• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RAPAT KERJA PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION SE-PAPUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RAPAT KERJA PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION SE-PAPUA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Jakarta, 2 Desember 2015

RAPAT KERJA PENGENDALIAN PEMBANGUNAN

EKOREGION SE-PAPUA

(2)

TUGAS, ISU STRATEGIS DAN

KEBIJAKAN

DITJEN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI

TAHUN 2016

I

(3)

Tugas Ditjen PHPL :

Memastikan hutan produksi seluas 69,24 juta Ha dapat

dikelola secara berkelanjutan (sustainable) baik ekonomi,

lingkungan dan sosial/kesejahteraan masyarakat.

18%

25%

57%

Hutan Konservasi = 21,90 jt Ha

Hutan Lindung = 29,64 jt Ha

Hutan Produksi = 69,24 jt Ha

Hutan Produksi 57%

dari luas hutan Indonesia

(4)

ISU PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI

PHPL/SFM belum terwujud di lapangan, masih di atas

kertas/sertifikat.

Produktifitas hutan alam rendah (AAC berdasarkan IHMB

14 juta m3, RKT 9 juta m3, realisasi 5 juta m3).

Pertumbuhan HTI dan RE lambat.

Pemanfaatan jasa lingkungan dan HHBK masih rendah.

Daya saing produk rendah, industri pengolahan tidak

berkembang (sunset ) – kecuali pulp/kertas, furniture.

Tekanan sosial dan masalah keamanan masih tinggi,

kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat masih

rendah.

Kontribusi terhadap GNP dan sumbangan devisa relatif

rendah.

Proses pelayanan dan evaluasi pelaksanaan masih

menitikberatkan kebenaran administratif, belum menitik

beratkan kebenaran substantif

(5)

AKAR MASALAH

Pengelolaan di tingkat tapak belum eksis/operasional.

Praktek pengelolaan hutan belum konsisten dengan prinsip-prinsip

PHPL.

Pengawasan dan pengendalian masih bersifat kebenaran administratif

dan belum bersifat substantif dan belum memaksimalkan penggunaan

teknologi geo spasial.

Ketidak-pastian areal pengelolaan (tumpang tindih, tata batas, klaim

tenurial) masih marak.

Penyertaan masyarakat sebagai subyek dalam pengelolaan hutan

masih belum efektif.

Jasa Lingkungan dan HHBK belum bagian dari mainstream industri

kehutanan

Adopsi teknologi tepat guna tidak terjadi.

Distorsi pasar kayu domestik masih berjalan, harga tertekan.

Ekonomi biaya tinggi masih terjadi.

Godaan industri non-kehutanan (mis: pertambangan ) tetap massive

Tekanan internasional atas kelestarian hutan tropis dan tuntutan pasar

dunia atas produk hutan green dan legal makin tinggi.

(6)

REGULASI/DEREGULASI

DEBIROKRATISASI

REORGANISASI

- REVISI REGULASI

- INOVASI

- TEROBOSAN KEBIJAKAN

- MEMPERPENDEK BIROKRASI,

- SELF ASSESSMENT

- WASDAL HANDAL

- KEWENANGAN PROV. KAB. & KPH

- PENINGKATAN KOMPETENSI SDM

- PENGGUNAAN TEKNOLOGI DLM

PENGAWASAN

(7)

1

Tata ruang pemanfaatan hutan produksi.

Percepatan pembangunan/pengembangan/operasionalisasi KPHP.

Penciptaan kondisi pemungkin bagi penerapan PHPL/SFM secara

konsisten (insentif/disinsentif).

Penciptaan kondisi pemungkin berkembangnya produk HHBK (energi,

pangan) dan jasa (wisata, karbon).

Penerapan IPTEK untuk peningkatan potensi dan produktifitas, (SILIN,

MSS, agroforestry, sylvopasture, microhydro).

Pemanfaatan IT untuk pengembangan dan pemutakhiran database,

penyederhanaan/percepatan proses perijinan, self assessment

penata-usahaan, dan monitoring-evaluasi.

Penerapan pendekatan “Kemitraan” untuk penyelesaian konflik

lahan/tenurial

Berperan langsung dalam rehabilitasi/penanaman hutan untuk

(8)

Pemetaan kebutuhan bahan baku industri kayu nasional.

Koordinasi lintas sektor untuk perbaikan pasar domestik kayu

bulat.

Mendorong integrasi hulu-hilir.

Mendorong pembangunan industri mendekati sumber bahan

baku.

PUHH yang efektif dan efisien (Self Assessment + Post Audit)

Peningkatan daya saing dan keberterimaan produk2 industri

kehutanan, khususnya di pasar internasional .

