• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH SEJARAH ASIA TENGGARA PERMASALAHAN KONFLIK ETNIS DI MYANMAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH SEJARAH ASIA TENGGARA PERMASALAHAN KONFLIK ETNIS DI MYANMAR"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

SEJARAH ASIA TENGGARA

“PERMASALAHAN KONFLIK ETNIS DI MYANMAR”

Disusun Oleh :

ALFIYATUROHMANIYYAH : 121511433042

AHMAD WAHYUDI : 121511433044

YUNAZ ALI AKBAR KARAMAN : 121511433045

KELOMPOK 10

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2016

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas mata kuliah Sejarah Asia Tenggara dengan lancar dan tepat pada waktunya.

Berikut ini penulis akan mempersembahkan makalah yang berjudul “PERMASALAHAN KONFLIK ETNIS DI MYANMAR” yang menurut penulis dapat memberikan manfaat kepada kita semua terutama bagi pembaca. Dengan judul makalah yang sangat menarik untuk dibahas, sehingga kita dapat mengetahui bagaimana terjadinya konflik etnis di Myanmar dan dampak yang ditimbulkan akibat konflik etnis tersebut baik di dalam negeri maupun luar negeri di kawasan Asia Tenggara. Dengan demikian, tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk memberikan informasi kepada pembaca juga untuk menambah pengetahuan kita semua mengenai konflik-konflik yang terjadi di luar Indonesia. Sehingga makalah ini dirancang dengan sedemikian rupa oleh mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Airlangga.

Sebelumnya penulis ingin meminta maaf jika dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan data, sumber ataupun kesalahan. Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk kesempurnaan makalah ini. Kami berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua pada umumnya, terutama mahasiswa Universitas Airlangga.

Surabaya, 12 Oktober 2016

Penulis

(3)

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ... 1 KATA PENGANTAR ... 2 DAFTAR ISI ... 3 BAB I : PENDAHULUAN ... 4 1. Latar Belakang ... 4 2. Rumusan Masalah ... 5 3. Tujuan ... 5 4. Manfaat ... 5 BAB II : PEMBAHASAN ... 6

1. Awal Negara Myanmar ... 6

2. Kemerdekaan Myanmar dan Periode Akhir untuk Mengatasi Perpecahan Kekuasaan hingga Terbentuknya Negara ... 11

3. Politik Luar Negeri Myanmar ... 12

4. Kekuasaan Junta Militer Myanmar ... 13

5. Diskriminasi Etnis Minoritas ... 16

6. Faktor yang Menyebabkan Konflik Etnis di Myanmar... 19

7. Dampak yang Ditimbulkan Adanya Konflik Etnis ... 27

BAB III: PENUTUP ... 29

1. Kesimpulan ... 29

LAMPIRAN ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sejarah Myanmar bisa ditelusuri paling tidak sejak abad ke V masehi ketika suatu komunitas yang memiliki kebudayaan mirip dengan India, yang menamai dirinya sebagai kelompok pyus mendirikan kerajaan di sekitar delta irrawady. Kemudian pada abad abad XI Raja Anawrata menyatukan orang-orang Burma dalam suatu wilayah tatanan politik yang merdeka. Myanmar juga merupakan bekas jajahan Inggris dan memperoleh kemerdekaan pada tanggal 4 Januari 1948 dengan nama Republik Burma, namun karena berbagai kudeta dan permasalahan maka berubah menjadi Republik Sosialis Myanmar tepatnya pada tahun 1989. Awalnya bentuk pemerintahan adalah kerajaan namun sekarang berubah menjadi republik dengan kepala negara Presiden dan ibukota di Yangon (Rangoon).

Luas wilayah Myanmar terbentang sekitar 676.578 km2. Dengan letak astronomis 10° 30’ LU - 27° 30’ LU dan 93° BT - 111° 30’ BT. Myanmar memiliki kondisi geografis pegunungan, sebelah utara berbatasan dengan Negara Republik Rakyat Tiongkok (RRT), di selatan berbatasan dengan Laut Andaman, sebelah timur berbatasan langsung dengan Laos dan Thailand. Sedangkan di sebelah selatan berbatasan dengan India, Teluk Benggala, dan Samudera Hindia. Jumlah penduduk 40 juta jiwa di Myanmar terbagi ke beberapa kelompok etnis yaitu sekitar 68 % etnis Burma, 8.5% Shan, Kayin 6.2%, Kayah0.4%, Rakhine 4.5%, Cina 0.7%, Mon 2.41%, India1.3%. Mayoritas penduduk Myanmar beragama Budha Theravada sejumlah 89.4 %, Kristen 4.9%, Muslim 3.9% dan Hindu 0.5% serta lainnya menganut kepercayaan lain.

Banyaknya kelompok etnis dan kepercayaan di Myanmar tentunya tidak berjalan mulus. Sehingga banyak permasalahan atau konflik. Dalam pembahasan kali ini akan dibahas lebih dalam mengenai perkembangan awal terjadinya konflik etnis di Myanmar yang memang hingga sekarang masih menjadi masalah di negara tersebut.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa faktor utama terjadinya konflik etnis di Myanmar ?

2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan adanya konflik etnis Myanmar? 1.3 Tujuan

1. Mendeskripsikan permasalahan konflik etnis di Myanmar

2. Menjelaskan bagaimana sejarah awal terjadinya konflik etnis di Myanmar 3. Memberi gambaran dampak yang diakibatkan oleh konflik etnis di

Myanmar di sekitar kawasan Asia Tenggara.

4. Memenuhi tugas mata kuliah sejarah Asia Tenggara, prodi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga.

1.4 Manfaat

1. Sebagai tambahan pengetahuan tentang sejarah awal permasalahan konflik etnis di Myanmar.

2. Memberikan gambaran perkembangan konflik etnis di Myanmar sampai saat ini.

3. Menambah wawasan pengaruh konflik etnis di Myanmar terhadap bangsa-bangsa di kawasan Asia Tenggara.

(6)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Awal Negara Myanmar

Sebelum menjadi negara yang benar benar merdeka dari penjajahan Inggris dan Jepang, Myanmar memiliki sejarah panjang dari mulai pra sejarah sampai jaman kontemporer kerajaan. Cikal bakal dari negara Myanmar ini dimulai dari kedatangan orang orang Mon di Asia Tengah kurang lebih pada kurun waktu 2500-1500 SM1 mendiami wilayah bagian Thailand sepanjang Tenasserim dan Delta Irrawady, bangsa Mon ini mendapatkan pengaruh dari India yang paling kentara adalah dalam hal keagamaan, gambaran secara umum dapat dikatakan bahwa mayoritas dari orang orang Mon ini beragama Budha sejak 560 SM,

Gelombang kedua pendatang di Myanmar setelah suku bangsa Mon adalah orang Tibeto Myanmar dari utara dan menjadi salah satu suku terbesar yang mendiami wilayah Myanmar latar belakang kedatangan basuku bangsa Tibeto dikaitkan dengan keberadaan salah suku pertama yang ada di Myanmar sendiri yaitu bangsa Pyu, bangsa Pyu mengalami keruntuha pada abad ke 8-9 masehi akibat serangan yang dilakukan oleh orang orang Makao dari China selatan para suku bangsa diatas nantilahyang cikal bakal menjadi etnis kuat dan besar yang ada di Myanmar.

Terlepas dari masa penguasan raja raja lokal Myanmar sendiri, datanglah orang orang Eropa yang saling mengiginkan untuk bisa menguasai perdagangan di wilayah Asia, sekitar abad 17-18 memang banyak orang orang Eropa yang berlayar kewilayah timur untuk mencari rempah rempah dan menjalin hubungan perdagangan awalnya, tapi untuk wilayah Myanmar sendiri yang paling terlihat peranan dalam

1

San, Aung Suu Kyi. “Bebas dari Ketakutan”. Penerjemah : Sugiarto Sriwibowo. (Jakarta : pustaka utama graffiti, 1993) hlm. 59.

Sejarah Asia Tenggara | 6

(7)

memonopoli perdagangan adalah yang dilakukan orang orang Inggris yang menyebabkan orang Myanmar tidak menyukai akan hal itu, kemudian meletuslah pertempuran Inggris-Myanmar pada masa pemerintahan Raja Alaungpaya tahun 1824, akhirnya perang itu dimenangkan oleh pihak Inggris yang memiliki persenjataan yang lebih modern dan militernya yang terlatih. Setelah kalah dalam perang yang pertama pihak Myanmar tidak terima sehingga menyusun dan melakukan pengumpulan kekuatan utuk menyerang pihak Inggris dan perang terjadi pada tahun 1852. Pada perang ini Myanmar mengalami kekalahan untuk kedua kalinya. Pada perang yang kedua inilah yang menentukan akhir dari kerajaan Myanmar dan mengharuskan wilayah Myanmar menjadi bagian dari kerajaan Inggris.

