• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Kajian Pustaka

Dalam kajian pustaka ini berisi tentang penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini juga telah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Analisis pengujian variabel independen terhadap variabel dependen telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti, antara lain:

Mahardian (2008) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), BOPO, Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return on Asset (ROA). Pengujian penelitian dilakukan menggunakan regresi linier berganda.Hasil penelitian ini menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA, NIM dan LDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA.Sedangkan, NPL tidak memiliki pengaruh terhadap ROA.

Febrina Dwijayanthy dan Prima Naomi (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007”. Variable yang diteliti yakni inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Mata Uang, dan Profitabilitas. Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda untuk memperoleh gambaran yang

(2)

menyeluruh mengenai hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Hasil penelitian menemukan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap profitabilitas bank. BI Rate terbukti tidak berpengaruh terhadap profitabilitas bank.Dalam penelitian ini tampak adanya kolerasi yang cukup antara inflasi dan BI Rate, karena pada praktiknya BI Rate merupakan kebijakan dari pemerintah sebagai dampak dari inflasi. Nilai mata uang terbukti memiliki pengaruh negatif terhadap profitabilitas.

Arimi (2012) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas perbankan (Studi pada Bank Umum yang Listed di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2010).Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode linier berganda. Variable dependen dalam penelitian ini adalah profitabilitas (ROA), sedangkan independen yang digunakan yaitu Capital Adequacy Ratio(CAR), BOPO, Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM) dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Hasil penelitian ini menemukan bahwa LDR memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap ROA, NPL memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA, NIM memiliki pengaruh positif signifikan terhadap ROA dan BOPO memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap ROA.

Wibowo (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, dan NPF Terhadap Profitabilitas Bank Syariah”.Variabel yang ditelitinya adalah suku bunga, inflasi, CAR, BOPO, NPF, dan ROA bank syariah.Metode penelitiannya adalah pengujian asumsi klasik, analisis regresi berganda, dan uji hipotesis. Hasil penelitiannya adalah bahwa BOPO

(3)

berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA sedangkan variable CAR, NPF, Inflasi dan Suku Bunga tidak berpengaruh.

Stiawan (2009) melakukan peneliti tentang Analisis Pengaruh Faktor Makroekonomi, Pangsa Pasar Dan Karakteristik Bank Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Pada Bank Syariah Periode 2005-2008). Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh kondisi ekonomi makro yang diproksi dengan inflasi dan GDP, pengaruh karakteristik bank yang diproksi dari FDR, CAR, NPF, BOPO dan SIZE dan pengaruh pangsa pasar yang diproksi dengan pembiayaan bank syariah terhadap profitabilitas bank syariah yang diproksikan dengan ROA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Inflasi dan GDP, tidak berpengaruh terhadap ROA. Pangsa Pembiayaan, CAR, FDR berpengaruh signifikan positifterhadap ROA perbankan, sedangkan BOPO, NPF, dan SIZE berpengaruh signifikan negative terhadap ROA Bank Syariah.

(4)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Perbankan dan Bank Syariah

2.2.1.1 Perbankan

Definisi Bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan menurut Hasibuan (2005:2), pengertian bank adalah: Bank adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial assets) serta bermotif profit juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja. Kasmir (2008:2) berpendapat bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Berdasarkan ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bank adalah usaha yang berbentuk lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana (surplus of fund) dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana (lack of fund), serta memberikan jasa-jasa bank lainnya untuk motif

profit juga sosial demi meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Menurut Pasal 3 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menjelaskan bahwa fungsi perbankan Indonesia adalah menghimpun dana dan

(5)

kemudian menyalurkan dana ke masyarakat. Fungsi tersebut dikenal sebagai intermediasi keuangan (financial intermediary). Menurut (Riyadi, 2006:67) fungsi perbankan lebih spesifiksebagai berikut:

a. Fungsi Pembangunan (Development)

Tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat menunjang pertumbuhan perekonomian Negara. Jika sistem dan perbankan baik, maka perbankan akan bermanfaat bagi pembangunan Indonesia.

b. Fungsi Pelayanan (Service)

Pelayanan di sinni adalah memberikan semua kegiatan keuangan yang dibutahkan dan diinginkan oleh nasabah, sehingga nasabah memperoleh kemudahan dalam melakukan kegiatan transaksi keuangannya.

c. Fungsi Transmisi

Fungsi transmisi merupakan kegiatan perbankan yang berkaitan dengan lalu lintas pembayaran dan peredaran uang dengan menciptakan instrument keuangan yang disebut dengan uang giral. Uang giral adalah jenis simpanan dana di bank yang dapat ditarik setiap saat dengan menggunakan cek dan jenis simpanan uang tersebut umumnya dikenal dengan tabungan giro.

