• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN KONSEPTUAL SISTEM CATU DAYA LISTRIK REAKTOR RISET INDONESIA (RRI-50)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DESAIN KONSEPTUAL SISTEM CATU DAYA LISTRIK REAKTOR RISET INDONESIA (RRI-50)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah ‐ Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2015  Pusat Sains dan Teknologi Akselerator  ‐  BATAN 

Yogyakarta,  9 ‐ 10  Juni  2015

DESAIN KONSEPTUAL SISTEM CATU DAYA LISTRIK

REAKTOR RISET INDONESIA (RRI-50)

Donny Nurmayady, Nur Khasan

Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir (PRFN) – BATAN E-mail: donny@batan.go.id

ABSTRAK

DESAIN KONSEPTUAL CATU DAYA LISTRIK REAKTOR RISET INDONESIA. Sesuai dengan RENSTRA – BATAN 2010-2014 Batan melakukan desain reaktor riset yang dinamakan Reaktor Riset Indonesia (RRI-50). Makalah ini merepresentasikan desain konseptual sistem catu daya listrik reaktor ini sebagai bagian dari tugas divisi kelistrikan.. Pendekatan dilakukan dengan pembelajaran sistem kelistrikan dari desain reaktor lain telah dilakukan dan diperoleh kelebihan dan kekurangan masing-masing sistem kelistrikan pada desain reaktor-reaktor tersebut. Pada makalah ini akan disusun desain konsep sistem catu daya listrik mempertimbangkan aspek kehandalan dan keselamatan dengan memasukan Power Quality Equipment (PQ Equipment) dan acidentall bus-bar sebagai peningkatan keselamatan dan keandalan. Dari hasil ini diharapkan ada kelanjutan menuju tahapan desain dasar catu daya listrik

Kata kunci : :reaktor, keandalan,sistem kelistrikan kualitas daya listrik, catu daya

ABSTRACT

CONCEPTUAL DESIGN OF POWER SUPPLY SYSTEMS FOR INDONESIA RESEARCH REACTOR.. In accordance with Batan Strategic Plan 2010-2014, Batan perform basic design research reactor, namely Indonesia Research Reactor (RRI-50). This paper present conceptual design of the reactor's power supply system and is part of electrical division assignment. The initial approachment is to learn the electrical system of another reactor design knowing advantages and disadvantages of each electrical system on the design of reactors. In this paper, the conceptual design of power supply system wil be prepared considering the aspect realibilty and safety by including power quality equipment (pq equipment ) and acidentall bus-bar as an enhancement of those aspects. From the results, it is expected to be a continuation towards the next stages, basic design of RRI-50 power supplies.

Keywords : reactor, realibility, electrcal systems, power quality, power supply

PENDAHULUAN

alam kurun 10 tahun mendatang, 2 (dua) reaktor yang dioperasikan BATAN akan berakhir masa operasinya, yaitu reaktor TRIGA 2000 di Bandung dan reaktor Kartini di Yogyakarta. Jika hasil kajian menyatakan tidak mungkin dioperasikan lagi, maka kedua reaktor itu akan didekomisioning. Pada saat itu, usia reaktor RSG-GAS akan 33 tahun yaitu usia yang mendekati masa hidupnya selama 40 tahun. Di sisi lain, kebutuhan radioisotop dunia terus meningkat sebesar 10% per tahun, padahal beberapa reaktor riset yang memproduksi radioisotop telah berumur lebih dari 30 tahun[1].

Pada RENSTRA-BATAN 2010-2014, BATAN melakukan desain dasar RRI-50 untuk peningkatan SDM dan kualitas persiapan penuaan reaktor riset. Beberapa disiplin ilmu terlibat dalam penyusunan desain konseptual pembangunan Reaktor Riset Indonesia (RRI-50). Sistem catu daya dari RRI-50 yang diharapkan sesuai persyaratan desain peng-guna[1] yang sesuai dengan ketentuan BAPETEN[2] dan ketentuan IAEA[3] yaitu memiliki sistem catu

daya normal dan catu daya darurat. Sistem catu daya listrik normal terdiri dari sistem catu daya listrik offsite (jalur listrik komersial) dan serangkaian baterai penyedia daya listrik tak terputus untuk beberapa sistem instrumentasi dan kendali yang penting bagi keselamatan. Sistem catu daya listrik darurat dapat terdiri dari dua generator diesel yang merupakan dua unit terpisah dan beroperasi otomatis pada kejadian hilangnya catu daya listrik offsite[1].

