungan yang cukup baik dalam merespon setiap perubahan. Menurut penelitian yang dilakukan Utami 1996 di kawasan merapi terdapat tidak kurang dari 46 jenis burung. Jenis yang memiliki kelimpahan relatif tinggi adalah kacamata Jawa, Kepodang dan Betet. Walaup[un penlitian ini hanya dilkukan di Petak 6 RPH Kali urang akan tetapi secara umum telah memberikan gambaran sebenarnya tentang potensi kawasan secara keseluruhan.
Disamping itu dengan mengemukanya isu Elang Jawa yang terancam punah, kawasan ini juga dijadikan sebagai salah satu site untuk penelitian populasi dan Bioekologi Elang Jawa. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan Kutilang 1998, di lokasi ini terdapat tidak kurang dari 1 pasang Elang jawa dan satu anakan. Dari pengamtan secara insidental pada tanggal 26 Mei 1999 lalu terlihat 2 pasangan Elang jawa melakukan soaring di wilayah hutan wisata Kali Urang. Diperkirakan kedua pasangan ini merupakan pasangan yang bebrbeda dengan pasangan yang ada di Daerah pengamatan Kinah Rejo. Selain Elang jawa di lokasi ini terdapat juga beberapa jenis raptor diantaranya; Elang Bido (Spilonis ceela), Alap-alap Mauku (Falco Mollucensis), Elang Hitam (Ictinaetus malayensis), Elang Brontok (Spizaetus chirratus), Alap-alap Nippon (Acipiter gularis) dan Acipiter soloensis.
Sebagai perbandingan dibawah ini diberikan beberapa data tentang keragaman jenis burung dibeberapa lokasi pengamatan di Jawa Tengah.
Keanekaragaman jenis burung di Lokasi Pematauan Elang Jawa di Jawa Tengah
Nomor u
rut
(1
)
Nama Ilmiah (21) Nama Indonesia (32)
Status (4) BTW2 (5) EBA (6) G.Unga
ran (7) G.Muri a (8) G.Law w (9 ) P.Dieng (10) G.Mer api (11) G.Slamet (12 ) G.Pemba risan (1 3)
54 Mycteria cinerea Bangau bluwok VU
56 Ciconia episcopus Sandang lawe
85 Elanus caeroleus Elang tikus
93 Spilornis cheela Elang ular
99 Accipiter soloensis Elang-alap cina M
100 Accipiter gularis Elang-alap nipon M
103 Accipiter virgatus Elang garis dagu
107 Buteo buteo Elang buteo V
108 Ictinaetus malayensis Elang hitam
109 Hieraaetus pennatus Elang setiwel M
111 Spizaetus cirrhatus Elang brontok
112 Spizaetus bartelsi Elang Jawa EN Bst
115 Microhierax fringillarius Alap-alap capung
118 Falco mollucensis Alap-alap sapi
120 Falco subbuteo Alap-alap walet M
141 Gallus- gallus Ayam hutan merah
147 Turnix sylvatica Gemak tegalan
254 Treron grissicauda Punai manten
262 Ptilinopus melanospila Walik kembang
264 Ducula aenea Pergam hijau
274 Macropygia emiliana Uncal buau
277 Streptopelia chinensis Tekukur
278 Geopelia striata Perkutut
279 Chalcophaps indica Delimukan
281 Psittacula alexandri Betet
289 Loriculus pusilus Serindit NT
296 Cuculus saturatus Kangkok ranting
298 Cacomantis merulinus Wiwik kelabu
299 Cacomantis sepulchralis Burung uncuing
310 Phaenicophaeus curvirostris Kadalan
315 Centropus sinensis Bubut besar
316 Centropus bengalensis Bubut alang-alang
358 Collocalia esculenta Walet sapi
359 Collocalia linchy Walet linchi
365 Apus affinis Kapinis rumah
366 Cypsiurus balasiensis Walet palem
369 Harpactes reinwardtii Luntur gunung
378 Alcedo meninting Menintin
387 Halcyon cyanoventris Cekakak Jawa Bst
389 Halcyon chloris Cekakak
402 Rhyticeros undulatus Julang
405 Anthracoceros albirostris Kangkareng
410 Megalaima lineata Bultok
411 Megalaima corvina Bututut NT Bst
415 Megalaima javensis Tulung tumpuk NT
419 Megalaima armillaris Tohtor Bst