Adapun fungsi dari bank syariah menurut Sofyan S. Harahap (2005) antara lain sebagai berikut:

(6)

1. Manajer Investasi

Salah satu fungsi bank yang penting adalah sebagai manajer investasi, maksudnya adalah bank syariah merupakan manajer investasi dari pemilik dana yang dihimpun, karena besar kecilnya pendapatan (bagi hasil) yang diterima sangat tergantung pada keahlian, kehati-hatian, dan profesionalisme dari bank syariah. Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah diharapkan mendapatkan hasil yang mempunyai implikasi langsung kepada pemilik dana. Jika investasi yang dilakukan bank syariah mengalami pembayaran yang tidak lancar, bahkan sampai macet, bisa mengakibatkan pendapatan yang diperoleh kecil dan pendapatan pemilik dana menjadi kecil pula.

2. Investor

Bank syariah menginvestasikan dana dengan jenis dan pola investasi yang sesuai dengan syariah. Investasi tersebut meliputi akad Murabahah, Sewa-menyewa, Musyarakah, akad Mudharabah, akad Salam, memperdagangkan produk dan investasi atau memperdagangkan saham yang dapat diperjual belikan, keuntungandibagikan setelah bank menerima bagian keuntungan yang sudah disepakati sebelum pelaksanaan akad.

3. Jasa Keuangan

Bank syariah menjalankan fungsi sebagai pemberi jasa keuangan, misalnya memberi jasa kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji, jasa

(7)

untuk memperoleh imbalan atas dasar sewa, dan sebagainya. Hanya saja yang sangat diperhatikan adalah prinsip syariah tidak boleh dilanggar.

d. Fungsi Sosial

Konsep perbankan syariah mengharuskan bank-bank Islam memberikan pelayanan sosial apakah melalui danaQard (pinjaman kebajikan) atau zakat dan dana sumbangan sesuai dengan prinsip prinsip Islam. Disamping itu konsep perbankan syariah mengharuskan bank-bank Islam untuk memainkan peran penting di dalam pengembangan sumber daya manusianya dan memberikan kontribusi bagi kesejahteraan social.

Menurut Pasal 3 UU No. 10 tahun 1998 adalah perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

2.2.1.2 Bank Syariah

Menurut Pasal 1 ayat UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariah adalah Bank yang

(8)

menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah (Muhammad, 2002).

Bank Syariah adalah sistem perbankan dalam Ekonomi Islam didasarkan pada konsep pembagian baik keuntungan maupun kerugian. Disini artinya siapa yang ingin mendapatkan hasil dari tabungannya, juga harus bersedia mengambil risiko. Bank-bank syariah dikembangkan berdasarkan prinsip yang tidak membolehkan pemisahan antara hal yang temporal (keduniaan) dan keagamaan. Prinsip ini mengharuskan kepatuhan kepada syariah sebagai dasar dari semua aspek kehidupan. Kepatuhan ini tidak hanya dalam hal ibadah ritual, tetapi transaksi bisnis pun harus sesuai dengan ajaran syariah (Stiawan, 2009:15).

Menurut Pasal 1 ayat (12) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan

(9)

berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Lembaga yang berwenang di sini adalah Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bersifat independen yang merupakan kepanjangan tangan dari Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). DPS ditempatkan pada bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dengan tugas yang diatur oleh DSN-MUI. Adapun prinsip perbankan menurut (Aziz, 2006:4) sebagai berikut:

a.Larangan riba dan bunga.

Larangan ini dimulai dari adanya pelarangan yang tegas terhadap riba. Tidak diragukan lagi bahwa apa yang diharamkan oleh al-Qur’an maupun al-hadits adalah riba.

b. Keadilan sosial, persamaan, dan hak milik.

