• Tidak ada hasil yang ditemukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PANJANG INFUSA KULIT BUAH Persea americana Mill. TERHADAP KADAR ALBUMIN TIKUS JANTAN

GALUR WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Gemah Restuti Pendongane NIM : 118114031

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2014

i

PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PANJANG INFUSA KULIT BUAH Persea americana Mill. TERHADAP KADAR ALBUMIN TIKUS JANTAN

GALUR WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Gemah Restuti Pendongane NIM : 118114031

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2014

i

PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PANJANG INFUSA KULIT BUAH Persea americana Mill. TERHADAP KADAR ALBUMIN TIKUS JANTAN

GALUR WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Gemah Restuti Pendongane NIM : 118114031

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“ Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan,

kamu akan menerimanya ..” (Matius21:22)

EVERY DAY GOD THINK OF YOU (Psalm 68:19)

EVERY HOUR GOD LOOKS AFTER YOU (Thessalonians 3:3)

EVERY MINUTES GOD CARES FOR YOU (1 Peter 5:7)

BECAUSE EVERY SECOND HE LOVES YOU (Jeremiah 31:3)

Kupersembahkan karya ini untuk :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria sumber kasih dan kekuatanku Papah & Mamah ku tercinta

Ciciku Novita Yonatan Kokohku Golda Esa Putra Dan ..

(5)
(6)
(7)

vii PRAKATA

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Bapa atas berkat, kasih, anugerah, dan kuasanya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PANJANG INFUSA KULIT BUAH

Persea americana Mill. TERHADAP KADAR ALBUMIN TIKUS JANTAN GALUR WISTAR TERINDUSKI KARBON TETRAKLORIDA” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan campur tangan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, tanpa mengurangi rasa hormat, penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Papah dan mamah yang telah senantiasa mendukung, memotivasi, dan mendoakan selalu atas pengerjaan skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji pada skripsi ini, atas segala bimbingan, bantuan, motivasi dan saran yang diberikan kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi tersebut.

4. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji pada skripsi ini yang telah memberikan saran dan dukungannya kepada penulis.

5. Ibu Dr. Erna Wulandari, M.Si., Apt. selaku Dosen Penguji pada skripsi ini, atas saran kepada penulis.

(8)

viii

6. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. selaku Kepala Penanggung Jawab Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberi izin dalam penggunaan fasilitas laboratorium Farmakologi-Toksikologi, Biofarmasetika-Farmakokinetika, Farmakognosi-Fitokimia, Farmasi Fisika, Imunologi, dan Kimia Organik demi kepentingan penelitian ini. 7. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., atas bantuannya dalam determinasi

tanaman Persea americana Mill.

8. Ciciku Novita Yonatan dan kokohku Golda Esa Putra serta keluarga yang telah memberi dukungan dari awal sampai akhir penelitian ini, terima kasih atas doa dan perhatiannya selama penyusunan skripsi ini.

9. Pak Parjiman selaku laboran Laboratorium Farmakologi-Toksikologi, Pak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayat selaku laboran Laboratorium Biokimia, Pak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Pak Agung selaku laboran Laboratorium Farmasi Fisika, Pak Parlan selaku laboran Laboratorium Kimia Organik, atas segala kerjasama serta bantuannya di laboratorium. 10. Teman-teman penelitian tim kulit alpukat Angeline Syahputri, Vivo

Puspitasari, Maria Desita, Lusia Drikti, Brigita Wina, Jolina, M.M Risa, Bernadet Birgita, Fransiska Andriani, Ester, Theresia Eviani, Margareta Tri Nova, Paramitha Liong, Asih Putri atas bantuan, kerjasama dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi.

11. Teman-teman seperjuangan Vania Stefi Yuliani, Yovica Sagina, Deby Darmayanti, Marselina Tisera, Lusia Shinta, Regina Shella,

(9)

ix

Ardanareswari, Elisabeth Indah, Yoanna Kristia, Carolina Dea, Dara Prabandari, Okie Ramadhani, niken serta semua teman-teman FST A 2011, terimakasih atas kekeluargaannya.

12. Difa Family Kezia Candra M, Lenny Aftaliana, Suhartati Mentari, Septi Pertiwi, Diah Pramita, dan Anindita terimakasih atas doa, motivasi yang kalian berikan.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan, baik materi maupun teknik penulisan dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membnagun. Penulis juga berharap semoga skripsi tersebut bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, terutama bidang farmasi, maupun masyarakat.

Yogyakarta, Oktober 2014

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi

PRAKATA... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... .. xvi

INTISARI... xvii ABSTRACT... xviii BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang... 1 1. Rumusan masalah... 4 2. Keaslian penelitian ... 4 3. Manfaat penelitian... 5 B. Tujuan Penelitian ... 5

(11)

xi

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

A. Taksonomi dan morfologi Alpukat (Persea americana Mill.)

1. Sinonim ... 7

2. Nama daerah... 7

3. Nama asing... 7

4. Taksonomi ... 7

5. Kandungan kulit buah Persea americana Mill. ... 8

6. Khasiat dan kegunaan ... 9

B. Anatomi dan Fisiologi Hepar ... 9

C. Kerusakan Hati... 10 D. Hepatotoksin ... 12 E. Infusa... 13 F. Karbon tetraklorida ... 13 G. Albumin ... 15 H. Sintesis Albumin ... 16 I. Landasan Teori ... 17 J. Hipotesis... 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 20

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 20

1. Variabel utama... 20

2. Variabel pengacau ... 20

(12)

xii

C. Bahan Penelitian... 22

1. Bahan utama... 22

2. Bahan kimia ... 22

D. Alat Penelitian... 23

E. Tata cara penelitian ... 24

1. Determinasi serbuk kulit buah Persea americana Mill. ... 24

2. Pengumpulan bahan uji ... 24

3. Pembuatan serbuk kulit buah Persea americana Mill. ... 24

4. Penetapan kadar air pada serbuk kering kulit buah Persea americana Mill... 24

5. Pembuatan Infusa kulit buah Persea americana Mill... 25

6. Pembuatan larutan karbon tetraklorida ... 25

7. Uji pendahuluan ... 25

8. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji... 28

9. Pengukuran kadar Albumin... 28

F. Tata Cara Analisi Hasil ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Kulit buah Persea americana Mill. ... 30

B. Penetapan Kadar Air ... 31

C. Pembuatan Infusa Kulit buah Persea americana Mill... 31

D. Penentuan Dosis Infusa Kulit buah Persea americana Mill... 32

E. Penentuan Dosis Hepatotoksin (Karbon Tetraklorida 2 mL/kgBB).. 32

(13)

xiii

G. Penetapan Lama Pemejanan Infusa Kulit Persea americana Mill. .. 35

H. Pengaruh Pemberian Jangka Panjang Infusa Kulit buah Persea americana Mill. pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida ... 35

I. Kontrol Negatif (Olive Oil)... 37

J. Kontrol Hepatotoksin (Karbon Tetraklorida Dosis 2 mL/kgBB)... 38

K. Kontrol Perlakuan (Infusa Kulit buah Persea americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB)... 39

L. Kelompok Perlakuan Infusa Kulit buah Persea americana Mill dosis 362,81; 761,90 dan 1600 mg/kgBB Pada Tikus Jantan Galur Wistar Terinduksi Karbon Tetraklorida 2 mL/kgBB ... 39

M. Rangkuman Pembahasan ... 43

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 46

B. Saran... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Komposisi dan konsentrasi reagen serum ALT ...23 Tabel II. Purata aktivitas ALT tikus setelah induksi karbon tetraklorida

dosis 2 mL/kgBB saat pencuplikan darah pada jam ke-0, 24,

dan 48 jam (n=3) ... 33 Tabel III. Hasil uji Scheffe aktivitas ALT tikus terinduksi karbon

tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada pencuplikan darah

jam ke-0, 24, dan 48 ... 35 Tabel IV. Purata ±SE kadar albumin serum tikus praperlakuan infusa

kulit buah Persea americana Mill. yang terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB (n=5) ... 36 Tabel V. Hasil uji Scheffe kadar albumin serum tikus antar

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penampang mikroskopik hati ... 10 Gambar 2. Struktur molekul karbon tetraklorida ... 13 Gambar 3. Mekanisme pembentukan radikal lipid oleh radikal CCl3... 14

