Pengaruh Natrium CMC, HPMC K100M, dan Etil Selulosa terhadap Karakteristik Tablet Nifedipin dengan Sistem Penghantaran Mukoadhesif
Anasthasia Pujiastuti Akademi Farmasi Theresiana
thasia_anas@yahoo.com
Abstract: Hypertension is an elevation of blood pressure in the arteries. Nifedipine is an antihypertensive agent that often be used. Nifedipine have large absorption in the peptic allows it can be made with the controlled release dosage form gastroretentif mucoadhesive system. In this research, design of formula based on factorial design approach method, using DoE facility on software Minitab 16 with 3 factors which are Na CMC, HPMC K100M, and ethyl cellulose. The results was that a combination of polymer Na CMC, HPMC K100M, and ethyl cellulose produced characteristics of nifedipine tablet with
mucoadhesive delivery system gastroretentif
the hardness of nifedipine tablets but reduced the mucoadhesive sytem. This polymner was also reduced the percentage of C360 and ED360 of the tablet. In the other hand, ethyl cellulose reduced the hardness of nifedipine tablet and Na CMC improved the mucoadhesive system.
Key words: Na CMC, HPMC K100M, ethyl cellulose, tablet characteristics, nifedipine
Abstrak: Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri.
Terapi antihipertensi yang sering digunakan antara lain nifedipin. Absorpsi nifedipin yang besar dalam lambung memungkinkannya dibuat bentuk sediaan pelepasan terkendali dengan sistem gastroretentif mukoadhesif. Pada penelitian ini, rancangan formula dibuat berdasarkan pendekatan desain faktorial menggunakan fasilitas DoE pada software Minitab 16 dengan 3 faktor yaitu , Na CMC, HPMC K100M, dan etil selulosa. Hasil dari penelitian ini yaitu kombinasi polimer Na CMC, HPMC K100M, dan etil selulosa dapat menghasilkan karakteristik tablet nifedipin dengan sistem penghantaran gastroretentif mukoadhesif yang memenuhi syarat dalam Kompendia. Polimer yang berpengaruh meningkatkan kekerasan tablet nifedipin adalah HPMC K100M dan yang berpengaruh menurunkan kekerasan tablet nifedipin yaitu etil selulosa. Polimer yang berpengaruh memperbesar kekuatan mukoadhesif yaitu Na CMC sedangkan HPMC K100M menurunkan kekuatan mukoadhesif. Polimer yang berpengaruh pada penurunan persentase C360 dan ED360 yaitu HPMC K100M.
I.
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Terapi antihipertensi yang sering digunakan antara lain nifedipin. Nifedipin merupakan obat golongan dihidropiridin sebagai calcium channel
blocker (Sweetman, 2009). Nifedipin praktis tidak
larut dalam air dan bioavailabilitasnya rendah yaitu 45-75%. Waktu paruh (t½) nifedipin relatif pendek yaitu 2-6 jam (Moffat et al., 2011). Obat dengan t½ yang relatif pendek apabila diberikan
konsentrasi obat dalam darah (Ansel et al., 2005). Adanya permasalahan tersebut maka diperlukan suatu polimer yang mampu menghasilkan sediaan tablet dengan sistem penghantaran obat yang dapat mempertahankan pelepasan nifedipin yang seragam selama waktu tertentu.
Nifedipin diabsorpsi dengan cepat dan hampir sempurna (90%) dalam lambung (Hardjono, 2000). Absorpsi nifedipin yang besar dalam lambung memungkinkannya dibuat bentuk sediaan pelepasan terkendali dengan sistem gastroretentif mukoadhesif. Polimer yang dapat digunakan untuk membuat tablet dengan sistem penghantaran gastroretentif mukoadhesif antara
HPMC K100M dan etil selulosa (Agoes, 2008). Kombinasi polimer tersebut diharapkan dapat menghasilkan tablet nifedipin dengan kekerasan tablet yang optimal, mampu melekat kuat pada mukosa gastrointestinal; konsentrasi nifedipin yang terlepas pada waktu 360 menit (C360) dan
(ED360) memenuhi syarat dalam Kompendia.
