• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI LUAS BANGUN DATAR MELALUI MODEL RECIPROCAL TEACHING PADA SISWA KELAS V MI MIFTAHUL HUDA CUKIL KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI LUAS BANGUN DATAR MELALUI MODEL RECIPROCAL TEACHING PADA SISWA KELAS V MI MIFTAHUL HUDA CUKIL KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Test Repository"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

0

PENINGKATAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA MATERI LUAS BANGUN DATAR

MELALUI MODEL

RECIPROCAL TEACHING

PADA

SISWA KELAS V MI MIFTAHUL HUDA CUKIL

KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN

SEMARANG SEMESTER I

TAHUN PELAJARAN

2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

WIDI UTAMI

NIM 11511015

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

(2)
(3)
(4)
(5)

iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Jika suatu waktu mundur, bukan berarti semangat kendur, malah artinya suatu dorongan untuk kemudian melipatkan perjuangan.

PERSEMBAHAN

Dear you,

(6)

v KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah islam yang penuh dengan pengetahuan. Skripsi ini tidak akan terlaksana tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Peni Susapti, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah IAIN Salatiga

4. Bapak Rasimin, S.PdI., M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, arahan, dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, untuk memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini

(7)

vi 6. Segenap Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu dan wawasan

pengetahuan kepada penulis.

7. Karyawan-karyawan di lingkungan program studi PGMI IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis.

8. Ibu Azizah, S.Pd, selaku kepala Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Cukil Banjari Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang beserta jajarannya yang telah memberikan ijin dan masukan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 9. Ibu Umi Kairuroh, S.PdI selaku wali kelas V Madrasah Ibtidaiyah Miftahul

Huda Cukil Banjari Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang sekaligus sahabat penulis yang turut membantu dalam penelitian dan seluruh siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Cukil Banjari Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang yang telah membantu dan mendukung peneliti dalam melakukan penelitian.

10.Kedua orang tua, mertua, suami, anak dan keluarga tercinta yang selalu mendukung baik moril maupun spiritual dalam studi penulis.

11.Sahabat PGMI IAIN Salatiga, LDK Fathir Ar-rasyid, Sahabat Tuli Salatiga, adik-adik Rumah Pelangi, serta sahabat-sahabat tercinta yang senantiasa mengisi hari-hari penulis.

12.Sahabat Blogger-KAH, Blogger Perempuan, dan Kumpulan Emak Blogger yang membersamai penulis untuk tetap berkarya selama pengerjaan skripsi.

(8)

vii saran dan masukan yang dapat kami gunakan untuk menyempurnakanhasil penelitian mendatang.

Akhir ucap terima kasih sambil kulantunkan do’a semoga skripsi ini ada manfaatnya bagi semua orang.Amin Ya Rabbal’alamin.

Salatiga, 14 Agustus 2016 Penulis

(9)

viii ABSTRAK

Utami, Widi,. 2017. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Luas Bangun Datar Melalui Model Reciprocal Teaching pada Siswa Kelas V MI Miftahul Huda Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester I Tahun Ajaran 2015/ 2016. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Rasimin S.Pd.I,.M.Pd.

Kata Kunci : Reciprocal Teaching, Hasil Belajar, Matematika dan Luas Bangun Datar

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas V MI Miftahul Huda Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang pada materi Luas Bangun Datar. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar yaitu kesulitan guru dalam mendampingi setiap siswa dikarenakan terbatasnya waktu, banyaknya materi yang harus disampaikan dan beragamnya kemampuan matematikal siswa. Masalah utama yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah apakah model reciprocal teaching dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi luas bangun datar pada siswa kelas V MI Mifathul Huda Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran 2015/2016?

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V MI Miftahul Huda Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran 2015/2016. Data pada penelitian ini diperoleh dari lembar pengamatan, soal evaluasi berupa tes objektif dan subjektif, dokumentasi, dan observasi pada pembelajaran luas bangun datar dengan menggunakan model reciprocal teaching.

(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... 0

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... Error! Bookmark not defined. MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB IPENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 6

E. Definisi Operasional ... 7

(11)

x

G. Sistematika Pembahasan ... 13

BAB IILANDASAN TEORI ... 15

A. Hasil Belajar ... 15

B. Model Reciprocal Teaching ... 20

C. Luas Bangun Datar Trapesium dan Layang-layang ... 25

BAB IIIPELAKSANAAN PENELITIAN ... 31

A. Deskripsi Awal (Pra Siklus) ... 31

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 32

C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 44

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Analisis Tiap Siklus ... 54

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76

BAB VPENUTUP ... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran-saran ... 85

(12)

xi DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Waktu Penelitian ... 9

Tabel 3.1Nilai Pre Test ... 31

Tabel 3.2Data Keadaan Siswa... 32

Tabel 3.3Lembar Observasi Guru Siklus I ... 38

Tabel 3.4Nilai Evaluasi Siklus I ... 40

Tabel 3.5Lembar Observasi Aspek Afektif Siswa pada Siklus I ... 41

Tabel 3.6Lembar Observasi Aspek Psikomotorik Siswa Siklus I ... 42

Tabel 3.7Lembar Observasi Guru Siklus II ... 48

Tabel 3.8Nilai Evaluasi Siklus II ... 50

Tabel 3.9Lembar Observasi Aspek Afektif Siklus II ... 51

Tabel 3.10Lembar Observasi Aspek Psikomotorik Siklus II ... 52

Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Pra Siklus ... 55

Tabel 4.2 Klasifikasi Hasil Siswa Pra Siklus... 56

Tabel 4.4 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus I ... 59

Tabel 4.5 Daftar Nilai Siswa pada Aspek Afektif Siklus I ... 61

Tabel 4.6 Klasifikasi Hasil Belajar pada Aspek Afektif Siklus I ... 61

Tabel 4.7 Daftar Nilai Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus I ... 63

(13)

xii

Tabel 4.9 Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus I ... 64

Tabel 4.10 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus II68 Tabel 4.11 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus II ... 69

Tabel 4.12 Daftar Nilai Siswa pada Aspek Afektif Siklus II ... 71

Tabel 4.13 Klasifikasi Hasil Belajar pada Aspek Afektif Siklus II ... 71

Tabel 4.14 Daftar Nilai Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus II ... 73

Tabel 4.15 Klasifikasi Hasil Belajar pada Aspek Psikomotorik Siklus II ... 73

Tabel 4.16 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 74

Tabel 4.17 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 76

Tabel 4.18 Klasifikasi hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 78

Tabel 4.19 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II ... 79

Tabel 4.20 Klasifikasi hasil Belajar Siswa pada Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II... 80

Tabel 4.21 Rekapitlasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus I dan Siklus II ... 81

(14)

xiii DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus ... 55

Gambar 4.2 Grafik Hasil Belajar Siswa Pra Siklus ... 56

Gambar 4.3 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 59

Gambar 4.4 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus I ... 60

Gambar 4.5 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Afektif Siklus I ... 62

Gambar 4.6 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus I ... 64

Gambar 4.7 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 69

Gambar 4.8 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus II ... 70

Gambar 4.9 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Afektif Siklus II ... 72

Gambar 4.10 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus II ... 74

Gambar 4.11 Grafik Peningkatan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ... 77

Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 77

Gambar 4.12 Grafik Klasifikasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 79

Gambar 4.13 Grafik Klasifikasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II ... 81