Saat berada dibawah kolonialisasi Inggris Myanmar mulai menjalani kehidupan baru dengan memanfaatkan kekayaan SDA yang dimiliki oleh Myanmar sebagai basis penunjang perekonomian negara. Hal itu dimanfaatkan betul oleh Inggris dalam membangun perekonomian Myanmar, tetapi rakyat Myanmar tidak serta merta secara langsung tunduk dan patuh terhadap Inggris. Meskipun telah mencapai hasil lumayan dari politik perdamaian yang dilaksanakan pada awal tahun pemerintahannya. Akan tetapi, setelah pemerintahan memiliki basis yang cukup kuat dan sikap penguasa yang ditunjukkan Inggris mulai terlihat. Mereka mulai tidak memperhatikan kesejahteraan masyarakat. Hal itu bertolak belakang dengan awal mula pendudukan Inggris. Dengan cara perjuangan bawah tanah, para militansi dari Myanmar sempat melakukan pemberontakan di daerah Mandalay. Mengetahui akan hal itu pihak Inggris langsung meminta bantuan terhadap kolega militernya yang saat itu juga menguasai India.

Berbagai organisasi nasionalis mulai muncul dan berjuang untuk pemeliharan masyarakat serta pemurnian agama Budha. Sebenarnya pihak Inggris bisa meciptakan perdamaian di daerah pedalaman Myanmar, jika Inggris tidak membawa unsur keagamaan dalam proses pendudukan di Myanmar. Salah satu faktor penting yang menambah kebencian orang-orang Myanmar terhadap Inggris adalah penyebaran

(8)

agama Kristen. Misi agama sangat berhasil membuat gaps atau mempertajam perbedaan di antara berbagai kelompok etnis yang membawa akibat menyedihkan bagi kemerdekaan bangsa di kemudian hari.

Kebangkitan dari para aktivis Myanmar dimulai sekitar tahun 1920. Dengan nama DUPB (Dewan Umum Perhimpunn Budhist) pada awalnya hanya terfokus pada gerakan untuk menjaga kemurnian agama Buddha dalam menghadapi pengaruh agama Kristen yang dibawa oleh orang-orang Inggris pada saat itu, tapi ternyata gerakan tersebut yang mempelopori munculnya rasa nasionalisme dari masyarakat Myanmar untuk lebih peka terhadap negarannya yang sedang terjajah oleh Inggris. Jika ditelisik lebih lanjut, sebenarnya Gerakan ini adalah lanjutan dari organisasi sebelumnya yang lebih dulu ada dan telah mendeklarasikan diri pada tahun 1906 dengan nama PPB (Perhimpunan Pemuda Budhist). Gerakan ini digawangi oleh para pemuda cinta Myanmar. Setelah munculnya gerakan pemurnian budhist tersebut, membawa dampak yang besar bagi perjuangan Myanmar. Hal ini dibuktikan ketika tahun 1930-an terdapat mahasiswa dari Universitas Yangon mendirikan oragnisasi politik yang bernama dobbama asi-ayone.2 Organisasi ini dikenal dengan sebutan Thakin yang berarti tuan, sebelumnya kata Thakin disematkan oleh orang-orang Myanmar terhadap orang Inggris, tetapi seiring berkembangnya intelektulialitas masyarakat Myanmar yang digawangi oleh golongan pemuda, penyebutan Thakin ini digunakan sebagai penambah semangat perjuangan yang hendak menegaskan bahwa orang Myanmar harus menjadi tuan di negaranya sendiri.

Titik balik dari militansi aktivis Myanmar menuju kemerdekaan terjadi awal Perang Dunia II, ketika Jepang berhasil membuat Inggris keluar dari Myanmar. Hubungan antara Myanmar dengan Jepang di awali oleh sekelompok pemuda Myanmar yang berhasil melarikan diri dari tawanan Inggris untuk belajar militer Jepang karena pada saat itu menjadi pujaan di kawasan Asia setelah berhasil

2

Organisasai yang digalang oleh mahasiswa Myanmar yang menginginkan penjajahan dari Inggris segera beraakhir

Sejarah Asia Tenggara | 8

(9)

menyerang dan menghancurkan pangkalan militer laut Amerika di Pearl Harbour. Beberapa diantara pemuda Myanmar yang menempa latihan militer di Jepang adalah Aung San, Hla Pe, Tun Ok, Ne Win, Let Ya, Setkya, Zeya, Yan Naing, Kyaw Zaw dan lainnya. Para pemuda inilah yang nantinya membentuk suatu pasukan militer Myanmar dengan nama Tentara Kemerdekaan Myanmar (TKM). Dibawah komando inilah militan dari Myanmar dibantu oleh tentara Jepang untuk mempersiapkan kemerdekaan dan melawan kolonialisme Inggris.

Ketika euforia mulai terlihat oleh golongan aktivis Myanmar akan kemerdekaan yang sudah didepan mata (atas bantuan Jepang). Semua menjadi berubah tatkala Jepang ternyata hanya memanfaatkan Myanmar dalam mengusir Inggris. Hal itu berarti setelah penguasaan Inggris berakhir dan Myanmar berada dibawah kekuasaan Jepang. Dengan demikian, para politikus geram akan perlakuan Jepang dengan semboyannya TIGA A tersebut. Sejarah pendudukan Jepang merupakan suatu kenyataan yang pahit , mereka yakin akan dibebaskan dari penjajahan Inggris ternyata malah hancur terpijak oleh sesama teman Asia sendiri. Para serdadu Jepang yang disambut dengan suka cita malah menjadikan penindasan tiada henti dan bersikap lebih brutal bahkan anarkis dari pada Inggris. Para kenpetai3 menjadi momok yang menakutkan bagi rakyat. Meraka terpaksa hidup dalam dunia yang berkecamuk, penuh siksaan dan kerja paksa setiap hari.

Ketika kehidupan Myanmar penuh dengan gejolak ketikdakpastian akan nasib bangsannya. Salah satu petinggi dari TKM yaitu Aung San memiliki andil penting dalam memerdekakan Myanmar. Pada sekitar bulan Januari menteri Jepang Tojo telah memberikan rambu-rambu bahwasanya akan memberikan kemerdekaan kepada Myanmar sepenuhnya. Jendral Aung Sann memperoleh dokumen dari Jepang yang isinya “bahwa Myanmar akan diberi kemerdekaan pada tanggal 1 Agustus 19434” dan pada tanggal itu pula Myanmar dinyatakan merdeka dalam Lingkungan

3

Polisi militer jepang 4

Ibid hal. 25

Sejarah Asia Tenggara | 9

(10)

Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Dalam hal ini status Myanmar belum 100% merdeka dari Jepang, tetapi kemerdekaan Myanmar masih dalam bayang-bayang Jepang dengan dalih kemakmuran bersama Asia Timur Raya. Dibalik pemberian kemerdekaan itu tersimpan satu buah rencana untuk melemahkan tentara Myanmar.

Pada kenyataannya, sebelum Myanmar memiliki status merdeka baik itu masih bersifat kebohongan yang diberikan oleh jepang ataupun merdeka yang sesungguhnya pada tahun 1948. Pada akhir tahun 1942, didalam internal masyarakat sendiri khususnya dikubu TNM terjadi pertikaian dengan suku bangsa Karen yakni salah satu kelompok suku bangsa utama di Myanmar. Pertikaian ini menyebabkan pertumpahan darah dan pertentangan ras. Pertikaian tersebut berlangsung sampai akhir tahun 1943. Kemudian munculah Than Tu dan Let Ya sebagai mediator untuk melakukan mediasi antar kedua belah pihak yang bertikai dan memperoleh kesepakatan bersama agar bisa didamaikan. Tetapi setelah masalah pertikaian antara YNM dengan suku Karen berhasil diatasi dan memperoleh kesepakatan bersama. Kemudian muncul pergolakan antara kaum komunis yang dipimpin oleh Soe dengan golongan Sosialis yang dikomandai oleh Kyaw Yein dan Ba Swe. Adanya perbedaan ideologi menyebabkan kedua kubu ini selalu berseteru. Pengaruh keduanya cukup kuat di Myanmar dan membuat persaingan semakin panas serta diantara mereka tidak ada yang mau mengalah. Hal ini dapat dibuktikan dari kaum merah yang berhasil melancarkan pemogokan terhadap para buruh di Myanmar. Perselisihan diantara keduanya terjadi hingga menjelang kemerdekaan Myanmar. Jalan akhir yang ditempuh oleh LKRA yaitu dengan mengeluarkan golongan komunis dari keanggotaan. Praktis setelah keputusan tersebut, kelompok komunis dianggap illegal di Myanmar dan segala aktivitas perpolitikan tidak disetujui serta mendapat pengawasan.

(11)

2.2 Kemerdekaan Myanmar dan periode kerajaan akhir untuk mengatasi perpecahan kekuasaan hingga terbentuknya negara.

Garis besar periodisasi kerajaan di Myanmar diawali dengan Kerajaan Pagan ( bangsa Pyu), Kerajaan Pegu (bangsa Mon), dan Kerajaan Ava (bangsa Shan). Terdapat sumber yang menyatakan bahwa pada tahun 849 didirikan kerajaan Pagan yang saat itu terjadi migrasi dari bangsa Pyu ke Pagan. Kerajaan ini didirikan oleh Aniruddha atau Anawrahta yang memerintah pada tahun 1044-1077. Aniruddha berhasil menyatukan daerah-daerah kecil di Myanmar untuk menjadi kerajaan Pagan. Hingga pada akhirnya Kerajaan Pagan mengalami keruntuhan karena semakin banyak desakan dari Mongol dan pengalihan pengelolaan sumber daya alam ke Sanghai tepatnya pada akhir abad ke-13 dan mulai bermunculan kerajaan-kerajaan baru.

