• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kondisi iklim wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Pulau Timor serta wilayah

Provinsi Nusa Tenggara Timur, umumnya sangat menentukan besarnya potensi air hujan. Iklim

di kabupaten ini adalah iklim kering yang dipengaruhi oleh angin Muson, dengan musim hujan

yang pendek, yang jatuh pada sekitar bulan Nopember hingga bulan Mei. Wilayah Kabupaten

Timor Tengah Selatan mempunyai curah hujan rata-rata sebesar 1000 -1500 mm/tahun.

Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang

tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi

lingkungan permukiman, estetika serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Sanitasi

merupakan salah satu faktor terpenting dalam mewujudkan layanan yang terkait dengan

pengentasan kemiskinan dan peningkatan produktivitas. Namun masih sering dijumpai bahwa

aspek-aspek pembangunan sanitasi yang meliputi air limbah, persampahan dan drainase,

termasuk penyediaan air bersih dan PHBS, masih berjalan sendiri-sendiri. Meskipun masuk

dalam satu bidang pembangunan yaitu sanitasi tetapi masing-masing aspek tersebut ditangani

secara terpisah sehingga banyak terjadi tumpang tindih kegiatan pembangunan bidang sanitasi

oleh institusi yang berbeda-beda, di sisi lain masih banyak ditemui aspek sanitasi yang belum

tertangani oleh siapapun. Hal tersebut seringkali membingungkan masyarakat sebagai

penerima manfaat sekaligus pelaku pembangunan.

Pelaksanaan pembangunan sanitasi sering berjalan secara parsial dan belum terintegrasi

dalam suatu “rencana besar” yang sifatnya integratif dan memiliki sasaran secara menyeluruh

serta dengan jangka waktu yang lebih panjang. Masing-masing institusi melaksanakan

kegiatannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sendiri-sendiri padahal seringkali

kegiatan tersebut sebetulnya dapat diintegrasikan dalam satu kegiatan yang saling bersinergi,

dan dari sisi lain masih terdapat pula institusi yang tidak memiliki tugas menangani sanitasi

secara langsung namun sangat dibutuhkan peranannya dalam mendukung pembangunan

sanitasi.

(2)

Sejalan dengan tuntutan dan cita-cita peningkatan standar kualitas hidup masyarakat

sementara di sisi lain tingkat pencemaran lingkungan semakin tinggi dan adanya keterbatasan

daya dukung lingkungan itu sendiri sehingga dampak negatif yang disebabkan oleh kualitas

lingkungan juga masih sangat tinggi, menuntut sanitasi menjadi salah satu aspek pembangunan

yang harus diperhatikan. Sanitasi tidak bisa dianggap sebagai urusan “sepele”, urusan sanitasi

sama pentingnya dengan urusan-urusan yang lain. Dan belajar dari pengalaman, permasalahan

sanitasi tidak dapat dilakukan secara parsial. Adanya perencanaan yang tumpang tindih, tidak

tepat sasaran, dan tidak berkelanjutan tidak boleh terulang lagi. Sanitasi harus ditangani secara

multistakeholder dan komprehensif. Siapapun yang terkait dalam penyediaan layanan sanitasi

di kabupaten/kota, harus dilibatkan secara aktif.

Pembangunan sektor sanitasi di Indonesia sudah harus merupakan upaya bersama yang

terkoordinir dari semua tingkatan pemerintah, lembaga non pemerintah, organisasi berbasis

masyarakat, LSM dan sektor swasta. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman

(PPSP) adalah salah satu program untuk mewujudkan perencanaan dan pembangunan sanitasi

yang komprehensif. Keterlibatan lintas sektor dalam pembangunan sanitasi dilakukan demi

mewujudkan kondisi sanitasi yang lebih baik, baik dalam konteks nasional maupun

internasional (dalam upaya pencapaian sasaran MDGs).

Untuk maksud tersebut maka dibentuklah kelompok kerja (Pokja) AMPL, yang diharapkan

dapat berfungsi sebagai unit koordinasi perencanaan, pelaksanaan, pengembangan dan

pengawasan serta monitoring pembangunan sanitasi dari berbagai aspek. Pokja yang tidak

hanya melibatkan unsur pemerintah saja namun juga yang melibatkan masyarakat serta

swasta, baik yang secara langsung terlibat dalam struktur pokja maupun sebagai mitra-mitra

pendukungnya.

Di tingkat nasional, koordinasi kebijakan dilakukan oleh Tim Teknis Pembangunan Sanitasi

(TTPS) yang menyatukan 7 pemangku kepentingan utama dari lingkungan pemerintah (Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Kementrian Pekerjaan Umum, Kementrian

Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Kementrian Keuangan, Kementrian Lingkungan Hidup

dan Kementrian Perindustrian). Di provinsi, Pokja Provinsi dibawah coordinator Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) provinsi akan menjadi titik pusat regional untuk

perencanaan, pemantauan dan

(3)

evaluasi sanitasi. Di level kabupaten, Pokja AMPL Kabupaten dibentuk dan dikoordinir oleh

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).

Pokja AMPL kabupaten/kota adalah pihak yang menjadi penanggung jawab dalam

mengembangkan perencanaan dan pembangunan sanitasi skala kabupaten/kota. Mereka

memastikan koordinasi antar berbagai dinas pemerintah daerah dan pihak-pihak non

pemerintah, menghasilkan buku putih sanitasi kabupaten, strategi sanitasi kabupaten/kota

(SSK) dan menciptakan lingkungan yang mendukung untuk perencanaan sanitasi yang

terkoordinir dan sedang berjalan di tingkat kabupaten/kota.

Sebagai langkah awal Pokja akan menyusun suatu perencanaan sanitasi secara lebih

komprehensif, integratif, inovatif dan melibatkan masyarakat sehingga sesuai dengan

kebutuhan riil masyarakat. Pembangunan sanitasi tidak hanya ditekankan pada pembangunan

sarana fisik tetapi ada hal lain yang perlu dilakukan agar sarana tersebut bermanfaat secara

berkelanjutan. Proses perencanaan harus dilakukan dengan melihat permasalahan yang

muncul baik masalah yang terkait dengan aspek teknis maupun aspek non-teknis secara

menyeluruh, sehingga solusinya pun akan tepat, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

Strategi Sanitasi Kabupaten / Kota (SSK) merupakan dokumen perencanaan yang dijadikan

sebagai pedoman semua pihak dalam membangun dan mengelola sanitasi secara

komprehensif, berkelanjutan dan partisipatif untuk memperbaiki perencanaan dan

pembangunan sanitasi dalam rangka mencapai target-target pencapaian layanan sektor

sanitasi kabupaten dalam tiga kerangka waktu yaitu jangka pendek, jangka menengah dan

jangka panjang.

Dalam konteks yang lebih luas, SSK adalah sebuah langkah penting menuju pencapaian

Millenium Development Goals (MDGs) di tahun 2015. Penyusunan kerangka kerja strategi yang

menyeluruh untuk sektor sanitasi, termasuk tujuan, visi dan misi serta garis besar strategi yaitu

penyusunan prosedur perencanaan, mengembangkan partisipasi masyarakat dan keterlibatan

pihak swasta dan lembaga swadaya masyarakat, kebijakan pendanaan dan rencana

pembangunan sektor sanitasi sebagai bagian dari proses perencanaan Kabupaten Timor

Tengah Selatan.

(4)
(5)

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Strategi Sanitasi Kabupaten/ Kota (SSK) adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi

kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten/

kota yang dimaksudkan untuk memberikan arahan yang jelas, tegas dan menyeluruh bagi

pembangunan sanitasi Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan tujuan agar pembangunan

sanitasi dapat berlangsung secara sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan serta tepat

sasaran sesuai dengan kebutuhan daerah.

Tujuan dari penyusunan SSK ini adalah:

Tujuan Umum

SSK ini disusun untuk rencana pembangunan sanitasi jangka menengah (5 tahun)

 Tujuan Khusus

1. SSK ini dapat memberikan gambaran tentang kebijakan pembangunan sektor

sanitasi Kabupaten Timor Tengah Selatan selama periode 5 tahun.

2. Dipergunakan sebagai dasar penyusunan strategi dan langkah-langkah

pelaksanaan kebijakan, serta penyusunan program jangka menengah dan tahunan

sektor sanitasi.

3. Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pemangku kepentingan

(instansi, masyarakat dan pihak swasta) yang akan melibatkan diri untuk

mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi Kabupaten Timor

Tengah Selatan.

1.4. METODOLOGI

Metode yang digunakan pada proses dan kegiatan penyusunan SSK ini dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1. Identifikasi isu-isu penting di dalam Buku Putih,

2. Kesamaan pemahaman tentang kondisi sanitasi kota,

3. Kesamaan pemahaman tentang rujukan lainnya,

(6)

1.5

Posisi SSK dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain

Masih sering dijumpai bahwa sub sektor pembangunan sanitasi, yaitu air limbah,

persampahan dan drainase, serta penyediaan air bersih berjalan sendiri-sendiri. Masing-masing

aspek tersebut ditangani secara terpisah, meskipun masuk dalam satu sektor pembangunan

yaitu sanitasi, sehingga sering terjadi tumpang tindih kegiatan pembangunan oleh institusi yang

berbeda-beda. Untuk itu perlu disusun suatu perencanaan sanitasi secara lebih integratif,

aspiratif, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat. Tahapan-tahapan proses

perencanaan harus dilaksanakan secara berurutan, bertahap dan berkelanjutan, sehingga

solusi yang ditawarkan juga akan tepat, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

Permasalahan bidang sanitasi yang muncul tidak selalu disebabkan oleh aspek teknis, namun

juga berhubungan dengan aspek ekonomi dan sosial, seperti tingginya tingkat kemiskinan dan

rendahnya kesadaran masyarakat menjadi tantangan lain dalam pembangunan sektor sanitasi.