Mendukung perkembangan IKM.

Melindungi pasar domestik (MEA, persyaratan impor).

(9)

PROGRAM DAN KEGIATAN

DITJEN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI

TAHUN 2016

II

(10)

Meningkatnya tutupan

hutan di hutan produksi

SAS

ARAN

PR

OGRAM

2015

-2019

Meningkatnya sumbangan

hutan produksi (termasuk

industri) pada devisa dan

penerimaan negara

Meningkatnya pengelolaan

hutan produksi di tingkat

tapak secara lestari

Luas restorasi ekosistem di

hutan produksi meningkat

setiap tahun

Sumbangan hutan produksi

(termasuk industri) pada devisa

dan penerimaan negara meningkat

setiap tahun

Jumlah unit pengelolaan hutan

meningkat setiap tahun

Jumlah unit pemanfaatan di hutan

produksi yang bersertifikat PHPL

meningkat setiap tahun

INDIKATOR

PROGRAM : PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI

DAN USAHA KEHUTANAN

(11)

PROGRAM DAN KEGIATAN 2015-2019

Unit Organisasi : Ditjen Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

Nama Program : Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan

Usaha Kehutanan

Nama Kegiatan :

I. Pusat

1. Peningkatan Perencanaan Pengelolaan Hutan Produksi

2. Peningkatan Usaha Hutan Produksi

3. Peningkatan Usaha Jasa Lingkungan Hutan Produksi dan HHBK

4. Peningkatan Tertib Penatausahaan Hasil Hutan dan Iuran

Kehutanan

5. Peningkatan Usaha Industri Kehutanan

6. Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis Lainnya Ditjen PHPL

II. Daerah

1. Pembinaan Pengelolaan Hutan Produksi dan Industri Hasil

Hutan (18 UPT)

(12)

KEGIATAN SASARAN RENCANA KINERJA 2016 UNIT KERJA PELAKSANA Peningkatan Perencanaan Pengelolaan Hutan Produksi

Areal hutan produksi tertata dalam KPHP dan rencana unit-unit usaha pemanfaatan hutan produksi

- Perencanaan 80 KPHP beroperasi, - Perencanaan 69 KPHP baru,

- 3 KPHP menerapkan prinsip pengelolaan hutan produksi lestari,

- 27 provinsi memiliki peta arahan pemanfaatan dan investasi,

- 6 unit memenuhi syarat untuk diberikan IUPHHK HA/RE/HTI di hutan produksi , - Kapasitas pengelola 149 KPHP meningkat. Direktorat Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Peningkatan Usaha Hutan Produksi 1. Meningkatnya kinerja dan produksi hutan alam dan hutan tanaman

2. Seluruh UPHHK HA dan HT aktif

beroperasi pada tahun 2019

- Produksi kayu bulat hutan alam 5,7 Juta M3,

- Produksi kayu bulat hutan tanaman 32 Juta M3,

- Hutan tanaman bioenergi 20 ribu Ha, - Silvikultur Intensif di Kalimantan 2 ribu

Ha,

- 188 Unit IUPHHK HA aktif beroperasi melaksanakan kegiatan pemanfaatan hutan produksi,

- 34 Unit IUPHHK HT meningkat kinerja usaha pemanfaatannya.

Direktorat Usaha Hutan Produksi

KEGIATAN DAN RENCANA KINERJA 2016

BERDASARKAN RENSTRA 2015-2019

(1)

1

2

(13)

KEGIATAN

SASARAN

RENCANA KINERJA 2016

UNIT KERJA

PELAKSANA

Peningkatan Usaha Jasa Lingkungan Hutan Produksi dan HHBK Meningkatnya produksi HHBK dan investasi usaha jasa lingkungan

- 2 unit usaha jasa lingkungan/pemanfaatan air/jasa wisata di hutan produksi dibentuk - Produksi HHBK sebesar 243.000 Ton,

- Luas usaha pemanfaatan hasil hutan kayu restorasi ekosistem 100 ribu Ha,

Direktorat Usaha Jasa Lingkungan dan Hasil Hutan Bukan Kayu Hutan Produksi Peningkatan Tertib Penatausahaan Hasil Hutan dan Iuran Kehutanan Optimalnya ketertiban penatausahaan hasil hutan dan iuran kehutanan sesuai ketentuan

- PNBP dari investasi pemanfaatan hutan produksi sebesar Rp 2,719 Trilyun

- 145 unit melaksanakan penatausahaan hasil hutan dan iuran kehutanan secara tertib

Direktorat Iuran dan Peredaran Hasil Hutan

KEGIATAN DAN RENCANA KINERJA 2016

BERDASARKAN RENSTRA 2015-2019

(2)

3

4

(14)