(15)

xiv DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran ILembar Pre Test ... 88

Lampiran IIRencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 90

Lampiran IIILembar Evaluasi Siklus I ... 97

Lampiran IVRencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 99

Lampiran VLembar Evaluasi Siklus II ... 107

Lampiran VILembar Penilaian Aspek Afektif ... 109

Lampiran VIILembar Penilaian Aspek Psikomotorik Siklus I ... 110

Lampiran VIIILembar Penilaian Aspek Psikomotorik Siklus II... 111

Lampiran IXDokumentasi ... 112

Lampiran XDaftar Satuan Kredit Kegiatan... 112

Lampiran XISurat Pembimbing Skripsi ... 112

Lampiran XIISurat Izin Penelitian ... 112

Lampiran XIIISurat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 112

Lembar Konsultasi Skripsi ... 117

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu tentang bilangan. (Tim Pustaka Phoenix, 2009: 568) Sebagai pengetahuan, matematika memiliki ciri-ciri khusus, antara lain abstrak, deduktif, konsisten, hirearkis dan logis.(Susetyo, 2010: 1.2). Keabstrakan matematika disebabkan karena objek dasarnya abstrak, yakni fakta, konsep, operasi dan prinsip. Ciri keabstrakan matematika beserta ciri lainya yang tidak sederhana, menyebabkan matematika tidak mudah untuk dipelajari, dan pada akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik pada matematika.

Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan mateatika yang dipelajari. (Musetyo, Gatot, dkk: 2010) Serangkaian kegiatan ini disusun secara sistematis dan terstruktur, sehingga peserta didik mampu memahami materi secara utuh. Untuk memahami materi secara utuh, peserta didik membutuhkan kekuatan matematikal.

(17)

2 mengevaluasi, dan menggunakan informasi kuantitatif dan spesial dalam menyelesaikan masalah dan membuat keputusan. (Musetyo, Gatot, 2010: 1.7) Untuk mencapai kemampuan matematikal tersebut, peserta didik membutuhkan guru yang profesional di bidangnya dan rekan diskusi untuk menyampaikan ide-idenya dalam menyelesaikan persoalan matematika, sehingga peserta didik mampu memanfaatkan kemampuan matematikalnya secara maksimal dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran Matematika SD/ Mi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menurut KEMENDIKBUD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut; Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

(18)

3 kemampuan yang cukup. Akan tetapi, dalam pembelajaran masih ditemukan adanya siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep matematika, sebagaimana hasil pre test yang dilaksanakan pada hari Selasa, 24 November 2015 menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 3 orang, atau 30 % dari keseluruhan siswa di kelas V MI Miftahul Huda Cukil. Kesulitan siswa dalam memahami soal-soal pre test ditunjukkan

dengan; (1

)

Ketidaktelitian siswa dalam membaca dan memahami soal,

ditunjukkan dengan kesalahan salah satu siswa dalam mengoperasikan hasil perkalian dan pembagian dalam mencari luas trapesium dan layang-layang,

dan (2

)

Kebingungan siswa dalam menghubungkan antar konsep. Hal ini

ditunjukkan dengan adanya ketidakmampuan siswa memecahkan soal ketika menjumpai jenis soal yang meminta penemuan panjang sisi tertentu suatu bangun.

(19)

4 Hal tersebut berimbas pada kemampuan siswa rata-rata ke bawah yang cenderung tidak mengalami peningkatan karena perasaan tertekan. Siswa dengan kemampuan rata-rata ke bawah merasa tidak mampu mengikuti pelajaran, menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan memututuskan untuk mengabaikan pelajaran Matematika. Sementara, siswa dengan kemampuan rata-rata keatas merasa telah menguasai dan bosan ketika guru kelas harus mendampingi siswa berkemampuan rata-rata ke bawah. Siswa ini cenderung bermain sendiri ketika guru kelas mendampingi siswa yang berkemampuan rata-rata ke bawah dan menyebabkan kelas menjadi tidak kondusif.

Berdasarkan pemaparan tersebut, perlu diambil tindakan untuk meningkatkan kemampuan matematikal siswa kelas V MI Miftahul Huda Cukil. Dalam hal ini guru dituntut untuk menemukan model, metode, media yang mampu meningkatkan kemampuan matematikal siswa. Reciprocal Teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif, dimana siswa belajar mandiri dalam sebuah kelompok yang dibentuk berdasarkan tingkat kemampuan matematikal siswa secara heterogen, sehingga siswa yang mempunyai kemampuan matematikal tinggi diharapkan mampu membantu guru kelas dalam melakukan pendampingan intensif kepada siswa yang mempunyai kemampuan matematikal rendah.

(20)

5 yang sulit dipahami (clarifying), memprediksi materi lanjutan (predicting), dan merangkum (summarizing).

Siswa juga diharapkan mampu mengembangkan kemampuan matematikalnya pada saat melaksanakan model pembelajaran Reciprocal Teaching ini, dimana siswa mempunyai rekan diskusi tanpa melupakan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Selain itu, dengan adanya pendampingan dari teman sebaya, diharapkan siswa lebih mampu menyerap materi setelah melakukan diskusi untuk menyederhanakan penjabaran materi dengan menggunakan bahasa yang lebih dipahami oleh siswa.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti mengambil judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Luas Bangun Datar melalui Model Reciprocal Teaching pada Siswa Kelas V Mi Miftahul Huda Cukil Banjari, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Semester I Tahun Ajaran 2015/2016” sebagai judul dalam penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

(21)

6

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, adapun perinciannya adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi luas bangun datar pada siswa kelas V semester 1 MI Miftahul Huda Cukil pada tahun pelajaran 2015/2016.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi luas bangun datar pada siswa kelas V semester 1 MI Miftahul Huda Cukil pada tahun pelajaran 2015/2016 melalui model reciprocal teaching.

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan model Reciprocal Teaching dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi

luas bangun datar pada siswa kelas V semester 1 MI Miftahul Huda Cukil pada tahun pelajaran 2015/2016.

2. Indikator Keberhasilan

(22)

7

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari perbedaan interprestasi pembaca, maka diperlukan penjelasan untuk menjelaskan kata kunci dalam penelitian ini.

1. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku siswa baik pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik yang merupakan timbal balik dari proses belajar mengajar yang telah dilakukan. (Sudjana, 1989: 2). 2. Matematika

Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran (Russeffendi ET, 1980 :148)

3. Luas Bangun Datar

(23)

8 4. Model Reciprocal Teaching

Reciprocal Teaching merupakan aktivitas intruksional yang didesain

untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa. Hal ini dicapai dengan menyemangati siswa bekerjasama untuk mengerti dan memahami sebuah teks. Reciprocal Teaching, sebagaimana yang dideskripsikan oleh Palinscar and Brown, mempunyai empat tahapan, yakni; predicting, clarifying, questioning, and summarising. (Reilly, dkk, 2009:183)

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode dalam Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yakni meningkatkan hasil belajar matematika materi sudut pada siswa kelas V MI Ma’arif Noborejo melalui model Reciprocal Teaching.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat. (Aqib, 2010: 3)

2. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi Penelitian

(24)

9 b. Waktu Penelitian

Tabel 1.1 Waktu Penelitian

No Deskripsi

Oktober November Desember

IV I-IV I II III IV

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas/ karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2010: 117)

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah populasi siswa kelas V MI Miftahul Huda Cukil, Banjari Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.