Kebangkitan Myanmar ditandai ketika langkah-langkah untuk mengelola kembali sumber daya alam secara lebih efektif dengan belajar dari pengalaman kemunduran Kerajaan Pagan sebelumnya. Banyak pula didirikan benteng yang memudahkan untuk menghubungkan titik strategis kerajaan-kerajaan, serta menghubungkan provinsi-provinsi yang baru lahir. Didalam kerajaan proses administrasi juga semakin baik terutama sudah ada beberapa bidang hukum dan fiskal. Pada tahun 1653, dibawah kepemimpinan Raja Thalun diadakan sensus untuk mencatat hak-hak pemilik tanah, populasi jiwa yang menyeluruh diberbagai kerajaan. Program lain yaitu pembangunan sistem irigasi dan budidaya lahan yang diperluas dengan menggunakan tenaga baru dan banyak. Pada masa ini Kerajaan Ava menunjukan keberhasilannya dalam mempersatukan dan membentuk satu keutuhan negara Burma. Semua kebijakan tersebut meningkatkan potensi sumber daya manusia dan produksi ekonomi di kerajaan. Seiring dengan proses penyatuan dalam diri Myanmar juga pengaruh dari bangsa luar yaitu Portugis dan memulai pendudukannya di Arakan. Portugis mulai melakukan ekspansinya di bidang perdagangan yang diketuai oleh Phillip de Britto.

(12)

Kemerdekaan negara Myanmar terjadi pada bulan Januari 1948 yang diperjuangkan oleh seorang tokoh politikus yaitu Aung San. Masyarakat Myanmar menyebutnya sebagai founding father of burm’s, Aung San mengalami nasib tragis setelah berhasil mendeklarasikan kemerdekaan Myanmar secara 100%. Dia terbunuh ketika sedang melakukan rapat dengan para anggota dewan untuk membahas permasalahn negara, pembunuhan Aung San ini direncankan.

2.3 Kebijakan Politik Luar negeri Myanmar

Konsep implementasi politik luar negeri yang dikuasai oleh junta militer sejak tahun 1988 mengakibatkan kedudukan elit politik dan militer sangat tinggi, yang dikenal dengan State Low and Order Restoration Council (SLORC) mendominasi pengembangan wacana tentang politik luar negeri dan keamanan nasional serta tidak memberikan ruang bagi kelompok diluar elit untuk berpartisipasi dalam keamanan nasional.5 Politik luar negeri Myanmar dipengaruhi oleh beberapa factor penting, antara lain :6

1) Sejarah terbentuknya Myanmar. Dimana Myanmar pada zaman dahulu disebut dengan Burma dan banyaknya terjadi peperangan secara berkelanjutan. Proses terbentuknya Myanmar secara tradisional berlangsung pada peperangan antarkelompok serta kondisi Myanmar yang dihadapi oleh invasi bangsa Barat.

2) Pada zaman modern, Myanmar harus berhadapan dengan negara imperialis Jepang dan menimbulkan Perang Saudara. Hal ini menyebabkan kondisi keamanan nasional dipenuhi dengan beban untuk mempertahankan persatuan nasional dalam mengahadapi ancaman dari luar negeri.

3) Myanmar dikelilingi oleh lima negara, dimana dua diantaranya merupakan negara besar yaitu Cina dan India.

5

Bambang Cipto, “Hubungan Internasional di Asia Tenggara. Teropong terhadap dinamika, realitas dan masa depan”, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 157-158.

6

Ibid., hlm. 158

Sejarah Asia Tenggara | 12

(13)

4) Beragamnya budaya, etnis, agama meskipun terdapat etnis yang mendominasi kawasan Myanmar dari total jumlah penduduk.

Dari faktor-faktor tersebut yang paling menjadi sorotan utama yaitu nomor empat. Dimana paling banyak berpengaruh dalam bidang politik dan ekonomi. Upaya pemerintah yang didominasi oleh etnis Burma untuk melakukan Burmanisasi oleh kelompok etnis yang menimbulkan konflik dan tidak kenyamanan negara. Etnis Burma yang biasanya disebut Bamar merupakan etnis mayoritas di Myanmar diantara etnis minoritas. Terjadi perlawanan fisik dan militer serta menimbulkan konflik akibat proses asimilasi yang ditujukan pemerintah kepada etnis minoritas yang menentang dominasi etnis Bamar karena mereka menentang penghapusan budaya asli yang mereka miliki oleh rezim militer Burma.

2.5 Kekuasaan Junta Militer Myanmar

Kepemimpinan junta militer yang sewenang-wenang terhadap etnis minoritas menyisakan kisah yang tragis terutama setelah SLORC mengambil alih kepemimpinan di Myanmar. Tapi sebelum SLORC berkuasa Kediktatoran Myanmar mulai terlihat ketika berhasil mengkudeta pemerintahan yang sebelumnya beraliran liberal 1948-1962 oleh jendral Ne Win salah satu pentolan dari TNM. Hal ini terjadi pada tanggal 2 Maret 1962 dan berhasil menggulingkan kelompok pemerintahan. Semua pejabat pemerintahan ditangkap termasuk didalamnya Presiden, Perdana Menteri, Mahkamah Agung dan para anggota dewan lainnya. Pada masa jendral Ne Win semua menjadi berubah dengan mendeklarasikan apa yang disebut dengan dewan revolusioner yang kebinetnya terdiri dari 15 orang dan mayoritas berasal dari militer.

Rezim ini mulai menggarap dan merumuskan semacam ideologi propaganda terhadap masyarakat yang dikenal dengan nama ”jalan burma menuju sosialisme”

(14)

(burmese way ti socialism)7 yang kemudian mengambil alih semua kontrol terhadap perusahaan-perusahaan swasta. Tetapi hal tersebut dirasa tidak cukup oleh rezim ini sehingga melakukan etatisme kontrol terhadap perekonomian negara. Junta militer mengambil peranan sentral dalam seluruh kehidupan di negara Myanmar. Meskipun mengklaim sebagai negara sosialis, Myanmar justru bukan terlihat sebagai negara sosialis. Akan tetapi lebih menyerupai pemerintahan fasis di Jerman. Dimana segala sesuatu dikomandai oleh satu kelompok saja yakni kelompok militer. Dalam bidang pemerintahan semua anggota dewan berasal dari kalangan militer kecuali dalam bidang kesehatan. Kekuasaan pemerintahan Ne Win berlangsung cukup lama 1962-1987 sebelum diambil alih oleh faksi lain ditubuh militer Myanmar yang dipimpin oleh jendral Tan Shwe dan telah memproklamirkan pembentukan SLORC (State And Law Order Restoration Council). Peralihan dari rezim Ne Win ke junta militer Tan Shwe tidak menimbulkan suatu perubahan yang besar bagi negara justru semakin menambah pergolakan di dalam negara. Pada 1998 terjadi demo besar-besaran dari kalangan mahasiswa Myanmar yang menolak model pemerintahan otoriter yang dilakukan oleh militer. Model pemerintahan ini mirip dengan yang sebelumnya saat Ne Win berkuasa, Tan Shwe pun tak kalah brutal dalam merepresif rakyatnya. Hal ini tercatat sepanjang pemerintahan Tan Shwe dari ribuan orang ditangkap terutama mereka yang menjadi anggota dari NLD (Nasional League for Demokrasi) yaitu sebuah partai oposisi yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi. Kekejaman dari rezim Tan Shwe juga membuat ratusan ribu orang Burma mengungsi ke beberapa negara tetangga. Sekitar bulan Mei 1997, tercatat sekitar 115.000 pengungsi berada di kamp-kamp pengungsian Thailand, dan tercatat secara kesulurahan kurang lebih sekitar 200.000 pengungsi keluar masuk pengungsian di Myanmar8

Kebijakan yang diambil oleh pemerintahan Myanmar (masa Ne Win) mengacu pada konstitusi yang mulai diberlakukan pada tahun 1974, dimana telah

7

Surat buat diktator hal v 8

Ibid hal iv

Sejarah Asia Tenggara | 14

(15)

melebur tiga lembaga pemerintahan yaitu eksekutif, legislatif, yudikatif dibawah people’s assembly yang dianggap rakyat sebagai bentuk kesewenang-wenangan junta militer terhadap kebebasan sipil, dan penghapusan hak-hak sipil dalam pemerintahan. Konstitusi ini sempat dinyatakan tidak berlaku lagi pada masa pemerintahan Saw Maung yang ditunjuk untuk menggatikan jendral Ne Win pasca terjadinya pemberontakan yang muncul dalam bentuk demonstrasi tahun 1988 yang dikenal dengna nama “the 8888 uprissing”9sebagai wujud kekecewaan rakyat Myanmar terhadap pihak pemerintah.

