• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

7 A. Pencegahan dan Perawatan Karies Gigi

1. Pencegahan karies gigi

Klasifikasi pelayanan pencegahan dibagi menjadi 3 yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pelayanan yang diarahkan pada tahap pre-patogenesis merupakan pelayanan pencegahan primer atau pelayanan untuk mencegah timbulnya penyakit. Hal ini ditandai dengan upaya meningkatkan kesehatan (health promotion) dan memberikan perlindungan khusus (spesific protection) (Harris and Christen, 1995).

Upaya promosi kesehatan meliputi pengajaran tentang cara menyingkirkan plak yang efektif atau cara menyikat gigi dan menggunakan benang gigi (flossing). Upaya perlindungan khusus termasuk pelayanan yang diberikan untuk melindungi host dari serangan penyakit dengan membangun penghalang untuk melawan mikroorganisme. Aplikasi pit dan fisur siletn merupakan upaya perlindungan khusus untuk mencegah karies (Herijulianti, Indriani & Artini, 2002).

Pelayanan yang ditujukan pada tahap awal patogenesis merupakan pelayanan pencegahan sekunder, untuk menghambat atau mencegah penyakit agar tidak berkembang atau kambuh lagi. Kegiatannya ditujukan pada diagnosa dini dan pengobatan yang tepat. Sebagai contoh, melakukan penambalan pada lesi karies yang kecil dapat mencegah kehilangan struktur gigi yang luas (Herijulianti, Indriani & Artini, 2002).

Terakhir, pelayanan ditujukan terhadap akhir dari patogenesis penyakit yang dikenal sebagai pencegahan tersier untuk mencegah kehilangan fungsi. Kegiatannya meliputi pemberian pelayanan untuk membatasi ketidakmampuan (cacat) dan rehabilitasi. Gigi tiruan dan implan termasuk dalam kategori ini.

Pencegahan karies gigi secara pencegahan primer, sekunder dan tersier, adalah sebagai berikut:

(2)

a. Pencegahan primer

Menurut Alpers (2006) mencegah pembusukan dengan tindakan pencegahan sebagai berikut :

1) Memilih makanan dengan cermat

Makanan yang mengandung karbohidrat juga berfenmentasi termasuk gula dan tepung kemudian akan diolah menjadi roti dan keripik kentang. Karena karbohidrat merupakan sumber makanan penting sehingga jangan mengurangi karbohidrat yang akan di konsumsi. Mengatur kebiasaan makan anak dengan sebagai berikut :

a) Menghindari makanan yang lengket dan kenyal seperti snack. Makanan seperti gula, kacang bersalut gula, sereal kering, roti dan kismis juga buah yang dikeringkan akan menempel pada gigi. Usahakan untuk membersihkan gigi dalam waktu 20 menit setelah makan. Apabila tidak menyikat gigi maka berkumurlah dengan air putih.

b) Memilih snack dengan cermat.

Efek makanan seperti snack dapat menyebabkan gigi berlubang. Makan snack setiap hari memungkinkan bakteri terus membentuk asam yang merusak gigi. Jangan makan makanan manis terus, mengunyah permen karet atau permen penyegar nafas. Jika ingin menguyah permen dengan memilih produk yang tidak mengandung gula karena mengandung xylitol atau aspartam sehingga mengurangi bakteri pembuat lubang pada gigi.

2) Pemeliharaan gigi

Mulut tidak bisa dihindarkan dari bakteri, tetapi mencegah bakteri dengan membersihkan mulut dengan teratur. Ajarkan anak untuk menyikat gigi > 2 kali sehari. Menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan gigi tiap 6 bulam sekali.