4. Langkah-langkah Penelitian

(25)

10 Bagan 1.1

Desain Siklus PTK Model Refleksi Awal Saur Tampubolon

(Saur, 2014: 28)

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian, dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. (Kusumah

Refleksi Awal Perencanaan

Tindakan Observasi

Evaluasi/ Refleksi

Hasil Penelitian (Pencapaian Indikator Penelitian)

Rencana Tindakan Siklus I

(26)

11 dan Dwitagama, 2010: 66). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dan untuk mendpatakan informasi langsung dengan melakukan pengamatan terhadap tingkah laku siswa yang dijadikan objek penelitian.

b. Metode Test

Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya,atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu. (Sudijono, 2011: 67)

Sebagai salah satu indikator penentuan keberhasilan metode Reciprocal Teaching dalam Penelitian Tindakan Kelas, jenis tes yang

(27)

12 c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan peneliti untuk memperoleh data tentang jumlah guru dan siswa, sarana dan prasarana, alat atau media yang digunakan dan lain sebagainya yang dianggap penting.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Reciprocal Teaching adalah Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Teknik deskriptif yang diperlukan berupa perhitungan sebagai berikut:

a. Membandingkan Pencapaian Nilai dengan KKM

Peneliti membandingkan pencapaian nilai dengan KKM pada setiap siklusnya dengan ketentuan jika nilai siswa dari batas KKM, yakni 70, maka siswa tersebut telah mencapai KKM. Jika nilai siswa kurang dari 70 maka siswa tersebut tidak mencapai KKM.

b. Pencapaian Kriteria Ketuntasan Klasikal

(28)

13 P =

kemampuan setiap peserta didik berbeda-beda; fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda; dan daya dukung setiap sekolah berbeda.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka keberhasilan penelitian ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa, yaitu apabila siswa telah mencapai kriteria ketuntasan klasikal 85% dari jumlah seluruh siswa dengan nilai KKM 70. Ketuntasan belajar siswa dikatakan meningkat jika prosentase ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus II lebih besar daripada prosentase ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus I. Prosentase kriteria ketuntasan klasikal ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

(Aqib, dkk., 2010:41)

G. Sistematika Pembahasan

Laporan penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu:

Bab I, Pendahuluan. Pada Bab I terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

(29)

14 Bab III, Pelaksanaan Penelitian. Pada bab ini diuraikan tentang hasil pengamatan saat penelitian. Bab ini terdiri atas deskripsi pra siklus, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II.

Bab IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini dianalisis hasil penelitian yang telah dilakukan. Bab ini terdiri atas analisis setiap siklus dan pembahasan hasil penelitian.

(30)

15 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Belajar dan mengajar sebagai suatu proses, mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses belajar mengajar, dan hasil belajar. (Sudjana, 1989: 2).

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik yang merupakan timbal balik dari proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

2. Macam-macam Hasil Belajar

Benyamin Bloom secara garis besar mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga bagian, yakni:

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

1) Tipe Pengetahuan

(31)

16 Description of knowledge level is remember (recall) appropiate, previously learned facts and information. (Thomas,

2004:6) Level pengetahuan ditandai dengan kemampuan siswa untuk mengingat kembali fakta dan informasi yang didapatkan pada pembelajaran yang telah ditempuh.

2) Tipe Pemahaman

Tipe hasil belajar pemahaman merupakan tipe yang setingkat lebih tinggi daripada tipe pengetahuan. Comphrehension level is interpret information (unserstand in your own words). (Thomas, 2004:6) Pada tipe ini siswa mampu menjelaskan suatu pengetahuan dengan susunan kalimatnya sendiri. Nana Sudjana mengklasifikasikan tipe hasil belajar ke dalam tiga tingkat, yakni: a) Tingkat Terendah: Pemahaman Terjemahan

Pemahaman tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, mengartikan Bhineka Tunggal Ika, mengartikan merah putih, dll.

b) Tingkat Kedua: Pemahaman Penafsiran

(32)

17 grafik denagn kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok

c) Tingkat Ketiga: Pemahaman Ekstrapolasi

Pemahaman tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi, yakni melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi, dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus atau masalahnya.

3) Tipe Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.

Application is apply information (use information to solve

problems or procedure) (Thomas, 2004: 6). Kemampuan siswa pada tipe ini ditandai dengan pencapaian siswa menggunakan informasi yang telah didapat untuk memecahkan masalah yang dijumpai. Dalam matematika, hal ini ditandai dengan kemampuan siswa dalam menggunakan rumus yang telah dipelajari untuk memecahkan persoalan matematika.

4) Tipe Analisis

(33)

18 Analysis is break information down into parts. (Thomas, 2004:6). Dalam tipe analisis, siswa diharapkan mampu mengklasifikasikan informasi-informasi serta mengevaluasi data-data yang telah didapat.

5) Tipe Sintesis

Synthesis is creatively or divergently apply prior knowledge and skills to produce a new or original whole. (Thomas, 2004:6).

Sintesis merupakan penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Berpikir sintesis merupakan ranah berpokir divergen, dimana siswa dapat menemukan hubungan kausal tertentu, atau menemukan abstraksi atau operasionalnya. 6) Tipe Belajar Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tantang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan, metode, materiil, dll. (Sudjana, 1989: 28)

Evaluation is make judgment against set criteria or standards. (Thomas, 2004:7). Tipe belajar evaluasi menargetkan

siswa mampu menilai sebuah pernyataan atau keadaan yang dijumpai.

b. Afektif

(34)

19 1) Reciving/ Attending

Receiving is a willingness to receive information, directly

related to motivation. (Wirth, 2008: 7) Penerimaan siswa ditandai dengan antusiasisme siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Siswa menyimak pelajaran dengan baik.

2) Responding atau Jawaban

Respon siswa ketika guru atau teman sebaya mengajukan pertanyaan atau memerintahkan untuk melakukan sesuatu merupakan indikator afektif tingkat kedua, responding. Responding is showing some new thingking or behavior as a result of an experience. (Wirth, 2008: 7)

3) Valuing atau Penilaian

Valuing is finding worth or value in a subject, activity, assignment, etc.(Wirth, 2008:7). Valuing ditandai dengan

kemampuan siswa untuk menerima sebuah nilai, mempertimbangkan apakah nilai tersebut baik atau buruk.

4) Organisasi

Kemampuan siswa untuk memilah nilai-nilai yang diterima, untuk kemudian mengorganisasikan sesuai dengan kategorinya merupakan kemampuan afektif tingkat ke empat. Organizing is integrating new information and values into one’s set of values.

(35)

20 5) Karakteristik

Characterizing is acting consistently with the new values,

having a value set. (Wirth, 2008: 7). Tingkat tertinggi dalam aspek afektif adalah kemampuan siswa dalam menginternalisasi nilai-nilai yang telah dipelajari serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari secara konsisten.

c. Psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan ketrampilan, yakni:

1) Observasi

Langkah pertama untuk membentuk sebuah ketrampilan adalah mengamati gerak-gerik orang lain. Observation is watching the skill or activity being performed. (Jones and Bartlett, 2008: 63)

2) Peniruan/ Imitasi

Imitation is copying the skill or activity in step by step manner. (Jones and Bartlett, 2008: 63). Pada langkah kedua ini,

siswa menirukan kegiatan atau keahlian dalam langkah demi langkah.