Disiplin ilmu teknik tenaga listrik bertugas untuk merancang sistem kelistrikan pada kegiatan pembuatan desain konseptual RRI-50. Sistem kelistrikan pada reaktor riset harus memiliki tingkat kehandalan dan keselamatan yang tinggi. Pengalaman RSG GAS, desain dasar Reaktor Produksi Isotop (RPI), dan kecelakaan Fukushima merupakan pembelajaran dalam desain sistem kelistrikan. Sistem catu daya merupakan salah satu bagian dari kegiatan sistem kelistrikan.

Pada umumnya, catu daya listrik reaktor dipasok melalui 2 (dua) sirkuit berbeda untuk redudansi (20 kV dan atau 7 kV) dari perusahaan listrik (misal :PT. PLN) pada operasi normal. Pada

(2)

kondisi darurat, catu daya akan dialihkan ke genset untuk mencatu beban-beban yang penting dan operasional. Ketika terjadi kecelakaan atau genset mengalami kerusakan maka beberapa peralatan yang terkait keselamatan, instrumentasi dan kendali, dan beberapa peralatan pengukuran yang penting akan dicatu tanpa henti oleh perangkat UPS (Uninteruptable Power Supply) sampai proses keselamatan sampai benar-benar aman. UPS ini hanya mampu beroperasi beberapa jam saja. Kebutuhan daya masing-masing reaktor berbeda-beda sesuai dengan proses operasi dan instrumentasi yang digunakan. Perbedaan ini membuat desain sistem kelistrikan menjadi berbeda pula

Tahapan desain adalah melakukan pem-belajaran kelebihan dan kekurangan desain kelistrikan dari sistem reaktor yang ada. Kemudian dibuat modifikasi desain dari kelebihan reaktor-reaktor tersebut dan mengatasi kekurangan yang terjadi pada desain itu. Desain sistem kelistrikan RRI-50 juga memperhatikan beberapa standar instalasi nuklir[4] dan kelistrikan[5].

Sistem desain catu daya RSG saat ini memiliki kehandalan yang sangat tinggi dengan 3 jalur catu daya yang mandiri dan diversity (mode operasi: two of three). Namun demikian, seiring dengan waktu sistem catu daya diganggu oleh penurunan kualitas daya listrik.

Desain sistem catu daya RPI memiliki desain lebih ringkas dan umum terjadi pada beberapa reaktor di dunia. Sistem ini hanya terdiri 2 jalur catu daya yang bekerja secara active-standby. Sistem ini juga sudah dilengkapi dengan kapasitor bank sebagai salah satu peralatan perbaikan kualitas daya listrik. Namun demikian, gangguan kualitas daya listrik bervariasi dan tidak dapat hanya diselesaikan oleh kapasitor bank. Sementara itu, kecelakaan reaktor Daichi Fukushima juga menjadi pertimbangan. Kehilangan pasokan daya luar dan kerusakan instalasi kelistrikan untuk proses keselamatan menjadi pertimbangan tersendiri untuk membuat sebuah sistem tambahan yang bekerja hanya untuk kejadian kecelakaan.

Batasan makalah desain konseptual ini adalah makalah yang merupakaan ide secara kualitatif dan belum tertera angka atau kapasitas (kuantitatif) yang akan dipasang. Pada makalah ini telah dibuat sebuah desain konseptual sistem catu daya untuk Reaktor Riset Indonesia (RRI-50). Diharapkan desain RRI-50 ini akan dapat beroperasi handal dan memiliki tingkat keselamatan yang tinggi.

