• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Modul 3: Pelaksanaan KPBU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Modul 3: Pelaksanaan KPBU"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

i

ngkapan puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami selaku penyelenggara Pelatihan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dapat menyelesaikan mata pelatihan ini dengan baik. Modul ini berisi pentingnya seorang Aparatur Sipil Negara memiliki pemahaman mengenai Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha.

Berbeda dengan Direktorat Jenderal lainnya, peran Ditjen Bina Konstruksi lebih berperan dalam penyiapan perangkat lunak dalam pembangunan. Dalam memfasilitasi pembangunan infrastruktur publik dimaksud dilakukan melalui dua hal, pembentukan iklim yang kondusif bagi investasi, dan penyiapan kapasitas dan kompetensi berbagai komponen dalam industri konstruksi untuk melaksanakan pembangunan tersebut. Hal tersebut telah kita ketahui semua bahwa tuntutan publik atas layanan infrastruktur meningkat lebih cepat dibanding kemampuan pemerintah menyediakan dana, sehingga untuk infrastruktur publik perlu dibiayai melalui investasi swasta dengan pengaturan yang memadai, dimana motivasi swasta berinvestasi sangat dipengaruhi oleh iklim berinvestasi yang kondusif baik dukungan keamanan investasi dan pengembaliannya.

Pembuatan Modul ini adalah salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang jasa konstruksi, agar memiliki kompetensi dasar dalam memahami dan mengetahui pelaksanaan KPBU, dengan waktu pembelajaran sebanyak 3 jam pelajaran.

Kami menyadari bahwa modul ini masih ada kekurangan dan kelemahannya, baik pada isi, bahasa, maupun penyajiannya. Kami sangat mengharapkan adanya tanggapan berupa kritik dan saran guna penyempurnaan modul ini. Semoga modul ini bermanfaat khususnya bagi peserta Pelatihan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).

Bandung, Februari 2019

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi

Ir. Yudha Mediawan, M.Dev.Plg. NIP. 196610211992031003

U

(2)

ii

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

Petunjuk Penggunaan Modul ... iv

Pendahuluan ... v

A. Latar Belakang ... v

B. Deskripsi Singkat ... vi

C. Tujuan Pembelajaran ... vi

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ... vi

Materi Pokok 1 Perencanaan KPBU ... 1

A. Identifikasi dan Usulan Penetapan KPBU ... 1

B. Penyusunan Daftar Infrastruktur KPBU dan Pengkategorian ... 3

C. Latihan ... 5

D. Rangkuman ... 5

Materi Pokok 2 Penyiapan KPBU ... 6

A. Prastudi Kelayakan... 7

B. Konsultasi Publik ... 9

C. Pengajuan Dukungan Pemerintah ... 9

D. Penetapan Lokasi KPBU ... 10

E. Latihan ... 10

F. Rangkuman ... 10

Materi Pokok 3 Transaksi KPBU ... 11

A. Penjajakan Minat Pasar ... 11

B. Pengadaan Badan Usaha Pelaksana ... 12

C. Prakualifikasi ... 12

D. Proses Lelang dan Penetapan Pemenang ... 13

E. Penyiapan Legal Drafting ... 17

F. Financial Close ... 18

G. Latihan ... 19

H. Rangkuman ... 19

Materi Pokok 4 Manajemen Pelaksanaan Perjanjian KPBU ... 20

A. Penetapan Struktur Pengelolaan Kontrak ... 20

B. Penanganan Perubahan ... 23

C. Berakhirnya Kontrak dan Serah Terima Aset ... 26

D. Latihan ... 28

E. Rangkuman ... 29

Materi Pokok 5 KPBU atas Prakarsa Badan Usaha ... 30

A. Tahap Inisiasi ... 30

DAFTAR ISI

(3)

iii

B. Tahap Penyiapan ... 31

C. Tahap Transaksi ... 34

D. Penandatanganan Perjanjian KPBU ... 34

E. Latihan ... 34

F. Rangkuman ... 34

Penutup ... 35

A. Evaluasi Kegiatan Belajar ... 35

B. Umpan Balik ... 36

C. Tindak Lanjut ... 36

D. Kunci Jawaban Soal ... 37

Daftar Pustaka ... 39

(4)

iv

A. Petunjuk Bagi Peserta

Untuk memperoleh hasil belajar secara maksimal, dalam menggunakan modul Pelaksanaan KPBU, maka langkah-langkah yang perlu dilaksanakan antara lain:

1) Bacalah dan pahami dengan seksama uraian-uraian materi yang ada pada masing-masing kegiatan belajar. Bila ada materi yang kurang jelas, peserta dapat bertanya pada instruktur yang mengampu kegiatan belajar.

2) Kerjakan setiap tugas formatif (soal latihan) untuk mengetahui seberapa besar pemahaman yang telah dimiliki terhadap materi-materi yang dibahas dalam setiap kegiatan belajar.

3) Untuk kegiatan belajar yang terdiri dari teori dan praktik, perhatikanlah hal-hal berikut ini: a. Perhatikan petunjuk-petunjuk yang berlaku.

b. Pahami setiap langkah kerja dengan baik.

4) Jika belum menguasai level materi yang diharapkan, ulangi lagi pada kegiatan belajar sebelumnya atau bertanyalah kepada instruktur atau instruktur yang mengampu kegiatan pembelajaran yang bersangkutan.

B. Petunjuk Bagi Instruktur

Dalam setiap kegiatan belajar instruktur berperan untuk: 1. Membantu peserta dalam merencanakan proses belajar.

2. Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belajar. 3. Membantu peserta dalam memahami konsep, praktik baru, dan menjawab pertanyaan

peserta mengenai proses belajar peserta.

4. Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang diperlukan untuk belajar.

(5)

v

A. Latar Belakang

Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) sebagai unsur utama Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur Negara mempunyai peranan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan sosok CPNS yang mampu memainkan peran tersebut adalah CPNS yang mempunyai kompetensi yang diindikasikan dari sikap dan perilakunya yang penuh dengan kesetiaan dan ketaatan kepada Negara, bermoral dan mampu menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mempunyai tugas dan tanggung jawab melaksanakan sebagian tugas umum Pemerintahan dan tugas pembangunan dibidang ke-PUPR-an yang meliputi bidang Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Air, Bina Marga, Cipta Karya, Pengembangan Wilayah, Perumahan Rakyat, Penelitian dan Pengembangan bidang PUPR dan Bina Konstruksi. Dalam pembangunan infrastruktur bidang PUPR tersebut telah banyak dibangun berbagai macam sarana prasaran fisik diseluruh wilayah Indonesia yang tujuan untuk mendukung sektor-sektor pembangunan lainnya agar dapat berkembang, sehingga perekonomian masyarakat akan meningkat dengan pesat yang pada akhirnya kesejahteraan rakyat akan segera tercapai. Untuk dapat membentuk sosok Calon Pegawai Negeri Sipil tersebut di atas, perlu dilaksanakan pembinaan melalui jalur pelatihan yang mengarah kepada upaya peningkatan:

a. Sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada kepentingan masyarakat, bangsa, Negara dan tanah air;

b. Kompetensi teknik, manajerial, dan atau kepemimpinannya;

c. Efisiensi, efektifitas dan kualitas pelaksanaan tugas yang dilakukan dengan semangat kerjasama dan tanggung jawab sesuai dengan lingkungan kerja organisasinya.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, mengatur juga tentang Pendidikan dan Pelatihan Terintegrasi yang selanjutnya disebut Pelatihan Prajabatan sesuai pasal 1 ayat 28, dan juga dalam rangka meningkatkan tertib penyelenggaraan pembangunan guna mewujudkan prasarana dan sarana bidang pekerjaan umum yang efisien, efektif, dan produktif, dipandang perlu menyempurnakan materi sistem pengendalian manajemen.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 603/PRT/M/2005 ditetapkan dengan maksud agar para penyelenggara proyek/satuan kerja di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum dapat melaksanakan tugasnya secara profesional dengan tidak menyimpang dari peraturan dan ketentuan yang berlaku, sehingga diperoleh hasil yang tepat mutu, tepat waktu, tepat biaya, dan tepat manfaat.

Pelatihan ini menguraikan tentang tata cara pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, yang disusun dengan kaidah penulisan dan

(6)

vi

penyelenggaraan dengan mengacu pada Perpres No 38 Tahun 2015, dan Permen No 21/PRT/M/2018, serta regulasi lainnya yang relevan.

B. Deskripsi Singkat

Mata pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan mengenai pelaksanaan KPBU yang disajikan dengan metode ceramah dan tanya jawab.

C. Tujuan Pembelajaran 1. Hasil Belajar

Setelah mengikuti proses pembelajaran pelaksanaan KPBU peserta diharapkan mampu memahami tahapan-tahapan proses pelaksanaan KPBU dalam penyediaan infrastruktur di lingkungan kementerian PUPR.