424 Megalaima australis Trunting
432 Picus puniceus Caladi gunung kumis merah
435 Picus miniaceus Pelatuk merah
438 Meiglyptes tristis Tukik batu
442 Picoides maceii Pelatuk ulam
443 Picoides canicapillus Caladi kelabu
447 Reinwardtipicus validus Pelatuk kundang
470 Mirafa javanica Branjangan
473 Hirundo rustica Layang-layang api M
474 Hirundo tahitica Layang-layang batu
476 Hirundo striolata Layang-layang loreng
479 Hemimpus hirundinaceus Jingjing teureup
488 Pericrocotus cinnamomeus Sepah kecil
491 Pericrocotus miniatus Sepah gunung Bst
492 Pericrocotus flammeus Sepah hutan
494 Aegithina tiphia Cipoh
498 Chloropsis cochinchinensis Cica daun sayap biru
504 Pycnonotus atriceps Cucak kurincang
505 Pycnonotus melanicterus Cucak kuning
509 Pycnonotus aurigaster Kutilang
512 Pycnonotus bimaculatus Kutilang gunung Bst
514 Pycnonotus goiavier Cerucuk
516 Pycnonotus simplex Corok-corok
517 Pycnonotus brunneus Merbah mata merah
521 Criniger bress Empuloh janggut
522 Corvus macrorhynchos Gagak kampung
529 Dicrurus macrocercus Srigunting hitam
530 Dicrurus leucophaeus Srigunting kelabu
531 Dicrurus annectans Srigunting kecil M
538 Oriolus chinensis Kepodang ?
544 Cissa thallasina Ekek geling NT ?
550 Corvus enca Gagak hutan
554 Psaltria exilis Cerecet Jawa Bst
555 Parus major Gelatik batu
557 Sitta frontalis Gelatik munguk
566 Trichostoma abbotti Kancilan asia
574 Pomatorhinus montanus B.Angklung/Kopi
587 Strachyris grammiceps Tepus dada putih VU Bst
596 Strachyris melanothorax Tepus leher putih Bst
607 Pteruthius flaviscapis Ciu besar
616 Brachypteryx leucophrys Cingcoang coklat
622 Copsychus malabaricus Kucica hutan
625 Cinclidium diana Cincoang biru Bst
626 Enicurus velatus Meninting kecil Bst
633 Saxiola caprata Kucica batu
638 Myiophoneus caeruleus Tiung batu besar
644 Zoothera dauma Burung anis sisik
647 Gerygone sulphurea Burung remetuk
649 Seicurcus gammiceps Prenjak sikatan muda
651 Abroscopus superciliaris Prenjak kuning
653 Phylloscopus borealis Cikrak kutup
654 Phylloscopus coronatus Cikrak mahkota M
655 Phylloscopus trivirgatus Cikrak daun
657 Acrocephalus oryentalis Kerak besi besar
662 Megalurus palustris Cica koreng
663 Orthotomus sutorius Cinenen pisang
665 Orthotomus ruficeps Cinenen kelabu
666 Orthotomus sepium Cinenen zaitun
668 Orthotomus cuculatus Cinenen gunung
672 Prinia familiaris Prenjaksayap-garis
676 Tesia superciliaris Tesia Jawa Bst
678 Cettia vulcania Prenjak gunung
686 Muscicapa sibirica Sikatan sisi gelap M DD
692 Ficedula zanthopygia Sikatan emas M
694 Ficedula mugimaki Sikatan Mugimaki M
697 Ficedula hyperthira Burung bodoh
700 Cyanoptila cyanomelana Sikatan biru putih M
705 Cyornis unicolor Sikatan biru muda
706 Cyornis banyumas Sikatan cacing
713 Culicicapa ceylonensis Sikatan kepala abu
714 Rhipidura phoenicura Kipasan ekor merah Bst
715 Rhipidura euryura Kipasan bukit NT Bst
718 Rhipidura javanica Kipasan belang
727 Pachycephala pectoralis Kancilan emas
730 Motacilla flava Entut kerbau
738 Lanius tigrinus Bentet loreng
739 Lanius schach Bentet
750 Acridotheres javanicus Kerak kerbau
755 Anthreptes malacensis B madu kelapa
757 Anthreptes singalensis B madu belukar
761 Nectaria jugularis B madu
762 Aethopyga eximia Burung madu gunung
764 Aethopyga mystacalis B madu jawa
770 Arachnothera chrysogenys B.jantung telinga kuning
778 Prionochilus percussus Burungcabe-pelangi
781 Dicaecum chrysorrheum Burung cabe tungging kuning