(3)

3) Pemberian flour

Membubuhkan flour dalam air minum yang kekurangan flour untuk mencegah karies gigi. Tambahan tersebut dapat berupa tetes atau tablet. Obat ini biasanya dikumurkan dalam mulut sekitar 30 detik kemudian dibuang. Anak rentan terhadap gigi berlubang sehingga pemberian flour secara topikal termasuk pasta gigi yang mengandung flour sangat bermanfaat.

b. Pencegahan sekunder

1) Penambalan gigi, kerusakan gigi biasanya dihentikan dengan membuang bagian gigi yang rusak dan diganti dengan tambalan gigi. Jenis bahan tambalan yang digunakan tergantung dari lokasi dan fungsi gigi. Geraham dengan tugas mengunyah memerlukan bahan yang lebih kuat dibandingkan gigi depan. Perak amalgam digunakan pada gigi belakang. Tambalan pada gigi depan dibuat tidak terlihat, silikat sejenis semen porselen yang mirip dengan email. Resin komposit adalah bahan yang sering digunakan pada gigi depan dan belakang bila lubangnya kecil dan merupakan bahan yang warnanya sama dengan warna gigi. Jika saraf gigi telah rusak dan tidak dapat diperbaiki maka gigi perlu dicabut.

2) Dental sealant, perawatan untuk mencegah gigi berlubang dengan menutupi permukaan gigi dengan suatu bahan. Dental sealant dilakukan pada permukaan kunyah gigi premolar dan molar. Gigi dicuci dan dikeringkan kemudian memberi pelapis pada gigi (Lithin, 2008).

c. Pencegahan tersier, gigi dengan karies yang sudah dilakukan pencabutan terhadap rehabilitasi dengan pembuatan gigi palsu

2. Perawatan Gigi Usia Sekolah (6 – 12 tahun)

Meningkatnya rasa tanggung jawab terhadap tugas sekolah dan tugas di rumah akan lebih terlihat pada anak usia ini. Perkembangan motorik halus dan kasar semakin menuju ke arah kemajuan. Oleh karena itu anak lebih dapat diajarkan cara memelihara kesehatan gigi dan mulut

(4)

secara lebih rinci, sehingga akan menimbulkan rasa tanggung jawab akan kebersihan dirinya sendiri. Dalam hal ini orang tua memegang peranan di dalam menerapkan disiplin dalam melaksanakana tanggung jawab tersebut. Beberapa teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang harus diperhatikan pada usia ini adalah (Farida, 2010):

a. Penyikatan gigi dan pemakaian pasta gigi sudah sepenuhnya dilakukan oleh anak. Pemberian disclosing solution dapat dilakukan agar anak dapat melihat bagian-bagian yang kotor pada gigi. Adapun teknik penyikatan gigi yang dapat diterapkan pada anak usia ini adalah teknik roll. Bantuan orang tua dibutuhkan apabila anak mendapatkan kesulitan saat melakukan penyikatan pada posisi gigi yang sulit, misal bagian bukal rahang atas dan rahang bawah. Pada keadaan ini hendaknya orang tua tetap memandu anak. Setelah selesai menyikat gigi hendaknya orang tua melakukan pemeriksaan kembali apakah sudah bersih. Penyikatan gigi dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pagi setelah makan dan malam sebelum tidur.

b. Pemakaian flossing pada gigi-gigi dengan kontak yang sangat rapat. Orang tua perlu mengajarkan cara penggunaan flossing, agar tidak terjadi luka / trauma pada gusi.

c. Pemberian sediaan fluor melalui aplikasi fluor dan obat kumur sudah dapat dilakukan bagi anak-anak yang telah memiliki kemampuan menelan yang baik. Sediaan fluor sangat dianjurkan bagi anak-anak dengan maloklusi, dimana kelompok tersebut memiliki resiko karies tinggi.

d. Memperkenalkan pemberian kemoterapeutik. Sediaan yang dapat diberikan adalah chlorhexidine. Diberikan bagi anak-anak dengan resiko karies dan penyakit periodontal tinggi. Anak-anak yang termasuk di dalam kelompok ini adalah penderita penyakit sistemik dan dengan maloklusi (mikroorganisme penyebab karies gigi) yang berat.