II.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan formula yang dibuat berdasarkan pendekatan desain faktorial menggunakan fasilitas DoE pada software Minitab 16 dengan 3 faktor, yaitu konsentrasi polimer Na CMC, HPMC K100M, dan etil selulosa. Sediaan tablet yang dibuat mengandung nifedipin 40 mg dengan menggunakan bahan tambahan PVP K-30 sebagai solubilizer, Avicel PH 102 sebagai pengisi, magnesium stearat sebagai lubricant, dan talk sebagai glidant (Rowe, et al., 2009). Rancangan formula tersebut dibuat dalam 8 formula seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Gastroretentif Mukoadhesif Etil selulosa 1 70 20 10 2 105 20 10 3 70 50 10 4 105 50 10 5 70 20 35 6 105 20 35 7 70 50 35 8 105 50 35 Keterangan:
Setiap formula tablet juga mengandung nifedipin 40 mg; PVP K-30 80 mg; talk 3,5 mg; Mg stearat 3,5 mg dan avicel PH 102 hingga bobot tiap tablet 350 mg
Pembuatan tablet nifedipin pada setiap formula dimulai dengan melakukan pencampuran semua bahan penyusun tablet menggunakan
1. Waktu alir
Pengujian dilakukan dengan memasukkan 25 g massa tablet ke dalam alat tester melalui tepi dinding corong yang dilengkapi dengan penutup. Waktu yang diperlukan massa tablet untuk mengalir keluar setelah penutup corong dibuka menunjukkan waktu alir massa tablet.
2.
mengukur tinggi kerucut (h) dan jari-jari lem-peng penyangga (r) (Siregar, 2010).
Massa tablet yang telah dilakukan pengujian kemudian dilakukan pencetakan tablet dengan metode cetak langsung. Tablet
kekuatan mukoadhesif, pengembangan tablet, keseragaman kandungan dan disolusi tablet. Evaluasi tablet dilakukan dengan cara:
1. Keseragaman bobot tablet
Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan besar kecilnya penyimpangan bobot tablet yang dihasilkan dibandingkan dengan rata-rata tablet. Pengujian dilakukan dengan cara menimbang 20 tablet satu per satu pada neraca analitik, kemudian dihitung nilai rata-rata (X) dan deviasi standar.
2. Keseragaman ukuran tablet
Pengukuran keseragaman ukuran tablet dilakukan dengan menggunakan alat thickness
tester untuk mengukur tebal tablet dan jangka
sorong untuk mengukur diameter tablet. 3. Kekerasan tablet
Pengujian kekerasan tablet dilakukan dengan cara meletakkan 1 tablet pada alat hardness
tester di posisi tengah dan tegak lurus.
4. Kerapuhan tablet
Pengujian kerapuhan tablet dilakukan dengan menimbang 20 tablet yang telah dibebas-debukan pada neraca analitik, kemudian dimasukkan dalam alat abration tester.
5. Kekuatan mukoadhesif tablet
Kekuatan mukoadhesif tablet diukur pada
sapi digunakan sebagai model membran. 6. Pengembangan tablet
Pengujian pengembangan tablet diawali dengan menentukan bobot tablet yang akan di uji dan dinyatakan sebagai W1, kemudian setiap tablet ditempatkan terpisah dalam
Beaker glass 100 mL yang mengandung 30 mL
media disolusi dengan suhu 37 ± 0,1°C. 7. Keseragaman kandungan
Pengujian keseragaman kandungan dilakukan dengan menimbang dan menghaluskan 10 tablet nifedipin satu persatu. Tablet yang telah dihaluskan kemudian dilarutkan dalam metanol dengan perbandingan berat nifedipin pada tablet dengan metanol adalah 1 mg : 1 mL (Anonim, 2007), setelah itu dilakukan pengenceran dengan media disolusi pH 1,2 hingga volume 100 mL dan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimal. 8. Disolusi tablet nifedipin
Media disolusi yang digunakan adalah 0,5% sodium lauril sulfat dalam cairan lambung tanpa pepsin. Disolusi dilakukan dengan kecepatan
6 jam. Pada interval waktu 5, 10, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 240, 300 dan 360 menit.
