• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keadaan geografis Indonesia yang berupa kepulauan berpengaruh terhadap mekanisme pemerintahan negara Indonesia. Dengan keadaan geografis yang berupa kepulauan ini, pemerintah sulit mengoordinasi pemerintah yang ada di daerah. Untuk memudahkan pengaturan atau penataan pemerintah, diperlukan adanya sistem pemerintahan yang dapat berjalan secara efesien dan mandiri tetapi tetap terawasi pusat. Oleh karena itu, pemerintah pusat membuat suatu sistem pengelolaan pemerintahan di

tingkat daerah yang disebut otonomi daerah.1 Dampak positif otonomi daerah

adalah dengan otonomi daerah, pemerintah daerah akan mendapatkan kesempatan untuk menampilkan identitas lokal yang ada di masyarakat. Dengan melakukan otonomi daerah, kebijakan-kebijakan pemerintah akan lebih tepat sasaran.2

Terkait kondisi ekonomi nasional yang masih berjuang mengatasi tekanan kenaikan harga energi dan pangan, sangat relevan jika setiap pemerintah daerah lebih memahami permasalahan ekonomi nasional dan menegaskan perannya dalam memecahkan permasalahan. Istilah Sharing the Pain (berbagi beban) mereflesikan perlunya pembagian peran yang lebih jelas antara pemerintah pusat dan daerah dalam menghadapi kemungkinan ancaman krisis ekonomi. Pada tahun kedelapan penerapan otonomi daerah,

Indonesia relatif berhasil menjalankan proses desentralisasi pada

pemerintahan kabupaten dan kota. Desentralisasi ekonomi adalah tahapan berikut dari proses desentralisasi Indonesia, desentralisasi ekonomi juga dapat didefinisikan sebagai persaingan ekonomi yang sehat antar daerah. Persaingan antar daerah tidak berarti menjadikan suatu daerah bergerak sendiri, tetapi memaksa daerah belajar mengukur kemampuannya. Daerah dituntut lebih bertanggung jawab terhadap permasalahan ekonomi lokal

sekaligus mengoptimalkan potensi ekonomi yang dimilikinya.3

1

Bambang Yudhoyono, Otonomi Daerah, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2003), 68. 2

Ai Siti Farida, Sistem Ekonomi Indonesia, (Bandung : Pustaka Setia, 2011), 345. 3

(2)

Otonomi daerah yang dilaksanakan saat ini adalah otonomi daerah yang berdasarkan pada Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. Menurut UU ini, otonomi daerah dipahami sebagai kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Prinsip otonomi daerah yang digunakan adalah otonomi daerah yang luas, nyata, dan

bertanggungjawab.4

Kebijakan Pemerintah Indonesia dibidang Otonomi Daerah, telah berpengaruh secara nyata terhadap sistem pemerintahan dan keuangan. Dampak dari kebijakan otonomi daerah telah menimbulkan peluang peningkatan kegiatan perekonomian daerah. Kegiatan bisnis daerah yang semakin berkembang tersebut pada gilirannya akan menarik investor untuk menanamkan modalnya di daerah, termasuk dalam hal ini adalah Lembaga Keuangan Mikro dan Perbankan. Kehadiran mereka diharapkan akan semakin meningkatkan bisnis daerah yang bersangkutan, melalui berbagai produk yang ditawarkannya.

Sistem keuangan Mikro terdiri atas lembaga-lembaga perbankan mikro dan lembaga keuangan mikro non-bank. Perbankan mikro terdiri atas BPR, BRI unit dan Badan Kredit Desa (BKD). Lembaga-lembaga keuangan non bank terdiri atas dua bentuk keberadaanya, yaitu Bank Formal dan non-Bank non-Formal. Lembaga keuangan non-non-Bank yang Formal terdiri atas Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan (LDKP), yang non-Formal meliputi LSM, KSM, Baitul Maal Wat Tamwil, dan lain-lain.

Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) merupakan balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan lembaga bait al-mal wa al-tamwil, yakni merupakan lembaga usaha masyarakat yang mengembangkan aspek-aspek produksi dan investasi untuk meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi dalam skala kecil dan menengah.

4

(3)

Dalam diskursus Ekonomi Islam, Baitul Maal Wat Tamwil dapat pula dikategorikan dengan koperasi syariah yakni lembaga ekonomi yang berfungsi untuk menarik, mengelola dan meyalurkan, dana dari, oleh dan untuk masyarakat. Jika demikian, berarti Baitul Maal Wat Tamwil dapat disebut sebagai lembaga swadaya ekonomi ummat yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat.

