Buku Rancangan Pembelajaran
Modul:
Etika, Hukum dalam Bidang
Kesehatan
Ilmu Kedokteran Gigi, Ilmu Keperawatan, Ilmu
Farmasi
Rumpun Ilmu Kesehatan UI Semester Genap
2015-2016
Etika dan Hukum Kesehatan merupakan landasan kerja bagi petugas kesehatan sebelum melaksanakan tugas profesionalnya. Dalam program pendidikan sarjana kesehatan, salah satu kompetensi utama yang harus dimiliki oleh peserta didik adalah mampu menerapkan etika profesi kesehatan. Oleh karena itu peserta didik perlu dibekali dengan pengetahuan berkaitan dengan prinsip etika kesehatan serta penerapannya dalam praktek sehari-hari.
Selain etika, tenaga kesehatan juga bersinggungan erat dengan hukum terutama yang terkait dengan bidang kesehatan. Peserta didik perlu memahami aspek legal praktek kesehatan. Dasar-dasar etika dan hukum kedokteran dan kesehatan harus diberikan sejak dini dalam proses pendidikan sebagai landasan awal bagi mahasiswa untuk membangun kerangka pikir agar tidak salah dalam mengambil keputusan etis serta dalam mengantisipasi proses hukum di kemudian hari.
Modul pengantar ini terdiri dari 2 SKS dan diberikan pada semester 2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode pembelajaran aktif (student centered active learning) disamping ceramah pemantapan dari narasumber. Peserta didik berpartisipasi secara aktif dalam pembahasan setiap topik dan menyelesaikan penugasan baik individu maupun kelompok. Metode evaluasi meliputi penugasan mandiri dan kelompok, presentasi kelompok, ujian tulis dan partisipasi dalam diskusi serta penilaian partisipasi dalam diskusi oleh Tutor dan peer group. Etika akademik sangat dijunjung tinggi selama proses pembelajaran dan mempengaruhi proses penilaian dan keberhasilan belajar peserta didik.
Aspek perilaku etika memerlukan pelatihan kasus dan praktek dalam kegiatan sehari-hari dengan pasien atau melalui kerja lapangan yang diterapkan di fakultas masing-masing dalam modul lanjutan.
BAB I
INFORMASI UMUM
Nama Program Studi/jenjang : Rumpun Kesehatan / S1 Nama Modul : Etika dan Hukum Kesehatan.Kode modul : UILS600003
Semester : 2
Peserta : FKG, FF, FIK
Jumlah SKS : 2 SKS
Metoda pembelajaran : collaborative learning, case based discussion, presentasi
pleno,ceramah narasumber Modul prasyarat :
-Pendukung modul :
-Integrasi antara modul :
-Deskripsi modul
Dalam program pendidikan sarjana kesehatan, salah satu kompetensi utama yang harus dimiliki oleh peserta didik adalah mampu menerapkan etika profesi kesehatan. Oleh karena itu peserta didik perlu dibekali dengan pengetahuan berkaitan dengan prinsip etika kesehatan serta penerapannya dalam praktek sehari-hari. Mata kuliah ini merupakan modul terintegrasi dalam Rumpun Ilmu Kesehatan (Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Fakultas Farmasi) yang dilaksanakan dalam tahap akademik. Selain etika, tenaga kesehatan juga bersinggungan erat dengan hukum terutama yang terkait dengan bidang kesehatan. Peserta didik perlu memahami aspek legal praktek kesehatan. Aspek perilaku etika dan legal memerlukan penerapan lanjutan melalui kegiatan akademik dan profesi di fakultas masing-masing.
Modul pengantar ini terdiri dari 2 SKS dan diberikan pada semester 2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode pembelajaran aktif (Student Centered Active Learning) disamping ceramah pemantapan dari narasumber. Metode evaluasi meliputi penugasan mandiri dan kelompok, presentasi kelompok, ujian tulis dan partisipasi dalam diskusi serta penilaian partisipasi dalam diskusi oleh Tutor dan peer group.
BAB II
KOMPETENSI
Kompetensi
Setelah menyelesaikan modul ini, mahasiswa mampu memiliki kesadaran atau kewaspadaan moral mengenai aspek etika, dilema etika, dan penerapan etika dalam praktek serta mampu memahami dan berperilaku menurut hak dan kewajibannya sesuai kebijakan pelayanan kesehatan Indonesia.
Subkompetensi
Menjelaskan kaidah dasar bioetika yang ada dalam kasus beserta alasannya
Menjelaskan dilema etika yang ada dalam kasus menggunakan kerangka logika prima facie
Menjelaskan konteks prima facie yang ada dalam kasus
Memformulasikan penyelesaian masalah etika dalam kasus
Menjelaskan value based ethics yang ada dalam kasus
Menjelaskan nilai etika sosial budaya yang ada dalam kasus
Menjelaskan nilai etika yang ada dalam dirinya sendiri serta membandingkannya dengan orang lain
Menjelaskan persamaan dan perbedaan etika antar profesi kesehatan
Menjelaskan aturan hukum terkait kasus
Bagan Alir Kompetensi
Memiliki kesadaran atau kewaspadaan
moral mengenai aspek etika, dilema
etika, dan penerapan etika dalam
praktek, serta mampu memahami dan
berperilaku menurut hak dan
kewajibannya sesuai kebijakan
pelayanan kesehatan Indonesia
Mampu menjelaskan aspek
etika, disiplin, dan hukum
dalam praktek kesehatan
Mampu melakukan telaah
etika dan hukum dalam
berbagai situasi dan
memberikan saran
pemecahan masalah
Mampu menjelaskan etika
dan hukum pada profesi
masing-masing tenaga
kesehatan
Mampu menjelaskan value
pribadi dan value orang
lain dan atau lingkungan
Memformulasikan masalah
etika dan hukum yang ada
dan rencana
penyelesaiannya
Menjelaskan kaidah dasar
bioetika dan hukum
mengenai kesehatan
Peserta modul adalah mahasiswa semester kedua Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Farmasi dan Fakultas Ilmu Keperawatan dari lulusan Sekolah Menengah Umum (SMU).