782 Dicaecum trigonostigma B.Cabe bunga api
785 Dicaecum maugei B.Cabe lompok Bst
786 Dicaeum sanguinoletum B.Cabe gunung
789 Dicaecum trochileum B.Cabe jawa
790 Zosterop palpebrosa Kacamata biasa
794 Zosterop montanus Kacamata gunung
797 Lophozosterops javanicus Opior jawa Bst
800 Passer montanus Burung gereja
801 Lonchura leucogastroides Bondol jawa
805 Erythura prasina Bondol hijau ekor duri
806 Erythura hyperythra Bondol hijau dada merah
813 Lonchura punctulata Bondol dada sisik
No berdasarkan nomor pada buku seri panduan lapangan Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimatan M : Migran EN : Genting VU : Rentan NT : Mendekati terancam punah
Bst : Burung sebaran terbatas DD : Kurang data
Beberapa tekanan yang dapat diidentifikasi selama melakukan pengamatan di kawasan Merapi adalah sebagai berikut;
- Pengrusakan pohon.
Perusakan ini terutama dilakukan oleh masyarakat lokal yang mencari kayu api. Mereka memotong dahan yang masih hidu atau sebagia dari mereka yang nakan memotong sebagian akar pohon sehingga pohon tersebut mati.
- Pengambilan burung
Beberapa gelintir masyarakat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka terpaksa untuk menangkap burung. Burung yang diambil ini kemudian dijual kepada penadah dengan harga yang rendah.
- Perburuan
Perburuan disini lebih ditekankan pada usaha pengambilan burung di hutan dengan cara membunuh. Kadan-kadang beberapa orang yang tidak sadar akan pentingnya keberadaan burung di hutan datang dengan senjata pembunuh seperti Senapan angin dan ketapel. Mereka memburu burung hanya sekedar untuk melepaskan naluri membunuhnya.
Kurangnya pengawasan dan mandulnya fungsi Jagawana dan polisi hutan membuat tekanan terhadap hidupah liar di kawasan ini semakin tinggi. Pengelolaan yang tidak baik terhadap kawasan juga merupakan salah satu agen penyebab penurunana populasi. Tidak tegasnya para petugas kehutanan di kali urang dapat dilihat pada kasus yang pernah dijumpai Kutilang beberapa bulan lalu ketika ada seorang pedangang makanan menjual dua ekor burung Elang Brontok. Elang yang dilindungi Undang-undang tersebut tersebut dijual secara-terang-terangan di depan Pintu gerbang hutan Wisata. Dengan kondisi seperti itu ternyata tidak ada sedikitpun tindakan dari mereka kepada penjual burung tersebut. Melihat kondisi ini perlu dipertanyakan lagi komitmen dari para petugas terhadap tugas yang dibebankan kepada mereka.
Untuk menjaga kawasan yang cukup luas tersebut tentunya tidak dapat dibebankan kepada para petugas kehutana yang ada disana. Tugas ini juga merupakan tanggung jawab kita bersama. Marilah kita bersama-sama untuk memulai suatu terobosan-terobosan baru dalam mengkonservasi kawasan merapi. (Elga P)
Pustaka :
Mac Kinnon, J., K. Phillipps, B. van Balen. 1998. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimatan. Puslitbang Biologi LIPI. Jakarta.
Tim survai Kutilang. 1998. Pamatauan Populasi Elang jawa di Jawa Tengah. Laporan Kegiatan. Kutilang IBC. Tidak dipublikasikan.
Peusens M.C.I.M., 1989. Recreation on the Southern Slopes of the Volcano Merapi, Java. Indonesia. A Survai on the Visitors and the Recreation Environment. F. Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Utami. R.N., 1994. Studi Keangkaragaman Jenis Burung Pada Struktur Vegetasi Yang Berbeda di Petak 6 RPH Kali Urang. F. Kehutanan Universitas Gadjah Mada.