• Tidak ada hasil yang ditemukan

BRP-Etika-Hukum-2015-2016(FF-FKG-FIK)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BRP-Etika-Hukum-2015-2016(FF-FKG-FIK)"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

Buku Rancangan Pembelajaran

Modul:

Etika, Hukum dalam Bidang

Kesehatan

Ilmu Kedokteran Gigi, Ilmu Keperawatan, Ilmu

Farmasi

Rumpun Ilmu Kesehatan UI Semester Genap

2015-2016

(2)
(3)

Etika dan Hukum Kesehatan merupakan landasan kerja bagi petugas kesehatan sebelum melaksanakan tugas profesionalnya. Dalam program pendidikan sarjana kesehatan, salah satu kompetensi utama yang harus dimiliki oleh peserta didik adalah mampu menerapkan etika profesi kesehatan. Oleh karena itu peserta didik perlu dibekali dengan pengetahuan berkaitan dengan prinsip etika kesehatan serta penerapannya dalam praktek sehari-hari.

Selain etika, tenaga kesehatan juga bersinggungan erat dengan hukum terutama yang terkait dengan bidang kesehatan. Peserta didik perlu memahami aspek legal praktek kesehatan. Dasar-dasar etika dan hukum kedokteran dan kesehatan harus diberikan sejak dini dalam proses pendidikan sebagai landasan awal bagi mahasiswa untuk membangun kerangka pikir agar tidak salah dalam mengambil keputusan etis serta dalam mengantisipasi proses hukum di kemudian hari.

Modul pengantar ini terdiri dari 2 SKS dan diberikan pada semester 2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode pembelajaran aktif (student centered active learning) disamping ceramah pemantapan dari narasumber. Peserta didik berpartisipasi secara aktif dalam pembahasan setiap topik dan menyelesaikan penugasan baik individu maupun kelompok. Metode evaluasi meliputi penugasan mandiri dan kelompok, presentasi kelompok, ujian tulis dan partisipasi dalam diskusi serta penilaian partisipasi dalam diskusi oleh Tutor dan peer group. Etika akademik sangat dijunjung tinggi selama proses pembelajaran dan mempengaruhi proses penilaian dan keberhasilan belajar peserta didik.

Aspek perilaku etika memerlukan pelatihan kasus dan praktek dalam kegiatan sehari-hari dengan pasien atau melalui kerja lapangan yang diterapkan di fakultas masing-masing dalam modul lanjutan.

(4)

BAB I

INFORMASI UMUM

Nama Program Studi/jenjang : Rumpun Kesehatan / S1 Nama Modul : Etika dan Hukum Kesehatan.

Kode modul : UILS600003

Semester : 2

Peserta : FKG, FF, FIK

Jumlah SKS : 2 SKS

Metoda pembelajaran : collaborative learning, case based discussion, presentasi

pleno,ceramah narasumber Modul prasyarat :

-Pendukung modul :

-Integrasi antara modul :

-Deskripsi modul

Dalam program pendidikan sarjana kesehatan, salah satu kompetensi utama yang harus dimiliki oleh peserta didik adalah mampu menerapkan etika profesi kesehatan. Oleh karena itu peserta didik perlu dibekali dengan pengetahuan berkaitan dengan prinsip etika kesehatan serta penerapannya dalam praktek sehari-hari. Mata kuliah ini merupakan modul terintegrasi dalam Rumpun Ilmu Kesehatan (Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Fakultas Farmasi) yang dilaksanakan dalam tahap akademik. Selain etika, tenaga kesehatan juga bersinggungan erat dengan hukum terutama yang terkait dengan bidang kesehatan. Peserta didik perlu memahami aspek legal praktek kesehatan. Aspek perilaku etika dan legal memerlukan penerapan lanjutan melalui kegiatan akademik dan profesi di fakultas masing-masing.

Modul pengantar ini terdiri dari 2 SKS dan diberikan pada semester 2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode pembelajaran aktif (Student Centered Active Learning) disamping ceramah pemantapan dari narasumber. Metode evaluasi meliputi penugasan mandiri dan kelompok, presentasi kelompok, ujian tulis dan partisipasi dalam diskusi serta penilaian partisipasi dalam diskusi oleh Tutor dan peer group.

(5)

BAB II

KOMPETENSI

Kompetensi

Setelah menyelesaikan modul ini, mahasiswa mampu memiliki kesadaran atau kewaspadaan moral mengenai aspek etika, dilema etika, dan penerapan etika dalam praktek serta mampu memahami dan berperilaku menurut hak dan kewajibannya sesuai kebijakan pelayanan kesehatan Indonesia.

Subkompetensi

 Menjelaskan kaidah dasar bioetika yang ada dalam kasus beserta alasannya

 Menjelaskan dilema etika yang ada dalam kasus menggunakan kerangka logika prima facie

 Menjelaskan konteks prima facie yang ada dalam kasus

 Memformulasikan penyelesaian masalah etika dalam kasus

Menjelaskan value based ethics yang ada dalam kasus

 Menjelaskan nilai etika sosial budaya yang ada dalam kasus

 Menjelaskan nilai etika yang ada dalam dirinya sendiri serta membandingkannya dengan orang lain

 Menjelaskan persamaan dan perbedaan etika antar profesi kesehatan

 Menjelaskan aturan hukum terkait kasus

(6)

Bagan Alir Kompetensi

Memiliki kesadaran atau kewaspadaan

moral mengenai aspek etika, dilema

etika, dan penerapan etika dalam

praktek, serta mampu memahami dan

berperilaku menurut hak dan

kewajibannya sesuai kebijakan

pelayanan kesehatan Indonesia

Mampu menjelaskan aspek

etika, disiplin, dan hukum

dalam praktek kesehatan

Mampu melakukan telaah

etika dan hukum dalam

berbagai situasi dan

memberikan saran

pemecahan masalah

Mampu menjelaskan etika

dan hukum pada profesi

masing-masing tenaga

kesehatan

Mampu menjelaskan value

pribadi dan value orang

lain dan atau lingkungan

Memformulasikan masalah

etika dan hukum yang ada

dan rencana

penyelesaiannya

Menjelaskan kaidah dasar

bioetika dan hukum

mengenai kesehatan

(7)

Peserta modul adalah mahasiswa semester kedua Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Farmasi dan Fakultas Ilmu Keperawatan dari lulusan Sekolah Menengah Umum (SMU).

(8)

Apabila diberi kasus terkait bioetika, mahasiswa mampu:

 Menjelaskan kaidah dasar bioetika yang ada dalam kasus beserta alasannya

 Menjelaskan dilema etika yang ada dalam kasus menggunakan kerangka logika prima facie  Menjelaskan konteks prima facie yang ada dalam kasus

 Memformulasikan penyelesaian masalah etika dalam kasus  Menjelaskan value based ethics yang ada dalam kasus  Menjelaskan nilai etika sosial budaya yang ada dalam kasus

 Menjelaskan nilai etika yang ada dalam dirinya sendiri serta membandingkannya dengan orang lain

Apabila diberi kasus terkait hukum kedokteran dan kesehatan, mahasiswa mampu:  Menjelaskan aturan hukum terkait kasus

 Menjelaskan kasus yang tergolong dalam malpraktek medis

(9)

Lingkup

bahasan Topik Subtopik Bahan Bacaan

Bioethics Bioethics

Theory DeontologyTeleology Virtue ethics Principlism ethics

1. Bertens, K. (2002). Etika. Jakarta. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

2. Franz Magniz S, Etika Dasar, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2002

3. Beauchamp TL & Childress JF. Principles of Biomedical Ethics. New York : Oxford University Press. 1994

4. Veatch RM. Biomedical Ethics. New Jersey : Prentice Hall,Inc. 2000

5. Bioetika dan Hukum Kedokteran (Sampurna, Syamsu, Siswaja; Pustaka Dwipar; 2007)

6. Buku Kode Etik Kedokteran Indonesia.

7. Buku Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia

8. Buku Kode Keperawatan Indonesia

9. Buku Kode Etik Apoteker Indonesia Basic Bioethics Principles Beneficence Nonmaleficence Autonomy Justice Moral

pluralism Medical IndicationPatient preference Quality of life Contextual features Value based ethics Value formation Value clarification Cultural value Ethnocentrism Medical

Law Health and medical regulation

Good medical practice Informed consent Medical secrecy Medical Records UU RI no 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran UU RI No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

UU Keperawatan nomor 38 tahun 2014

Medical Law, Ethics, and Bioethics for Health Profession (Lewis & Tamparo, Davidplus publishing) Bioetika dan Hukum Kedokteran (Sampurna, Syamsu, Siswaja; Pustaka Dwipar; 2007)UU RI No 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit Peraturan Menteri Kesehatan no 290 tahun 2008 tentang

Persetujuan Tindakan Kedokteran Peraturan Menteri Kesehatan no 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis

PP nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian

Medical Malpractice

(10)

Modul Etika dan Hukum Kedokteran meliputi proses sebagai berikut:

A. Orientation

Kuliah Interaktif

Jadwal kuliah dapat dilihat pada jadwal mingguan (lihat lampiran 1). Terdapat 4 kuliah interaktif

pada modul ini yaitu:

1. Pengantar Bioetika dan prinsip prima facie 2 jam 2. Pengantar kuliah Value Based Ethics 2 jam

3. Pengantar Etika dengan kajian kekhususan profesi 2 jam

4. Pengantar Hukum Kedokteran dan Kesehatan 2 jam

B. Case Based Learning (Diskusi Kelompok) dan Role Play

Mahasiswa akan diberi kasus yang harus didiskusikan dalam kelompok serta hasilnya dipresentasikan dalam pleno. Selain itu ada kegiatan role play berdasarkan kasus yang telah didiskusikan oleh kelompok.

