• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN OTENTIK BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SUBTEMA LINGKUNGAN TEMPAT TINGGALKU KELAS IV SEKOLAH DASAR 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN OTENTIK BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SUBTEMA LINGKUNGAN TEMPAT TINGGALKU KELAS IV SEKOLAH DASAR 1"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

383

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN OTENTIK BERBASIS

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SUBTEMA

LINGKUNGAN TEMPAT TINGGALKU KELAS IV SEKOLAH

DASAR

1

Sari Yustiana2

Universitas Islam Sultan Agung Semarang

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan: (1) mengembangkan komponen dan instrumen penilaian otentik berbasis contextual teaching and learning pada Subtema Lingkungan Tempat Tinggalku kelas IV Sekolah Dasar, dan (2) mengetahui kualitas dari instrumen penilaian otentik yang sedang dikembangkan. Penelitian pengembangan ini mengacu langkah yang dikembangkan oleh Borg & Gall. Validitas instrumen menggunakan validitas isi dengan Aiken’ V, reliabilitas instrumen menggunakan Cronbach Alpha. Tingkat kesukaran butir soal menggunakan proportion correct, dan daya pembeda soal menggunakan korelasi point biserial. Instrumen penilaian terdiri dari 6 komponen, yaitu: topik pembelajaran, tugas peserta didik, penilaian sikap, penilaian pengetahuan, penilaian ketrampilan, dan rubrik penilaian. Penilaian ahli menunjukkan produk pada kategori “Baik”. Validitas isi instrumen penilaian otentik berkategori “Valid”. Reliabilitas instrumen penilaian otentik berkategori “Reliabel” dengan Cronbach Alpha > 0,7. Tingkat kesukaran soal dikategorikan “Baik” dengan indeks 0,25-0,75; dan daya pembeda soal dapat “diterima” dengan indeks ≥0,20.

Kata kunci: instrumen penilaian otentik, contextual teaching and learning

1 Makalah disampaikan pada acara Seminar Nasional Menjadi Guru Inspirator “Kenali dan

Kembangkan Kemampuan Intelegensi Emas untuk Indonesia Emas” di Prodi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tanggal 30 April 2016.

(2)

384

PENDAHULUAN

Kurikulum yang di canangkan akan diterapkan diseluruh sekolah di Indonesia adalah Kurikulum 2013, yang menggantikan Kurikulum 2006. Meskipun saat ini masih digunakan hanya pada sekolah percontohan. Perubahan kurikulum berdampak pada perubahan penilaian yang digunakan. Penilaian yang digunakan pada Kurikulum 2013 adalah penilaian otentik (authentic assessment). Penilaian otentik merupakan penilaian yang menilai peserta didik dari berbagai aspek. Penilaian otentik mendorong peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru (Kemendikbud, 2013, p. 218).

Aspek-aspek yang dinilai pada penilaian otentik adalah: sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Semua aspek yang dinilai harus berdasarkan keadaan yang sebenarnya dalam dunia nyata, dan peserta didik harus menerapkan konsep dalam pembelajaran di dunia nyata pula. Salah satu cara mencapai penerapan konsep dalam dunia nyata dan pembelajaran yang bermakna adalah dengan melakukan pembelajaran secara kontekstual. Olfos & Zulantary (2007: 156) mengemukakan bahwa “A new approch to evaluation is authentic assesment. This modality connects teaching to realistic and complex situation and context”.

Penggunaan Contextual Teaching and Learning sebagai pedoman penyusunan intrumen penilaian otentik, karena keduanya saling terkait. Keduanya sama-sama menghendaki sebuah pembelajaran yang bermakna dan dapat diterapkan dalam dunia nyata. Sehingga tugas yang diberikan menekankan pada pentingnya pengaitan antara materi belajar dengan keadaan nyata dilingkungan peserta didik.