III.
nifedipin yang dilakukan meliputi waktu alir, kecepatan alir dan sudut diam dapat dilihat pada Tabel 2
deviasi standarnya
-
mu-la
Rerata bobot tablet Tebal tablet
Rerata ke-kerasan tablet Rerata ker-apuhan tablet Rata-rata kekuatan mukoadhesif Rerata keserag-aman kandungan % CV kes-eraga-man kandungan 1 349,2 ± 1,30 4,5 ± 0,01 4,6 ± 0,18 0,21 ± 0,18 12,67 ± 1,75 96,80 ± 3,53 3,64 86,16 ± 2,29 2 350,7 ± 0,84 4,5 ± 0,00 4,8 ± 0,14 0,25 ± 0,15 15,10 ± 1,92 98,46 ± 3,73 3,78 77,71 ± 2,13 3 350,2 ± 0,94 4,6 ± 0,02 4,7 ± 0,22 0,33 ± 0,13 11,45 ± 1,63 97,03 ± 4,05 4,17 45,38 ± 6,71 4 350,4 ± 0,98 4,5 ± 0,02 5,2 ± 0,24 0,26 ± 0,18 16,80 ± 1,61 97,03 ± 3,83 3,95 40,55 ± 5,03 5 348,8 ± 1,02 4,5 ±0,01 4,3 ± 0,19 0,18 ± 0,12 14,30 ± 0,49 106,08 ± 2,54 2,40 79,14 ± 5,26 6 350,4 ± 1,25 4,6 ± 0,01 4,1 ± 0,12 0,26 ± 0,07 14,91 ± 1,86 104,81 ± 3,35 3,20 80,15 ± 0,85 7 349,8 ± 1,05 4,7 ± 0,01 4,2 ± 0,12 0,38 ± 0,15 14,82 ± 1,85 100,27 ± 5,05 5,04 50,15 ± 8,01 8 349,5 ± 0,94 4,6 ± 0,00 3,7 ± 0,18 0,41 ± 0,35 12,03 ± 1,91 103,58 ± 3,00 2,89 29,91 ± 4,86 Massa tablet yang telah dicetak selanjutnya dilakukan pengujian karakteristik tablet. Hasil
dapat dilihat pada Tabel III dan Gambar 1
Formula Waktu Alir (detik)*) Kecepatan Alir (g/
detik)*) Sudut Diam (°)*)
1 3,93 ± 0,63 6,48 ± 1,10 30,68 ± 0,49 2 2,98 ± 0,35 8,48 ± 0,99 30,11 ± 0,86 3 8,58 ± 0,52 2,92 ± 0,18 30,96 ± 0,84 4 4,39 ± 0,08 5,70 ± 0,11 30,68 ± 0,49 5 6,16 ± 0,90 4,12 ± 0,61 30,96 ± 0,00 6 6,19 ± 0,37 4,05 ± 0,24 30,96 ± 0,00 7 5,42 ± 0,87 4,69 ± 0,72 30,96 ± 0,00 8 4,64 ± 0,20 5,40 ± 0,23 30,68 ± 0,49 3
Tablet Nifedipin Gastroretentif Mukoadhesif Nifedipin Gastroretentif Mukoadhesif
Keterangan:
*) data adalah rerata dari 20 replikasi dengan deviasi standarnya **) data adalah rerata dari 10 replikasi dengan deviasi standarnya ***) data adalah rerata dari 3 replikasi dengan deviasi standarnya
Gambar 1. Hasil Indeks Pengembangan Tablet
Interpretasi terhadap data disolusi dilakukan
dengan cara membuat hubungan antara bobot kumulatif nifedipin yang terlepas versus waktu
tablet nifedipin gastroretentif mukoadhesif dapat dilihat pada Gambar 2.