Sanitasi juga seringkali dianggap sebagai urusan “belakang”, sehingga sering termarjinalkan

dari urusan-urusan yang lain, namun seiring dengan tuntutan peningkatan standar kualitas

hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya

dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi menjadi salah satu aspek pembangunan

yang harus diperhatikan.

Pada umumnya di setiap daerah memiliki dua bentuk perencanaan pembangunan yaitu

perencanaan berdimensi waktu seperti RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD yang memberikan arah

pencapaian tujuan pembangunan sektoral dan perencanaan berdimensi ruang (

spasial ) yakni

RTRW yang memberikan arah pembangunan keruangan (

struktur ruang dan pola ruang ).

Dalam upaya untuk menangani permasalahan pembangunan sanitasi, beserta permasalahan

pembangunan kota/kabupaten secara keseluruhan, kedua produk perencanaan ini perlu saling

disinergikan dan dipadukan satu sama lain.

Mempertimbangkan permasalahan yang muncul tersebut, maka setiap daerah selayaknya

memiliki strategi pembangunan sanitasi yang sinergi dengan arah pengembangan

kabupaten/kota, serta dapat menjadi acuan yang jelas bagi penerapan program-program

pembangunan sanitasi. Terkait dengan persoalan tersebut, suatu kabupaten/kota perlu memiliki

strategi operasional dalam pembangunan sanitasi, yang dikenal sebagai Strategi Sanitasi

Kabupaten/Kota (SSK). Adapun SSK ini akan dijabarkan dalam suatu rencana operasional

berupa Memorandum Program Strategi Sanitasi (MPSS) dimana keduanya disusun dengan

tetap mengacu pada strategi pengembangan kabupaten/kota yang telah ada.

(7)

Gambar 1.2. berikut ini memperlihatkan posisi SSK diantara dokumen perencanaan

lainnya.

RPJPD

RPJMD

RKPD

RENJA SKPD

RENSTRA SKPD

RTRW Kab

APBD

Penjabaran APBD (DPA)

SSK

Gambar 1.1. Posisi Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kabupaten

(SSK) kaitannya dengan dokumen perencanaan lainnya

Dokumen Lainnya serta

data primer dan sekunder

(8)
(9)

BAB 2

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Dalam pengembangan sanitasi adalah pernyataan mengenai sistem sanitasi di masa depan yang akan dituju, dalam

kerangka perencanaan jangka panjang 10 – 15 tahun. Agar ada jaminan bahwa sistem sanitasi yang dipilih sesuai

dengan kebutuhan daerah dan kondisi saat ini, maka beberapa dokumen menjadi acuan yakni Buku Putih Sanitasi

(BPS), Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

kabupaten.

Dalam menetapkan sistem sanitasi yang akan dipilih faktor-faktor yang juga harus dipertimbangkan adalah: faktor

pengelolaan (peraturan, kelembagaan, operasional dan manajemen, kepemilikan asset), faktor fisik wilayah

(kepadatan penduduk, pemanfaatan lahan, topografi lahan), serta faktor keuangan dan pendanaan (kapasitas fiskal,

dukungan dan mekanisme pendanaan). Berdasarkan analisis data sekunder maupun data primer, maka kerangka

pengembangan sanitasi Kabupaten Timor Tengah Selatan adalah prioritas pengembangan pelayanan sanitasi

meliputi desa-desa/ kelurahan dengan tingkat resiko sanitasi sangat tinggi (4/merah), tinggi (3/kuning), sedang

(2/biru), dan kurang beresiko (1/hijau), sebagaimana tergambar pada bab V buku putih sanitasi. Untuk mengetahui

tingkat resiko sanitasi semua desa secara berkelanjutan baik dalam wilayah perkotaan Labuha maupun perdesaan

akan dievaluasi setiap dua tahun sekali dengan metodologi Study EHRA atau metode lain yang memungkinkan.

Kerangka pengembangan sanitasi persubsektor sebagai berikut :

a. Subsektor air limbah domestik

Penetapan sistem infrastruktur sanitasi pada komponen air limbah domestik adalah sistem setempat (on-site)

dimana air limbah langsung diolah ditempat tanpa melalui penyaluran lebih dulu. Sistem on-site tersebut

diperuntukkan untuk seluruh Kecamatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan.

b. Subsektor persampahan

Pengolahan Sampah di Kabupaten Timor Tengah Selatan masih secara tradisional yaitu melalui penimbunan

atau pembakaran dalam lingkungannya masing-masing. Adapun TPA hanya berada di Kota SoE. (TPA

Nonohonis dengan system open Dumping)

c. Komponen Drainse

Penetapan sistem infrastruktur sanitasi pada komponen drainase baik adalah sistem gravitasi. Sistem

drainase yang dipilih disesuaikan dengan kondisi topografi wilayahmasing-masing.

(10)

2.1. VISI MISI SANITASI

visi dan misi pembangunan sanitasi Kabupaten Timor Tengah Selatan. Dengan memahami visi dan misi ini

diharapkan akan terbangun komitmen yang kuat dari pemerintah dan masyarakat Kabupaten Timor Tengah

Selatan untuk bersama-sama membangun sektor sanitasi di daerah ini. Di sisi lain visi dan misi ini juga

menjadi acuan dalam merumuskan program-program pembangunan sanitasi baik jangka panjang (lima belas

tahun), menengah (lima tahun) maupun jangka pendek (tahunan).

Visi adalah suatu rumusan pernyataan, mengandung cita-cita yang hendak diwujudkan di masa depan.

Bertitik tolak pada kondisi faktual serta potensi sumber daya yang dimiliki Kabupaten Timor Tengah Selatan,

maka visi pembangunan sanitasi Kabupaten Timor Tengah Selatan adalah : “Menjadi Kabupaten Timor

Tengah Selatan yang Unggulan Tahun 2018 dalam pembangunan sanitasi berbasis masyarakat di

Provinsi Nusa Tenggara Timur”.

Hubungan antara Visi Misi RPJMD dan Visi Misi Sanitasi Kabupaten Timor Tengah Selatan diperlihatkan

pada

(11)

Tabel 2.1 Visi Misi Sanitasi Kabupaten Timor Tengah Selatan

VISI RPJMD

(2010 - 2015)

MISI RPJMD (2010 - 2015)

VISI SANITASI

MISI SANITASI

Terwujudnya Kabupaten

Timor Tengah Selatan

sebagai kabupaten yang

sejahtera dalam

kebersamaan

1 Mewujudkankan suasana yang Aman

dan damai dalam kehidupan

bermasyarakat sesuai nilai Agama dan

adat istiadat

Mewujudkan kabupaten Timor

Tengah Selatan yang unggul

tahun 2018 dalam

pembangunan sanitasi

berbasis masyarakat

1

Meningkatkan penanganan persampahan

melalui perluasan jangkauan pelayanan

pada masyarakat

2 Meningkatkan Sumber daya manusia

yang berkualitas dan berdaya guna

2 Meningkatkan jumlah kepemilikan jamban

sehat serta menyediakan sistem

pengelolaan limbah yang baik

3 Mewujudkankan ekonomi masyarakat

yang berdaya saing

3 Meningkatkan kesadaran masyarakat

dalam berprilaku hidup sehat yang

higienie

4 Mewujudkan tata kelola pemerintahan

daerah yang bersih dan profesional

4 Menyediakan sarana dan prasarana

drainase lingkungan yang sehat dan

berbasis masyarakat

5 Mewujudkan pembangunan sanitasi

yang ramah lingkungan dan

berkelanjutan

6 Mewujudkan akses Infrastruktur yang

memadai dan merata

(12)

2.2. TAHAPAN PENGEMBANGAN SANITASI

Isu strategis dan permasalahan mendesak, posisi pengelolaan sanitasi serta area berisiko sanitasi di

Kabupaten Timor Tengah Selatan yang tertuang dalam Buku Putih Sanitasi sebagai hasil analisis Pokja Sanitasi,

akan menjadi salah satu dasar yang bersifat urgen dalam penentuan arah dan tahapan pengembangan sanitasi.

Identifikasi sistem sanitasi yang paling sesuai untuk suatu wilayah serta perumusan program dan kegiatan yang

diusulkan, dirangkum dalam penetapan sistem dan zona sanitasi. Sistem sanitasi adalah suatu proses

multi-langkah, dimana berbagai jenis limbah dikelola dari titik timbulan (air limbah) ke titik pemanfaatan kembali atau

pemrosesan akhir. Setiap tahapan disebut kelompok fungsional karena memiliki teknologi sendiri-sendiri dengan

pengelolaan spesifik, ditentukan berdasarkan pentahapan implementasinya. Penentuan sistem sanitasi juga perlu

mempertimbangkan berbagai aspek, tidak hanya teknis tetapi juga kemampuan keuangan daerah, kelembagaan,

regulasi serta kondisi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat setempat.