Penyusunan penilaian otentik memerlukan sebuah instrumen yang valid dan reliabel. Artinya instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur kompetensi peserta didik dan stabil penggunaannya dalam kondisi apapun. Intrumen yang valid dan reliabel diperlukan agar dapat mengukur kemampuan peserta didik, pada apa yang seharusnya diukur.

Dalam menilai kompetensi siswa, guru merujuk pada draf penilaian yang ada pada buku pegangan. Namun, jika dikaji berdasarkan konsep penilain otentik, draf penilaian yang ada pada buku guru belum lengkap, karena hanya mencakup aspek sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan saja. Untuk aspek sikap spiritual belum terdapat draf penilaiannya. Selain itu panduan pensekoran pada masing-masing penilaian juga belum tersedia.

Kendala lain yang dihadapi dalam penilaian otentik adalah dari segi kepraktisan. Instrumen yang digunakan oleh guru dirasa kurang praktis, sehingga guru kesulitan untuk menggunakannya. Kesulitan terutama dalam penilaian setiap individu peserta didik. Akibatnya guru hanya menggunakan penilaian berdasarkan hasil kerja peserta didik yang berbasis paper and pencil test yang dapat dilaksanakan secara klasikal.

(3)

385

Penilaian yang menyeluruh dengan konsep penilaian otentik sangat diperlukan agar seluruh kompetensi peserta didik dapat terukur. Sayangnya pengembangan penilaian otentik masih dirasa sulit untuk guru. Sebagai gambaran dalam penelitian Burhan Nurgiantoro dan Puji Suyata (2009) mengenai Pengembangan Model Asessmen Otentik dalam Pembelajaran Bahasa, data penelitian menyatakan bahwa kurangnya pemahaman guru terhadap penilaian otentik yang mengakibatkan guru belum menggunakannya untuk menilai hasil belajar peserta didik.

Instrumen penilaian yang baik adalah yang dapat mengukur seluruh aspek kompetensi peserta didik. Dimyati dan Mudjiono (2009, pp. 198-199) mengemukakan kriteria instrumen penilaian yang baik yaitu valid, reliabel, dan praktis. Valid berarti dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Reliabel berhubungan dengan derajat konsistensi sedangkan praktis berarti instrumen mudah digunakan.

Instrumen penilaian yang dikembangkan adalah untuk kelas IV Subtema Lingkungan Tempat Tinggalku. Pemilihan subtema didasarkan pada hasil analisis buku pegangan guru dan hasil wawancara. Bedasarkan hasil analisis buku pegangan guru, pada tema ini materi yang disajikan kurang kontekstual untuk peserta didik. Bacaan dan gambar yang disajikan tidak berada pada lingkungan peserta didik. Sehingga tidak nyata bagi peserta didik. Padahal pada lingkungan peserta didik terdapat banyak tempat yang dapat dijadikan sebagai materi. Hal ini juga seperti yang dikemukakan oleh guru pada wawancara, bahwa materi yang disajikan tidak kontekstual dan kurang nyata bagi peserta didik.

Dengan demikian, maka perlu dikembangkan instrumen penilaian otentik berbasis contextual teaching and learning pada subtema Lingkungan Tempat Tinggalku Kelas IV Sekolah Dasar.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian dan pengembangan ini memiliki tujuan yaitu: (1) mengembangkan instrumen penilaian otentik berbasis Contextual Teaching and Learning pada tema Indahnya Negeriku subtema Lingkungan Tempat Tinggalku Kelas IV Sekolah Dasar, (2) mengetahui validitas dan reliabilitas instrument penilaian otentik berbasis Contextual Teaching and Learning pada subtema Lingkungan Tempat Tinggalku Kelas IV Sekolah Dasar.