Keadilan sosial dalam pandangan Islam menuntut pemilik dana dan pengguna dana untuk berbagi atas keuntungan, demikian juga bila terjadi kerugian. Islam memberikan panduan bahwa proses akumulasi kekayaan dan distribusi ekonomi terbentuk secara fair dan benar.

c. Uang sebagai modal “potensial”.

Dalam pandangan Islam uang merupakan modal “potensial”. Uangakan menjadi modal nyata ketika uang tersebut bekerjasama dan bergabung dengan sumber dayalain untuk melakukan suatu aktivitas produktif. Islam mengakui nilai kontribusi uang, ketika ia bertindak sebagai modal yang digunakan untuk aktivitas usaha.

(10)

d.Larangan perilaku spekulatif.

Sistem keuangan Islam tidak menghendaki penimbunan (hoarding) dan melarang transaksi yang mengandung ketidakpastian, perjudian, dan beresiko ekstrim.

e. Kesucian akad (kontrak).

Islam menegakkan kewajiban sesuai dengan akad (kontrak) dan keterbukaan informasi sebagai tugas suci. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko dari informasi asimetrik dan moral.

f. Aktivitas yang disetujui Syariah.

Hanya aktivitas bisnis yang tidak melanggar ketentuan-ketentuan syariah yang memenuhi persyaratan untuk investasi. Sebagai contoh, investasi bisnis yang berkaitan dengan minuman keras, perjudian, dan barang haram dilarang oleh Islam.

Adapun prinsip-prinsip bank syariah menurut Nadratuzzaman (2006) antara lain:

a. Prinsip Al Ta’awun yaitu prinsip untuk saling membantu dan bekerja sama antara anggota masyarakat dalam kebaikan.

b. Prinsip Menghindari Al Ikhtina yaitu dana berhenti, membiarkan uang menganggur dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum.

(11)

2.2.2 Produk Bank Syariah

Bank syariah menawarkan produk dan jasa perbankan sesuai dengan syariah Islam. Produk atau jasa harus disetujui terlebih dahulu oleh Dewan Pengawas Syariah yang menetapkan apakah produk atau jasa tersebut memenuhi prinsip syariah Islam atau tidak, sebelum produk tersebut dipasarkan.

a. Produk Penghimpun Dana

Bank syariah dalam menerima dana masyarakat terdiri atas tiga jenis simpanan atau tabungan, yaitu giro Wadiah, tabungan, dan deposito berjangka. Namum, bank syariah memungkinkan menerima simpanan dari bank-bank atau lembaga keuangan.

1) Giro Wadiah

Giro Wadi’ah amanah yang mempunyai prinsip harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi. Sedangkan wadi’ahdhamanah adalah pihak yang dititipi (bank) bertanggungjawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut.

2) Tabungan

Penarikan tabungan atau simpanan di bank dilakukan sesuai dengan persetujuan antara penabung dan pihak bank.Dalam hal ini dapat menggunakan akad Al Wadiah atau akad Mudharabah. Berdasarkan akad wadiah, tabungan selama masih memiliki saldo, dapat ditarik setiap saat oleh penabung di setiap saat. Penerimaan tabungan berdasarkan akad

(12)

Mudharabah digunakan untuk tabungan yang penarikannya tidak dapat dilakukan sewaktu-waktu.Untuk akad Mudharabah, kepada pemilik tabungan diberikan imbalan atas dasar pembagian keuntungan yang telah ditetapkan atau telah disetujui sebelumnya. Selain itu apabila bank mengalami kerugian, pemilik tabungan ikut menanggung resiko kerugian tersebut.

3) Deposito berjangka

Penarikan deposito dilakukan menurut perjanjian antara deposan dan bank yang bersangkutan. Dalam hal ini digunakan akad mudharabah. Deposan diberikan imbalan berdasarkan pembagian keuntungan yang nisbah bagi hasilnya telah ditetapkan dan disetujui sebelumnya. Jika bank mengalami kerugian maka doposan juga akan menanggung resiko.