TATA KERJA

Desain sistem catu daya dimulai dengan diskusi dengan disiplin ilmu yang lain. Disiplin ilmu lain memaparkan desain konsepnya masing-masing

meliputi proses kerja per disiplin, intrumentasi yang akan digunakan, persyaratan desain, kemungkinan permasalahan yang akan terjadi. Dari hasil diskusi menetapkan desain catu daya sesuai dengan kesepakatan dan kebutuhan proses yang ada pada reaktor riset. Tahapan selanjutnya adalah mem-pelajari desain kelistrikan yang sudah ada. Mempelajari kelebihan dan kekurangan desain kelistrikan RSG GAS[6], desain kelistrikan reaktor riset ANSTO[7], desain kelistrikan reaktor daya PWR AP 1000[8], desain dasar Reaktor Produksi Isotop (RPI)[9] dan desain Fukushima Daichi[10]. Dari studi lteratur desain reaktor lain, ditetapkan desain sistem catu daya yang dapat memenuhi keandalan, keselamatan dan kebutuhan proses sesuai dengan standar yang berlaku. Tahap akhir adalah pembuatan desain catu daya RRI-50 yang dituangkan pada diagram satu garis.

TEORI

Sistem Catu daya

Instalasi listrik reaktor dipasok dengan kehandalan yang tinggi dan jalur yang berbeda (diversity). Kehandalan disini berarti adanya cadangan jalur tambahan yang dapat beroperasi secara bergantian langsung tanpa ada jeda pemutusan (redudansi). Biasanya ada beberapa konfigurasi seperti one of two yang berarti adalah satu sistem beroperasi sedangkan sistem yang lain menunggu sebagai cadangan (stand-by). Yang lainnya adalah two of three, yaitu dua sistem beroperasi sedangkan sistem yang lain menunggu sebagai cadangan (stand-by)[11]. Diversity disini adalah adanya beberapa kemungkinan mode alternatif lain dalam memasok catu daya listrik melalui sirkuit berbeda yang bekerja secara redundansi. Pada kondisi normal (mode operasi normal) reaktor akan di catu oleh jaringan listrik luar (PLN). Ketika PLN mengalami gangguan (mode operasi darurat) reaktor akan dicatu oleh diesel-genset. Reaktor tidak boleh langsung kehilangan catu daya listrik, oleh karena itu, ketika genset tidak dapat beroperasi beban-beban reaktor terkait keselamatan dan proses akan di supply oleh UPS selama beberapa jam untuk memastikan reaktor dalam kondisi aman untuk tidak beroperasi (shutdown).

Kecelakaan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daichi, adalah dikarenakan kehilangan catu daya listrik dari luar dan dikarenakan oleh gempa, genset dan sistem lainya mengalami kerusakan[10]. Oleh karena itu, akan didesain jalur listrik tambahan sebagai jalur kecelakan (accidentally bus bar). Jalur ini akan berfungsi catu daya kecelakaan dari luar menuju beban-beban terkait keselamatan dan operasi. Jalur ini akan berada di level/area tahan gempa dan kecelakaan.

(3)

Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah ‐ Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2015  Pusat Sains dan Teknologi Akselerator  ‐  BATAN 

Yogyakarta,  9 ‐ 10  Juni  2015

Kualitas Daya Listrik

Keberhasilan operasi reaktor salah satunya ditentukan oleh kehandalan sistem catu daya yang dirancang dan dikonstruksi dengan menggunakan komponen, sistem dan struktur (KSS) yang telah memenuhi standar industri serta kriteria keselamatan tinggi. Walaupun demikian, kondisi lingkungan yang agresif dapat mempercepat efek penurunan atau degradasi material komponen dan selanjutnya menyebabkan degradasi fungsi dan kegagalan sistem[12].

Penurunan kualitas daya listrik menjadi salah satu permasalahan serius yang mengganggu

kehandalan operasional reaktor. Tabel 1 menunjuk-an beberapa macam masalah gmenunjuk-anggumenunjuk-an penurunmenunjuk-an kualitas daya listrik beserta penyebabnya.

Dari gangguan-gangguan tersebut menghasilkan reaksi yang beragam terhadap sistem. Seperti pada Tabel 2, merupakan contoh efek gangguan kualitas daya listrik pada sebuah kendali proses.

Penanganan kualitas daya listrik dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran terhadap gangguan kemudian menentukan metode perbaikan yang akan digunakan. Tabel 3 menunjukan beberapa peralatan dan metode dalam penanganan kualitas daya listrik.