Dari peristiwa tersebut, pada tahun 1988 munculnya SLORC atau dewan keamanan guna membendung maraknya demonstrasi anti-pemerintahan militer yang disuarakan oleh masyarakat umum. SLORC ini nantinya akan menjadi sebuah partai besar setelah masa Jendral Ne Win berkuasa. Setelah cukup berhasil meredam berbagai demo, akhirnya pada tanggal 27 Mei 1990 diadakan pemilu yang diikuti oleh berbagai partai besar seperti NLD, SLORC dan sebagainya. Sebenarnya pada pemilu tersebut kemenangan mutlak diperoleh partai oposisi yakni NLD (National League For Demokrasi) yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi dengan total perolehan suara 80%. Sayangnya, kemenangna tersebut tidak disahkan bahkan ditolak oleh pemerintah. Pada akhirnya Myanmar berada dibawah kekuasaan militer. Hal ini menyebabkan para petinggi dari NLD ditangkap dan dipenjarakan, sebagian dari mereka ada yang dijadikan sebagai tahanan rumah seperti Aung San Suu Kyi

Pemerintahan junta militer banyak menimbulkan kesengsaraan di kalangan masyarakat sipil terutama golongan etnis minoritas di Myanmar. Mereka tidak diperhatikan lagi nasibnya, banyak penyiksaan dilakukan untuk merepresif segala kegiatan yang berhubungan dengan perpolitikan. Begitupula dengan perkembangan perekonomian negara Myanmar yang mengalami kemerosotan sejak dipimpin oleh kalangan junta militer Banyaknya demo yang dilakukan oleh kalangan mahasiswa

9

http://repository.uinjkt.ac.id/space/bitstream/123456789/21646/1/NURMALA%20SARIFAH.pdf Diakses pada tanggal 18 Oktober 2016 pukul 20:01 hlm. 19.

Sejarah Asia Tenggara | 15

(16)

Myanmar untuk merubah sistem pemerintahan yang ada tidak diindahkan sama sekali.

Dampak lain yang ditimbulkan adanya penguasaan junta militer yaitu memiliki slogan sosialme Myanmar. Hal ini telah menempatkan Myanmar dalam kekacauan ekonomi dan administrsi di kalangan pemerintahan sehingga manipulasi peraturan memang diperlukan untuk melancarkan roda pemerintahan.

Para tokoh pergerakan Myanmar yang paling terlihat aktif dalam melawan tindak diskriminasi politik militer adalah golongan para NLD yang digawangi oleh Aung San Suu Kyi. Latar belakang politik yang dilakukan Aung San ini karena dia sudah muak dengan tindakan yang dilakukan pemerintah. Aung San Suu Kyi merupakan putri dari salah satu pejuang kemerdekaan Myanmar yang pada era sebelum kemerdekaan gerilya dalam memerdekakan Myanmar cukup besar yaitu Aung San.

2.6 Diskriminasi Etnis Minoritas

Myanmar adalah salah satu dari anggota ASEAN yang memiliki sejarah perjuangan panjang mulai dari kolonialisasi Inggris sampai Jepang, bahkan setelah kemerdekaan pun masih terjadi peperangan di dalam pihak internnya.

Letak geografis yang strategis sebagai jalur perdagangan internasional yakni diantara 5 negara tetangga, memiliki luas wilayah sekitar 678.578 km persegi, dengan area perairan yang hanya sekitar 3,06% dan memiliki jumlah penduduk sekitar 55.396 juta jiwa, populasi ini terdiri dari beberapa etnis yang berbeda beda tedapat kurang lebih sekitar 135 kelompok etnis yang menghuni Myanmar dengan berbagai macam dialek yang berbeda juga. Myanmar memiliki wilayah yang indah dengan bebagai macam yang mengisi didalamnya mulai dari keragaman budaya, agama yang majmuk, melimpahnya SDA serta banyak tempat wisata yang indah dan menarik yang ada di Myanmar menmabah kecantikan negeri itu. Namun keindahan alam dan

(17)

segala seisinya yang indah dan menarik tidak dibarengi dengan tenggang rasa antar setiap warganya terutama dikalangan pemerintahan.

Banyaknya tindak diskriminasi dan penindasan terutama untuk golongan etnis minoritas menjadi semacam noda kotor yang ada di Myanmar. Salah satu yang paling terlihat adalah diskriminasi terhadap kelompok etnis Rohingnya. Tapi selain rohingnya juga terdapat beberapa kelompok etnis minoritas yang terpinggirkan diantaranya seperti Kachin, Shan, Mon dan lainnya. Bahkan pemerintah Myanmar memberikan sebuah hak istimewa terhadap beberapa etnis mayoritas yang ada di beberapa wilayah Myanmar untuk mendirikan mengurusi masalah wilayahnya sendiri (pemberian otonomi daerah) salah satunya etnis Mon yang mendapatkan hak otonomi tersebut, tetapi hak istimewa itu tidak berlaku pada etnis Rohingnya dimana rohingnya ini berada di wilayah Arakan yang sebagian besar masyarakatnya beragama Budha. Beberapa etnis yang mendapat perlakuan serupa dengan etnis Rohingnya yaitu :

1. Etnis Karen

Salah satu etnis yang mendiami bagian timur dari wilayah Myanmar. Dulunya etnis karen ini mayoritas beragama Budha, tetapi setelah Myanmar berada dibawah kekuasaan Inggris mereka berganti agama menjadi Kristen. Dalam perjalanannya etnis Karen ini merupakan salah satu minoritas yang ada di Myanmar. Terdapat beberapa catatan penting mengenai etnis Karen, diantaranya dia lebih mempercayai Inggris daripada pemerintah Myanmar. Kedekatan itu terjadi ketika pengKristenan yang dilakukan oleh Inggris terhadap Karen, juga sebagai lawan sekutu dari etnis Burma ( etnis mayoritas yang ada di Myanmar). Mereka pernah bersengketa saat terjadi Perang Dunia II karena berada pada pihak yang berbeda dan saling bermusuhan.

(18)

2. Etnis Kachin

Sebagian besar orang-orang Kachin berdomisili di daerah Kachin dan sebagian kecil di China serta India. Sejak Myanmar merdeka wilayah Kachin menjadi bagian dari Myanmar, tetapi segala hak dan kebutuhan masyarakat di daerah tersebut tidak diperhatikan oleh negara. Hal ini menyebabkan Kachin berjuang melawan Myanmar untuk mendapatkan otonomi daerah. Pada tanggal 15 November 1949, orang Kachin membentuk PNDF (Pawngyawng National Defence Force)10 sebagai alat untuk berjuang merebut kemerdekaan Kachin.

3. Etnis Shan

Etnis ini kebanyakan mendiami lembah-lembah yang berada di bagian timur Myanmar. Jumlah populasinya sekitar 7% dari keseluruhan jumlah penduduk Myanmar. Etnis Shan ini memiliki kisah yang mirip dengan etnis Kachin yaitu untuk memperjuangkan otonomi daerahnya.

Sekitar tahun 1950, etnis Shan berjuang melawan pemerintahan Myanmar dalam memperjuangkan status otonominya. Oleh sebab itu mereka membentuk organisasi yang benama Shan State Independence Army (SSIA) yang didirikan pada tanggal 24 April 196011. Organisasi ini diprakarsai oleh sekelompok mahasiswa Shan. Selain itu meraka juga mendirikan Shan United Revolution Army (SURA) pada tanggal 20 January 1969, dan aktif melakukan perlawanan dibagian tengah di wilayah negara bagian Shan. Kemudian SURA ini bergabung dengan kelompok SSA dan membentuk Thailand Revolutionary Cuncil Army pada tanggal 1 April 1984.

10

Sejarah singkat Myanmar hal28 11

Ibid., hlm. 28.

Sejarah Asia Tenggara | 18

(19)

2.6 Faktor penyebab konflik etnis di Myanmar (Etnis Rohingnya)

Pada dasarnya konflik etnis merupakan masalah kehidupan politik pada masa lampau. Konflik etnis berlangsung karena adanya berbagai kekecewaan yang timbul dalam masyarakat secara terus menerus di dalam negara sehingga banyak dari etnis yang melakukan aksi untuk tuntutan politik. Mereka menuntut untuk mendapatkan perhatian dan pemerintahan sendiri atau mendirikan negara berdasarkan kelompok etnisnya. Terlebih perbedaan yang didasarkan pada persoalan agama. Karena membahas mengenai agama merupakan salah satu hal yang sangat sensitive di berbagai wilayah dan nantinya akan menimbulkan kesalahpahaman sehingga mudah menyebabkan konflik bahkan sampai pada tingkat kekerasan. Seperti halnya konflik antara etnis Rakhine dan Rohingnya hingga menelan banyak korban jiwa.

Sejatinya tindakan diskriminasi yang dilakukan oleh Myanmar terhadap kelompok minoritas terjadi jauh sebelum kemerdekan ataupun pasca kemerdekaan yakni sekitar tahun 1784 ketika orang-orang ultranasionalis Burma (Myanmar sekarang) menduduki daerah Arakan, dimana pada saat itu muslim rohingnya mendapatkan perlakuan kasar dan tindakan penindasan oleh Burma12. Walaupun tindak dikriminasi terhadap rohinggya sempat meredup saat Myanmar berada dibawah Inggris, karena pada saat itu semua terfokus kepada cara bagaimana Myanmar bisa merdeka dan lepas dari penjajahan Inggris. Konflik ini terulang kembali pada tahun-tahun pasca kemerdekaan dan memuncak pada saat jendral Ne Win mengambil alih kekuasaan dan menjadi penguasa di Myanmar pada tahun 1962 dengan mengambil kebijakan “Anti Islam”13 terhadap muslim rohingnya selaku komunitas muslim di Myanmar pada saat itu yang menggangap bahwa rohingnya ini bukan etnis asli dari Myanmar, rohingnya merupakan etnis pendatang dari daerah bengali / Bangladesh.