4) Penerimaan dana lainnya

Selain menerima simpanan dari masyarakat, bank syariah dapat pula menerima dana dari bank serta pihak lain. Dana tersebut disalurkan untuk memperolah laba atas dasar akad Al Wadiah, AlMudharabah, atau Al Qad Ul Hasan. Dana yang diterima atas dasar akad Al Qard Ul Hasan antara lain dapat berupa Zakat, Infak, dan Shodakoh (ZIS).

b. Penyaluran Dana

Penyaluran dana oleh Bank Syariah dilakukan untuk berbagai usaha atau kegiatan, dengan akad :

(13)

1) Al mudharabah

Mudharabah, merupakan bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana bank sebagai pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada nasabah sebagai pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama dengan kontribusi 100% modal shahibul maal dan keahlian dari mudharib. Bank diberi hak memberikan saran-saran dan melakukan pengawasan. Dalam hal ini bank menerima inbalan atau keuntungan yang besarnya ditetapkan atas persetujuan kedua belah pihak. Jika terjadi kerugian, sepenuhnya ditanggung oleh bank, kecuali jika disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian nasabah.

2) Al Musyarakah

Musyarakah, merupakan transaksi yang dilandasi oleh adanya keinginan para pihak yang bekerjasama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.

3) Al Murabahah

Murabahah, yaitu kontrak jual beli dimana bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank ditambah keuntungan. Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah

(14)

akad, sedangkan pembayaran dapat dilakukan secara cicilan maupun sekaligus.

4) Ijarah dan Ijarah wa Iqtina

Ijarah merupakan kontrak jual beli dimana bank bertindak sebagai penjual jasa, sementara nasabah sebagai pembeli. Diakhir masa kontrak bank dapat menawarkan nasabah untuk membeli barang yang disewakan. Jika sewa cicilan sudah termasuk harga pokok barang disebut ijarah wa iqtina.

5) Bai As Salam

Bai As Salam adalah kontrak jual beli dimana nasabah bertindak sebagai penjual, sementara bank sebagai pembeli barang yang diserahkan oleh nasabah secara tangguh, sedangkan pembayaran secara tunai oleh bank. Dalam transaksi ini kuantitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti. Transaksi ini biasanyadigunakan untuk produk pertanian dalam jangka waktu yang singkat.

6) Bai’ Al Isthisna’

Bai’ Al Isthisna’ adalah produk yang menyerupai produk salam. Sistem pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali pembayaran. Umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.

(15)

7) AL Qard Ul Hasan

Bank menyediakan fasilitas dana kepada nasabah tanpa mengharapkan imbalan dari nasabah. Fasilitas itu biasanya diberikan kepada nasabah yang betul-betul membutuhkan dan berhak menerimanya.

c. Jasa Perbankan

Menurut Bank syariah memberikan jasa perbankan dalam bentuk berikut: 1) Kafalah

Bank memberikan garansi bank sebagai jaminan pelaksana proyek. Pihak yang dijamin menyetor sejumlah uang dengan prinsip AlWadiah. Sebagai imbalan, bank memperoleh sejumlah fee.

2) Hiwalah

Bank melakukan pengiriman uang transfer dengan akad hiwalah. Bank memperoleh fee sebagai imbalan terhadap jasa pengiriman uang.

3) Wakalah

Merupakan akad perwakilan antara dua pihak. Umumnya digunakan untuk penerbitan L/C (Letter of Credit), akan tetapi juga dapat digunakan untuk mentransfer dana nasabah ke pihak lain.

4) Ju’alah

merupakan akad pemberian imbalan tertentu atas pencapaian hasil yang ditentukan dari suatu pekerjaan. Akad ini digunakan oleh bank dalam menawarkan jasa dengan fee sebagai imbalannya.

(16)

2.2.3 Laporan Keuangan Perbankan Syariah

Sistem pembukuan akuntansi sangat diperlukan oleh semua lembaga keuangan, untuk mencatat semua transaksi ekonomi yang dilakukan oleh lembaga keuangan yang bersangkutan biasanya setahun sekali pada akhir tahun periode akuntansi (Adyani, 2011:21). Salah satu indikator utama yang dijadikan dasar penelitian adalah laporan keuangan bank syariah di Indonsia. Oleh karena itu, kegiatan usaha suatu bank menurut ketentuan pemerintah harus dinyatakan dalam laporan keuangan yang diterbitkan dan dilaporkan kepada masyarakat dan otoritas moneter sebagai pengawas perbankan nasional.

Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi bank secara keseluruhan. Laporan keuangan yang dihasilkan bank diharapkan dapat memberikan informasi tentang kinerja keuangan dan pertanggungjawaban manajemen bank kepada seluruh stake holder bank (Dewi, 2010:18).

