• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP. berasal dari dalam diri relawan guru antara lain motivasi peningkatan diri,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PENUTUP. berasal dari dalam diri relawan guru antara lain motivasi peningkatan diri,"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dalam penelitian ini ditemukan 12 motivasi yang dimiliki oleh relawan guru yang berada di Kota Tangerang. Adapun motivasinya terdiri dari motivasi intrinsik maupun ekstrinsik. Adapun motivasi intrinsik yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri relawan guru antara lain motivasi peningkatan diri, pemahaman, nilai, protektif, enjoyment, religiusitas, team building, dan pengaruh resiprokal . Dan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang berasal dari faktor eksternal antara lain adalah motivasi sosial, karir, sosial support dan lingkungan, serta dipengaruhi juga oleh faktor yang membuat motivasi bisa menurun, seperti ekonomi dan kesempatan bekerja.

Pada Subjek A, terdapat motivasi intrinsik yaitu adanya motif akan peningkatan, pemahaman, nilai, protektif, religiusitas, dan enjoyment. Selain itu motivasi ekstrinsik yang terlihat mempengaruhi motivasi Subjek A antara lain adanya motif akan sosial dan social support. Dan adanya hal yang membuat motivasinya menurun karena adanya perasaan akan tuntutan ekonomi terhadap dirinya.

Motivasi Subjek B sebagai guru relawan juga dipengaruhi oleh motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Dimana motivasi intrinsik Subjek B terdri dari adanya motif akan peningkatan, pemahaman, nilai, protektif, dan enjoyment. Dan motif

(2)

ekstrinsik yang dimiliki Subjek B adalah adanya motif akan sosial, karir, dan social support. Subjek B masih belum bisa memperkirakan apakah ketika ia sudah bekerja nanti masih bisa melakukan kegiatan kerelawanan ini lagi atau tidak.

Kemudian motivasi yang tergambar dari hasil penelitian terhadap Subjek C juga terdapat motif intrinsik dan ekstrinsik. Adapun motif intrinsiknya yaitu adanya motif akan peningkatan, pemahaman, nilai, protektif, dan enjoyment. Dan motif ekstrinsiknya adalah adanya motif sosial, social support, dan faktor lingkungan tempatnya menjadi relawan. Yang sempat membuat motivasinya menurun adalah ketika ia melihat adanya perbedaan kegiatan ketika ia belum menjadi relawan dan setelah menjadi relawan, kegiatan yang semula banyak, setelah Subjek masuk kegiatannya menajdi sedikit berkurang.

Dan motivasi relawan guru Subjek D juga berasal dari intrinsik dan ekstrinsik. Dimana secara intrinsik Subjek D termotivasi akan adanya motif peningkatan, pemahaman, nilai, protektif, enjoyment, religiusitas dan adanya pengaruh resiprokal. Dan motif ekstrinsik Subjek D antara lain motif sosial dan social support.

Motivasi pada subjek terakhir yaitu Subjek E terdiri dari motif intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsiknya yaitu adanya motif peningkatan, pemahaman, nilai, protektif, prestasi, dan team building. Dan adapun motif ekstrinsiknya yaitu adanya motif sosial, karir, dan social support.

Sehingga bisa disimpulkan dalam penelitian ini terdapat beberapa motif yang ditemukan pada kelima subjek, yaitu dalam peningkatan, sosial, pemahaman, nilai dan protektif dimiliki oleh seluruh subjek. Pada motif karir

(3)

hanya dimiliki oleh Subjek C dan E. Sebagian besar subjek memiliki motivasi enjoyment yaitu yang dimiliki oleh Subjek A, B, C, dan D. Dan pada motivasi religiusitas hanya dimiliki oleh Subjek A dan Subjek D. Namun untuk motivasi team building hanya dimiliki oleh subjek E. Pada Subjek B, C, D, dan E memiliki dukungan dari orang tua, suami ataupun istri mereka. Dukungan yang diberikan dari ketiga orang tua terhadap anaknya yang memiliki kegiatan sebagai relawan, memiliki pesan masing-masing untuk anaknya. Dari kedua subjek yang memiliki suami atau istri merasa bahwa dukungan dari pasangannya adalah sebagai motivasi terbesar subjek. Dan pada motif adanya pengaruh resiprokal hanya ditemukan pada Subjek D. Bagi dirinya menjadi membantu orang lain adalah standar hidup yang harus dijalaninya. Karena hidup menjadi biasa dan tidak istimewa ketika berlaku layaknya orang biasa yang tidak menjadi relawan. Didalam dirinya ada keyakinan yang kuat akan adanya pertolongan Allah bagi dirinya jika ia mampu membantu orang lain sesame manusia. Hal itu yang sering dikatakan oleh Subjek D terhadap istrinya. Dan disisi lain, meskipun rumah singgah ini berdiri di lahan yang terbatas dan dengan kondisi yang apa adanya, ternyata lingkungan hidup juga menjadi motivasi Subjek C untuk tetap menjadi relawan guru tersebut.