(5)

3. Prosedur atau langkah-langkah menggosok gigi

Langkah-langkah menggosok gigi yang benar adalah sebagai berikut (Farida, 2010):

a. Sikat gigi dan gusi dengan posisi kepala sikat membentuk sudut 45 derajat di daerah perbatasan antara gigi dengan gusi.

b. Gerakan sikat dengan lembut dan memutar. Sikat bagian luar permukaan setiap gigi atas dan bawah dengan posisi bulu sikat 45 derajat berlawanan dengan garis gusi agar sisa makanan yang mungkin masih menyelip dapat dibersihkan.

c. Gunakan gerakan yang sama untuk menyikat bagian dalam permukaan gigi.

d. Gosok semua bagian permukaan gigi yang digunakan untuk mengunyah. Gunakan hanya ujung bulu sikat gigi untuk membersihkan gigi dengan tekanan ringan sehingga bulu sikat tidak membengkok. Biarkan bulu sikat membersihkan celah-celah gigi. Rubah posisi sikat gigi sesering mungkin.

e. Untuk membersihkan gigi depan bagian dalam, gosok gigi dengan posisi tegak dan gerakkan perlahan ke atas dan bawah melewati garis gusi.

f. Sikat lidah untuk menyingkirkan bakteri dan agar napas lebih segar. g. Pilihlah sikat gigi dengan bulu sikat yang lembut karena yang keras

dapat membuat gusi terluka dan menimbulkan abrasi pada gigi, yaitu penipisan struktur gigi terutama di sekitar garis gusi. Abrasi dapat membuat bakteri dan asam menghabiskan gigi karena lapisan keras pelindung enamel gigi telah terkikis.

h. Ganti sikat gigi jika bulu sikat sudah rusak dan simpan di tempat yang kering sehingga dapat mengering setelah dipakai.

i. Jangan pernah meminjamkan sikat gigi kepada orang lain karena sikat gigi mengandung bakteri yang dapat berpindah dari orang yang satu ke yang lain meski sikat sudah dibersihkan.

(6)

j. Gunakan sikat gigi elektrik untuk si kecil agar lebih mudah digunakan. Sikat gigi jenis ini sebenarnya dapat membersihkan lebih baik daripada sikat gigi manual, namun sebaiknya konsultasikan terlebih dulu soal penggunaannya dengan dokter gigi.

Gambar 2.1 Cara menggosok gigi yang benar

4. Anatomi gigi

Sepanjang hidup gigi mengalami 2 kali masa pertumbuhan, pertama adalah periode pertumbuhan geligi sulung dan kedua adalah pertumbuhan geligi tetap. Cara mengetahui pertumbuhan gigi adalah dengan melihat bagian gusi di tempat gigi akan tumbuh, apabila terlihat tonjolan ataupun warna putih maka sebentar lagi gigi akan tumbuh. Pertumbuhan gigi sulung dimulai pada usia 6 bulan, namun tidak perlu khawatir apabila pada usia tersebut belum terlihat adanya tanda-tanda akan tumbuh gigi.

Gigi sulung yang pertama tumbuh adalah gigi seri pertama bawah, dilanjutkan gigi seri depan atas, kemudian disusul dengan gigi-gigi samping. Namun urutan ini kadang-kadang tidaklah sama. Pertumbuhan geligi tetap dimulai dengan geraham pertama bawah. Gigi ini sering dianggap sebagai geligi sulung, sehingga sering terjadi lubang gigi. Gigi geraham pertama bawah akan mulai tumbuh pada usia 6 tahun, setelah itu geraham pertama atas, dan gigi seri bawah (Srigupta, 2004).

Setiap gigi memiliki tiga bagian, mahkota gigi, leher gigi dan akar gigi. Mahkota gigi adalah bagian yang tampak di atas gusi yang terdiri dari lapisan email yang merupakan lapisan paling keras, tulang gigi

(7)

(dentin) yang di dalamnya terdapat syaraf dan pembuluh darah dan rongga gigi (pulpa) yang merupakan bagian antara corona dan rdiks (Isyro’in dan Andamoyo, 2012).

Gambar 2.1 Gambar skematis gigi

5. Fungsi gigi

Gigi memiliki banyak fungsi sebagaimana organ-organ keras tubuh kita lainnya. Diantara beberapa fungsi gigi yaitu (Srigupta, 2004):

a. Pengunyah

Pertama kali makanan dipotong dan diremuk dengan gigi. Kemudian dikunyah lalu ditelan. Gigi berperan untuk menghaluskan makanan agar lebih mudah ditelan serta mempermudah kerja proses pencernaan (Isyro’in dan Andamoyo, 2012).

b. Penyangga

Gigi memberikan sandaran yang kuat dengan bantuan tulang rahang pada struktut wajah.