2. Indikator Hasil Belajar

2.1 Mampu Memahami Identifikasi dan Penyusunan dalam Perencanaan KPBU

2.2 Mampu memahami prastudi kelayakan, konsultasi publik, pengajuan dukungan pemerintah, dan penetapan lokasi dalam penyiapan KPBUMampu Memahami Transaksi KPBU

2.3 Mampu Memahami Manajemen Pelaksanaan Perjanjian 2.4 Mampu Memahami KPBU Atas Prakarsa Badan Usaha

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

1. Perencanaan KPBU

1.1 Identifikasi dan Usulan Penetapan KPBU

1.2 Penyusunan Daftar Infrastruktur KPBU dan Pengkategorian 2. Penyiapan KPBU

2.2 Prastudi Kelayakan 2.3 Konsultasi Publik

2.4 Pengajuan Dukungan Pemerintah 2.5 Penetapan Lokasi KPBU

3. Transaksi KPBU

3.1 Penjajakan Minat Pasar

3.2 Pengadaan Badan Usaha Pelaksana 3.3 Prakualifikasi

3.4 Proses Lelang dan Penetapan Pemenang 3.5 Penyiapan Legal Drafting

3.6 Financial Close

4. Manajemen Pelaksanaan Perjanjian

4.1 Penetapan Struktur Pengelolaan Kontrak 4.2 Penanganan Perubahan

4.3 Berakhirnya Kontrak dan Serah Terima Aset 5. KPBU atas Prakarsa Badan Usaha

5.1 Tahap Inisiasi 5.2 Tahap Penyiapan 5.3 Tahap Transaksi

(7)

1

A. Identifikasi dan Usulan Penetapan KPBU

Tahap perencanaan KPBU dimaksudkan untuk:

a. Memperoleh informasi mengenai kebutuhan Penyediaan Infrastruktur yang dapat dikerjasamakan dengan Badan Usaha berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Rencana Kerja Pemerintah, Rencana Strategis dan Rencana Kerja Kementerian, khususnya Kementerian PUPR; dan

b. Mendukung koordinasi perencanaan dan pengembangan rencana KPBU serta melakukan keterbukaan informasi kepada masyarakat mengenai rencana KPBU.

Pelaksanaan kegiatan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut: a. Penyusunan rencana anggaran dana KPBU untuk setiap tahapan;

b. Identifikasi dan usulan penetapan KPBU, termasuk untuk gabungan 2 atau lebih PJPK; c. Konsultasi Publik;

d. Pengambilan keputusan lanjut atau tidak lanjut rencana KPBU; e. Penyusunan daftar infrastruktur KPBU; dan

f. Pengkategorian KPBU.

Kegiatan pendukung dapat dilaksanakan pada tahap perencanaan diantaranya kegiatan yang terkait dengan kajian lingkungan hidup dan kegiatan yang terkait dengan pengadaan tanah.

1. Identifikasi KPBU

Identifikasi KPBU yang memiliki potensi untuk dikerjasamakan dengan Badan Usaha dilaksanakan oleh Pimpinan Unit Organisasi atau Direksi BUMN untuk KPBU yang diprakarsai oleh Kementerian PUPR.

Dalam hal melakukan identifikasi KPBU, Pimpinan Unit Organisasi menyusun Studi Pendahuluan yang memuat paling sedikit:

a. Profil rencana proyek KPBU;

b. Alasan kebutuhan dan tingkat kepentingan ketersediaan proyek;

MATERI POKOK 1

PERENCANAAN KPBU

(8)

2

c. Kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan sektoral dan KPBU, rencana

kerja pemerintah, dan tata ruang;

d. Manfaat utama dikerjasamakan dengan Badan Usaha, termasuk identifkasi awal jenis risiko yang dialihkan ke Badan Usaha sebagai faktor kunci perhitungan Nilai Manfaat Uang;

e. Rencana bentuk KPBU, skema pembiayaan proyek dan sumber dananya; dan f. Rencana penawaran kerja sama yang mencakup jadwal, proses, dan cara penilaian. Studi pendahuluan, meliputi kajian mengenai:

a. Analisis kebutuhan (need analysis); b. Kriteria kepatuhan (compliance criteria);

c. Kriteria faktor penentu nilai manfaat uang (value for money) partisipasi badan usaha; d. Analisa bentuk kerja sama, potensi pendapatan dan skema pembiayaan proyek; dan e. Rekomendasi dan rencana tindak lanjut.

Indikator analisi kebutuhan (need analysis), meliputi:

a. Kepastian KPBU memiliki dasar pemikiran teknis dan ekonomi berdasarkan analisis data sekunder yang tersedia;

b. Kepastian KPBU mempunyai permintaan yang berkelanjutan dan diukur dari ketidakcukupan pelayanan, baik secara kuantitas maupun kualitas, berdasarkan analisis data sekunder yang tersedia; dan

c. Kepastian KPBU mendapat dukungan dari pemangku kepentingan yang berkaitan, salah satunya melalui konsultasi publik.

Kriteria kepatuhan (compliance criteria), meliputi:

a. Kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk penentuan pendelegasian wewenang untuk bertindak selaku PJPK;

b. Kesesuaian KPBU dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional/Daerah dan/atau Rencana Strategis Kementerian/Lembaga, Rencana Kerja Pemerintah Daerah, rencana bisnis BUMN/BUMD;

c. Kesesuaian lokasi KPBU dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (apabila diperlukan sesuai kebutuhan jenis Infrastruktur yang akan dikerjasamakan); dan

d. Keterpaduan infrastruktur dengan pengembangan wilayah dan infrastruktur lainnya (bila diperlukan).

Kriteria faktor penentu nilai manfaat uang (value for money) partisipasi Badan Usaha, meliputi:

a. Keunggulan yang dimiliki sektor swasta dalam pelaksanaan KPBU termasuk dalam pengelolaan risiko;

(9)

3

b. Terjaminnya efektivitas, akuntabilitas dan pemerataan pelayanan publik dalam jangka

panjang;

c. Alih pengetahuan dan teknologi; dan

d. Terjaminnya persaingan sehat, transparasi, dan efisiensi dalam proses pengadaan. Analisi bentuk kerja sama, potensi pendapatan dan skema pembiayaan proyek, meliputi: a. Bentuk KPBU dan indikasi struktur proyek;

b. Potensi pendapatan utama dan lainnya;

c. Skema pembiayaan proyek dan sumber dana, termasuk:

1) Indikasi kemampuan pengguna untuk membayar berdasarkan data sekunder, jika menggunakan skema pembayaran user pay;

2) Kemampuan fiskal pemerintah pusat, dan/atau BUMN dalam melaksanakan KPBU, terutama jika menggunakan skema pembayaran ketersediaan layanan; d. Perkiraan bentuk dukungan dan/atau jaminan pemerintah.

Rekomendasi dan rencana tindak lanjut, meliputi : a. Rekomendasi pendelegasian wewenang PJPK;

b. Rekomendasi bentuk kerja sama dan skema pembiayaan proyek; c. Rekomendasi kriteria utama dalam pemilihan badan usaha; dan d. Rencana jadwal kegiatan penyiapan dan transaksi KPBU.

2. Usulan Penetapan KPBU

Dalam hal KPBU merupakan gabungan dari 2 (dua) atau lebih jenis infrastruktur, maka koordinator PJPK yang disepakati dalam nita kesepemahaman akan melakukan pembagian kewenangan tugas dalam KPBU gabungan tersebut.

Penetapan KPBU PUPR yang memiliki potensi untuk dikerjasamakan dengan Badan Usaha:

a. Dilakukan oleh Menteri untuk penetapan KPBU yang diprakarsai oleh Pemerintah berdasarkan rekomendasi Simpul KPBU; dan

b. Dilakukan oleh Menteri untuk penetapan KPBU yang diprakarsai oleh Badan Usaha berdasarkan rekomendasi Simpul KPBU atas usulan calon pemrakarsa.

B. Penyusunan Daftar Infrastruktur KPBU dan Pengkategorian 1. Penyusunan Daftar Proyek KPBU PUPR

Simpul KPBU menyusun Daftar Proyek KPBU PUPR.

Penyusunan Daftar Proyek KPBU PUPR disusun berdasarkan: a. usulan Unit Organisasi;

(10)

4

b. telah dikordinasikan dengan BPIW terkait keterpaduan infrastruktur PUPR dengan

pengembangan kawasan;

c. untuk usulan proyek yang diprakarsai oleh Badan Usaha, pemrakarsa proyek telah ditetapkan oleh PJPK; dan

d. telah disetujui Menteri Perencanaan sebagai Proyek KPBU

Simpul KPBU melaporkan informasi perkembangan KPBU dalam proses penyiapan dan KPBU siap ditawarkan kepada Menteri selaku PJPK untuk selanjutnya diinformasikan kepada Menteri Perencanaan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

Jangka waktu pencantuman KPBU dalam proses penyiapan dan KPBU siap ditawarkan dalam Daftar Rencana KPBU paling lama 2 (dua) tahun. Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak terdapat perkembangan maka proyek KPBU tersebut dievaluasi oleh Simpul KPBU.

2. Pengkategorian KPBU

KPBU dikategorikan berdasarkan tingkat kesiapan, yaitu: a. KPBU dalam proses penyiapan; dan

b. KPBU siap ditawarkan.

Rencana KPBU yang diusulkan sebagai KPBU dalam proses penyiapan harus memenuhi kriteria:

a. Kesesuaian dengan RPJM Nasional/Daerah dan Rencana Strategis sektor infrastruktur;

b. Kesesuaian lokasi proyek yang akan dikerjasamakan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah;

c. Keterkaitan antarsektor infrastruktur dan antarwilayah; dan d. Elah memiliki Dokumen Studi Pendahuluan.

Rencana KPBU yang diusulkan sebagai KPBU siap ditawarkan harus memenuhi kriteria: a. Memperoleh kepastian mengenai kesiapan KPBU, kesesuaian teknis, ketertarikan

pasar, dan pilihan bentuk KPBU;

b. Telah menyelesaikan kajian lingkungan hidup sesuai peraturan perundang-undangan;

c. Telah disusun rancangan rinci spesifikasi keluaran; d. Telah disusun rancangan struktur tarif;

e. Telah dilakukan analisis model keuangan, alokasi dan mitigasi risiko serta mekanisme pemberian Dukungan dan/atau Jaminan Pemerintah bilamana diperlukan;

f. Telah disusun rancangan rencana pengadaan Badan Usaha Pelaksana dengan mempertimbangkan:

(11)

5

1) Potensi dan minat Badan Usaha dalam KPBU;

2) Kewajaran rencana atau jadwal pelaksanaan pengadaan; dan 3) Penetapan dan kesiapan Panitia Pengadaan.

g. Telah disusun rancangan ketentuan perjanjian KPBU; dan

h. Memperoleh persetujuan dari PJPK untuk KPBU atas prakarsa Badan Usaha dan kesepakatan dari para pemangku kepentingan atas KPBU.