12

Ibid., hlm. 2. 13

Ibid., hlm. 3.

Sejarah Asia Tenggara | 19

(20)

Banyaknya diskriminasi dan perlakuan semena-mena, pada akhirnya mengarah terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan terhadap kelompok etnis minoritas Myanmar oleh kalangan pemerintahan yang basisnya pada militer. Junta militer yang sangat kejam tidak memberikan akses kepada kelompok minoritas untuk menuntut demokrasi ataupun keadilan. Mereka selalu mendapat perlakuan kasar dan tindak diskriminasi.

Faktor pendorong konflik etnis di Myanmar antara Rohingnya dengan Rakhine banyak ditimbulkan karena adanya diskriminasi yang dialami etnis Rohingnya, sehingga menyebabkan kekacauan di kawasan Rakhine. Mereka membuat perselisihan dengan penduduk asli etnis Rakhine yang hidup secara berdampingan dengannya. Beberapa factor penyebab konflik etnis Rohingnya dan Rakhine antara lain:

a. Kondisi pemerintahan yang lemah

Tindakan yang dilakukan junta militer cenderung lebih represif membuat rasa aman semakin terabaikan bagi masyarakat sipil. Mereka mengalami ketakutan luar biasa karena tekanan dari lembaga-lembaga militer yang dilandasi dengan kebijakan politik otoriter.14 Hal ini yang mendorong terjadinya konflik etnis Rakhine dengan Rohingnya karena mereka tidak bisa menentukan keadaan mereka untuk tetap bertahan atau menyerang, sehingga meningkatkan akses pertahanan secara sembunyi-sembunyi dengan etnis lain.

Kemudian tingkat kesejahteraan masyarakat rendah sehingga hidup mereka tergantung pada hasil pertanian, tetapi akibat iklim yang tidak stabil maka tingkat produktivitas mereka menurun. Hal ini mendorong etnis Rakhine menguasai tanah milik etnis Rohingnya untuk meningkatkan produktivitas dan mensejahterakan anggota kelompoknya agar tetap bertahan hidup. Untuk bisa menguasai tanah tersebut mereka melakukan pengusiran, perampasan harta, serta melakukan pembunuhan

14

Alfi Revolusi et al, ”Faktor-faktor penyebab konflik etnis Rakhine dan Rohingnya di Myanmar tahun 2012”. Artikel Ilmiah. hlm 2.

Sejarah Asia Tenggara | 20

(21)

hidup-hidup terhadap etnis Rohingnya yang dibantu junta militer atas kekuasaan Biksu Rakhine.

Sumber daya alam yang dikuasai oleh etnis Burma di provinsi Rakhine dimana lebih memprioritaskan etnis Burma daripada sumber daya manusia masyarakat local untuk mengelola jalur pipa ganda China di desa Kyaukpyu. Dimana jalur ini mengalirkan sumber minyak bumi dari Teluk Benggala ke kawasan-kawasan China. Akan tetapi, penduduk local tidak diberikan kesempatan untuk ikut serta mengolah dan mendapatkan pekerjaan. Sehingga mereka tidak memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan jasmani seperti kesehatan dan pendidikan yang memadai. Ketika masyarakat ingin mendapatkan penghasilan yang lebih, mereka memasuki kawasan industry tersebut secara illegal. Padahal kawasan tersebut memiliki penjagaan sangat ketat sehingga menimbulkan konflik antara etnis Bengali dengan Rakhine yang berlangsung pada 1972-1980.

Ketika junta militer berkuasa, kondisi pemerintahan mengalami krisis ekonomi, dimana tingkat pengangguran tinggi disebabkan jumlah populasi penduduk yang meningkat hampir 50 juta jiwa. Sedangkan 29 juta jiwa sebagai pekerja yang mayoritas sebagai petani. Sehingga terjadi inflasi yang sangat tinggi dan penduduk Myanmar hidup di bawah garis kemiskinan. Hal ini menyebabkan rakyat cenderung sensitive dan sering terjadi pergeseran nilai, norma serta ketidaksesuaian yang mengarah pada kepercayaan pada suatu etnis.

Setelah Perang Dingin, keadaan Myanmar menjadi lebih baik. dimana suatu negara bisa menyesuaikan diri terhadap pengaruh global yang mengarah pada reformasi politik dan ekonomi sehingga bisa mendapatkan akses yang lebih luas dikancah internasional. Ketika Myanmar dibawah kekuasaan junta militer yang dipimpin oleh Than Shwe cenderung lebih mengisolasikan diri dari negara luar dan baru beberapa tahun yang lalu mencoba untuk lebih terbuka, tetapi masih meninggalkan permasalahan tersendiri dalam konflik komunal dan sectarian yang melibatkan etnis Rakhine dan warga Rohingnya etnis Bengali di Provinsi Rakhine ketika dipimpin Than Shwe..

(22)

b. Letak geografis yang tidak beraturan

Letak morfologis yang cenderung terjadi konflik dan kekerasan dalam masyarakat karena kondisi pemukiman. Perubahan pola pemukiman menjadi model sosio ekonomi yang menimbulkan prasangka negative bagi kelompok pemodal. Kondisi diperkotaan yang semakin parah dan memberikan tekanan tersendiri bagi penduduk yang tinggal di daerah disana. Dimana jumlah penduduk tidak seimbang menimbulkan hubungan kedua etnis tersebut sering mengalami konflik.

Tersedianya lahan yang sangat terbatas untuk jumlah penduduk yang banyak sehingga antara penduduk yang tinggal diperkotaan dengan penduduk local terjadi konflik untuk mendapatkan lahan tempat tinggal karena tidak sebanding dengan jumlah populasi penduduk saat itu. Munculnya sentiment terhadap kelompok pemodal karena dianggap sebagai penyebab krisis ekonomi.

c. Tingkat keamanan negara yang lemah

Pemerintah menetapkan system keamanan yang cenderung mengalami kegagalan karena tidak diimbangi dengan kekuatan politik secara nyata, hanya bersifat formalitas sehingga konflik etnis semakin berkembang dan tidak adanya pertahanan militer dan keamanan negara yang memadai. Milisi Rohingnya cenderung bersikap menyerang daripada bertahan. Sehingga mereka menyerang etnis Rakhine dengan cara melakukan teror dan penyerangan secara nyata. Saat itu, keadaan di Provinsi Rakhine atau Arakan mengalami kekacauan dan timbul perselisihan antara etnis Rakhine dengan masyarakat Rohingnya.

Selain itu, pemeritah junta militer melakukan pembangunan untuk jalan raya yang mengarah ke kawasan pusat pemukiman warga perwira senior dan saudara mereka. Ia membeli tanah tersebut secara paksa dan pembangunan jalan raya yang melibatkan warga Rohingnya etnis Bengali dipaksa untuk ikut serta dalam membangun jalan tersebut dan tidak diberi upah. Berdirinya jalan menuju pusat Rakhine ternyata menimbulkan banyak perlawanan karena junta militer tidak bekerja sama dengan warga Rohingnya dalam mengambil alih tanah penduduk. Dalam hal

(23)

ini, banyak korban rampasan tanah dari etnis Rohingnya yang melampiaskan kekecewaannya pada etnis Rakhine karena mereka mendapatkan perlindungan dari pemerintah junta militer.

Pemerintah junta militer berusaha untuk merampas hak atas tanah, menolak akan kewarganegaraan, melakukan pembantaian massa, pengusiran, pembakaran dan pelarangan ibadah, penutupan jalur pasokan makanan, dan sejumlah tindakan bruntal lainnya serta dibantu oleh Biksu Rakhine untuk memusnahkan etnis Rohingnya.

d. Adanya factor politik antar kelompok elit

Konflik yang berlangsung antara etnis Rakhine dengan warga Rohingnya etnis Bengali karena tindakan yang dilakukan oleh junta militer dalam menyebarkan pamflet yang bertuliskan “anti Muslim” yang diberikan pada etnik Rohingnya. Pamflet tersebut juga disebarluaskan oleh para Biksu Rakhine dan tindakan tersebut mendapat dukungan dari junta militer agar Masjid Hantha di Taungoo dihancurkan. Sehingga orang Muslim tidak terima atas tindakan yang tidak sewenang-wenangnya dan mereka terlibat pertikaian dengan penduduk setempat. Dimana sebanyak 200 orang Muslim meninggal dunia, 11 masjid di hancurkan dan 400 rumah dibakar serta menimbulkan warga Muslim Rohingnya mengalami ketakutan yang luar biasa.