Tabel 1. Gangguan kualitas daya listrik dan penyebabnya[13].

(4)

Tabel 3. Peralatan pengukuran kualitas daya listrik [15].

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem daya listrik di desain untuk mencatu daya yang handal pada semua kondisi. Sumber catu daya dikategorikan pada 3 tipe. Catu daya normal, catu daya darurat, dan catu daya tak putus. Sistem Catu daya RRI-50 selengkapnya disajikan pada Lampiran 1.

Sistem Catu daya RSG GAS dan RPI

Sistem catu daya RSG, dengan tiga jalur catu daya berbeda dan konfigurasi catuan yang besifat diversity, membuat sistem catu daya RSG handal terhadap kehilangan pasokan daya listrik. Tiga jalur catu daya yang redudansi mandiri dan diversity[6]. Beberapa reaktor hanya terdiri 2 jalur catu daya untuk redudansi[6,7]. Seiring dengan waktu, beban catu daya RSG bertambah dan bervariasi sehingga berpengaruh pada kualitas daya listrik. Kapasitas daya listrik dari PLN dan genset masih memungkinkan untuk mengatasi penambahan beban. Hal ini dikarenakan beban-beban darurat dan tak putus hanya sebatas beban-beban instrumentasi-kendali dan keselamatan yang mengkonsumsi daya kecil. Selain itu, RSG didesain dicatu oleh 3 buah genset yang berbeda dan mandiri sehingga beban-beban yang tersebut masih dapat teratasi. Peren-canaan sistem catu daya RSG tidak dipersiapkan untuk penanganan penurunan kualitas daya listrik. Hal ini dapat terlihat pada dokumen SAR RSG tidak terlihat adanya peralatan penanggulangan kualitas daya listrik[6]. Gangguan kualitas daya listrik tidak dapat dihindari[12]. Berbagai upaya untuk memperbaiki kualitas daya listrik telah dilakukan (misal : pemasangan capasitor bank, dll)[16]. Namun demikian, tampaknya kapasitor bank tidak dapat bekerja optimal sehingga tidak dapat menyelesaikan gangguan kualitas daya listrik pada sistem catu daya. Dugaan penulis adalah pada saat perencanaan sistem catu daya RSG tidak dipersiapkan untuk penanganan

penurunan kualitas daya listrik. Gangguan kualitas daya listrik yang ada bersifat akumulatif, bertahap dan mengendap pada sistem sehingga akan sulit dalam penanganan gangguan kualitas daya listrik.

Gambar 1. Sistem catu daya listrik RSG GAS.

Desain catu daya Reaktor Produksi Isotop (RPI) memiliki desain lebih ringkas dan sudah terdapat penanganan kualitas daya listrik. Desain RPI memiliki 2 genset cadangan dengan 2 jalur terpisah yang bekerja active-standby sebagai redudansi catuan daya listrik. Konfigurasi ini umum dipakai di-beberapa instalasi reaktor nuklir. Untuk penanganan kualitas daya listrik pada desain RPI hanya terdapat capasitor bank yang tentu saja kurang mencukupi dalam hal kemungkinan gangguan penanganan kualitas daya dimasa mendatang[9].

(5)

Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah ‐ Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2015  Pusat Sains dan Teknologi Akselerator  ‐  BATAN 

Yogyakarta,  9 ‐ 10  Juni  2015

Gambar 2. Sistem catu daya listrik RPI.

Sistem Catu daya RRI-50[17]

Sistem catu daya pada RRI-50 dicatu oleh sebuah feeder (penyulang) jaringan PLN tegangan menengah 20 kV. Tegangan rendah dihasilkan melalui 2 buah trafo distribusi penurun tegangan 20/0.4 kV dengan daya pengenal 2 × 2000 kVA. Sisi tegangan rendah dari trafo memasok dua (2) panel distribusi tegangan rendah (Low Voltage Distribution Board = LVDB), yang bekerja secara redudansi, melalui Low Voltage Switchgear. LVDB dilengkapi dengan beberapa peralatan bantunya seperti pemutus (Circuit Breaker/CB), relai di sisi masukan dan keluaran, dan sekering pada sisi keluaran. Sisi tegangan rendah transformator dihubungkan ke switchgear tegangan rendah melalui bus duct. Daya listrik yang menuju gedung RRI-50 akan didistribusikan melalui LVDB dan cable tray.