(8)

c. Perlindungan dan pengendalian

Gigi melindungi debu, kuman dan benda-benda luar yang masuk ke dalam mulut dengan bantuan bibir

d. Penampilan

Dengan lapisannya yang berwarna putih seperti mutiara, gigi memperlihatkan penampilannya yang indah (Rahmadhan, 2010). e. Pemegang

Gigi berguna untuk memegang benda seperti pipa, cerutu dan lainnya. 6. Karies gigi

a. Pengertian

Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas maloklusi yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri. Sampai sekarang, karies masih merupakan masalah kesehatan baik di negara maju maupun di negara-negara bekembang (SKRT, 2004).

Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan bahkan kematian. Peningkatan prevalensi karies banyak dipengaruhi perubahan dari pola makan. Kini, karies gigi telah menjadi penyakit yang tersebar di seluruh dunia (Haris dan Cristin, 1995).

(9)

Gambar 2.2 Kerusakan gigi berupa lubang yang disebabkan karies

b. Faktor penyebab karies gigi

Etiologi atau penyebab karies atas faktor penyebab primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm. Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Karies gigi disebabkan oleh 4 faktor atau komponen yang saling berinteraksi yaitu komponen dari gigi dan air ludah, komponen mikroorganisme yang ada dalam mulut, komponen makanan dan komponen waktu (Isyro’in dan Andamoyo, 2012)

Pada tahun 1960-an oleh Keyes dan Jordan (dalam Harris and Christen, 1995), karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu, yang digambarkan sebagai tiga lingkaran yang bertumpang-tindih. Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor

(10)

tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama. Faktor penyebab karies tersebut dapat dijelaskan dalam gambar sebagai berikut (Harris and Christen, 1995):

Gambar 2.3 Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit multifaktorial yang disebabkan faktor host, agen, substrat dan waktu

Sumber : Harris and Christen, 1995 c. Klasifikasi

Karies gigi dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi, tingkat laju perkembangan, dan jaringan keras yang terkena (Summit, dkk, 2001). 1) Lokasi

Secara umum, ada dua tipe karies gigi bila dibedakan lokasinya, yaitu karies yang ditemukan di permukaan halus dan karies di celah atau fisura gigi.

a) Karies celah dan fisura

Celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Fisura terbentuk saat perkembangan alur, dan tidak sepenuhnya menyatu, dan membuat suatu turunan atau depresio yang khas pada strutkur permukaan email. Tempat ini mudah sekali

(11)

menjadi lokasi karies gigi. Celah yang ada daerah pipi atau bukal ditemukan di gigi geraham.

Karies celah dan fisura kadang-kadang sulit dideteksi. Semakin berkembangnya proses perlubangan akrena karies, email atau enamel terdekat berlubang semakin dalam. Ketika karies telah mencapai dentin pada pertemuan enamel dengan dental, lubang akan menyebar secara lateral. Di dentin, proses perlubangan akan mengikuti pola segitiga ke arah pulpa gigi.

Gambar 2.4 Celah atau fisura gigi dapat menjadi lokasi karies b) Karies permukaan halus

Ada tiga macam karies permukaan halus. Karies proksimal, atau dikenal juga sebagai karies interproksimal, terbentuk pada permukaan halus antara batas gigi. Karies akar terbentuk pada permukaan akar gigi. Tipe ketiga karies permukaan halus ini terbentuk pada permukaan lainnya.

Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit dideteksi. Tipe ini kadang tidak dapat dideteksi secara visual atau manual

(12)

dengan sebuah eksplorer gigi. Karies proksimal ini memerlukan pemeriksaan radiografi.

Karies akar adalah tipe karies yang sering terjadi dan biasanya terbentuk ketika permukaan akar telah terbuka karena resesi gusi. Bila gusi sehat, karies ini tidak akan berkembang karena tidak dapat terpapar oleh plak bakteri. Permukaan akar lebih rentan terkena proses demineralisasi daripada enamel atau email karena sementumnya demineraliasi pada pH 6,7, di mana lebih tinggi dari enamel. Karies akar lebih sering ditemukan di permukaan fasial, permukaan interproksimal, dan permukaan lingual. Gigi geraham atas merupakan lokasi tersering dari karies akar.

