• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. METODE PENELITIAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. BPRS Al Salam Amal Salman atau lebih dikenal dengan nama BPRS Al Salaam (BAS). BAS berkantor pusat di Jalan Cinere Raya Blok A No. 42, Limo, Depok. BAS mempunyai beberapa kantor cabang, yaitu cabang Bumi Serpong Damai (BSD), Jakarta Mayestik, Jakarta Pasar Baru, Depok, Bogor Warung Jambu, Bogor Leuwiliang dan Cinere. Adapun wilayah kerja BAS meliputi wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Kota Depok, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Pemilihan tempat ini didasarkan pada pertimbangan bahwa BAS merupakan salah satu lembaga perbankan yang fokus usahanya adalah UMKM termasuk di dalamnya sektor agribisnis. Namun BAS juga memiliki masalah yang harus dihadapi, yaitu pertumbuhan tunggakan pembiayaan lebih besar jika dibandingkan dengan pertumbuhan pembiayaan yang disalurkan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2008 sampai dengan Januari 2009.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari berkas pembiayaan nasabah bermasalah dengan diperkuat wawancara langsung dengan nasabah Pembiayaan Syariah Mitra Al Salaam (PSMA) agribisnis yang mengalami penunggakan pembayaran. Dalam melakukan wawancara, alat bantu yang digunakan adalah kuisioner yang telah disiapkan pada saat melakukan survei ke tempat tinggal dan usaha nasabah. Data yang dikumpulkan berupa data tentang karakteristik nasabah, karakteristik usaha dan karakteristik pembiayaan yang telah diterima. Dengan mengetahui informasi-informasi tersebut, maka diharapkan akan memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan nasabah pembiayaan PSMA sektor agribisnis mengalami penunggakan pembayaran.

Data sekunder diperoleh dari studi literatur dan informasi yang terkait dengan penelitian, yaitu data yang diperoleh dari internal perusahaan BAS, berupa laporan tahunan dan data performance nasabah pembiayaan bermasalah. Selain itu

(2)

data juga diperoleh dari BPS, Laporan BI dan dari Departemen Koperasi dan UMKM.

4.3. Metode Pengambilan Contoh

Metode pengambilan contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode stratified random sampling, yaitu pengambilan sampel dengan cara membagi dalam dua atau lebih strata berdasarkan kategori-kategori dari satu atau lebih variabel yang relevan, baru kemudian dilakukan sample random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak (Nazir,2003). Populasinya adalah nasabah pembiayaan PSMA yang mengalami penunggakan hingga Desember 2008. Total nasabah sektor agribisnis adalah 1472 nasabah. Nasabah yang mengalami penunggakan yaitu nasabah yang telah masuk dalam kolektibilitas 2 sampai kolektibilitas 4 sebanyak 515 nasabah (34 persen), sedangkan sisanya sebanyak 957 nasabah atau 66 persennya termasuk pada kategori lancar (kolektibilitas 1). Jumlah responden yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 100 nasabah yang terdiri dari 66 nasabah lancar (kolektibilitas 1) dan 34 nasabah bermasalah (kolektibilitas 2 sampai kolektibilitas 4) yang diambil secara proprsional antara nasabah lancar dan tidak lancar. Besarnya jumlah responden yang diambil mengacu pada pendapat Supranto (2001), yang menyatakan bahwa apabila jumlah variabel yang diambil adalah k, maka jumlah sampel yang diambil harus sama dengan empat atau lima kali dari jumlah k. Sampel yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah nasabah yang mengalami penunggakan pembiayaan PSMA di sektor agribisnis. Responden tersebut terdiri dari responden yang masih mengangsur pembiayaan tepat waktu (kolektibilitas 1) dan responden yang tidak mampu mengangsur pembiayaan (kolektibilitas 2 sampai kolektibilitas 4).

4.4. Metode Analisis dan Pengolahan Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif disajikan dalam bentuk analisis deskriptif. Sedangkan analisis kuantitatif menggunakan alat analisis regresi logistik dan omnibus test. Dalam melakukan pengolahan data dengan ketiga alat analisis tersebut digunakan bantuan program komputer SPSS 16.0 for Windows.