C. Latihan

D. Rangkuman

Jawablah Pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar!

1. Jelaskan komponen dalam penyusunan studi pendahuluan dalam hal melakukan identifikasi KPBU oleh Pimpinan Unit Organisasi!

2. Sebutkan kriteria Rencana KPBU yang diusulkan sebagai KPBU dalam proses penyiapan!

Kegiatan pendukung dapat dilaksanakan pada tahap perencanaan diantaranya kegiatan yang terkait dengan kajian lingkungan hidup dan kegiatan yang terkait dengan pengadaan tanah.

Identifikasi KPBU yang memiliki potensi untuk dikerjasamakan dengan Badan Usaha dilaksanakan oleh Pimpinan Unit Organisasi atau Direksi BUMN untuk KPBU yang diprakarsai oleh Kementerian PUPR.

Dalam hal KPBU merupakan gabungan dari 2 (dua) atau lebih jenis infrastruktur, maka koordinator PJPK yang disepakati dalam nita kesepemahaman akan melakukan pembagian kewenangan tugas dalam KPBU gabungan tersebut.

Simpul KPBU melaporkan informasi perkembangan KPBU dalam proses penyiapan dan KPBU siap ditawarkan kepada Menteri selaku PJPK untuk selanjutnya diinformasikan kepada Menteri Perencanaan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

Jangka waktu pencantuman KPBU dalam proses penyiapan dan KPBU siap ditawarkan dalam Daftar Rencana KPBU paling lama 2 (dua) tahun. Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak terdapat perkembangan maka proyek KPBU tersebut dievaluasi oleh Simpul KPBU.

(12)

6

PJPK memastikan ketersediaan anggaran pada tahap penyiapan KPBU antara lain:

a. Pengadaan Badan Penyiapan, bila diperlukan; b. Penyusunan Prastudi Kelayakan;

c. Penyusunan Dokumen Kajian Lingkungan, bila diperlukan;

d. Penyusunan Dokumen Kajian Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali, bila diperlukan;

e. Penyusunan rancangan dokumen pengadaan;

f. Penyusunan rancangan dokumen perjanjian kerja sama; dan g. Penyusunan dokumen pendukung lainnya.

Tahap Penyiapan KPBU bertujuan untuk mengkaji kelayakan KPBU untuk dikerjasamakan dengan badan usaha.

PJPK membentuk Tim KPBU dalam tahap penyiapan KPBU dan dapat dibantu oleh Badan Penyiapan.

Tim KPBU memiliki peran dan tanggung jawab untuk:

a. Melakukan kegiatan tahap penyiapan KPBU meliputi: penyusunan Prastudi Kelayakan dan dokumen lainnya;

b. Melakukan kegiatan tahap transaksi KPBU hingga tercapainya pemenuhan pembiayaan (financial close), kecuali kegiatan pengadaan Badan Usaha Pelaksana;

c. Menyampaikan pelaporan kepada PJPK secara berkala melalui Simpul KPBU; dan d. Melakukan koordinasi dengan Simpul KPBU dalam pelaksanaan tugasnya.

Ruang lingkup tugas Badan Penyiapan utamanya membantu PJPK dalam melakukan penyiapan dan/atau transaksi KPBU, meliputi:

a. Menyusun dokumen yang dibutuhkan pada tahap penyiapan dan/atau transaksi KPBU; dan/atau

MATERI POKOK 2

PENYIAPAN KPBU

Mampu memahami prastudi kelayakan, konsultasi publik, pengajuan dukungan pemerintah, dan penetapan lokasi dalam penyiapan KPBU.

(13)

7

b. Melakukan pendampingan pada tahap penyiapan dan/atau transaksi KPBU.

Dalam hal PJPK dibantu oleh Badan Penyiapan, biaya Badan Penyiapan dibayarkan dengan tata cara pembayaran secara berkala (retainer fee), pembayaran secara penuh (lump sum), gabungan pembayaran secara berkala dan penuh, dan/atau tata cara lain yang disepakati antara Menteri dengan Badan Penyiapan.

A. Prastudi Kelayakan

Penyiapan kajian Prastudi Kelayakan dapat terdiri atas penyiapan Kajian Awal Prastudi Kelayakan (Outline Business Case/OBC) dan penyiapan Kajian Akhir Prastudi Kelayakan (Final Business Case/FBC).

Dalam hal para pemangku kepentingan telah menyepakati konsep KPBU termasuk kesimpulan atas jenis, lingkup, dan spesfikasi keluaran layanan yang diharapkan, penyusunan Prastudi Kelayakan dapat langsung dilakukan dalam 1 kali studi tanpa memisahkan Kajian Awal Prastudi Kelayakan dan Kajian Akhir Prastudi Kelayakan.

Penentuan pentahapan dalam penyusunan Kajian Prastudi Kelayakan menjadi 2 (dua) tahapan dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Konsep KPBU masih memerlukan pembahasan lebih dalam di antara para pemangku kepentingan;

b. Tingkat kepastian kelayakan Proyek KPBU masih rendah; dan/atau c. Anggaran penyiapan Kajian Prastudi Kelayakan terbatas.

Kajian awal Prastudi kelayakan bertujuan untuk: a. Menentukan sasaran dan kendala KPBU;

b. Memastikan kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan;

c. Mengkaji peran dan tanggung jawab masing-masing pemangku kepentingan;

d. Mengkaji pilihan teknis serta ketersediaan teknologi dan barang/jasa yang dibutuhkan; e. Mengidentifikasi pilihan bentuk KPBU terbaik;

f. Mengkaji manfaat ekonomi dan sosial dari rencana KPBU;

g. Menyusun rencana komersial yang mencakup kajian permintaan (demand), industri (market), struktur pendapatan, dan keuangan;

h. Memetakan risiko dan upaya mitigasi yang diperlukan; i. Mengidentifikasi awal atas dampak lingkungan dan sosial;

j. Menetapkan persyaratan pelaksanaan KPBU, termasuk landasan hukum, dan tindak lanjut yang diperlukan be kaitan dengan pengadaan tanah dan pemukiman kembali; k. Mengidentifikasi kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah;

dan

l. Menentukan berbagai permasalahan pokok dan hambatannya serta usulan untuk mengatasi permasalahan.

(14)

8

Kajian Akhir Prastudi Kelayakan bertujuan untuk memastikan:

a. Konsep KPBU dalam kajian awal Prastudi Kelayakan memperoleh persetujuan dari masing-masing pemangku kepentingan;

b. Konsep KPBU dalam kajian awal Prastudi Kelayakan telah dimutakhirkan dan disempurnakan berdasarkan masukan dari pemerintah, masyarakat, badan usaha, lembaga keuangan, dan/atau lembaga terkait lainnya;

c. Usulan permintaan Dukungan Pemerintah telah disampaikan oleh PJPK kepada Menteri dan/atau Menteri Keuangan apabila hasil Kajian Awal mengindikasikan perlunya Dukungan Pemerintah untuk KPBU;

d. Usulan permintaan Jaminan Pemerintah telah disampaikan oleh PJPK kepada Menteri Keuangan/BUPI, apabila hasil Kajian Awal mengidentifikasikan perlunya Jaminan Pemerintah untuk KPBU;

e. Tim KPBU telah terbentuk dan berfungsi;

f. Rencana dan jadwal waktu program penyiapan tapak termasuk pengadaan tanah dan program pemukiman kembali telah disiapkan, termasuk rancangan rencana anggaran dan jadwal pelaksanaannya telah diusulkan dalam RKP;

g. Rancangan rencana anggaran dan jadwal pelaksanaan penyusunan kajian lingkungan (AMDAL atau UKL-UPL) telah diusulkan dalam RKP; dan

h. Langkah-langkah untuk menyelesaikan berbagai masalah hukum telah disusun. Penyusunan kajian Prastudi Kelayakan yang terdiri atas 2 (dua) tahap dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:

a. Kajian Awal Prastudi Kelayakan:

1) Kajian disusun mengikuti poin 3 hingga 10 di atas;

2) Kajian Awal Prastudi Kelayakan masih berupa alternatif sebagai masukan kepada PJPK untuk mengambil keputusan final.

b. Kajian Akhir Prastudi Kelayakan terdiri atas penyempurnaan data dengan kondisi terkini dan pemutakhiran atas kelayakan dan kesiapan KPBU yang sebelumnya telah tercakup dalam Kajian Awal Prastudi Kelayakan, termasuk penyelesaian hal-hal yang perlu ditindaklanjuti.

Penyiapan kajian Prastudi Kelayakan dilakukan oleh: a. Unit Organisasi; atau

b. Simpul KPBU berdasarkan permintaan dari Unit Organisasi.

Kajian Prastudi Kelayakan sebagaimana dimaksud pada angka 2 terdiri atas: a. Kajian Hukum dan Kelembagaan;

b. Kajian Teknis;

(15)

9

d. Kajian Lingkungan dan Sosial;

e. Kajian Bentuk Kerja sama dalam Penyediaan Infrastruktur; f. Kajian Risiko;

g. Kajian Kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah; dan h. Kajian Mengenai Masalah yang Perlu Ditindaklanjuti (Out Standing Issues).

B. Konsultasi Publik

Pimpinan Unor melakukan Konsultasi Publik pada tahap penyiapan KPBU untuk memberikan penjelasan dan penjabaran terkait KPBU dan paling sedikit menghasilkan hal-hal sebagai berikut:

a. Penerimaan tanggapan dan/atau masukan dukungan dari pemangku kepentingan yang menghadiri Konsultasi Publik, terutama terkait biaya KPBU yang akan berdampak kepada masyarakat, seperti tarif; dan

b. Evaluasi terhadap hasil yang didapat dari Konsultasi Publik dan implementasinya dalam KPBU.

Pelaksanaan konsultasi publik dikordinasikan dengan Simpul KPBU.