IV. PEMBAHASAN
Berdasarkan Tabel II dapat diketahui bahwa semua formula mempunyai waktu alir yang
semakin jelek sifat alirnya. Kecepatan alir massa
g/detik (Siregar, 2010). Sudut diam yang terbentuk di tiap formula adalah hampir sama yaitu berada dalam rentang 30,11 semakin besar sudut diam yang dihasilkan maka sifat alir dari massa tablet kurang baik (Priyambodo, 2007). Sifat alir yang baik mempunyai peran dalam menentukan kemampuan massa tablet mengalir ke ruang cetak sehingga dapat menjamin keseragaman pengisian. Pengisian ruang cetak yang berlangsung secara kontinu akan menghasilkan tablet dengan bobot yang seragam sehingga diharapkan dapat menjamin keseragaman kandungan nifedipin yang tersebar merata dalam polimer pembawa.
Berdasarkan hasil pengujian karakteristik
disolusi 8 formula tablet nifedipin pada Tabel III menunjukkan bahwa semua parameter memenuhi syarat. Pada Tabel III dapat diketahui bahwa ke-8 formula mempunyai bobot rata-rata tablet mendekati 350 mg dengan nilai simpangan rata-rata yang relatif rendah. Berdasarkan nilai persen penyimpangan bobot tablet, tidak ada tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari 5% dari bobot rata-ratanya, maka dapat dikatakan bobot tablet seragam. Hal ini menunjukkan bahwa tablet yang dihasilkan dari formula 1-8 memiliki keseragaman bobot sesuai dengan ketentuan Farmakope Indonesia ed. III (Depkes, 1979). Berdasarkan nilai deviasi standar yang diperoleh membuktikan bahwa serbuk mengalir dengan baik ke dalam ruang cetak tablet sehingga dihasilkan tablet yang memenuhi persyaratan keseragaman bobot, yang selanjutnya diharapkan memberikan
membuktikan bahwa tablet telah memenuhi persyaratan ukuran tablet menurut Farmakope Indonesia ed. III (Depkes, 1979). Keseragaman ukuran tablet untuk tiap formula memenuhi syarat yaitu tebal tablet tidak kurang dari 1/3 dan tidak lebih dari 1½ diameter tablet dengan nilai diviasi standar relatif rendah. Tablet yang tidak memenuhi syarat dalam keseragaman ukuran dapat menyebabkan tablet menjadi rapuh sehingga tidak mampu menahan goncangan selama proses pembuatan, pengemasan dan distribusi.
Berdasarkan Tabel III dapat diketahui kekerasan tablet formula 8 yang paling kecil diantara semua formula, hal ini menunjukkan formula 8 memiliki sifat kompresibilitas paling kecil. Formula yang mengandung jumlah polimer mukoadhesif paling banyak, menghasilkan kekerasan tablet yang paling rendah. Hal ini menunjukkan bahwa formula 8 memiliki sifat kompresibilitas yang kurang baik daripada formula yang lain. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan software Minitab 16 dapat
faktorial untuk kekerasan tablet nifedipin yaitu:
Y1 = 4,4450 - 0,0021X1 + 0,0175X2 - 0,3867X3 + 0,0088X1X2 - 0,1662X1X3 - 0,1408X2X3 - 0,0721X1X2X3 (1)
Keterangan:
Y1 = kekerasan tablet (kg); X1= proporsi Na CMC; X2= proporsi HPMC K100M; X3 = proporsi etil selulosa
Persamaan 1 menunjukkan tiap komponen dan interaksinya memberikan pengaruh pada kekerasan tablet. Etil selulosa paling besar dalam mempengaruhi kekerasan tablet yaitu memberikan
tablet. Natrium CMC memberikan pengaruh paling
ini berarti Na CMC dapat menurunkan kekerasan tablet. HPMC K100M memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan kekerasan tablet dengan nilai
K100M berpengaruh memperbesar kekerasan
ini faktor yang berpengaruh untuk meningkatkan kekerasan tablet adalah HPMC K100M. Natrium CMC - etil selulosa, HPMC K100M - etil selulosa dan interaksi antara ke tiga komponen polimer berpengaruh dalam memperkecil kekerasan tablet.