Antar muka intalasi catu daya dengan jaringan listrik PLN melalui switchgear tegangan menengah BB-01. Switchgear tegangan menengah BH-01, trafo distribusi T8/T9, switchgear tegangan rendah (BH-01 dan BH-02) dan panel distribusi tegangan rendah LVDB (BHA dan BHB) ditempatkan/dipasang pada gedung bantu.

Sistem instalasi catu daya ini juga dilengkapi dengan peralatan bantu seperti CB pada sisi keluaran dan masukan, pisau pemisah, dan sistem pembumian. Sistem saling kunci antara jalur switchgear tegangan menengah BB-01 dan transformator dilengkapi dengan saklar pembumian disediakan untuk pemeliharaan transformator.

Dua buah trafo distribusi disediakan untuk mencatu dua LVDB secara redundan melalui

switchgear tegangan rendah. Transformator diinstal di ruang-ruang terpisah pada gedung bantu. transformator ini menggunakan tipe pendingin minyak. LVDB diinstal diruangan dekat switchgear tegangan menengah BB-01. Masing-masingnya harus dilengkapi dengan CB pada sisi masukan dan keluaran. Catu daya normal dipersiapkan dengan dua redudansi. Masing-masing redudansi disuplay dari switchgear tegangan rendah BH 01 untuk jalur A dan B. Pemakaian daya yang utama seperti motor listrik untuk sistem pendingin sekunder dan sistem pendingin primer disuplai dari LVDB.

Sistem Catu Daya Normal

Antar muka instalasi catu daya RRI-50 dengan jaringan listrik PLN melalui switchgear tegangan menengah BB-01. Switchgear tegangan menengah BH-01, trafo distribusi T8/T9, switchgear tegangan rendah (BH-01 dan BH-02) dan panel distribusi tegangan rendah LVDB (BHA dan BHB) ditempat-kan/dipasang pada gedung Bantu.

Sistem instalasi catu daya ini juga dilengkapi dengan peralatan bantu seperti CB pada sisi keluaran dan masukan, pisau pemisah, dan sistem pembumian. Sistem saling kunci antara jalur switchgear tegangan menengah BB-01 dan transformator dilengkapi dengan saklar pembumian disediakan untuk pemeliharaan transformador.

Dua buah trafo distribusi disediakan untuk mensuplay dua LVDB secara redundan melalui switchgear tegangan rendah. Transformator diinstal di ruang-ruang terpisah pada gedung bantu. Transformator ini menggunakan tipe pendingin minyak. LVDB diinstal diruangan dekat switchgear tegangan menengah BB-01. Masing-masingnya harus dilengkapi dengan CB pada sisi masukan dan keluaran. Catu daya normal dipersiapkan dengan dua redudansi. Masing-masing redudansi dicatu dari switchgear tegangan rendah BH 01 untuk jalur A dan B. Pemakain daya yang utama seperti motor listrik untuk sistem pendingin sekunder dan sistem pendingin primer disuplai dari LVDB.

Sistem Catu Daya Darurat

Sistem catu daya darurat disediakan untuk mencatu konsumsi daya yang terhubung dengan panel distribusi darurat tegangan rendah. Berdasarkan desain, sistem catu daya darurat dibagi kedalam 2 buah panel distribusi darurat tegangan rendah (BNA dan BNB) dengan jalur yang terpisah/ mandiri. Masing-masing dicatu oleh satu buah generator diesel-set darurat dan dihubungkan dengan perangkat bantu seperti, sistem start-up dan sistem pasokan bahan bakar, setelah masing-masing catu daya cadangan/darurat (stand-by power supply) terhubung ke salah satu redudansinya. Kegagalan/ kerusakan pada satu jalur tidak akan dapat mengganggu jalur lainnya. Generator diesel (BRV

(6)

10 dan BRV 20) ini bekerja secara redudansi (active-standby).