Berikut tahapan setiap sub sektor sanitasi termasuk sektor air bersih yang dijabarkan menurut sistem, cakupan

layanan serta target cakupan layanan dalam bentuk peta dan tabulasi.

(13)
(14)

Tahapan pengembangan air limbah domestik diarahkan pada penentuan zona dan sistem sanitasi sub-sektor

air limbah, yang terdiri atas zona I dengan sistem STBM dan MCK ++ ( komunal ), zona II dengan sistem onsite

individual dan MCK Komunal dan zona III dengan sistem off site terpusat medium / jangka panjang

Dari aspek cakupan layanan, kondisi eksisting pengembangan air limbah domestik di Kabupaten Timor Tengah

selatan mencapai kisaran 43,82 % (jamban sehat) dari 27.598 jamban yang disurvey dengan sistem on-site, baik

individual maupun komunal. Target cakupan layanan untuk jangka menengah, 5 tahun yang akan datang

direncanakan mencapai 95 %. Target menengah ini selanjutnya dijabarkan dalam target cakupan layanan jangka

pendek maupun jangka panjang. Stop BABS dalam konteks Kabupaten Timor Tengah selatan Daya diperkirakan

baru dapat terealisasi dalam jangka panjang, dimana cakupan layanan sanitasi pada sub sektor air limbah telah

mencapai 100 %. Walaupun pada dasarnya, ketersediaan sarana dan prasarana bukanlah jaminan tidak adanya

BABS, tetapi diharapkan akan berbanding lurus dengan meningkatkan PHBS yang merupakan aspek krusial yang

sangat mengintervensi kebiasaan BABS

.

Tahapan pengembangan air limbah domestik akan dijabarkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.2. Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Timor Tengah selatan

No Sistem Cakupan layanan

eksisting (%) Jangka pendekTarget cakupan layanan (%)Jangka menengah Jangka panjang

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

A Sistem On-site 43,82 60 85 90

1 Individual (tangki septik) 50 55 70 70

2 Komunal (MCK, MCK++) 6,38 10 15 20

B Sistem Off-site 0 0 0 10

1 Skala Kota 0 0 0 10

2 Skala Wilayah 0 0 0 0

Sumber : Analisis Pokja Sanitasi, 2013

Tahapan pengembangan persampahan dibagi berdasarkan penentuan zona dan sistem sanitasi sub-sektor

persampahan sebagaimana peta berikut ini.

(15)
(16)

Tahapan pengembangan sanitasi sub sektor persampahan terdiri dari 3 (tiga) zona yang ditentukan

berdasarkan analisis spasial, pola penggunaan lahan serta kecenderungan pengembangan wilayah.

Zona-zona tersebut meliputi zona I (jangka menengah) dengan target peningkatan cakupan wilayah

layanan sebesar 85 % terutama di kawasan perkotaan (CBD), penyapuan jalan serta Praktik 3R; zona II

peningkatan layanan secukupnya dan Prakek 3R; zona III pengembangan sistem pengelolaan sampah

berbasis masyarakat dan Praktik 3R.

Adapun tahapan pengembangan persampahan berdasarkan cakupan layanan eksisting serta target

capaian jangka pendek, menengah serta jangka panjang, dijabarkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.3. Tahapan Pengembangan Persampahan

No Sistem Cakupan layanan

eksisting (%) Jangka pendekTarget cakupan layanan (%)Jangka menengah Jangka panjang

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

A Penanganan langsung (direct) 15 30 55 75

1 Kawasan Komersial 15 30 55 75

B Penanganan tidak langsung

(indirect) 0 15 20 25

1 Skala Kota 0 10 12 15

2 Skala Wilayah 0 5 8 10

(17)
(18)

Tahapan pengembangan sanitasi sub sektor drainase di Kabupaten Timor Tengah Selatan dibagi atas 2

(dua) zona, yakni zona I yang diarahkan menjadi prioritas penanganan jangka pendek-menengah terhadap

area genangan, dengan titik berat terutama pada kawasan strategis dan cepat tumbuh ( Kualin, amanuban

selatan, batu putih dan kota soE ). Drainase tersebut umumnya bersifat kolektor yang berhubungan

langsung dengan badan air. Dalam konteks tahapan pengembangan sanitasi, direncanakan akan

menggunakan drainase dengan konstruksi perkerasan.

Zona II merupakan wilayah yang diarahkan pada pengembangan drainase untuk jangka menengah-jangka

panjang, baik yang ditujukan untuk penanganan area-area yang sering terjadi genangan maupun yang

memiliki potensi terjadinya genangan. Pengembangannya akan lebih diarahkan pada jenis drainase tanpa

perkerasan sehingga lebih memungkinkan terjadinya penyerapan secara hidrologis dalam proses siklus air,

terutama pada drainase klas tersier. Adapun konstruksi jenis permanen, akan dikembangkan pada

drainase-drainase yang berada di sisi jalan.

Cakupan layanan saat ini berkisar 35 %, baik drainase tanpa perkerasan maupun dengan perkerasan.

Direncanakan persentase target cakupan layanan akan terus ditingkatkan secara bertahap, dari jangka

pendek, menengah sampai jangka panjang. Penjabaran mengenai hal tersebut dituangkan dalam tabel

berikut ini.

Tabel 2.4. Tahapan Pengembangan Drainase Kabupaten Timor Tengah Selatan

No Sistem Cakupan layanan

eksisting (%) Jangka pendek Target cakupan layanan (%)Jangka menengah Jangka panjang

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

A Drainase tanpa perkerasan 35 30 50 50

B Drainase dengan perkerasan

(terutama kawasan Kota Bajawa) 35 25 30 50

C Drainase swale 0 0 0 0

(19)

Perkiraan Pendanaan Pengembangan Sanitasi

Tabel 2.5 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupten 2009 -2013

No Uraian Belanja Sanitasi (Rp.) PertumbuhanRata-rata

2009 2010 2011 2012 2013

1 Belanja Sanitasi (1.1 + 1.2 + 1.3 +

1.4 ) 1.000.000.000 443.585.600 3.406.800.000 851.170.000 3.824.667.000 1.905.244.520

1,1 Air LimbahDomestik 2.959.000.000 233.717.000 1.148.792.000 1.447.169.667 1,2 Sampah rumahtangga 270.585.600 397.800.000 588.453.000 1.174.000.000 607.709.650 1,3 Drainaselingkungan 1.000.000.000 1.000.000.000 1,4 Perilaku Higienedan Sanitasi 173.000.000 50.000.000 29.000.000 1.501.875.000 438.468.750

2 Dana AlokasiKhusus ( 2.1 + 2.2

+ 2.3 ) 0 1.563.800.000 2.810.000.000 1.896.130.000 0 1.253.986.000

2,1 DAK Sanitasi 662.600.000 781.800.000 849.880.000 764.760.000 2,2 DAK LingkunganHidup 901.200.000 2.028.200.000 1.046.250.000 1.325.216.667 2,3 DAK Perumahandan Permukiman

3 Pinjaman/Hibahuntuk Sanitasi 4

Bantuan Keuangan Provinsi untuk Sanitasi Belanja APBD murni untuk

Sanitasi (1-2-3) 1.000.000.000 -1.120.214.400 596.800.000 -1.044.960.000 3.824.667.000 651.258.520 Total Belanja Langsung 192.619.128.960 136.266.675.047 194.602.059.888 251.729.220.449 0 155.043.416.869 % APBD murni terhadap

Belanja Langsung 0,52% -0,82% 0,31% -0,42% #DIV/0! 0,42%

Sumber : Dinas PPKAD Tahun 2013

Tabel 2.6 Realisasi dan potensi retribusi Sanitasi per Kapita

No SKPD Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Pertumbuhan

(%)

2009 2010 2011 2012 2013

1 Retribusi Air Limbah

1.a Realisasi retribusi - - - -1.b Potensi retribusi - - -

-2 Retribusi Sampah

2.a Realisasi retribusi - 6.250.000 6.173.500 7.046.500 - 0.000015 2.b Potensi retribusi - 3.000.000 3.000.000 6.000.000 6.000.000 0.000022

3 Retribusi Drainase

3.a Realisasi retribusi - - - -3.b Potensi retribusi - - -

-4

Total Realisasi Retribusi Sanitasi

(1a+2a+3a) 0 6.250.000 6.173.500 7.046.500 0 0.000015

(20)

(1b+2b+3b) 6 Proporsi Total Realisasi – Potensi Retribusi Sanitasi (4/5) 0 208,33% 205,78% 117,44% 0,00%

Sumber : UPTD Kebersihan dan Dinas Kesehatan Kab. TTS Tahun 2013

Tabel 2.7 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen Air Limbah Domestik

Kabupaten Tahun 2009 - 2013

No

Subsektor / Komponen

2009 2010

Belanja (Rp)

2011 2012 2013

Rata-rata Pertumbuhan

(%)

1 Air Limbah (1a+1b) 0 0 0 0 0 0 0

1.a Pendanaan Investasi air limbah - - -

-1.b Pendanaan OM yang

dialokasikan dalam APBD - - -

-1.c Perkiraan biaya OM berdasarkan

infrastruktur terbangun - - -

-Sumber : PPKAD Kab. TTS tahun 2013

Tabel 2.9 Realisasi dan potensi Retribusi Sanitasi Komponen Air Limbah

Domestik Tahun 2009 - 2013

No SKPD Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Pertumbuhan(%)

2009 2010 2011 2012 2013

1 Retribusi Air Limbah - - -

-1.a Realisasi retribusi - - -

-1.b Potensi retribusi - - -

(21)
(22)

BAB III

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi pembangunan sanitasi Kabupaten Timor Tengah Selatan, maka perlu dirumuskan tujuan dan sasaran strategis yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun kedepan. Tujuan dan sasaran strategis dirumuskan untuk memberikan arah terhadap program pembangunan sanitasi serta dalam rangka memberikan kepastian operasionalisasi dan keterkaitan antara misi dengan program pembangunan sanitasi, sehingga memberikan gambaran yang jelas tentang ukuran-ukuran terlaksananya misi dan tercapainya visi.