Di Provinsi Rakine, kondisi etnis Rohingnya semakin terancam oleh tindakan yang tidak berperi kemanusiaan seperti pemusnahan tempat tinggal, pembakaran masjid dan pemerkosaan. Sehingga menimbulkan kebencian yang sangat besar pada diri warga muslim Rohingnya dengan etnis Rakhine dan terjadinya konflik antara keduanya yang berkepanjangan di provinsi Rakhine. Sementara itu, komandan regional yang mempunyai kekuasaan penuh akan daerah yang dikuasai cenderung mempunyai kebijakan yang memicu konflik dengan menentukan hak politik dalam kerangka etnis, bukan dalam nasionalisme sipil,15 bahkan mereka sering menyebarkan pamflet bertuliskan anti Muslim yang mengawali kebencian komunal di media.

15

Alfi Revolusi, op.cit hlm. 3.

Sejarah Asia Tenggara | 23

(24)

Banyak warga muslim yang mendapatkan perlakuan semena-mena tanpa adanya alasan yang jelas dari penduduk akibat dari para Biksu yang terpengaruh oleh pemikiran junta militer yang menyebarkan pamflet di daerah Taunggup. Akibatnya kebencian yang semakin mendalam dapat menyebabkan konflik semakin memuncak sehingga sulit untuk mencapai jalan perdamaian. Selain itu, pemerintah memberikan tanah kepada etnis Rakhine dengan model village, dimana setiap kepala rumah tangga diberikan hak untuk mendapatkan perumahan, diberikan uang untuk memenuhi kebutuhan dalam sebulan, serta difasilitasi banyak traktor yang akan mendukung dalam proses pertanian. Sehingga menimbulkan konflik antara etnis Rohingnya dengan etnis Rakhine karena pemerintah lebih memberikan perlindungan kepada etnis Rakhine daripada etnis Rohingnya.

a. Terjadinya diskriminasi politik

Perbedaan pandangan mengenai identitas politik dari masing-masing etnis semakin kuat. Hal ini mendorong sikap diskriminatif karena mereka mengartikannya sebagai hubungan kekuasaan dalam masyarakat yang didasarkan pada persamaan suku, ras, agama, keturunan, budaya, sejarah ataupun bahasa. Hubungan kekuasaan menjadi sesuatu yang sangat pokok untuk membentuk karakter pengakuan atas jati diri mereka sebagai proses terbentuknya sebuah negara. Adanya politik identitas tersebut membuat perbedaan setiap kelompok terlihat semakin nyata. Ketika keberadaannya menjadi minoritas dalam suatu negara maka akan mendapatkan perlakuan yang berbeda dari kelompok mayoritas. Status mereka yang tidak berkewarganegaraan manapun menyebabkan mereka mengalami berbagai kesulitan. Seperti kekurangan pangan. Karena desakan ekonomi, setiap tahun mereka melakukan perjalanan menuju Thailand dan Malaysia.16 Mereka akan merasa terpinggirkan dan akses dalam hak individu tidak didapatkan dalam suatu negara bahkan mereka mendapatkan perlakuan sewenang-wenangnya. Hal ini seperti

16

Hafidz Muftisany, 11 juni 2012.”Muslim Rohingnya Dituduh Penyebab Konflik Myanmar”. http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/06/11/m5fz6e-muslim-rohingya-dituduh-penyebab-konflik-Myanmar diakses pada 05 Oktober 2016 pukul 16.10 WIB.

Sejarah Asia Tenggara | 24

(25)

keberadaan etnis Rohingnya dimana ia merasa diperlakukan secara semena-mena oleh pemerintah junta militer dan penduduk local di provinsi Arakan sehingga mereka melakukan perlawanan.

b. Adanya diskriminasi budaya oleh pemerintah

Sebelumnya menurut asal mula berdirinya negara Myanmar sebelum memperoleh kemerdekaan pada 1948, pemerintah tidak mengakui keberadaan warga Rohingnya etnis Bengala sebagai bagian dari etnis, mereka menganggap bahwa warga Rohingnya sebagai “Muslim Arakan” dari Burma karena nama tersebut digambarkan sebagai nama ejekan. Dimana bukan hanya pemerintah saja yang mempermasalahkan nama tersebut, tetapi junta militer lebih mendeklarasikan sebagai gerakan anti Islam di masyarakat beragama Buddha Rakhine dan sebagian penduduk Burma. Sebutan “etnis” lebih ditekankan pada label politis yang digunakan untuk memperjuangkan keberadaan kelompok Rohingnya di Myanmar. Pemerintah junta militer tidak mengakui status etnis rohingnya sebagai warga negara Myanmar. Terlebih pada saat ditetapkannya Burma Citizenship Law 1982, mereka benar-benar kehilangan kewarganegaraannya. Beberapa sejarawan mengatakan bahwa nama Rohingnya tersebut baru muncul setelah kemerdekaan Myanmar tahun 1950-an. Dalam catatan PBB, Rohingnya hanya disebut sebagai penduduk muslim yang tinggal di Arakan, Rakhine, Myanmar.17 Gerakan tersebut telah berhasil membuat etnis Rohingnya keluar dari kawasan Myanmar. Sehingga etnis Rohingnya mengahadapi diskriminasi bagi demokrasi di daerah Burma. Pemerintah Myanmar juga beranggapan bahwa etnis Rohingnya yang berada di Arakan bukan etnis asli Myanmar. Dimana dari segi fisik dan sebagainya, mereka lebih mirip dengan warga Bengala atau warga di Bangladesh. Jadi mereka beranggapan bahwa etnis rohingnya sebagai penduduk imigran di Myanmar.

Keberadaan Rohingnya ditolak oleh sebagian besar masyarakat Rakhine dan etnis Burma sebagai golongan etnis dan juga ditolak oleh Dewan Nasional Etnis.

17

Anna Yulia Hartati, “Study Eksistensi Rohingnya di Tengah Tekanan Pemerintah Myanmar” jurnal hubungan internasional. vol.2 no. 1/ april 2013.

Sejarah Asia Tenggara | 25

(26)

Sehingga etnis Rohingnya merasa keberadaannya dianggap golongan kedua atau kelompok minoritas sebagai masyarakat tertindas. Mereka berusaha untuk meningkatkan kerjasama antarkelompok untuk melawan kekuasaan kelompok mayoritas yang dilindungi oleh junta militer. Hal ini menyebabkan etnis Rohingnya merasakan diskriminasi dan mengganggu stabilitas di kawasan Asia Tenggara.

Pemicu konflik antara etnis Rakhine dengan etnis Rohingnya sebenarnya bukan disebabkan oleh factor agama di Myanmar. Keberadaan etnis Rakhine yang memeluk agama Buddha sebagai etnis mayoritas. Sedangkan etnis Rohingnya (Muslim) yang sebagai kelompok minoritas. Sehingga dalam pandangan masyarakat luar menganggap bahwa konflik yang terjadi di Myanmar seolah-olah disebabkan perbedaan agama. Padahal konflik tersebut terjadi hanya saja bertepatan dengan wilayah antaretnis tersebut yang berdampingan. Beberapa sumber menyebutkan bahwa penyebab konflik tersebut karena peristiwa perampokan dan pemerkosaan terhadap perempuan Rakhine bernama Ma Thida Htwe pada 28 Mei 2012. Pihak kepolisian Myanmar telah menahan 3 tersangka yang kebetulan 2 diantaranya dari etnis Rohingnya. Namun tindakan tersebut tidak meredam konflik antar kedua etnis tersebut di bagian Rakhine yang terletak di sebelah barat Myanmar. Pada tanggal 4 Juni terjadi penyerangan terhadap bus yang diduga ditumpangi oleh pelaku pemerkosaan dan kerabatnya. Sehingga tercatat 10 orang muslim ditemukan tewas dan kerusuhan di Rakhine semakin meluas.

Konflik lain yang terjadi yaitu adanya kecemburuan dari etnis Rakhine sebagai penduduk mayoritas terhadap populasi etnis Muslim Rohingnya yang semakin meningkat. Menurut mereka keberadaan etnis Rohingnya merupakan sesuatu yang terus menganggu. Keberadaannya dianggap mengurangi hak atas lahan dan ekonomi, misalnya di daerah Arakan yang menjadi pusat kehidupan etnis Muslim.18

18

Ibid., hlm. 8.

Sejarah Asia Tenggara | 26

(27)

2.7 Dampak yang ditimbulkan oleh konflik etnis di Myanmar

Dampak yang terjadi akibat konflik-konflik tersebut kemungkinan sebagai akibat dari pecahnya konflik etnis, yakni terjadinya rekonsiliasi secara damai, perpisahan etnis secara damai, dan perang saudara.19 Beberapa kelompok yang terlibat dalam konflik ketegangan politis ini masih bisa bekerja sama dalam hal politik dan hukum tertentu. Karena biasanya hak-hak minoritas dan individu akan dibahas dalam hal perdebatan dan memperoleh pemaknaan baru. Austria, Belgia, dan Swiss telah banyak membuat perjanjian politis yang menjamin bahwa etnis yang berada di negara tersebut tidak ikut terlibat dalam aksi kekerasan, namun memperoleh jalan dialog dan kompromi.20

Pada kasus lain, ketika kelompok-kelompok etnis saling bertentangan. Mereka tidak dapat melakukan pejanjian yang bisa menampung kepentingan semua pihak yang bersengketa. Dengan demikian, sebagai jalan penengah untuk menyelesaikannya yaitu diputuskannya hubungan legal dan politis yang sebelumnya sudah ada.