Gambar 4. Mekanisme oksidasi dan biotransformasi

karbon tetraklorida... 15 Gambar 5. Diagram batang purata kadar Albumin serum tikus

praperlakuan infusa kulit buah Persea americana Mill. 1x sehari selama 6 hari terinduksi karbon tetraklorida 2 Ml/kgBB ... 34 Gambar 6. Diagram batang purata kadar albumin serum tikus

praperlakuan infusa kulit buah Persea americana Mill. 1x sehari selama 6 hari terinduksi karbon tetraklorida

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto kulit dan biji Persea americana Mill. ... 52

Lampiran 2. Foto serbuk kulit buah Persea americana Mill ... 52

Lampiran 3. Foto pembuatan infusa kulit buah Persea americana Mill ... 53

Lampiran 4. Foto infusa kulit buah Persea americana Mill ... 53

Lampiran 5. Surat pengesahan determinasi kulit Persea americana Mill .... 54

Lampiran 6. Surat pengesahan Medical and Health Research Ethics Committee ... 55

Lampiran 7. Hasil pengujian kadar air serbuk simplisia kulit buah Persea americana Mill. ... 56

Lampiran 8. Analisis statistik aktivitas serum ALT pada uji pendahuluan Penentuan waktu pencuplikan darah ... 57

Lampiran 9. Analisis statistik kadar serum albumin perlakuan infusa kulit buah P. americana Mill. setelah induksi karbon tetraklorida dosis 2mL/kg BB ...60

(17)

xvii INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa jangka panjang kulit buah alpukat (Persea americana Mill.) pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida dengan melihat peningkatan kadar albumin serta untuk mengetahui ada atau tidaknya kekerabatan antara peningkatan dosis infusa kulit buah Persea americana Mill. terhadap peningkatan kadar albumin serum.

Jenis penelitian bersifat eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini menggunakan tikus jantan galur Wistar, umur 2-3 bulan dengan berat badan 150-250 gram. Tikus dibagi secara acak dalam 6 kelompok yang sama banyak. Kelompok I (Kontrol hepatotoksin) diberi karbon tetraklorida dosis 2ml/kgBB yang dilarutkan dalam olive oil secara intraperitonial. Kelompok II (kontrol negatif) diberi olive oil dengan dosis 2ml/kgBB secara intraperitonial. Kelompok III kontrol sediaan infusa) diberi infusa kulit buah Persea americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB setiap hari secara berturut-turut selama 6 hari. Kelompok IV, V, dan VI (perlakuan) diberi infusa kulit buah Persea americana Mill. dengan seri dosis 1600; 761,90; dan 362,81 mg/kgBB satu kali sehari selama 6 hari secara berturut-turut pada jam yang sama, kemudian setelah pemberian infusa dilakukan pemberian karbon tetraklorida dengan dosis 2 ml/kgBB secara intraperitonial. Pada jam ke-24 pasca induksi karbon tetraklorida, semua kelompok diambil darahnya pada daerah sinus orbitalis mata untuk pengukuran kadar albumin. Data pada penelitian ini dianalisis statistik dengan menggunakan metode ANOVA satu arah dilanjutkan analisis dengan dengan taraf kepercayaan 95%, kemudian dilanjutkan dengan uji Scheffe.

Berdasarkan hasil penelitian, infusa kulit buah Persea americana Mill. 362,81 mg/kgBB memberikan pengaruh berupa peningkatan kadar albumin serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida. Tidak ada kekerabatan antara peningkatan dosis terhadap peningkatan kadar albumin serum tikus terinduksi karbon tetraklorida.

(18)

xviii ABSTRACT

The purpose of this research is to determine the effect of long term infusion of avocado’s peels (Persea americana Mill.) to the male rats strain Wistar induced with carbon tetrachloride (CCl4) by observing the increase of albumine

serum level, also to determine whether the relationship between increasing doses of Persea americana Mill. peels to an increase of serum albumine level or not.

This study is a pure experimental with randomized design complete with its unidirectional pattern. The subjects of this study were male rats of Wistar strain, aged 2-3 months, and ± 150-250 gram for its weight. The rats were divided into six groups randomly, each group consist of five rats. Group I (hepatotoxin control) was given with carbon tetrachloride 2 mL/kgBB i.p. Group II (negative control) was given with olive oil 2 mL/kgBB i.p. Group III (infusa control) was given with infusion Persea americana Mill. peels with the highest dose 1600 mg/kgBB continuously for six days. Group IV, V, and VI were given with infusa of Persea americana Mill. peels orally, the dose were 1600; 761,90; dan 362,81 mg/kgBB per day for six days continuously at the same time, then all of these groups were induced with carbon tetrachloride 2 ml/kgBB i.p. Twenty four hours after induced carbon tetrachloride, all the groups’ blood was collected from sinus orbitalis to measure the albumine serum level. The data from this research was analyzed statistically using ANOVA one way method.

Based on the result of this research, infusion of Persea americana Mill. peels 362,81 mg/kgBB gave effect for increasing albumine serum level of rats induced with carbon tetrachloride. There is no relationship between increasing dose with the increasing of serum albumine level of rat induced carbon tetrachloride.

Keywords: Persea americana Mill., infusion, carbon tetrachloride, albumine

(19)

1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Hati adalah organ sentral dalam metabolisme di tubuh yang membentuk 2% dari berat tubuh total. Hati menerima 1500 mL darah per menit atau sekitar 28% dari curah jantung, agar dapat melaksanakan fungsinya. Hati melakukan berbagai proses metabolik. Hati mempunyai peranan besar serta memiliki lebih dari 500 fungsi antara lain menampung darah, membersihkan darah untuk melawan infeksi, memproduksi dan mensekresikan empedu, membantu menjaga keseimbangan glukosa darah (metabolisme karbohidrat), membantu metabolisme lemak, membantu metabolisme protein, metabolisme vitamin dan mineral, menetralisir zat-zat beracun dalam tubuh (detoksifikasi), mempertahankan suhu tubuh (Wijayakusuma, 2008). Berdasarkan fungsinya yang sangat penting, kesehatan dari hati haruslah terjaga dengan baik.

Penyakit hati telah menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan kematian di seluruh dunia. Menurut Sofia, Nurdjanah, dan Ratnasari (2009), prevelensi perlemakan hati di Indonesia sebesar 30,6%. Kerusakan hati telah banyak diderita di dunia. WHO (2009) melaporkan bahwa pada tahun 2004 kanker hati mengakibatkan kematian pada 610.000 orang. Kanker dapat diakibatkan karena senyawa karsinogen kimia ataupun karsinogen biologis seperti infeksi bakteri, virus, maupun parasit. Menurut WHO (2013), 500 juta penduduk dunia terkena infeksi hepatitis B atau C yang setiap tahunnya

(20)

membunuh 1,5 juta manusia. Dari angka ini, dapat disimpulkan bahwa prevalensi penyakit hati mengancam masyarakat tinggi.

Salah satu senyawa yang dapat digunakan sebagai senyawa model dalam kerusakan hati adalah karbon tetraklorida. Karbon tetraklorida dapat menyebabkan perlemakan hati (Hodgson, 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Ahmed, Alam, Varshney, dan Khan, 2001) melaporkan bahwa pemejanan karbon tetraklorida dapat menyebabkan meningkatnya purata aktivitas ALT serum serta terjadinya penurunan purata kadar albumin serum sebesar 25,87% dari kontrol.

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor). Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif, akibatnya kerusakan sel akan dihambat. Cara yang mudah untuk mencegah atau mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh aktivitas radikal bebas yaitu dengan mengkonsumsi makanan atau suplemen yang mengandung antioksidan (Winarsi, 2007).

Umumnya, bahan alam berasal dari tanaman. Persea americana Mill. atau dikenal dengan sebutan alpukat merupakan tanaman yang dapat tumbuh subur didaerah tropis seperti di Indonesia. Namun, sebagian besar mayarakat memanfaatkan alpukat pada buahnya saja sedangkan bagian lain seperti biji dan kulit buah kurang dimanfaatkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Vinha,

(21)

Moreira, dan Barreira (2013) menunjukkan bahwa kulit Persea americana Mill. mengandung flavonoid, asam askorbat (vitamin C), vitamin E, karotenoid.

Pada penelitan Yoseph (2013), sudah dibuktikan bahwa biji Persea americana Mill. memiliki efek nefroprotektif yaitu sebagai pelindung organ ginjal dari senyawa toksik. Telah dibuktikan juga oleh Putri (2013) bahwa pemberian infusa biji Persea americana Mill. memiliki efek hepatoprotektif (pelindung organ hati) terhadap kadar ALT-AST serum tikus terinduksi karbon tetraklorida. Dengan kemampuan antioksidan yang dimiliki biji Persea americana Mill. ini dimungkinkan juga kulit buah Persea americana Mill. memiliki kandungan antioksidan yang dapat berperan sebagai pelindung organ hati dari senyawa toksik. Salah satu penanda serum disfungsi hati yaitu albumin. Adanya hepatotoksisitas dapat menyebabkan penurunan produksi albumin dihati. Uji albumin dapat mengukur kemampuan hati dalam sintesis protein (Singh, Bhat, Sharma, 2011).