Apabila diberi kasus terkait bioetika, mahasiswa mampu:
Menjelaskan kaidah dasar bioetika yang ada dalam kasus beserta alasannya
Menjelaskan dilema etika yang ada dalam kasus menggunakan kerangka logika prima facie Menjelaskan konteks prima facie yang ada dalam kasus
Memformulasikan penyelesaian masalah etika dalam kasus Menjelaskan value based ethics yang ada dalam kasus Menjelaskan nilai etika sosial budaya yang ada dalam kasus
Menjelaskan nilai etika yang ada dalam dirinya sendiri serta membandingkannya dengan orang lain
Apabila diberi kasus terkait hukum kedokteran dan kesehatan, mahasiswa mampu: Menjelaskan aturan hukum terkait kasus
Menjelaskan kasus yang tergolong dalam malpraktek medis
Lingkup
bahasan Topik Subtopik Bahan Bacaan
Bioethics Bioethics
Theory DeontologyTeleology Virtue ethics Principlism ethics
1. Bertens, K. (2002). Etika. Jakarta. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
2. Franz Magniz S, Etika Dasar, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2002
3. Beauchamp TL & Childress JF. Principles of Biomedical Ethics. New York : Oxford University Press. 1994
4. Veatch RM. Biomedical Ethics. New Jersey : Prentice Hall,Inc. 2000
5. Bioetika dan Hukum Kedokteran (Sampurna, Syamsu, Siswaja; Pustaka Dwipar; 2007)
6. Buku Kode Etik Kedokteran Indonesia.
7. Buku Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia
8. Buku Kode Keperawatan Indonesia
9. Buku Kode Etik Apoteker Indonesia Basic Bioethics Principles Beneficence Nonmaleficence Autonomy Justice Moral
pluralism Medical IndicationPatient preference Quality of life Contextual features Value based ethics Value formation Value clarification Cultural value Ethnocentrism Medical
Law Health and medical regulation
Good medical practice Informed consent Medical secrecy Medical Records UU RI no 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran UU RI No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
UU Keperawatan nomor 38 tahun 2014
Medical Law, Ethics, and Bioethics for Health Profession (Lewis & Tamparo, Davidplus publishing) Bioetika dan Hukum Kedokteran (Sampurna, Syamsu, Siswaja; Pustaka Dwipar; 2007)UU RI No 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit Peraturan Menteri Kesehatan no 290 tahun 2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran Peraturan Menteri Kesehatan no 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis
PP nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
Medical Malpractice
Modul Etika dan Hukum Kedokteran meliputi proses sebagai berikut:
A. Orientation
Kuliah InteraktifJadwal kuliah dapat dilihat pada jadwal mingguan (lihat lampiran 1). Terdapat 4 kuliah interaktif
pada modul ini yaitu:
1. Pengantar Bioetika dan prinsip prima facie 2 jam 2. Pengantar kuliah Value Based Ethics 2 jam
3. Pengantar Etika dengan kajian kekhususan profesi 2 jam
4. Pengantar Hukum Kedokteran dan Kesehatan 2 jam
B. Case Based Learning (Diskusi Kelompok) dan Role Play
Mahasiswa akan diberi kasus yang harus didiskusikan dalam kelompok serta hasilnya dipresentasikan dalam pleno. Selain itu ada kegiatan role play berdasarkan kasus yang telah didiskusikan oleh kelompok.
1. DK 1: memahami kaidah dasar bioetika 4 jam
2. DK 2: memahami kaedah etik kekhususan profesi 2 jam
3. DK 3: Kasus etika Bayi Kembar Siam 2 jam
4. DK 4: Pembahasan kasus yang berhubungan dengan Kode etik dan Hukum 2 jam
4. Persiapan Role play kasus etika bayi kembar siam 2 jam 5. DK 5: card game hukum kedokteran dan kesehatan
2 jam
C. Feedback
Pleno
1. Pleno I : Kaidah dasar bioetik 2 jam
2. Pleno II : Nilai Etika dengan Kekhususan Profesi 2 jam
2. Pleno III : Role Play Bayi Kembar Siam 2 jam
Panduan Kegiatan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran kegiatan
Mahasiswa juga diwajibkan mengerjakan tugas individu yaitu:
1. Resume kuliah pakar yang diserahkan langsung setelah selesai pertemuan 2. Membuat Laporan Tugas Mandiri (LTM) pada setiap sesi diskusi berdasarkan
materi yang sedang dibahas. Tugas diketik dalam kertas A4, huruf times new roman ukuran 12, spasi 1,5. Maksimal 500 kata.
3. Menyusun value clarification/penilaian pribadi berdasarkan nilai pribadi kasus kembar siam menggunakan table yang sudah tersedia.
1
. Sumber daya Manusia
Narasumber kuliah
N
o
Tanggal
Judul
Narasumber
1 17 Februari 2016
Kaidah Dasar Bioetika dan Prinsip Prima Facie
Prof Dr dr Agus Purwadianto, DFM, SH, SpF, Msi
2 23 Maret 2016
Value Based Ethics Prof Dr dr Agus Purwadianto, DFM, SH, SpF, Msi
3 30 Maret 2016
Kuliah Kekhususan Fakultas (Materi Etika dan Kode Etik)
FF : Catur Jatmika, M.Si., Apt., Eme Stepani Sitepu, M.Sc., Apt.
FKG : Dr. Harum Sasanti, Krisnawati, Sp.Ort. (K)
FIK : Dr. Krisna Yetti 4 27 April 2016 Kuliah Umum (UU dan Hukum
Kesehatan)
Prof. Dr. Agus Sardjono, SH, MH
Narasumber Pleno dan Role Play
N
o
Tanggal
Judul
Penanggung Jawab
1 16 Maret 2016 Pleno 1 (Kasus Umum) Dr. drg. Mia Damiyanti, M.Pd.
drg. Henni Koesmaningati, Sp. Pros (K. Remov)
Catur Jatmika, M.Si.,Apt.
Rezi Riadhi Syahdi, M.Farm., Apt. Dr. Krisna Yetti
Dr. Etty Rekawati, SKp. MKM.
2 13 April 2016 Pleno 2 (Kasus Kekhususan Profesi) Dr. drg. Ratna Meidyawati, E.H., SpKG(K) drg. Nada Ismah, Sp.Ort.
Catur Jatmika, M.Si.,Apt. Eme Stepani Sitepu, M.Sc., Apt. Dr. Krisna Yetti
Dr. Etty Rekawati, SKp. MKM.
Tutor Diskusi Kelompok
Grup
Tutor
Fakultas
EH – 1 Rezi Riadhi Syahdi, M.Farm
FF rezi.riadhi@gmail.com EH – 2 Eme Stepani Sitepu, M.Sc., Apt.
FF eme_sitepoe@yahoo.com EH – 3 Baitha Palanggatan, M.Farm., Apt.
FF baitha.maggadani@gmail.com EH – 4 Taufiq Indra Rukman, M.Farm., Apt.
FF taufiq.rukmana@farmasi.ui.ac.id EH – 5 Euis Maras Purwati, M.Sc., Apt.
FF euis.maras@gmail.com EH – 6 Nuraini Puspitasari, M.Si., Apt.
FF nuraini.puspitasari22@gmail.com EH – 7 Dr. Fadlina Chani Saputri, M.Si., Apt.
FF fadlina_chs@yahoo.com EH – 8 Dr. drg. Mia Damiyanti, M.Pd.
FKG miadamiyanti@gmail.com EH – 9 Dr. drg. Ratna Meidyawati, E.H., SpKG(K)
FKG meidyawati58@gmail.com EH – 10 drg. Henni Koesmaningati, Sp. Pros (K.
Remov)
FKG
henni.koesmaningati@yahoo.com EH – 11 drg. Nada Ismah, Sp.Ort.