3) Manipulasi

(36)

21 Manipulation is performing the skill based on instruction.(Jones and Bartlett, 2008: 63)

4) Presisi

Precision is performing the skill until it bcomes habbit.

(Jones and Bartlett, 2008: 63). Latihan secara terus-menerus diperlukan agar keahlian atau aktivitas yang diharapkan menjadi sebuah kebiasaan dalam keseharian siswa.

5) Artikulasi

Articulation is combining multiple skills together. (Jones and

Bartlett, 2008: 63). Siswa memerlukan latihan lebih lanjut untuk menggabungkan keahlian yang telah dipelajari dengan keahlian lain yang dikuasai, sehingga memudahkan siswa untuk mengerjakan sebuah aktivitas.

6) Naturalisasi

Tujuan utama pendidikan adalah pengaplikasian ilmu yang dipelajari oleh siswa di sekolah dalam kehidupan sehari-hari. Disinilah pentingnya naturalisasi kemampuan psikomotorik siswa. Naturalization is performing multiple skillscorrectly all the time. (Jones and Bartlett, 2008: 63)

B. Model Reciprocal Teaching

1. Pengertian Reciprocal Teaching

(37)

22 siswa lain-dalam hal ini temannya- untuk belajar dengan menggunakan empat strategi, yakni: meringkas, mengajukan pertanyaan umum, klarifikasi dan prediksi. (Reilly, dkk; 2009: 183)

2. Model Reciprocal Teaching pada Matematika

Sebelum menggunakan model Reciprocal Teaching, terlebih dahulu siswa harus menguasai empat kompetensi yang akan digunakan dalam model ini yakni meringkas, mengajukan pertanyaan umum, klarifikasi dan prediksi .

Secara umum, Reciprocal Teaching terdiri dari predicting, clarifying, questioning dan summarising. Namun dalam pengaplikasian model tersebut pada pembelajaran matematika dibutuhkan penyesuaian sesuai dengan karakteristik pembelajaran matematika. Penerapan model Reciprocal Teaching dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:

a. Predicting

Pada saat predicting, siswa menerjemahkan tipe pertanyaan matematika yang mereka terima, tipe operasi matematika yang akan mereka gunakan untuk menjawab pertanyaan dan perkiraan jawaban atas pertanyaan tersebut. (Reilly, dkk; 2009: 185)

b. Clarifyng

(38)

23 akan membantu siswa untuk memahami materi pembelajaran dan saling berdiskusi dengan teman sebaya. Selain itu, pada tahap klarifikasi siswa juga diharapkan bisa meningkatkan kualitas belajar dan membacanya. (Reilly, dkk; 2009: 185)

Selama proses klarifikasi ini siswa bisa mengira pertanyaan yang akan diajukan pada akhir tahap klarifikasi.

c. Solving

Selama tahap solving, siswa belajar untuk menyelesaikan masalah dari pertanyaan yang telah disusun pada akhir tahap klarifikasi.

Siswa berdiskusi dengan teman sebaya dalam grupnya, tipe pertanyaan matematika yang ada di dalam lembar pertanyaan dan operasi matematika seperti apa yang digunakan unuk menyelesaikan masalah matematika tersebut.

d. Summarising

Pada tahap ini, siswa dipandu oleh guru merefleksikan kesimpulan atas materi yang telah dipelajari pada pembelajaran matematika melalui model Reciprocal Teaching.

3. Langkah-langkah Model Reciprocal Teaching

Langkah-langkah dalam model Reciprocal Teaching yang disesuaikan dengan karakter siswa kelas V MI adalah:

(39)

24 b. Bagi peran masing-masing siswa dengan satu kartu unik, yakni: modul/ lembar worksheet, kartu pertanyaan, kartu jawaban dan kartu kesimpulan.

c. Bimbing siswa yang bertugas sebagai pengklarifikasi memahami modul sebagai bekal untuk menjelaskan kepada teman-temannya. Siswa yang ditunjuk sebagai pengklarifikasi adalah siswa yang mempunyai kemampuan matematikal paling tinggi di kelasnya. d. Bimbing siswa untuk memprediksi tipe kalimat matematika dan

operasi matematika yang akan digunakan untuk menyelesaikan latihan yang terdapat dalam lembar worksheet bersama teman-teman sekelompok.

e. Siswa diperintahkan untuk membuat pertanyaan berdasarkan materi yang telah dipelajari di kelompoknya, untuk kemudian memprediksi kembali jawaban atas pertanyaan yang dipilih.

f. Guru membimbing siswa untuk membangun kesimpulan (summarising) dari kegiatan yang telah dilakukan.

4. Kelebihan dan Kelemahan Model Reciprocal Teaching

(40)

25 a. Kelebihan Reciprocal Teaching

1) Model ini mendorong siswa untuk berfikir tentang gagasan mereka selama proses membaca.

2) Membantu siswa untuk belajar aktif terlibat dan mengamati pemahaman mereka dalam membaca.

3) Model ini mengajarkan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan membantu siswa untuk membuat teks agar menambah pemahaman mereka.

4) Model ini melatih siswa untuk bekerja dalam grup dan saling membantu.

5) Sangat dianjurkan diterapkan dalam mata pelajaran yang membutuhkan latihan dan pendampingan intens.

b. Kelemahan Reciprocal Teaching

1) Reciprocal teaching membutuhkan pembiasaan untuk mengenal alur model terlebih dahulu sebelum berjalan efektif.

2) Hanya bisa berjalan baik pada kelompok kecil dengan anggota maksimal empat orang dalam setiap grup.

C. Luas Bangun Datar Trapesium dan Layang-layang

1. Luas Bangun Datar Trapesium a. Bangun Datar Trapesium

(41)

26 b. Jenis-jenis Trapesium

1) Trapesium sama Kaki

Trapesium sama kaki merupakan trapesium yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

a) Memiliki sepasang sisi berhadapan yang sejajar, yaitu sisi DC // AB.

b) Memiliki dua pasang sudut sama besar, yaitu <ADC = < BCD dan <BAD = <BCD

c) Jumlah sudut yang berhadapan membentuk sudut lurus 1800 , yaitu: <BAD + < BCD = 1800 dan <ABC + < ADC = 1800 .

d) Memiliki sepasang sisi yang sama panjang, yaitu sisi AD = BC

2) Trapesium Siku-siku

(42)

27 a) Memiliki sepasang sisi sejajar, yaitu AB//CD

b) Memiliki sepasang sudut siku-siku, yaitu < BAD dan <ADC.

Jumlah sudut yang berhadapan membentuk sudut lurus 1800, yaitu <BAD + <ADC = 1800 dan <BCD + <ABC = 1800.