Penelitian terkait alpukat hanya sebatas daun dan buahnya saja, padahal kulit alpukat juga mempunyai kandungan antioksidan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh pemberian jangka panjang infusa kulit buah Persea americana Mill. terhadap kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida. Pada penelitian ini juga ingin mengetahui ada atau tidaknya kekerabatan antara peningkatan dosis infusa kulit buah Persea americana Mill. terhadap kadar albumin serum tikus terinduksi karbon tetraklorida.

(22)

Pada penelitian dilakukan pemberian kulit buah Persea americana Mill. dalam bentuk sediaan infusa, yaitu dibuat dengan cara menyeduh serbuk kulit buah Persea americana Mill. menggunakan air panas.

1. Rumusan masalah

a. Apakah pemberian jangka panjang infusa kulit buah Persea americana Mill. memiliki pengaruh terhadap peningkatan kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida?

b. Apakah ada kekerabatan antara peningkatan dosis infusa kulit buah Persea americana Mill. terhadap peningkatan kadar albumin serum tikus galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida?

2. Keaslian penelitian

Sebelumnya pernah dilakukan penelitian yang berhubungan dengan Persea americana Mill. diantaranya :

1. Anggraeni (2006) melaporkan pemberian infusa biji alpukat (Persea americana Mill.) 0,315 g/kgBB dapat menurunkan kadar glukosa darah. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Carpena, Morcuende, Andrade, Kylli, dan

Everest (2011). Penelitian ini melakukan uji secara in vitro mengenai aktivitas antioksidan, anti mikroba biji Persea americana Mill.

3. Efek nefroprotektif pemberian jangka panjang infusa biji persea americana Mill. terhadap kadar kreatinin dan gambaran histologi ginjal tikus terinduksi karbon tetraklorida telah dilakukan oleh Yoseph (2013).

(23)

4. Putri (2013) melaporkan pemberian jangka panjang infusa biji Persea americana Mill. memiliki efek hepatoprotektif terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

Sejauh studi pustaka yang dilakukan oleh peneliti, penelitian terkait dengan pemberian jangka panjang infusa kulit buah Persea americana Mill. terhadap kadar albumin serum tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini mampu memberikan informasi mengenai pengaruh pemberian jangka panjang infusa kulit buah Persea americana Mill. terhadap kadar albumin.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat terutama penderita gangguan hati tentang penggunaan infusa kulit buah Persea americana Mill. untuk meningkatkan kadar albumin.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui pengaruh pemberian jangka panjang infusa kulit buah Persea americana Mill. terhadap kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida.

(24)

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui pengaruh pemberian jangka panjang infusa kulit buah Persea americana Mill. jangka panjang terhadap peningkatan kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida.

b. Mengetahui apakah ada kekerabatan antara peningkatan dosis infusa kulit buah Persea americana Mill. terhadap peningkatan kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida.

(25)

7 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Taksonomi dan Morfologi Alpukat (Persea americana Mill.) 1. Sinonim

Laurus persea. L, Persea drymifolia Schlecht.&cham, Persea gratissima Gaertn.f , Persea nubigena L.O.Williams, Persea persea (L.) Cockerel (Yasir, Das dan Kharya, 2010).

2. Nama Daerah

alpokat (Jawa Tengah), alpuket, jambu wolanda (Jawa Barat),advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung), boah pokat, jamboo pokat (Batak) (Rukmana, 1997).

3. Nama Asing

advocat, avocatier, alligator pear, avocado pear (Inggris), poire d’avocat (Prancis), abacate (Portugal), aguacate palta (Spanyol) (Rukmana, 1997).

4. Taksonomi Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliopsida Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Laurales Famili : Lauraceae Genus : Persea Mill.

(26)

Persea americana Mill. merupakan pohon berkayu yang tumbuh menahun (perennial). Ketinggian tanaman antara 3-10 meter, batang berlekuk-lekuk dan bercabang banyak, ranting berambut halus, serta berdaun rimbun. Daunnya tumbuh tunggal dan berbentuk bulat panjang dengan tepi rata atau berombak, letak daun agak tegak, dan permukaannya licin sampai agak kasar. Bunga tersusun dalam tandan yang tumbuh dari ujung-ujung ranting. Struktur bunga kelamin dua (hermaphrodite) dan persariannya dibantu oleh lebah madu karena bunganya mempunyai nektar dan staminod yang berfungsi sebagai alat pemikat serangga (Rukmana, 1997).

5. Kandungan kulit Persea americana Mill.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mokodompit, Edy, dan Wijoyo (2013), kulit buah persea americana Mill. memiliki kandungan, flavonoid, tannin yang berkhasiat sebagai antioksidan dalam penelitian ekstrak kulit Persea americana Mill. dalam krim tabir surya. Kulit Persea americana Mill. juga mengandung karotenoid, asam askorbat (vitamin C), dan vitamin E, senyawa fenolik serta kulit buah Persea americana Mill. memiliki kadar air, kadar abu yang lebih tinggi dari pada biji dengan kandungan karotenoid, dan vitamin C yang lebih tinggi dari biji (Vinha, dkk., 2013).

6. Khasiat dan kegunaan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Vinha, dkk., (2013). dilaporkan bahwa kandungan kulit buah Persea americana Mill. yaitu flavonoid dan fenolat dapat mengurangi pembentukan radikal bebas. Kulit Persea americana Mill. juga menunjukkan aktivitas antimikroba (Chia dan Dykes, 2010).

(27)

Bagi tubuh, Persea americana Mill. dapat menurunkan tekanan darah pada keadaan hipertensi dan mereduksi kadar kolesterol, glukosa, urea dan sodium (Kate and Lucky, 2009).

B. Anatomi dan Fisiologi Hepar

Hepar atau hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, dengan berat sekitar 1300-1500 gram. Fungsi utama organ hati adalah metabolisme (Wibowo dan Paryana, 2009). Sel-sel hati dapat rusak atau hancur dan seluruh fungsi hati dapat terganggu akibat beberapa penyakit serta paparan senyawa. Hepar merupakan organ tubuh yang rentan terhadap pengaruh bahan toksin, adanya pengaruh negatif paparan senyawa kimia dapat menyebabkan kerusakan sel dan jaringan hepar (Price and Wilson, 2006). Sel-sel yang membawa darah menuju hati ini sering bersifat toksik dan tidak membawa oksigen yang memperbesar kemungkinan terjadinya kerusakan hati (Wibowo dan Paryana, 2009).

Hepar terdiri dari unit-unit fungsional (Gambar 1.) yang biasa disebut lobules yang berupa susunan jaringan berbentuk heksagonal yang mengelilingi vena sentral. Darah dari cabang arteri hepatika dan vena porta mengalir dari perifer lobules menuju sinusoid. Hepar menerima darah dari dua sumber yaitu darah arteri yang menyediakan O2 bagi hati dan mangandung metabolit darah untuk diproses oleh hati, disalurkan oleh arteri hepatika; dan darah vena yang berasal dari saluran cerna yang dibawa oleh vena porta hepatika untuk pemrosesan dan penyiapan nutrien yang baru diserap (Sherwood, 2007).

(28)

Gambar 1. Penampang mikroskopik hati (Ganong dan McPhee, 2011)

Hepar memiliki kerja yang sangat penting seperti pengambilan komponen makanan yamg diantarkan dari saluran cerna melalui pembuluh porta ke dalam hepar, tempat biosintesis senyawa-senyawa dalam tubuh, penyimpanan, perubahan dan pemecahan menjadi molekul yang dapat dieksresikan, menyediakan secara tetap metabolit dan bahan-bahan pembentuk yang kaya energi bagi organisme (metabolisme), detoksifikasi senyawa-senyawa toksik melalui biotransformasi, dan ekskresi bahan-bahan bersama-sama dengan empedu, dan pembentukan serta pemecahan dari banyak komponen plasma darah.