KEGIATAN

SASARAN

RENCANA KINERJA 2016

UNIT KERJA

PELAKSANA

Peningkatan Usaha Industri Kehutanan

Meningkatnya investasi dan ekspor produk industri kehutanan

- Nilai investasi industri kehutanan meningkat sebesar Rp 540 Miliar, - 2 unit forest based cluster industry

terbentuk,

- Nilai ekspor produk industri kehutanan sebesar USD 7,47 Miliar,

- Produk kayu olahan dari IUIPHHK yang bersertifikat legalitas kayu menjadi 28,4 Juta M3,

- 940 unit IUIPHHK menggunakan sistem pengendalian bahan baku online

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis Lainnya Ditjen PHPL Meningkatnya akuntabilitas pelaksanaan tugas teknis Ditjen PHPL

- SAKIP dengan nilai minimal 72 poin

Sekretariat Ditjen Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

KEGIATAN DAN RENCANA KINERJA 2016

BERDASARKAN RENSTRA 2015-2019

(3)

6

5

(15)

KEGIATAN

SASARAN

RENCANA KINERJA 2016

UNIT KERJA

PELAKSANA

Pembinaan Pengelolaan Hutan Produksi dan Industri Hasil Hutan Meningkatnya penyelenggaraan pengelolaan hutan produksi oleh KPHP dan unit-unit usaha

pemanfaatan hutan serta industri kehutanan

- 80 KPHP mulai beroperasi, - 69 KPHP baru mulai dibangun,

- 18 wilayah memiliki data dan informasi hutan produksi,

- 18 wilayah meningkat produksi dan kinerja usaha pemanfaatan hasil hutannya,

- 18 wilayah memiliki data dan informasi penatausahaan hasil hutan dan iuran kehutanan,

- 18 wilayah memiliki data dan informasi industri primer hasil hutan.

18 UPT Ditjen PHPL

KEGIATAN DAN RENCANA KINERJA 2016

BERDASARKAN RENSTRA 2015-2019

(4)

7

(16)

RKA DIREKTORAT JENDERAL

PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI

TAHUN ANGGARAN 2016

III

(17)

PAGU ANGGARAN DITJEN PHPL TA. 2016

PAGU INDIKATIF TA. 2016 (MEI 2015)

Rp 635.400.000.000

PAGU ANGGARAN TA. 2016

(JULI 2015 Sebelum Raker) Rp 439.100.000.000,-

(18)

101,94 (28,63%) 22,16 (6,22%) (3,28%)11,91 211,09 (60,82%) 0 50 100 150 200 250

Per Jenis Belanja

197,10 (56,78%) 150,00 (43,22%) 0 50 100 150 200 250

RM

PNBP

Per Sumber Dana

Dlm Milyar Rp

(19)

42,0 %

Dlm Milyar Rp 0 20 40 60 80 100 120 140 160

PUSAT (6 Satker)

BP2HP (18 Satker)

KPHP

92,67

(26,70%)

113,39

(32,67%)

141,04

(40,63%)

15

(20)

ALOKASI ANGGARAN PER PROVINSI PER SATKER

No

PROVINSI

SATKER

ANGGARAN

1. NANGROE ACEH DARUSSALAM BPPHP WIL. I B. ACEH 5.060.152.000 2. SUMATERA UTARA BPPHP WIL. II MEDAN 14.477.154.000 3. RIAU BPPHP WIL. III PEKANBARU 22.262.464.000 4. JAMBI BPPHP WIL. IV JAMBI 14.887.146.000 5. SUMATERA SELATAN BPPHP WIL. V PALEMBANG 18.142.511.000 6. LAMPUNG BPPHP WIL. VI B. LAMPUNG 12.294.753.000 7. DKI JAKARTA BPPHP WIL. VII DKI JAKARTA 5.640.522.000 DIT. USAHA HUTAN PRODUKSI 8.842.764.000 DIT. KPHP 7.292.634.000 DIT. USAHA JASA LINGKUNGAN &

HHBK HP

5.907.620.000

DIT. IURAN DAN PEREDARAN HH 7.459.226.000 DIT. PENGOLAHAN & PEMASARAN HH 8.323.202.000 SEKRETARIAT DITJEN PHPL 54.846.080.000

(21)