3) Trapesium Sembarang

Trapesium sembarang merupakan trapesium yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

P

a) Memiliki sepasang sisi sejajar, yaitu SR//PQ

(43)

28 c. Luas Bangun Datar Trapesium

Dasar penghitungan luas trapesium adalah jumlah luas dua segitiga penyusun bangun trapesium. Sebagaimana yang dideskripsikan dalam gambar berikut ini:

Trapesium ABCD merupakan gabungan dari segitiga ABC dan segitiga ACD, dalam notasi matematika, untuk mencari luas trapesium ABCD bisa menggunakan rumus sebagai berikut:

Luas T. ABCD = Luas S. ABC + Luas S.ACD = ½ . t. AB + ½ t. CD

= ½ . t (AB+CD)

AB dan CD merupakan sisi sejajar trapesium, jadi:

(44)

29 2. Luas Bangun Datar Layang-layang

a. Bangun Datar Layang-layang

Layang-layang adalah segi empat gabungan dua buah segitiga siku-siku sama kaki yang alasnya sama panjang dan berimpit. (Idayani, 2008: 81)

b. Sifat Bangun Datar Layang-layang

Bangun datar layang-layang memiliki sifat-sifat sebagai berikut: 1) Memiliki dua pasang sisi sama panjang, yakni AB=AD dan

CD=BC

2) Kedua diagonalnya saling berpotongan, yaitu diagonal AC berpotongan dengan diagona; BD.

3) Salah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri bangun tersebut, yaitu diagonal AC.

c. Luas Bangun Datar Layang-layang

(45)
(46)

31 BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Deskripsi Awal (Pra Siklus)

1. Perolehan Nilai Pre Test Matematika

Pada tahap ini peneliti menggunakan nilai pre test materi Luas Bangun Datar mata pelajaran matematika untuk memperoleh kemampuan awal siswa kelas V MI Miftahul Huda Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Berikut ini hasil nilai pre test siswa kelas V MI Miftahul Huda Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang sebelum diberi tindakan Reciprocal Teaching.

Tabel 3.1

2. Data Keadaan Siswa

(47)

32 Miftahul Huda Cukil Banjari Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut:

Penelitian dilaksanakan pada mata pelajaran Matematika materi Luas Bangun Datar. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching yang dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Waktu

penelitiannya adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan siklus I dilaksanakan pada tanggal 24 November 2015 b. Kegiatan siklus II dilaksanakan pada tanggal 26 November 2015

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

1. Refleksi Awal

(48)

33 menggunakan model Reciprocal Teaching. Selama pengamatan berlangsung, ditemukan beberapa kendala dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) mata pelajaran Matematika, yakni:

a. Terbatasnya waktu untuk mendampingi siswa dengan kemampuan matematikal rendah, sehingga siswa dengan kemampuan matematikal rendah tidak tereksplorasi kemampuannya secara maksimal.

b. Siswa yang mempunyai kemampuan matematikal tinggi tidak memiliki aktivitas prosuktif ketika guru melakukan pendampingan pada siswa dengan kemampuan matematikal rendah, hal ini menyebabkan kondisi kelas ramai dan tidak kondusif untuk belajar. c. Siswa yang mempunyai kemampuan matematikal tinggi cenderung

bersifat egois, tidak mau berbagi kepada siswa yang memiliki kemampuan matematikal rendah. Bahkan di beberapa kejadian, justru siswa dengan kemampuan matematikal tinggi ini menjadikan bahan olok-olok ketika mendapati siswa yang mempunyai kemampuan matematikal rendah mengalami kebingungan.

d. Dari analisis tersebut, peneliti menjadikan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan tindakan pada siklus I. 2. Perencanaan Tindakan

(49)

34 a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran Matematika menggunakan model Reciprocal Teaching dengan materi Luas Bangun Datar Trapesium.

b. Menyiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa), kuis, dan reward untuk mendukung pelaksanaan fase-fase yang terdapat dalam model Reciprocal Teaching.

c. Menyiapkan materi dan media Luas Bangun Datar Trapesium.

d. Menyiapkan lembar pengamatan untuk melihat proses belajar mengajar yang dilakukan guru dengan menggunakan model Reciprocal Teaching.

e. Peneliti berkordinasi dengan guru selaku kolaborator untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan model Reciprocal Teaching.

f. Menyusun soal evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar Matematika materi Luas Bangun Datar setelah menggunakan model Reciprocal Teaching.

3. Pelaksanaan Tindakan

Dalam pelaksanaan tindakan siklus I, secara ringkas dapat dijabarkan sebagai berikut;

a. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang dibuat sebelumnya.

(50)

35 c. Guru menanyakan kabar dan mengabsen daftar hadir siswa.

d. Guru memberikan motivasi sebelum masuk ke dalam materi pembelajaran dengan menanyakan tentang materi sebelumnya, yakni berbagai bangun ruang seperti kubus dan balok. Kemudian guru menggambar sebuah bangun datar di papan tulis dan meminta siswa menebak apa nama bangun datar tersebut. Siswa menjawab pertanyaan guru dengan cepat dan kompak bahwa bangun datar yang digambar oleh guru adalah bangun datar trapesium.

e. Guru melakukan brainstroming dengan mengajak siswa untuk menyebutkan macam-macam benda yang termasuk bangun datar trapesium.

f. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

g. Guru menjelaskan cakupan materi yang akan dipelajari.

(51)

36 i. Guru menjelaskan tahap-tahap yang akan dilalui bersama serta tugas

ketua dan sekretaris.

j. Guru membagi Lembar Kerja Siswa (LKS) yang merupakan perangkat model pembelajaran Reciprocal Teaching.

k. Guru menjelaskan cakupan materi tentang trapesium secara klasikal. l. Siswa belajar melalui model Reciprocal Teaching tahap pertama,

Clarifying, dimana siswa yang bertugas sebagai ketua bertanggung jawab terhadap pemahaman anggota kelompoknya.

m. Siswa bersama-sama dengan kelompoknya melakukan diskusi untuk mengaitkan antar konsep.

n. Siswa mencermati lembar Worksheet untuk bersiap pada tahap Questioning, dimana setiap siswa membuat satu buah pertanyaan. Kemudian sekretaris menuliskan pertanyaan tersebut ke depan.

o. Guru melakukan seleksi atas pertanyaan yang telah ditulis oleh siswa dan menambahkan pertanyaan pemecahan masalah yang belum ditulis oleh siswa. Adapun pertanyaan yang telah diseleksi dan ditambahkan adalah sebagai berikut;

1) Rumus untuk mencari luas trapesium adalah.... 2) Berapakah jumlah sisi trapesium?

(52)

37 p. Guru membimbing siswa untuk menyelesaikan soal tersebut bersama kelompoknya, dimana anggota kelompok yang telah menguasai materi bertanggung jawab untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang belum memahami.

q. Perwakilan kelompok secara bergantian menuliskan jawaban di papan tulis dan bersama guru membahas jawabannya. Pada tahap ini terjadi kekacauan, dimana siswa belum mampu bekerja sama dalam kelompok dan cenderung menyalahkan anggota kelompoknya yang lamban.

r. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan tentang materi yang telah dipelajari. Dan menuliskan di lembar Summarizer.

s. Siswa mengerjakan lembar evaluasi.

t. Guru menyampaikan bahwa pada pertemuan mendatang akan mempelajari tentang Luas Bangun Datar Layang-layang.

u. Guru menutup pelajaran dengan berdoa dan salam. 4. Pengamatan atau Observasi

(53)