C. Pengajuan Dukungan Pemerintah

Kegiatan pendukung yang dapat dilakukan pada tahap penyiapan diantaranya:

1. Kegiatan untuk mendapatkan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah 2. Kegiatan untuk mendapatkan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah

diatur lebih lanjut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Dukungan dan/atau Jaminan Pemerintah.

3. Kegiatan yang berkaitan dengan Pengadaan Tanah

a. Pada saat proses Kajian Akhir Prastudi Kelayakan dimulai, PJPK melakukan penyusunan rencana pengadaan tanah dan pemukiman kembali.

b. Selama proses Kajian Akhir Prastudi Kelayakan,

1) PJPK melakukan penyelesaian dokumen perencanaan pengadaan tanah dan pemukiman kembali; dan

2) PJPK memulai proses untuk mendapatkan persetujuan atas rancangan anggaran dan jadwal pelaksanaan KPBU berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(16)

10

a. Bagi KPBU yang diwajibkan memiliki AMDAL, maka pada tahap Penyiapan KPBU, PJPK melakukan proses kajian lingkungan hidup dengan mengikuti mekanisme AMDAL sesuai peraturan perudnang-undangan.

b. Dalam hal KPBU tidak diwajibkan untuk melakukan penyusunan dokumen-dokumen AMDAL, proses pengajuan izin lingkungan dapat dilakukan berdasarkan rekomendasi yang diberikan oleh instansi yang berwenang.

D. Penetapan Lokasi KPBU

1. PJPK memastikan kesesuaian dokumen perencanaan pengadaan tanah dan pemukiman kembali berkaitan dengan rencana KPBU untuk mendapatkan penetapan lokasi.

2. PJPK memastikan KPBU telah mendapatkan izin lingkungan.

3. PJPK mengajukan permohonan penetapan lokasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Penetapan lokasi untuk KPBU dilakukan sebelum tahap Prakualifikasi pengadan Badan Usaha Pelaksana KPBU.

5. Pengadaan Badan Usaha Pelaksana dilaksanakan setelah penetapan lokasi untuk tanah yang belum tersedia. Sedangkan untuk tanah milik negara/daerah untuk pelaksanaan KPBU yang sudah tersedia mengikuti mekanisme Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Latihan

F. Rangkuman

Jawablah Pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar!

1. Sebutkan hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan pentahapan dalam penyusunan Kajian Prastudi Kelayakan!

2. Jelaskan tujuan Pimpinan Unor melakukan Konsultasi Publik!

Tahap Penyiapan KPBU bertujuan untuk mengkaji kelayakan KPBU untuk dikerjasamakan dengan badan usaha. Penyiapan kajian Prastudi Kelayakan dapat terdiri atas penyiapan Kajian Awal Prastudi Kelayakan (Outline Business Case/OBC) dan penyiapan Kajian Akhir Prastudi Kelayakan (Final Business Case/FBC).

Pelaksanaan konsultasi publik dikordinasikan dengan Simpul KPBU.

Kegiatan untuk mendapatkan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah diatur lebih lanjut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Dukungan dan/atau Jaminan Pemerintah.

(17)

11

A. Penjajakan Minat Pasar

PJPK dapat melakukan Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding) antara lain melalui kegiatan pertemuan dua pihak (one-on-one meeting) dan promosi KPBU dengan calon investor, lembaga keuangan nasional dan internasional, dan/atau pihak lain yang memiliki ketertarikan terhadap pelaksanaan KPBU.

Penjajakan minat pasar dapat dilakukan lebih dari satu kali.

Pelaksanaan penjajajakan minat pasar paling sedikit menghasilkan:

a. Penerimaan tanggapan dan/atau masukan dari calon investor, lembaga keuangan nasional dan internasional, dan/atau pihak lain yang memiliki ketertarikan terhadap pelaksanaan KPBU; dan

b. Evaluasi terhadap hasil yang didapat dari penjajakan minat pasar dan implementasinya dalam KPBU.

Pelaksanaan penjajakan minat pasar dikordinasikan dengan Simpul KPBU.

Konfirmasi Minat Pasar (Market Interest Confirmation) bertujuan untuk memperoleh masukan, tanggapan dan mengetahui minat terhadap KPBU.

Konfirmasi Minat Pasar dilakukan oleh Panitia Pengadaan untuk mengetahui kepastian minat Badan Usaha terhadap proyek kerja sama.

Konfirmasi Minat Pasar dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, antara lain dengan mereviu hasil penjajakan minat pasar (market sounding) yang dilakukan oleh PJPK pada tahap penyiapan atau melakukan diskusi dalam forum Badan Usaha.

Konfirmasi Minat Pasar ditujukan kepada calon investor, lembaga keuangan nasional dan internasional, serta pihak lain yang memiliki potensi dalam pelaksanaan KPBU.

Konfirmasi minat pasar dapat dilakukan lebih dari satu kali dan dikordinasikan dengan Simpul KPBU.

Berdasarkan hasil dari konfirmasi minat pasar yang dilakukan oleh PJPK, Panitia Pengadaan dapat melakukan perubahan terhadap rancangan Dokumen Pengadaan.

MATERI POKOK 3

TRANSAKSI KPBU

(18)

12

B. Pengadaan Badan Usaha Pelaksana

Pengadaan Badan Usaha Pelaksana mencakup persiapan dan pelaksanaan pengadaan Badan Usaha Pelaksana.

Pengadaan Badan Usaha Pelaksana dilakukan setelah terpenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Jika memanfaatkan Barang Milik Negara dan/atau Barang Milik Daerah, syarat dan ketentuan pengelolaannya untuk pelaksanaan KPBU telah terpenuhi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Penetapan lokasi sudah diperoleh; dan

c. PJPK telah menerbitkan surat pernyataan bahwa Proyek KPBU layak secara teknis, ekonomi dan finansial berdasarkan dokumen yang dihasilkan dalam tahap Penyiapan. Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengadaan Badan Usaha Pelaksana sebagaimana dimaksud pada angka 1 diatur melalui peraturan kepala lembaga yang berwenang dalam urusan pengadaan barang/jasa pemerintah.

C. Prakualifikasi

 Menilai kualifikasi Peserta melalui Prakualifikasi  Memberikan penjelasan Dokumen Pengadaan

 Melakukan evaluasi Administrasi, teknis dan finansial terhadap penawaran Peserta  Melakukan diskusi optimalisasi pada metode pelelangan dua tahap

 Melakukan negoisasi

 Mengusulkan pemenang Seleksi atau pelelangan.

 Mengusulkan penetapan Badan Usaha Pelaksana melalui penunjukan langsung  Berkoordinasi dengan tim KPBU selama proses Pengadaan

 Melaporkan proses pelaksanaan pengadaan secara berkala kepada PJPK

 Menyerahkan dokumen asli proses Pengadaan kepada simpul KPBU setelah proses Pengadaan selesai; dan

 Menyerahkan salinan dokumen proses Pengadaan kepada PJPK.

Panitia Pengadaan yang ditetapkan oleh direksi Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang bertindak sebagai PJPK berdasarkan peraturan perundang-undangan sector berasal dari personil BUMN/BUMD tersebut;

Panitia Pengadaan terdiri dari anggota yang memahami tentang:  Prosedur Pengadaan;

(19)

13

 Prosedur KPBU;

 Ruang lingkup pekerjaan proyek kerjasama;

 Hukum perjanjian dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang infrastruktur sektor bersangkutan;

 Aspek teknis terkait dengan proyek kerjasama; dan

 Aspek bisnis dan finansial terkait dengan proyek kerjasama.

Anggota Panitia Pengadaan dilarang memiliki hubungan afiliasi dengan anggota Panitia Pengadaan lainnya dan/ atau dengan PJPK dan/atau Peserta dalam Pengadaan Proyek KPBU yang sama; dan menandatangani Pakta Integritas.

Dalam hal pengadaan Badan Usaha Pelaksana maka aturan-aturan yang menyertainya dinyatakan dalam pasal 11 Perka LKPP no 19 taun 2015:

1) Dalam rangka melaksanakan fungsi PJPK, Lembaga Kepala Daerah dan direksi BUMN/BUMD Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Menteri/Kepala melaksanakan 2) Kegiatan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana dilaksanakan dengan memperhatikan

dokumen yang dihasilkan dalam tahap Penyiapan KPBU.

3) Kegiatan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana dilaksanakan setelah PJPK menerbitkan surat pernyataan bahwa Proyek KPBU layak secara teknis, ekonomi dan finansial berdasarkan dokumen yang dihasilkan dalam tahap Penyiapan.

4) Dalam hal proyek KPBU sebagaimana dimaksud ayat 3 membutuhkan Dukungan Kelayakan, maka PJPK harus mendapatkan persetujuan prinsip Dukungan Kelayakan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

D. Proses Lelang dan Penetapan Pemenang

Sementara Pelaksanan Pengadaan Badan Usaha dinyatakan dalam pasal 21 yakni: Ayat (1) Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana, meliputi kegiatan:

a. Prakualifikasi; dan b. Pemilihan.

Ayat (2) Pemilihan Badan Usaha Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dilakukan melalui:

a. Pelelangan; atau b. Penunjukan Langsung

Sedangkan Pemilihan Badan Usaha tata caranya diatur dalam pasal 27 (dua puluh tujuh) dimana disitu dinyatakan bahwa:

(20)

14

1) Pemilihan Badan Usaha Pelaksana dengan Pelelangan Satu Tahap, dilakukan untuk

Proyek KPBU yang memiliki karakteristik:

a. spesiflkasi dari Penyediaan Infrastruktur dapat dirumuskan dengan jelas; dan b. tidak memerlukan diskusi optimalisasi teknis dalam rangka mencapai output

yang optimal.

2) Evaluasi Dokumen Penawaran pada pemilihan Badan Usaha Pelaksana dengan Pelelangan Satu Tahap menggunakan metode:

a. Sistem Gugur dengan ambang batas (teknis) dan finansial terbaik/ “rate of investment return” terendah; atau

b. Sistem Nilai

3) Nilai Dukungan Kelayakan dijadikan parameter financial yang dikompetisikan pada proyek KPBUyang mendapatkan Dukungan Kelayakan.