Hasil pengembangan ini dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis. Manfaat teoritis penelitian dan pengembangan ini yaitu mempunyai kontribusi ilmiah terkait dengan pengembangan instrumen penilaian otentik berbasis Contextual Teaching and Learning pada Subtema Lingkungan Tempat Tinggalku Kelas IV Sekolah dasar. Manfaat praktis hasil penelitian dan pengembangan ini bagi sekolah yaitu acuan bagi guru untuk menerapkan penilaian otentik dalam Kurikulum 2013 dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning pada Subtema Lingkungan Tempat Tinggalku kelas IV Sekolah Dasar. Bagi guru, sebagai masukan dalam mengembangakan instrumen penilaian otentik berbasis Contextual Teaching and Learning pada Subtema Lingkungan

(4)

386

Tempat Tinggalku kelas IV Sekolah Dasar. Selain itu dapat digunakan sebagai masukan bagi guru kelas IV Sekolah Dasar dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan. Bagi peserta didik, memberikan masukan untuk menyadari kekuatan dan kelemahannya dalam penguasaan kompetensi yang telah diajarkan serta dapat memberikan motivasi pada peserta didik. Bagi peneliti lain, memberi wawasan mengembangkan instrumen penilaian yang baik dan memenuhi syarat.

Berdasarkan uraian di atas, maka definisi operasional dari penelitian dan pengembangan ini yaitu: (1) contextual teaching and learning adalah pembelajaran untuk mengevaluasi dan menilai dengan dasar menghubungkan keadaan nyata dan situasi yang kompleks dengan konteks. (2) Instrumen penilaian otentik merupakan penilaian yang menilai peserta didik dari berbagai aspek, aspek-aspek yang dinilai adalah: sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. (3) analisis instrumen penilaian otentik berbasis contextual teaching and learning dilakukan dengan uji validitas, reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran, serta ditinjau dari kepraktisan instrumen.

Keterbatasan penelitian pengembangan instrumen penilaian otentik yaitu, (1) subjek dan objek uji coba pengembangan instrumen dibatasi pada peserta didik kelas IV; (2) aspek penilaian otentik yang dikembangkan dalam instrumen ini terbatas pada pembelajaran tematik integratif berbasis Contextual Teaching and Learning; (3) Instrumen penilaian otentik berbasis Contextual Teaching and Learning terbatas pada subtema Lingkungan Tempat Tinggalku.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian dan pengembangan (Reasearch & Development). Penelitian dan pengembangan (Reasearch & Development) merupakan suatu proses untuk mengembangkan suatu produk baru atau memperbaiki produk yang sudah ada baik produk yang berupa perangkat keras (hardware) ataupun perangkat lunak (software) dan dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2013, p.164).

Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada April 2015 di Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada penelitian dan pengembangan ini adalah peserta didik kelas IV di Kecamatan Bukateja. Uji coba utama dilaksanakan dengan validasai dari 5 ahli, yaitu 3 ahli evaluasi dan 2 ahli materi. Uji coba lapangan dilaksanakan dengan 70 peserta didik di kelas IV SD N 1 Bukateja dan SD N 2 Cipawon. Uji Coba operasional dilaksanakan dengan 100 peserta didik dari SD N 2 Majasari, SD N 2 Kedungjati, dan SD N 1 Kembangan.

(5)

387

Prosedur penelitian dan pengembangan ini mengacu pada tahap penelitian yang dikembangkan oleh Borg & Gall (1983, p.775). Langkah-langkah penelitian dan pengembangannya yaitu (1) studi pendahuluan; (2) perencanaan; (3) pengembangan produk awal; (4) uji coba awal; (5) revisi produk awal; (6) uji coba utama; (7) revisi uji coba utama; (8) uji coba operasional; (9) revisi produk final; (10) deseminasi.

Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh pada analisis kebutuhan dan kuantitatif diperoleh pada saat validasi produk dan uji coba produk dilapangan. Pada penelitian ini instrumen pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara, lembar analisis dokumen, lembar penilaian produk, angket respon guru, angket respon peserta didik, lembar pengamatan aktivitas peserta didik, serta tes. Teknik pengumpulan data pada penelitian dan pengembangan ini adalah wawancara, angket, pengamatan, dan tes.