1. DK 1: memahami kaidah dasar bioetika 4 jam

2. DK 2: memahami kaedah etik kekhususan profesi 2 jam

3. DK 3: Kasus etika Bayi Kembar Siam 2 jam

4. DK 4: Pembahasan kasus yang berhubungan dengan Kode etik dan Hukum 2 jam

4. Persiapan Role play kasus etika bayi kembar siam 2 jam 5. DK 5: card game hukum kedokteran dan kesehatan

2 jam

C. Feedback

Pleno

1. Pleno I : Kaidah dasar bioetik 2 jam

(11)

2. Pleno II : Nilai Etika dengan Kekhususan Profesi 2 jam

2. Pleno III : Role Play Bayi Kembar Siam 2 jam

Panduan Kegiatan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran kegiatan

Mahasiswa juga diwajibkan mengerjakan tugas individu yaitu:

1. Resume kuliah pakar yang diserahkan langsung setelah selesai pertemuan 2. Membuat Laporan Tugas Mandiri (LTM) pada setiap sesi diskusi berdasarkan

materi yang sedang dibahas. Tugas diketik dalam kertas A4, huruf times new roman ukuran 12, spasi 1,5. Maksimal 500 kata.

3. Menyusun value clarification/penilaian pribadi berdasarkan nilai pribadi kasus kembar siam menggunakan table yang sudah tersedia.

(12)

1

. Sumber daya Manusia

Narasumber kuliah

N

o

Tanggal

Judul

Narasumber

1 17 Februari 2016

Kaidah Dasar Bioetika dan Prinsip Prima Facie

Prof Dr dr Agus Purwadianto, DFM, SH, SpF, Msi

2 23 Maret 2016

Value Based Ethics Prof Dr dr Agus Purwadianto, DFM, SH, SpF, Msi

3 30 Maret 2016

Kuliah Kekhususan Fakultas (Materi Etika dan Kode Etik)

FF : Catur Jatmika, M.Si., Apt., Eme Stepani Sitepu, M.Sc., Apt.

FKG : Dr. Harum Sasanti, Krisnawati, Sp.Ort. (K)

FIK : Dr. Krisna Yetti 4 27 April 2016 Kuliah Umum (UU dan Hukum

Kesehatan)

Prof. Dr. Agus Sardjono, SH, MH

Narasumber Pleno dan Role Play

N

o

Tanggal

Judul

Penanggung Jawab

1 16 Maret 2016 Pleno 1 (Kasus Umum) Dr. drg. Mia Damiyanti, M.Pd.

drg. Henni Koesmaningati, Sp. Pros (K. Remov)

Catur Jatmika, M.Si.,Apt.

Rezi Riadhi Syahdi, M.Farm., Apt. Dr. Krisna Yetti

Dr. Etty Rekawati, SKp. MKM.

2 13 April 2016 Pleno 2 (Kasus Kekhususan Profesi) Dr. drg. Ratna Meidyawati, E.H., SpKG(K) drg. Nada Ismah, Sp.Ort.

Catur Jatmika, M.Si.,Apt. Eme Stepani Sitepu, M.Sc., Apt. Dr. Krisna Yetti

Dr. Etty Rekawati, SKp. MKM.

(13)

Tutor Diskusi Kelompok

Grup

Tutor

Fakultas

Email

EH – 1 Rezi Riadhi Syahdi, M.Farm

FF rezi.riadhi@gmail.com EH – 2 Eme Stepani Sitepu, M.Sc., Apt.

FF eme_sitepoe@yahoo.com EH – 3 Baitha Palanggatan, M.Farm., Apt.

FF baitha.maggadani@gmail.com EH – 4 Taufiq Indra Rukman, M.Farm., Apt.

FF taufiq.rukmana@farmasi.ui.ac.id EH – 5 Euis Maras Purwati, M.Sc., Apt.

FF euis.maras@gmail.com EH – 6 Nuraini Puspitasari, M.Si., Apt.

FF nuraini.puspitasari22@gmail.com EH – 7 Dr. Fadlina Chani Saputri, M.Si., Apt.

FF fadlina_chs@yahoo.com EH – 8 Dr. drg. Mia Damiyanti, M.Pd.

FKG miadamiyanti@gmail.com EH – 9 Dr. drg. Ratna Meidyawati, E.H., SpKG(K)

FKG meidyawati58@gmail.com EH – 10 drg. Henni Koesmaningati, Sp. Pros (K.

Remov)

FKG

henni.koesmaningati@yahoo.com EH – 11 drg. Nada Ismah, Sp.Ort.

FKG nadalukman@yahoo.com EH – 12 drg. Krisnawati, Sp.Ort (K). FKG krisnawati_et@yahoo.com EH – 13 Dr. Harum Sasanti, Sp.PM FKG harumsasanti@yahoo.com EH – 14 Dr. Krisna Yetti, SKp., MSN. FIK kymmam@yahoo.com EH – 15 Dr. Enie Novieastari, SKp., MSN. FIK enie@ui.ac.id EH – 16 Efy Afifah, SKp, M.Kes.

FIK Ifa2shy@yahoo.com EH – 17 Dr. Etty Rekawati, SKp. MKM.

FIK rekawati@ui.ac.id EH – 18 Herni Susanti, SKp., MN.

FIK herni_s@ui.ac.id EH – 19 Wiwit Kurniawati, M.Kep., Sp. Mat.

(14)

Tutor Pengganti

No Tutor Cadangan

Fakult

as

1 Catur Jatmika, M.Si., Apt.

FF 2 Marista Gilang Mauldina, M.Farm., Apt.

FF 3 Dr. Yati Afianti, MN.

FIK 4 I Made Kariasa, MM., M.Kep., Sp KMB.

FIK 5 Masfuri, S.Kp., MN.

FIK

Reviewer Penyusunan Modul:

Catur Jatmika, M.Si., Apt. Dr. drg. Mia Damiyanti, M.Pd. Dr. Yati Afianti, MN.

Penaggungjawab modul: Catur Jatmika, M.Si., Apt.

Narasumber : 8 orang Tutor : 19 orang Penanggung Jawab pleno : 6 orang Pengawas ujian : 19 orang

Sekretariat : 1 orang

2. Peralatan dan Fasilitas

Peralatan

No Jenis Jumlah Unit

1 Buku Rancangan Pembelajaran 19 Exp

2 Buku Panduan Staf Pengajar 19 Exp

3 Buku Panduan Kegiatan

Mahasiswa 380 Exp

4 Buku Rujukan

a) Textbook - Set

b) Hand-out - Set

5 Audio-visual Aids

a) LCD Multi-media Projector 19 Unit

6 b) White-board or flip-chart 19 Unit

(15)

Fasilitas

1. Ruang kuliah dengan kapasitas 380 mahasiswa sebanyak 1 ruangan (4 kali pertemuan)

2. Ruang kuliah dengan kapasitas 150 mahasiswa sebanyak 3 ruangan (2 kali pertemuan)

3. Ruang kuliah dengan kapasitas 110 mahasiswa sebanyak 4 ruangan (3 Kali pertemuan)

4. Ruang diskusi mahasiswa dengan kapasitas 20 mahasiswa sebanyak 19 ruangan (10 kali pertemuan)

5. Ruang Untuk UTS dan UAS mahasiswa dengan kapasitas 110 mahasiswa sebanyak 4 ruangan (2 kali)

(16)

3.