Persoalan dan dimensi pembangunan sanitasi yang dihadapi selalu berubah dari waktu ke waktu dan makin kompleks. Permasalahan dan tantangan yang dihadapi akan semakin bertambah banyak, sedangkan kemampuan dan sumber daya pembangunan yang tersedia cenderung terbatas. Oleh karena itu pemerintah daerah harus mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tuntutan yang tidak terbatas dengan membuat pilihan dalam bentuk skala prioritas. Dalam menentukan pilihan tersebut, maka Pemerintah Daerah tetap bersikap realistis, dengan tidak membuat sasaran-sasaran yang sejak semula disadari tidak bisa dipenuhi.

Adapun tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi Kabupaten Timor Tengah Selatan per sub sektor periode 2014-2018 diuraikan sebagai berikut.

3.1. Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

Penanganan air limbah domestik merupakan bagian untuk mendukung terwujudnya lingkungan yang berkualitas dan lestari, lingkungan perumahan layak huni dan tidak ada masyarakat yang BABS (buang air besar sembarang). Sebagaimana dijelaskan dalan Buku Putih Sanitasi bahwa dengan menggunakan analisis SWOT disimpulkan bahwa posisi pengelolaan sanitasi di Kabupaten Timor Tengah Selatan pada komponen air limbah domestik berada pada kuadran IV yakni posisi diversifikasi terpusat, maka strategi yang akan ditempuh kedepan dalam pengelolaan air limbah adalah memanfaatkan kekuatan yang ada untuk menghindari ancaman. Untuk itu ditetapkan tujuan, sasaran dan strategi pengembangan air limbah domestik sebagaimana tabel 3.1. berikut ini.

(23)

Tabel 3.1. Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

Tujuan Sasaran Strategi

Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran

- Menurunkan angka BABS melalui perubahan perilaku dan kepemilikan jamban sehat yang terhubung dengan tangki septic - Membuat perangkat

peraturan Daerah untuk penyelenggaran air limbah permukiman - Meningkatnya peran

masyarakat dalam pengelolaan air limbah

1. Terdapat satu IPAL dan satu IPLT terpusat untuk mengolah air limbah pada tahun 2018 2. tersedianya perangkat peraturan perundangan yang mendukung penyelenggaran air limbah permukiman Terbangunnya 1 (satu) IPAL dan 1(satu) IPLT pada tahun 2018

1. Kabupaten Timor Tengah Selatan memiliki satu IPAL dan satu IPLT terpusat untuk mengolah air limbah.

2. Membuat perda yang mengatur tentang pengelolaan air limbah

3. Melibatkan pihak swasta untuk berinvestasi dan berperan sebagai penyedia layanan pengolahan air limbah, seperti layanan sedot tinja.

4. Meningkatkan akses layanan air limbah komunal bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) perkotaan

3. Peningkatan cakupan penggunaan jamban sehat yang terhubung tangki septik hingga pada tahun 2018

Jumlah Jamban yang terhubung dengan tangki septik meningkat pada tahun 2018

1. meningkatkan pembangunan tangkiseptik komunal di masyarakat 2. Melibatkan pihak swasta dalam pendanaan pembangunan jamban sehat 3. Mengadakan publikasi dan sosialisasi melalui radio spot dan media massa 4. Peningkatan jumlah

desa yang bebas BABS dari 82,9 % menurun menjadi 100%

Jumlah Desa yang bebas

BABS menjadi 100 %. 1. Advokasi dan pemicuan kepada perangkat desa, stakeholder, dan masyarakat itusendiri tentang dampak buruk BABS. 2. meningkatkan Pembuatan jamban komunal di masyarakat

3. Mengadakan publikasi dan sosialisasi melalui radio spot dan media massa 5. Pengembangan

alternatif sumber pembiayaan.

1. Dukungan pendanaan dr APBN dan APBD I melalui program’ pemerintah maupun non pemerintah/LSM

(24)

3.2. Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Persampahan

Penanganan persampahan merupakan bagian untuk mendukung terwujudnya lingkungan yang berkualitas dan lestari, lingkungan perumahan layak huni serta pengurangan timbulan sampah dari sumbernya dengan penanganan sampah berwawasan lingkungan. Sebagaimana dijelaskan dalan buku putih sanitasi bahwa dengan menggunakan analisis SWOT disimpulkan bahwa posisi pengelolaan sanitasi di Kabupaten Timor Tengah Selatan pada komponen, maka strategi yang akan ditempuh kedepan dalam pengelolaan persampahan sbb :

(25)

Tabel 3.2. Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Persampahan

Tujuan Sasaran Strategi

Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran

- Meningkatkan pelayanan pengolahan sampah dengan mengutamakan pendekatan 3R berbasis masyarakat - meningkatkan cakupan pelayanan sampah secara bertahap

Terdapat satu TPA system control lanfill yang melayani Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Terbangunnya TPA system control lanfill di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan

- Melakukan penyiapan dokumen (studi-studi) untuk mendukung urgensi pembuatan TPA systemcontrol lanfill di Kabupaten Timor Tengah Selatan. - Melakukan penyiapan dokumen (studi-studi, FS, DED) untuk memudahan

skema pendanaan di luar APBD - Terdapat TPAsystemcontrol landfill

-meningkatkan sarana penampungan dan pengangkutan sampah di Kota dan kota kecamatan yang telah terlayani

Meningkatnya cakupan layanan

persampahan untuk wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan, dan sarana pengangkutan sampah 3 unit

- meningkatkan sarana penampungan dan pengangkutan sampah di Kota dan kota kecamatan yang telah terlayani

- Menyediakan sarana pengangkutan sampah dan infrastruktur TPS untuk setiap CBD (Central Business District)

- Membuat perda Pengelolaan Persampahan

- meningkatkan pelaksanaan PERDA sampah dan retribusi

meningkatnya pengetahuan

masyarakat tentang

pengelolaan sampah yang aman bagi lingkungan

Angka pembakarn sampah berkurang

hingga 50 % di tahun 2018 - Advokasi dan pemicuan kepada perangkat desa, stakeholder, dan masyarakatitu sendiri tentang dampak buruk pembakaran sampah

- Membuat sarana percontohan untuk pengolahan sampah skala rumah tangga (kompos, bank sampah, dll)

- Melakukan pendampingan untuk pelaksanaan pengolahan sampah berbasis masyarakat (3R skala rumah tangga)

- Mengadakan publikasi dan sosialisasi melalui radio spot dan media massa - Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan persampahan sejak dini

melalui pendididkan di sekolah;

- Membina masyarakat khususnya kaum perempuan dalam pengelolaan persampahan;

- Mendorong peningkatan pengelolaan persampahan yang berbasis masyarakat; - Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kkondusif bagi dunia

usaha/swasta.

Terdapat minimal satu

insinerator untuk mengolah sampah medis dari rumah sakit dan puskesmas di Kabupaten Timor Tengah Selatan

Tersedianya Insenerator untuk pengolahan sampah medis dari Rumah Sakit dan Puskesmas di Kabupaten Timor Tengah Selatan

- Terdapat minimal satu insinerator untuk mengolah sampah medis dari rumah sakit dan puskesmas di Kabupaten Timor Tengah Selatan

- Melakukan pendampingan untuk pelaksanaan pengolahan sampah medis

Pengembangan alternatif

sumber pembiayaan. Pengalokasian anggaran pengelolaanpersampahan dan terbitnya pedoman

penyusunan rencana biaya, pengelolaan keuangan serta

- Menyamakan persepsi para pengambil keputusan dalam pengelolaan persampahan dan kebutuhan anggaran;

(26)

penyusunan tarif retribusi. Sumber : Pokja AMPL Kabupaten Timor Tengah Selatan tahun 2013

(27)

3.3. Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Drainase

Penanganan drainase lingkungan merupakan bagian untuk mendukung terwujudnya lingkungan yang berkualitas dan lestari, lingkungan perumahan layak huni serta pengurangan genangan air terutama pada wilayah-wilayah rawan genangan. Sebagaimana dijelaskan dalan Buku Putih Sanitasi bahwa dengan menggunakan analisis SWOT disimpulkan bahwa posisi pengelolaan sanitasi di Kabupaten Timor Tengah Selatan pada komponen drainase lingkungan, strategi yang akan ditempuh kedepan dalam pengelolaan drainase lingkungan adalah meminimalisir kelemahan yang ada untuk memanfaatkan peluang. Untuk itu ditetapkan tujuan, sasaran dan strategi pengembangan drainase sebagaimana tabel 3.3. berikut ini.