5.2. Diskusi

Dari lima subjek hanya dua subjek yang memiliki keenam motif VFI yaitu Subjek B dan Subjek E. Dan ketiga subjek lainnya hanya memiliki lima motif VFI, yaitu motif peningkatan, sosial, pemahaman, nilai, dan protektif. Dalam

(4)

penelitian ini juga ditemukan motif religiusitas, enjoyment dan team building pada beberapa subjek. Sehingga penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Allison, L. D., Okun, M. A., & Dutridge, K. S (2002) yang menyebutkan bahwa adanya tiga motif tambahan VFI yang dilakukan oleh relawan. Selain keenam motifnya VFI dan tiga motif tambahannya VFI, dalam penelitian ini juga ditemukan tiga motif tambahan yang ada pada relawan, yaitu motif social support, pengaruh resiprokal dan lingkungan yang menjadi motivasi relawan dalam menjalani aktifitas menjadi seorang relawan.

Beredasarkan penelitian Rokach & Wanklyn (2009) yang menyebutkan bahwa relawan wanita memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi daripada laki-laki. Hal itu sejalan dengan yang ditemukan dalam penelitian ini, dimana subjek relawan guru yang berjenis kelamin wanita memiliki tingkat pendidikan yang setara dan memiliki motivasi berpendidikan yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Dukungan sosial (social support) dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sepfitri (2011) yang menyebutkan bahwa adanya pengaruh dukungan sosial yang signifikan terhadap motivasi berprestasi. Dalam penelitian ini menggambarkan orang tua yang memberikan dukungan penuh kepada anak secara positif lebih membuat subjek termotivasi menjalani aktivitasnya sebagai relawan dibandingkan dengan subjek yang diberikan dukungan tidak penuh. Hal itu membuat subjek menjadi lebih merasa terbebani dalam menjalankan aktivitasnya sebagai relawan.

(5)

Subjek A memiliki tekanan ekonomi yang tinggi dibandingkan subjek lainnya, menyebabkan intensitas ia melakukan kegiatan menjadi relawan semakin berkurang. Hal itu mendukung penelitian yang dilakukan oleh Stukas, Snyder, and Clary (1999) yang menyebutkan bahwa individu yang memiliki tekanan ekstrinsik lebih tinggi dalam melakukan kegiatan kerelawanan, mereka cenderung kurang untuk melakukan kegiatan. Dalam hal ini masih terlihat jelas bahwa berdasarkan teori Abraham Maslow, subjek ini masih memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya.

Dalam penelitian disebutkan bahwa salah satu subjek ada yang termotivasi oleh lingkungan sekitar rumah singgah. Dimana di rumah singgah itu banyak ditumbuhi oleh pohon-pohon yang rindang dan si subjek itupun memiliki kesenangan tersendiri dengan suasana yang sejuk. Hal itu sejalan dengan adanya penelitian dari Limpo, J. N., Oetomo, H., & Suprapto, M. H. (2013) yang menyebutkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara lingkungan kelas terhadap sikap siswa.

Dan ada perbedaan mencolok dari kondisi yang dihadapi dari dikedua sekolah rumah singgah tersebut. Pada sekolah rumah singgah Anak Langit, mereka tidak hanya mendidik anak yang kurang mampu disekitar rumah singgah itu, melainkan juga mendidik andik yang kabur dari rumahnya akibat korban dari konflik keluarganya sendiri. Dan pada rumah singgah Roemah Tawon, yang lebih dirasakan bukanlah menghadapi andik-andiknya, melainkan pola pikir dari orang tua anak didik disana yang lebih mementingkan anaknya untuk membantu orang tuanya mencari nafkah daripada untuk mendapatkan pendidikan. Dan mungkin hal itu juga pernah dirasakan di rumah singgah Anak Langit, karena memang rumah

(6)

singgah Anak Langit lebih dulu berdiri daripada Roemah Tawon. Dan ternyata hal ini sesuai dalam penelitian yang dilakukan oleh Aidha, N. H. P., & Pratiwi, T. I. (2013) yang menjelaskan bahwa teknik diskusi kelompok berpengaruh signifikan meningkatkan motivasi belajar. Hal ini menjelaskan bahwa diskusi yang sering dilakukan oleh pimpinan rumah singgah terhadap guru relawan mampu memberikan peningkatan motivasi para guru relawannya.