Matriks kegiatan

Pertemua

n Tanggal Materi PembelajaranAktivitas Tugas Penilaian Ruangan Fasilitas SDM

1 10-Feb-16 PenjelasanProgram Pengelola ModulPenjelasan dari Auditorium(Kapasitas 380 orang) Layar, Slide Projector, Sound System 3 Narasumber (Pengelola Modul)

2 17-Feb-16 Kuliah EtikaUmum

Kuliah Interaktif (Teori Etika dan KDB) Narasumber : Prof. Dr. Agus Purwadianto

LTM : Resume Kuliah (Dikumpulkan pada Akhir Kuliah ke kelas tutor masing-masing) Auditorium (Kapasitas 380 orang) Layar, Slide Projector, Sound System 1 Pemateri Kuliah Umum

3 24-Feb-16 KDB (KasusPengenalan Sederhana) Pembahasan Kasus KDB yang sederhana Tugas LTM Kasus Umum (Dikumpulkan di SCELE paling lambat, Selasa 1 Mar

16, pukul 23.59) Pembagian Tugas dilakukan oleh Tutor

19 ruangan kapasitas 20

orang

Layar, Slide

Projector 19 Tutor Kelas dibagi menjadi 2

kelompok kecil (contohnya : Beneficence dan Nonmaleficence, Autonomi dan Justice) Penyiapan Presentasi 4 2-Mar-16 Kasus Umum (KDB) LTM Borang 1 : Observasi Proses Diskusi oleh Tutor Borang 2 : Penilaian Sesama Mahasisw 19 ruangan kapasitas 20 orang Layar, Slide Projector 19 Tutor Pembuatan file ppt

Presentasi dan Diskusi Kelas

(17)

a Borang 5 : Presentasi

9-Mar-16 LIBUR NYEPI

5 16-Mar-16 Pleno I(Kasus Umum)

Presentasi Kelompok Diundi (3 kali

presentasi)

Tugas Makalah per

Kelompok UmpanBalik

3 ruangan kapasitas 150 orang Layar, Slide Projector, Sound System 6 Narasumber (1 ruangan pleno, 2 narasumber) 6 23-Mar-16 Kuliah Pengantar Value Based Ethics

Kuliah Interaktif oleh Prof. Dr. Agus

Purwadianto

LTM : Resume Kuliah (Dikumpulkan pada Akhir Kuliah ke kelas tutor masing-masing) Auditorium kapasitas 380 orang Layar, Slide Projector, Sound System 1 Narasumber 7 30-Mar-16 Kuliah Panel (Materi Etika dan Kode Etik Kekhasan dari masing-masing Fakultas)

Materi dari Narasumber Fasil (FIK, FKG, FF)

LTM : Resume Kuliah (Dikumpulkan pada Akhir Kuliah ke kelas tutor masing-masing) 3 ruangan kapasitas 150 orang Layar, Slide Projector, Sound System 6 Narasumber 8 6-Apr-16 Diskusi Kelompok (Kasus Profesi)

Pada setiap kelas, mahasiswa dibagi menjadi 3 kelompok (Fakultasnya sama)

LTM : Hasil Analisis Pemicu dari berbagai Aspek KDB. (Setiap mahasiswa membuat analisis kasus dari salah satu tinjauan

KDB, eg. Beneficence). Dikumpulkan melalui SCELE paling lambat Selasa, 31 Maret 15, pukul 23.59 Borang 1 : Observasi Proses Diskusi oleh Tutor Borang 2 : Penilaian Sesama Mahasisw a Borang 5 : Presentasi 19 ruangan kapasitas 20 orang Layar, Slide Projector 19 Tutor Setiap Kelompok diberikan Pemicu (Kasus Profesi masing-masing)

Diskusi Kelompok dan Presentasi

(18)

9 13-Apr-16

Pleno II (Kasus Profesi /Pemicu II)

Setiap ruangan pleno terdiri dari 3 kelas

File Ppt dikumpulkan di SCELE, paling lambat Rabu, 8 Apr

15, pukul 23.59 3 ruangan kapasitas 150 orang Layar, Slide Projector, Sound System 6 Narasumber (1 ruangan pleno, 2 narasumber) Setiap kelas bertanggung jawab untuk mempresentasikan 1 kasus pemicu (Dapat dilakukan dengan undian) 10 20-Apr-16 UTS Tergantung model ujian (apakah akan menggunaka n scele atau tidak) 19 Tutor 11 27-Apr-16 Kuliah Umum (UU dan Hukum Kesehatan)

Kuliah Interaktif (UU dan Hukum Kesehatan) Narasumber : Prof. Agus (FH)

LTM : Resume Kuliah (Dikumpulkan pada Akhir Kuliah ke kelas tutor masing-masing) Auditorium (Kapasitas 380 orang) Layar, Slide Projector, Sound System 1 Narasumber 12 4-May-16 Pembahasan Kasus yang Berhubunga n dengan Kode Etik dan Hukum

Diskusi Kelompok dan Presentasi (Mahasiswa membawa kode etik profesi dan UU yg berkaitan, diskusi, dan presentasi) 19 ruangan kapasitas 20 orang Slide Projector 19 Tutor

13 11-May-16 Card Game

19 ruangan kapasitas 20

orang

Layar, Slide

Projector 19 Tutor 14 18-May-16 Kasus BayiKembar Persiapan Role Play (Membagi peran dan

Membuat skenario) Tugas Makalah Kelompok (Dikumpulkan 20 Mei 15) 19 ruangan kapasitas 20 orang Layar, Slide Projector 19 Tutor

15 25-May-16 Role Play kapasitas 1503 ruangan

orang Layar, Slide Projector, Sound System 6 Narasumber (1 ruangan pleno, 2 narasumber)

(19)

16 1-Jun-16 UAS Tergantung model ujian (apakah akan menggunaka n scele atau tidak) Layar, Slide Projector, Sound System 19 Tutor

(20)

Evaluasi Hasil Belajar

1. Evaluasi keberhasilan belajar mahasiswa

No Komponen Kegiatan Bobot

Nilai kognitif UAS 30 %

UTS 20 %

Tugas Individu 10 %

Tugas Kelompok 10%

Nilai Proses Penilaian Fasil 20 %

Penilaian sesama 10 % 100% a) Ujian sumatif b) Kegiatan Mahasiswa Diskusi Tugas Individu 2. Evaluasi Program

 Seluruh kegiatan dalam BRP terlaksana

 Perubahan jadwal tidak lebih dari 20% dari jadwal kegiatan tertulis  Kurang dari 20% mahasiswa lulus dengan nilai C

Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia

(21)

BORANG 1: OBSERVASI PROSES DISKUSI OLEH TUTOR

Penilai/Tutor:________________________ Hari, Tanggal: _______________________

No Nama Peserta Sikap/ Tenggang rasa (Sensitivity) ( 10-20) Partisipasi dlm diskusi (Participation) (10-20) Pengetahuan Awal (Experience) (10-20) Keberanian Argumentasi (Risk) (10-20) Keterbukaan (Openness) (10-20) Jumlah (50-100) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Mata Kuliah : Etika dan Hukum Kesehatan Kelas : ____________________

Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia

BORANG 2: PENILAIAN TEMAN DAN DIRI SENDIRI (Peer Assesment)

Nama Mahasiswa :________________________ Hari, Tanggal: ____________________

Mata Kuliah : Etika dan Hukum Kesehatan Kelompok/Kelas : _________________

(22)

Isilah kotak yang ada dalam tabel dibawah ini dengan tanda  sesuai dengan penilaian anda tentang partisipasi anggota lain dan anda sendiri dalam proses kegiatan kelompok serta dalam

menyelesaikan tugas.

Nilai Parameter

0 Tidak pernah datang

5 Dua kali tidak hadir, kalau hadir tidak berpartisipasi dan tidak aktif

25 Dua kali tidak hadir, tetapi bila hadir mau berpartisipasi dan menyelesaikan tugas sekedarnya, atau satu kali tidak hadir, kalau hadir tidak berpartisipasi aktif dan menyelesaikan tugas sekedarnya

65 Cukup baik: satu kali tidak hadir, tapi bila hadir tidak cukup kooperatif dan kurang berpartisipasi aktif serta meyelesaikan tugas sekedarnya

75 Satu kali tidak hadir, tetapi bila hadir berpartisipasi aktif dan kooperatif serta berusaha menyelesaikan tugasnya dengan baik.

85 Baik: hadir terus, cukup kooperatif dan berpartisipasi aktif serta berusaha mengerjakan tugasnya dengan baik.

95 Baik sekali: hadir terus, konsisten mengerjakan tugasnya dengan baik dan persiapan yang mantap, selalu kooperatif serta berpartisipasi aktif.

Nama anggota kelompok

0

5

25

65

75

85

95

Keterangan

1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Tidak ada nilai yang sama untuk lebih dari 3 orang. * diri sendiri

[Pengisian borang ini bersifat rahasia dan segera diberikan kepada fasilitator]

Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia

BORANG 3: PENILAIAN MAKALAH KELOMPOK

Penilai/Tutor:________________________ Hari, Tanggal: _______________________

Mata Kuliah : Etika dan Hukum Kesehatan Kelas : ____________________

(23)

Penilai

(

)

Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia

BORANG 4: PENILAIAN LTM

Penilai/Tutor:________________________ Hari, Tanggal: _______________________

Mata Kuliah : Etika dan Hukum Kesehatan Kelas : ____________________

No

Nama Peserta

Parameter Penilaian

Nilai Total

Pemahaman

Materi (Isi) Sistematika Bahasa

ASPEK

URAIAN

Kelompok

Kelompok

Kelompok

Isi dan

Sistematik

a

Pelengkap

Format (Spasi, Huruf, jumlah hal

4-8 )

(0 – 10)

Pembahasan

Muatan Isi (Sesuai topik)

Analisis sesuai dengan ketentuan

(0 – 60)

Referensi

(0 – 10)

Bahasa

a.