Selain merupakan lembaga pengelola dana masyarakat yang memberikan pelayanan tabungan, pinjaman kredit dan pembiayaan, Baitul Maal Wat Tamwil juga dapat berfungsi mengelola dana sosial ummat diantaranya menerima titipan dana zakat, infak, shadaqah, dan wakaf. Semua produk pelayanan dan jasa Baitul Maal Wat Tamwil dilakukan menurut ketentuan syariah yakni prinsip bagi hasil (proffit and loss-sharing).5

Akibat dari kebutuhan masyarakat akan jasa keuangan semakin meningkat dan beragam maka peranan lembaga keuangan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat terutama dengan fasilitas kredit atau pembiayaan.

Pembiayaan merupakan salah satu tugas lembaga keuangan, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak

yang merupakan defisit unit.6 Defisit Unit adalah Unit-unit yang mempunyai

keterbatasan, dalam hal ini keterbatasan yang dimaksudkan adalah keterbatasan modal. Menurut Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, “Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”. Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berbeda dengan kredit yang diberikan oleh bank konvensional. Dalam Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

5 Ahmad Hasan Ridwan, BMT Bank Islam Instrumen Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004) 28.

6

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Graha Insani Press, 2001), 160.

(4)

meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. Di dalam perbankan syariah, istilah kredit tidak dikenal karena bank syariah memiliki skema yang berbeda dalam menyalurkan dananya kepada nasabah yang membutuhkan. Dalam perbankan syariah, returns atas pembiayaan tidak dalam bentuk bunga, akan tetapi dalam bentuk lain sesuai

akad-akad yang disediakan di bank syariah. 7

Pemberian Kredit atau Pembiayaan mengandung berbagai resiko yang disebabkan adanya kemungkinan tidak dilunasi oleh debitur pada akhir masa (jatuh tempo) pembiayaan itu. Banyak hal yang menyebabkan pembiayaan tidak dapat dilunasi oleh debitur pada waktunya.

Tidak ada keputusan pemberian pembiayaan tanpa resiko. Tidak akan ada lembaga keuangan yang mampu mengembangkan bisnisnya jika lembaga

keuangan tersebut selalu menghindar dari resiko.8 Sebagai salah satu lembaga

penyedia jasa keuangan, maka Baitul Maal Wat Tamwil tidak terlepas dari risiko di dalam pemberian pembiayaan. Resiko itu munculnya kredit bermasalah (non performing loan) sebagai akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban-kewajiban debitur dalam pelunasan kredit tersebut. Hal ini dapat terjadi karena dalam penyaluran kreditnya, maka Baitul Maal Wat Tamwil kurang atau mungkin tidak didasarkan pada studi kelayakan (feasibility study) dalam menilai calon debiturnya, disamping faktor-faktor lainya yang dapat menyebabkan munculnya kredit bermasalah.

Sikap manajemen yang paling berpengaruh dalam memilih cara pembiayaan adalah sikapnya terhadap pengendalian perusahaan dan resiko. Tanpa memperhatikan pendapat manajemen, sikap dari pemberi pinjaman

menentukan struktur keuangan.9

Salah satu lapangan usaha dari Lembaga Keuangan Mikro adalah upaya penyediaan jasa keuangan, terutama simpanan dan kredit dan juga jasa keuangan lain yang diperuntukkan bagi keluarga miskin dan berpenghasilan

7

Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta : Prenada Media Group, 2011), 106. 8

Herman Darmawi, Manajemen Perbankan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2012), 104. 9

(5)

rendah yang tidak memiliki akses terhadap bank komersial, karena sebagian besar konsumen dari Lembaga Keuangan Mikro berada di pedesaan.

Ketika Indonesia mengalami masa-masa sulit selama krisis ekonomi dan moneter, Baitul Maal Wat Tamwil banyak berperan hingga ke lapisan bawah. Dengan kata lain, Baitul Maal Wat Tamwil sering melakukan pendekatan dan bantuan kepada kalangan usaha kecil dan menengah untuk

mendorong kemajuan usaha mereka. 10

Kredit macet pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah bisa disebabkan oleh faktor intern dan faktor ekstern. Bilamana sektor keuangan telah sepenuhnya memperhatikan kelancaran kredit dan mengikuti perkembangan si penerima kredit secara seksama, maka bila terjadi kemacetan yang berakibat fatal, sedikit banyak terkait pula kesalahan-kesalahan pihak sektor keuangan yang melakukan pengawasan pembinaan. Kredit macet adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah diperjanjikan.11

Menurut ketentuan pasal 12 ayat (3) peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum kualitas kredit dibagi menjadi lima kolektibilitas yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Mengenai masing-masing kualitas kredit tersebut bisa diuraikan sebagai berikut :

1. Kredit lancar adalah kredit yang pembayaranya tepat waktu,

perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit.