38 a. Lembar observasi guru

Tabel 3.3

Lembar Observasi Guru Siklus I

No Aspek yang Diamati Skala Partisipasi

A B C D

I PRA PEMBELAJARAN

1 Memeriksa kesiapan siswa v

2 Melakukan kegiatan apersepsi v

II KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN

A Penguasaan Materi Pembelajaran

3 Menjelaskan tujuan pembelajaran v 4 Menunjukkan penguasaan materi

pembelajaran v

5 Menyampaikan materi dengan jelas v 6 Mengkaitkan materi dengan realita

kehidupan v

B Pendekatan / Strategi Pembelajaran

7 Membimbing siswa membentuk

kelompok secara heterogen v

8 Menjelaskan cara mengerjakan LKS v

9

Memberikan bantuan apabila siswa mengalami kesulitan dalam kerja kelompok

v

10 Memberikan kuis/pertanyaan individu

kepada siswa v

11 Memberikan reward kepada siswa v

C Pemanfaatan Sumber Belajar / Media Pembelajaran

12 Menggunakan LKS sebagai sumber

belajar v

13 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan

sumber belajar v

D Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa

14 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa

(54)

39 Lanjutan Tabel 3.3 Lembar Observasi Guru Siklus I

No Aspek yang Diamati Skala Partisipasi

A B C D

16 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme

siswa dalam pembelajaran v

E Penilaian proses dan hasil belajar

17 Memantau kemajuan belajar selama

proses pembelajaran v

18 Melakukan penilaian akhir sesuai dengan

kompetensi v

F Penggunaan Bahasa

19 Menggunakan bahasa lisan dan tulis

secara jelas, baik dan benar. v 20 Menyampaikan pesan dengan gaya yang

sesuai v

III PENUTUP

21 Menanyakan hal-hal yang belum

diketahui siswa v

22

(55)

40 Rentang kategori:

Nilai 81- 100 (Baik sekali) Nilai 61 – 80 (Baik) Nilai 41 – 60 (Cukup)

b. Nilai Evaluasi Siklus I

Tabel 3.4 Nilai Evaluasi Siklus I

NO NAMA

c. Lembar Observasi Siswa

Lembar observasi siswa dipergunakan oleh peneliti untuk membantu dalam mengamati siswa sebagai alat evaluasi aspek afektif dan psikomotorik.

(56)

41

Tabel 3.5

Lembar Observasi Aspek Afektif Siswa pada Siklus I

No

Aspek yang

Diamati 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Kesiapan mengikuti

pelajaran 1 1 3 1 2 1 2 2 3 1

2 Keaktifan dalam

kelompok 2 1 3 3 3 2 3 2 2 2

4 Bekerjasama dalam

kelompok 1 1 2 2 1 1 2 3 1 1

5 Berani 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2

6 Menghargai teman 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1

Total Nilai 9 8 16 12 11 11 12 13 12 10

Tabel 3.6 merupakan hasil observasi aspek psikomotorik siswa kelas V MI Miftahul Huda Cukil pada siklus I. Tabel 3.6 menunjukkan bahwa aspek psikomotorik siswa kelas V MI Miftahul Huda pada siklus I yang terendah berada pada skala 9, sedangkan nilai tertinggi berada pada skala 14 dari 18 skala maksimal.

(57)

42

Tabel 3.6

Lembar Observasi Aspek Psikomotorik Siswa Siklus I

No Aspek yang Diamati 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Penggunaan Penggaris 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2

2 Kebenaran gambar/

lukisan 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2

3 Kerapian gambar/

lukisan 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1

4 Kerapian menggunting 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3

5 Kerapian menempel 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2

6 Kebenaran penempelan 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2

Total Nilai 13 9 13 12 14 12 13 11 13 12

5. Refleksi

(58)

43 terdapat satu soal pemecahan masalah pada saat kegiatan Questioning berlangsung.

Siswa terlihat antusias dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching. Guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan pusat pembelajaran berada pada siswa. Guru terbantu dengan adanya siswa yang membantu sebayanya, sehingga guru bisa meluangkan waktu lebih banyak untuk mendampingi siswa dengan kemampuan matematikal rendah.

Selama kegiatan berlangsung, masih terjadi kebingungan pada siswa, dimana siswa cenderung bekerja sendiri dan masih memerlukan bimbigan guru agar mampu bekerja secara kelompok. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa belajar secara kelompok dan menganggap siswa yang lain adalah lawan.

Pada pembelajaran dengan model Reciprocal Teaching siklus I ini, masih ada beberapa siswa yang pasif dikarenakan ketua kelompok terburu-buru agar bisa menjawab soal lebih cepat dari kelompok lain dan meninggalkan temannya yang masih kebingungan, sehingga harapan agar semua anggota kelompok memahami soal kurang tercapai.

(59)

44

C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

1. Perencanaan Tindakan Perbaikan

Berdasarkan refleksi yang diperoleh dari pengamatan dan hasil perolehan nilai pada siklus I, maka siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Rencana tindakan siklus II yang dilakukan oleh peneliti adalah: a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata

pelajaran Matematika yang memuat serangkaian kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model Reciprocal Teaching. Adapun materi yang dibahas adalah luas bangun datar layang-layang. Adapun penyesuaian yang dilakukan berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar siklus I antara lain; Pertanyaan tidak ditulis satu persatu di depan kelas, namun langsung dikumpulkan kepada guru untuk kemudian diseleksi; pertanyaan disarankan berbentuk soal pemecahan masalah, bukan soal teoritis sehingga siswa lebih banyak mengerjakan latihan; Perwakilan kelompok baru diperkenankan untuk menulis jawaban di papan tulis ketika semua anggota kelompok mampu memahami pertanyaan dan proses menjawab pertanyaan yang tengah dibahas; Dipersiapkan reward untuk meningkatkan semangat siswa; Pembelajaran dilaksanakan dengan lesehan di karpet agar siswa lebih leluasa bergerak.

b. Menyiapkan Worksheet, Kartu Pertanyaan, Kartu Jawaban, Kartu Kesimpulan dan reward untuk mendukung pelaksanaan fase-fase yang terdapat dalam model Reciprocal Teaching.

(60)

45 d. Menyiapkan lembar pengamatan untuk melihat proses belajar mengajar yang dilakukan guru dengan menggunakan model Reciprocal Teaching.

e. Peneliti berkoordinasi dengan guru selaku kolaborator untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan model Reciprocal Teaching.

f. Menyusun soal evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa

2. Pelaksanaan Tindakan Perbaikan

a. Guru membuka pelajaran dengan salam dan berdoa, dipimpin oleh salah satu siswa yang ditunjuk oleh guru.

b. Guru menanyakan kabar anak-anak.

c. Guru mengabsen siswa. Seluruh siswa hadir dalam pembelajaran Matematika.

d. Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok yang sama dengan kelompok sebelumnya, namun, pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan duduk melingkar di tikar.

e. Guru memotivasi siswa dengan bertanya tentang hal-hal yang terkait dengan layang-layang, kemudian meminta salah satu siswa untuk maju menggambar bentuk bangun datar layang-layang di papan tulis. f. Guru menjabarkan tujuan pembelajaran pertemuan kali ini, serta

(61)

46 g. Guru membagikan Lembar Worksheet, media serta kartu catatan yang

difokuskan pada pembelajaran pemecahan masalah.

h. Guru menjelaskan materi yang ada di Worksheet, kemudian memandu kelompok untuk mengerjakan lembar Worksheet sesuai dengan perintah yang ada di lembar tersebut. Terlihat dalam aktivitas siswa, masing-masing ketua kelompok berusaha untuk memberikan penjelasan lebih lanjut kepada teman-temannya yang mengalami kebingungan. Ketika ketua kelompok merasa ada salah satu temannya yang tidak mampu memahami, ketua kelompok meminta bantuan guru untuk menjelaskan materi tersebut kepada temannya.

i. Siswa dengan pendampingan guru melakukan diskusi tentang kaitan antara konsep pengertian layang-layang, bagian layang-layang, sifat layang-layang dengan luas layang-layang.

j. Siswa membuat pertanyaan dan menuliskannya di Kartu Pertanyaan. Pertanyaan pada siklus kedua ini berbeda dengan siklus pertama. Pada siklus kedua siswa diperintahkan untuk membuat soal yang berbentuk pemecahan masalah.