Mudah dimengerti

b.

Hubungan antar kata baik

Penulisan huruf dan kata

Baik

(0 – 20)

(24)

(0 – 60) (0 – 20) (0 – 20) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia

BORANG 5: PENILAIAN PRESENTASI

Penilai/Tutor:________________________ Hari, Tanggal: _______________________

Mata Kuliah : Etika dan Hukum Kesehatan Kelas : ____________________

Pemicu : _______________________

Nama Penyaji Kelompok I:

Nama Penyaji Kelompok III:

1. ____________________

2. ____________________

1. ____________________

2. ____________________

Nama Penyaji Kelompok II:

Nama Penyaji Kelompok IV:

(25)

1 ____________________

2. ____________________

1 ____________________

2. ____________________

N

o

Aspek yang dinilai

Rentang

Nilai

NILAI KELOMPOK

Kel I

Kel II

Kel III

Kel IV

Keterangan

1

Sistematika penyajian

(pembuka, isi, penutup)

0-20

2

Waktu (kesesuain alokasi

waktu yang ditetapkan)

0-10

3

Bahasa (pilihan ragam

dan laras bahasa, pilihan

kata, penggunaan kalimat

efektif, definisi

0-10

4

Materi (Kualitas dan

efektivitas penggunaan

alat peraga)

0-10

5

Kesesuaian bahan

presentasi dengan materi

(konten)

0-20

6

Kejelasan referensi

(sumber)

0-10

7

Pelibatan anggota

kelompok dalam

menjawab pertanyaan

0-20

NILAI TOTAL

Penilai,

( ____________________ )

Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia

EVALUASI UNTUK TUTOR (EFOM) TAHUN AKDEMIK 2015

Program : RIK-UI 2015

Modul : Etika dan Hukum di bidang Kesehatan

Nama Tutor : ………….

Semester : 1 / 2

Date :

(26)

No Komponen yang dievaluasi Skor

1 2 3 4

A Proses

1 Fasil menunjukkan antusiasme 2 Fasil selalu tepat waktu

3 Fasil tetap berada di ruangan selama diskusi 4 Fasil proaktif memonitor proses diskusi

5 Fasil bertanya untuk memicu kemampuan berpikir kritis mahasiswa.

6 Fasil memberikan kesempatan yang sama pada tidap mahasiswa untuk mengemukakan pendapat

7 Fasil aktif mengingatkan anggota kelompok bila diskusi menyimpang dari topic

8 Fasil secara aktif mengingatkan mahasiswa untuk mengevaluasi dan merangkum hasil diskusi

9 Fasil mengevaluasi proses diskusi dan memberikan umpan balik

B Evaluasi

10 Fasil selalu memeriksa dan mengembalikan catatan/log book pada waktunya

Catatan :

Coret (x) pada jawaban yang anda anggap tepat :

1 = sangat tidak setuju

2 = tidak setuju 3 = setuju 4 = sangat setuju

Keterangan:

1. Tutor selalu gembira, antusias dan bersahabat 2. Tutor selalu tepat waktu

1. Selalu terlambat (pada 100% sesi) 2. Selalu terlambat (lebih dari 50 % sesi)

3. Kadang-kadang terlambat (kurang dari 50% sesi) 4. Selalu tepat waktu

3. Tutor selalu berada di ruang diskusi Muncul hanya di awal dan akhir sesi diskusi Keluar dari ruangan lebih dari 3 kali

Keluar dari ruangan kurang dari 3 kali Tetap dalam ruangan selama diskusi

4. Tutor proaktif memonitor proses diskusi: memastikan bahwa diskusi berjalan sesuai rencana, dan tiap anggota kelompok berpartisipasi dalam diskusi.

(27)

5. Tutor bertanya untuk memicu kemampuan berpikir kritis mahasiswa: pertanyaan tanpa tanpa mengarahkan/mengajarkan .

6. Tutor memberi kesempatan yang sama pada tiap mahasiswa untuk mengemukakan pendapatnya : secara bijaksana memotivasi mahasiswa yang pasif dan memantau mahasiswa yang dominan dalam berdiskusi.

7. Apabila diskusi keluar dari topik, Tutor secara aktif mengingatkan kelompok agar kembali meninjau tujuan/sasaran belajar pemicu yang didiskusikan.

8. Tutor secara aktif menjelaskan pada mahasiswa agar melakukan evaluasi dan merangkum hasil diskusi.

9. Tutor melakukan evaluasi jalannya proses diskusi dan memberikan umpan balik terkait dengan proses diskusi yang berlangsung.

(28)

Panduan Diskusi Kelompok I: Pendalaman Kaidah Dasar Bioetika

o Mahasiswa telah diberikan kasus dan daftar tilik melalui SCELE

o Tiap kelompok berdiskusi mengenai checklist Beneficence, Nonmaleficence, Autonomi, dan justice melalui kasus yang telah disediakan

o Apabila mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami poin-poin dalam checklist, mahasiswa dapat bertanya pada Tutor kelompok

o Waktu diskusi 100 menit. Apabila sebelum waktu habis mahasiswa telah selesai dengan keempat KDB, minta mahasiswa untuk mendiskusikan kasus dengan checklist yang berbeda

o Sepuluh menit terakhir, Tutor memberikan rangkuman mengenai pendalaman Kaidah Dasar Bioetika

(29)

Daftar Tilik Autonomi

Kriteria

Ada

Tidak Ada

N/A

1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri,

menghargai martabat pasien

2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat

keputusan (pada kondisi elektif)

3. Berterus terang

4. Menghargai privasi

5. Menjaga rahasia pasien

6. Menghargai rasionalitas pasien

7. Melaksanakan informed consent

8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil

keputusan sendiri

9. Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi

pasien

10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam

membuat keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri

11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien

pada kasus non emergensi

12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan

pasien

(30)

Daftar Tilik Justice

Kriteria Ada Tidak Ada N/A

1. Memberlakukan segala sesuatu secara universal

2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan

3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama

4. Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality, accessibility, availability, quality)

5. Menghargai hak hukum pasien 6. Menghargai hak orang lain

7. Menjaga kelompok yang rentan (yang paling dirugikan) 8. Tidak melakukan penyalahgunaan

9. Bijak dalam makro alokasi

10. Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien

11. Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya 12. Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian (biaya,

beban, sanksi) secara adil

13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten

14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah/tepat

15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan

16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status sosial, dll

(31)

Daftar Tilik Nonmaleficence

Kriteria

Ada

Tidak ada

N/A

1. Menolong pasien emergensi

2. Kondisi untuk menggambarkan kriteria ini adalah :

-

pasien dalam keadaan amat berbahaya (darurat)/beresiko

hilangnya sesuatu yang penting (gawat)

-

dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut

-

tindakan kedokteran tadi terbukti efektif

-

manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami

resiko minimal)

6. Mengobati pasien yang luka

7. Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia)

8. Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien

9. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek

10. Mengobati secara tidak proporsional

11. Mencegah pasien dari bahaya

12. Menghindari misrepresentasi dari pasien

13. Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian

14. Memberikan semangat hidup

15. Melindungi pasien dari serangan

16. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan

/ kerumah-sakitan yang merugikan pihak

(32)

Daftar Tilik Beneficence

Kriteria Ada Tidak Ada N/A

1. Mengutamakan altruisme (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain)

2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia 3. Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh

menguntungkan dokter

4. Mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya

5. Paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang 6. Menjamin kehidupan-baik-minimal manusia 7. Pembatasan goal-based

8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien 9. Minimalisasi akibat buruk

10. Kewajiban menolong pasien gawat-darurat 11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan 12. Tidak menarik honorarium diluar kepantasan

13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan 14. Mengembangkan profesi secara terus-menerus 15. Memberikan obat berkhasiat namun murah 16. Menerapkan Golden Rule Principle

(33)

Pemicu Kasus (Pengenalan KDB)

Kasus Pemicu Beneficence

Bahan diskusi: BENEFICENCE

Ns. Sitta adalah perawat yang sangat memperhatikan pasiennya. Ia selalu datang lebih awal di tiap shift agar dapat melayani pasien dengan sebaik-baiknya. Seperti di hari Sabtu yang hujan deras hari itu, Ns. Sitta tetap hadir limabelas menit sebelum shiftnya untuk melakukan operan jaga dan membaca status rawat bangsal dengan lebih detil. Ns Sitta menyapa setiap pasien dengan ramah dan memeriksa tekanan darah, nadi, suhu setiap pasien dengan teliti sambil menanyakan perasaan dan keluhan mereka saat itu. Ia kemudian menuliskan semua datanya pada lembar perawatan. Ketika dokter bangsal datang, Ns. Sitta memberikan laporan hasil pemeriksaannya dan mendiskusikan kemajuan perawatan pasien serta terapi lanjutan bagi pasien-pasien yang dirawatnya.

