“Litosfer
sebagai
habitat
mikroba
”
Oleh:
BATUAN DAN MINERAL
•
Batuan: materi
anorganik
yang padat
dan
komposisi
yang homogen
yang terdiri
dari
2 atau
lebih
mineral.
1. Batuan beku (igneous
):
2. Batuan sedimen (sedimentary)
3. Batuan metamorf (metamorphic)
Batuan
Beku
• Hasil dari pendinginan magma (materi batuan yang meleleh) dari kerak dan/atau asthenosphere.
• Proses pendinginan bisa cepat bisa lambat.
• Pada pendinginan lambat, bermacam mineral akan mengkristalisasi pada waktu yang berbeda-beda disebabkan oleh titik leleh yang berbeda-beda.
• Pada proses kristalisasi, meneral-mineral tsb tumbuh dan berkembang membentuk batuan yang dengan jelas kristalnya dapat dibedakan (e.g., granite)
• Pada pendinginan cepat, proses kristalisasi berjalan
cepat pula dan batuan yang terbentuk mempunyai kristal yang sangat kecil yang tidak bisa dilihat dg mata
Granite, Mont Blancmassif, Walis, Switzerland. This granite has large (white feldspatic phenocrysts. Coin of 1
euro (about 2,3 cm diameter) for scale.
Vesicular basalt at Sunset Crater, AZ. US quarter for scale.
Batuan
sedimen
• Hasil akumulasi dan kompaksi sedimen yang
terutama mengandung materi mineral yang
berasal dari batuan lain.
• Mungkin juga hasil sementasi sedimen
anorganik yang terakumulasi oleh karbonat,
silikat, aluminum oksida dan besi (II) oksida. Zat sementasi mungkin berasal dari aktivitas
mikroba. Transformasi sedimen ini menjadi
batuan sedimen disebut “lithification”.
• Contoh batuan sedimen: limestone (CaCO3),
sandstone (quartz, clay) dan shale (claylike, fine-grained sediment)
Batuan
metamorf
•
Hasil
dari
perubahan
baatuan
beku
atau
batuan
sedimen
disebabkan
oleh
panas
dan
tekanan
•
Contoh: marble/marmer
(dari
limestone),
slate (dari
shale), quartzite (dari
Mineral
• Biasanya merupakan senyawa anorganik yang biasanya kristal dan kadang-kadang amorphous (tidak berbentuk dan tidak kristal). Contoh. Sulfur (S0), quartz (SiO2),
biotite ([K(Mg.Fe.Mn)3AlSi3O10(OH)2].
• Bisa juga digunakan untuk senyawa organik tertentu di alam (e.g., asphalt dan coal)
• Mineral primer (igneous mineral) adalah mineral hasil kristalisasi selama proses pendinginan magma, dan
mineral sekunder adalah mineral hasil perubahan kimia (weathering atau diagenesis). Mikroba berperan penting dalam perubahan mineral primer ke sekunder. Mineral “authigenic” adalah mineral ynag terbentuk dari
True soil
lapisan material tanaman yang tdk terdekomposisi
Parent material dimana tanah terbentuk. “Soil Base” (dasar tanah).
Aktivitas mikroba umumnya sangat rendah. Zona aktif secara biologi. “surface soil”, senyawa organik tinggi, warna gelap, digarap untuk pertanian, tanaman dan mikroba tumbuh, aktivitas mikroba tinggi.
“subsoil” (lapisan tanah sebelah bawah): mineral, humus dll yang berasal (leached) dari “soil
surface” dan terakumulasi di lapisan ini. Sedikit senyawa organik, aktivitas mikroba lebih rendah dibanding dengan A-horizon.
SOIL MATRIX
•
5 komponen
utama
tanah:
– Mineral (komponen struktur, > 50% vol total)
– Udara dan air (penyusun vol pori, 25-50% vol
total)
– Material organik (3-6 % vol total)
SOIL SEBAGAI HABITAT MIKROBA Quartz Udara Senyawa Organik Mikro-koloni Quartz Quartz Clay particle Clay Particle Udara Air
“SOIL AGGREGATE” yang tersusun dari komponen organik dan mineral yang
Memperlihatkan lokasi mikroba tanah. Sebagian besar mikroba tanah terjadi sebagai “ mikro-koloni” yang melekat pada partikel tanah.
TIPE TANAH
Variasi iklim, vegetasi, batuan induk, topografi dan usia tanah menyebabkan jenis tanah juga bervariasi.
Lima tipe tanah yang sangat umum adalah :
Spodosol : terdapat di daerah beriklim dingin, biasanya membentuk lapisan pada hutan
berdaun jarum, tanah jenis ini kurang baik untuk pertanian karena terlalu asam dan miskin nutrisi.
Alfisol : hutan temperata pada umumnya tumbuh di atas lapisan tanah ini.