(62)

47 Adapun soal yang dipilih oleh guru dan kronologi jawaban siswa adalah sebagai berikut:

l. Diketahui diagonal sebuah layang layang adalah 10 cm dan 20 cm. Berapakah luas layang-layang?

m. Sebuah layang-layang mempunyai diagonal 11 cm dan 12 sm. Hitunglah luas layang-layang tersebut!

n. Sebuah layang-layang memiliki luas 300 cm2. Salah satu diagonalnya mempunyai panjang 30 cm. Berapakah panjang diagonal yang lain? o. Guru bersama-sama dengan siswa menghitung poin untuk

menetapkan pemenang. Setelah dihitung, kelompok satu mendapatkan satu poin, sementara kelompok dua mendapatkan dua poin. Pemenang kuis pada siklus kedua adalah kelompok dua.

p. Setelah aktivitas Questioning yang berlangsung sangat hidup karena siswa saling berlomba untuk menjawab soal dengan benar, guru mendampingi siswa untuk menarik kesimpulan daripada pembelajaran kali ini. Aktivitas ini merupakan aktivitas summarizer, siswa menulis kesimpulan di Kartu Kesimpulan.

q. Di kegiatan akhir, guru membagikan soal evaluasi dan meminta siswa untuk mengerjakannya secara mandiri.

(63)

48 s. Guru menutup pelajaran dengan berdoa, kemudian mengucapkan

salam.

3. Pengamatan atau Observasi

Selama proses pembelajaran, peneliti secara langsung melakukan pengamatan untuk mengetahui pengaruh kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Reciprocal Teaching dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Variabel yang di amati sebagai berikut:

a. Lembar observasi guru

Tabel 3.7

Lembar Observasi Guru Siklus II

No Aspek Yang Diamati Skala Partisipasi

A B C D

I PRA PEMBELAJARAN

1 Memeriksa kesiapan siswa v

2 Melakukan kegiatan apersepsi v

II KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN

A Penguasaan Materi Pembelajaran

B Pendekatan / Strategi Pembelajaran

7 Membimbing siswa membentuk kelompok secara

heterogen v

8 Menjelaskan cara mengerjakan LKS v 9 Memberikan bantuan apabila siswa mengalami

kesulitan dalam kerja kelompok v 10 Memberikan kuis/pertanyaan individu kepada

siswa v

11 Memberikan reward kepada siswa v

C Pemanfaatan Sumber Belajar / Media Pembelajaran

12 Menggunakan LKS sebagai sumber belajar v 13 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan sumber

(64)

49 Lanjutan Tabel 3.7 Lembar Observasi Guru Siklus II

No Aspek Yang Diamati Skala Partisipasi

A B C D

D Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa

14 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam

pembelajaran v

15 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa v 16 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa

dalam pembelajaran v

E Penilaian proses dan hasil belajar

17 Memantau kemajuan belajar selama proses

pembelajaran v

18 Melakukan penilaian akhir sesuai dengan

kompetensi v

F Penggunaan Bahasa

19 Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas,

baik dan benar. v

20 Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai v

III PENUTUP

21 Menanyakan hal-hal yang belum diketahui siswa v 22 Melakukan refleksi / memberikan kesimpulan

materi pembelajaran dengan melibatkan siswa v

b. Nilai Evaluasi Siklus II

(65)

50

Tabel 3.8 Nilai Evaluasi Siklus II

NO NAMA SIKLUS II Tuntas Tidak

c. Lembar Observasi Siswa

Lembar observasi siswa dipergunakan oleh peneliti untuk mengamati siswa sebagai alat evaluasi aspek afektif dan psikomotorik. Tabel 3.9 merupakan hasil observasi aspek afektif pada siswa kelas V MI Mifathul Huda Cukil Banjari pada siklus II. Tabel 3.9 menunjukkan bahwa skor terendah aspek afektif siklus II pada siswa kelas V MI Miftahul Huda Banjari adalah 13 dan skor tertinggi adalah 17 dari 18 skor maksimal.

(66)

51

Tabel 3.9

Lembar Observasi Aspek Afektif Siklus II

No

Tabel 3.10 merupakan hasil observasi aspek psikomotorik siswa kelas V MI Miftahul Huda Cukil pada siklus II. Tabel 3.10 menunjukkan bahwa aspek psikomotorik siswa kelas V MI Miftahul Huda pada siklus I yang terendah berada pada skor 11, sedangkan nilai tertinggi berada pada skala 17 dari 18 skala maksimal.

(67)

52

Tabel 3.10

Lembar Observasi Aspek Psikomotorik Siklus II

No Aspek yang Diamati 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Penggunaan Penggaris 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3

2 Kebenaran gambar/ lukisan

3 2 3 2 2 2 2 2 3 3

3 Kerapian gambar/ lukisan

2 1 2 3 3 3 3 3 2 2

4 Kerapian menggunting 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2

5 Kerapian menempel 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2

6 Kebenaran penempelan 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2

Total Nilai 15 15 11 16 17 17 15 17 16 15

4. Refleksi

(68)

53 sebayanya, sehingga guru bisa meluangkan waktu lebih banyak untuk mendampingi siswa dengan kemampuan matematikal rendah.

Selama kegiatan berlangsung pada siklus II, siswa mulai terbiasa untuk membantu teman-temannya yang kesulitan dalam memahami materi bangun datar layang-layang.

Pada pembelajaran dengan model Reciprocal Teaching siklus II ini, masing-masing anggota kelompok telah mampu memerankan peran masing-masing.

Peran guru dalam menyeleksi dan menuliskan soal yang telah dibuat oleh siswa pada kegiatan Questioning berhasil mengefektifkan waktu, sehingga lebih banyak waktu yang tersedia untuk kegiatan Reciprocal Teaching berikutnya.

(69)

54 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Tiap Siklus

1. Pra Siklus

Sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan observasi terlebih dahulu di MI Miftahul Huda Cukil Banjari Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Observasi ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 21 November 2015. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh data mengenai kondisi pembelajaran Matematika di MI Miftahul Huda.

Kegiatan belajar mengajar Matematika di MI Miftahul Huda masih menggunakan model klasikal, dimana guru menjadi sentral kegiatan belajar mengajar. Hal ini menyebabkan siswa yang memiliki kemampuan matematikal tinggi mengalami kebosanan, sementara yang memiliki kemampuan matematikal rendah tidak mampu mengikuti pembelajaran karena materi matematika sebelumnya belum dikuasai, tetapi harus mengikuti materi selanjutnya.