Teknik Analisis Data

Data awal peleksanaan penelitian dalam bentuk hasil wawancara dan analisis dokumun. Hasil tersebut dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Setelah dilakukan analisis kebutuhan, kemudian dilakukan pengembangan produk guna memenuhi kebutuhan yaitu instrumen penilaian otentik berbasis contextual teaching and learning. Data expert judgment digunakan untuk mengetahui kelayakan produk, selain itu juga sebagai data validitas isi. Data hasil uji coba digunakan untuk mengetahui reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran.

Langkah-langkah dalam menganalisis expert judgment dan respon guru menggunakan konversi sebagai berikut.

Tabel 1. Konversi Skor (Sukardjo, 2006, p.53)

Nila i

Interval skor Kategori

A X > Xi + 1,8 SBi Sangat Baik

B Xi + 0,6 SBi< X ≤ Xi + 1,8 SBi Baik

C Xi – 0,6 SBi< X ≤ Xi + 0,6 SBi Cukup Baik

D Xi – 1,8 SBi< X ≤ Xi – 0,6 SBi Kurang Baik

(6)

388

Angket respon peserta didik menggunakan konversi sebagai berikut. Tabel 2. Konversi Skor

Nilai Interval Skor Ketegori A 81-100 Sangat Baik B 61-80 Baik C 41-60 Cukup Baik D 21-40 Kurang Baik E < 20 Tidak Baik

Validitas instrumen menggunakan rumus Aikens’ V (Saifudin Azwar, 2014, p.113).

V=Σs/[n(c-1)] s = r-lo

lo = angka penilaian validitas yang terendah (dalam hal ini = 1) c = angka penilaian validitas yang tertinggi (dalam hal ini = 5) r = angka yang diberikan oleh seorang penilain

Reliabilitas instrumen menggunakan model internal consistency dengan rumus α Cronbac, dengan koefisien reliabilitas ≥0,7.

Tingkat kesukaran mengunakan proporsi menjawab benar (proportion correct) menurut Badrun Kartowagiran (2012: 15) adalah sebagai berikut.

Pi = 𝑛

𝑁

Pi = tingkat kesukaran butir soal ke i i = nomor butir soal

n = banyaknya peserta didik yang menjawab soal dengan benar N = banyaknya peserta didik yang menjawab butir soal

Indeks tingkat kesukaran (ITK) soal yang dinyatakan baik (layak) menurut Thomas dan Dawson (Badrun Kartowagiran: 2012: 15) pada angka 0,25-0,75.

Daya pembeda soal menggunakan koefisien point biserial (Crocker & Algina, 1986, p.317).

ρpbis = 𝜇+ −𝜇𝑥

𝜎𝑥 √

𝑝 𝑞 ρpbis= korelasi point biserial

µ+ = rata-rata skor peserta tes yang menjawab benar butir soal

µx =rata-rata skor total

σx = simpangan baku skor total

p = proporsi peserta yang menjawab benar q = 1-p

Indeks daya pembeda (IDP) soal yang dapat diterima menurut Fernandes (Badrun Kartowagiran, 2012, p. 24) adalah ≥ 0,20.

(7)

389

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Produk awal instrumen penelitian otentik berbasis contextual teaching and learning pada subtema Lingkungan Tempat Tinggalku pengembangan berdasarkan studi pendahuluan, yaitu: a) studi pustaka; b) wawancara; c) analisis dokumen.