FKG nadalukman@yahoo.com EH – 12 drg. Krisnawati, Sp.Ort (K). FKG krisnawati_et@yahoo.com EH – 13 Dr. Harum Sasanti, Sp.PM FKG harumsasanti@yahoo.com EH – 14 Dr. Krisna Yetti, SKp., MSN. FIK kymmam@yahoo.com EH – 15 Dr. Enie Novieastari, SKp., MSN. FIK enie@ui.ac.id EH – 16 Efy Afifah, SKp, M.Kes.
FIK Ifa2shy@yahoo.com EH – 17 Dr. Etty Rekawati, SKp. MKM.
FIK rekawati@ui.ac.id EH – 18 Herni Susanti, SKp., MN.
FIK herni_s@ui.ac.id EH – 19 Wiwit Kurniawati, M.Kep., Sp. Mat.
Tutor Pengganti
No Tutor Cadangan
Fakult
as
1 Catur Jatmika, M.Si., Apt.FF 2 Marista Gilang Mauldina, M.Farm., Apt.
FF 3 Dr. Yati Afianti, MN.
FIK 4 I Made Kariasa, MM., M.Kep., Sp KMB.
FIK 5 Masfuri, S.Kp., MN.
FIK
Reviewer Penyusunan Modul:
Catur Jatmika, M.Si., Apt. Dr. drg. Mia Damiyanti, M.Pd. Dr. Yati Afianti, MN.Penaggungjawab modul: Catur Jatmika, M.Si., Apt.
Narasumber : 8 orang Tutor : 19 orang Penanggung Jawab pleno : 6 orang Pengawas ujian : 19 orang
Sekretariat : 1 orang
2. Peralatan dan Fasilitas
Peralatan
No Jenis Jumlah Unit
1 Buku Rancangan Pembelajaran 19 Exp
2 Buku Panduan Staf Pengajar 19 Exp
3 Buku Panduan Kegiatan
Mahasiswa 380 Exp
4 Buku Rujukan
a) Textbook - Set
b) Hand-out - Set
5 Audio-visual Aids
a) LCD Multi-media Projector 19 Unit
6 b) White-board or flip-chart 19 Unit
Fasilitas
1. Ruang kuliah dengan kapasitas 380 mahasiswa sebanyak 1 ruangan (4 kali pertemuan)
2. Ruang kuliah dengan kapasitas 150 mahasiswa sebanyak 3 ruangan (2 kali pertemuan)
3. Ruang kuliah dengan kapasitas 110 mahasiswa sebanyak 4 ruangan (3 Kali pertemuan)
4. Ruang diskusi mahasiswa dengan kapasitas 20 mahasiswa sebanyak 19 ruangan (10 kali pertemuan)
5. Ruang Untuk UTS dan UAS mahasiswa dengan kapasitas 110 mahasiswa sebanyak 4 ruangan (2 kali)
3.
Matriks kegiatan
Pertemuan Tanggal Materi PembelajaranAktivitas Tugas Penilaian Ruangan Fasilitas SDM
1 10-Feb-16 PenjelasanProgram Pengelola ModulPenjelasan dari Auditorium(Kapasitas 380 orang) Layar, Slide Projector, Sound System 3 Narasumber (Pengelola Modul)
2 17-Feb-16 Kuliah EtikaUmum
Kuliah Interaktif (Teori Etika dan KDB) Narasumber : Prof. Dr. Agus Purwadianto
LTM : Resume Kuliah (Dikumpulkan pada Akhir Kuliah ke kelas tutor masing-masing) Auditorium (Kapasitas 380 orang) Layar, Slide Projector, Sound System 1 Pemateri Kuliah Umum
3 24-Feb-16 KDB (KasusPengenalan Sederhana) Pembahasan Kasus KDB yang sederhana Tugas LTM Kasus Umum (Dikumpulkan di SCELE paling lambat, Selasa 1 Mar
16, pukul 23.59) Pembagian Tugas dilakukan oleh Tutor
19 ruangan kapasitas 20
orang
Layar, Slide
Projector 19 Tutor Kelas dibagi menjadi 2
kelompok kecil (contohnya : Beneficence dan Nonmaleficence, Autonomi dan Justice) Penyiapan Presentasi 4 2-Mar-16 Kasus Umum (KDB) LTM Borang 1 : Observasi Proses Diskusi oleh Tutor Borang 2 : Penilaian Sesama Mahasisw 19 ruangan kapasitas 20 orang Layar, Slide Projector 19 Tutor Pembuatan file ppt
Presentasi dan Diskusi Kelas
a Borang 5 : Presentasi
9-Mar-16 LIBUR NYEPI
5 16-Mar-16 Pleno I(Kasus Umum)
Presentasi Kelompok Diundi (3 kali
presentasi)
Tugas Makalah per
Kelompok UmpanBalik
3 ruangan kapasitas 150 orang Layar, Slide Projector, Sound System 6 Narasumber (1 ruangan pleno, 2 narasumber) 6 23-Mar-16 Kuliah Pengantar Value Based Ethics
Kuliah Interaktif oleh Prof. Dr. Agus
Purwadianto
LTM : Resume Kuliah (Dikumpulkan pada Akhir Kuliah ke kelas tutor masing-masing) Auditorium kapasitas 380 orang Layar, Slide Projector, Sound System 1 Narasumber 7 30-Mar-16 Kuliah Panel (Materi Etika dan Kode Etik Kekhasan dari masing-masing Fakultas)
Materi dari Narasumber Fasil (FIK, FKG, FF)
LTM : Resume Kuliah (Dikumpulkan pada Akhir Kuliah ke kelas tutor masing-masing) 3 ruangan kapasitas 150 orang Layar, Slide Projector, Sound System 6 Narasumber 8 6-Apr-16 Diskusi Kelompok (Kasus Profesi)
Pada setiap kelas, mahasiswa dibagi menjadi 3 kelompok (Fakultasnya sama)
LTM : Hasil Analisis Pemicu dari berbagai Aspek KDB. (Setiap mahasiswa membuat analisis kasus dari salah satu tinjauan
KDB, eg. Beneficence). Dikumpulkan melalui SCELE paling lambat Selasa, 31 Maret 15, pukul 23.59 Borang 1 : Observasi Proses Diskusi oleh Tutor Borang 2 : Penilaian Sesama Mahasisw a Borang 5 : Presentasi 19 ruangan kapasitas 20 orang Layar, Slide Projector 19 Tutor Setiap Kelompok diberikan Pemicu (Kasus Profesi masing-masing)
Diskusi Kelompok dan Presentasi
9 13-Apr-16
Pleno II (Kasus Profesi /Pemicu II)
Setiap ruangan pleno terdiri dari 3 kelas
File Ppt dikumpulkan di SCELE, paling lambat Rabu, 8 Apr
15, pukul 23.59 3 ruangan kapasitas 150 orang Layar, Slide Projector, Sound System 6 Narasumber (1 ruangan pleno, 2 narasumber) Setiap kelas bertanggung jawab untuk mempresentasikan 1 kasus pemicu (Dapat dilakukan dengan undian) 10 20-Apr-16 UTS Tergantung model ujian (apakah akan menggunaka n scele atau tidak) 19 Tutor 11 27-Apr-16 Kuliah Umum (UU dan Hukum Kesehatan)
Kuliah Interaktif (UU dan Hukum Kesehatan) Narasumber : Prof. Agus (FH)
LTM : Resume Kuliah (Dikumpulkan pada Akhir Kuliah ke kelas tutor masing-masing) Auditorium (Kapasitas 380 orang) Layar, Slide Projector, Sound System 1 Narasumber 12 4-May-16 Pembahasan Kasus yang Berhubunga n dengan Kode Etik dan Hukum
Diskusi Kelompok dan Presentasi (Mahasiswa membawa kode etik profesi dan UU yg berkaitan, diskusi, dan presentasi) 19 ruangan kapasitas 20 orang Slide Projector 19 Tutor