Gambar 2.5 Titik hitam pada batas gigi menunjukkan sebuah karies proksima

2) Laju penyakit

Laju karies dapat membagi karies menjadi karies akut dan kronis. Karies rekuren berarti karies yang terjadi pada bekas karies terdahulu.

3) Jaringan keras yang terpengaruh

Berdasarkan pada jaringan keras yang terpengaruh, karies dapat dibedakan menjadi karies yang memengaruhi enamel, dentin, atau sementum. Pada awal perkembangannya, karies mungkin hanya mempengaruhi enamel. Namun ketika karies semakin luas, dapat mempengaruhi dentin. Sementum adalah jaringan keras yang

(13)

melapisi akar gigi, maka sementum dapat terkena bila akar gigi terbuka.

B. Pengetahuan

1. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Menurut epistemologi setiap pengetahuan manusia itu adalah hasil dari berkontaknya dua macam besaran, yaitu benda atau yang diperiksa, diselidiki, dan akhirnya diketahui (obyek), serta manusia yang melakukan pelbagai pemeriksaan, penyelidikan,dan akhirnya mengetahui (mengenal) benda atau hal tadi (Taufik, 2010).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Berdasarkan pengalaman ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan dalam aspek kognitif menurut Notoatmodjo (2007), dibagi menjadi 6 (enam) tingkatan yaitu :

(1). Tahu ( know )

Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, dari seluruh bahan yang dipelajari. Tahu ini merupakan tingkat pengertian yang paling rendah.

(2). Memahami (Comprehension)

Memahami ini diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi ke kondisi sebenarnya.

(14)

(3). Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

(4). Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen - komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

(5). Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian - bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

(6). Evaluasi (Evaluation)

Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek (Taufik, 2010). 3. Pengukuran Pengetahuan

Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari responden (Notoatmodjo, 2007). Pengukuran pengetahuan ini berkaitan dengan pengetahuan cara menggosok gigi anak secara benar untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut.

4. Sumber – sumber pengetahuan

Sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan agama, adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya berbentuk norma-norma dan kaidah-kaidah baku yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Sumber kedua yaitu pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang lain, juga masih diwarnai oleh kepercayaan. Pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orangtua, guru, ulama, orang yang dituakan, dan sebagainya. Sumber pengetahuan disebut refleksi yang dimungkinkan oleh kehadiran manusia pada diri sendiri. Manusia tahu dan ia juga tahu bahwa

(15)

dirinya tahu. Manusia dapat mengintensifkan kehadirannya pada diri yang tahu (Snijders, 2006).

Sumber ketiga yaitu pengalaman indriawi. Bagi manusia, pengalaman indriawi adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan bisa pula melakukan kegiatan hidup.

Sumber keempat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan panca indera, akal pikiran memiliki sifat lebih rohani, karena itu, lingkup kemampuannya melebihi panca indera, yang menembus batas-batas fisis sampai pada hal-hal yang bersifat metafisis. Panca indera hanya mampu menangkap hal-hal yang fisis menurut sisi tertentu, maka akal pikiran mampu menangkap hal-hal yang metafisis, spiritual, abstrak, universal, yang seragam dan yang bersifat tetap, tetapi tidak berubah-ubah. Oleh sebab itu, akal pikiran senantiasa bersikap meragukan kebenaran pengetahuan indriawi sebagai pengetahuan semu dan menyesatkan.

Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling dalam, jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas ketinggian akal pikiran dan kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya, tanpa melalui sentuhan indera maupun olahan akal pikiran (Suhartono, 2008).

5. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu (Notoatmodjo, 2010):

a. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang (Notoatmodjo, 2010).