(3)

4.4.1. Analisis Deskriptif

Menurut Nazir (2003), analisis deskriptif adalah suatu metode untuk meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Analisis deskriptif mempunyai tujuan untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Data yang diperoleh, yaitu data mengenai karakteristik nasabah pembiayaan yang bermasalah baik yang masih dapat mengangsur maupun yang tidak dapat mengangsur disajikan dalam bentuk tabel, kemudian dianalisis secara deskriptif yang mencakup karakteristik individu, karakteristik usaha dan karakteristik pembiayaan PSMA. Karakteristik individu terdiri dari usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pemahaman akad pembiayaan. Faktor karakteristik usaha terdiri dari omzet usaha, jenis usaha dan lama usaha sedangkan faktor karakteristik pembiayaan terdiri dari besarnya nilai agunan, beban bagi hasil dan frekuensi pengambilan fasilitas pembiyaan dari BAS.

4.4.2. Regresi Logistik

Metode yang digunakan dalam pemodelan hubungan peubah penjelas (X) terhadap peubah respon (Y) dalam penelitian adalah regresi linier, baik yang sederhana maupun berganda. Namun, regresi linier yang digunakan sering kali tidak sesuai untuk digunakan. Menurut Kutner, dkk (2004), hal ini disebabkan karena terjadinya pelanggaran asumsi Gauss-Markov dan pelanggaran terhadap batasan dari nilai duga (fitted value) dari peubah respon (Y). Pelanggaran yang dimaksud yaitu: (1) error dari model regresi yang didapat tidak menyebar normal, (2) ragam (variance) dari error tidak homogen atau terjadi heteroskedastisitas pada ragam error, dan (3) pelanggaran bagi batas duga Y (fitted value) adalah nilai duga yang dihasilkan dari model regresi linier bisa melebihi rentang antara 0 sampai 1, hal ini bertentangan dengan batasan nilai Y yang diharapkan, yaitu 0 (jika nasabah menunggaka atau macet) dan 1 (jika nasabah lancar). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penelitian ini menggunakan alat analisis regresi logistik. Data yang telah dikumpulkan melalui analisa deskriptif selanjutnya diolah dengan alat analisis regresi logistik. Regresi logistik digunakan dalam melakukan

(4)

pengolahan data karena peubah respon (Y) merupakan data bertipe nominal, sedangkan peubah penjelas (X) dapat berupa data bertipe nominal, ordinal, interval dan rasio. Di dalam persamaan regresi, biasanya menggunakan simbol Y untuk variabel tak bebas dan X untuk variabel bebas. Baik X maupun Y dapat bernilai kualitatif. Jika X lebih dari satu atau dalam model logistik ini adalah koefisien regresi ke-j (lebih dari satu variabel : (X1 , X2 , ..., Xn). Selain kualitatif

terdapatan juga nilai X yang bersifat kuantitatif. Cara yang digunakan untuk melakukan kuantifikasi dari data kualitatif ialah dengan memberi nilai 1 atau 0, atau yang dinamakan variabel boneka (dummy variable).

Regresi logistik atau yang dikenal dengan logit merupakan bagian dari analisis regresi (Firdaus, 2008). Analisis ini mengkaji hubungan pengaruh peubah X terhadap peubah Y melalui model persamaan matematis tertentu. Secara umum, analisis regresi logistik menggunakan peubah kategorik ataupun peubah numerik untuk menduga besarnya peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon. Dalam analisis regresi logistik, pemodelan peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon dilakukan melalui transformasi dari regresi liner ke logit. Formulasi transformasi logit tersebut adalah sebagai berikut:





=

pi

pi

pi

Logit

e

1

log

)

(

dengan pi adalah peluang munculnya kejadian kategori sukses dari peubah respon untuk kategori orang ke-i dan loge adalah logaritma dengan basis bilangan e.