13 11-May-16 Card Game
19 ruangan kapasitas 20
orang
Layar, Slide
Projector 19 Tutor 14 18-May-16 Kasus BayiKembar Persiapan Role Play (Membagi peran dan
Membuat skenario) Tugas Makalah Kelompok (Dikumpulkan 20 Mei 15) 19 ruangan kapasitas 20 orang Layar, Slide Projector 19 Tutor
15 25-May-16 Role Play kapasitas 1503 ruangan
orang Layar, Slide Projector, Sound System 6 Narasumber (1 ruangan pleno, 2 narasumber)
16 1-Jun-16 UAS Tergantung model ujian (apakah akan menggunaka n scele atau tidak) Layar, Slide Projector, Sound System 19 Tutor
Evaluasi Hasil Belajar
1. Evaluasi keberhasilan belajar mahasiswa
No Komponen Kegiatan Bobot
Nilai kognitif UAS 30 %
UTS 20 %
Tugas Individu 10 %
Tugas Kelompok 10%
Nilai Proses Penilaian Fasil 20 %
Penilaian sesama 10 % 100% a) Ujian sumatif b) Kegiatan Mahasiswa Diskusi Tugas Individu 2. Evaluasi Program
Seluruh kegiatan dalam BRP terlaksana
Perubahan jadwal tidak lebih dari 20% dari jadwal kegiatan tertulis Kurang dari 20% mahasiswa lulus dengan nilai C
Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia
BORANG 1: OBSERVASI PROSES DISKUSI OLEH TUTOR
Penilai/Tutor:________________________ Hari, Tanggal: _______________________
No Nama Peserta Sikap/ Tenggang rasa (Sensitivity) ( 10-20) Partisipasi dlm diskusi (Participation) (10-20) Pengetahuan Awal (Experience) (10-20) Keberanian Argumentasi (Risk) (10-20) Keterbukaan (Openness) (10-20) Jumlah (50-100) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Mata Kuliah : Etika dan Hukum Kesehatan Kelas : ____________________
Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia
BORANG 2: PENILAIAN TEMAN DAN DIRI SENDIRI (Peer Assesment)
Nama Mahasiswa :________________________ Hari, Tanggal: ____________________
Mata Kuliah : Etika dan Hukum Kesehatan Kelompok/Kelas : _________________
Isilah kotak yang ada dalam tabel dibawah ini dengan tanda sesuai dengan penilaian anda tentang partisipasi anggota lain dan anda sendiri dalam proses kegiatan kelompok serta dalam
menyelesaikan tugas.
Nilai Parameter
0 Tidak pernah datang
5 Dua kali tidak hadir, kalau hadir tidak berpartisipasi dan tidak aktif
25 Dua kali tidak hadir, tetapi bila hadir mau berpartisipasi dan menyelesaikan tugas sekedarnya, atau satu kali tidak hadir, kalau hadir tidak berpartisipasi aktif dan menyelesaikan tugas sekedarnya
65 Cukup baik: satu kali tidak hadir, tapi bila hadir tidak cukup kooperatif dan kurang berpartisipasi aktif serta meyelesaikan tugas sekedarnya
75 Satu kali tidak hadir, tetapi bila hadir berpartisipasi aktif dan kooperatif serta berusaha menyelesaikan tugasnya dengan baik.
85 Baik: hadir terus, cukup kooperatif dan berpartisipasi aktif serta berusaha mengerjakan tugasnya dengan baik.
95 Baik sekali: hadir terus, konsisten mengerjakan tugasnya dengan baik dan persiapan yang mantap, selalu kooperatif serta berpartisipasi aktif.
Nama anggota kelompok
0
5
25
65
75
85
95
Keterangan
1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Tidak ada nilai yang sama untuk lebih dari 3 orang. * diri sendiri
[Pengisian borang ini bersifat rahasia dan segera diberikan kepada fasilitator]
Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia
BORANG 3: PENILAIAN MAKALAH KELOMPOK
Penilai/Tutor:________________________ Hari, Tanggal: _______________________
Mata Kuliah : Etika dan Hukum Kesehatan Kelas : ____________________
Penilai
(
)
Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia
BORANG 4: PENILAIAN LTM
Penilai/Tutor:________________________ Hari, Tanggal: _______________________
Mata Kuliah : Etika dan Hukum Kesehatan Kelas : ____________________
No
Nama Peserta
Parameter Penilaian
Nilai Total
PemahamanMateri (Isi) Sistematika Bahasa
ASPEK
URAIAN
Kelompok
Kelompok
Kelompok
Isi dan
Sistematik
a
Pelengkap
Format (Spasi, Huruf, jumlah hal
4-8 )
(0 – 10)
Pembahasan
Muatan Isi (Sesuai topik)
Analisis sesuai dengan ketentuan
(0 – 60)
Referensi
(0 – 10)
Bahasa
a.Mudah dimengerti
b.
Hubungan antar kata baik
Penulisan huruf dan kata
Baik
(0 – 20)
(0 – 60) (0 – 20) (0 – 20) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia
BORANG 5: PENILAIAN PRESENTASI
Penilai/Tutor:________________________ Hari, Tanggal: _______________________
Mata Kuliah : Etika dan Hukum Kesehatan Kelas : ____________________
Pemicu : _______________________
Nama Penyaji Kelompok I:
Nama Penyaji Kelompok III:
1. ____________________
2. ____________________
1. ____________________
2. ____________________
Nama Penyaji Kelompok II:
Nama Penyaji Kelompok IV:
1 ____________________
2. ____________________
1 ____________________
2. ____________________
N
o
Aspek yang dinilai
Rentang
Nilai
NILAI KELOMPOK
Kel I
Kel II
Kel III
Kel IV
Keterangan
1
Sistematika penyajian
(pembuka, isi, penutup)
0-20
2
Waktu (kesesuain alokasi
waktu yang ditetapkan)
0-10
3
Bahasa (pilihan ragam
dan laras bahasa, pilihan
kata, penggunaan kalimat
efektif, definisi
0-10
4
Materi (Kualitas dan
efektivitas penggunaan
alat peraga)
0-10
5
Kesesuaian bahan
presentasi dengan materi
(konten)
0-20
6
Kejelasan referensi
(sumber)
0-10
7
Pelibatan anggota
kelompok dalam
menjawab pertanyaan
0-20
NILAI TOTAL
Penilai,
( ____________________ )
Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia
EVALUASI UNTUK TUTOR (EFOM) TAHUN AKDEMIK 2015
Program : RIK-UI 2015
Modul : Etika dan Hukum di bidang Kesehatan
Nama Tutor : ………….