4) Pemilihan Badan Usaha dengan Pelelangan Satu Tahap sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurang-kurangnya meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Undangan kepada Badan Usaha yang mernenuhi kualiflkasi dengan melampirkan Dokumen Permintaan Proposal (RJP);

b. Penyampaian Surat Kerahasiaan; c. Pemberian penjelasan;

d. Perubahan Dokumen Permintaan Proposal (RJPJ, jika diperlukan; e. Pemasukan Dokumen Penawaran sampul I dan sampul II;

f. Pembukaan Dokumen Penawaran sampul I; g. Evaluasi Dokumen Penawaran sampul I; h. Pemberitahuan hasil evaluasi sampul I; i. Pembukaan Dokumen Penawaran sampul II; j. Evaluasi Dokumen Penawaran sampul II; k. Penerbitan Berita Acara Hasil Pelelangan; l. Penetapan pemenang;

m. Pengumuman hasil pelelangan; n. Sanggahan;

o. Penerbitan surat pemenang lelang (“letter of award”); dan p. Persiapan penandatanganan Perjanjian KPBU.

p. Persiapan penandatanganan Perjanjian KPBU.

Sementara untuk pelelangan dua tahap, Perka LKPP no 19 tahun 2015 mengatur pada pasal 28 yang menyatakan bahwa:

(21)

15

1) Pemilihan Badan Usaha dengan Pelelangan Dua Tahap dilakukan untuk Proyek

KPBU yang memiliki karakteristik:

2) Spesifikasi dari Penyediaan Infrastruktur belum dapat dirumuskan dengan pasti karena terdapat variasi inovasi dan teknologi; dan memerlukan optimalisasi penawaran teknis dalam rangka mencapai output yang optimal.

3) Evaluasi Dokumen Penawaran pada pemilihan Badan Usaha Pelaksana dengan Pelelangan Dua Tahap menggunakan metode evaluasi sistem nilai untuk menghasilkan penawaran yang paling ekonomis dan bermanfaat dengan mengkombinasikan nilai penawaran teknis dan nilai penawaran finansial.

4) Nilai Dukungan Kelayakan dijadikan parameter financial yang dikompetisikan pada proyek KPBU yang mendapatkan Dukungan Kelayakan.

5) Pemilihan Badan Usaha Pelaksana dengan Pelelangan Dua Tahap sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurang-kurangnya meliputi kegiatan sebagai berikut: Undangan kepada Badan Usaha yang memenuhi kualifikasi dengan melampirkan Dokumen Permintaan Proposal (RJP);

 Penyampaian Surat Kerahasiaan;  Pemberian penjelasan;

 Perubahan Dokumen Permintaan Proposal ( RFP) jika diperlukan;

 Pemasukan Dokumen Penawaran Tahap I (dokumen administrasi dan dokumen teknis);

 Pembukaan Dokumen Penawaran Tahap I;  Evaluasi Dokumen Penawaran Tahap I;

 Pemberitahuan hasil evaluasi Dokumen Penawaran Tahap I kepada setiap Peserta;

 Diskusi mengenai optimalisasi teknis, aspek finansial dan rancangan Perjanjian KPBU;

 Perubahan Dokumen Permintaan Proposal (R.fpj jika diperlukan;

 Pemasukan Dokumen Penawaran Tahap II (dokumen penawaran teknis hasil optimalisasi bila ada dan dokumen finansial);

 Pembukaan Dokumen Penawaran Tahap II;  Evaluasi Dokumen Penawaran Tahap II;  Penerbitan Berita Acara Hasil Lelang;  Penetapan pemenang;

 Pengumuman hasil pelelangan;  Sanggahan;

(22)

16

 Penerbitan surat pemenang lelang (“letter of award”); dan

 Persiapan penandatanganan Perjanjian KPBU.

Sedangkan aturan pengadaan Badan Usaha melalui penunjukan langsung diakomodasi pada pasal 29 yakni dengan aturan sebagai berikut:

1) Pengadaan Badan Usaha Pelaksana melalui Penunjukan Langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf b dapat dilakukan, apabila: merupakan KPBU kondisi tertentu; atau Prakualifikasi Badan Usaha Pelaksana hanya menghasilkan satu Peserta.

2) Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaitu:

 Pengembangan atas infrastruktur yang telah dibangun dan atau dioperasikan sebelumnya oleh Badan Usaha Pelaksana yang sama;

 Pekerjaan yang hanya dapat dilaksanakan dengan penggunaan teknologi baru dan penyedia jasa yang mampu mengaplikasikannya hanya satu-satunya; atau

 Badan Usaha telah menguasai sebagian besar atau seluruh lahan yang diperlukan untuk melaksanakan KPBU.

3) Penunjukan Langsung pacta kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan sepanjang tidak bertentangan dengan undang- undang dan peraturan pemerintah sektor terkait.

4) Penunjukan Langsung pada kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pacta ayat (2) huruf a dapat dilakukan apabila memenuhi persyaratan:

 Kinerja Badan Usaha Pelaksana dalam membangun dan/ atau mengoperasikan Proyek KPBU tersebut dinilai baik berdasarkan hasil audit oleh pihak independen; dan

 Berdasarkan kajian PJPK, menunjukan bahwa Proyek KPBU lebih efektif dan efisien apabila dilakukan oleh Badan Usaha Pelaksana yang sama.

5) Penunjukan Langsung pada kondisi tertentu sebagaimana dirnaksud pada ayat (2) huruf c dapat dilakukan apabila memenuhi persyaratan:

 Lahan yang diperlukan untuk melaksanakan KPBU hanya satu-satunya dan tidak dapat dipindah ke lokasi lain ; dan

 Proyek KPBU telah layak secara teknis, ekonomis dan finansial tanpa ada Dukungan Kelayakan dari pemerintah.

6) Dalam hal penunjukan langsung pacta kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c masih terdapat sisa lahan yang belum dibebaskan, maka pembebasan lahan tersebut menjadi tanggung jawab Badan Usaha Pelaksana. 7) Pemilihan Badan Usaha dengan Penunjukan Langsung sebagaimana dimaksud pada

(23)

17

 Undangan kepada calon Badan Usaha Pelaksana yang memenuhi ketentuan ayat (1) dhuruf a disertai dengan penyampaian dokumen isian kualifikasi, Dokumen Permintaan Proposal (Rf.P} dan Surat Kerahasiaan;

 Pemasukan dokumen kualifikasi;  Evaluasi kualifikasi;

 Pemberian penjelasan Proyek KPBU;  Pemasukan Dokumen Penawaran;

 Evaluasi Dokumen Penawaran, klariflkasi dan negosiasi;

 Penyampaian hasil Penunjukan Langsung untuk mendapatkan persetujuan PJPK dilampiri dengan Berita Acara Hasil Penunjukan Langsung;

 Penetapan dan pengumuman Badan Usaha Pelaksana; dan  Persiapan penandatanganan Perjanjian KPBU.

8) Pemilihan Badan Usaha dengan Penunjukan Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, sekurang-kurangnya meliputi kegiatan sebagai berikut:

 Undangan kepada Peserta yang lulus Prakualifikasi sebagaiman dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan melampirkan Dokumen Permintaan Proposal (rfpj;

 Pemberian penjelasan Proyek KPBU;  Pemasukan Dokumen Penawaran;

 Evaluasi Dokumen Penawaran, klariflkasi dan negosiasi;

 Penyampaian hasil Penunjukan Langsung untuk mendapatkan persetujuan PJPK dilampiri dengan Berita Acara Hasil Penunjukan Langsung;

 Penetapan dan pengumuman Badan Usaha Pelaksana; dan  Persiapan penandatanganan Perjanjian KPBU.

E. Penyiapan Legal Drafting

Secara harfiah legal dafting dapat diterjemahkan secara bebas, adalah penyusunan/ perancangan Peraturan Perundang-undangan. Dari pendekatan hukum, Legal drafting adalah kegiatan praktek hukum yang menghasilkan peraturan, sebagai contoh; Pemerintah membuat Peraturan Perundang-undangan; Hakim membuat keputusan Pengadilan yang mengikat publik; Swasta membuat ketentuan atau peraturan privat seperti; perjanjian/kontrak, kerjasama dan lainnya yang mengikat pihak-pihak yang melakukan perjanjian atau kontrak. Legal drafting dipahami bukan sebagai perancangan hukum dalam arti luas, melainkan hukum dalam arti sempit, yakni undang-undang atau perundang-undangan.Jadi bukan perancangan hukum seperti perjanjian/kontrak, dll.

(24)

18

Legal Drafting merupakan konsep dasar tentang penyusunan peraturan perundang-undangan yang berisi tentang naskah akademik hasil kajian ilmiah beserta naskah awal peraturan perundang-undangan yang diusulkan. Sedangkan pembentukan peraturan perundang-undangan adalah proses pembuatan peraturan perundang-undangan yang pada dasamya dimulai dari perencanaan, persiapan, teknik penyusunan, perumusan, pembahasan, pengesahan, pengundangan, dan penyebarluasan.

Dapat disimpulkan kegiatan legal drafting disini adalah dalam rangka pembentukan peraturan-perundangan. Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah pembuatan Peraturan Perundang-undangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan.

Sesuai dengan bunyi pasal 1 angka 1 UU No. 12 tahun 2011 di atas, bahwa proses sebuah peraturan menjadi legal dan mempunyai daya ikat atau kekuatan hukum tetap harus melewati beberapa tahap.Adanya legal drafting ada hubungannya dengan konsep negara hukum.

F. Financial Close

Pemenuhan pembiayaan yang bersumber dari pinjaman dinyatakan telah terlaksana apabila: a. Telah ditandatanganinya perjanjian pinjaman untuk membiayai seluruh KPBU; dan b. Sebagian pinjaman sebagaimana dimaksud pada huruf a telah dapat dicairkan untuk

memulai pekerjaan konstruksi.