Mollisol : pada umumnya dapat ditemui di daerah temperata, padang rumput dan merupakan
tanah yang sangat subur, jenis tanah ini memiliki horison A (yang sangat kaya akan humus) sangat tebal. Sebagian besar pertanian bahan pangan di dunia tumbuh di tanah ini.
Aridisol : dapat ditemukan di daerah kering di Amerika Utara , Amerika Selatan dan Afrika.
Iklim yang kering dan jarangnya pohon yang tumbuh subur (menyebabkan tidak ada
akumulasi bahan organik) menyebabkan tanah ini tidak memiliki lapisan yang jelas. Pertanian dapat dilakukan di daerah ini dengan bantuan irigasi
Oxisol : tanah yang terdapat di daerah tropis dan subtropis ini kandungan nutrisinya rendah.
Bahan organik yang terdapat pada horison A sangat tipis karena humus terurai dengan cepat. Horison B yang bersifat asam dan miskin nutrisi sangat tebal. Anehnya hutan hujan tropis
dengan pohon yang tumbuh subur dapat hidup di atas tanah ini. Sebagian besar mineral di daerah hutan hujan tropis tertahan pada pohon itu sendiri daripada dalam tanah.
• Sifat fisika-kimia tanah mempengaruhi: aerasi,
ketersediaan nutrient, water retention (penyimpanan air), dan aktivitas biologi (YAITU):
– Particle size (pengaruhi struktur kima tanah dan ukuran pori/lubang tanah) – Porositas – Moisture content – Aeration status – Komposisi kimia – Clay fraction
– Cation-exchange capacity (CEC)
– Organic fraction
• Jumlah “pore space” tergantung pada:
– Texture tanah
– struktur tanah
1. MINERAL SOIL
•
Jumlah
dominant dan
banyak: SiO
2, Al, Fe
•
Jumlah
sedikit: Ca, Mg, K, Ti, Mn, Na, N,
P, S
•
Nutrient yang dibutuhkan
oleh
mikroba:
– N, P, K, Mg, S, Fe, Ca, Mn, Zn, Cu, Mo
•
Tanah diklasifikasikan
berdasarkan
“particle size”
dengan
3 komponen
utama:
– sand
– Silt
%
c
lay
%
sil
t
% sand
U.S. Department of Agriculture triangular of soil classification chart
Clay 0 10 100 90 Silty Clay Silty Clay loam Clay loam
Loam: the soils that are not dominated by any one of the particle sizes or types
100 0 0 10 100 10 Sandy clay Sandy clay loam Loam Silt Loam Silt Sandy Loam Loamy sandy Sandy “SOIL TEXTURE” Cohesive Water-holding capacity permeability
SURFACE AREA
•
Surface area dari
jenis
partikel
mempengaruhi
sifat
fisika, kimia
dan
biologi
tanah.
•
Clay sangat
mempengaruhi
sifat
tanah:
– High surface activity
– Partikelnya berbentuk kolloidal di alam
– Negative surface charge
Klasifikasi
Partikel
tanah
Jenis partikel Diameter, mm Surface area,
m2/kg Pasir Kerikil halus 1.0 - 2.0 1.1 Pasir kasar 0.5 - 1.0 2.3 Pasir medium 0.25 – 0.5 4.5 Pasir halus 0.1 – 0.25 9.1 Pasir sangat halus 0.05 – 0.1 22.7
Silt 0.002 – 0.05 45.4
• Tersusun dari sisa-sisa tanaman dan hewan, sel
mikroba dan produk metabolisme mikroba (“HUMUS”)
• Humus: senyawa organik yang telah mengalami
degradasi dan transformasi yang cukup untuk membuat material asal yang “unrecognizable”.
• Humus tersusun dari senyawa polimer:
– Aromatik, polisakarida, asam amino, uronic acid polimers dan senyawa yang mengandung fosfor.