Check List Beneficence

Kriteria Ada Tidak

/Bertentangan

N/A

1. Mengutamakan altruisme (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain)

2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia 3. Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh

menguntungkan dokter

4. Mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya

5. Paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang 6. Menjamin kehidupan-baik-minimal manusia 7. Pembatasan goal-based

8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien 9. Minimalisasi akibat buruk

10. Kewajiban menolong pasien gawat-darurat 11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan 12. Tidak menarik honorarium diluar kepantasan 13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan 14. Mengembangkan profesi secara terus-menerus 15. Memberikan obat berkhasiat namun murah 16. Menerapkan Golden Rule Principle

(34)

Dokter Prima adalah seorang Spesialis Bedah di kota Manokat, sebuah Ibu Kota Kabupaten. Selain berpraktek di RS Kabupaten, ia juga membuka praktek pribadi di rumhanya pada pagi hari sebelum ke RS dan sore setelah dinas di RS. Suatu pagi ditempat praktek pribadinya, ia kedatangan seorang pasien dari desa. Pasien itu korban tabrak lari, ia mengeluh nyeri perut kiri atas akibat benturan dengan sepeda motor yang menabraknya.

Keadaan pasien saat datang masih sadar. Setelah diperiksa, dokter Prima segera menganjurkan pasien untuk masuk Rumah Sakit karena harus menjalani pengawasan lanjut yang ketat (observasi trauma tumpul abdomen), namun pasien menolak.

Karena ia adalah pasien terakhir, dokter Prima kemudian mengajak pasien untuk ke RS bersama-sama, disertai alasan perlu pemeriksaan darah untuk melihat parah tidaknya penyakit pasien. Pasien setuju. Dokter Prima berpesan agar hasil pemeriksaan segera disampaikan padanya.

Hasil pemeriksaan menunjukkan penurunan Hb dan pada pemeriksaan fisik ulang, dr Prima menemukan perut mulai membesar dan kencang serta abdominal tap positif (terdapat cairan bebas/darah dalam rongga perut). Dokter Prima menyimpulkan sang pasien mengalami perdarahan dalam rongga perut yang kemungkinan diakibatkan oleh ruptur atau robeknya limpa. Dokter Prima langsung menjelaskan keadaan sakit penderita dan rencana untuk operasi laparatomi. Tapi walaupun sudah dijelaskan bahwa jika tidak dioperasi maka perdarahan dalam rongga perut akan berlangsung terus dan akan mengakibatkan kematian, pasien tetap menolak operasi namun bersedia masuk untuk perawatan.

Beberapa jam kemudian kesadaran pasien makin menurun dan jatuh dalam keadaan tidak sadar. Tindakan yang harus segera diambil satu-satunya adalah operasi untuk menghentikan perdarahan. Dokter Prima akhirnya melakukan tindakan operasi. Pasca operasi pasien membaik dan pulang dalam keadaan sehat.

Check List Nonmaleficence

Kriteria

Ada

Tidak

/

Bertentangan

N/A

1.

Menolong pasien emergensi

2. Kondisi untuk menggambarkan kriteria ini

adalah :

-

pasien dalam keadaan amat berbahaya

(darurat)/beresiko hilangnya sesuatu yang

penting (gawat)

-

dokter sanggup mencegah bahaya atau

kehilangan tersebut

-

tindakan kedokteran tadi terbukti efektif

-

manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya

mengalami resiko minimal)

6. Mengobati pasien yang luka

7. Tidak membunuh pasien (tidak melakukan

euthanasia)

8. Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan

pasien

9. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek

10. Mengobati secara proporsional

(35)

12. Menghindari misrepresentasi dari pasien

13. Tidak membahayakan kehidupan pasien karena

kelalaian

14. Memberikan semangat hidup

15. Melindungi pasien dari serangan

16. Tidak melakukan white collar crime dalam

bidang kesehatan / kerumah-sakitan yang

merugikan pihak pasien/keluarganya

(36)

Pak Didik bekerja sebagai apoteker di Apotik ”Obat Murah”. Hari itu ia melayani seorang pasien yang datang membawa resep dari dokter ahli penyakit dalam. Pasien meminta Pak Didik untuk menghitung terlebih dahulu biaya yang harus ia keluarkan untuk menebus keseluruhan obat. Setelah memberikan hitungan, pak Didik menanyakan apakah pasien akan menebus keseluruhan obatnya. Ia menjelaskan pada pasien bahwa seluruh obat yang diberikan adalah obat paten dan bukan obat generik. Pasien kemudian menanyakan berapa biaya yang perlu ia bayarkan apabila membeli obat generik. Ia juga menanyakan perbedaan dan persamaan obat paten dengan generik. Setelah memberitahukan hasil penghitungan dan menjelaskan persamaan dan perbedaan obat paten dan generik, Pak Didik menanyakan pada pasien, obat jenis apa yang ingin ditebus oleh pasien.

Check List Autonomi

Kriteria

Ada

Tidak

/

Bertentangan

N/A

1.

Menghargai hak menentukan nasib sendiri,

menghargai martabat pasien

2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan

(pada kondisi elektif)

3. Berterus terang

4. Menghargai privasi

5. Menjaga rahasia pasien

6. Menghargai rasionalitas pasien

7. Melaksanakan informed consent

8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil

keputusan sendiri

9. Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi

pasien

10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam

membuat keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri

11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien

pada kasus non emergensi

12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan

pasien

(37)

Drg. Adi adalah dokter gigi umum yang berpraktek di daerah Elit di Menteng. Pasiennya banyak dan sebagian besar dari kalangan menengah keatas, pasien-pasienny banyak namun teratur karena dilayani sesuai urutan. Ketika sedang memeriksa pasiennya, tiba-tiba datang seorang ibu bersama anaknya, Tinoc yang jatuh sehingga giginya patah dan gusinya berdarah. Petugas loket melaporkan kondisi tersebut pada doikter Ady. Atas petunjuk drg Ady petugas diminta untuk menginformasikan kondisi tersebut pada pasien yang lain sebelum ibu tersebut dilayani. Pasien yang tengah menunggu tersebut menyetujuinya. Setelah dirawat dokter memberi obat yang menurut drg Ady bisa dibeli di apotik mana saja.

Check List Justice

Kriteria

Ada

Tidak

/Bertentanga

n

N/A

1. Memberlakukan segala sesuatu secara universal

2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang

telah ia lakukan

3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam

posisi yang sama

4. Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality,

accessibility, availability, quality)

5. Menghargai hak hukum pasien

6. Menghargai hak orang lain

7. Menjaga kelompok yang rentan (yang paling dirugikan)

8. Tidak melakukan penyalahgunaan

9. Bijak dalam makro alokasi

10. Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan

kebutuhan pasien

11. Meminta partisipasi pasien sesuai dengan

kemampuannya

12. Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian

(biaya, beban, sanksi) secara adil

13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang

tepat dan kompeten

14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa

alasan sah/tepat

15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan

penyakit/gangguan kesehatan

16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA,

status sosial, dll

(38)

Rumah Sakit Sehat Selalu

Rumah Sakit Sehat Selalu merupakan rumah sakit tipe B yang terkenal di daerahnya. Berada di

pusat Kabupaten Sewu, rumah sakit ini menangani berbagai pelayanan kesehatan. Sekitar

seminggu ini aktivitas pelayanan rumah sakit meningkat, kunjungan pasien rawat jalan dan rawat

inap meningkat drastis. Hal ini disebabkan masyarakat banyak terkena penyakit diare dan demam

berdarah. Selain itu, frekuensi kecelakaan meningkat.

Pada suatu hari, Rumah Sakit disibukkan dengan pasien yang baru datang ke UGD. Dia adalah

Bupati Sewu yang mengalami kecelakaan. Mobil yang ditumpangi Pak Bupati mengalami pecah

ban, menabrak sebuah becak dan akhirnya menabrak pohon. Pak Bupati mengalami luka memar

pada bagian kepala dan trauma ringan. Beliau langsung mendapat perawatan di bagian UGD.

Korban lain dari kecelakaan tersebut yaitu tukang becak datang dalam kondisi tidak sadarkan diri.

Ia mengalami patah kaki dan luka parah di bagian kepala. Tukang becak tidak segera ditangani

karena masih menunggu proses administrasi selesai. Pasien lainnya, Supir Bupati mengalami luka

parah dibagian muka karena adanya trauma di tulang rahang. Supir tersebut dibawa ke rumah sakit

dalam kondisi tidak sadar. Tindakan operasi diperlukan untuk mengatasi kondisi tersebut. Namun,

operasi tersebut perlu dilakukan oleh dokter gigi spesialis bedah mulut sehingga dokter jaga UGD

tidak melakukan operasi tersebut. Dia memilih untuk menunggu dokter spesialis datang. Operasi

baru dilakukan setelah dokter spesialis datang ke rumah sakit. Seluruh korban pada akhirnya dapat

diselamatkan.