(28)

Tabel 3.3. Tujuan, Sasaran dan tahapan Pencapaian Pengembangan Drainase

Tujuan Pernyataan Sasaran Sasaran Indikator Sasaran Strategi

- mengurangi genangan air pada titik titik tertentu saat musim hujan

- meningkatkan anggaran pembangunan , pemeliharaan drainase sebesar 2.5% per tahun

- memperlancar aliran air demi penyehatan di lingkungan permukiman

- masyarakat sadar akan fungsi saluran drainase

Tersedianya dokumen pendukung untuk perencanaan pembangunan drainase (data kebutuhan pembangunan drainase, masterplan drainase permukiman, dll) untuk keseluruhan Kabupaten Timor Tengah Selatan pada tahun 2018

Berkurangnya genangan air pada saat hujan

- SKPD (PU Cipta Karya) menyusun Masterplan Drainase - Outline Plan Sistem Drainase Kawasan

- Dukungan SKPD untuk mendapatkan dana APBD I dan APBN penyusunan Master Plan Drainase

- Melakukan penyiapan dokumen (studi-studi, FS, DED) untuk memudahan skema pendanaan di luar APBN dan APBD - Penyusunan RanPerda dan Perda tentang Pengelolaan

Sistem Drainase

- Sosialisasi Perda Pengelolaan Sistem Drainase

Dibangunnya saluran drainase disetiap titik rawan genangan

lama genangan berkurang menjadi kurang dari 1 jam dengan

perbaikan saluran drainase

- Dibangunnya saluran dan drainase primer di 12 kel dan 1 Desa

- Membangun saluran drainase sekunder diperumahan sepanjang 5.5 KM pada tahun 2018

- menambah saluran pembuangan akhir drainase (tersier ) diperumahan sepanjang 15 KM hingga tahun 2018

- Menambah dimensi saluran terbangun sepanjang 2 KM/tahun di kawasan yang termasuk zona drainase jangka pendek

pada setiap rumah tangga telah memilki saluran drainase

- tersedianya saluran drainase pada kawasan permukiman yang cukup padat

-Berkurangnya rumah tangga yang membuang limbah/sampah langsung ke saluran drainase sebesar 30 % pada tahun 2018

terbangun saluran tersier drainase di perumahan

- perbaikan saluran drainase yang telah rusak sebanyak 2 KM - sebesar 20 % saluran drainase di daerah zona jangka pendek

bebas dari sampah/limbah masyarakat

meningkatkan peran dan kesadaran masyarakat terhadap pemeliharaan saluran drainase

- saluran drainase tidak ditemukan sampah bertumpukan

- adanya kegiatan masyarakat untuk pembersihan dan pemeliharaan saluran drainase

- Mengadakan publikasi dan sosialisasi melalui radio spot dan media massa

(29)

pembangunan , pemeliharaan sebesar 10 % terhadap total pendanaan drainase dari yang telah ada sekarang

bertambah tiap tahunnya - proporsi anggaran operasional drainase menjadi 2.5% per

tahun terhadap total pendanaan drainase per tahunnya

(30)

3.4. Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengelolaan Promosi Higiene dan Sanitasi (Prohisan)

Pengelolaan PHBS dan promosi higiene merupakan bagian terpadu untuk mendukung terwujudnya lingkungan yang berkualitas dan lestari, lingkungan perumahan layak huni serta meningkatnya pola hidup yang bersih dan sehat di masyarakat. Hal lain yang ingin dicapai adalah meningkatnya kesadaran masyarakat akan resiko buang air besar sembarangan, kesadaran akan pentingnya cuci tangan pakai sabun terutama pada lima waktu penting yakni 1)

sesudah buang air besar (BAB), 2) sesudah menceboki pantat anak, 3) sebelum menyantap makanan, 4) sebelum menyuapi anak, dan terakhir adalah 5) sebelum menyiapkan makanan bagi keluarga Untuk itu ditetapkan tujuan, sasaran dan strategi

(31)

Tabel 3.4. Tujuan, Sasaran dan dan Tahapan Pencapaian Pengelolaan Sanitasi Rumah Tangga

Tujuan Pernyataan Sasaran Sasaran Indikator Sasaran Strategi

Mengubah perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat secara mandiri.

Masyarakat yang tidak melakukan CTPS, akan diturunkan menjadi 100%

di tahun 2018 Tersedianya sisitem dan fasilitas yangmendukung Indikator yang memiliki kedekatan dengan Sanitasi dalam tatanan masyarakat dan sekolah yaitu: mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun, menggunakan jamban yanag bersih dan sehat, memberantas jentik nyamuk dan membuang sampah pada tempatnya

- Melakukan advokasi dan sosialisai kepada masyarakat tentang pentingnya cuci tangan pakai sabun

- Meningkatkan media promosi CTPS melaui media massa

Deklarasi Kabupaten BABS di tahun 2018, berkaitan dengan target MDGs di tahun 2015

- Advokasi dan pemicuan kepada perangkat desa, stakeholder, dan masyarakat itu sendiri tentang dampak buruk BABS.

- Membuat jamban percontohan untuk masing-masing kecamatan

- Mengadakan publikasi dan sosialisasi melalui radio spot dan media massa

(32)

Tabel 3.5. Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Sanitasi Sekolah

Tujuan Pernyataan Sasaran Sasaran Indikator Sasaran Strategi

Mengubah perilaku anak anak untuk hidup bersih dan sehat secara mandiri.

Sekolah menjadi wadah/sarana promosi PHBS

Tersedianya sisitem dan fasilitas yang mendukung Indikator yang memiliki kedekatan dengan Sanitasi dalam tatanan sekolah yaitu: mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun, menggunakan jamban yanag bersih dan sehat, memberantas jentik nyamuk dan membuang sampah pada tempatnya

- Memasukkan pemahaman tentang pengolahan air limbah dalam kurikulum sekolah dasar - Menyediakan sarana cuci tangan di tempat

umum seperti sekolah, kantor pemerintahan, dan rumah makan.

- Memasukkan pemahaman tentang pentingnya CTPS dalam kurikulum sekolah dasar - Meningkatkan media promosi CTPS melaui

poster dan lomba sanitasi antar sekolah

(33)

BAB IV

PROGRAM DAN KEGIATAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Program merupakan tindak lanjut dari strategi pelaksanaan untuk mencapai tujuan

dan sasaran yang telah ditetapkan, dan sebagai rencana tindak dari sebuah program, maka

diturunkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan. Penyusunan kegiatan mengacu pada sistem

dan zona sanitasi yang telah ditetapkan pada kerangka pengembangan sanitasi

berdasarkan hasil analisa data sekunder maupun primer sebagaimana dijelaskan dalam

Buku Putih Sanitasi. Hal ini menjadi acuan dasar agar pembangunan sanitasi dapat

dilakukan secara tepat sasaran, merata, efektif dan efesien serta berkelanjutan.

Pertimbangan lainnya dalam penyusunan kegiatan ini adalah TUPOKSI SKPD serta agenda

pembangunan lima tahunan yang telah tertuang dalam RPJMD Kabupaten Timor Tengah

selatan, sehingga diharapkan kegiatan-kegiatan yang diusulkan dalam SSK ini sejalan

dengan agenda-agenda prioritas pembangunan dalam rangka pencapaian visi dan misi

Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah selatan.

4.1. Ringkasan Program dan Kegiatan Sanitasi

Sesuai dengan kondisi layanan sanitasi saat ini di Kabupaten Timor Tengah selatan

maka tahapan pengembangan program sanitasi di Kabupaten Timor Tengah selatan

pada prinsipnya tetap mengacu kepada hasil studi EHRA yang menghasilkan peta area

beresiko sanitasi. Untuk memudahkan pelaksanaan program wilayah Kabupaten Timor

Tengah selatan telah dilakukan pembagian zona pengembangan dan layanan sanitasi

dengan mempertimbangkan ;

a) Luas wilayah (zona),

b) Jangkauan/cakupan pelayanan sanitasi, dan

c) Kondisi layanan sanitasi itu sendiri.

Setiap zona terdapat area-area beresiko tinggi. Kondisi area beresiko ini pada dasarnya

tidak berdiri sendiri, namun merupakan sistem dimana resiko yang terjadi pada suatu

wilayah memiliki keterkaitan dengan wilayah sekitar. Oleh karena itu penyusunan

perencanaan, strategi dan implementasi program harus diarahkan secara sistem.

Demikian juga di komponen air limbah, drainase dan persampahan serta PHBS,

(34)

resiko/bencana yang terjadi di suatu wilayah tidak lepas dari kondisi layanan sanitasi di

wilayah sekitar termasuk perilaku manusia itu sendiri.