Siswa yang telah mencapai KKM pada saat observasi dilakukan baru 30% atau 3 dari 10 siswa di kelas. Rekapitulasi nilai hasil belajar pra siklus siswa kelas V MI Miftakhul Huda Cukil Banjari disajikan dalam tabel 4.1 sebagai berikut:

(70)

55

Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Pra Siklus

No. Keterangan Tes

Awal

1. Nilai Terendah 4

2. Nilai Tertinggi 8

3. Nilai Rata-rata Kelas 5,7

4. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 5. Jumlah Siswa yang Mencapai Nilai KKM 3 6. Jumlah Siswa yang Memperoleh Nilai di Bawah

KKM 7

7. Persentase Siswa yang Mencapai KKM 30% 8. Persentase Siswa yang Belum Mencapai KKM 70%

Berdasarkan data pada tabel 4.1 dapat digambarkan dalam bentuk diagram lingkaran yang berisi tentang persentase siswa yang tuntas dan siswa yang tidak tuntas. Berikut diagram lingkaran dari data tabel 4.1.

Gambar 4.1 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus

Tuntas; 30%

Tidak Tuntas; 70%

(71)

56 Setelah diperoleh data secara keseluruhan, peneliti mengklasifikasikan nilai perolehan siswa berdasarkan acuan penilaian yang telah ditetapkan. Adapun klasifikasi hasil belajar siswa pra siklus adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 Klasifikasi Hasil Siswa Pra Siklus

No. Nilai Frekuensi Persentase Predikat

1. 8,6-10 0 0% Sangat baik memperoleh predikat baik ada 2 siswa (20%), cukup ada 3 siswa (30%), kurang sebanyak 2 siswa (20%), dan kurang sekali sebanyak 3 siswa (30%). Data tersebut dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai mana yang disajikan dalam gambar 4.2 berikut :

Gambar 4.2 Grafik Hasil Belajar Siswa Pra Siklus

0

(72)

57 Hasil analisis data yang diperoleh membuktikan banyaknya hasil belajar siswa yang masih rendah atau belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan. Oleh karena itu, hasil data tersebut menjadi dasar bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan tujuan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menerapkan model Reciprocal Teaching dalam mata pelajaran Matematika materi Luas Bangun Datar di MI Miftahul Huda Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Siklus I

(73)

58 a. Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif

Tes tertulis dilaksanakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada aspek kognitif. Berikut Tabel mengenai hasil belajar siswa pada aspek kognitif :

Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus I

No. Keterangan Siklus I

1. Nilai Terendah 3

2. Nilai Tertinggi 8,5

3. Nilai Rata-rata Kelas 6,35

4. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 5. Jumlah Siswa yang Mencapai Nilai KKM 4 6. Jumlah Siswa yang Memperoleh Nilai di

Bawah KKM 6

7. Persentase Siswa yang Mencapai KKM 40% 8. Persentase Siswa yang Belum Mencapai KKM 60%

Berdasarkan data pada tabel 4.3 dapat digambarkan dalam bentuk diagram lingkaran yang berisi tentang persentase siswa yang tuntas dan siswa yang tidak tuntas.

(74)

59

Gambar 4.3 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I

Setelah diperoleh data secara keseluruhan pada siklus I, peneliti mengklasifikasikan nilai perolehan siswa berdasarkan acuan penilaian yang telah ditetapkan. Adapun klasifikasi hasil belajar siswa pada aspek kognitif siklus I disajikan dalam tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus I

No. Nilai Frekuensi Persentase Predikat

1. ≥8,1 1 10% Sangat baik

2. 6,6-8,0 4 40% Baik

3. 5,1-6,5 2 20% Cukup

4. 3,6-5,0 2 20% Kurang

5. ≤3,5 1 10% Kurang sekali

Jumlah 10 100%

Berdasarkan data pada tabel 4.4, dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh predikat sangat baik ada 1 siswa (10%), baik ada 4 siswa (40%), cukup ada 2 siswa (20%), kurang ada 2 siswa (20%),

Tuntas 40%

Tidak Tuntas 60%

(75)

60 dan kurang sekali ada 1 siswa (10%). Data tersebut dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut :

Gambar 4.4 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus I

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I adanya peningkatan pada nilai tertinggi yang diperoleh siswa, nilai rata-rata kelas yang meningkat menjadi 6,35 dengan predikat cukup, serta jumlah keseluruhan siswa yang tuntas mencapai nilai KKM sebanyak 4 siswa (40%), sedangkan yang belum tuntas mencapai KKM sebanyak 6 siswa (60%).

Hasil belajar siklus I belum sesuai dengan yang diharapkan, maka peneliti melanjutkan tindakan ke siklus II dengan beberapa perbaikan dari hasil refleksi siklus I.

b. Hasil Belajar Siswa pada Aspek Afektif

(76)

61 observasi yang telah disediakan. Setelah dianalisis, diperoleh nilai secara keseluruhan. Berikut daftar nilai siswa pada aspek afektif :

Tabel 4.5 Daftar Nilai Siswa pada Aspek Afektif Siklus I

NO NAMA Skor Nilai Predikat tertinggi yang diperoleh adalah 16. Setelah diperoleh data secara keseluruhan pada siklus I, peneliti mengklasifikasikan nilai perolehan siswa pada aspek afektif berdasarkan acuan penilaian yang telah ditetapkan. Adapun klasifikasi hasil belajar siswa pada aspek afektif siklus I adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6 Klasifikasi Hasil Belajar pada Aspek Afektif Siklus I

Nilai Frekuensi Persentase Predikat

16-18 1 10% Sangat baik

13-15 1 10% Baik

10-12 6 60% Cukup

6-9 2 20% Kurang

(77)

62 Berdasarkan data pada Tabel 4.6, dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat predikat sangat baik sebanyak 1 siswa (10%), baik sebanyak 1 siswa (10%), cukup sebanyak 6 siswa (60%). Maka penilaian afektif siswa pada siklus I berada pada predikat cukup ditandai dengan nilai rata-rata 11,4. Data tersebut dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut :

Gambar 4.5 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Afektif Siklus I

c. Hasil Belajar Siswa pada Aspek Psikomotorik

Penilaian siswa terhadap aspek psikomotorik diperoleh melalui observasi selama proses pembelajaran berlangsung dengan mengacu pada lembar observasi yang telah disediakan. Berikut daftar nilai siswa pada aspek psikomotorik:

0 1 2 3 4 5 6 7

Gambar

Tabel 1.1 Waktu Penelitian
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Data Keadaan Siswa
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal Nasabah tidak aktif melakukan transaksi di Mandiri dalam kurun waktu tertentu dan Nasabah tidak dapat dihubungi karena terjadinya perubahan alamat dan

Speed is the distance traveled by an object during a given time interval (distance divided by time).. You stop for a few minutes to watch a ball game at a local park, hurry to

Pasal 23 ayat (2), UU No 23/2007 mengatur bahwa dalam hal tidak ada Badan Usaha yang melaksanakan penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum, maka Pemerintah

Pencarian rute terdekat lokasi tempat ibadah merupakan salah satu pencarian yang diperlukan oleh para wisatawan yang datang ke Kota Bandung, dengan adanya

Kurkumin tersebar diberbagai genus Curcuma dalam jumlah relatif kecil dan variasi strukturnya terbatas, hal ini merupakan kendala untuk mengoptimalkan fungsi kurkumin,

Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.. Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan

Sebelum instrument variabel X digunakan, dilakukan uji validitas konstruk melalui proses validasi yaitu perhitungan koefisien korelasi skor butir dengan skor total dan

Drawing Class Diagrams is an essential aspect of any Object Oriented Design method, so it isn’t surprising that the UML provides us with the appropriate syntax.. We’ll see that we