Seluruh korban kecelakaan menjalani rawat inap di Rumah Sakit. Perawat Mawar yang menangani

ketiga pasien tersebut menanggulangi pasien tanpa membeda-bedakan latar belakang pasien

tersebut. Ia memenuhi seluruh kebutuhan pasien dan bekerja sesuai dengan standar operasional

prosedur rumah sakit. Perawat Mawar juga terkadang bekerja lebih dari jam kerjanya dalam

melakukan perawatan pasien. Perawat Mawar juga aktif dalam organisasi profesi dan sering

menghadiri seminar keprofesian. Hal ini dilakukan Perawat Mawar untuk dapat mengembangkan

ilmunya.

Perawat Mawar termasuk perawat dengan kinerja paling baik. Ia sering membimbing perawat

yang baru dalam melaksanakan tugasnya. Ia sering mengerjakan hal yang semestinya menjadi

menjadi tugas perawat lain. Terkadang Ia menutupi kesalahan atau kelalaian perawat lain agar

rekannya tersebut tidak terkena sanksi dari rumah sakit. Hal ini dilakukan untuk menjaga

hubungan baik dengan rekan sejawat perawat.

Selama di rawat di rumah sakit, dokter menemukan kondisi patologis lain pada Pak Bupati.

Setelah dilakukan pemeriksaan, Pak Bupati mengalami kerusakan ginjal (End Stage Renal

Disease) dokter menyampaikan informasi tersebut kepada Bupati. Pak Bupati meminta dokter

untuk merahasiakan kondisi penyakitnya kepada keluarga atau kepada pihak lain. Ini juga

berkaitan dengan rencana Bupati untuk mencalonkan kembali menjadi Bupati pada Pilkada 3

bulan mendatang yang harus lulus tes kesehatan. Dokter memutuskan untuk tidak memberitahu

(39)

keluarga mengenai kondisi Pak Bupati. Akhirnya, Pak Bupati dapat pulang dari rumah sakit

setelah dirawat selama 3 hari.

Setelah selama 1 minggu dirawat akhirnya kondisi tukang becak mulai membaik, biaya rumah

sakit dapat dibayar dari uang santunan Pemerintah Daerah Sewu namun kini uang tersebut sudah

habis. Keluarga meminta pasien untuk dapat pulang, dokter awalnya melarang karena masih perlu

untuk pemantauan kondisi. Namun, karena keluarga beralasan sudah tidak dapat membayar biaya

pengobatan rumah sakit akhirnya dokter mengizinkan pasien tersebut pulang. Walaupun begitu,

dokter tetap menyarankan agar pasien tukang becak memeriksakan kondisinya secara rutin ke

rumah sakit.

Ketika telah sadar Pak Supir merasa kaget dan marah mengenai apa yang menimpanya. Dia

mengamati beberapa giginya dicabut ketika menerima tindakan operasi. Dia tidak terima atas

tindakan ini dan menanyakan kepada dokter, mengapa operasi dilakukan tanpa izin darinya atau

dari keluarganya ? Dokter menjelaskan alasan tindakan tersebut dilakukan. Namun, pasien tetap

tidak terima dan ingin memperkarakan ganti rugi kepada rumah sakit. Pasien akhirnya dapat

pulang dari rumah sakit setelah dirawat selama 5 hari.

Selama 1 bulan ketiga korban kecelakaan tersebut masih berobat jalan ke Rumah Sakit Sehat

Selalu. Kesibukan rumah sakit meningkat karena menyebarnya penyakit seperti diare dan TBC.

Tak jarang rumah sakit harus memberlakukan lembur untuk tenaga kesehatan tertentu. Hal ini

dapat meningkatkan risiko kesalahan yang dilakukan tenaga kesehatan ketika melakukan praktik

karena kelelahan.

Kesibukan perawatan di Rumah Sakit berdampak juga pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit

(IFRS). Karena banyaknya pasien, pelayanan informasi obat dilakukan secara secukupnya. Banyak

pasien yang tidak diberi informasi yang cukup mengenai pemakaian obat. Terkadang kesibukan

sering menjadi alasan bagi yang bekerja di IFRS melakukan pekerjaan tidak sesuai SOP,

contohnya ketika terdapat obat yang tidak tersedia, asisten apoteker langsung mengganti obat

tersebut dengan merk lain (zat aktif sama) tanpa menginformasikannya pada dokter penulis resep

atau pasien, dia berpendapat bahwa tidak akan masalah karena harga tidak beda jauh.

Ramainya penebus resep di IFRS memaksa Apoteker bekerja lebih cepat namun hal ini tentu akan

mengurangi ketelitian dalam memeriksa obat yang akan diberikan. Apoteker Andi salah

memberikan obat kepada Supir Bupati. Kesalahan terjadi karena terdapat 2 pasien dengan nama

depan yang sama. Apoteker Andi langsung menghubungi Supir beruntung obat tersebut belum

dikonsumsi, apoteker meminta maaf dan menjelaskan hal yang sebenarnya ke supir tersebut.

Begitulah keseharian yang terjadi di rumah sakit.

(40)

Kasus Pemicu Keperawatan

Mahasiswa sarjana keperawatan didampingi oleh pembimbing yang berasal dari institusi

pendidikannya mengkaji pasien yang sedang dirawat. Pasien perempuan berusia 21 tahun saat ini

tirah baring karena demam. Pasien dirawat sejak 3 hari yang lalu di ruang rawat kelas 3. Pada saat

pengkajian diperoleh data pasien belum mampu untuk duduk. Demam sudah berangsur turun,

tampak letih dan belum bisa menghabiskan makanan. Pada pengkajian lebih lanjut, diperoleh data

bahwa sejak dirawat pasien belum pernah mandi. Yang menunggu pasien adalah nenek pasien

yang berusia mendekati 70 tahun. Orang tua pasien tidak tinggal di kota yang sama dengan pasien.

Ibu bekerja di Hong Kong, Ayah bekerja diluar pulau. Nenek menjelaskan bahwa pasien sejak

masuk rumah sakit belum pernah mandi, makan juga belum pernah habis. Nenek menjelaskan

bahwa ia sudah tidak ada tenaga untuk membantu pasien, karena sejak sebelum dirawat pasien

juga dibantu oleh nenek dirumah. Pasien terlihat tidak bersih dan rambut juga sudah mengeluarkan

aroma yang tidak segar.

Mahasiswa dan pembimbing menyimpulkan bahwa pasien perlu dimandikan dan perlu disuapkan

makanan agar kulit bersih dan makan dapat membantu penyembuhan. Kemudian mahasiswa

menyiapkan waskom dan pergi kedapur untuk mencari air hangat. Saat sedang menyiapkan

peralatan mandi, salah seorang perawat mendatangi mahasiswa dan pembimbing, lalu berkata :

“Jangan mandikan pasien, biarkanlah keluarganya yang membantu, karena bila mahasiswa tidak

ada maka tidak ada tenaga yang akan membantu pasien” lalu perawat berlalu.

Mahasiswa dan pembimbing tercenung sebentar, lalu mereka berdua berdiskusi.

Soal:

1. Jika saudara berada pada situasi ini, maka apa langkah-langkah yang akan saudara lakukan?

2. Pertimbangan yang saudara gunakan adalah pertimbangan etik dan hukum, jadi berilah

argumentasi saudara berdasarkan pendekatan etik dan hukum!

(41)

Pretty ingin cantik...

Pretty, seorang pelajar SMA merasa kecantikannya berkurang karena giginya yang tidak rapih. Suatu hari ia datang ke klinik gigi di Rumah Sakit (RS) di kota Depok dengan ditemani oleh ayahnya. Mereka menunggu giliran dipanggil oleh bu dokter gigi (drg Jelita). Setelah menunggu cukup lama akhirnya mereka dapat bertemu dengan drg. Jelita, seorang dokter gigi umum. Pretty menginformasikan keluhannya mengenai adanya gigi gingsul di rahang atasnya dan menginginkan untuk dilakukan pemasangan kawat gigi agar tampak lebih rapi. Konsultasi dan tanya jawab berlangsung cukup lama, termasuk mengenai biaya perawatan yang dirasa oleh Pretty dan ayahnya cukup mahal. Akhirnya, setelah melalui beberapa pertimbangan, Pretty setuju agar perawatan dimulai pada hari itu juga. Setelah Pretty menyatakan setuju lalu dilakukan pencetakan gigi sebagai persiapan pemasangan kawat gigi pada rahang atas dan bawah. Drg. Jelita tidak melakukan pemeriksaan lain seperti radiologi ataupun menjelaskan kemungkinan yang dirasakan pasien setelah pemasangan kawat gigi, dan bagaimana melakukan perawatan kebersihan gigi dan mulut selama memakai kawat gigi. Pretty hanya diinstruksikan untuk kontrol kawat gigi setiap dua minggu sekali.