Pelaporan keuangan perbankan di Indonesia diatur sesuai dengan surat edaran BI No.23/77/KEP/DIR/tanggal 28 februari 1991, tentang ketentuan publikasi laporan keuangan bank dimana setiap bank wajib mempublikasikan laporan keuangannya di media cetak empat kali dalam setahun yaitu pada akhir bulan maret, juni, September dan desember. Sedangkan menurut surat edaran BI No. 27/5/U/PBB, tanggal 25 januari 1995 yang merupakan pemmbaharuan surat edaran sebelumnya, menyatakan bahwa bank hanya wajib mempublikasikan laporan keuangan dua kali dalam setahun pada akhir bulan juni dan desember. Laporan keuangan bank harus disusun

(17)

berdasarkan Standar Khusus Akuntansi Perbankan Indonesia (SKAPI) dan prinsip akuntansi perbankan Indonesia (PAPI) yang di tetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Menurut kententuan yang di tetapkan oleh IAI laporan keuangan bank terdiri dari neraca, laporan perhitungan laba rugi, laporan komitmen dan kontijensi, laporan perubahan posisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan (IAI,1995).

2.2.4 Analisis Rasio Keuangan

Analisi laporan keuangan merupakan uraian pos-pos laporan keuangan menjadi suatu unit informasi yang lebih kecil serta melihat hubungan antara data satu dengan data yang lain baik itu merupakan data kuantitatif maupun data non kuantitatif. Analisis laporan keuangan bertujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan (Mawardi, 2004).

Data keuangan dari hasil analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan dalam mengevaluasi pencapaian perusahaan, terutama apabila data-data tersebut dibandingkan untuk dua periode atau lebih, sehingga diperoleh data yang dapat mendukung keputusan yang akan diambil (Munawir, 2010).

(18)

2.2.5 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan salah satu acuan dalam mengukur besarnya laba menjadi begitu penting untuk mengetahui apakah perusahaan telah menjalankan usahanya secara efisien. Efisiensi sebuah usaha baru dapat diketahui setelah membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Return on Assets (ROA) menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan laba dari pengelolaan asset yang dimiliki (Yuliani,2007). ROA digunakan untuk mengukur profitabilitas bank karena Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank, diukur dengan asset yang dananya sebagian besar dari dana simpanan masyarakat (Dendawijaya, 2009). Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank, dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan asset. (Dendawijaya, 2009)

Tingkat profitabilitas bank di Indonesia merupakan yang terbaik diukur dari rasio laba terhadap asset (ROA). Husnan dan Pudjiastuti (2002), menyatakan bahwa rasio rentabilitas ekonomi mengukur kemampuan aktiva perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan. Karena hasil operasi yang ingin diukur, maka dipergunakan laba sebelum pajak. Aktiva yang digunakan untuk mengukur kemampuan memperoleh laba operasi adalah aktiva operasional (Diah,2010). ROA merupakan rasio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba bank syariah (Muhammad,2005).

(19)

Menurut surat edaran BI No.3/30DPNP tanggal 14 desember 2001, rasio ROA dapat diukur dengan perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap total asset (Total Aktiva). Laba sebelum pajak adalah laba bersih yang dimiliki bank sebelum diberlakukannya pajak. Total asset yang dihitung adalah keseluruhan total asset yang dimiliki bank tersebut. Bank yang memiliki total asset yang relatif lebih besar akan mempunyai kinerja yang lebih baik karena mempunyai total Revenue yang relatif besar akibat penjualan produk yang meningkat. Dengan meningkatnya total revenue tersebut, maka laba perusahaan juga akan meningkat sehingga kinerja keuangan akan lebih baik (Mawardi, 2004).

2.2.6 Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sering disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional (Ponco 2008:22).

Rasio BOPO menunjukkan efisiensi bank dalam menjalankan usaha pokoknya, terutama kredit, dimana sampai saat ini pendapatan bank-bank di Indonesia masih didominasi oleh pendapatan bunga kredit. Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya. Bank yang sehat rasio BOPO nya kurang dari 1 sebaliknya bank yang kurang sehat rasio BOPO nya lebih dari 1 (Wibowo, 2013:4).