Semester : 1 / 2
Date :
No Komponen yang dievaluasi Skor
1 2 3 4
A Proses
1 Fasil menunjukkan antusiasme 2 Fasil selalu tepat waktu
3 Fasil tetap berada di ruangan selama diskusi 4 Fasil proaktif memonitor proses diskusi
5 Fasil bertanya untuk memicu kemampuan berpikir kritis mahasiswa.
6 Fasil memberikan kesempatan yang sama pada tidap mahasiswa untuk mengemukakan pendapat
7 Fasil aktif mengingatkan anggota kelompok bila diskusi menyimpang dari topic
8 Fasil secara aktif mengingatkan mahasiswa untuk mengevaluasi dan merangkum hasil diskusi
9 Fasil mengevaluasi proses diskusi dan memberikan umpan balik
B Evaluasi
10 Fasil selalu memeriksa dan mengembalikan catatan/log book pada waktunya
Catatan :
Coret (x) pada jawaban yang anda anggap tepat :
1 = sangat tidak setuju
2 = tidak setuju 3 = setuju 4 = sangat setuju
Keterangan:
1. Tutor selalu gembira, antusias dan bersahabat 2. Tutor selalu tepat waktu
1. Selalu terlambat (pada 100% sesi) 2. Selalu terlambat (lebih dari 50 % sesi)
3. Kadang-kadang terlambat (kurang dari 50% sesi) 4. Selalu tepat waktu
3. Tutor selalu berada di ruang diskusi Muncul hanya di awal dan akhir sesi diskusi Keluar dari ruangan lebih dari 3 kali
Keluar dari ruangan kurang dari 3 kali Tetap dalam ruangan selama diskusi
4. Tutor proaktif memonitor proses diskusi: memastikan bahwa diskusi berjalan sesuai rencana, dan tiap anggota kelompok berpartisipasi dalam diskusi.
5. Tutor bertanya untuk memicu kemampuan berpikir kritis mahasiswa: pertanyaan tanpa tanpa mengarahkan/mengajarkan .
6. Tutor memberi kesempatan yang sama pada tiap mahasiswa untuk mengemukakan pendapatnya : secara bijaksana memotivasi mahasiswa yang pasif dan memantau mahasiswa yang dominan dalam berdiskusi.
7. Apabila diskusi keluar dari topik, Tutor secara aktif mengingatkan kelompok agar kembali meninjau tujuan/sasaran belajar pemicu yang didiskusikan.
8. Tutor secara aktif menjelaskan pada mahasiswa agar melakukan evaluasi dan merangkum hasil diskusi.
9. Tutor melakukan evaluasi jalannya proses diskusi dan memberikan umpan balik terkait dengan proses diskusi yang berlangsung.
Panduan Diskusi Kelompok I: Pendalaman Kaidah Dasar Bioetika
o Mahasiswa telah diberikan kasus dan daftar tilik melalui SCELEo Tiap kelompok berdiskusi mengenai checklist Beneficence, Nonmaleficence, Autonomi, dan justice melalui kasus yang telah disediakan
o Apabila mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami poin-poin dalam checklist, mahasiswa dapat bertanya pada Tutor kelompok
o Waktu diskusi 100 menit. Apabila sebelum waktu habis mahasiswa telah selesai dengan keempat KDB, minta mahasiswa untuk mendiskusikan kasus dengan checklist yang berbeda
o Sepuluh menit terakhir, Tutor memberikan rangkuman mengenai pendalaman Kaidah Dasar Bioetika
Daftar Tilik Autonomi
Kriteria
Ada
Tidak Ada
N/A1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri,
menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat
keputusan (pada kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil
keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi
pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam
membuat keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien
pada kasus non emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan
pasien
Daftar Tilik Justice
Kriteria Ada Tidak Ada N/A
1. Memberlakukan segala sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality, accessibility, availability, quality)
5. Menghargai hak hukum pasien 6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan (yang paling dirugikan) 8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya 12. Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian (biaya,
beban, sanksi) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah/tepat
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status sosial, dll
Daftar Tilik Nonmaleficence
Kriteria
Ada
Tidak ada
N/A1. Menolong pasien emergensi
2. Kondisi untuk menggambarkan kriteria ini adalah :
-
pasien dalam keadaan amat berbahaya (darurat)/beresiko
hilangnya sesuatu yang penting (gawat)
-
dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
-
tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
-
manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami
resiko minimal)
6. Mengobati pasien yang luka
7. Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia)
8. Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien
9. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
10. Mengobati secara tidak proporsional
11. Mencegah pasien dari bahaya
12. Menghindari misrepresentasi dari pasien
13. Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian
14. Memberikan semangat hidup
15. Melindungi pasien dari serangan
16. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan
/ kerumah-sakitan yang merugikan pihak
Daftar Tilik Beneficence
Kriteria Ada Tidak Ada N/A
1. Mengutamakan altruisme (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia 3. Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh
menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya
5. Paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang 6. Menjamin kehidupan-baik-minimal manusia 7. Pembatasan goal-based
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien 9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat-darurat 11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan 12. Tidak menarik honorarium diluar kepantasan
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan 14. Mengembangkan profesi secara terus-menerus 15. Memberikan obat berkhasiat namun murah 16. Menerapkan Golden Rule Principle
Pemicu Kasus (Pengenalan KDB)
Kasus Pemicu Beneficence
Bahan diskusi: BENEFICENCE
Ns. Sitta adalah perawat yang sangat memperhatikan pasiennya. Ia selalu datang lebih awal di tiap shift agar dapat melayani pasien dengan sebaik-baiknya. Seperti di hari Sabtu yang hujan deras hari itu, Ns. Sitta tetap hadir limabelas menit sebelum shiftnya untuk melakukan operan jaga dan membaca status rawat bangsal dengan lebih detil. Ns Sitta menyapa setiap pasien dengan ramah dan memeriksa tekanan darah, nadi, suhu setiap pasien dengan teliti sambil menanyakan perasaan dan keluhan mereka saat itu. Ia kemudian menuliskan semua datanya pada lembar perawatan. Ketika dokter bangsal datang, Ns. Sitta memberikan laporan hasil pemeriksaannya dan mendiskusikan kemajuan perawatan pasien serta terapi lanjutan bagi pasien-pasien yang dirawatnya.