Kategori sukses secara umum merupakan kategori yang menjadi perhatian dalam penelitian. Dengan demikian model yang digunakan dalam analisis regresi logistik adalah sebagai berikut:

X

pi

Logit

(

)

=

β

0

+

β

1

*

dengan logit (pi) adalah nilai transformasi logit untuk peluang kejadian sukses, 0

β adalah intersep model garis regresi, 1β adalah slope model garis regresi dan X adalah peubah penjelas.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan bermasalah sektor agribisnis PSMA terdapat variabel bebas (X), yaitu karakteristik individu, karakteristik usaha dan karakteristik

(5)

pembiayaan. Karakteristik-karakteristik tersebut terdiri dari usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengetahuan mengenai perbankan syariah, omzet usaha, lama usaha, besarnya plafond pembiayaan yang terima, jangka waktu pembiayaan (tenor), beban bagi hasil dan frekuensi pengambilan fasilitas pembiayaan. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

9 9 8 8 7 7 6 6 5 5 4 4 3 3 2 2 1 1 0

1

ln

=

+

Χ

+

Χ

+

Χ

+

Χ

+

Χ

+

Χ

+

Χ

+

Χ

+

Χ

=

β

β

β

β

β

β

β

β

β

β

Pi

Pi

Yij

Dimana,

Yij = Variabel respon, dimana

p = peluang terjadinya Y = 1 (lancar) p-1 = peluang terjadinya Y = 0 (tidak lancar) β0 = Konstanta atau intersep model garis regresi

β1 = Koefisien variabel bebas ke-i (i = 1-9)

Xij = Karakteristik penunggak pembiayaan, terdiri dari: X1= Usia nasabah (tahun)

X2= Pendidikan :0 = SD; 1 = SMP; 2 = SMA; 3 = D3; 4 = S1

X3= Jumlah tanggungan keluarga (orang)

X4= Pengetahuan akad pembiayaan; 0 = Tidak memahami; 1 = Memahami

X5= Omset (rupiah)

X6= Lama usaha (tahun)

X7= Jenis usaha ;0 = Penyedia input; 1 = Usahatani; 2 = Pengolahan;

3 = Pemasaran X8= Margin (persen)

X9= Frekuensi pembiayaan (kali)

4.4.3. Omnibus Test

Pengujian dilakukan terhadap parameter-parameter model sebagai upaya untuk memeriksa kebaikan model. Uji kebaikan model merupakan suatu pemeriksaan apakah nilai yang diduga dengan peubah di dalam model lebih baik atau akurat dibandingkan dengan model tanpa peubah tersebut (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Hal ini menunjukkan bahwa pengujian hipotesis statistik

(6)

dalam menentukan apakah peubah-peubah bebas dalam model mempunyai hubungan nyata dengan peubah responnya.

Menurut Hosmer dan Lemeshow (1989), untuk mengetahui peran seluruh peubah penjelas dalam model secara bersamaan dapat digunakan uji nisbah kemungkinan, yaitu omnibus test atau uji G. Statistik ujinya berdasarkan hipotesis sebagai berikut:

H0 = β1 = β2 = .... = βp = 0

H1 = paling sedikit ada satu βj ≠ 0 (1,2,...,p)

Sedangkan rumus umum untuk Omnibus Test adalah sebagi berikut:

=

k

L

L

G

2

ln

0

Dengan kriteria uji:

dengan L0 adalah fungsi kemungkinan tanpa peubah penjelas dan Lk adalah fungsi

dengan kemungkinan peubah penjelas. Statistik G mengikuti sebaran chi-kuadrat dengan derajat bebas p.

4.5. Definisi Operasional

Pengolahan data dengan menggunakan regresi logistik dan omnibus test menghasilkan persamaan yang layak digunakan dan pada akhirnya dapat digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian pembiayaan agribisnis pada BAS. Terdapat sembilan variabel yang diduga mempengaruhi pengembalian pembiayaan, yaitu usia, pendidikan terakhir, jumlah tanggungan, pemahaman akad, omset, lama usaha, jenis usaha, margin dan frekuensi pembiayaan. Definisi dari variabel-variabel yang mempengaruhi pengembalian pembiayaan adalah sebagai berikut.