Farmakope Indonesia edisi III (1979) mensyaratkan persen kerapuhan tablet yang memenuhi persyaratan yaitu kurang dari 1% yang berarti tablet tahan terhadap pengaruh fabrikasi. Berdasarkan Tabel III dapat diketahui bahwa persen kerapuhan tablet dari formula 1 sampai 8 memenuhi persyaratan yaitu kurang dari 1%. Persen kerapuhan yang paling kecil yaitu pada formula 8, hal ini disebabkan karena kekerasan tablet pada formula 8 juga memiliki nilai paling rendah, sehingga tablet kurang tahan terhadap fabrikasi dan kurang mampu melawan goncangan mekanik dibandingkan dengan formula yang lain.
Pengujian kekuatan mukoadhesif tablet dilakukan untuk mengetahui kemampuan tablet melekat pada mukosa. Hasil pengujian kekuatan mukoadhesif semua formula dapat melekat pada mukosa usus setelah preload selama 5 menit. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Na CMC, HPMC K100M dan etil selulosa dalam berbagai perbandingan dapat bersifat
dibandingkan dengan formula yang lain. Hal ini disebabkan karena pada formula 4 mengandung polimer Na CMC dengan jumlah yang besar. Polimer Na CMC mempunyai kemampuan untuk mengembang kemudian melekat dengan mukus sehingga kemampuan untuk berikatan dengan mukus juga menjadi besar, oleh karena itu dapat meningkatkan daya mukoadesif polimer tersebut. Persamaan terkait desain faktorial untuk kekuatan mukoadhesif tablet yaitu:
Y2 = 14,010 + 0,700X1 - 0,235X2 + 0,005X3 - 0,062X1X2 - 1,242X1X3 - 0,354X2X3 - 0,789X1X2X3 (2)
Keterangan:
Y2 = kekuatan mukoadhesif tablet nifedipin (gram); X1 = proporsi Na CMC; X2 = proporsi HPMC K100M; X3 = proporsi etil selulosa
Berdasarkan persamaan 2 menunjukkan tiap komponen dan interaksinya memberikan pengaruh pada kekuatan mukoadhesif. Polimer Natrium CMC dan etil selulosa masing-masing bernilai positif yang berarti berpengaruh memperbesar kekuatan mukoadhesif tablet, sedangkan HPMC K100M bernilai negatif yang berarti berpengaruh menurunkan kekuatan mukoadhesif tablet. Interaksi antara Na CMC dan HPMC K100M berpengaruh menurunkan
rendah (-0,062). Pada interaksi ini yang cenderung menurunkan kekuatan mukoadhesif adalah HPMC K100M, karena pada komponen tunggal bernilai negatif (-0,235). Interaksi antara Na CMC dan etil selulosa memberikan pengaruh paling besar terhadap kekuatan mukoadhesif. Interaksinya berpengaruh menurunkan kekuatan mukoadhesif,
antara Na CMC - HPMC K100M, HPMC K100M - etil selulosa dan interaksi antara ke tiga komponen matriks berpengaruh dalam memperkecil kekuatan mukoadhesif tablet.
Persyaratan keseragaman kandungan untuk tablet lepas lambat menurut USP 32 yaitu tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah nifedipin yang tercantum dalam label. Farmakope Indonesia IV mensyaratkan bahwa rentang konsentrasi dari 10 tablet pada pengujian keseragaman kandungan adalah 85,0 - 115,0%,
6,0%. Berdasarkan Tabel III dapat diketahui bahwa semua formula memenuhi syarat yang tercantum dalam USP 32 maupun Farmakope Indonesia IV. Formula 7 mempunyai nilai % CV yang paling besar dibandingkan formula yang lain, artinya nilai % CV yang lebih dari 6,0% dapat menurunkan homogenitas kandungan zat aktif. Berdasarkan data % CV keseragaman kandungan formula 1 sampai 8 memenuhi syarat untuk homogenitas yaitu CV kurang dari 6,0%.