• Humus: umumnya 10% dari berat mineral soil dan bisa 90% dari berat tanah (e.g. peat)
• Humus: berat molekul 700 – 300,000, sedikit soluble dalam air dan agak resisten thd biodegradasi
• Humus berdasarkan “karakteristik solubilitasnya” dibagi:
• Humic acid (extractable with alkali but precipitated with acid)
• Fulvic acid (extractable with alkali but soluble in acid)
• Humin (not extractable with alkali)
SOIL STRUCTURE and AGGREATION
•
Definisi
“Struktur
tanah”: penyusunan
dan
organisasi
partikel
yang berbeda
di
tanah
•
Merupakan
sifat
kualitatif
tanah
yang
berhubungan
dengan
– Porositas total dalam volume tanah
– Bentuk pori
– Distribusi “overall pore-size”
•
Mempengaruhi
sifat
mekanis
tanah:
– Pergerakan fluida (infiltrasi, penyimpanan air
• Ada 3 jenis struktur tanah
– Tanah dengan struktur partikel single atau tidak mempunyai struktur (tidak melekat antara satu dengan lainnya): contoh tanah gurun
– Tanah dengan struktur partikel “massive”
yang melekat kuat antara satu dengan
lainnya: contoh clay
– Tanah dengan struktur antara (tanah
aggregate)
• Tanah aggregate: stabilisasi “sand, silt dan
clay” melalui terbentuknya “CLAY-ORGANIC
SOIL AGGREGATE
•
Merupakan
unit struktur
sementara
•
Stabilitasnya
sangat
dipengaruhi
oleh:
– Aktivitas mikroba
– Perubahan iklim
– Teknik pengelolaan tanah (e.g. pembajakan
tanah)
•
Contoh
soil aggregate:
GAS-GAS TANAH
• Jumlah udara dan air di tanah sangat erat
hubungannya (tergantung pada pori tanah)
• Gas-gas di tanah: N2, O2 dan CO2
• Konsentrasi O2 dan CO2 tergantung pada:
– aerasi
– aktivitas mikroba
• Tanah ter-aerasi dg baik: 18-20% O2, 1-2% CO2
• Tanah kurang ter-aerasi (e.g. clayed soil dg kandungan air and aktivitas respirasi mikroba tinggi): 10% CO2
• Hukum “FICK”: q = -D (dC/dz)
– q= flux difusi (perubahan/ pengaliran difusi gas),
g/cm2.s
– D= konstanta difusi, cm2/s
– C= konsentrasi gas, g/cm3
– Z= kedalaman, cm
• Gas dapat bergerak/berpindah baik dalam fase
udara melalui pori tanah dan fase cair dalam bentuk terlarut.
• Kelarutan gas dalam air tergantung pada: sifat
gas, T dan P parsial dalam space pori
• Difusi gas dalam fase air 10,000 kali lebih lambat dari fase gas.
• Aerasi cukup bila udara mengisi ruang pori lebih
Konstanta Difusi untuk gas yang banyak terdapat di udara dan air dan kelarutannya dalam air pada T 20oC
Gas Difusivitas (cm2/s) Koefisien Hukum Henry Udara Air CO2 0.161 0.177 .10-4 1.07 O2 0.205 0.180 .10-4 30.7 N2 0.205 0.164 .10-4 60.4
Faktor
yang mempengaruhi
aktivitas
mikroba
• Ketersediaan air (adsorpsi pada permukaan dan
free water sebagai film tipis diantara partikel tanah).
– Well-drained soil: udara masuk dengan mudah dan kons O2 tinggi
– Waterlogged soil: O2 hanya terlarut dalam air dan segera dikonsumsi oleh mikroba sehingga soil jadi anoxic.
• Ketersediaan nutrient (C, N, P)
• Aktivitas mikroba dipengaruhi paling besar:
– Surface soil: air
SOIL MOISTURE
• Kandungan air yang cukup sangat penting bagi pertumbuhan dan aktivitas mikroba
• Terlalu banyak air akan menghambat transfer gas dan pergerakan O2 dalam tanah yang menyebabkan zona anaerob.
• Air dalam tanah dibagi 3:
– Air gravitasi (untuk mikroba dan akar tanaman dan berperan dalam transport polutan dan material lainnya)
– Air kapiler (untuk mikroba, yang ada dalam ruang pori)
– Air osmotik (yang adalam dalam partikel clay dan humus, dan kurang tersedia untuk mikroba dan akar tanaman).
• Field Capacity: kemampuan tanah untuk menyimpan air (18-30% dan fungsi dari kandungan clay)
Hubungan Massa dan Volume dalam Soil Air Water Solid Volume Massa Mt Ma Mw Ms Va Vw Vf Vs Vt f= void (pore)
Sifat Fisika tanah
•
Densitas
“solid”
(p
s): p
s= Ms/Vs
– Untuk tanah mineral : 2.6 – 2.7 g/cm3
•
Densitas
“bulk”
kering
(p
b):
– pb = Ms/Vt = Ms / (Vs + Va + Vw)
– Clayed soil: 1.1 g/cm3 dan Sandy soil: 1.6 g/cm3
•
Densitas
“bulk”
basah: (Ms+ Mw) /Vt
= (Ms +
Mw)/ (Vs + Va
+ Vw)
•
Porositas
Φ
= Vf/ Vt
= (Va+Vw)/(Va+Vw+Vs)
– Porositas soil: 0.3 – 0.6
– Porositas clay tergantung dari:
• Swelling, penyusutan, dispersi, kompaksi dan cracking
•
Soil moisture content:
– Berdasarkan massa ω = Mw / Ms
– Berdasarkan volume Ө = Vw / Vt
•
Tingkat saturasi
tanah
“
ƒs
= Vw
/ Vf
•
Nilai
ƒs:
– tanah kering = 0
– Tanah jenuh = 1