Pada prinsipnya strategi pendekatan pembangunan sanitasi di Kabupaten Timor

Tengah selatan, mempertimbangkan pada :

 Keberpihakan pada PMJK dan Gender

 Mengutamakan peningkatan kesehatan dan kehidupan masyarakat, perlindungan

sumber daya air dan lingkungan.

 Pembangunan dan pengelolaan yang bertumpu pada

community based

development

dan peran masyarakat sejak tahap perencanaan, pembangunan dan

pengelolaan

 Pengembangan pembangunan yang bersifat

city-wide

dan bertahap berdasarkan

demand responsive.

(35)

Tabel 4.1a :

Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya dan sumber Pendanaan dan/atau Pembiayaan Pengembangan Sanitasi Untuk 5 Tahun

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

REKAPITULASI RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SEKTOR SANITASI

Kabupaten

: Timor Tengah Selatan

Provinsi

: Nusa Tenggara Timur

Tahun

: 2013

NO. SUB-SEKTOR

Indikasi Biaya (juta rupiah)

JUMLAH

Sumber Pendanaan/Pembiayaan (juta rupiah)

KAB/KOTA PROV. APBN PemerintahNon

2014 2015 2016 2017 2018

A. SUB SEKTOR AIR LIMBAH - 3.941 4.424 3.926 3.826 16.118 4.588 - 11.530

-B. PERSAMPAHANSUB SEKTOR - 2.725 1.725 9.085 1.710 15.245 2.245 1.050 11.750 200

C. SUB SEKTOR DRAINASE - 5.320 7.615 9.080 10.045 32.060 17.860 4.450 9.500 300

D. HIGIENEASPEK PHBS DAN PROMOSI - 1.048 1.063 963 978 4.052 2.485 892 - 675

(36)

Tabel 4.1b :

Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya dan sumber Pendanaan dan/atau Pembiayaan Pengembangan Sanitasi

APBD Kabupaten Timor Tengah Selatan Untuk 5

Tahun

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

REKAPITULASI RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SEKTOR SANITASI

Kabupaten : Timor Tengah Selatan Provinsi : Nusa Tenggara Timur

Tahun : 2013

NO. SUB-SEKTOR

Indikasi Biaya (juta rupiah)

JUMLAH APBD Kab. Timor Tengah Selatan

2014 2015 2016 2017 2018

A. SUB SEKTOR AIR LIMBAH - 1.040 1.523 1.025 1.000 4.588

B. PERSAMPAHANSUB SEKTOR - 915 815 245 270 2.245

C. SUB SEKTOR DRAINASE - 1.920 3.715 5.455 6.770 17.860

D. HIGIENEASPEK PHBS DAN PROMOSI 150 710 635 605 385 2.485

TOTAL

(37)

Tabel 4.1c :

Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya dan sumber Pendanaan dan/atau Pembiayaan Pengembangan Sanitasi

APBD Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk 5 Tahun

STRATEGI SANITASI KABUPATEN

(SSK)

REKAPITULASI RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SEKTOR SANITASI

Kabupaten : Timor Tengah Selatan

Provinsi : Nusa Tenggara Timur

Tahun : 2013

NO. SUB-SEKTOR

Indikasi Biaya (juta rupiah)

JUMLAH APBD Provinsi

2014 2015 2016 2017 2018

A. SUB SEKTOR AIR LIMBAH - - - - -

-B. PERSAMPAHANSUB SEKTOR - 1.050 - - - 1.050

C. SUB SEKTOR DRAINASE - 1.400 1.450 1.300 300 4.450

D. HIGIENEASPEK PHBS DAN PROMOSI - 273 273 173 173 892

TOTAL

(38)

Tabel 4.1d :

Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya dan sumber Pendanaan dan/atau Pembiayaan Pengembangan Sanitasi APBN Untuk 5 Tahun

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

REKAPITULASI RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SEKTOR SANITASI

Kabupaten

: Timor Tengah Selatan

Provinsi

: Nusa Tenggara Timur

Tahun

: 2013

NO. SUB-SEKTOR

Indikasi Biaya (juta rupiah)

JUMLAH APBN

2014 2015 2016 2017 2018

A.

SUB SEKTOR AIR LIMBAH

- 2.901 2.901 2.901 2.826 11.530

B.

SUB SEKTOR PERSAMPAHAN

- 750 900 8.750 1.350 11.750

C.

DRAINASE

SUB SEKTOR

- 3.000 3.500 3.000 - 9.500

D.

ASPEK PHBS DAN PROMOSI HIGIENE

- - - - -

(39)

Tabel 4.1e :

Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya dan sumber Pendanaan dan/atau Pembiayaan Pengembangan Sanitasi Non Pemerintah Untuk 5 Tahun

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

REKAPITULASI RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SEKTOR SANITASI

Kabupaten : Timor Tengah Selatan

Provinsi

: Nusa Tenggara Timur

Tahun

: 2013

NO. SUB-SEKTOR

Indikasi Biaya (juta rupiah)

JUMLAH Non Pemerintah

2014 2015 2016 2017 2018

A.

SUB SEKTOR AIR LIMBAH

- - - - -

-B.

PERSAMPAHAN

SUB SEKTOR

- 10 10 90 90 200

C.

SUB SEKTOR

DRAINASE

- 100 100 100 - 300

D.

ASPEK PHBS DAN PROMOSI

(40)

4.2a. Tabel Program dan Kegiatan Pengembangan Air Limbah Domestik

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

PROGRAM DAN KEGIATAN SEKTOR SANITASI

Kabupaten

: Timor Tengah Selatan

Provinsi

: Nusa Tenggara Timur

Tahun

: 2013

Halaman……dari……

N0 PROGRAM / KEGIATAN(Output/Sub

Output/Komponen) DETAIL LOKASI (Kec./Des a/Kel./Kw s) Estimasi Outcome

Kebutuhan Penanganan menyeluruh Indikasi Biaya (juta rupiah)

Sumber Pendanaan/Pembiayaan (juta rupiah) Jml. Pendud uk terlaya ni (jiwa) Luas Wilayah terlayani (Ha)

KAB. PROV. APBN PemerinNon

tah SATUAN Volume Total Volume 2014 2015 2016 2017 2018 Jumlah 2014 2015 2016 2017 2018 1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

A. SUB- SEKTOR AIRLIMBAH

A. MASTERPLAN

(1). Penyusunan Masterplan Sistem Air Limbah Skala

Kota/Kabupaten Kab. TTS 442.130 19315,96 Pkt - - 1 - - 1 - - 350 - - 350 350 - -

-(2). Penyusunan Outline plan Sistem Air Limbah Skala

Kota/Kabupaten Kab. TTS 142.393 19315,96 Pkt - - 1 - 1 - - 150 - - 150 150 - -

-B. INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH SISTEM

SETEMPAT DAN SISTEM KOMUNAL (1). Jamban Keluarga (1.1). Penyuluhan dan kampanye Bebas "BABS" (sasaran MBR dan Non MBR). 32 Kecamatan 442.130 19315,96 Paket 0 8 8 8 8 32 - 75 75 75 75 300 300 - - -(1.2). Pelaksanaan kegiatan STBM / Peningkatan akses jamban 32 Kecamatan 442.130 19315,96 Paket 0 8 8 8 8 32 - 50 50 50 50 200 200 - - -(1.3). Monev pasca pemicuan 32 Kecamatan 442.130 19315,96 Kali 0 16 16 16 16 64 - 35 33 35 35 138 138 - - -(2). MCK ++ (2.1). Penyuluhan dan kampanye mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Air Limbah Domestik 17 Kecamatan (64 desa) 100.577 22,865 Paket 0 5 4 4 4 17 - 25 25 25 15 90 90 - -

(41)

-(pada daerah yang berpotensi untuk dibangun MCK++) (2.2). Sosialisasi Rencana Pembanguna n MCK++ kepada masyarakat oleh Dinas Terkait 17 Kecamatan (64 desa) 100.577 22,865 Paket 0 5 4 4 4 17 - 25 25 25 15 90 90 - - -(2.3). Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM ) 17 Kecamatan (64 desa) 100.577 22,865 Pkt 0 16 16 16 16 64 - 45 45 45 45 180 180 - - -(2.4). Pembebasan Lahan/Tanah 17 Kecamatan (64 desa) 100.577 22,865 Pkt 0 16 16 16 16 64 - 55 50 50 50 205 205 - - -(2.5). Perencanaan Detail (DED) Pembanguna n MCK++ 17 Kecamatan (64 desa) 100.577 22,865 Pkt 0 5 4 4 4 17 - 20 15 15 15 65 65 - -(2.6). Pelatihan bagi pengurus KSM, berupa pelatihan di bidang teknis, keuangan, dan manajerial. 17 Kecamatan (64 desa) 100.577 22,865 Pkt 0 16 16 16 16 64 - 30 30 30 30 120 120 - -(2.7). Sosialisasi kepada masyarakat oleh pengurus KSM 17 Kecamatan (64 desa) 100.577 22,865 Pkt 0 5 4 4 4 17 - 10 5 5 5 25 25 - - -(2.8). Pembanguna n MCK++ 17 Kecamatan (64 desa) 100.577 22,865 Unit 0 16 16 16 16 64 - 1,200 1,200 1,200 1,200 4,800 - - 4,800 -(2.9). Biaya Operasi dan Pemeliharaan MCK++ 17 Kecamatan (64 desa) 100.577 22,865 Pkt 0 16 16 16 16 64 - 25 25 25 25 100 100 - -