Check List Beneficence
Kriteria Ada Tidak
/Bertentangan
N/A
1. Mengutamakan altruisme (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia 3. Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh
menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya
5. Paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang 6. Menjamin kehidupan-baik-minimal manusia 7. Pembatasan goal-based
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien 9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat-darurat 11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan 12. Tidak menarik honorarium diluar kepantasan 13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan 14. Mengembangkan profesi secara terus-menerus 15. Memberikan obat berkhasiat namun murah 16. Menerapkan Golden Rule Principle
Dokter Prima adalah seorang Spesialis Bedah di kota Manokat, sebuah Ibu Kota Kabupaten. Selain berpraktek di RS Kabupaten, ia juga membuka praktek pribadi di rumhanya pada pagi hari sebelum ke RS dan sore setelah dinas di RS. Suatu pagi ditempat praktek pribadinya, ia kedatangan seorang pasien dari desa. Pasien itu korban tabrak lari, ia mengeluh nyeri perut kiri atas akibat benturan dengan sepeda motor yang menabraknya.
Keadaan pasien saat datang masih sadar. Setelah diperiksa, dokter Prima segera menganjurkan pasien untuk masuk Rumah Sakit karena harus menjalani pengawasan lanjut yang ketat (observasi trauma tumpul abdomen), namun pasien menolak.
Karena ia adalah pasien terakhir, dokter Prima kemudian mengajak pasien untuk ke RS bersama-sama, disertai alasan perlu pemeriksaan darah untuk melihat parah tidaknya penyakit pasien. Pasien setuju. Dokter Prima berpesan agar hasil pemeriksaan segera disampaikan padanya.
Hasil pemeriksaan menunjukkan penurunan Hb dan pada pemeriksaan fisik ulang, dr Prima menemukan perut mulai membesar dan kencang serta abdominal tap positif (terdapat cairan bebas/darah dalam rongga perut). Dokter Prima menyimpulkan sang pasien mengalami perdarahan dalam rongga perut yang kemungkinan diakibatkan oleh ruptur atau robeknya limpa. Dokter Prima langsung menjelaskan keadaan sakit penderita dan rencana untuk operasi laparatomi. Tapi walaupun sudah dijelaskan bahwa jika tidak dioperasi maka perdarahan dalam rongga perut akan berlangsung terus dan akan mengakibatkan kematian, pasien tetap menolak operasi namun bersedia masuk untuk perawatan.
Beberapa jam kemudian kesadaran pasien makin menurun dan jatuh dalam keadaan tidak sadar. Tindakan yang harus segera diambil satu-satunya adalah operasi untuk menghentikan perdarahan. Dokter Prima akhirnya melakukan tindakan operasi. Pasca operasi pasien membaik dan pulang dalam keadaan sehat.
Check List Nonmaleficence
Kriteria
Ada
Tidak
/
Bertentangan
N/A
1.
Menolong pasien emergensi
2. Kondisi untuk menggambarkan kriteria ini
adalah :
-
pasien dalam keadaan amat berbahaya
(darurat)/beresiko hilangnya sesuatu yang
penting (gawat)
-
dokter sanggup mencegah bahaya atau
kehilangan tersebut
-
tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
-
manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya
mengalami resiko minimal)
6. Mengobati pasien yang luka
7. Tidak membunuh pasien (tidak melakukan
euthanasia)
8. Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan
pasien
9. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
10. Mengobati secara proporsional
12. Menghindari misrepresentasi dari pasien
13. Tidak membahayakan kehidupan pasien karena
kelalaian
14. Memberikan semangat hidup
15. Melindungi pasien dari serangan
16. Tidak melakukan white collar crime dalam
bidang kesehatan / kerumah-sakitan yang
merugikan pihak pasien/keluarganya
Pak Didik bekerja sebagai apoteker di Apotik ”Obat Murah”. Hari itu ia melayani seorang pasien yang datang membawa resep dari dokter ahli penyakit dalam. Pasien meminta Pak Didik untuk menghitung terlebih dahulu biaya yang harus ia keluarkan untuk menebus keseluruhan obat. Setelah memberikan hitungan, pak Didik menanyakan apakah pasien akan menebus keseluruhan obatnya. Ia menjelaskan pada pasien bahwa seluruh obat yang diberikan adalah obat paten dan bukan obat generik. Pasien kemudian menanyakan berapa biaya yang perlu ia bayarkan apabila membeli obat generik. Ia juga menanyakan perbedaan dan persamaan obat paten dengan generik. Setelah memberitahukan hasil penghitungan dan menjelaskan persamaan dan perbedaan obat paten dan generik, Pak Didik menanyakan pada pasien, obat jenis apa yang ingin ditebus oleh pasien.
Check List Autonomi
Kriteria
Ada
Tidak
/
Bertentangan
N/A
1.
Menghargai hak menentukan nasib sendiri,
menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan
(pada kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil
keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi
pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam
membuat keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien
pada kasus non emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan
pasien
Drg. Adi adalah dokter gigi umum yang berpraktek di daerah Elit di Menteng. Pasiennya banyak dan sebagian besar dari kalangan menengah keatas, pasien-pasienny banyak namun teratur karena dilayani sesuai urutan. Ketika sedang memeriksa pasiennya, tiba-tiba datang seorang ibu bersama anaknya, Tinoc yang jatuh sehingga giginya patah dan gusinya berdarah. Petugas loket melaporkan kondisi tersebut pada doikter Ady. Atas petunjuk drg Ady petugas diminta untuk menginformasikan kondisi tersebut pada pasien yang lain sebelum ibu tersebut dilayani. Pasien yang tengah menunggu tersebut menyetujuinya. Setelah dirawat dokter memberi obat yang menurut drg Ady bisa dibeli di apotik mana saja.
Check List Justice
Kriteria
Ada
Tidak
/Bertentanga
n
N/A
1. Memberlakukan segala sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang
telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam
posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality,
accessibility, availability, quality)
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan (yang paling dirugikan)
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan
kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai dengan
kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian
(biaya, beban, sanksi) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang
tepat dan kompeten
14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa
alasan sah/tepat
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan
penyakit/gangguan kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA,
status sosial, dll
Rumah Sakit Sehat Selalu
Rumah Sakit Sehat Selalu merupakan rumah sakit tipe B yang terkenal di daerahnya. Berada di
pusat Kabupaten Sewu, rumah sakit ini menangani berbagai pelayanan kesehatan. Sekitar
seminggu ini aktivitas pelayanan rumah sakit meningkat, kunjungan pasien rawat jalan dan rawat
inap meningkat drastis. Hal ini disebabkan masyarakat banyak terkena penyakit diare dan demam
berdarah. Selain itu, frekuensi kecelakaan meningkat.
Pada suatu hari, Rumah Sakit disibukkan dengan pasien yang baru datang ke UGD. Dia adalah
Bupati Sewu yang mengalami kecelakaan. Mobil yang ditumpangi Pak Bupati mengalami pecah
ban, menabrak sebuah becak dan akhirnya menabrak pohon. Pak Bupati mengalami luka memar
pada bagian kepala dan trauma ringan. Beliau langsung mendapat perawatan di bagian UGD.