Berdasarkan hasil pengujian indeks pengembangan pada Gambar 1 dapat diketahui bahwa semakin lama waktu kontak tablet nifedipin dengan media disolusi menghasilkan indeks pengembangan yang semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu kontak tablet menyebabkan proses hidratasi juga semakin maksimal, sehingga pelepasan obat juga diharapkan semakin banyak. Pada Gambar 1 dapat terlihat bahwa pada menit ke 360 indeks pengembangannya paling besar yaitu formula 6 dan formula yang paling kecil indeks pengembangan yaitu formula 8.
dayung dan suhu media disolusi yang dibuat sama yaitu kecepatan putaran dayung 100 rpm dan suhu media 37°C. Kecepatan putaran dayung dan suhu yang tidak sama dapat mempengaruhi pelepasan obat, putaran dayung yang semakin cepat dan suhu yang semakin tinggi dapat mempercepat pelepasan obat dari matriks. Pada uji disolusi, selain kecepatan putaran dayung dan suhu, kekerasan tablet juga dapat mempengaruhi pelepasan nifedipin dari bentuk sediaan. Pada formula yang sama, semakin tinggi kekerasan tablet maka obat lebih sulit untuk dilepaskan dari matriks tablet. Tablet dikempa dengan tekanan punch atas dikendalikan yaitu pada kekerasan 4 - 5 kg. Tablet dengan kekerasan yang tinggi, pori-pori tablet akan semakin kecil. Hal ini menyebabkan absorpsi air oleh tablet menjadi berkurang sehingga kemampuan pelarut untuk melakukan penetrasi (hidratasi) berkurang. Jika kemampuan hidratasi berkurang maka proses pengembangan polimer dan disolusi obat akan lebih lambat. Oleh karena itu kekerasan tablet merupakan faktor penting yang harus dikendalikan agar perbedaan disolusi yang terjadi antar berbagai formula hanya dipengaruhi oleh perbedaan komposisi
nifedipin pada Gambar 2 terlihat bahwa jumlah pelepasan obat dalam waktu 360 menit yang hampir mendekati 40 mg secara berurutan yaitu terjadi pada formula 6, formula 1, formula 5, dan formula 2. Pada ke empat formula tersebut mengandung HPMC K100M dengan konsentrasi rendah. Formula tablet nifedipin gastroretentif
lambat yaitu terjadi pada formula 3, formula
konsentrasi yang terbesar. Hal ini menunjukkan bahwa HPMC K100M merupakan polimer yang mengendalikan pelepasan obat, karena HPMC K100M memiliki viskositas yang sangat tinggi. Viskositas yang tinggi ini menyebabkan lapisan gel yang terbentuk relatif sulit dikikis oleh pelarut sehingga polimer sulit mengalami erosi. Akibatnya mekanisme yang dominan dalam pelepasan obat dari polimer HPMC K100M adalah difusi, sehingga kecepatan pelepasannya lambat.
nifedipin yang paling lambat, terlihat pada menit ke-360, obat yang terlepas sebanyak 19,40 mg. Hal ini dikarenakan semua komponen matriks dalam konsentrasi besar, sehingga matriks dapat membentuk dinding yang kompak dan menunjukkan pelepasan obat berkelanjutan untuk jangka waktu yang diperpanjang. Konsentrasi nifedipin yang terlepas pada waktu 360 menit (
C
360)
menghasilkan persamaan terkait desain faktorial sebagai berikut:Y3 = 80,05 - 5,02X1 - 16,80X2 - 0,64X3 - 3,98X1X2 - 0,31X1X3 - 2,54X2X3 - 2,25X1X2X3 (3)
Keterangan:
Y3 = konsentrasi nifedipin yang terlarut pada waktu 360 menit (%); X1 = proporsi Na CMC; X2 = proporsi HPMC K100M;
X3 = proporsi etil selulosa
Berdasarkan persamaan 3 menunjukkan masing-masing komponen matriks dan interaksinya semuanya memberikan pengaruh negatif yaitu menurunkan persentase kumulatif nifedipin yang terlepas. Hal ini berarti pelepasan nifedipin pada waktu 360 menit mengalami penurunan. Polimer
selulosa. Persamaan 3 memperlihatkan interaksi antara Na CMC dan HPMC K100M memberikan pengaruh terhadap penurunan persentase C360
(-3,98), selanjutnya interaksi antara HPMC K100M dan etil selulosa, kemudian interaksi antara 3 polimer, dan yang paling rendah interaksi antara Na CMC dan etil selulosa. Hasil ini sangat dipengaruhi oleh HPMC K100M, karena dalam bentuk tunggal sangat dominan pengaruhnya.