C. Kerusakan Hati

Kerusakan hati dapat disebabkan oleh berbagai macam substansi kimia (hepatotoksin) dan ditandai atau dicirikan dalam dua cara yaitu akumulasi lemak atau kematian sel-sel hati. Akumulasi lemak dalam hati (steatosis) merupakan tanda-tanda umum toksisitas hati dan mungkin diakibatkan oleh zat kimia yang toksik. Nekrosis hati (kematian sel-sel hati) terjadi akibat paparan terhadap

(29)

sejumlah zat kimia. Pada kasus sirosis, suatu kondisi hati yang cukup dikenal, sejumlah besar sel hati hancur akibat penyalahgunaan alkohol secara kronis hepatitis viral atau akibat agen kimia yang dapat menyerang sel-sel hati. Banyaknya jumlah hepatosit yang mati memungkinkan hati tidak akan mampu menggantinya. Hal ini tentunya akan menyebabkan gagal hati dan pada akhirnya menyebabkan kematian ( Ester, 2005).

Adapun macam-macam jenis kerusakan hati yang dapat terjadi akibat dari efek toksik yang dihasilkan oleh toksikan, antara lain :

1. Perlemakan hati (Steatosis)

Ditandai dengan adanya lipid pada hati membentuk lesi seperti yang ditimbulkan oleh etionin, fosfor, atau tetrasiklin. Karbon tetraklorida dapat menyebabkan perlemakan hati melalui penghambatan sintesis satuan protein dari lipoprotein dan penekanan konjugasi trigliserid dengan lipoprotein (Hodgson, 2010).

2. Nekrosis hati

Nekrosis hati merupakan kematian dari hepatosit yang termasuk dalam kerusakan jangka pendek. Kematian sel ini ditandai dengan edema sitoplasma, dilatasi reticulum endoplasma, dan disagregasi polisom. Didaerah terjadinya nekrosis terjadi peningkatan eosinofil di sitoplasma dan juga neutrofil di daerah terjadinya kerusakan tersebut (Hodgson, 2010).

3. Kolestatis

Kolestatis merupakan jenis kerusakan hati jangka pendek yang jarang ditemukan dibandingkan perlemakan hati dan nekrosis. Kolestatis

(30)

merupakan penekanan atau penghentian aliran empedu yang disebabkan oleh faktor dalam atau luar dari hepar. Adanya peradangan tersebut menyebabkan akumulasi retensi garam empedu, akumulasi bilirubin (Hodgson, 2010). 4. Sirosis

Sirosis merupakan hepatotoksisitas yang ditandai dengan adanya kolagen diseluruh hati yang mengakibatkan terbentuknya jaringan parut. Hal ini terjadi karena adanya paparan senyawa kimia secara kronis yang menyebabkan terjadi akumulasi yang menghambat aliran darah, metabolisme hepar dan detoksifikasi (Hodgson, 2010).

D. Hepatotoksin

Ada dua macam tipe kerusakan hati oleh obat dan senyawa, yaitu : 1. Hepatotoksin teramalkan (tipe A)

Obat atau senyawa dalam jumlah yang cukup dapat menimbulkan efek toksik pada sebagian besar orang yang menelan obat atau senyawa tersebut. Hepatotoksin teramalkan bergantung pada dosis pemberian. Contoh dari hepatotoksin teramalkan adalah parasetamol dan karbon tetraklorida (Forrest, 2006).

2. Hepatotoksin tak teramalkan (tipe B)

Obat atau senyawa tidak bersifat toksik pada hati tetapi pemberiannya pada beberapa orang tertentu dapat menimbulkan efek toksik. Karenanya hepatotoksin ini tidak bergantung pada dosis pemberian. Contoh dari hepatotoksin ini adalah isoniazid dan halotan (Forrest, 2006).

(31)

E. Infusa

Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air selama 15 menit suhu 90oC (Badan pengawas Obat dan Makanan, 2013). Pembuatan infusa dengan cara mencampur simplisia dengan derajat halus sesuai dalam panci dengan air secukupnya, kemudian dipanaskan di atas penangas air selama 15 menit terhitung mulai dari suhu mencapai 90oC sambil diaduk berkali-kali. Saring dalam keadaan masih panas dengan menggunakan kain flannel, kemudian tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 1995).

F. Karbon tetraklorida

Gambar 2. Struktur molekul karbon tetraklorida (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995).

Karbon tetraklorida (Gambar 2.) merupakan senyawa model yang dapat mengakibatkan perlemakan dan nekrosis pada hepar Akibat pemejanan karbon tetraklorida (CCl4) dalam jangka panjang dapat mengakibatkan terjadinya

sirosis dan tumor hati (Timbrell, 2009). Karbon tetraklorida jika dikonversikan menjadi radikal triklormetil (CCl3•) kemudian diubah menjadi radikal

(32)

triklorometilperoksi (CC3O2•) yang sifatnya lebih reaktif (Gambar 3.). Nekrosis

yang terjadi karena karbon tetraklorida yang paling parah pada centrilobular sel hati yang banyak mengandung isozim CYP dalam konsentrasi tinggi bertanggung jawab mengaktifkan CCl4(Hodgson, 2010).

Keterangan :

LH = Lipid tidak jenuh

●L = Radikal lipid

Gambar 3. Mekanisme Pembentukan Radikal Lipid oleh Radikal CCl3

(Donatus, 2001)

Setelah terpapar oleh tubuh, karbon tetraklorida akan mengalami metabolisme (Gambar 4) dan menyebabkan metabolit radikalnya akan berikatan kovalen dengan jaringan sekitar seperti protein dan lemak. Senyawa radikal tersebut akan mengakibatkan peroksidasi lipid dan mengawali terjadinya steatosis. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya produksi lipoprotein dan transport lipid terganggu serta terjadi akumulasi lipid di hati (Timbrell, 2009).

(33)

Gambar 4. Mekanisme oksidasi dan biotransformasi karbon tetraklorida (Timbrell, 2008)

G. Albumin

Albumin merupakan protein utama dalam plasma manusia dan menyusun sekitar 60% dari total plasma. Sekitar 40% dari albumin terdapat dalam plasma, dan 60% lainnya ditemukan di ekstravaskuler. Albumin diproduksi oleh hati yang mewakili 50% dari produksi protein hepatik. Konsentrasi serum albumin normal yaitu berkisar antara 3,5-5 g/dL (Belfort, Soade Foley, Phelan and Dildy, 2010).

Albumin didistribusikan antara intravaskular (40%) dan ekstravaskular (60%). Albumin mengikat sejumlah zat endogen dan eksogen termasuk bilirubin, kalsium, edotoksin dan obat-obatan tertentu seperti digoxin, warfarin, beberapa antibiotik. Albumin melarutkan dan menghantarkan banyak molekul-molekul kecil dalam darah, merupakan tempat penyimpanan protein, dan merupakan partikel utama yang menentukan tekanan onkotik plasma, supaya cairan tidak

(34)

secara bebas melintas antara ruang intravaskular dan ekstravaskular (Belfort, et al., 2010).

Albumin juga memiliki peran dalam modulasi koagulasi, dengan mekanisme mengikat asam arakidonat sehingga menghambat sintesis tromboksan A2. Kadar albumin darah merupakan hasil kecepatan sintesis hati dikurangi

kecepatan degradasi dan distribusi albumin kedalam ruang intra dan ekstravakular. Albumin membantu dalam pengangkutan obat dan ligan (Liumbruno, Bennardello, Lattanzio, Piccoli, dan Rossetti, 2009).

H. Sintesis Albumin

Sintesa albumin terutama dihati yaitu sebanyak 9-12 g/hari pada orang dewasa normal dan merupakan 25% dari total protein setiap hari. Katabolisme albumin terjadi di sel hati, di mana sebanyak ± 15% albumin yang telah tua usianya akan diurai kembali menjadi bebagai komponen asam amino yang kemudian siap digunakan untuk berbagai sintesis protein yang dibutuhkan tubuh. sisanya sebanyak 40 disel otot dan kulit. Distribusi albumin terjadi di dalam pembuluh darah maupun di luar pembuluh darah (cairan interstitial). Pada sirosis hati akan dijumpai rendahnya produksi albumin (Liumbruno et al., 2009).

Sintesis albumin membutuhkan mRNA untuk proses translasi, suplai yang cukup asam amino yang diaktivasi dengan berikatan dengan tRNA, ribosom untuk pembentukan, dan energi dalam membentuk ATP. Sintesa albumin dimulai di dalam nukleus, di mana gen ditranskripsikan ke dalam messenger ribonucleid acid (mRNA). mRNA akan disekresikan ke dalam sitoplasma, dimana albumin

(35)

berikatan dengan ribosom, membentuk polysomes yang mensintesa preproalbumin (Liumbruno et al., 2009).