Korban lain dari kecelakaan tersebut yaitu tukang becak datang dalam kondisi tidak sadarkan diri.
Ia mengalami patah kaki dan luka parah di bagian kepala. Tukang becak tidak segera ditangani
karena masih menunggu proses administrasi selesai. Pasien lainnya, Supir Bupati mengalami luka
parah dibagian muka karena adanya trauma di tulang rahang. Supir tersebut dibawa ke rumah sakit
dalam kondisi tidak sadar. Tindakan operasi diperlukan untuk mengatasi kondisi tersebut. Namun,
operasi tersebut perlu dilakukan oleh dokter gigi spesialis bedah mulut sehingga dokter jaga UGD
tidak melakukan operasi tersebut. Dia memilih untuk menunggu dokter spesialis datang. Operasi
baru dilakukan setelah dokter spesialis datang ke rumah sakit. Seluruh korban pada akhirnya dapat
diselamatkan.
Seluruh korban kecelakaan menjalani rawat inap di Rumah Sakit. Perawat Mawar yang menangani
ketiga pasien tersebut menanggulangi pasien tanpa membeda-bedakan latar belakang pasien
tersebut. Ia memenuhi seluruh kebutuhan pasien dan bekerja sesuai dengan standar operasional
prosedur rumah sakit. Perawat Mawar juga terkadang bekerja lebih dari jam kerjanya dalam
melakukan perawatan pasien. Perawat Mawar juga aktif dalam organisasi profesi dan sering
menghadiri seminar keprofesian. Hal ini dilakukan Perawat Mawar untuk dapat mengembangkan
ilmunya.
Perawat Mawar termasuk perawat dengan kinerja paling baik. Ia sering membimbing perawat
yang baru dalam melaksanakan tugasnya. Ia sering mengerjakan hal yang semestinya menjadi
menjadi tugas perawat lain. Terkadang Ia menutupi kesalahan atau kelalaian perawat lain agar
rekannya tersebut tidak terkena sanksi dari rumah sakit. Hal ini dilakukan untuk menjaga
hubungan baik dengan rekan sejawat perawat.
Selama di rawat di rumah sakit, dokter menemukan kondisi patologis lain pada Pak Bupati.
Setelah dilakukan pemeriksaan, Pak Bupati mengalami kerusakan ginjal (End Stage Renal
Disease) dokter menyampaikan informasi tersebut kepada Bupati. Pak Bupati meminta dokter
untuk merahasiakan kondisi penyakitnya kepada keluarga atau kepada pihak lain. Ini juga
berkaitan dengan rencana Bupati untuk mencalonkan kembali menjadi Bupati pada Pilkada 3
bulan mendatang yang harus lulus tes kesehatan. Dokter memutuskan untuk tidak memberitahu
keluarga mengenai kondisi Pak Bupati. Akhirnya, Pak Bupati dapat pulang dari rumah sakit
setelah dirawat selama 3 hari.
Setelah selama 1 minggu dirawat akhirnya kondisi tukang becak mulai membaik, biaya rumah
sakit dapat dibayar dari uang santunan Pemerintah Daerah Sewu namun kini uang tersebut sudah
habis. Keluarga meminta pasien untuk dapat pulang, dokter awalnya melarang karena masih perlu
untuk pemantauan kondisi. Namun, karena keluarga beralasan sudah tidak dapat membayar biaya
pengobatan rumah sakit akhirnya dokter mengizinkan pasien tersebut pulang. Walaupun begitu,
dokter tetap menyarankan agar pasien tukang becak memeriksakan kondisinya secara rutin ke
rumah sakit.
Ketika telah sadar Pak Supir merasa kaget dan marah mengenai apa yang menimpanya. Dia
mengamati beberapa giginya dicabut ketika menerima tindakan operasi. Dia tidak terima atas
tindakan ini dan menanyakan kepada dokter, mengapa operasi dilakukan tanpa izin darinya atau
dari keluarganya ? Dokter menjelaskan alasan tindakan tersebut dilakukan. Namun, pasien tetap
tidak terima dan ingin memperkarakan ganti rugi kepada rumah sakit. Pasien akhirnya dapat
pulang dari rumah sakit setelah dirawat selama 5 hari.
Selama 1 bulan ketiga korban kecelakaan tersebut masih berobat jalan ke Rumah Sakit Sehat
Selalu. Kesibukan rumah sakit meningkat karena menyebarnya penyakit seperti diare dan TBC.
Tak jarang rumah sakit harus memberlakukan lembur untuk tenaga kesehatan tertentu. Hal ini
dapat meningkatkan risiko kesalahan yang dilakukan tenaga kesehatan ketika melakukan praktik
karena kelelahan.
Kesibukan perawatan di Rumah Sakit berdampak juga pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit
(IFRS). Karena banyaknya pasien, pelayanan informasi obat dilakukan secara secukupnya. Banyak
pasien yang tidak diberi informasi yang cukup mengenai pemakaian obat. Terkadang kesibukan
sering menjadi alasan bagi yang bekerja di IFRS melakukan pekerjaan tidak sesuai SOP,
contohnya ketika terdapat obat yang tidak tersedia, asisten apoteker langsung mengganti obat
tersebut dengan merk lain (zat aktif sama) tanpa menginformasikannya pada dokter penulis resep
atau pasien, dia berpendapat bahwa tidak akan masalah karena harga tidak beda jauh.
Ramainya penebus resep di IFRS memaksa Apoteker bekerja lebih cepat namun hal ini tentu akan
mengurangi ketelitian dalam memeriksa obat yang akan diberikan. Apoteker Andi salah
memberikan obat kepada Supir Bupati. Kesalahan terjadi karena terdapat 2 pasien dengan nama
depan yang sama. Apoteker Andi langsung menghubungi Supir beruntung obat tersebut belum
dikonsumsi, apoteker meminta maaf dan menjelaskan hal yang sebenarnya ke supir tersebut.
Begitulah keseharian yang terjadi di rumah sakit.
Kasus Pemicu Keperawatan
Mahasiswa sarjana keperawatan didampingi oleh pembimbing yang berasal dari institusi
pendidikannya mengkaji pasien yang sedang dirawat. Pasien perempuan berusia 21 tahun saat ini
tirah baring karena demam. Pasien dirawat sejak 3 hari yang lalu di ruang rawat kelas 3. Pada saat
pengkajian diperoleh data pasien belum mampu untuk duduk. Demam sudah berangsur turun,
tampak letih dan belum bisa menghabiskan makanan. Pada pengkajian lebih lanjut, diperoleh data
bahwa sejak dirawat pasien belum pernah mandi. Yang menunggu pasien adalah nenek pasien
yang berusia mendekati 70 tahun. Orang tua pasien tidak tinggal di kota yang sama dengan pasien.