Masing-masing generator diesel di desain untuk melayani beban daya darurat secara maksimal (beban penuh) ditambah kapasitas cadangan sekurang-kurangnya 10%[8]. Harga batas toleransi tegangan dan frekuensi diambil sebagai perhitungan dengan melakukan langkah pembebanan bertahap. Gene-rator diesel terletak pada gedung genset. Panel distribusi darurat tegangan rendah terdapat di gedung reaktor.

Pada instalasi RRI-50, juga akan didesain untuk kemungkinan masuknya catu daya kecelakaan yang terhubung dengan Panel distribusi darurat tegangan rendah BHA dan BHB. Catu daya ini berasal dari

luar[16], selain catu daya yang ada. Hal ini berfungsi

ketika kehilangan pasokan catu daya generator diesel (terendam banjir), maka beban catu daya kecelakaan dari luar (catuan listrik dari satuan penyelamat bencana) akan dicatu dari jalur ini. Jalur ini akan diletakkan di tempat yang aman, tahan atau jauh terhadap bencana alam dan kerusakan.

Sistem Catu Daya Tak Putus[17]

Yang dimaksud dengan catu daya tak putus adalah sistem catu daya yang merupakan hasil kerja sama dari catu daya utama PLN, catu daya batere, conventer dan inventer. Ditinjau dari sisi tengangannya, maka sistem catu daya di RRI-50 terdiri dari tiga sistem catu daya tak putus yaitu : 1. Catu daya tak putus 220 Volt AC, disebut dengan

UPS-AC.

2. Catu daya tak putus 220 Volt DC, disebut dengan UPS-DC.

3. Catu daya tak putus ± 24 Volt DC, disebut dengan NBS (No Break System) atau sistem DC. Prinsip kerja sistem catu daya tak putus yaitu pada kondisi normal PLN akan mencatu beban-beban tak putus sekaligus memuati (charging) batere, dan apabila catu daya PLN gagal maka batere akan melepaskan muatannya (discharging) memasok beban. Dua unit UPS-AC (Unintrruptible Power Supply-AC) dengan 220 Volt, 50 Hz disediakan untuk memasok komputer proses dan peralatan control melalui dua bus bar redundan BNA dan BNB. Sistem UPS-DC (Unintrruptible Power Supply-DC) disediakan untuk memasok lampu-lampu darurat dan rambu-rambu darurat.

Peralatan perbaikan kualitas daya (PQ Equip-ment)[13]

Perencanaan suatu sistem ditentukan oleh kemampuan dari operasional sistem itu sendiri, dalam hal ini adalah kehandalan sistem. Faktor kualitas daya sangat penting sehinga investasi penanganan kualitas daya sedini mungkin merupakan bagian dari kehandalan sistem. Penanganan kualitas

daya data dilakukan dengan memasang peralatan (Power Quality Equipment/PQ Equipment) pada seluruh sistem ataupun hanya titik-titik tertentu yang dianggap penting. Biaya penanganan kualitas daya ketika perencanaan lebih murah dibanding pada saat gangguan. Ini dikarenakan peralatan penanganan kualitas daya belum tentu dapat berinteraksi dengan baik dengan sistem yang sudah ada. Pada desain ini PQ Equipment ditempatkan di busbar-busbar mendekati beban. Harmonic Fiter (HF1 dan HF2) dan PQ Equipment diletakkan pada busbar BNA dan BNB. Sedangkan Capasitor bank diletakkan pada busbar BH01 dan BH 02.

Gambar 3. Sistem datu daya listrik RRI-50.

KESIMPULAN

Dengan menggunakan teknik pengembangan dalam merancang sistem catu daya Reaktor Riset Indonesia (50) ini, maka sistem catu daya RRI-50 dirancang handal terhadap gangguan pasokan daya listrik dengan redundansi sistem (active-standby) dan diversity (catuan didesain untuk tiga level mode operasi). Ketika terjadi kerusakan peralatan catu daya pada seluruh mode operasi, terdapat jalur khusus untuk memungkinkan catu daya dari tim penyelamat bencana. Selain itu, sistem catu daya RRI-50 juga didesain tahan terhadap gangguan kualitas daya listrik dengan terpasangnya capasitor bank, Harmonic Filter dan PQ Equipment lainnya. Makalah ini hanya berupa desain konsep yang belum ada nilai apapun dari suatu besaran. Dari hasil makalah ini diharapkan ada kelanjutan menuju tahapan desain dasar catu daya listrik.