Berdasarkan analisis kebutuhan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa guru membutuhkan instrumen penelitian otentik berbasis contextual teaching and learning pada subtema Lingkungan Tempat Tinggalku.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, 6 topik pembelajaran yaitu: yaitu (1) Pembelajaran 1 dengan topik Peta Provinsi Jawa Tengah, (2) Pembelajaran 2 dengan topik Kabupaten Purbalingga, (3) Pembelajaran 3 dengan topik Sungai Klawing dan Sungai Serayu, (4) Pembelajaran 4 dengan topik Makanan Khas Purbalingga, (5) Pembelajaran 5 dengan topik Sarana Umum Disekitarku, serta (6) Pembelajaran 6 dengan topik Kebersihan Lingkungan Tempat Tinggalku.Hasil penelitian produk oleh ahli adalah sebagai berikut. Tabel 3. Hasil Penilaian Ahli

No Pembelajaran Ketegori 1 1 Baik 2 2 Baik 3 3 Baik 4 4 Baik 5 5 Sangat Baik 6 6 Baik

Instrumen juga dianalisis validitas dan reliabilitas instrumen. Hasil dari analisis adalah sebagai berikut.

Tabel 4. Validitas dan Reliabilitas

N o Pem b. koef. Validit as Ket. koef reliabi litas Ket. 1 1 0,74 valid 0,838 reliabel 2 2 0,80 valid 0,855 reliabel 3 3 0,81 valid 0,874 reliabel 4 4 0,81 valid 0,875 reliabel 5 5 0,82 valid 0,855 reliabel 6 6 0,80 valid 0,862 reliabel

(8)

390

Selain itu, juga dilakukan analisis item berupa daya pembeda dan tingkat kesukaran.

Tabel 5. Analisis Item

N o

Pem b.

IDP Ket. ITK Ket.

1 1 0,88 diterima 0,73 baik 2 2 0,72 diterima 0,72 baik 3 3 0,87 diterima 0,69 baik 4 4 0,57 diterima 0,71 baik 5 5 0,79 diterima 0,71 baik 6 6 0,85 diterima 0,73 baik

Setelah produk instrumen penilaian otentik selesai pada tahap penyempurnaan, kemudian dilakukan deseminasi atau penyebarluasan produk pada guru-guru di Kecamatan Bukateja.

Pembahasan

Penilaian otentik berbasis contextual teaching and learning merupakan suatu hal baru bagi guru dan peserta didik. penilaian otentik yang menyeluruh menjadi kendala bagi guru dalam pelaksanaannya. Padahal penilaian ini sangat penting agar seluruh aspek kemampuan peserta didik dapat terukur. Untuk membantu guru dalam menerapkan penilaian otentik terutama berbasis contextual teaching and learning, maka perlu adanya instrumen yang valid, reliabel, serta praktis untuk digunakan. Selain itu tugas yang terkandung juga nyata dan bermakna bagi peserta didik.

Pada proses pengujian produk dilakukan tiga uji coba produk, yaitu uji coba awal, uji coba utama, dan uji coba operasional. Uji coba awal merupakan validasi oleh ahli, yaitu ahli evaluasi dan ahli materi. Setelah dinyatakan layak produk dapat digunakan pada tahap berikutnya. Hasil penilaian dari ahli juga digunakan untuk menguji validitas isi produk instrumen penilaian otentik.

Pada uji coba utama, dan uji coba operasional, skor respon guru, respon peserta didik, observasi kegiatan peserta didik dan tes dianalisis. Respon guru dan peserta didik berada pada kategori “Baik” dan “Sangat Baik”. Observasi kegiatan peserta didik didapat bahwa contextual teaching and learningterlaksana pada kegiatan pembelajaran. hasil tes peserta didik dianalisis untuk mendapatkan koefisien reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.

Setelah produk instrumenpenilaian otentik selesai pada tahap penyempurnaan, kemudian dilakukan deseminasi atau penyebarluasan produk pada guru-guru di SD 1 Kadipiro. Para guru diberikan penjelasan mengenai produk instrumen penilaian otentik yang dikembangkan. Deseminasi ini dilakukan untuk dijadikan supaya produk instrumen penilaian otentik yang dekembangkan dapat dijadikan sebagai alteratif dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

(9)

391

Berdasarkan expert judgement dan hasil uji coba, dapat disimpulkan bahwa instrumen penilaian otentik berbasis contextual teaching and learning memberikan alternatif dalam penyusunan instrument penilaian untuk mengukur kemampuan peserta didik. Selain itu juga dapat menambah kelengkapan dokumen penilaian di sekolah. Produk instrumen penilaian otentik yang dikembangkan melalui penilaian ahli evaluasi dan materi, serta hasil uji coba telah berhasil menjadi: (1) penilaian standar yang dapat dilakukan disekolah; (2) kegiatan yang dikembangkan nyata dan bermakna bagi peserta didik; (3) materi pembelajajaran berada di lingkungan tempat tinggal peserta didik.