Ibu bekerja di Hong Kong, Ayah bekerja diluar pulau. Nenek menjelaskan bahwa pasien sejak
masuk rumah sakit belum pernah mandi, makan juga belum pernah habis. Nenek menjelaskan
bahwa ia sudah tidak ada tenaga untuk membantu pasien, karena sejak sebelum dirawat pasien
juga dibantu oleh nenek dirumah. Pasien terlihat tidak bersih dan rambut juga sudah mengeluarkan
aroma yang tidak segar.
Mahasiswa dan pembimbing menyimpulkan bahwa pasien perlu dimandikan dan perlu disuapkan
makanan agar kulit bersih dan makan dapat membantu penyembuhan. Kemudian mahasiswa
menyiapkan waskom dan pergi kedapur untuk mencari air hangat. Saat sedang menyiapkan
peralatan mandi, salah seorang perawat mendatangi mahasiswa dan pembimbing, lalu berkata :
“Jangan mandikan pasien, biarkanlah keluarganya yang membantu, karena bila mahasiswa tidak
ada maka tidak ada tenaga yang akan membantu pasien” lalu perawat berlalu.
Mahasiswa dan pembimbing tercenung sebentar, lalu mereka berdua berdiskusi.
Soal:
1. Jika saudara berada pada situasi ini, maka apa langkah-langkah yang akan saudara lakukan?
2. Pertimbangan yang saudara gunakan adalah pertimbangan etik dan hukum, jadi berilah
argumentasi saudara berdasarkan pendekatan etik dan hukum!
Pretty ingin cantik...
Pretty, seorang pelajar SMA merasa kecantikannya berkurang karena giginya yang tidak rapih. Suatu hari ia datang ke klinik gigi di Rumah Sakit (RS) di kota Depok dengan ditemani oleh ayahnya. Mereka menunggu giliran dipanggil oleh bu dokter gigi (drg Jelita). Setelah menunggu cukup lama akhirnya mereka dapat bertemu dengan drg. Jelita, seorang dokter gigi umum. Pretty menginformasikan keluhannya mengenai adanya gigi gingsul di rahang atasnya dan menginginkan untuk dilakukan pemasangan kawat gigi agar tampak lebih rapi. Konsultasi dan tanya jawab berlangsung cukup lama, termasuk mengenai biaya perawatan yang dirasa oleh Pretty dan ayahnya cukup mahal. Akhirnya, setelah melalui beberapa pertimbangan, Pretty setuju agar perawatan dimulai pada hari itu juga. Setelah Pretty menyatakan setuju lalu dilakukan pencetakan gigi sebagai persiapan pemasangan kawat gigi pada rahang atas dan bawah. Drg. Jelita tidak melakukan pemeriksaan lain seperti radiologi ataupun menjelaskan kemungkinan yang dirasakan pasien setelah pemasangan kawat gigi, dan bagaimana melakukan perawatan kebersihan gigi dan mulut selama memakai kawat gigi. Pretty hanya diinstruksikan untuk kontrol kawat gigi setiap dua minggu sekali.
Perawatan telah berjalan selama dua tahun, namun Pretty merasa giginya belum rapi. Ketika ditanyakan mengenai hal tersebut, drg. Jelita mengatakan bahwa hal tersebut terjadi karena kasus Pretty termasuk kasus parah dan dia jarang sekali datang untuk kontrol. drg. Jelita meminta Pretty untuk melakukan pemeriksaan radiologi karena terdapat gigi yang terindikasi untuk dicabut terkait dengan perawatan kawat giginya. Dari hasil pemeriksaan gigi yang disarankan untuk dilakukan pencabutan ada empat buah, namun Pretty sebenarnya khawatir apabila dilakukan pencabutan sebanyak itu. Pretty melakukan negosiasi, dan tetap minta yang dicabut jangan 4 gigi. Akhirnya gigi yang akan dilakukan pencabutan hanya tiga buah. Setelah dilakukan pencabutan gigi, untuk perawatan lanjutan drg. Jelita menawarkan Pretty untuk melakukan kontrol di praktik pribadinya saja dengan alasan lebih ekonomis dibandingkan biaya di RS. Pretty setuju dengan hal tersebut dan melakukan kontrol selanjutnya di praktik pribadi drg. Jelita. Namun selama perawatan ini, Pretty menyimpan keraguan terhadap drg. Jelita, karena seringkali dia diinstruksikan melakukan pemeriksaan radiologi ulang dengan alasan dokumennya hilang. Jika dia bertanya pada drg. Jelita tentang prosedur pemasangan karet yang berbeda-beda setiap kali kontrol, drg. Jelita cenderung gugup untuk memberikan penjelasan. Suatu kali dia juga pernah ditanya oleh drg. Jelita mengenai berapa jumlah gigi yang sudah dicabut, bukankah hal itu seharusnya ada catatannya? Pretty semakin ragu...
Perawatan akhirnya memasuki tahun ketiga, Pretty merasa kecewa dengan hasil perawatan giginya. Suatu hari ia melakukan diskusi dengan temannya yang juga memakai kawat gigi. Pretty akhirnya baru tahu bahwa sebetulnya ada dokter gigi ahli yang memang khusus melakukan perawatan gigi untuk
kasus-kasus seperti dirinya, yaitu spesialis Ortodonti (Sp. Ort). Pretty lalu memutuskan untuk pindah perawatan ke drg. Ayu, Sp. Ort. sebagaimana direkomendasikan temannya tersebut. Setelah pertemuan pertama dengan drg. Ayu, dia diminta untuk meminta surat pengantar perpindahan perawatan dari dokter gigi yang merawat sebelumnya. Pretty kemudian meminta surat pengantar pada drg. Jelita, namun beliau bersikeras tidak akan memberikan surat pengantar apapun kepada pasien karena dalam dunia kedokteran gigi tidak ada istilah surat pengantar. Menurut drg. Jelita, jika seorang pasien ingin pindah perawatan, pasien dipersilakan langsung pindah dan segala risiko ditanggung pasien.
Singkat cerita, proses pindah perawatan akhirnya dilakukan tanpa surat pengantar. Pretty diminta oleh drg. Ayu untuk melakukan perawatan dari awal dan sebelumnya dilakukan pemeriksaan radiologi ( foto panoramik dan sefalometri). Dari pemeriksaan tersebut, ditemukan gambaran dua gigi terpendam yang seharusnya dicabut sehingga tidak menghambat proses perawatan. Oleh karena itu, sebelum dilakukan perawatan ulang, drg. Ayu kemudian merujuk (menkonsultasikan) Pretty kepada drg. Anto, seorang spesialis Bedah Mulut (Sp. BM), untuk dilakukan operasi pengambilan dua gigi yang terpendam. Setelah itu drg Ayu mulai melakukan perawatan ulang pada Pretty. Setelah beberapa waktu, Pretty merasa puas melihat perubahan pada giginya. Gambaran cantik yang ia inginkan semakin mendekati kenyataan. Pretty semakin percaya diri untuk tersenyum.
*) Berdasarkan kejadian nyata, dengan pengembangan cerita dan perubahan nama tokoh, tempat dan peristiwa.