1. Usia adalah usia nasabah penerima pembiayaan agribisnis BAS.

2. Pendidikan terakhir adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh nasabah.

G =

< X2p.a , terima H0

(7)

3. Jumlah tanggungan adalah banyaknya jiwa yang menjadi tanggung jawab nasabah dalah hal memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

4. Pemahaman akad adalah pemahaman nasabah terhadap akad pembiayaan yang berisi tentang hak dan kewajiban antara BAS dan nasabah.

5. Omset adalah pendapatan setiap bulan yang diperoleh nasabah dalam menjalankan usahanya.

6. Lama usaha adalah jangka waktu yang telah dilalui oleh nasabah dalam menjalankan usahanya.

7. Jenis usaha adalah bidang yang menjadi inti usaha pada sistem agribisnis yang dijalankan oleh nasabah yang terdiri dari penyedia input, usahatani, pengolahan dan pemasaran.

8. Margin adalah tingkat keuntungan BAS yang diperoleh dari pemberian pembiayaan kepada nasabah.

9. Frekuensi pembiayaan adalah jumlah pembiayaan yang pernah diterima dari BAS selamam nasabah tersebut menjalankan usahanya.

Pada penelitian-penelitian sebelumnya terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi pengembalian pembiayaan, namun tidak digunakan pda penelitian ini. Variabel-variabel tersebut diataranya adalah nilai plafon, jangka waktu pengembalian (tenor) dan jarak rumah dengan bank. Berdasarkan pengamatan dan diskusi dengan pihak manajerial BAS, nilai plafon dan jangka waktu pengembalian dapat dikonversikan ke dalam variabel margin, karena margin yang diberikan kepada nasabah disesuaikan dengan nilai plafon dan jangka waktu pengembaliannya. Sedangkan variabel jarak antara rumah dengan bank bukan menjadi salah satu faktor dalam penilaian pembiayaan karena BAS sudah memberikan fasilitas pembayaran melalui transfer di beberapa bak koresponden, sehingga nasabah tidak perlu ke kantor BAS untuk membayar angsuran pembiayaan, tetapi hanya cukup menyetor atau transfer ATM di bank koresponden terdekat.

4.6. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini diperoleh dari hasil penelusuran terhadap literatur-literatur serta penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pembiayaan agribisnis. Hasil yang diperoleh kemudian didiskusikan dengan pihak manajemen

(8)

BAS yang didasarkan kepada pengalaman manajamen dalam memberikan fasilitas pembiayaan di sektor agribisnis. Hipotesis yang dihasilkan dapat digolongkan dalam tiga aspek, yaitu aspek karakteristik individu, karakteristik usaha dan karakteristik pembiayaan. Rumusan hipotesis tersebut adalah sebagai berikut: 1. Usia nasabah diduga memiliki pengaruh positif terhadap peluang

pengembalian pembiayaan. Pengaruh positif tersebut berarti semakin tinggi usia nasabah, maka nasabah tersebut akan lebih lancar dalam mengembalikan pembiayaan. Usia diduga berdampak positif terhadap pengembalian pembiayaan karena berdasarkan pengamatan, nasabah yang berusia tinggi lebih patuh pada aturan dan biasanya sudah mempunyai pengalaman yang cukup dalam menjalankan usahanya.

2. Pendidikan diduga memiliki pengaruh positif terhadap pengembalian pembiayaan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah, maka nasabah tersebut akan lebih lancar dalam mengembalikan pembiayaannya. Hal ini diduga karena nasabah dengan tingkat pendidikan tinggi biasanya memiliki pengetahuan yang cukup baik teknis maupun manajerial usahanya.

3. Jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh negatif terhadap pengembalian pembiayaan. Artinya semakin banyak jumlah tanggungan nasabah, maka pengembalian pembiayaanya akan semakin tidak lancar. Pengaruh negatif tersebut diduga karena nasabah yang mempunyai jumlah tanggungan besar mempunyai jumlah kebutuhan hidup yang lebih besar jika dibandingkan dengan nasabah dengan jumlah tanggungan sedikit.