(7)

Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah ‐ Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2015  Pusat Sains dan Teknologi Akselerator  ‐  BATAN 

Yogyakarta,  9 ‐ 10  Juni  2015

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Kristedjo Kurnianto M.Eng Sc, selaku Kepala Bidang Elektromekanik dan Kendali, yang telah memberikan kepercayaan penuh kepada kami untuk terlibat dan membuat desain kelistrikan ini pada kegiatan Desain Konseptual Reaktor Riset Indonesia (RRI-50).

DAFTAR PUSTAKA

1. Pujihastuti Endiah, dkk., User Criteria Docu-ment (UCD) Reaktor Riset Inovatif, Dokumen Teknis. BATAN-RKN-06-2010, PTRKN 2010. 2. BAPETEN, Persyaratan Keselamatan Untuk

Keselamatan Reaktor Riset, Terjemahan Dokumen IAEA DS272: Safety Requirements on Safety of Research Reactors, 2005.

3. IAEA, Utilization Related Design Features of Research Reactors: A Compendium, Technical Report Series No. 455, IAEA Vienna, 2007. 4. American National Standards Institute N18.2,

Nuclear Safety Criteria for the Design of Stationary PWR Plants, 1973.

5. IEEE Standard 308-1991, IEEE Standard Criteria for Class 1E Power Systems for Nuclear Power Generating Stations, 1991.

6. Tim Pemutakhiran dan Revisi Dok LAK RSG-GAS Tahun 2005, Laporan Analisis Keselamatan RSG-GAS Rev.10, PRSG 2005.

7. INVAP for ANSTO., ANSTO Replacement

Research Reactor Project : SAR Chapter 9 Electric Power, ANSTO., 1 Novemner 2004. 8. Annonymous., Electric Power AP1000 Design

Control Document Tier 2 Material 8.3-26 Revision 16, 2003.

9. Annonymous, Basic Engineering Design Reaktor Produksi Isotop (RPI-10), Badan Tenaga Nuklir Nasional, 1995.

10. IAEA Report on Reactor and Spent Fuel Safety in the Light of the Accident at the Fukushim Daiichi Nuclear Power Plant (INTER-NATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Mission Report The Great East Japan Earthquake Expert Mission, IAEA International

Fact Finding Expert Mission of the Fukushima Dai-ichi NPP Accident following the Great East Japan Earthquake and Tsunami, IAEA, Vienna (2011), di unduh dari https://www.iaea.org/ newscenter/focus/fukushima/status-update) di-unduh tanggal 10/04/2015.

11. Marsahala, Yan Bony, Kajian Operasi RSG-GAS Dengan Menggunakan Dua Transformator, Prosiding PPI - PDIPTN 2007 Pustek Aksele-rator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2007.

12. Kiswanto, Sulistyo Teguh., Pengaruh Kedip

Listrik pada Operasi RSG-GAS Teras 66, SEMINAR NASIONAL IV SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA,5 NOVEMBER 2009 ISSN 1978-0176 Sekolah Tinggi Tekno-logi Nuklir – BATAN. Diunduh dari http: //jurnal.sttn-batan.ac.id/wp-content/uploads/ 2010/03/B-17%20_Kiswanto_.pdfqwjdjjdjw.

13. Ferraci Philippe, Power Quality, Cahier

Technique no 199, Schneider, September 2000. 14. Garniwa, Iwa., Bahan Ajar Power Quality,

Universitas Indonesia., 2009.

15. Dugan Roger C, Mc Granaghan Mark F, Santoso Suryo, Beaty H Wayne, Electrical Power System Quality 2nd Edition., Mc Graw Hill, 2004.

16. Marsahala Yan Bony, Studi Tentang Daya

Reaktif Sistem Distribusi Jalur B RSG GAS, Jurnal Perangkat Nuklir Vol 04 Nomor 07 2010, ISSN:1978 3515, Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir, 2010.

17. Nurmayady Donny, Khasan Nur., Desain

Konseptual Reaktor Riset Indonesia (RRI-50) : Bab 5 Kelistrikan, Dokumen Teknis Desain Konseptual Reaktor Riset Indonesia (RRI-50), Pusat Teknologi Keselamatan Reaktor Nuklir., 2014.