(16)

b. Media massa

Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain -lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. Media masa adalah alat yang dapat melibatkan masyarakat luas untuk berinteraksi dan menerima berbagai informasi (Atmakusuma, 2006).

c. Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal (Notoatmodjo, 2010). d. Hubungan sosial

Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi. Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikasi untuk menerima pesan menurut model komunikasi media dengan demikian hubungan sosial dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang suatu hal (Suryawati, 2006)

e. Pengalaman

Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya sering mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya seminar organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamannya,

(17)

karena dari berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh (Notoatmodjo, 2010).

C. Pendidikan kesehatan

1. Pengertian Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan. Dilihat dari segi pendidikan, Pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau praktik pendidikan. Oleh sebab itu konsep Pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang diaplikasikan pada bidang kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Pendidikan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan penyebaran pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suantu anjuran yang ada hubungannya dengan dengan kesehatan (Machfoedz, 2005).

Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungganya dengan kesehatan (Fitriani, 2011).

Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan. Hal ini dapat diartikan bahwa Pendidikan kesehatan mengupayakan agar perilaku individu, kelompok atau masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Mubarak (2011) memberikan penjelasan bahwa pengertian lebih luas sebenarnya didapatkan dalam bidang promosi kesehatan, dimana pendidikan dan Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan yang lebih menekankan pada pendekatan edukatif, namun jika promosi kesehatan menekankan pada upaya perubahan atau perbaikan perilaku kesehatan.

(18)

Proses pendidikan tersebut berlangsung didalam suatu lingkungan pendidikan atau tempat dimana pendidikan itu berlangsung, biasanya dibedakan menjadi tiga yaitu tri pusat pendidikan yaitu didalam keluarga (pendidikan informal), didalam sekolah (pendidikan formal), dan didalam masyarakat.

Proses Pendidikan kesehatan juga mengikuti proses tersebut, dan unsur-unsurnya pun sama. Yang bertindak selaku pendidik kesehatan disini adalah semua petugas kesehatan dan siapa saja yang berusaha untuk mempengaruhi individu atau masyarakat guna meningkatkan kesehatan mereka. Karena itu individu, kelompok ataupun masyarakat, disamping dianggap sebagai sasaran (obyek) pendidikan, juga dapat berlaku sebagai subyek (pelaku) Pendidikan kesehatan masyarakat apabila mereka di ikutsertakan didalam usaha kesehatan masyarakat.

2. Tujuan Pendidikan kesehatan

WHO (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) menjelaskan tujuan Pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit, serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan. Secara umum tujuan dari Pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu atau masyarakat dibidang kesehatan. Tujuan ini dapat diperinci lebih lanjut antara lain, menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat, mendorong pengembangan dan menggunakan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.

3. Proses Pendidikan kesehatan

Dalam proses Pendidikan kesehatan terdapat tiga persoalan pokok yaitu masukan (input), proses (process), dan keluaran (output). Masukan (input) dalam Pendidikan kesehatan menyangkut sasaran belajar yaitu individu, kelompok dan masyarakat dengan berbagai latar belakangnya.

(19)

Proses (process) adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan dan perilaku pada diri subjek belajar. Dalam proses pendidikan kesehatan terjadi timbal balik berbagai faktor antara lain adalah pengajar, teknik belajar, dan materi atau bahan pelajaran. Sedangkan keluaran (output) merupakan kemampuan sebagai hasil perubahan yaitu perilaku sehat dari sasaran didik melalui Pendidikan kesehatan (Sulastyawati, 2007). 4. Metode Pendidikan kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2003), metode pembelajaran dalam Pendidikan kesehatan dipilih berdasarkan tujuan Pendidikan kesehatan, kemampuan perawat sebagai tenaga pengajar, kemampuan individu, kelompok, masyarakat, besarnya kelompok, waktu pelaksanaan Pendidikan kesehatan, dan ketersediaan fasilitas pendukung. Metode Pendidikan kesehatan dapat bersifat pendidikan individual, pendidikan kelompok, dan pendidikan massa. Metode yang sering digunakan dalam Pendidikan kesehatan yaitu bimbingan dan Pendidikan, wawancara, ceramah, seminar, simposium, diskusi kelompok, buzz group, curah gagas, forum panel, demonstrasi, simulasi, dan permainan peran.