Perawatan telah berjalan selama dua tahun, namun Pretty merasa giginya belum rapi. Ketika ditanyakan mengenai hal tersebut, drg. Jelita mengatakan bahwa hal tersebut terjadi karena kasus Pretty termasuk kasus parah dan dia jarang sekali datang untuk kontrol. drg. Jelita meminta Pretty untuk melakukan pemeriksaan radiologi karena terdapat gigi yang terindikasi untuk dicabut terkait dengan perawatan kawat giginya. Dari hasil pemeriksaan gigi yang disarankan untuk dilakukan pencabutan ada empat buah, namun Pretty sebenarnya khawatir apabila dilakukan pencabutan sebanyak itu. Pretty melakukan negosiasi, dan tetap minta yang dicabut jangan 4 gigi. Akhirnya gigi yang akan dilakukan pencabutan hanya tiga buah. Setelah dilakukan pencabutan gigi, untuk perawatan lanjutan drg. Jelita menawarkan Pretty untuk melakukan kontrol di praktik pribadinya saja dengan alasan lebih ekonomis dibandingkan biaya di RS. Pretty setuju dengan hal tersebut dan melakukan kontrol selanjutnya di praktik pribadi drg. Jelita. Namun selama perawatan ini, Pretty menyimpan keraguan terhadap drg. Jelita, karena seringkali dia diinstruksikan melakukan pemeriksaan radiologi ulang dengan alasan dokumennya hilang. Jika dia bertanya pada drg. Jelita tentang prosedur pemasangan karet yang berbeda-beda setiap kali kontrol, drg. Jelita cenderung gugup untuk memberikan penjelasan. Suatu kali dia juga pernah ditanya oleh drg. Jelita mengenai berapa jumlah gigi yang sudah dicabut, bukankah hal itu seharusnya ada catatannya? Pretty semakin ragu...

Perawatan akhirnya memasuki tahun ketiga, Pretty merasa kecewa dengan hasil perawatan giginya. Suatu hari ia melakukan diskusi dengan temannya yang juga memakai kawat gigi. Pretty akhirnya baru tahu bahwa sebetulnya ada dokter gigi ahli yang memang khusus melakukan perawatan gigi untuk

(42)

kasus-kasus seperti dirinya, yaitu spesialis Ortodonti (Sp. Ort). Pretty lalu memutuskan untuk pindah perawatan ke drg. Ayu, Sp. Ort. sebagaimana direkomendasikan temannya tersebut. Setelah pertemuan pertama dengan drg. Ayu, dia diminta untuk meminta surat pengantar perpindahan perawatan dari dokter gigi yang merawat sebelumnya. Pretty kemudian meminta surat pengantar pada drg. Jelita, namun beliau bersikeras tidak akan memberikan surat pengantar apapun kepada pasien karena dalam dunia kedokteran gigi tidak ada istilah surat pengantar. Menurut drg. Jelita, jika seorang pasien ingin pindah perawatan, pasien dipersilakan langsung pindah dan segala risiko ditanggung pasien.

Singkat cerita, proses pindah perawatan akhirnya dilakukan tanpa surat pengantar. Pretty diminta oleh drg. Ayu untuk melakukan perawatan dari awal dan sebelumnya dilakukan pemeriksaan radiologi ( foto panoramik dan sefalometri). Dari pemeriksaan tersebut, ditemukan gambaran dua gigi terpendam yang seharusnya dicabut sehingga tidak menghambat proses perawatan. Oleh karena itu, sebelum dilakukan perawatan ulang, drg. Ayu kemudian merujuk (menkonsultasikan) Pretty kepada drg. Anto, seorang spesialis Bedah Mulut (Sp. BM), untuk dilakukan operasi pengambilan dua gigi yang terpendam. Setelah itu drg Ayu mulai melakukan perawatan ulang pada Pretty. Setelah beberapa waktu, Pretty merasa puas melihat perubahan pada giginya. Gambaran cantik yang ia inginkan semakin mendekati kenyataan. Pretty semakin percaya diri untuk tersenyum.

*) Berdasarkan kejadian nyata, dengan pengembangan cerita dan perubahan nama tokoh, tempat dan peristiwa.

(43)

Kasus Pemicu Farmasi

Hari yang Melelahkan di Apotek X

Andi adalah seorang apoteker di Apotek X. Apotek X terkenal, ramai pengunjung, dan termasuk

salah satu apotek terbesar di daerah Y. Apotek buka dari pukul 08.00 hingga 22.00 Beberapa hari

ini, Andi tengah sibuk mempersiapkan dokumen penting Apotek karena mendengar kabar akan ada

inspeksi mendadak dari BPOM dalam beberapa hari ke depan. Di apotek tersebut hanya terdapat

Andi sebagai apoteker. Beberapa pasien yang ingin meminta informasi obat ditolaknya, untuk

sementara seluruh penyerahan obat dilakukan oleh asisten apoteker. Setelah menyelesaikan

dokumen tersebut, apoteker Andi kembali melaksanakan tugasnya dalam penyerahan obat. Pada

hari tersebut, Apotek ramai pengunjung dan banyak tipe pasien yang datang ke Apotek X.

Menjelang siang sekitar pukul 10.00 Tn. Jalak datang dengan ke apotek X untuk menebus resep,

dari komposisi obat tersebut diketahui kemungkinan pasien ini mengidap penyakit kelamin.

Asisten yang mengerjakan resep tersebut membicarakan penyakit yang diderita pasien dengan

pegawai lainnya. Andi menegur asisten tersebut. Pada saat penyerahan obat, Andi mempersilakan

Tn. Jalak untuk masuk ke ruangannya. Andi memberikan informasi obat pada ruangannya untuk

menjaga privasi pasien.

Sekitar pukul 11.00 keadaan apotek sepi. Tn. Anonim datang menanyakan ketersediaan obat

Alprazolam (obat psikotropika). Tn. Anonim ingin membeli obat tersebut tanpa resep dokter. Obat

tersebut sebenarnya tersedia di Apotek namun Andi tau bahwa obat tersebut sering

disalahgunakan. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, Andi mengatakan kepada pasien

obat tersebut tidak tersedia di apotek.

Pukul 12.30, Ny. Mawar datang dengan membawa resep dokter, setelah dilihat ternyata ada 1

tulisan (obat) dalam resep yang tidak terbaca, Andi sudah berusaha untuk menghubungi dokter

tersebut namun tidak ada jawaban, Andi menyampaikan kepada pasien bahwa resep tersebut tidak

terbaca. Ny. Mawar menyatakan Ia telah mencoba menebus resep tersebut ke beberapa apotek.

Namun, jawabannya selalu sama resep tidak terbaca. Ny. Mawar setengah memaksa Andi untuk

memberikan obat yang tulisannya tidak terbaca tersebut. Namun, Andi menolak permintaan Ny.

Mawar secara halus. Akhirnya resep tersebut tidak jadi ditebus. Andi menyarankan Ny. Mawar

untuk kembali ke dokter penulis resep.

(44)

Pukul 13.09, Tn. Anonim datang kembali dengan membawa resep bertuliskan Alprazolam. Setelah

diperiksa kelengkapan resep, resep memang memenuhi kelengkapan yang dipersyaratkan. Namun,

Andi ingin memastikan keabsahan resep, Ia mencoba menghubungi no telp doktek yang tertera

pada resep. Namun, tidak ada jawaban. Ia memutuskan untuk tidak memberikan obat tersebut.

Andi kembali mengatakan kepada Tn. Anonim bahwa obat kosong

Menjelang Sore pengunjung di Apotek X meningkat. Antrian pun mulai memanjang. Seluruh

pegawai Apotek sibuk melayani pengunjung. Ny. Anggrek sudah menunggu 1,5 jam di Apotek X

untuk mengambil obat. Akhirnya, Ny. Anggrek marah karena resep yang Dia tebus tidak kunjung

selesai. (resep tersebut berisi 4 buat obat kulit yang seluruhnya racikan). Padahal sebelumnya Ny.

Anggrek telah diberi informasi bahwa proses penyiapan resep agak lama karena seluruh obat

dalam resep tersebut adalah obat racikan yang penyiapannya memerlukan ketelitian. Walaupun

telah diberi penjelasan oleh Andi, Ny. Anggrek tetap meminta penyiapan obatnya dipercepat

karena harus datang ke acara arisan. Karena mempercepat pekerjaan, asisten akhirnya salah

mencampur obat, baru diketahui setelah obat dibawa oleh Ny. Anggrek, data pasien pun tidak

sempat dicatat sehingga pasien tidak dapat dihubungi.

Pukul 16.00, Tn. R datang menebus resep namun mengaku uangnya tidak cukup Tn. R meminta

keringanan kepada Andi, Solusi yang diberikan Andi adalah memberikan obat dalam jumlah ½

resep terlebih dulu. Tn.R menerimanya karena Ia tidak punya pilihan. Padahal Andi dapat

memberikan solusi lain yaitu mengganti obatnya dengan obat generik yang harganya jauh lebih

murah.

Sekitar pukul 18.00. Antrian di Apotek semakin panjang karena memasuki jam pulang kantor,

Andi melihat temannya Tn. Z. Karena termasuk teman baik, Andi mendahulukan pelayanan Tn. Z.