4. Pemahaman akad diduga berdampak positif terhadap pengembalian pembiayaan. Artinya, nasabah yang memahami akad pembiayaan akan lebih lancar dalam mengembalikan pembiayaannya. Hal tersebut terjadi karena berdasarkan pengamatan semakin memahami akad pembiayaan, biasanya nasabah tersebut semakin mempunyai kesadaran akan hak dan kewajiban serta lebih mempunyai kesadaran tentang hukum.

5. Omset diduga berpengaruh positif terhadap pengembalian pembiayaan. Artinya semakin tinggi omset maka pengembalian pembiayaannya akan semakin lancar. Pengaruh positif omset terhadap pengembalian pembiayaan tersebut disebabkan karena berdasarkan pengamatan, nasabah yang memiliki

(9)

omset usaha tinggi memiliki tingkat keuntungan usaha yang tinggi pula, sehingga nasabah tersebut telah memperhitungkan semua kebutuhan-kebutuhan usahanya tanpa mengganggu keuangan keluarganya.

6. Lama usaha diduga berpengaruh positif terhadap pengembalian pembiayaan. Artinya, semakin lama usaha tersebut dijalankan, maka pengembalian pembiayaanya akan semakin lancar. Pengaruh positif tersebut diduga disebabkan karena nasabah yang telah menjalankan usahanya lebih lama memiliki pengalaman usaha yang lebih banyak, sehingga memiliki banyak strategi dalam meningkatkan usahanya.

7. Usaha yang diduga paling banyak mengalami kemacetan adalah bidang usahatani, karena berdasarkan pengamatan usaha di bidang usahatani memiliki risiko kegagalan yang sangat besar.

8. Margin diduga berpengaruh negatif terhadap pengembalian pembiayaan. Artinya semakin tinggi margin yang diterima nasabah, maka pengembalian pembiayaanya akan semakin tidak lancar. Hal ini diduga disebabkan karena semakin tinggi margin, maka angsuran yang harus dibayarkan juga semakin tinggi

9. Frekuensi pembiayaan diduga berpengaruh positif terhadap pengembalian pembiayaan. Artinya semakin banyak nasabah mendapatkan fasilitas pembiayaan, maka pengembalian pembiayaannya akan semakin lancar. Hal tersebut disebabkan karena nasabah yang sudah mendapatkan fasilitas pembiayaan lebih banyak memiliki riwayat pengembalian pembiayaan yang lancar, sehingga BAS lebih percaya kepada nasabah yang memiliki frekuensi pembiayaan yang banyak.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berarti dapat menggambarkan setiap terjadi peningkatan paritas daya beli masyrakat maka dapat menurunkan ekspor barang (Y). Hal ini berarti selera masyrakat untuk

• Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa asumsi dari teori kognitif sosial adalah bahwa proses belajar akan terjadi jika seseorang mengamati seorang model yang

yang dimaksud peneliti disini adalah kegiatan guru menggunakan atau memanfaatkan berbagai macam media dalam proses pembelajaran, meliputi jenis media yang tersedia, jenis

Program ini melalui Pelatihan Dasar Profesi Ke-insinyuran untuk Perguruan Tinggi Pelatihan Dasar Profesi Ke-insinyuran untuk Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Teknik Industri

Berdasarkan penelitian di lapangan, dalam syair musik qosidah burdah yang diajarkan di Pondok Pesantren Darusalam Ciamis terdapat nilai-nilai su fi stik yang dapat diklasi fi

Pada dasarnya masing-masing penilaiannya tidak menunjukkan nilai yang ekstrim sehingga memberikan gambaran bahwa peternak secara umum setuju bahwa keberhasilan usaha

Fasilitas ini meliputi penggunaan listrik, air, keamanan serta kebersihan. Dalam form tersebut hanya memuat data-data yang belum diolah. Sehingga untuk memprosesnya

Dengan adanya permasalahan yang diuraikan tersebut, khususnya terkait kinerja karyawan yang kurang baik dalam memanfaatkan sistem informasi akuntansi pada BPR