18. ANSI C2-1997, National Electrical Safety Code, 1997.

19. Pardi, Kusno, Pengendalian Operasi Reaktor Saat Terjadi Gangguan Catu Daya Listrik Utama di RSG-GAS, Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Aplikasi Reaktor Nuklir PRSG Tahun 2012, ISBN 978-979-17109-7-8.

(8)
(9)

Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah ‐ Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2015  Pusat Sains dan Teknologi Akselerator  ‐  BATAN 

Yogyakarta,  9 ‐ 10  Juni  2015

TANYA JAWAB

Moch. Rosyid

− Bagaimana cara mengatasi gangguan kualitas daya seperti transient, spike, harmonik, SAG. − Apakah instalasi untuk instrumentasi dicampur

dengan instalasi untuk daya besar seperti motor?

Donny Nurmayady

− Ada beberapa cara mengatasi kualitas daya listrik. Untuk transient, spike, harmonic, SAG yang terkait dengan kerusakan gelombang umumnya menggunakan filter.

− Beban instrumentasi apalagi terkait dengan safety related harus dicatu/memiliki jalur terspisah dari beban-beban besar, dikarenakan aka nada proses switching dari beban besar yang akan menimbulkan penurunan kualitas daya listrik.

Prajitno

− 1 of 2 asalnya dari mana sumbernya?

− Pada kesimpulan muncul diversity, dari mana sumbernya?

− Filter apa yang digunakan untuk mengatasi kualitas jaringan?

Donny Nurmayady

− PLN (catu daya normal), Genset (catu daya darurat) dan catu daya tak putus operasi one of two. Kalau daya normal dari PLN, catu daya darurat dari genset, catu daya tak putus berasal dari UPS dan bateri.

− Diversity dimaksudkan untuk mencatu dan jalur/wiring dengan cara yang berbeda. Misalnya untuk catuan, sistem dapat dicatu dari PLN, genset atau UPS/bateri, selanjutnya untuk wiring (beban safety related terdapat beberapa jalur kabel dari sumber PLN (3 fasa)) genset, dan UPS siap tersambung kebeban tersebut.

− HPF dan LPF, namun LPF perannya lebih dominan dengan berbagai konfigurasi dan modifikasi tergantung dari jenis gangguan harus dianalisa dengan beberapa alat ukur seperti osiloskop.

Gambar

Tabel 1.  Gangguan kualitas daya listrik dan penyebabnya[13].
Tabel 3.  Peralatan pengukuran kualitas daya listrik [15].
Gambar 3.  Sistem datu daya listrik RRI-50.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu, kami sebagai penerus bangsa berusaha membantu atau setidak- Untuk itu, kami sebagai penerus bangsa berusaha membantu atau setidak- tidaknya meringankan

Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang didukung fungsi operasi organisasi yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran umum literasi siswa, mengetahui gambaran umum prestasi belajar siswa dan untuk mengetahui gambaran umum

FORMULIR NOMOR : X.H.1-6 LAMPIRAN : 6 Peraturan Nomor : X.H.I LAPORAN BULANAN KEPEMILIKAN SAHAM EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK DAN REKAPITULASI YANG TELAH DILAPORKAN. Nama Emiten

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat krisis prevalensi gizi kurang pada anak dengan sumber air minum buruk me - ningkat dari 35,3% menjadi 38,1%, namun hanya sebelum

Bagi mahasiswa yang berhalangan hadir pada waktu yang telah dijadwalkan dimohon untuk konfirmasi ke DAAK maksimal sehari sebelum hari pelaksanaan ujian.. Yogyakarta, 13

Terima kasih yang se-besar2nya kepada 46 Donatur Dana BKSY, beserta Donatur yang tidak mau disebutkan namanya, baik yang secara terbuka maupun didedikasikan

Dn UDK 711.52:902:712.25043.2 oblikovanje krajine/zelene površine/mestni park/arheološki muzej na prostem/Ptuj VODA, Nuša GAZVODA, Davorin mentor SI- 1000 Ljubljana, Jamnikarjeva