Selain menebus resep untuk istrinya, Tn. Z juga meminta cetirizine (obat keras), obat alergi yang

biasa digunakannya, Ia terbiasa membeli di Apotek tersebut tanpa resep dokter. Andi mengetahui

hal tersebut dan langsung menyiapkan obatnya. Andi akhirnya selesai dan pulang dari Apotek

pukul 18.00. Untuk pelayanan apotek hingga pukul 22.00, Dia mempercayakan penyerahan obat

pada Asisten Apoteker senior.

(45)

Kasus Kode Etik dan Hukum

Kasus Fakultas Ilmu Keperawatan

Pertolongan persalinan oleh Perawat DS.

Seorang perawat menjadi tersangka oleh pihak berwajib setelah menolong seorang perempuan

berinisial Ny. FD yang akan melahirkan. Kasus ini bermula pada tanggal 12 Januari 2016 di

praktik klinik perawat DS. Saat itu perawat DS diminta bantuan oleh suami Ny. FD untuk

menolong istrinya yang akan melahirkan dan perawat DS menyetujui akan membantu persalinan

tersebut. Kemudian perawat DS melakukan pemeriksaan fisik Leopold, yaitu melakukan perabaan

pada bagian perut Ny. FD untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan kondisi janin yang

dikandungnya . Hasil pemeriksaan Perawat DS menemukan bahwa taksiran berat badan bayi

cukup besar dan diperkirakan lebih dari 4.5 kg sehingga perawat DS menganjurkan untuk merujuk

atau dirujuk ke rumah sakit, namun suami Ny. FD menolak dan tetap minta ditolong oleh perawat

DS.

Menurut Perawat DS, Ny. FD harus segera ditolong karena proses persalinan sudah dimulai, maka

dilakukan pertolongan persalinan, namun pada saat akan mengeluarkan kepala, terjadi macet di

jalan lahir keluar dan terjadi robekan di seputar perineum Ny. FD yang menyebabkan terjadi

perdarahan hebat yang menyebabkan Ny. FD meninggal dunia. Keluarga Ny. FD menuntut

pertanggung jawaban perawat DS dan melaporkan kasus yang dialami keluarga Ny FD kepada

pihak berwajib.

Tugas mahasiswa:

Mohon dipelajari kasus di atas dengan cermat. Selanjutnya, identifikasi masalah etik dan hukum

yang ada pada kasus Ny FD dan perawat DS.

(46)

Kasus Fakultas Kedokteran Gigi

Kegalauan Mbak Mawar

Mbak Mawar (usia 40 tahun) datang ke tempat praktek pribadi drg. Reddy (residen orto) dalam

keadaan telah dipasang alat ortodonti cekat oleh seorang dokter gigi di JKT. Klinik pribadi drg

Reddy terletak di sembakah mal di Jakarta, dan tampak menonjol di lantai 3 karena penuh warna

warni lampu menyala di etalase nya. Pada drg Reddy mbak Mawar menjelaskan bahwa

sebelumnya gigi telah dicambakt dan ia membawa foto rontgen. Pada rontgen nampak kelainan

tulang yang menyeluruh sehingga menurut dokter gigi ia perlu dirujuk ke klinik Periodontik untuk

perawatan multidisiplin. Namun drg Reddy berpesan agar Mbak Mawar tetap melanjutkan

perawatan orto di klinik miliknya. Di klinik periodonsia pasien kemudian ditangani oleh drg Lily

(seorang residen bagian periodonti). Selama menjalani perawatan, Mbak Mawar sering

menanyakan pada drg Reddy kapan bisa ia dirawat orto kembali. Drg Reddy menyarankan agar

perawatan ortodonti bisa dimulai sekitar 8 mbak lan pasca perawatan periodontal selesai agar

kondisi tulang sudah pulih dan mendapat persetujuan dari instuktur perio. Setelah kontrol terakhir

di klinik Periodonti, delapan mbaklan kemudian mbak Mawar menghumbakngi drg Reddy sambil

menangis, bahwa dia telah dipasangkan alat ortodontik cekat sejak 7 mbaklan yang lalu oleh drg

Lily di klinik pribadinya, dengan kontrol per 2-3 minggu sekali. Menurut mbakMawar , sejak

pertama kali datang ke klinik tersembakt ia kerap di mbakjuk untuk pemasangan dan setiap kali

kontrol ny Mawar mengeluh kesakitan, sehingga tidak mau melanjutkan perawatan dan ingin

kembali melanjutkan perawatan di klinik drg Reddy. Ketika kembali ke klinik drg Reddy lalu

dilakukan pemeriksaan lengkap . Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan ternyata kondisi tidak

membaik bahkan ada gigi yang goyang, karang gigi dan kondisi lain termasuk kehilangan tulang

menyeluruh. Hal ini memmbakat drg Reddy sulit, karena alih-alih bisa segera melanjutkan

perawatan orto yang telah dilakukan drg Lily, ia bahkan harus mengulang kembali perawatannya.

Sementara itu imbakMawar juga merasa diombang ambingkan dengan kondisi ini.

(modifikasi dari Salinan kejadian sebenarnya dari drg Krisnawati SpOrt)

Lakukan Analisa:

- Apa yang telah terjadi pada kasus diatas?

- Apakah ada pelanggaran Kode Etik Kedokteran Gigi maupun KDB yang telah dilakukan oleh

tenaga kesehatan yang terlibat dalam kasus ini?, Jelaskan!

(47)

Kasus Fakultas Farmasi

Galau Tak Ada Apoteker

Apotek Kondang Waras terletak di Kota Sukasama dimiliki oleh Bapak Slamet yang juga

merupakan seorang Apoteker. Pada prakteknya sehari-hari biasanya Pak Slamet dibantu oleh

kedua apotekernya yang bernama Nina dan Nino. Pada hari itu, Nina dan Nino tidak bisa masuk,

karena akan mengikuti seminar keprofesiannya. Pak Slamet bingung siapa yang akan melayani

konsumen apoteknya, meskipun beliau adalah seorang apoteker namun sertifikat kompetensinya

telah habis. Karena takut kehilangan pelanggan Pak Slamet, tetap memaksakan untuk membuka

apoteknya.

Pada suatu ketika, seorang pasien bernama Ando, 18 Tahun datang ke apotek membawa

resep dari dokter Rara. Karena apoteker penanggung jawab apotek dan apoteker pendamping Nina

dan Nino di apotek tersebut sedang pergi maka Pak Slamet meminta Endang asisten apotekernya

untuk dapat melayani Ando. Setelah melihat resep tersebut Endang tidak yakin terhadap isi resep

tersebut karena tulisan dokter yang tidak terbaca. Setelah memperhatikan resep tersebut dengan

seksama, dia juga tak menemukan nomor telp dokter yang dapat dihubungi untuk dilakukan

klarifikasi. Endang berkeinginan mengembalikan resep tersebut kepada Ando, namun dihalangi

Pak Slamet. Pak Slamet berusaha membaca resep tersebut meskipun juga tetap tidak terbaca, Pak

Slamet mencoba-coba memikirkan nama-nama obat yang mirip dengan tulisan dokter tersebut.

Pak Slamet meminta Endang untuk memberikan obat Antidiabetes Glucovance dan menjelaskan

pemakaiannya kepada pasiennya langsung. Tanpa menanyakan keluhan penyakit Ando, Endang

lansung saja memberikan obat tersebut. Padahal Andi hanya mengalami keluhan sakit kepala saja.

Karena kesalahan pemberian obat tersebut, akibatnya, pasien Ando mengalami hipoglikemia parah

dan terjadi kerusakan otak sehingga otak Ando kembali seperti anak umur 3 tahun. Bapak Halo

sebagai ayah dari pasien Ando, menuntut dokter Rara dan apotek Kondang Waras atas kejadian ini.

Identifikasi dan Analisis Kasus Diatas sesuai dengan Kode Etik dan Hukum. (Kode Etik Apoteker

dan Hukum Kesehatan)

Gambar

Tabel pengenalan peran N

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis disimpulkan bahwa rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas berpengaruh bagi auditor dalam memberikan opini audit going concern , sedangkan reputasi

Penelitian ini dimulai dengan mengembangkan hipotesis layanan bimbingan karir untuk peningkatan kematangan karir siswa divalidasi dengan desain pre-posttest quasi

Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajar an Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen kehidupan

sehingga informasi secara tahunan perusahaan dapat diketahui, tidak mengalami delisting selama periode penelitian, menyajikan lapor- an keuangannya dalam satuan mata uang

Formasi Oyo, dan Formasi Wonosari batulempung, napal tufan, batugamping terumbu, dan kalkarenit pegunungan struktural terbiku kuat S 4 andesit tua Formasi Bemmelen,

Obat Vimax Capsule Original Asli Canada | Pembesar Penis No.1 di Dunia adalah Obat yg sangat ampuh untuk Memperbesar & Memperpanjang Ukuran Alat

Saat ini kerap terjadi pelanggaran privasi di media sosial berbasis ojek online, timbulnya pelanggaran privasi pada ojek online ini karena aplikasi

Itulah sebabnya Islam disebut agama yang rahmat dan al'amin karena Islam hadir ke dunia membawa karunia yang amat berarti bagi manusia bukan saja umat bagiuma Muslim tapi