Hal menarik lainnya adalah bahwa adanya kesesuaian antara penelitian ini dengan berdasarkan konsep teori belajar sosialnya Albert Bandura yaitu ditemukannya pengaruh resiprokal pada Subjek D. Dimana jika dilihat kebelakang Subjek D ini memiliki kondisi ekonomi menengah ke bawah, pernah putus sekolah saat di SMA hingga ia merasa bahwa hal itu menjadi masa kelamnya subjek, adanya keyakinan adanya timbal balik dari Allah ketika ia melakukan hal baik pada sesama manusia, dan ketika ia melewati masa-masa sendirinya ia menemukan makna bahwa segala jalan keluar ujian adalah dengan berusaha, doa dan tawakal kepada Allah, dan ia adalah pendiri yang paling rutin melakukan diskusi dengan para guru relawan dan juga pada andik. Meskipun begitu, meskipun keuangannya menengah kebawah, namun relawan yang berprofesi sebagai pengamen ini juga menggunakan uang hasil mengamennya ini sebagian untuk memberikan nafkah dan sebagian untuk memenuhi kebutuhan di Rumah Singgah Roemah Tawon. Mengamen bukan berarti Subjek D tidak bisa mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang besar. Namun itu masih menjadi cara terbaik baginya agar bisa tetap aktif mengurusi kerelawanan di Roemah Tawon ini. Karena beberapa kali subjek pernah bekerja menjadi wartawan. Meskipun gajinya lumayan besar, namun karena kegiatan menjadi relawan

(7)

tidaklah menentu, waktunya dadakan bahkan sampai tengah malam, membuat subjek menjadi tidak konsen lagi menjalani kerelawannya. Sehingga ia memutuskan untuk menjadi pengamen lagi. Jadi mencari nafkah lancar, menjalani kegiatan kerelawanan juga lancar. Dan meskipun Subjek D ini tidak lulus SMA, namun bahasanya lembut dan mudah dipahami.

Jika dianalisis lebih jauh, sekian banyak perjalanan hidupnya dari yang kelam yaitu putus sekolah ia memiliki kemampuan regulasi diri yang baik sehingga ia mencari jalan agar adik-adik lainnya tidak mengalami hal yang serupa dengan subjek. Meskipun dari segi ekonomi yang sangat terbatas pada saat itu, banting tulang untuk bayar sewa kontrakan tempat dirinya mengajar tidak menyurutkan semangatnya. Ketika ia ditinggali oleh kakak relawan dan juga anak didiknya, ia berusaha menjemput anak didiknya langsung ke rumahnya, mendapatkan jawaban yang kurang enak didengar, namun Subjek D tetap mengajar dengan kipas, papan tulis dan meja tanpa kakak relawan dan tanpa murid. Subjek selalu berbenah, terus intropeksi diri, adakah yang salah darinya ingin memberikan ilmu gratis, subjek tetap berusaha dan terus berdoa. Berusaha memberikan sosialisasi kepada orang tua muridnya mengenai pendidikan, berdoa lebih khusyuk ketika subjek merasa hampir tidak kuat, hingga pada akhirnya Subjek D merasa usaha dan doa subjek dijawab oleh Allah. Relawan didatangkan, anak-anak didatangkan yang awalnya dijemput sekarang orang tua muridnya yang mengantar, banyaknya donatur yang berdatangan padahal jika dilihat bahwa subjek tidak adanya pergerakan promosi untuk mencari donatur, tidak pernah door to door mencari uang untuk kegiatan kerelawanannya, namun ia yakin bisa melakukan semuanya meskipun ia hanyalah seorang pengamen. Dan adanya

(8)

peranan dari istrinya baik dari sebelum dan sesudah menjadi istri baginya adalah bara api yang membuat dirinya semangat terus menjalani kerelawanan, terutama ketika subjek sedang jenuh.

Sehingga dari kesemua perjalanan hidup Subjek D bisa terlihat bahwa subjek berusaha berfikir untuk menjadi lebih baik, baik untuk dirinya maupun andik-andiknya. Dan adanya social support dari istrinya, faktor ekonomi yang kurang hingga putus sekolah namun memiliki keyakinan yang kuat hingga bisa melewati segala ujian baik itu ujian ekonomi, menghadapi dirinya sendiri ketika jenuh, menjalani masa sendirinya pada saat awal pembentukan rumah singgah tersebut hingga pada akhirnya ia menemukan makna dibalik semua ujiannya yaitu ada pada usaha, doa dan tawakal merupakan bentuk hasil pengaruh resiprokal dari faktor eksternal dan faktor internal yang ia temukan selama ini.