Selain itu, Perang saudara sebagai usaha untuk menyelesaikannya, karena setiap kelompok yang berkonflik tidak mmapu membuat persetujuan bersama, baik dalam hal rekonsiliasi ataupun perpisahan legal secara damai. Banyaknya pertentangan yang terjadi antar kelompok dapat menyebabkan konflik yang tidak lepas dari unsur kekerasan yang akhirnya berskala besar karena banyaknya bentuk-bentuk yang berbeda. Kelompok minoritas bisa menuntut untuk membentuk-bentuk negara sendiri atau menuntut otonomi politik dalam bentuk federal guna menentukan nasib mereka sendiri. Sedangkan kelompok mayoritas biasanya akan memperluas kekuasaannya atas seluruh territorial termasuk kekuasaannya terhadap kelompok minoritas.21 19 Ibid., hlm.9. 20 Ibid., hlm. 9-10. 21 Ibid.,

Sejarah Asia Tenggara | 27

(28)

Pada permasalahan ini berdampak pada pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pemerintah Myanmar terhadap etnis Rohingnya. Hal ini menarik perhatian bagi dunia bahwa pembantaian yang dilakukan di Myanmar tidak mencerminkan adanya HAM yang berlaku. Meskipun permasalahn ini tergolong pernasalahan dalam negeri, tetapi negara luar hanya bisa memberikan masukan untuk membantu menyelesaikannya dengan cara damai.

Sebagai kelompok minoritas yaitu etnis Rohingnya yang tertindas, mereka melakukan migrasi ke negara tetangga yang dianggap lebih menerimanya dengan baik tanpa melakukan izin. Banyak dari mereka mengungsi ke Bangladesh tetapi dengan kondisi Bangladesh sendiri yang masih negara berkembang, maka saat ini adanya pembatasan untuk pengungsi karena dikhawatirkan tidak bisa mensejahterakan semua warga negaranya baik warga asli ataupun pendatang. Sehingga Myanmar mendapat dorongan dari negara luar untuk segera menyelesaikan permasalahan ini, karena sangat mempengaruhi kedudukan Myanmar sebagai anggota ASEAN.

Sebagai anggota yang tergabung dalam ASEAN, hal itu sangat mengganggu keharmonisan dengan anggota ASEAN lainnya. Karena jika salah satu dari negara yang tidak bisa menyelesaikan konflik dalam negerinya dapat menyebabkan dikeluarkan dari anggota ASEAN karena tidak mampu mengsejahterakan warga negaranya. Hal ini dipertegas karena tujuan dibentuknya ASEAN selain sebagai organisasi dalam lingkup Asia Tenggara juga sebagai wadah untuk bisa mensejahterakan masing-masing warga negara. Sehingga agar tercipa negara ASEAN yang baik, maka permasalahan tersebut harus segera diselesaikan.

(29)

BAB III PENUTUP Kesimpulan

Sebelum menjadi negara yang memperoleh status merdeka dari penjajahan Inggris dan Jepang. Myanmar merupakan sebuah wilayah yang memiliki sejarah panjang. Myanmar memperoleh kemerdekaannya pada bulan Januari 1948 yang diperjuangkan oleh seorang tokoh politikus bernama Aung San. Banyak orang Myanmar menyebutnya founding father of burm’s. Letak geografis yang strategis sebagai jalur perdagangan internasional yakni di antara 5 negara tetangga, memiliki jumlah penduduk sekitar 55.396 juta jiwa. Myanmar memiliki wilayah yang indah dengan berbagai macam yang mengisi didalamnya mulai dari keragaman budaya, agama yang majemuk, melimpahnya SDA serta banyak tempat wisata yang indah dan menarik yang ada di sana untuk menambah kecantikan negeri itu. Namun keindahan alam dan segala seisinya yang indah dan menarik tidak dibarengi dengan tenggang rasa antar setiap warganya terutama di kalangan pemerintahan.

Pada dasarnya konflik etnis merupakan masalah kehidupan politik pada masa lampau. Konflik etnis berlangsung karena adanya berbagai kekecewaan yang timbul dalam masyarakat. Sejatinya tindakan diskriminasi yang dilakukan oleh Myanmar tehadap kelompok minoritas terjadi jauh sebelum kemerdekan. Di Myanmar pula terdapat banyak faktor yang membuat sampai saat ini permasalahan etnis di Myanmar masih tetap berlangsung. Konflik yang terjadi antara etnis Rohingnya dengan etnis Rakhine dimana etnis Rohingnya sebagai etnis minoritas di kawasan Arakan. Hal ini menyebabkan diskriminasi oleh etnis Rohingnya, dimana mereka tidak mendapatkan perlakuan yang layak, status kewarganegaraan dan akses ekonomi. Sehingga Rohingnya merasa keberadaannya sangat diabaikan oleh pemerintah Myanmar terlebih ketika di pimpin oleh junta militer yang menerapkan sistem pemerintahan otoriter. Pemerintah Myanmar juga membatasi ruang gerak etnis rohingnya dalam

(30)

aktivitasnya. Dimana rohingnya tidak bisa melakukan aktivitas kesehariannya tanpa terbebas dari pengawasan militer. Kebijakan ini sangat mempersulit untuk mengetahui jumlah korban jiwa secara pasti.

Dengan adanya konflik etnis di Myanmar memberikan dampak tersendiri baik di dalam negeri maupun luar negeri. Dampak dari dalam negeri seperti terganggunya stabilitas politik, sosial, ekonomi, munculnya sikap diskriminasi antar etnis. Adapun dampak yang timbulkan bagi luar negeri yaitu keberadaan etnis minoritas terutama Rohingnya yang mendapat perlakuan tidak adil di Myanmar melakukan perjalanan untuk berpindah ke daerah atau negara yang bisa menerima kehadirannya dengan baik. Hal ini dilakukan oleh pengungsi karena mereka ingin mendapatkan penghidupan yang layak serta mendapatkan kebutuhan akan jasmani dan rohani yang diinginkan. Sehingga mereka berbondong-bondong dari negara satu ke negara lainnya. Akan tetapi, keberadaan para pengungsi menyebabkan kondisi suatu negara mengalami sedikit terganggu. Dimana di negara-negara tetangga Myanmar mengalami lonjakan jumlah penduduk pendatang secara tidak stabil dan mengganggu kondisi negara tersebut jika tidak ditetapkan peraturan maupun Undang-Undang yang membahas mengenai migrasi pengungsi. Hal ini dikhawatirkan akan membebani negara yang didiami oleh pengungsi karena pemerintah dari daerah tersebut lebih focus untuk mensejahterakan warga negara asli selebihnya baru warga pendatang.

Permasalahan konflik etnis ini juga berpengaruh di tingkat internasional. sehingga banyak dari negara-negara yang tergabung dalam organisasi ASEAN mendorong Myanmar untuk segera menyelesaikan konflik tersebut agar cepat dicari jalan keluarnya dan membuat negara-negara di kawasan Asia Tenggara hidup secara damai dan sejahtera.

(31)

LAMPIRAN Menambahi jawaban pertanyaan saat presentasi

Eka Diyah Ayu Lestari : 121411431033

1. Apakah tidak ada tindakan atau kebijakan yang dilakukan pemerintah Myanmar?

Jawab : Pemerintah Myanmar memberikan kebijakan-kebijakan antara lain: a) Pemerintah Myanmar menolak dalam memberikan status

kewarganegaraan, karena Rohingnya bukan suku asli Burma.

b) Komentar presiden Thein Sein pernah memicu banyak respon negative pada masyarakat dunia. Dimana ia mengungkapkan kalimat yang intinya “Rohingnya bukan termasuk kelompok kita dan kita tidak berhak untuk melindunginya”

c) Pemerintah Myanmar bekas dari junta militer yang masih mengisolasikan diri dengan negara lain untuk menyelesaikan sendiri permasalahan yang terjadi di dalam negeri tanpa melibatkan campur tangan dari negara lain.

d) Setelah beberapa kali mendapatkan desakan dari pihak luar negeri mengenai kondisi di Myanmar. Akhirnya pemerintah mulai terbuka dan menerima saran dari negara lain serta mengizinkan dalam memberikan bantuan makanan atau apapun untuk warga yang sedang berkonflik.

e) Penasehat politik pemerintah Myanmar yaitu Ko ko Hlaing pada saat diskusi berlangsung, ia menyatakan dalam kasus konflik etnis ini agar tidak melibatkan pihak asing. Dalam hal ini pemerintah Myanmar bukan berarti menolak bantuan untuk mengakhiri konflik.

(32)

f) Meskipun banyak media yang memberitakan mengenai kebijakan pemerintah Myanmar yang tidak bisa menghandle konflik yang terjadi dan terkesan dibiarkan begitu saja, tetapi pemerintah menyangkal ungkapan tersebut karena pemerintah telah menerapkan tindakan maksimal untuk menghentikann pembantaian terhadap etnis rohingnya.

2. Bagaimana reaksi PBB untuk mengatasi permasalahan konflik etnis tersebut? Jawab : Dalam menyelesaikan masalah tersebut, PBB sebagai organisasi internasional memberikan perdamaian dan keamanan internasional. Sejak pertama berdiri, PBB sering diminta untuk mencegah terjadinya pertikaian yang berujung pada peperangan. Hal ini dilakukan untuk lebih memilih jalur damai seperti dalam meja konferensi. Pada tahun 1900-an, ketika terjadi perubahan besar dalam konflik dan tindakan di kawasan internasional dalam merespon konflik yang terjadi. Karena 90% konflik yang terjadi disebabkan dari dalam negara bukan antarnegara.