5. Sasaran Pendidikan kesehatan

Sasaran Pendidikan kesehatan adalah masyarakat atau individu baik yang sehat maupun yang sakit. Sasaran Pendidikan kesehatan tergantung pada tingkat dan tujuan Pendidikan yang diberikan. Lingkungan Pendidikan kesehatan di masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai lembaga dan organisasi masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

Fitriani (2011) membedakan sasaran Pendidikan terdiri dari individu, keluarga, kelompok sasaran khusus dan masyarakat. Kelompok sasaran khusus meliputi kelompok berdasarkan pertumbuhan mulai dari anak sampai manula, dan kelompok yang mempunyai perilaku merugikan kesehatan, kelompok yang ditampung di lembaga tertentu.

(20)

D. Kerangka Teori

Berdasarkan teori-teori dari tinjauan pusaka di atas maka dapat dibuat kerangka teori sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber: Notoatmodjo (2007)

Perilaku kesehatan

Pengetahuan pencegahan dan perawatan karies gigi

Faktor Pemerkuat (Reinforcing factors): 1. Sikap petugas kesehatan 2. Perilaku petugas kesehatan 3. Keluarga Faktor Pemudah (Enabling

factors): 1. Fasilitas fisik: Fasilitas kesehatan, lingkungan, materi penyuluhan 2. Fasilitas umum: Instrumen pembelajaran, Media informasi, misal TV, Koran, majalah, flamlet Faktor Predisposisi (Predisposing factors): 1. Pengetahuan (knowledge) 2. Sikap (attitude) 3. Kepercayaan (Beliefs) 4. Nilai (value) 5. Persepsi (perception)

(21)

E. Kerangka Konsep

Skema : 2.2 kerangka konsep

F. Variabel Penelitian

Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel independen (Variabel bebas) dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan

2. Variabel dependen (Variabel terikat) dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang pencegahan dan perawatan karies gigi.

G. Hipotesis

Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan tentang pencegahan dan perawatan karies gigi pada anak di SD N 1 Jambu Timur Kabupaten Jepara.

Pendidikan kesehatan Pengetahuan tentangpencegahan dan perawatan karies gigi Variabel bebas Variabel terikat - Media masa - Ekonomi - Hubungan sosial - Pengalaman - Pendidikan

Gambar

Gambar 2.1 Gambar skematis gigi
Gambar 2.2 Kerusakan gigi berupa lubang yang disebabkan karies
Gambar 2.3 Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit multifaktorial yang disebabkan faktor host, agen, substrat dan waktu
Gambar 2.4 Celah atau fisura gigi dapat menjadi lokasi karies b) Karies permukaan halus
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran efektivitas dan efisiensi pada Kedua mesin laser cutting tersebut diperlukan sebagai evaluasi bagi perusahaan dalam mengelola faktor-faktor produksinya sehingga

Tabel 1 Produksi kopi green bean PT Sinar Mayang Lestari tahun 2013 Produksi ton Ceri Green bean Kebun PT Sinar Mayang Lestari 12400 1080 Petani Mitra 21700 4320 Agen 27900 5400

Sementara itu, di wilayah Indonesia bagian timur urutan IPM terendah terdapat di provinsi Papua (lihat Tabel 4.5). Ketimpangan pembangunan manusia antar kabupaten/kota juga

Karu Nada : Bu Sel, tadi saya dapat laporan dari karu ruangan melati mengenai perawat rio yang ditugaskan untuk membantu perawat dinas di ruang kenanga. Katim Selly : iya

Berdasarkan uraian di atas dapat ditegaskan bahwa peranan kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan kinerja guru sangatlah penting. Sebagai supervisor kepala sekolah

Pernikahan usia muda merupakan pernikahan remaja dilihat dari segi umur masih belum cukup atau belum matang dimana didalam UU Nomor 1 tahun 1974 pasal 71 yang menetapkan

Penelitian ini telah menghasilkan suatu desain pembelajaran dalam bentuk lintasan belajar ( learning trajectory ) dari bentuk informal ke bentuk formal pada

Hasil penelitian tentang implementasi strategi yang dilakukan komunitas Gusdurian Surabaya dalam menanamkan sikap toleransi antarumat beragama pada para anggota