Penurunan konsentrasi albumin serum dapat terjadi melalui dua cara yaitu albumin hilang dari tubuh dalam jumlah besar (perdarahan, renal, gastrointestinal, eksudasi kulit yang berat) atau terjadi penurunan produksi albumin (hepatic insufficiency, malnutrisi). Penyebab lain rendahnya albumin adalah karena adanya paparan senyawa toksin yang masuk ke dalam tubuh (Liumbruno et al., 2009).

Berdasarkan penelitian Panjaitan, Handharyani, Chairul, Masriani, Zakiah, dan Manalu (2007) menyatakan bahwa kadar protein total secara keseluruhan menurun dibanding kontrol. Terkait dengan fungsi hati dalam mensintesis protein, jika sel-sel hati mengalami kerusakan maka kemampuan hati dalam mensintesis protein juga akan turun.

I. Landasan Teori

Hepar merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, dengan berat sekitar 1300-1500 gram. Sel-sel hati dapat rusak atau hancur dan seluruh fungsi hati dapat terganggu akibat beberapa penyakit serta paparan senyawa. Hepar merupakan organ tubuh yang rentan terhadap pengaruh bahan toksin, adanya pengaruh negatif paparan senyawa kimia dapat menyebabkan kerusakan sel dan jaringan hepar (Price and Wilson, 2006).

Karbon tetraklorida merupakan senyawa model untuk kerusakan di hepar. Perlemakan hati dapat terjadi karena adanya induksi senyawa toksik tertetu, salah satunya adalah karbon tetraklorida. Senyawa ini akan direduksi oleh

(36)

enzim sitokrom P-450 akan menjadi radikal bebas triklorometil (CCl3•)

kemudian akan membentuk radikal triklorometilperoksi (OOCCl3•) yang lebih

reaktif (Timbrell, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ahmed et al., 2001 diketahui bahwa pemejanan karbon tetraklorida dapat menyebabkan meningkatkan rata-rata aktivitas ALT serum dan penurunan rata-rata kadar albumin serum sebesar 25,87% dari rata-rata kadar albumin kontrol. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran kadar albumin dalam darah. Albumin merupakan serum yang sering digunakan untuk melihat kerusakan sel hati (Singh et al.,2011). Adanya hepatotoksisitas dapat menyebabkan terjadinya penurunan produksi albumin dhati (Singh et al.,2011).

Pernah dilakukan penelitian terkait Persea americana Mill. yang diketahui memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas (Malangngi et al.,2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Vinha et al.,2013) menunjukkan bahwa kulit alpukat atau Persea americana Mill. mengandung flavonoid, asam askorbat (vitamin C), vitamin E, karotenoid. Telah dibuktikan bahwa pemberian jangka panjang infusa biji Persea americana Mill. memiliki efek nefroprotektif yaitu sebagai pelindung organ ginjal dari senyawa toksik (Yoseph, 2013). Pemberian jangka panjang infusa biji Persea americana Mill. juga memiliki efek hepatoprotektif (pelindung organ hati) terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida (Putri, 2013).

Melalui penelitian ini akan diketahui apakah pemberian infusa kulit buah Persea americana Mill dapat memberikan pengaruh berupa peningkatan kadar albumin pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida dan melihat apakah ada

(37)

kekerabatan antara peningkatan dosis kulit buah Persea americana Mill. dengan peningkatan kadar albumin.

J. Hipotesis

Infusa kulit buah Persea americana Mill. dalam penggunaan jangka panjang dapat memberikan pengaruh terhadap kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida. Adanya kekerabatan antara peningkatan dosis infusa kulit buah Persea americana Mill. terhadap kadar albumin.

(38)

20 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah.

B. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel – variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Variabel utama

a. Variabel bebas

Variasi dosis pemberian infusa kulit buah Persea americana Mill. pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida.

b. Variabel tergantung

Peningkatan kadar albumin tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida setelah pemberian jangka panjang infusa kulit buah Persea americana Mill.

2. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali

Kondisi hewan uji yaitu tikus jantan galur Wistar, berat badan 150 – 250 gram dan berumur 2 – 3 bulan, frekuensi waktu pemberian infusa kulit buah Persea americana Mill. selama 6 hari dan cara pemberian infusa yaitu secara peroral serta bahan kulit buah Persea americana Mill.

(39)

b. Variabel pengacau tak terkendali

Kondisi patologis dari tikus jantan galur Wistar yang digunakan sebagai hewan uji.

3. Definisi operasional

a. Infusa kulit Persea americana Mill.

Infusa serbuk kering kulit buah Persea americana Mill. didapatkan dengan cara menginfundasi 8 gram serbuk kering kulit buah Persea americana Mill. dalam 100,0 mL air pada suhu 90oC selama 15 menit.

b. Pemberian jangka panjang

Didefinisikan sebagai pemberian infusa kulit buah Persea americana Mill. satu kali sehari selama enam hari berturut-turut dalam waktu pemberian yang sama.

c. Peningkatan kadar albumin pada serum tikus

Peningkatan kadar albumin pada serum tikus merupakan kemampuan infusa kulit buah Persea americana Mill. pada dosis tertentu untuk menaikkan kadar albumin pada serum tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

d. Dosis efektif infusa kulit Persea americana Mill.

Dosis efektif merupakan sejumlah gram per kilogram berat badan (g/kgBB) infusa kulit buah Persea americana Mill. yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan kadar albumin serum.

(40)

C. Bahan Penelitian 1. Bahan utama

a. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus jantan galur Wistar dengan berat badan 150 – 250 gram dan berumur 2 – 3 bulan yang diperoleh dari Laboratorium Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

b. Bahan uji yang digunakan adalah kulit buah Persea americana yang diperoleh dari depot es Teller 77 di Ambarukmo Plaza Yogyakarta pada bulan Juni 2014.

2. Bahan kimia

a. Senyawa hepatotoksin yang digunakan adalah karbon tetraklorida yang diperoleh dari laboratorium kimia organik Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta.

b. Pelarut senyawa hepatotoksin yang digunakan adalah Olive Oil merk Bertolli®.

c. Kontrol negatif yang digunakan adalah Olive Oil merk Bertolli®. d. Pelarut untuk infusa digunakan aquadest yang diperoleh dari

Laboratorium Farmakologi Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

e. Blanko pengukuran aktivitas ALT yang digunakan pada orientasi waktu pencuplikan darah adalah aqua bidestilata yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis dan Instrumental Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

(41)

f. Reagen serum ALT

Reagen serum yang digunakan dalam orientasi waktu pencuplikan darah hewan uji adalah reagen ALT DiaSys, yang di peroleh dari Alfa Kimia Yogyakarta.

Komposisi dan konsentrasi dari reagen ALT adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Komposisi dan konsentrasi reagen serum ALT

D. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan di dalam penelitian ini antara lain oven, mesin penyerbuk, ayakan, panci enamel, termometer, stopwatch, beaker glass, gelas ukur, cawan porselen, penangas air, kain flannel, tabung reaksi, labu ukur, pipet tetes, batang pengaduk, timbangan analitik Mettler Toledo®, sentrifuge, vortex, spuit injeksi per oral dan syringe 3 cc Terumo®, pipa kapiler, tabung Eppendorf, Microlab 200 Merck®, dan stopwatch.

(42)

E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi serbuk kulit Persea americana Mill.

Determinasi dilakukan dengan mencocokkan serbuk kulit Persea americana Mill. yang diperoleh dari depot es Teller 77 di AMbarukmo Plaza Yogyakarta dengan serbuk kulit Persea americana Mill. pembanding yang dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis.

2. Pengumpulan bahan uji

Bahan uji yang digunakan adalah kulit buah Persea americana Mill. berwarna hijau, masih segar dan tidak busuk serta telah di pisahkan dari sisa-sisa daging buahnya.

3. Pembuatan serbuk kulit Persea americana Mill.

Kulit buah Persea americana Mill. dicuci bersih dan dipisahkan dari sisa daging buahnya. Setelah itu, kulit dirajang tipis lalu diangin – anginkan kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 500C selama 24 jam. Setelah kulit benar-benar kering, kulit dihaluskan dan diayak dengan ayakan nomor 40.