-(3). IPAL Komunal / Tangki Septik Komunal (3.1). Penyuluhan dan kampanye mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Air Limbah Domestik (pada daerah yang berpotensi untuk dibangun IPAL Komunal) 3 Kecamatan (8 Desa) 21.536 298,33 Paket 0 1 1 1 0 3 - 15 15 15 15 60 60 - - -(3.2). Sosialisasi 3Kecamatan 21.536 298,33 Pkt 0 1 1 1 0 3 - 15 15 15 15 60 60 - -

(42)

-Rencana Pembanguna n IPAL Komunal kepada masyarakat oleh Dinas Terkait (8 Desa) (3.3). Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) 3 Kecamatan (8 Desa) 21.536 298,33 Pkt 0 2 2 2 2 8 - 10 10 10 10 40 40 - - -(3.4). Pembebasan Lahan/Tanah 3 Kecamatan (8 Desa) 21.536 298,33 Pkt 0 2 2 2 2 8 - 100 100 100 100 400 400 - - -(3.5). Perencanaan Jaringan perpipaan 3 Kecamatan (8 Desa) 21.536 298,33 Pkt 0 2 2 2 2 8 - 15 15 15 15 60 60 - - -(3.6). Pelatihan bagi pengurus KSM, berupa pelatihan di bidang teknis, keuangan, dan manajerial. 3 Kecamatan (8 Desa) 21.536 298,33 Pkt 0 2 2 2 2 8 - 15 15 15 15 60 60 - - -(3.7). Sosialisasi kepada masyarakat oleh pengurus KSM 3 Kecamatan (8 Desa) 21.536 298,33 Pkt 0 2 2 2 2 8 - 10 10 10 10 40 40 - -(3.8). Pembanguna n IPAL Komunal 3 Kecamatan (8 Desa) 21.536 298,33 Pkt 0 2 2 2 2 8 - 1.750 1.750 1.750 1.750 7.000 - - 7.000 -(3.9). Pembanguna n Jaringan Perpipaan 3 Kecamatan (8 Desa) 21.536 298,33 Pkt 0 2 2 2 2 8 - 500 500 500 500 2.000 - - 2.000 -(3.10). Pembanguna n Sambungan Rumah 3 Kecamatan (8 Desa) 21.536 298,33 Pkt 0 2 2 2 2 8 - 250 250 250 250 1.000 - - 1.000 -(3.11). Biaya Operasi dan Pemeliharaan IPAL Komunal 3 Kecamatan (8 Desa) 21.536 298,33 Pkt 0 2 2 2 2 8 - 100 100 100 100 400 400 - - -C. SANITASI SEKOLAH 1. Stimulan Pembanguna n sarana air bersih dan sanitasi dilingkungan sekolah di PAUD, SD, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Luar Biasa yang terdiri dari pembanguna n jamban/ toilet, sarana 32 Kecamatan 442.130 19315,96 Pkt 0 50 50 50 50 200 - 150 150 150 150 600 600 - -

(43)

-CTPS dan sarana pembuangan sampah 2. Monev pelaksanaan 32Kecamatan 442.130 19315,96 OH 0 25 25 35 45 150 - 75 75 75 75 300 300 - - -D. SANITASI LIMBAH B3 1. Pembangunan IPAL RS dan PUSKESMAS 2 Rumah sakit dan 28 Puskesmas 142.393 162.092 Unit 0 8 8 8 6 30 - 250 250 250 175 925 - - 925 -2. Monev pelaksanaan 2 Rumah sakit dan 28 Puskesmas 142.393 162.092 OH 0 4 4 4 3 15 - 15 15 15 10 55 55 - - -E. PEMANTAUAN KUALITAS LINGKUNGAN

(1). Pemantauan Kualitas Air Sumur Gali/Air Tanah, HIPPAM

dan DAM Kab. TTS 142.393 162.092 sampel 0 25 25 25 25 100 - 25 25 25 25 100 100 - -

-(2). Penerapan teknologi Biogas Kab. TTS 142.393 162.092 Pkt 0 1 1 1 1 4 - 150 150 150 150 600 - 600

-(3) Pemantauan kualitas lingkungan pada industri kecil dan menengah melalu

swapantau uji kualitas air limbah

Kab. TTS 142.393 162.092 Pkt 0 1 1 1 1 4 - 25 25 25 25 100 100 - -

-(4) Operasional laboratorium

lingkungan Kab. TTS 142.393 162.092 Pkt 0 1 1 1 1 4 - 20 20 20 20 80 80 - -

-(5) Komisi pengendalian dampak

lingkungan Kab. TTS 142.393 162.092 Pkt 0 1 1 1 1 4 - 25 25 25 25 100 100 - -

-(6) Monitoring dan evaluasi wajib

AMDAL dan UKL/UPL Kab. TTS 142.393 162.092 Pkt 0 1 1 1 1 4 - 30 30 30 30 120 120 - -

-Jumlah Pembiayaan / Pendanaan Sub-Sektor Air Limbah

(44)

-Tabel 4.2b : Tabel Program dan Kegiatan Pengembangan Air limbah Domestik Sumber Pendanaan APBD kabupaten Timor Tengah Selatan

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) PROGRAM DAN KEGIATAN SEKTOR SANITASI Kabupaten : Timor Tengah Selatan

Provinsi : Nusa Tenggara Timur

Tahun : 2013

N0 PROGRAM / KEGIATAN (Output/SubOutput/Komponen) (Kec./Desa/Kel./Kws)DETAIL LOKASI

Estimasi Outcome

Kebutuhan Penanganan/Volume yang dibiayai APBD Kab.TTS Indikasi Biaya (juta rupiah)

Jml. Penduduk terlayani (jiwa) Luas Wilayah terlayani (Ha) SATUAN Volume Total Volume

APBD Kab. Timor Tengah Selatan

Jumlah

2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018

1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

A. SUB- SEKTOR AIR LIMBAH

A. MASTERPLAN

(1). Penyusunan Masterplan Sistem Air Limbah Skala

Kota/Kabupaten Kab. TTS 442.130 19315,96 Pkt - - 1 - - 1 - - 350 - - 350

(2). Penyusunan Outline plan Sistem Air Limbah Skala

Kota/Kabupaten Kab. TTS 142.393 19315,96 Pkt - - 1 - 1 - - 150 - - 150

B. INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT DAN SISTEM KOMUNAL

(1). Jamban Keluarga

(1.1). Penyuluhan dan kampanye Bebas "BABS"

(sasaran MBR dan Non MBR). 32 Kecamatan 442.130 19315,96 Paket 0 8 8 8 8 32 - 75 75 75 75 300

(1.2). Pelaksanaan kegiatan STBM / Peningkatan

akses jamban 32 Kecamatan 442.130 19315,96 Paket 0 8 8 8 8 32 - 50 50 50 50 200

(1.3). Monev pasca pemicuan 32 Kecamatan 442.130 19315,96 Kali 0 16 16 16 16 64 - 35 33 35 35 138

(2). MCK ++

(2.1). Penyuluhan dan kampanye mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Air Limbah Domestik (pada daerah yang berpotensi untuk dibangun MCK++)

17 Kecamatan (64 desa) 100.577 22,865 Paket 0 5 4 4 4 17 - 25 25 25 15 90

(2.2). Sosialisasi Rencana Pembangunan MCK++

kepada masyarakat oleh Dinas Terkait 17 Kecamatan (64 desa) 100.577 22,865 Paket 0 5 4 4 4 17 - 25 25 25 15 90

(2.3). Pembentukan Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM ) 17 Kecamatan (64 desa) 100.577 22,865 Pkt 0 16 16 16 16 64 - 45 45 45 45 180

(2.4). Pembebasan Lahan/Tanah 17 Kecamatan (64 desa) 100.577 22,865 Pkt 0 16 16 16 16 64 - 55 50 50 50 205

(2.5). Perencanaan Detail (DED) Pembangunan

MCK++ 17 Kecamatan (64 desa) 100.577 22,865 Pkt 0 5 4 4 4 17 - 20 15 15 15 65

(2.6). Pelatihan bagi pengurus KSM, berupa pelatihan di bidang teknis, keuangan, dan

manajerial. 17 Kecamatan (64 desa) 100.577 22,865 Pkt 0 16 16 16 16 64 - 30 30 30 30 120

(2.7). Sosialisasi kepada masyarakat oleh pengurus

KSM 17 Kecamatan (64 desa) 100.577 22,865 Pkt 0 5 4 4 4 17 - 10 5 5 5 25

(2.8). Pembangunan MCK++ 17 Kecamatan (64 desa) 100.577 22,865 Unit 0 16 16 16 16 64

-(2.9). Biaya Operasi dan Pemeliharaan MCK++ 17 Kecamatan (64 desa) 100.577 22,865 Pkt 0 16 16 16 16 64 - 25 25 25 25

100

(45)