5.3. Saran

Berikut ini adalah saran-saran perbaikan yang ingin peneliti berikan berdasarkan proses dan hasil penelitian:

1) Saran Metodologis

Diharapkan untuk penelitian selanjutnya untuk mengusung tema serupa dan dapat memperbaiki kekurangan metodologis yang terdapat dalam penelitian ini. Saran pertama, penelitian selanjutnya disaranakan dalam melakukan penelitian dengan yang lebih mengetahui tentang perbedaan karakteristik masyarakat sekitarnya, karena pada penelitian ini peneliti tidak mencari tahu terlebih dahulu mengenai perbedaan karakteristik warganya. Kemudian kedua, disarankan menambah jumlah pendapat ahli

(9)

(expert judgement). Penambahan jumlah pendapat ahli yang digunakan dapat berasal dari disiplin ilmu yang sama ataupun penggabungan lebih dari satu disiplin ilmu yang bervariasi, tetapi dalam satu akar yang sama untuk menganalisis suatu kasus tunggal. Saran ketiga yaitu untuk kedepannya diharapkan agar penelitiannya dilakukan dengan berpartisipasi menjadi relawan guru agar lebih akurat penggambaran yang dihadapi oleh subjek penelitiannya. Dan yang terakhir disarankan untuk menjalin rapport lebih lama pada seluruh subjek. Karena keterbatasan waktu yang dialami oleh peneliti, pada penelitian ini dalam menjalin rapport berbeda-beda, ada yang sudah beberapa kali penelitian dimulai, ada yang sehari sebelumnya, dan bahkan ada yang baru hari itu menjalin rapport.

2) Saran Praktis

Bagi para relawan disarankan untuk mengetahui motivasi masing-masing, dan di komunikasikan bersama-sama dengan teman relawan ataupun pihak pengurus keorganisasian kerelawanannya mengenai hal apa saja yang membuat relawan termotivasi dan hal apa saja yang membuta motivasi relawan menurun. Sehingga hal-hal yang bisa menghambat motivasi relawan dapat dicarikan jalan keluar yang terbaik.

Dan bagi organsasi non-profit seperti kerelawanan ini dapat lebih menyadari bahwa disetiap relawan juga memiliki kebutuhannya masing-masing. Ketika ingin merekrut relawan baru, perlu diperhatikan juga apa saja yang sekiranya bisa dikondisikan pada organisasi itu demi kenyamanan para relawan, dan relawan itu jadi tahu apakah yang akan dihadapi dirinya ketika menjadi relawan. Dan semua itu bisa dilakukan dengan cara berdiskusi dengan mereka.

(10)

Dan bagi pemerintah dengan mengetahuinya penelitian ini disarankan dapat lebih turun ke lapangan melihat kondisi yang sesungguhnya, lebih tahu kebutuhan masyarakatnya dan sebagai bahan intropeksi program sebelumnya, sehingga dalam membuat program/kebijakan kedepannya terutama dibidang pendidikan bisa lebih tepat sasaran

Referensi

Dokumen terkait

Untuk penentuan pemegang rekening yang berhak untuk memperoleh dividen, saham bonus atau hak-hak lain sehubungan dengan pemilikan saham Perseroan dalam Penitipan

 Penentuan jenis mata kuliah bahasa inggris ditentukan oleh hasil/skor komponen tes kompetensi (reading/listening/lainnya) mahasiswa baru dan standar pencapaian skor

Meskipun pada umumnya jenis bakteri yang merugikan jumlahnya lebih sedikit dari jumlah keseluruhan spesies bakteri yang ada di dunia, akan tetapi karena bersifat patogen,

Berapa tarif menelepon dengan teknologi video calling yang disajikan oleh teknologi 3G, menurut kebutuhan anda(rupiah per menit). note : off peak

Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan penulis dengan menulis skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Kalsium Karbonat pada Media Bersalinitas 3 ppt terhadap

(4) Kegiatan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan untuk menilai keberhasilan pelaksanaan perlindungan hutan dilakukan secara periodik yang

Terdapat tiga jenis strategi komunikasi dalam konteks kampanye politik (Arifin, 2003; 102), yaitu (1) Ketokohan dan kelembagaan, dengan cara memantapkan ketokohan

Kadar protein daging nyata (P<0,05) dipengaruhi oleh lama simpan (H-0 dan H-28) pada daging yang ditambah bakteriosin dan nisin, sedangkan lama simpan tidak berpengaruh nyata