(20)

Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk rasio BOPO adalah dibawah 90%, karena jika rasio BOPO melebihi 90% hingga mendekati angka 100% maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisien dalam menjalankan operasinya (Ponco, 2008:23).Untuk menghitung BOPO dapat menggunakan rumus:

= 100%

2.2.7 Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) dijadikan independen yang mempengaruhi ROA, berdarkan hubungannya dengan tingkat resiko bank yang bermuara pada tingkat profitabilitas bank (ROA). Menurut surat edaran BI No 3/30DPNP tanggal 14 desember 2001, NIM diukur berdasarkan perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap aktiva produktif. NIM merupakan rasio yang dapat menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan bunga seperti penempatan pada bank lain, surat berharga, penyertaan dan kredit yang diberikan.

(21)

Semakin besar rasio NIM, maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank, sehingga memungkinkan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil dan kinerja bank tersebut akan semakin baik (Almilia, 2005).

2.2.8 Inflasi

Infasi merupakan suatu nilai dimana tingkat harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan. Inflasi adalah salah satu peristiwa moneter yang menunjukkan suatu kecenderungan akan naiknya harga-harga barang secara umum yang berarti terjadinya penurunan nilai uang. Adapun pengertian lain dari inflasi yaitu proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara keseluruhan secara terus menerus. Tetapi kenaikan harga barang tersebut tidak selalu dalam presentase yang sama. (Nopirin, 2000)

Inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (over heated), artinya kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan. Kondisi ekonomi yang seperti ini akan menurunkan daya beli uang (purchasing power of money) dan mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya. (Tandelilin, 2001) Akan tetapi, bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan

(22)

tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sbagian besar dari harga barang-barang lain. (Boediono, 1985)

Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi penawaran agregat (cost push inflation), dari sisi permintaan agregat (demand pull inflation). Faktor terjadinya cost push inflation disebabkan oleh naiknya harga bahan baku sehingga menyebabkan biaya produksi menjadi meningkat, dan pada akhirnya produsen menaikan harga jualnya untuk mengurangi kerugian akibat meningkatnya biaya produksi. Faktor terjadinya demand pull inflation disebabkan oleh meningkatnya permintaan agregat tanpa diimbangi oleh peningkatan barang dan jasa, sehingga barang dan jasa menjadi langka.

Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator. Inflasi terbagi menjadi 4 tingkatan, yaitu:

1. Inflasi Ringan, apabila kenaikan harga berada di bawah 10% setahun. 2. Inflasi Sedang, apabila kenaikan harga berada di antara 10%-30% setahun. 3. Inlasi Berat, apabila kenaikan harga berada di antara30%-100% setahun. 4. Hiperinflasi, apabila kenaikan harga di atas 100% setahun.

Penentu parah tidaknya inflasi tentu saja sangat relative dan tergantung pada “selera” kita untuk menamakannya. Dan lagi sebetulnya kita tidak bisa menentukan parah tidaknya inflasi hanya dengan melihat dari sudut pandang laju inflasi saja,

(23)

tanpa mempertimbangkan siapa saja yang menaggung beban atau memperoleh keuntungan dari inflasi tersebut.

Serta inflasi juga dapat digologkan berdasarkan asal timbulnya inflasi itu sendiri, antara lain:

1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation). 2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation).

2.3 Model dan Hipotesis Penelitian

2.3.1 Pengaruh BOPO terhadap ROA

Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) atau yang disebut juga rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen suatu bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapan operasional. Jika rasio BOPO semakin meningkat, maka hal tersebut mencerminkan kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasional dan atau meningkatkan pendapatan operasionalnya, sehingga menimbulkan kurang efisiennya bank dalam mengelola usahanya. Setiap peningkatan biaya operasional bank yang tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan operasional akan berakibat pada berkurangknya laba sebelum pajak dan pada akhirnya akan menurunkan ROA. Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan bahwa BOPO berperngaruh negatif terhadap ROA, semakin tinggi nilai BOPO semakin rendah ROA. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

(24)

oleh Mawardi (2004) dan Prasnanugraha (2007) yang menyatakan bahwa pengaruh yang diberikan oleh BOPO terhadap ROA adalah negatif.

H1 : BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) Bank Syariah Mandiri.