Dalam hal KPBU terbagi dalam beberapa tahapan, pemenuhan pembiayaan dinyatakan terlaksana apabila:

a. Telah ditandanganinya perjanjian pinjaman untuk membiayai salah satu tahapan KPBU; dan

b. Sebagian pinjaman sebagaimana dimaksud pada huruf a telah dapat dicairkan untuk memulai pekerjaan konstruksi.

Badan Usaha Pelaksana wajib memperoleh Pemenuhan Pembiayaan paling lama dalam waktu 12 (dua belas) bulan dan dapat diperpanjang 6 (enam) bulan setelah menandatangani Perjanjian KPBU.

Perpanjangan waktu sebagaimana dimaksud pada angka 3 dapat diperpanjang oleh PJPK apabila kegagalan memperoleh pembiayaan bukan disebabkan oleh kelalaian Badan Usaha Pelaksana, berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh PJPK dan disepakati di dalam perjanjian KPBU.

Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak dapat dipenuhi oleh Badan Usaha Pelaksana, disebabkan:

a. Ketidakmampuan Badan Usaha Pelaksana memenuhi kewajibannya maka Perjanjian KPBU berakhir dan jaminan pelaksanaan berhak dicairkan oleh PJPK.

(25)

19

b. Ketidakmampuan PJPK memenuhi kewajibannya, maka Perjanjian KPBU berakhir

dan jaminan pelaksanaan dikembalikan kepada Badan Usaha Pelaksana.

G. Latihan

H. Rangkuman

Jawablah Pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar!

1. Sebutkan persyaratan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana! 2. Jelaskan menurut pemahaman anda tentang legal drafting!

PJPK dapat melakukan Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding) antara lain melalui kegiatan pertemuan dua pihak (one-on-one meeting) dan promosi KPBU dengan calon investor, lembaga keuangan nasional dan internasional, dan/atau pihak lain yang memiliki ketertarikan terhadap pelaksanaan KPBU.

Pengadaan Badan Usaha Pelaksana mencakup persiapan dan pelaksanaan pengadaan Badan Usaha Pelaksana.

Panitia Pengadaan yang ditetapkan oleh direksi Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang bertindak sebagai PJPK berdasarkan peraturan perundang-undangan sector berasal dari personil BUMN/BUMD tersebut.

Legal Drafting merupakan konsep dasar tentang penyusunan peraturan perundang-undangan yang berisi tentang naskah akademik hasil kajian ilmiah beserta naskah awal peraturan perundang-undangan yang diusulkan.

Badan Usaha Pelaksana wajib memperoleh Pemenuhan Pembiayaan paling lama dalam waktu 12 (dua belas) bulan dan dapat diperpanjang 6 (enam) bulan setelah menandatangani Perjanjian KPBU.

(26)

20

A. Penetapan Struktur Pengelolaan Kontrak

Penetapan struktur pengelolaan kontrak berarti mendefinisikan tanggung jawab pengelolaan kontrak dalam pemerintah, dan bagaimana hubungan dengan pihak swasta akan dikelola. Hal ini mencakup penunjukan seorang manajer kontrak (atau tim manajemen) dalam bada belaksana, serta menetapkan peran lembaga-lembaga pemerintah lainnya dalam mengelola KPBU. Pemerintah perlu menetapkan dengan jelas batasan otonomi manajer kontrak, situasi yang memperbolehkan manajer kontrak bertindak sesuai kebijaksanaannya, dan situasi yang mengharuskan manajer kontrak berkonsultasi dengan atau memperoleh persetujuan dari pihak lain pejabat yang lebih tinggi, atau lembaga lain seperti Kementerian Keuangan. Hal ini juga melibatkan penetapan protokol komunikasi dan pengelolaan kontrak dalam berhubungan dengan pihak swasta.

Panduan transisi proyek yang diterbitkan Gugus Tugas Operasional Bendahara Kerajaan Inggris merupakan sumber tinjauan umum yang bermanfaat dalam membentuk lembaga pengelolaan kontrak. Panduan ini mencakup perencanaan sumber daya untuk pengelolaan kontrak, penetapan pengaturan pemantauan dan pengelolaan, dan penetapan pendekatan komunikasi.

1. Penunjukan Manajer Kontrak KPBU Dan Penetapan Peran Manajemen

Pada umumnya, badan pelaksana memegang tanggung jawab utama atas pengelolaan kontrak. Tangung jawab ini pada umumnya berpusat pada ‘manajer kontrak KPBU’ yang ditunjuk seorang kontak utama dalam pemerintah untuk semua hal yang berhubungan dengan KPBU. Kontrak KPBU pada umumnya menunjuk satu lembaga khusus sebagai pendamping kontraktual contohnya, Dewan Kesehatan untuk rumah sakit baru. Kontrak KPBU juga dapat menetapkan penghubung kontrak individual (dan harus mengatur sedemikian rupa agar pihak tersebut dapat dengan mudah digantikan, melalui pemberitahuan kepada pihak swasta). Pada praktiknya, pengelolaan kontrak melibatkan lebih banyak tanggung jawab dibandingkan pernyataan dalam kontrak. Manajer kontrak atau tim manajemen KPBU memerlukan:

MATERI POKOK 4

MANAJEMEN PELAKSANAAN PERJANJIAN KPBU

(27)

21

• Sumber daya yang memadai. Tergantung pada kompleksitas kontrak dan sumber daya yang tersedia manajer kontrak mungkin didukung oleh sebuah tim, yang anggotanya bertanggung jawab atas berbagai aspek pengelolaan kontrak. Individu atau tim yang sama juga dapat mengelola lebih dari satu kontrak KPBU. • Keahlian yang memadai. Panduan 4P mengenai Pengelolaan Kontrak untuk Proyek PFI dan KPBU di Kerajaan Inggris] menyajikan profil jabatan dan keahlian yang umumnya perlu dimiliki seorang manajer kontrak. Panduan Gugus Tugas Operasional Kerajaan Inggris menekankan lima keahlian utama: komunikasi, negosiasi, manajemen perubahan,kompetensi finansial (untuk memahami mekanisme pembayaran), dan keahlian menganalisa. Gugus tugas ini sendiri dibentuk sebagai bagian dari tanggapan atas kekhawatiran mengenai kurangnya manajer kontrak yang memiliki keahlian komersial di otoritas publik.

• Senioritas yang memadai. Contohnya, Manual KPBU Afrika Selatan dalam modul mengenai pengelolaan kontrak menyatakan bahwa manajer kontrak perlu cukup senior sehingga pendapatnya cukup dihargai oleh pejabat senior di badan pelaksana dan lembaga pemerintah lainnya, untuk menangani permasalahan yang timbul.

Panduan mengenai Pengelolaan Kontrak untuk Proyek PFI dan KPBU di Kerajaan Inggris menjelaskan proses pembentukan tim pengelolaan kontrak. Belajar dari pengalaman manajer kontrak di Kerajaan Inggris, panduan tersebut menekankan keuntungan melibatkan manajer kontrak sejak dini terutama ketika ketentuan mengenai pengelolaan kontrak dalam kontrak tengah dirancang. Kontinuitas juga penting selama jangka waktu kontrak, karena kontrak tersebut kemungkinan besar akan berlangsung lebih lama dibandingkan tim manajemen. Panduan ini menjelaskan bagaimana perencanaan suksesi yang saksama, dengan dukungan manual pengelolaan kontrak yang terperinci, dapat membantu menjaga kontinuitas

2. Peran Lembaga Lainnya Dalam Pengelolaan Kontrak

Beberapa lembaga lain dalam pemerintah juga dapat memainkan peran dalam mengelola suatu kontrak KPBU, pada umumnya bekerja dengan otoritas yang berwenang mengadakan kontrak dan tim pengelolaan kontrak yang ditunjuk. Lembaga-lembaga ini dapat mencakup:

• Regulator sektor, yang seringkali bertanggung jawab untuk memantau standar layanan dan mengelola perubahan tarif bagi perusahaan KPBU yang menyediakan layanan secara langsung kepada publik. Sebagai contoh, di Peru, sebagian besar tanggung jawab pengelolaan kontrak dalam sektor transportasi dialokasikan pada OSITRAN Organismo Supervisor de la Inversión en Infraestructura de Transporte de Uso Público badan yang bertanggung jawab mengatur dan mengawasi pengelolaan infrastruktur transportasi publik. OSITRAN bertanggung jawab untuk memantau kepatuhan pemegang konsesi pada Kontrak Konsesi. Hal ini mencakup pemantauan aspek ekonomi, komersial, operasional, investasi, administrasi dan keuangan dalam kontrak. OSITRAN juga memiliki wewenang untuk menyelesaikan kontroversi antara pengguna dan pemegang konsesi. Buku Zevallos Ugarte mengenai pelajaran yang

(28)

22

ditarik dari konsesi di Peru menyajikan penjelasan lebih lanjut mengenai tanggung jawab OSITRAN. Sektor infrastruktur di Peru juga memiliki badan regulator serupa dengan OSITRAN.

• Kementerian Keuangan pada umumnya terlibat, terutama dalam perubahan kontrak yang dapat memiliki implikasi fiska. Sebagai contoh, Undang-Undang Konsesi di Chile (diperbaharui pada tahun 2010) menyatakan bahwa setiap perubahan yang diusulkan terhadap kontrak KPBU selama periode pelaksanaan harus dilaksanakan melalui Dekrit Agung Kementerian Pekerjaan Umum, dan Dekrit tersebut harus disetujui (ditandatangani) oleh Kementerian Keuangan.