Untuk meningkatkan kesejahteraan semua warga negara dan mencegah terjadinya konflik. Maka PBB mengadaptasi operasi-operasi pengawasan perdamaian untuk menjawab tantangan-tantangan baru terkait dengan konflik yang ada.22 Dalam hal ini PBB melibatkan organisasi regional dan memperkuat perdamaian pasca konflik. Dengan demikian untuk mengatasi konflik yang menangani masalah HAM di dunia maka PBB membentuk sebuah organisasi khusus yang disebut OHCHR (Office of the High Commissioner for Human Right) pada tahun 1946. Sebelum dibentuknya organisasi ini, PBB sudah membentuk badan yang menangani kasus peanggaran HAM di dunia yang bernama The United Nations Commission on Human Right. Adapun peranan

22

Bayu Azhari Ramadhani, “Peran OHCHR dalam menangani kasus HAM yang terjadi pada etnis Rohingnya di Myanmar tahun 2012” Skripsi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2014.

Sejarah Asia Tenggara | 32

(33)

OHCHR dalam menangani masalah HAM yaitu dengan cara, 1) Membantu negara yang sedang berkonflik dengan menyalurkan bantuan melalui pemerintah seperti bantuan makanan, obat-obatan dan sebagainya. 2) Memerangi tindak pelanggaran HAM dan mendampingi proses pelaksanaan demokrasi di dunia. 3) Melakukan penyelidikan khusus dan independen terhadap permasalahan yang terjadi di negara-negara tertentu, dan 4) Melakukan negosiasi kepada pemerintah mengenai kasus pelanggaran HAM untuk segera mengambil timdakan dan menghentikannya serta sebagai inisiator, fasilitator dan mediator.

Dalam menangani kasus HAM di Myanmar, OHCHR membantu etnis Rohingnya dengan memberikan dukungan kelembagaan dalam memperjuangkan status kewarganegaraan dan mendampingi pelaksanaan demokrasi di Myanmar. OHCHR mengirimkan tim khusus yang bertugas sebagai pelapor kejadian yang terjadi di Arakan untuk memantau sejauh mana tindakan yang dilakukan pemerintah Myanmar dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Peran OHCHR mendapat respon positive dari pemerintah Myanmar, dimana adanya rencana yang dibuat pemerintah untuk mereview ulang mengenai Undang-undang Kewarganegaraan pada tahun 1982 yang telah menetapkan etnis Rohingnya sebagai warga negara asing di Myanmar. Selain itu, pemerintah juga mengupayakan untuk memberikan akses pendidikan, kesehatan yang layak kepada etnis rohingnya sebagai prioritas yang sangat penting dalam memenuhi HAM etnis rohingnya.

Diki Febrianto : 121511433030

1. Bagaimana peranan organisasi sekitar seperti persatuan forum agama di wilayah Myanmar?

Jawab : Ketika pemerintah Myanmar mengungkapkan pernah menolak dengan tegas atau tidak memberikan kesempatan kepada pihak luar untuk membantu dalam mengatasi konflik tersebut. Dimana pemerintah selalu

(34)

membantah masalah yang sedang terjadi di dalam negaranya. Karena dari pihak pemerintah Myanmar tidak mau melibatkan negara lain dalam menyelesaikan konflik yang terjadi, dimana para pemangku jabatan pemerintahan mampu menyelesaikan konflik tersebut. Akan tetapi, dengan pemikiran yang sangat terbuka, presiden Thein Sein beserta pemangku jabatan lainnya menyetujui dalam menerima saran dari pihak asing sehingga dibentuk semacam organisasi yang terdiri dari perwakilan masing-masing partai keagamaan, politik dan kelompok demokrasi kecuali dari etnis Rohingnya yang dikenal dengan nama Rakhine Investigation Commission (RIC) pada tanggal 17 Agustus 2012.

Meskipun sudah ada perwakilan dari masing-masing partai dan sejenisnya, tetapi dari masyarakat Myanmar yang tinggal selain di kawasan Rakhine tidak memperdulikan konflik etnis yang terjadi di dalam negaranya. Hal ini bisa dibuktikan karena salah seorang bertemu dengan warga negara Myanmar lalu ditanyai tentang konflik Rohingnya dan Rakhine. Mereka menjawab tidak tau dan tidak mau tau karena bukan terjadi pada diri mereka. sehingga toleransi antarsesama sangat kurang.

(35)

DAFTAR PUSTAKA Buku

San, Aung Suu Kyi. 1993. “Bebas dari Ketakutan”. Penerjemah : Sugiarto Sriwibowo. Jakarta : Pustaka Utama Graffiti.

Than, Mya. Joseph L.H.Tan. 1993. “Transisi Ekonomi 1990-an Tantangan dan Dilema Myanmar”. Jakarta : Pustaka LP3ES.

Cipto, Bambang. 2010. “Hubungan Internasional di Asia Tenggara. Teropong terhadap dinamika, realitas dan masa depan”. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

All Burman Student Democratic Front (ABSDF). 1998. Surat Buat Diktator. Jakarta : Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia

Artikel

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/135556-T%2017978-peran%20UNHCR-tijauan%20literatur.pdf. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2016 pukul 19:57

http://repository.uinjkt.ac.id/space/bitstream/123456789/21646/1/NURMALA%20S ARIFAH.pdf Diakses pada tanggal 18 Oktober 2016 pukul 20:01

Alfi Revolusi et al, ”Faktor-faktor penyebab konflik etnis Rakhine dan Rohingnya di Myanmar tahun 2012”. Artikel Ilmiah.

Anna Yulia Hartati, “Study Eksistensi Rohingnya di Tengah Tekanan Pemerintah Myanmar” jurnal hubungan internasional. Vol.2 no. 1/ April 2013. Azhari, Bayu Ramadhani. 2014. “Peran OHCHR dalam menangani kasus HAM yang

terjadi pada etnis Rohingnya di Myanmar tahun 2012” Skripsi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syarif Hidayatullah, Jakarta.

(36)

Majalah dan Surat Kabar Online

Armandhanu, Ita Lismawati F. Malau dan Denny. 2011. “Thein Sein: Presiden Terpilih Myanmar”. http://dunia.news.viva.co.id/news/read/202982-presiden- pertamamyanmar-dipilih. Diakses pada 26 September 2016 pukul 10.25 WIB.

Anggoro, Wahyu Dwi. 2012. “Pembunuhan Etnis Rohingya Berlangsung Terorganisir”.

http://international.okezone.com/read/2012/11/12/411/717162/pembunuha netnis-rohingyaberlangsungterorganisir. diakses pada 26 September 2016 pukul 10.30 WIB.

_________. 2012. “MUI: Tragedi Muslim Rohingya Berlatar Belakang Agama, Stop Genocide!!”.

http://www.voaislam.com/news/indonesiana/2012/07/26/20007/muitraged i-muslim-rohingyaberlatar-belakang- agama-stop-genocide/ diakses pada 4 Oktober 2016 pukul 15.00 WIB

_________. 2001. “Anti-Muslim riots in Southern Burma”. http://www.burmalibrary.org/reg.burma/archives/200107/msg00034.html diakses pada 4 Oktober 2016 pukul 15.05 WIB.

Win, Khin Maung. 2012. “Myanmar Bentuk Komisi Penyelidikan Konflik di Rakhine”.

http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/08/18/m8xifc-myanmar-bentukkomisi-penyelidikan-konflik-di-rakhine. Diakses pada 4 September 2016 pukul 15.15 WIB.

Muftisany, Hafidz. 11 juni 2012.”Muslim Rohingnya Dituduh Penyebab Konflik Myanmar”.

http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/06/11/m5fz6e-muslim-rohingya-dituduh-penyebab-konflik-Myanmar diakses pada 05 Oktober 2016 pukul 16.10 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh penerimaan dari zakat, ‘usyr, dan sedekah ditransfer ke Baitul Mal (Kas Negara) untuk membiayai pengeluaran bagi kesejahteraan fakir miskin,

 Peserta didik berfikir bersama, tiap peserta didik dalam kelompok membagi tugas, menjelaskan kepada teman kelompoknya yang belum memahami materi, menyatukan pendapat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa a da hubungan positif antara religiusitas dengan penyesuaian diri di sekolah pada

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, penulis ingin memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai pencitraan yōkai bagi orang Jepang dengan

Pasangkan komponen-komponen seperti MCB, saklar tunggal, stop kontak, dan lampu pijar sesuai dengan tata letak yang telah dibuat dengan menggunkan kapur tulis3. Potong pipa sesuai

Seorang dosen yang diberikan tanggung jawab mengajar dituntut untuk mengiikuti semua aturan dalam proses pembelajaran termasuk dating tepat waktu dalam mengisi

Namun perlu diketahui bahwa penggunaan kartu kredit ini perlu digunakan secara bijak karena kenyataannya bahwa masyarakat di Indonesia sendiri memiliki tingkat konsumtif

YANG TIDAK.