Keberhasilan tersebut ditunjukkan melalui hal-hal yang ditemukan pada proses pelaksanaan uji coba produk instrumen penilaian otentik. Berikut ini adalah temuan uji coba produk: (1) respon guru terhadap produk baik karena sesuai dengan kebutuhan; (2) respon peserta didik terhadap produk baik karena tugas menarik, dan dekat dengan peserta didik; (3) materi lebih mudah dipahami karena peserta didik terlibat dalam pembelajaran.

Penelitian dan pengembangan ini masih jauh dari sempurna, karena setiap produk yang dikembangkan memiliki kekurangan dan kelebihan sendiri. Berikut adalah keterbatasan dari produk instrumen penilaian otentik berbasis contextual teaching and learning, yaitu: (1) Pengembangan instrumen penilaian otentik berbasis contextual teaching and learning berhasil dilaksanakan pada subtema Lingkungan Tempat Tinggalku. Namun pengembangan instrumen penilaian otentik berbasis contextual teaching and learning ini belum tentu dapat dilaksanakan apabila digunakan pada subtema lain; (2) Penilaian aspek sikap hanya dilakukan dengan satu teknik yaitu observasi, yang dilakukan oleh guru.

PENUTUP Simpulan

Instrumen penilaian otentik berbasis contextual teaching and learning pada subtema Lingkungan Tempat Tinggalku terdiri dari 6 yaitu: topik pembelajaran, tugas peserta didik, penilaian sikap, penilaian pengetahuan, penilaian ketrampilan, dan rubrik penilaian

Topik pembelajaran yang dikembangkan meliputi: (1) Pembelajaran 1 dengan topik Peta Provinsi Jawa Tengah, (2) Pembelajaran 2 dengan topik Kabupaten Purbalingga, (3) Pembelajaran 3 dengan topik Sungai Klawing dan Sungai Serayu, (4) Pembelajaran 4 dengan topik Makanan Khas Purbalingga, (5) Pembelajaran 5 dengan topik Sarana Umum Disekitarku, serta (6) Pembelajaran 6 dengan topik Kebersihan Lingkungan Tempat Tinggalku. Masing-masing topik terdiri dari beberapa kegiatan pembelajaran yang didalamnya terdapat materi, draf penilaian (sikap, pengetahuan, ketrampilan), dan rubrik penilaian. Validitas pada masing-masing pembelajaran, yaitu: (1) pembelajaran 1: 0,74; (2) pembelajaran 2: 0,80; (3) pembelajaran 3: 0,81; (4) pembelajaran 4: 0,81; (5) pembelajaran 5: 0,82, serta (6) pembelajaran 6: 0,80. Reliabel berdasarkan koefisien reliabilitas ≥ 0,7 pada masing-masing pembelajaran: (1) pembelajaran 1

(10)

392

dengan koefisien 0,838; (2) pembelajaran 2 dengan koefisien 0,855; (3) pembelajaran 3 dengan koefisien 0,874; (4) pembelajaran 4 dengan koefisien 0,875; (5) pembelajaran 5 dengan koefisien 0,855; serta (6) pembelajaran 6 dengan koefisien 0,862. Instrumen juga dikatakan baik berdasarkan analisis item berupa indeks daya pembeda (IDP) soal ≥ 0,2 dan indeks tingkat kesukaran (ITK) 0,25-0,75. Analisis item pada tiap pembelajaran sebagai berikut: pembelajaran 1 dengan IDP 0,88 dan ITK 0,73; pembelajaran 2 dengan IDP 0,72 dan ITK 0,72; pembelajaran 3 dengan IDP 0,87 dan ITK 0,69; pembelajaran 4 dengan IDP 0,57 dan ITK 0,71; pembelajaran 5 dengan IDP 0,79 dan ITK 0,71; serta pembelajaran 6 dengan IDP 0,85 dan ITK 0,73.