No

PROVINSI

SATKER

ANGGARAN

8. JAWA TIMUR BPPHP WIL. VII SURABAYA 7.709.611.000 9. BALI BPPHP WIL. IX DENPASAR 12.784.206.000 10. KALIMANTAN BARAT BPPHP WIL. X PONTIANAK 16.025.721.000 11. KALIMANTAN SELATAN BPPHP WIL. XI BANJARBARU 12.385.421.000 12. KALIMANTAN TENGAH BPPHP WIL. XII PALANGKARAYA 21.804.576.000 13. KALIMANTAN TIMUR BPPHP WIL. XIII SAMARINDA 21.159.290.000 14. SULAWESI TENGAH BPPHP WIL. XIV PALU 18.937.592.000 15. SULAWESI SELATAN BPPHP WIL. XV MAKASSAR 16.488.878.000 16. MALUKU BPPHP WIL. XVI AMBON 12.871.784.000 17. PAPUA BPPHP WIL. XVII JAYAPURA 11.700.623.000 18. PAPUA BARAT BPPHP WIL. XVIII MANOKWARI 9.796.070.000

TOTAL 347.100.000.000

(22)

KABUPATEN

NAMA KPHP

ANGGARAN

PAPUA

Keerom

KPHP Keerom

882.400.000

Waropen

KPHP Waropen

1.000.000.000

Sarmi, Mamberamo

KPHP Lintas Sarmi dan

Mamberamo Raya

1.000.000.000

Kepulauan Yapen

KPHP Yapen

974.800.000

Jayapura

KPHP Jayapura

1.964.500.000

PAPUA BARAT

Sorong

KPHP Sorong

864.834.000

Sorong Selatan

KPHP Sorong Selatan

732.292.000

Merauke

KPHP Bakaw

2.003.520.000

SEBARAN KPHP PER KABUPATEN

(23)

Permen LHK Nomor P. 20/MenLHK-II/2015 tentang

Fasilitasi Biaya Operasional Kesatuan Pengelolaan Hutan,

Pasal 5 menyatakan Biaya Operasional KPH meliputi

kegiatan:

a.

Tata Hutan dan Perencanaan,

b.

Pemanfaatan hutan,

c.

Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan,

d.

Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam,

e.

Pengorganisasian, pemantauan, pelaksanaan dan

pengawasan serta pengendalian operasionalisasi

KPH,

(24)

Kegiatan yang dilaksanakan pada KPHP tahun 2016

No

Kegiatan

Rincian Kegiatan

1.

Penyusunan RPHJP

• Penataan blok dan petak

2.

Pembangunan Database Sumber

Daya Hutan KPH

• Pembuatan database SDH KPH

3.

Pengamanan Hutan

• Patroli pengamanan kawasan KPHP

• Pengendalian kebakaran dan

pengamanan hutan

• Sosialisasi kerjasama dan

pemanfaatan/kemitraan

4.

Pembangunan persemaian di

KPHP

•Pembangunan persemaian di KPHP

5.

Dukungan operasional kantor

KPHP

• Operasional kegiatan kantor

• Koordinasi dan supervisi pelaksanaan

kegiatan

6.

Pengembangan usaha hutan untuk

pangan dan energi

• Pengembangan usaha hutan untuk

pangan dan energi

(25)

Kegiatan yang dilaksanakan pada KPHP tahun 2016

No

Kegiatan

Rincian Kegiatan

7.

Penyusunan roadmap jasa

lingkungan

• Analisis ekonomi dan kelayakan usaha

pengembangan studi lingkungan

8.

Fasilitasi sarana dan prasarana

• Kendaraan operasional, Perlengkapan

kantor dan perlengkapan survey KPHP

(26)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pemberian nilai koefisien bobot yang berbeda pada masing-masing konteks dalam dokumen RDF tanaman obat

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : P.30/Menlhk/Setjen/PHPL.3/3/2016 tanggal 1 Maret 2016 tentang Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi

Penulis mengambil tema jalur kereta api daerah Inspeksi VII Semarang karena penulisan mengenai transportasi kereta api dalam konteks sejarah Indonesia masih sangat

kesalahan penagihan, kurangnya kualitas air, dan lainnya. Efisiensi operasi perlu ditingkatkan agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen secara memuaskan. Peningkatan pelayanan

Dari dalam negeri akan merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2014 yang diperkirakan naik ke level 1,67% QoQ atau 5,44% YoY akan turut mempengaruhi indeks hari

Data primer antara lain: kohesi tanah (c), berat volume kering tanah (γ), sudut geser (φ) tanah dan tinggi lereng (H) berdasarkan pengukuran di lokasi; sedangkan

Gereja HKBP ikut dalam mempersiapkan jemaat gereja HKBP untuk ikut dalam kegiatan politik termasuk ikut berpartisipasi dalam pemilihan presiden tahun 2014 yang lalu1. Dalam hal

Pengembangan Pariwisata Kesehatan di Bali: Model Sinergi dengan Pariwisata Budaya Sebagai Daya Tarik Unggulan Pariwisata Bali R.409 6 ProfR. Grup