(3.1). Penyuluhan dan kampanye mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Air Limbah Domestik (pada daerah yang berpotensi untuk dibangun IPAL Komunal)

3 Kecamatan (8 Desa) 21.536 298,33 Paket 0 1 1 1 0 3 - 15 15 15 15

60

(3.2). Sosialisasi Rencana Pembangunan IPAL

Komunal kepada masyarakat oleh Dinas Terkait 3 Kecamatan (8 Desa) 21.536 298,33 Pkt 0 1 1 1 0 3 - 15 15 15 15 60

(3.3). Pembentukan Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM) 3 Kecamatan (8 Desa) 21.536 298,33 Pkt 0 2 2 2 2 8 - 10 10 10 10 40

(3.4). Pembebasan Lahan/Tanah 3 Kecamatan (8 Desa) 21.536 298,33 Pkt 0 2 2 2 2 8 - 100 100 100 100 400

(3.5). Perencanaan Jaringan perpipaan 3 Kecamatan (8 Desa) 21.536 298,33 Pkt 0 2 2 2 2 8 - 15 15 15 15 60

(3.6). Pelatihan bagi pengurus KSM, berupa pelatihan di bidang teknis, keuangan, dan

manajerial. 3 Kecamatan (8 Desa) 21.536 298,33 Pkt 0 2 2 2 2 8 - 15 15 15 15 60

(3.7). Sosialisasi kepada masyarakat oleh pengurus

KSM 3 Kecamatan (8 Desa) 21.536 298,33 Pkt 0 2 2 2 2 8 - 10 10 10 10 40

(3.8). Pembangunan IPAL Komunal 3 Kecamatan (8 Desa) 21.536 298,33 Pkt 0 2 2 2 2 8

-(3.9). Pembangunan Jaringan Perpipaan 3 Kecamatan (8 Desa) 21.536 298,33 Pkt 0 2 2 2 2 8

-(3.10). Pembangunan Sambungan Rumah 3 Kecamatan (8 Desa) 21.536 298,33 Pkt 0 2 2 2 2 8

-(3.11). Biaya Operasi dan Pemeliharaan IPAL

Komunal 3 Kecamatan (8 Desa) 21.536 298,33 Pkt 0 2 2 2 2 8 - 100 100 100 100 400

C. SANITASI SEKOLAH

1. Stimulan Pembangunan sarana air bersih dan sanitasi dilingkungan sekolah di PAUD, SD, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Luar Biasa yang terdiri dari pembangunan jamban/ toilet, sarana CTPS dan sarana pembuangan sampah

32 Kecamatan 442.130 19315,96 Pkt 0 50 50 50 50 200 - 150 150 150 150

600

2. Monev pelaksanaan

32 Kecamatan 442.130 19315,96 OH 0 25 25 35 45 150 - 75 75 75 75 300

D. SANITASI LIMBAH B3

1. Pembangunan IPAL RS dan PUSKESMAS 2 Rumah sakit dan 28Puskesmas 142.393 162.092 Unit 0 8 8 8 6 30

-2. Monev pelaksanaan 2 Rumah sakit dan 28

Puskesmas 142.393 162.092 OH 0 4 4 4 3 15 - 15 15 15 10 55

E. PEMANTAUAN KUALITAS LINGKUNGAN

(1). Pemantauan Kualitas Air Sumur Gali/Air Tanah,

HIPPAM dan DAM Kab. TTS 142.393 162.092 sampel 0 25 25 25 25 100 - 25 25 25 25 100

(2). Penerapan teknologi Biogas Kab. TTS 142.393 162.092 Pkt 0 1 1 1 1 4

-(3) Pemantauan kualitas lingkungan pada industri kecil

dan menengah melalu swapantau uji kualitas air limbah Kab. TTS 142.393 162.092 Pkt 0 1 1 1 1 4 - 25 25 25 25 100

(4) Operasional laboratorium lingkungan Kab. TTS 142.393 162.092 Pkt 0 1 1 1 1 4 - 20 20 20 20 80

(5) Komisi pengendalian dampak lingkungan Kab. TTS 142.393 162.092 Pkt 0 1 1 1 1 4 - 25 25 25 25 100

(6) Monitoring dan evaluasi wajib AMDAL dan UKL/UPL Kab. TTS 142.393 162.092 Pkt 0 1 1 1 1 4 - 30 30 30 30

120 Jumlah Pembiayaan / Pendanaan Sub-Sektor Air

(46)

Tabel 4.2c :

Tabel Program dan Kegiatan Pengembangan Air limbah Domestik Sumber Pendanaan APBD Provinsi Nusa Tenggara Timur

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

PROGRAM DAN KEGIATAN SEKTOR SANITASI

Kabupaten

: Timor Tengah Selatan

Provinsi

: Nusa Tenggara Timur

Tahun

: 2013

Halaman……dari……

N0 PROGRAM / KEGIATAN (Output/SubOutput/Komponen) (Kec./Desa/Kel./KDETAIL LOKASI

ws)

Estimasi

Outcome Kebutuhan Penanganan/Volume yang dibiayai APBD Kab.TTS Indikasi Biaya (juta rupiah)

SKPD Penanggung jawab Kegiatan SKPD/Bada n Pengelola Pasca Konstruksi Jml. Pendu duk terlaya ni (jiwa) Luas Wilay ah terlay ani (Ha) SATUAN Volume Total Volume

APBD Provinsi Nusa Tenggara Timur

Jumlah

2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018

1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 20 21

A. SUB- SEKTOR AIR LIMBAH

A. MASTERPLAN

(1). Penyusunan Masterplan Sistem Air Limbah Skala

Kota/Kabupaten Kab. TTS 442.13 0 1931 5,96 Pkt - - 1 - - 1

(2). Penyusunan Outline plan Sistem Air Limbah Skala

Kota/Kabupaten Kab. TTS 142.39 3 1931 5,96 Pkt - - 1 - 1

B. INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT DAN SISTEM KOMUNAL

(1). Jamban Keluarga

(1.1). Penyuluhan dan kampanye Bebas

"BABS" (sasaran MBR dan Non MBR). 32 Kecamatan 442.13 0

1931 5,96

Paket 0 8 8 8 8 32

(1.2). Pelaksanaan kegiatan STBM /

Peningkatan akses jamban 32 Kecamatan 442.13 0

1931 5,96

Paket 0 8 8 8 8 32

(1.3). Monev pasca pemicuan 32 Kecamatan 442.13 0

1931 5,96

Kali 0 16 16 16 16 64

(2). MCK ++

(2.1). Penyuluhan dan kampanye mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Air Limbah Domestik (pada daerah yang berpotensi untuk dibangun MCK++)

17 Kecamatan (64 desa) 100.57 7 22,86 5 Paket 0 5 4 4 4 17

(2.2). Sosialisasi Rencana Pembangunan MCK++ kepada masyarakat oleh Dinas Terkait 17 Kecamatan (64 desa) 100.57 7 22,86 5 Paket 0 5 4 4 4 17

(2.3). Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM ) 17 Kecamatan (64 desa) 100.57 7 22,86 5 Pkt 0 16 16 16 16 64

(2.4). Pembebasan Lahan/Tanah 17 Kecamatan (64

desa) 100.57

7

22,86 5

Pkt 0 16 16 16 16 64

(2.5). Perencanaan Detail (DED) Pembangunan MCK++ 17 Kecamatan (64 desa) 100.57 7 22,86 5 Pkt 0 5 4 4 4 17

Gambar

Gambar  1.2.  berikut  ini  memperlihatkan  posisi  SSK  diantara  dokumen  perencanaan lainnya
Tabel 2.1 Visi Misi Sanitasi Kabupaten Timor Tengah Selatan
Tabel 2.2. Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Timor Tengah selatan
Tabel 2.3. Tahapan Pengembangan Persampahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan ahli linguistik Jepang, Matsumura (2001: 221) dalam Kokugo Jiten menyatakan bahwa idiom adalah dua kata atau lebih yang digabungkan dan tidak bisa diartikan

Hasil dari uji t pada regresi data panel dengan metode REM menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang berlawanan antara inklusi keuangan yang diproxykan dengan rasio

Sebagai bahan masukan bagi guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk meningkatkan kinerja guru dalam kaitannya dengan persepsi guru tentang kepemimpinan

FarmaLab hadir untuk menyediakan fasilitas medis dan layanan pendukung kesehatan meliputi Rapid Test, PCR Swab Tes Anti Gen, Medical Check Up untuk korporasi, pribadi, bandara,

Oleh itu, terdapat kata kerja transitif sebagai lawan kata kerja tak transitif, dan kata kerja aktif (tidak mengambil di- sebagai lawan kata kerja pasif (mengambil

Berdasarkan hasil analisis data, keseluruhan hipotesis diterima dimana orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap keunggulan bersaing, keunggulan

11.1 Meres pon makna dalam teks fungsional pendek  (misalnya b anner, poster, pa m  phlet, dll.) resmi dan tak resmi yang menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar 

Tidak boleh melakukan ijtihad, bilamana dalam masalah yang akan dipecahakan itu Tidak boleh melakukan ijtihad, bilamana dalam masalah yang akan dipecahakan itu sudah ada nash