• Unit KPBU Pusat atau unit pendukung khusus lainnya mungkin berperan dalam mendukun tim pengelolaan kontrak otoritas pemerintah yang berwenang mengikat kontrak. Farquharson et al mencatat bahwa uni ini terutama berguna pada saat menangani permasalahan yang kompleks seperti restrukturisasi utang yang mungkin hanya terjadi satu kali dalam jangka waktu proyek. Sebagai contoh, Gugus Tugas Operasional Bendahara Kerajaan Inggris dibentuk di baha Unit KPBU Kerajaan Inggris, untuk menyediakan bantuan dan panduan kepada pengelola proyek KPBU di sektor permerintah mengenai strategi pengelolaan kontrak, penentuan tolak ukur, dan restrukturisai utang kontrak operasional.

Buku Petunjuk KPBU Sektor Air World Bank menjelaskan berbagai opsi struktur kelembagaan untuk memantau dan mengelola KPBU (berfokus pada KPBU yang menyediakan layanan bagi pengguna, dilengkapi dengan contoh-contoh. Buku petunjuk tersebut juga menetapkan kriteria untuk memilih lembaga yang paling tepat. Pemain lain di dalam dan di luar pemerintah juga dapat ditarik untuk menjalankan peran tertentu. Sebagai contoh, kontraktor swasta dan pengguna akhir dapat memainkan peran dalam pemantauan layanan.

3. Protokol Komunikasi Dan Pengelolaan Kontrak

Di samping menetapkan lembaga-lembaga, pemerintah perlu menetapkan struktur komunikasi antara badan pelaksana pemerintah dan pihak swasta. Hal ini seringkali membutuhkan hubungan di berbagai level dalam kedua organisasi dari level yang lebih senior (ketika menangani permasalahan yang timbul dari kontrak), hingga level yang memegang tanggung jawab utama atas pengelolaan kontrak, hingga staf operasional. Contohnya:

• Panduan 4P mengenai Pengelolaan Kontrak untuk Proyek PFI dan KPBU di Kerajaan Inggris menjelaskan pengaturan yang direkomendasikan untuk dewan kota di Kerajaan Inggris, yang terdiri dari satu ‘dewan kemitraan’ pada level paling senior, satu ‘dewan pengelolaan kontrak’, dan satu ‘tim pengelolaan operasional’ untuk menangani pengelolaan sehari-hari. Panduan ini menjelaskan frekuensi pertemuan satu sama lain, serta jenis-jenis permasalahan yang umum ditangani.

• Manual KPBU Afrika Selatan dalam modul mengenai pengelolaan kontrak juga menjelaskan struktur yang serupa, menetapakan fokus dan pihak yang pada umumnya melaksanakan komunikasi pada level strategis, bisnis dan operasional.

(29)

23

• Beberapa pemerintah menetapkan pengaturan manajemen komunikasi dan hubungan secara formal dalam manual atau rencana administrasi kontrak. Panduan 4Ps menjelaskan dan menyajikan isi manual kontrak operasional yang disarankan, yang mencakup penetapan struktur tata kelola dan pendekatan komunikasi.

Sifat hubungan antara badan pemerintah dan pihak swasta tidak kalah penting dengan protokol formal. Nota Gugus Tugas Operasional Kerajaan Inggris mengenai transisi proyek menguraikan pentingnya membangun hubungan baik dengan kontraktor. Panduan 4Ps juga menjelaskan kebutuhan akan kepercayaan, sementara tetap menetapkan batasan dan siap untuk mempertanyakan kembali. Panduan ini menekankan pentingnya menghindari terbentuknya hubungan yang ‘nyaman’, yang dapat mengakibatkan oportunisme.

B. Penanganan Perubahan

Sepanjang masa berlaku kontrak KPBU pada umumnya 10 hingga 30 tahun tidak dapat dihindarkan lagi akan terdapat hal-hal yang tidak dapat diramalkan pada saat kontrak ditandatangani. Juga terdapat kemungkinan para pihak akan mengalami sengketa sehubungan dengan interpretasi kontrak yang seharusnya, atau apakah kedua belah pihak telah melaksanakan kewajiban sebagaimana disepakati. Dalam beberapa kasus, sengketa tersebut dapat menyebabkan pengakhiran kontrak lebih awal. Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindarkan tetapi dapat dikelola.

Beberapa materi panduan umum yang tersedia mengenai penanganan perubahan dalam KPBU adalah:

• Publikasi Badan Audit Nasional Kerajaan Inggris mengenai pengelolaan hubungan PFI, yang menekankan perlunya: tanggapan dari otoritas pemerintah atas pertanyaan mengenai pengelolaan kontrak sejak awal persiapan proyek; keahlian yang memadai otoritas publik; dan menyoroti pentingnya sikap terbuka dan kooperatif.

• Tinjauan yang lebih singkat mengenai topik serupa disajikan dalam artikel Quick mengenai pengelolaan kontrak KPBU, yang juga menambahkan perspektif Australia • Tinjauan Buku Panduan KPBU Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia Pasifik PBB

atau United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (“UNESCAP”) menawarkan tinjauan umum mengenai pengelolaan kontrak yang ditujukan kepada negara-negara berkembang. Buku panduan tersebut berfokus pada pengaturan kelembagaan untuk pengelolaan kontrak, dan mekanisme penyelesaian sengketa.

Materi-materi tersebut tidak banyak memberikan panduan terperinci yang akan berguna bagi pejabat pemerintah di negara-negara berkembang. Dengan demikian, pendekatan yang diambil dalam bab ini adalah menyediakan contoh-contoh bagaimana permasalahan tersebut timbul, beserta cara-cara penanganan yang dapat diambil, sehingga para praktisi dapat menarik pelajaran. Situasi ‘perubahan’ ini akan bermanfaat bila dibahas dalam empat

(30)

24

kategori: pemeriksaan terencana dan penyesuaian; negosiasi ulang; sengketa; dan berakhirnya atau pengakhiran kontrak

1. Pemeriksaan terencana dan penyesuaian

Kontrak KPBU yang terstruktur dengan baik memiliki mekanisme penyesuaian untuk menangani perubahan ‘tak terencana’ yang lebih umum, sebagaimana telah dijelaskan dalam bab sebelumnya. Di samping memahami dan mematuhi peraturan dalam kontrak, manajer kontrak perlu memastikan elemen kelembagaan yang diperlukan tersedia, sebagaimana dijelaskan dalam Panduan Pedoman EPEC. Contohnya, hal ini dapat mencakup dan memastikan panel ahli telah diidentifikasi dan memenuhi kualifikasi, serta seluruh langkah-langkah telah jelas bagi semua pihak yang terlibat.

2. Negosiasi ulang atau variasi kontrak

Banyak KPBU mengalami negosiasi ulang, seringkali pada tahap yang cukup awal, Negosiasi ulang mengacu kepada perubahan dalam ketentuan-ketentuan kontraktual, selain melalui mekanisme penyesuaian yang telah ditetapkan dalam kontrak. Negosiasi ulang adalah sesuatu yang perlu dihindari sedapat mungkin, sebagaimana dijelaskan juga oleh Guasch. Penggunaan ketentuan penyesuaian yang baik, sebagaimana dijelaskan di atas, dapat menghindarkan kebutuhan negosiasi ulang. Tetap saja, negosiasi ulang perlu dilakukan dari waktu ke waktu, dan pemerintah akan mendapatkan manfaat dari pemahaman mengenai kebijakan yang tepat dalam negosiasi ulang. Manual Pengelolaan Kontrak Partnerships Victoria menjelaskan pemahaman yang harus dimiliki pihak pemerintah mengenai kesehatan keuangan pihak swasta dan juga kinerja proyek. Walaupun tidak secara spesifik berfokus pada negosiasi ulang, memiliki dan memahami informasi ini tentunya akan menguntungkan pemerintah sewaktu mempertimbangkan keputusan yang dapat mengakibatkan negosiasi ulang. Terdapat beberapa contoh negosiasi ulang yang dapat menawarkan wawasan mengenai praktik yang baik, yang telah didokumentasikan. Contoh-contoh ini mencakup:

- Konsesi Trem dan Kereta Api Melbourne. Ketika konsesi tersebut mengalami kesulitan keuangan, pemerintah memutuskan untuk melakukan negosiasi ulang dan bukan mengakhiri kontrak, karena negosiasi ulang diperkirakan akan menghasilkan kesepadanan nilai dengan biaya yang lebih baik. Untuk mendukung transparansi dan pengendalian kualitas proses tersebut, pemerintah mengumumkan pada awal proses bahwa setelah negosiasi rampung, konsesi tersebut wajib menjalani analisa kesepadanan nilai dengan biaya pasca negosiasi ulang. Analisa tersebut kemudian dipublikasikan sebagai laporan Auditor yang menjelaskan proses dan hasil negosiasi ulang.

- KPBU Layanan Lalu Lintas Udara Kerajaan Inggris atau United Kingdom National Air Traffic Services (NATS), yang merupakan restrukturisasi yang lebih kontroversial. Perusahaan KPBU tersebut menghadapi penurunan pendapatan, karena perununan tajam perjalanan udara setelah serangan teroris tanggal 11 September 2001 di Amerika Serikat. Perusahaan tersebut hampir dipastikan akan mengalami gagal bayar. Dewan Otoritas Penerbangan Sipil (yang merupakan pihak pemerintah dalam KPBU tersebut) terpecah. Anggota Dewan yang bertanggung jawab secara langsung

(31)

25

atas kontrak mendesak pemerintah untuk tidak melakukan negosiasi ulang, menyatakan bahwa solusi yang seharusnya diambil adalah restrukturisasi keuangan prihak swasta, sehingga kreditur perusahaan akan menanggung sebagian kerugian. Tetapi mayoritas anggota Dewan tidak setuju, dan memutuskan untuk mengubah persyaratan kontrak, sebagai bagian dari paket transaksi yang sebagian melibatkan restrukturisasi utang.

Salah satu contoh adalah pemerintah New South Wales, Australia yang berhasil menghindari kebutuhan menegosiasikan ulang kontrak KPBU untuk terowongan jalan raya di bawah distrik pusat bisnis Sydney ketika perusahaan KPBU terkait mengalami kesulitan keuangan. Sebaliknya, permasalahan itu diserahkan sepenuhnya untuk diselesaikan melalui restrukturisasi keuangan pihak swasta.