Saran

Instrumen penilaian otentik yang telah dikembangkan diharapkan dapat digunakan guru untuk mengukur kompetensi peserta didik khususnya pada subtema Lingkungan Tempat Tinggalku. Instrumen penilaian otentik yang dikembangkan dapat dijadikan contoh bagi guru untuk menyusun instrumen penilaian yang serupa. Intrumen penilaian otentik yang dikembangkan dapat dijadikan sebagai dokumen bagi sekolah. Instrumen penilaian otentik dapat dijadikan sumber acuan bagi guru lain di sekolah dalam mengembangkan intrumen penilaian yang serupa.

DAFTAR PUSTAKA

Badrun Kartowagiran. (Oktober 2012). Penulisan Butir Soal. Makalah diasampaikan pada Pelatihan Penulisan dan Analisis Butir Soal Bagi Sumber Daya PNS Dik-Rekinpeg, di Hotel Kawanua Aerotel Jakarta. Borg, W.R., & Gall, M.D. (1983). Educational reseach an introduction. New York,

NY: Longman.

Crocker, L & Algina, J. (1986).Introduction to Classsical and Modem Test Theory. USA: Harcourt Brace Jovanovich in Disc Profile.

Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Kemendikbud. (2013). Kurikulum 2013-Kompetensi dasar untuk sekolah dasar

(SD)/madrasah ibtidaiyah (MI). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Nana Syaodih Sukmadinata. (2013). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Olfos, R & Zulanty, H. (2007). Reliability and Validity of Authentic Asesement in A web Based Course. Educational Technology and Society, (10), 156-173. Saifudin Azwar. (2014). Reliabilitas dan Validitas: Edisi4. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Sukardjo. (2006). Kumpulan materi evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: Program Pascasarjana UNY.

Gambar

Tabel 1. Konversi Skor (Sukardjo, 2006, p.53)  Nila
Tabel 2. Konversi Skor
Tabel 3. Hasil Penilaian Ahli

Referensi

Dokumen terkait

Agar kegiatan ini dapat berkelanjutan program ini akan bekerjasama dengan PKK dan kelompok tani di Dusun Bantut, Dusun Kemirisewu dan Dusun Dongkelan, pemerintah Desa Sidorejo,

Penelitian terakhir tentang obesitas pada manusia menunjukkan bahwa secara umum konsentrasi mesangerRNA (mRNA) leptin pada jaringan adiposa dan konsentrasi leptin

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai Upaya Pemberdayaan Masyarakat Tunagrahita Untuk Mengentaskan Kemiskinan Di Desa

Struktur yang bekerja berdasarkan prinsip gaya tarik, terdiri dari kabel baja, sendi, batang, yang menyangga sebuah penutup bangunan, struktur ini mudah berubah bentuk apabila

yang menrasakan dampak dari polusi udara tidak hanya manusia dan binatang saja,. bahkan tumbuhan pun

Di Indonesia, pada umumnya pria memegang peranan penting dalam rumah tang. Begitu terjadi perkawinan, maka suami harus mengambil tanggung jawab sebagai kepala rumah

Di samping serat kapas, ada juga serat tanaman lain yang sering digunakan sebagai bahan dasar pembuat benang tenun, yaitu, antara lain, serat yute (goni) dari tanaman

Uji F-statistik digunakan untuk menguji, Analisis regresi untuk mengetahui pengaruh factor Marketing Mix (Product, Place, Promotion, Price) terhadap keputusan masuk STIE