4. Penetapan kadar air pada serbuk kering kulit buah Persea americana Mill.

Serbuk kering kulit buah Persea americana Mill. yang sudah diayak, dimasukkan sebanyak ± 5 gram ke dalam alat moisture balance kemudian diratakan. Bobot serbuk kering kulit tersebut ditetapkan sebagai bobot

(43)

sebelum pemanasan (bobot A), setelah itu dipanaskan pada suhu 1050C. Serbuk kering kulit buah Persea americana Mill. yang sudah dipanaskan ditimbang kembali dan dihitung sebagai bobot setelah pemanasan (bobot B). Kemudian dilakukan perhitungan terhadap selisih bobot A terhadap bobot B yang merupakan kadar air serbuk kulit buah Persea americana Mill. Proses penetapan kadar air dilakukan oleh Laboratorium Penelitian dan Pegujian Terpadu Universitas Gadjah Mada (LPPT UGM).

5. Pembuatan infusa kulit buah Persea americana Mill.

Infusa kulit buah Persea americana Mill. dibuat dengan konsentrasi 8 %. Sebanyak 8 g serbuk kering kulit buah Persea americana Mill. dibasahi terlebih dahulu dengan 16 ml aquadest kemudian ditambahkan dengan 100,0 ml aquadest. Campuran ini kemudian dipanaskan diatas heater selama 15 menit dengan suhu 90oC. Waktu 15 menit terhitung saat campuran mencapai suhu 90oC.Setelah 15 menit, campuran tersebut diambil dan disaring menggunakan kain flannel kemudian tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa kulit buah Persea americana Mill yang dikehendaki.

6. Pembuatan larutan karbon tetraklorida

Larutan karbon tetraklorida dibuat dengan perbandingan karbon tetraklorida : pelarut adalah 1:1, sehingga konsentrasi larutan karbon tetraklorida yang digunakan adalah 50% (Janakat dan Al-Merie, 2002). Pelarut yang digunakan dalam pembuatan larutan ini adalah olive oil.

(44)

7. Uji Pendahuluan

a. Penetapan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida

Penetapan dosis karbon tetraklorida digunakan sebagai hepatotoksin mengacu pada penelitian Janakat dan Al-Merie (2002), Dosis karbon tetraklorida yang digunakan untuk menginduksi kerusakan hati pada tikus galur Wistar adalah 2 mL/kgBB diberikan secara intraperitonial. Dosis ini mampu merusak sel-sel hati pada tikus jantan yang ditunjukkan melalui peningkatan aktivitas ALT namun tidak menimbulkan kematian pada hewan uji (Wijayanti, 2013).

b. Penetapan dosis infusa kulit buah Persea americana Mill.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Putri, 2013), dosis infusa biji Persea americana Mill. dengan dosis 362,81; 761,90; 1600 mg/kgBB memiliki efek hepatoprotektif terhadap kadar ALT-AST serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida. Peringkat dosis didasarkan pada pengobatan yang biasa digunakan pada masyarakat yaitu ± 2 sendok makan (4 g) serbuk biji Persea americana Mill. yang direbus dengan 250 ml air. Maka dosis perlakuan yang digunakan adalah 4 g/70 kgBB manusia. Konversi dosis tikus (manusia 70 kg ke tikus 200g) = 0,018. Dosis untuk 200 g tikus = 0,018 x 4g = 0,72 g/200 g BB = 360 mg/kgBB sebagai dosis rendah.Konsentrasi maksimal infusa biji Persea americana Mill. yang dapat dibuat adalah 8 g/ 100 ml, dengan asumsi berat badan hewan uji maksimal adalah 200 g, dan

(45)

volume maksimal pemberian infusa secara p.o = 4 ml. Berdasarkan perhitungan :

D x 200 g = 8 g/ 100ml x 4 ml

D = 1600 mg/kgBB, dosis ini disebut dosis tinggi perlakuan.

Untuk mendapatkan dosis tengah perlakuan, terlebih dahulu dihitung faktor kelipatan dari dosis rendah dan dosis tinggi yang sudah diperoleh.

Perhitungan faktor kelipatan adalah sebagai berikut :

N = Jumlah peringkat dosis yang digunakan. Penelitian ini menggunakan 3 peringkat dosis maka n = 3, sehingga perhitungannya sebagai berikut :

Berdasarkan faktor kelipatan yang diperoleh maka dosis tengah dan dosis rendah perlakuan ditentukan sebagai berikut,

D = 1600 mg/ kgBB : 2,1 = 761,90 mg/ kgBB (dosis tengah) D = 761,90 mg/ kgBB : 2,1 = 362,81 mg/ kgBB (dosis rendah)

(46)

Oleh karena itu peneliti menggunakan dosis yang sama untuk pemberian jangka panjang infusa kulit buah Persea americana Mill. yang diharapkan memiliki pengaruh terhadap kadar albumin tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

c. Penetapan waktu pencuplikan darah

Penetapan waktu pencuplikan darah ditentukan melalui orientasi dengan tiga kelompok perlakuan waktu, yaitu pada jam ke–0, 24, dan 48 setelah pemejanan karbon tetraklorida. Setiap kelompok perlakuan terdiri dari 5 hewan uji yang pengambilan darahnya dilakukan melalui pembuluh sinus orbitalis mata kemudian diukur aktivitas ALT.

8. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji

Hewan uji yang dibutuhkan sebanyak 30 ekor tikus jantan galur Wistar yang dibagi secara acak dalam 6 kelompok sama banyak. Kelompok I (kelompok kontrol hepatotoksin) diberi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB yang dilarutkan dalam olive oil secara intraperitonial. Kelompok II (kelompok kontrol negatif) diberi olive oil sebanyak 2 mL/kgBB secara intraperitonial. Kelompok III (kelompok kontrol infusa) diberi infusa kulit buah Persea americana Mill. dosis tinggi 1600 mg/kgBB secara per oral setiap hari secara berturut-turut selama 6 hari, kemudian diambil darahnya. Kelompok IV, V, dan VI (kelompok perlakuan) diberi infusa kulit buah Persea americana Mill. dengan seri dosis 1600; 761,90; dan 326,81 mg/kgBB satu kali sehari selama 6 hari secara berturut-turut pada jam yang sama secara per oral, kemudian setelah

(47)

pemberian infusa kulit buah Persea americana Mill. dilakukan pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB. Pada jam ke-24 setelah pemberian karbon tetraklorida, semua kelompok diambil darahnya pada daerah sinus orbitalis mata untuk penetapan kadar albumin.

9. Pengukuran kadar albumin

Pengukuran kadar albumin serum dilakukan di Laboratorium Parahita, Yogyakarta. Kadar albumin dinyatakan dalam satuan mg/dL.

F. Tata Cara Analisis Hasil

Kadar albumin pada perlakuan diuji dengan Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui distribusi data tiap kelompok hewan uji. Apabila didapat distribusi data yang normal maka analisis dilanjutkan dengan analisis pola searah (One Way ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan masing-masing kelompok. Kemudian dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk melihat perbedaan masing-masing antar kelompok bermakna (signifikan) (p<0,05) atau tidak bermakna (tidak signifikan) (p>0,05).

(48)

30 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jangka panjang infusa kulit buah Persea americana Mill. terhadap peningkatan kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida. Pada penelitian ini juga akan dilihat apakah ada atau tidaknya kekerabatan antara peningkatan dosis infusa kulit buah Persea americana Mill. dengan peningkatan kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida.

Hasil penelitian yang akan dibahas adalah sebagai berikut determinasi kulit Persea americana Mill., penetapan kadar air serbuk kulit buah Persea americana Mill., pemeriksaan kadar albumin serum.

A. Determinasi Kulit Buah Persea americana Mill.

Tahap awal penelitian ini adalah melakukan pemeriksaan terhadap kulit buah Persea americana Mill. yang diperoleh dari depot es Teller 77 di Ambarukmo Plaza Yogyakarta pada bulan juni 2014 melalui determinasi. Determinasi ditujukan untuk memastikan bahwa serbuk Persea americana Mill. yang digunakan pada penelitian ini adalah benar Persea americana Mill. Determinasi tersebut dilakukan dengan mencocokkan ciri-ciri makroskopis dan mikroskopis serbuk uji pembandingnya yang dibuat mandiri di laboratorium Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma. Hasil determinasi ini diperoleh bukti bahwa serbuk Persea americana Mill. yang peneliti gunakan dalam penelitian tersebut adalah benar Persea americana Mill.

(49)

B. Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya air yang terkandung dalam serbuk simplisia kulit buah Persea americana Mill. yang selanjutnya akan dinyatakan dalam satuan persen. Salah satu persyaratan kadar air serbuk yang baik yaitu kurang dari 10% (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995).

Pengujian penetapan kadar air memperoleh hasil kadar air rata-rata dari serbuk kulit buah P. americana 7,1%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa serbuk kulit buah P.americana telah memenuhi syarat serbuk yang baik yang telah ditetapkan.