Negosiasi ulang kontrak jalan di Portugis dan Spanyol pada waktu krisis ekonomi dan keuangan baru-baru ini, menyajikan kasus yang menarik mengenai negosiasi ulang di bawah tekanan fiskal tetapi belum ada pengalaman yang dilaporkan. Badan Audit Nasional Inggris telah melaporkan negosiasi ulang serupa untuk menurunkan standar layanan dan melakukan penghematan proyek.

3. Sengketa kontrak

Sengketa kontraktual timbul apabila salah satu pihak meyakini pihak lain tidak melaksanakan sesuatu yang merupakan kewajiban kontraktualnya, tetapi pihak tidak menyetujui kewajiban tersebut, atau tindakan yang harus diambil untuk memperbaiki situasi tersebut. Panduan Pengelolaan Kontrak Partnerships Victoria mencakup satu bab mengenai pengelolaan permasalahan dan penyelesaian sengketa. Perbedaan antara ‘permasalahan’ dan ‘sengketa’ yang disajikan cukup bermanfaat. Panduan Pengelolaan Kontrak Partnerships Victoria juga menyajikan contoh untuk menetapkan cara mengajukan permasalahan ke level yang lebih tinggi dan penyelesaian sengketa. Nasihat praktis tersebut menawarkan fokus pada preferensi atas penyelesaian sengketa secara informal dan cepat, empati terhadap posisi pihak lain, dan menghindari proses sengketa yang tidak tepat, mengingat hal ini dapat merusak hubungan jangka panjang.

Meskipun fokus pada menemukan solusi praktis dengan cepat dan memepertimbangka realita yang dihadapi pihak lain hampir selalu merupakan pengalaman berharga, negara dengan tradisi administratif dan hukum yang berbeda belum tentu memandang upaya penyelesaian sengketa secara informal merupakan solusi yang tepat. Sebaliknya, negara tersebut seringkali lebih memilih untuk menjalani langkah-langkah formal yang telah ditetapkan dalam kontrak tetapi dengan cara sedemikian rupa dengan tujuan menemukan suatu solusi praktis.

Terdapat berbagai contoh biaya yang pada akhirnya harus ditanggung pemerintah akibat memilih metode penyelesaian sengketa yang tidak tepat. Sebagai contoh, Pemerintah Tanzania memiliki alasan yang tepat untuk tidak puas dengan kinerja perusahaan swasta yang mengelola sistem air di Dar es Salaam. Kontrak KPBU telah menetapkan mekanisme penyelesaian sengketa, berdasarkan mekanisme tersebut pemerintah kemungkinan besar akan dapat mencapai kompensasi yang diinginkan, dan memang

(32)

26

memenangkan ganti rugi dari kontraktor. Tetapi, sebagaimana dijelaskan dalam kajian mengenai kasus sengketa tersebut:

“Meskipun hubungan kontraktual tersebut tak pelak lagi mengarah kepada disolusi, pejabat Pemerintah Tanzania, dimotivasi oleh, antara lain, kekhawatiran tentang pemilihan, mengambil serangkaian tindakan ekstrim yang jauh di atas kepantasan proses pengakhiran Kontrak Proyek yang ditetapkan secara kontraktual. Pad bulan Mei 2005, pejabat Pemerintah Tanzania menimbulkan kemarahan publik, mengingkari secara sepihak dan terbuka perjanjian sewa guna usaha dengan City Water, dan menarik jaminan pelaksanaan yang diserahkan oleh BGT, menerapkan kembali PPN yang sebelumnya dihapuskan atas pembelian yang dilakukan City Water, mengambil alih aset yang sebelumnya disewakan kepada City Water dengan paksa, dan mendeportasi manajemen BGT yang ditunjuk oleh City Water”.

Kasus-kasus sengketa KPBU dan penanganannya tersedia dalam situs web Pusat Internasional Penyelesaian Sengketa Investasi atau International Center for the Settlement of Investment Disputes (ICSID, bagian dari World Bank Group). Pada bulan Juli 2010, ICSID menetapkan bahwa pemerintah Argentina secara tidak adil menolak mengizinkan pemegang konsesi swasta untuk menaikkan tarif selama periode setelah devaluasi peso Argentina pada tahun 2001 dan bahwa perusahaan swasta yang terlibat berhak mendapatkan ganti rugi – lihat . Overly dalam bukunya When Private Stakeholders Fail: Adapting Expropriation Challenges in Transnational Tribunals to New Governance Theories juga menyajikan kajian kritis mengenai pengalaman arbitrase internasional, dalam berbagai kasus KPBU dan kasus serupa. Sebagian besar kasus-kasus ini menunjukkan pemerintah dapat meminimalkan biaya sengketa dengan sektor swasta apabila pemerintah:

• Segera bertindak ketika permasalahan mulai timbul.

• Memiliki tim dengan keahlian yang tepat dan wewenang pengambilan keputusan yang tepat yang berupaya menyelesaikan permasalahan.

• Mematuhi proses yang ditetapkan dalam kontrak.

• Berupaya mencari solusi saling menguntungkan, mempertimbangkan kepentingan publik yang lebih luas, serta opsi yang dimiliki pihak swasta.

• Menyelesaikan permasalahan tersebut pada tingkat terendah yang dapat dilakukan dan hanya mengajukan permasalahan ke tingkat yang lebih tinggi apabila tidak berhasil diatasi.

C. Berakhirnya Kontrak dan Serah Terima Aset

Tugas akhir dalam mengelola suatu kontrak KPBU adalah mengelola transisi aset dan operasi pada akhir periode kontrak. Pendekatan terhadap transisi ini harus dinyatakan dengan jelas dalam kontrak. Penyusunan Rancangan Kontrak KPBU, pendekatan ini pada umumnya mencakup menetapkan penentuan dan penilaian kualitas aset, apakah ada pembayaran yang harus dilaksanakan pada saat serah terima aset, dan bagaimana jumlah pembayaran

(33)

27

tersebut ditentukan. Opsi yang tersedia termasuk menetapkan persyaratan serah terima dengan jelas, atau melibatkan penilai independen.

Sebagaimana dicatat dalam buku petunjuk World Bank untuk KPBU dalam sektor jalan dan jalan raya dalam bab mengenai pengembalian fasilitas pada saat berakhirnya kontrak pengalaman praktis dalam penyelesaian perjanjian KPBU relatif terbatas. Demikian juga, panduan praktis untuk menangani tahap pengelolaan kontrak ini juga terbatas.

Menjelang masa berakhirnya perjanjian KPBU, Unit Manajemen KPBU mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Pengalihan kembali aset kepada PJPK (jika bentuk KPBU menggunakan opsi pengalihan);

b. Perjanjian KPBU harus mengatur secara spesifik kondisi proyek yang dikehendaki pada saat jangka waktu perjanjian KPBU berakhir dan KPBU dialihkan kepada PJPK; c. Setiap sektor/sub sektor memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga diperlukan

pertimbangan terhadap situasi dimana keadaan infrastruktur secara fisik dan ekonomi sudah tidak layak lagi sehingga diperlukan rehabilitasi atau renovasi; dan

d. Kesiapan pemerintah untuk mengelola proyek KPBU setelah berakhirnya perjanjian kerja sama.

Pada masa berakhirnya perjanjian KPBU, Unit Manajemen KPBU melakukan kegiatan-kegiatan diantaranya:

a. Mengevaluasi kesiapan pemerintah di dalam mengelola proyek KPBU paska berakhirnya perjanjian;

b. Melakukan penilaian aset; dan c. Melakukan proses pengalihan aset.

Unit Manajemen KPBU melakukan evaluasi kesiapan pemerintah di dalam mengelola proyek KPBU setelah berakhirnya perjanjian kerja sama yang meliputi kegiatan:

a. Kegiatan evaluasi dilakukan paling lama 12 (dua belas) bulan sebelum berakhirnya perjanjian kerja sama;

b. Evaluasi yang dilakukan meliputi aspek: 1) Kesiapan alih teknologi;

2) Kompetensi dan ketersediaan sdm;

3) Ketersediaan anggaran untuk mengelola proyek; 4) Evaluasi atas kinerja badan usaha pelaksana; dan

5) Kajian risiko jika pengelolaan dilakukan oleh pemerintah, termasuk penanganan risiko.

Referensi

Dokumen terkait

 Obstruksi saluran nafas atas (OSNA) Obstruksi saluran nafas atas (OSNA) merupakan merupakan suatu gejala penyakit yang sering dijumpai di.. suatu gejala penyakit yang sering

Dalam rangka kegiatan Sertifikasi Guru dalam Jabatan untuk guru-guru di lingkungan Departemen Agama (Depag), Panitia Sertifikasi Guru Rayon 15 telah melaksanakan Pendidikan dan

XNA adalah sebuah game engine dari microsoft yang dipakai untuk membuat game 3D atau 2D pada konsol XBOX.. Lisensi engine ini gratis, tapi tidak untuk

Kemudian, ZnO nanorod ditumbuhkan di atas FTO/ZnO:Al seed layer menggunakan metode self-assembly dengan merendam FTO/ZnO:Al dalam larutan prekursor pada suhu

Bila dibandingkan dengan kondisi saat puncak krisis ekonomi tahun 1999 yang prevalensinya adalah 18.9% (sekitar 38.6 juta jiwa), maka baik prevalensi maupun jumlah

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman jenis epifauna pada rumput laut E.denticulatum yang dibudidaya dengan menggunakan rakit jaring apung di perairan

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan distribusi frekuensi penyakit TB di Puskesmas Sukabumi jumlah kasus TB dari tahun 2010 sampai 2014 di Puskesmas Sukabumi

Tulisan ini membahas pengaturan tindak pidana terorisme dalam dunia maya berdasarkan hukum internasional serta membahas upaya harmonisasi pengaturan hukum nasional