2.3.2 Pengaruh NIM terhadap ROA

Rasio Net Interest Margin (NIM) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. NIM juga menunjukkan kemampuan bank dalam memperoleh pendapatan operasional dari dana yang ditempatkan dalam bentuk pinjaman (kredit). Standar yang ditetapkan oleh bank Indonesia untuk NIM adalah > 6%. Semakin tinggi NIM, menunjukkan semakin tinggi efektivitas bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Semakin besar rasio NIM, juga akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank dengan baik, sehingga mengindikasikan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

Berdasarkan uaraian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai rasio NIM, maka semakin besar pula ROA bank tersebut. Hal ini memiliki makna bahwa kinerja keuangan bank tersebut semakin baik atau meningkat. Kesimpulan ini sesuai

(25)

dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahardian (2008) yang menunjukkan bahwa terdapat nilai positif yang signifikan antara NIM dengan ROA.

H2 : NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) Bank Syariah Mandiri.

2.3.3 Pengaruh Inflasi terhadap ROA

Inflasi dapat berpengaruh buruk bagi perekonomian. Apabila terjadi inflasi yang tak terkendali (hiperinflasi) maka keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian melemah. Hal ini mengakibatkan minat masyarakat untuk menabung, atau berinvestasi dan berproduksi menjadi berkurang. Harga meningkat dengan cepat, masyarakat akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga kebutuhan sehari-hari yang terus meroket. Bagi perusahaan sebuah inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi maupun operasional mereka sehingga pada akhirnya merugikan bank itu sendiri. Inflasi berpotensi mengerek bunga kredit. Kenaikan bunga kredit tentu akan menghambat pertumbuhan kredit itu sendiri. Sementara pendapatan dari sektor kredit akan menjadi kecil. Hal ini berimbas kepada profitabilitas bank yang bersangkutan. Hal ini didukung oleh penelitian Oktavia (2009) yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA. Dengan demikian hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:

(26)

H3: Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) Bank Syariah Mandiri.

2.4 Kerangka Pemikran Teoritis

Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu mengenai hubungan antara variabel dependen (profitabilitas bank mandiri) dengan variabel independen (BOPO, NIM dan inflasi) diatas, maka dapat dikembangkan kerangka pemikiran teoritis seperti tampak pada gambar 2.4 berikut ini:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis

BOPO (X1) NIM (X2) INFLASI (X3) PROFITABILITAS BANK SYARIAH MANDIRI

(27)

2.5 Hipotesis

Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proporsi yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis dalam penelitian kuantitatif dikembangkan dari telaah teoritis sehingga jawaban sementara dari masalah atau pernyataan memerlukan pengujian empiris.

BOPO (X1), NIM (X2) dan Inflasi (X3), serta profitabilitas (Y) Hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah:

H1: Variabel BOPO berpengaruh negatif terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri.

H2: Variabel NIM berpengaruh positif terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri.

H3: Variabel Inflasi berpengaruh negatif terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan pola pembinaan pendidikan agama Islam anak asuh di Panti asuhan Muhammadiyah “Samsah” Singocandi Kudus..

Pengembangan pembelajaran Aqidah Akhlak yang berorientasi pada pendidikan nilai (afektif) perlu mempertimbangkan 3 faktor yang mempengaruhi pembelajaran Pendidikan Agama

Dan untuk serabut kelapa juga mempengaruhi kohesi tanah pasir walaupun pengaruh serabut kelapa tidak begitu besar terhadap kuat geser yaitu pada kadar serabut

Selain itu kebiasaan BAB pada lansia tersebut ternyata kurang baik, mereka sering menahan BABnya (tidak segera BAB), yang akibatnya feses menjadi tertimbun dan

Daripada beberapa aspek yang telah dikaji ini aspek kesan dan isu kepada gejala LGBT serta kajian tentang faktor yang mempengaruhi penglibatan masyarakat dengan LGBT dilihat

FACULTY OF CIVIL ENGINEERING AND BUILT ENVIRONMENT FINAL YEAR PROJECT SEMINAR SEMESTER 1 2020/2021.. Presentation Schedule ( FYP 1 ) WATER RESOURCES

Permainan tradisional Gorontalo yaitu Awuta, Ponti, dan Kainje, masing-masing memiliki nilai-nilai karakter sendiri-sendiri. Nilai-nilai karakter yang terkandung dalam

Dari soal-soal yang dijawab siswa, dapat dilihat pada tabel 4.9 ternyata kesulitan siswa di langkah 3 disebabkan oleh kesalahan dalam menentukan titik uji atau