C. Pembuatan Infusa Kulit buah Persea americana Mill.

Metode infusa dipilih peneliti sebagai cara ekstraksi serbuk kulit buah Persea americana Mill. karena proses pembuatan infusa memiliki prinsip yang sama dengan cara penggunaan serbuk biji Persea americana Mill. yang lazim digunakan masyarakat. Pada penelitian ini digunakan aquadest sebagai pelarut pada pemberian infusa kulit buah Persea americana Mill. Hal ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Avista (2013) membuktikan bahwa penggunaan aquadest sebagai pelarut infusa daun S. mahagoni tidak memberikan pengaruh terhadap aktivitas serum ALT dan AST.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yoseph (2013) dan juga penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013) diperoleh konsentrasi maksimal serbuk biji Persea americana Mill. yang mampu menghasilkan infusa adalah 8 g dalam 100 mL aquadest. Hasil infundasi 8 g serbuk biji Persea americana Mill.

(50)

dalam 100 mL aquadest adalah sejumlah ±80 mL infusa serbuk biji Persea americana Mill. yang selanjutnya ditambahkan sejumlah aquadest panas melalui ampas proses infundasi sehingga diperoleh hasil volume total infusa sebesar 100 mL.

D. Penentuan Dosis Infusa Kulit buah Persea americana Mill.

Tujuan penetapan dosis infusa adalah untuk menetapkan banyaknya pemejanan infusa sebagai bahan yang hendak dilihat pengaruhnya pada kelompok perlakuan. Penetapan dosis yang digunakan peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013) yang menetapkan dosis rendah adalah dosis penggunaan serbuk biji Persea americana Mill. dimasyarakat 2 sendok makan (4g) biji Persea americana Mill. yang direbus dengan 250 mL air, maka dianggap dosis penggunaan pada manusia adalah 4 g/70 kgBB sehingga dosis dikonversikan penggunaannya pada tikus dan diperoleh konversi dosis pada tikus yaitu 362,81 mg/kgBB. Penelitian ini menggunakan tiga peringkat dosis dengan faktor pengali sebesar 2,1. Hasil perhitungan dosis diperoleh tiga peringkat dosis secara berturut-turut yaitu 362,81; 761,90; dan 1600 mg/kgBB. Oleh karena itu peneliti menggunakan dosis yang sama untuk melihat pengaruh pemberian jangka panjang infusa kulit buah Persea americana Mill. terhadap kadar albumin tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

E. Penentuan Dosis Hepatotoksin (Karbon Tetraklorida 2 mL/kgBB)

Tujuan dari penentuan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida adalah untuk menentukan dosis karbon tetraklorida yang dapat mengakibatkan kerusakan hepar (steatosis) yang ditandai dengan adanya peningkatan aktivitas serum ALT.

(51)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ahmed et al., (2001) dilaporkan bahwa pemejanan karbon tetraklorida dapat menyebabkan meningkatkan purata aktivitas ALT serum serta terjadinya penurunan purata kadar albumin serum sebesar 25,87% dari kontrol.

Pemejanan terhadap karbon tetraklorida dapat mengakibatkan perlemakan (steatosis) pada hepar (Timbrell, 2009). Dosis hepatotoksin yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Janakat dan Al-Merie (2002), yang membuktikan bahwa dosis karbon tetraklorida yang menyebabkan hepatotoksik yaitu dosis 2 mL/kgBB secara intraperitonial.

F. Penentuan Waktu Pencuplikan Darah

Penentuan waktu pencuplikan darah ini dilakukan untuk mengetahui waktu dimana karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB mampu memberikan efek kerusakan hati (hepatotoksik) yang maksimal berdasarkan peningkatan aktivitas ALT tertinggi pada hewan uji pada waktu tertentu. Karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB diinduksikan pada tikus jantan galur Wistar, dan dilakukan pencuplikan darah pada sinus orbitalis hewan uji pada jam ke-0, 24, dan 48. Berdasarkan uji diatas, diperoleh data aktivitas ALT masing-masing tertera pada Tabel. II dan Gambar 5.

Tabel. II. Purata aktivitas ALT tikus setelah induksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB saat pencuplikan darah pada jam ke-0, 24, dan 48 (n=3)

Waktu pencuplikan jam ke-Purata aktivitas ALT ± Standar Error (U/L) 0 72,3±5,8 24 217,3±2,7 48 90,3±3,7

(52)

Gambar 5. Diagram batang purata kadar ALT tikus setelah diinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada jam ke-0, 24, dan 48

Berdasarkan tabel II dan gambar 5, hasil analisis variansi satu arah data aktivitas ALT tikus menunjukkan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05) yang artinya ketiga kelompok tersebut memliliki perbedaan. Dilakukan juga uji menggunakan Scheffe untuk melihat kebermaknaan antar kelompok yang ditunjukkan pada tabel. III.

Tabel. III. Hasil uji Scheffe aktivitas ALT tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada pencuplikan darah jam ke-0, 24, dan 48

Waktu pencuplikan (jam

ke-) 0 24 48

0 BB TB

24 BB BB

48 TB BB

Keterangan : B = Berbeda bermakna (p≤0,05); TB = Berbeda tidak bermakna (p>0,05)

Pada Tabel III dan gambar 5, hasil uji Scheffe menunjukkan peningkatan aktivitas ALT serum yang terjadi pada selang waktu pencuplikan jam ke 24 yang terjadi adalah signifikan dan berbeda bermakna dibandingkan dengan data aktivitas ALT serum jam ke 0, dan 48. Aktivitas serum ALT pada jam ke-0

(53)

memiliki perbedaan yang tidak bermakna terhadap jam ke-48. Artinya, aktivitas ALT pada jam ke-24 memberikan kenaikan yang maksimal, selanjutnya pada jam ke-48 telah kembali normal seperti pada jam ke-0. Berdasarkan analisa tersebut ditetapkan aktivitas puncak ALT setelah induksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada jam ke 24 dan dijadikan sebagai waktu pencuplikan darah. Penurunan kadar albumin sebesar 24, 398% dari nilai normal kontrol olive oil.

G. Penetapan Lama Pemejanan Infusa Kulit Buah Persea americana Mill.

Penetapan lama pemejanan infusa kulit buah Persea americana Mill. berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Windrawati (2012) efek proteksi ekstrak air daun Macaranga tanarius L. pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida, diberikan praperlakuan pemejanan ekstrak air daun Macaranga tanarius L. selama enam hari berturut-turut dan pada hari ke tujuh diinduksikan senyawa toksin karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/kgBB untuk mengkondisikan kerusakan hepar.

H. Pengaruh Pemberian Jangka Panjang Infusa Kulit Buah Persea americana Mill. pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meninjau peningkatan kadar albumin serum tikus jantan yang terinduksi karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/kgBB yang sebelumnya telah dipejankan infusa kulit buah Persea americana Mill. satu kali sehari selama enam hari beturut-turut untuk melihat pengaruh infusa jangka panjang kulit buah Persea americana Mill. terhadap kadar albumin. Berdasarkan data kadar albumin serum yang dianalisis dengan analisis data dengan menggunakan uji pola searah (One Way ANOVA) menunjukkan

(54)

bahwa antar kelompok memiliki perbedaan dengan signifikansi 0,000 (p≤0,05). Kebermaknaan perbedaan antar kelompok ini dibuktikan dengan uji Scheffe (Tabel IV). Data kadar albumin serum tersaji dalam bentuk purata ±SE dalam diagram batang serta gambar 6 berikut.