Kecepatan pelepasan obat menentukan efektivitas obat untuk di absorbsi secara sistemik.
Pada penelitian ini digunakan ED360 sebagai respon
hasil penelitian dapat dilihat pada
Tabel III. Berdasarkan Tabel III dapat diketahui
adalah formula 8. Hal ini menggambarkan bahwa efektivitas pelarutan zat aktif paling lambat. Nilai
dengan desain faktorial yaitu: 5. 1 2 3 2,20X1X2 1X3 2X3 1X 2X3 (4) Keterangan: 1 = proporsi Na CMC;
X2 = proporsi HPMC K100M; X3 = proporsi etil selulosa
Berdasarkan persamaan 4 menunjukkan masing-masing komponen polimer dan interaksinya memberikan pengaruh negatif yaitu
ED360
(-19,65), selanjutnya Na CMC (-4,06) dan etil selulosa (-1,31). Hal ini berarti polimer yang paling berpengaruh menurunkan ED360 adalah HPMC K100M. Interaksi yang terjadi antara Na CMC
tinggi (-2,20), kemudian diikuti interaksi antara Na CMC dan etil selulosa (-0,74), dan yang terakhir interaksi antara HPMC K100M dan etil selulosa (-0,16). Interaksi ketiga polimer menghasilkan nilai
menurunkan ED360 lebih besar dibandingkan interaksi antara 2 polimer.
VI.
1. Kombinasi polimer Na CMC, HPMC K100M, dan etil selulosa dapat menghasilkan
karakter -hantaran gastroretentif mukoadhesif yang me-menuhi syarat dalam kompendia.
2. Polimer yang berpengaruh meningkatkan ke-kerasan tablet nifedipin adalah HPMC K100M dan yang berpengaruh menurunkan kekerasan tablet nifedipin yaitu etil selulosa
3. Polimer yang berpengaruh memperbesar kekuatan mukoadhesif yaitu Na CMC sedang-kan HPMC K100M menurunsedang-kan kekuatan mu-koadhesif
4. Polimer yang berpengaruh pada penurunan persentase C360 dan ED360 yaitu HPMC K100M
Agoes, G., 2008, Sistem Penghantaran Obat
Pelepasan Terkendali, Institut Teknologi
Bandung, Bandung.
Convention Inc., Rockville.
Ansel, H.C., Allen, L.V., & Popovich, N.G., 2005,
Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery System, 8thEd., Lippincott Williams
& Wilkins a Wotters Kluwer Company, Philadelphia.
Hardjono, S., 2000, ‘Hubungan Struktur-Aktivitas Obat Kardiovaskuler’, dalam Siswandono & Soekardjo B., (Ed.), Kimia Medisinal, Airlangga University Press, Surabaya. Moffat, A.C., Osselton, M.D., & Widdop, B., 2011,
Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons, 4th
Ed, Pharmaceutical Press, London.
Priyambodo, B., 2007, Manajemen Farmasi
Industri, Global Pustaka Utama, Yogyakarta.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., & Quinn, M.E., 2009,
Handbook of Pharmaceutical Excipient,
6th Ed., The Pharmaceutical Press and
The American Pharmacists Association, Washington DC.
Siregar, C., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan
Tablet Dasar-Dasar Praktis, Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta.
Sweetman, S.C., 2009, Martindale The Complete Drug Reference, Vol. I, 36th Ed.,