Tabel. IV. Purata ±SE kadar albumin serum tikus praperlakuan infusa kulit buah Persea americana Mill. yang terinduksi karbon

tetraklorida dosis 2 mL/kgBB (n=5)

Kelompok Perlakuan

Purata Kadar albumin serum ±Standar Error

(mg/dL) I Kontrol Karbon tetraklorida

dosis 2 mL/kgBB 2,91±0,07

II Kontrol olive oil 3,62±0,06

III Kontrol Infusa 1600 mg/kgBB 3,58±0,05

IV Infusa 362,81 mg/kgBB + karbon tetraklorida 2 mL/kgBB 3,43±0,09 V Infusa 761,90 mg/kgBB + karbon tetraklorida 2 mL/kgBB 3,08±0,10 VI Infusa 1600 mg/kgBB + karbon tetraklorida 2 mL/kgBB 3,23±0,06

Gambar 6. Diagram batang purata kadar albumin serum tikus praperlakuan infusa kulit buah Persea americana Mill. 1x sehari

(55)

Tabel V. Hasil uji Scheffe kadar albumin serum tikus antar kelompok perlakuan Kelompok Kontrol Hepatoto ksin CCl4 2 mL/kgB B Kontrol Negatif olive oil 2 mL/kgB B Kontrol infusa 1600 mg/kgB B Infusa 362,81mg /kgBB+ CCl4 2mL/kgB B Infusa 761,90 mg/kgBB + CCl4 2mL/kgB B Infusa 1600 mg/kgBB + CCl4 2mL/kgB B Kontrol Hepatotoks in CCl4 2 mL/kgBB BB BB BB TB TB Kontrol negatif olive oil 2 mL/kgBB BB TB TB BB TB Kontrol infusa 1600 mg/kgBB BB TB TB BB TB Infusa 362,81 mg/kgBB+ CCl4 2 mL/kgBB BB TB TB TB TB Infusa 761,90 mg/kgBB+ CCl4 2mL/kgBb TB BB BB TB TB Infusa 1600 mg/kgBB+ CCl4 2 mL/kgBB TB TB TB TB TB

Keterangan : BB = Berbeda bermakna (p≤0,05) TB = Berbeda tidak bermakna (p>0,05)

I. Kontrol Negatif (Olive Oil)

Pada penelitian ini dilakukan pengujian pada kelompok negatif (Olive Oil). Kelompok olive oil merupakan kontrol keadaan normal serum hewan uji. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013) menyatakan bahwa olive

(56)

oil sebagai pelarut karbon tetraklorida secara statistik memberikan pengaruh terhadap aktivitas serum ALT dan AST, namun aktivitas serum pada kelompok tersebut masih termasuk ke dalam range normal serum ALT-AST tikus. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kumar, Sivaraj, Elumalai, Kumar (2009) dilaporkan bahwa pemberian olive oil tidak menyebabkan peningkatan aktivitas ALT , yang berarti tidak menyebabkan kerusakan pada hati. Oleh karena itu, dalam penelitian ini kontrol olive oil dapat dijadikan dasar nilai aktivitas serum ALT dan digunakan sebagai kontrol keadaan normal kadar albumin. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh hasil purata kadar albumin serum sebesar 3,62 ± 0,06 mg/dL.

J. Kontrol Hepatotoksin (Karbon Tetraklorida Dosis 2 mL/kgBB)

Tujuan dilakukan kontrol hepatotoksin adalah untuk mengetahui pemberian karbon tetraklorida 2 mL/kgBB terhadap hewan uji. Karbon tetraklorida diberikan secara intraperitonial pada hewan uji, kemudian dilakukan pencuplikan darah pada jam ke-24 yang selanjutnya dilakukan pengukuran kadar albumin dan dibandingkan dengan kelompok kontrol olive oil.

Kadar albumin serum tikus kelompok kontrol hepatotoksin adalah sebesar 2,91±0,07 mg/dL, bila dibandingkan dengan kontrol olive oil (3,62±0,06 mg/dL) menunjukkan kebermaknaan secara statistik (Tabel IV). Sebagai parameter terjadinya kerusakan hepar yang ditunjukkan dengan terjadinya penurunan nilai kadar albumin pada kelompok kontrol karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/kgBB dapat diartikan terjadinya gangguan pada hati (Janakat dan Al-Merie,

(57)

2002). Hal ini menunjukkan bahwa karbon tetraklorida menginduksi terjadinya kerusakan hepar (hepatotoksik).

K. Kontrol Perlakuan (Infusa Kulit buah Persea americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB)

Kontrol perlakuan infusa kulit buah Persea americana Mill. dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bahwa apakah pemberian infusa kulit buah Persea americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar albumin pada hewan uji. Uji ini dilakukan dengan pemberian infusa kulit buah Persea americana Mill. pada hewan uji secara per oral. Pada jam ke-24 dilakukan pencuplikan darah melalui sinus orbitalis kemudian pengukuran kadar albumin. Berdasarkan pengukuran kadar albumin secara statistik diperoleh purata kadar albumin sebesar 3,58 ± 0,59 mg/dL yang memiliki perbedaan yang tidak bermakna (p<0,05) bila dibandingkan dengan kontrol olive oil, dengan nilai purata kadar albumin kontrol infusa yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kontrol olive oil. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa pemberian jangka panjang infusa kulit buah Persea americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB tidak mengubah nilai kadar albumin serum hewan uji.

L. Kelompok Perlakuan Infusa Kulit buah Persea americana Mill. Dosis 362,81; 761,90 dan 1600 mg/kgBB Pada Tikus Jantan Galur Wistar Terinduksi Karbon Tetraklorida 2 mL/kgBB

Pemberian perlakuan infusa kulit buah Persea americana Mill. Dilakukan secara jangka panjang yaitu satu kali sehari selama enam hari berturut-turut sebelum dipejankan karbon tetraklorida 2 mL/kgBB. Pada tabel IV purata kadar

(58)

albumin perlakuan infusa kulit buah Persea americana Mill. dosis 362,81 mg/kgBB sebesar 3,43 ± 0,90 mg/dL. Berdasarkan perhitungan statistik, jika dibandingkan dengan kontrol hepatoksin karbon tetraklorida 2 mL/kgBB (2,91 ± 0,72 mg/dL) menunjukkan perbedaan yang bermakna (p≤0,05). Hal ini dapat dikatakan bahwa pemberian infusa kulit buah Persea americana Mill. dapat meningkatkan kadar albumin serum hewan uji. Pada perlakuan infusa kulit buah Persea americana Mill. dosis 362,81 mg/kgBB jika dibandingkan dengan kontrol negatif olive oil (3,62 ± 0,62 mg/dL) menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05). Hal ini dapat diketahui bahwa kenaikan kadar albumin serum yang terjadi setara kedaaan normal kontrol olive oil.

Pada perlakuan infusa kulit buah Persea americana Mill. dosis 761,90 mg/kgBB diperoleh purata kadar albumin (Tabel IV) sebesar 3,08 ±0,10 mg/dL dapat dilihat adanya perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05) dibandingkan dengan kontrol hepatoksin karbon tetraklorida 2 mL/kgBB (2,91 ± 0,72 mg/dL). Perbedaan bermakna ditunjukkan bila dibandingkan dengan kontrol olive oil. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian infusa dosis 761,90 mg/kgBB menurunkan kadar albumin seperti pada perlakuan kontrol karbon tetraklorida.

Pemberian infusa kulit buah Persea americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB pada hewan uji memperoleh hasil purata kadar albumin sebesar 3,23±0,66 mg/dL. Purata kadar albumin ini menunjukkan adanya perbedaan yang tidak bermakna dibandingkan dengan kontrol karbon tetraklorida. Hasil perhitungan statistik ini menunjukkan bahwa infusa kulit buah Persea americana Mill. dosis 1600 mg/kgBB menurunkan kadar albumin seperti perlakuan kontrol karbon

Gambar

Tabel I. Komposisi dan konsentrasi reagen serum ALT .............................23 Tabel II
Gambar 1. Penampang mikroskopik hati ................................................ 10 Gambar 2
Gambar 1. Penampang mikroskopik hati (Ganong dan McPhee, 2011) Hepar  memiliki  kerja  yang  sangat  penting  seperti  pengambilan komponen  makanan  yamg  diantarkan  dari  saluran  cerna  melalui  pembuluh  porta ke dalam hepar, tempat biosintesis senyaw
Gambar 2. Struktur molekul karbon tetraklorida (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995).
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian lapangan yang bertujuan untuk mendeskripsikan dinamika pembebasan tanah dalam proyek pembangunan jalan MERR II-C Gunung Anyar dan

Yang digunakan sebagai fase gerak biasanya adalah pelarut organik. Bilamana fase gerak merupakan campuran organik dengan air

[r]

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa return keenam indeks bursa saham global secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan tetapi secara individual hanya return indeks

Terdapat beberapa permasalahan yang teridentifikasi setelah dilakukan observasi pembelajaran di SMP Negeri 4 Kota Magelang yang dirasa perlu adanya pemecahan,

• Untuk mengerjakan boneka memerlukan waktu 1jam pekerjaan tukang kayu dan 2 jam tukang poles sedang untuk kereta api diperlukan 1jam pekerjaan tukang kayu dan 1 jam

KETIGA : Program dan Satuan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non Formal yang tidak memenuhi persyaratan akreditasi di BAP PAUD dan PNF Provinsi Sumatera

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan indikator asam basa dari kulit buah kesumba ( Bixa orellana L.), mengetahui perubahan warna yang ditimbulkan oleh