2. Kredit dalam perhatian khusus adalah kredit yang terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga sampe 90 hari.

3. Kredit kurang lancar adalah kredit yang terdapat tunggakan pembayaran

pokok dan atan bunga yang telah melampaui 90 hari.

4. Kredit diragukan yaitu kredit yang terdapat tunggakan pembayaran

pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari.

10

Ahmad Hasan Ridwan, BMT Bank Islam Instrumen Lembaga Keuangan Syariah, 38. 11 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2009), 82.

(6)

5. Kredit macet adalah kredit yang terdapat tunggakan pembayaran pokok

dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari.12

Dalam prakteknya, yang dapat digolongkan kredit bermasalah (non performing loan) adalah kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet. Kredit bermasalah inilah yang sangat dikhawatirkan oleh Lembaga Keuangan Mikro Baitul Maal Wat Tamwil, karena akan mengganggu kondisi keuangan bahkan dapat mengakibatkan berhentinya kegiatan usahanya. Oleh karena itu Baitul Maal Wat Tamwil perlu lebih meningkatkan pengawasan terhadap pemberian pembiayaan kepada masyarakat untuk menghindari atau mengurangi terjadinya pembiayaan bermasalah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul “Implementasi Kebijakan Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Baitul Maal Wat Tamwil Al-Falah Sumber Kabupaten Cirebon”.

B. Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

a. Wilayah Kajian

Wilayah kajian dalam skripsi ini adalah “Lembaga Keuangan Islam” yang dalam penelitian ini berkaitan dengan Lembaga Keuangan Islam ( Baitul Maal Wat Tamwil ) yaitu “Implementasi Kebijakan Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Baitul Maal Wat Tamwil Al-Falah Sumber Kabupaten Cirebon”.

b. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian dalam Skripsi ini menggunakan pendekatan empirik field research (penelitian lapangan) yang dilakukan di Baitul Maal Wat Tamwil Al-Falah Sumber dan juga analisis terhadap buku-buku bacaan (studi pustaka) yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

12

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta : Prenada Media Group, 2005), 66-69.

(7)

c. Jenis masalah

Jenis masalah dalam penelitian ini adalah belum adanya kejelasan kebijakan apa yang diterapkan untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah.

d. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian yang akan dilakukan, agar tidak melebar permasalahannya maka penulis membatasi masalah yaitu seputar Kebijakan Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Baitul Maal Wat Tamwil Al-Falah Sumber Kabupaten Cirebon.

2. Pertanyaan Penelitian

Dari beberapa tahapan di atas, maka dapat diperoleh perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana prosedur dan pelaksanaan pemberian pembiayaan di Baitul Maal Wat Tamwil Al-Falah Sumber Kabupaten Cirebon?

b. Faktor-faktor apa saja penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah di Baitul Maal Wat Tamwil Kabupaten Cirebon?

c. Bagaimanakkebijakan penyelesaian pembiayaan bermasalah yang

dilakukan oleh Baitul Maal Wat Tamwil Al-FalahkSumber Kabupaten

Cirebon?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan penelitian yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui dan memberikan gambaran mengenai prosedur dan pelaksanaan pemberian pembiayaan di Baitul Maal Wat Tamwil Al-Falah Sumber.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya

pembiayaan bermasalah di Baitul Maal Wat Tamwil Al-Falah.

c. Untuk mengetahui kebijakan penyelesaian pembiayaan bermasalah yang dilakukan oleh Baitul Maal Wat Tamwil Al-Falah Sumber.

(8)

D. Manfaat Penelitian a. Kegunaan Ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan ilmu

pengetahuan tentang upaya dalam menyelesaikan pembiayaan

bermasalah.

b. Penelitian ini sebagai implementasi dari fungsi Tri Dharma Perguruan Tinggi dan diharapkan dari hasil penelitian ini akan memberi kontribusi yang positif bagi dunia keilmuan yang ada di bidang Ekonomi Islam khususnya pada Jurusan Muamalah Ekonomi Perbankan Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

c. Sebagai referensi atau perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian di masa mendatang yang berkenaan tentang Implementasi Kebijakan Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Baitul Maal Wat Tamwil Al- Falah Sumber Cirebon.

d. Kegunaan Bagi Baitul Maal Wat Tamwil Al-Falah Sumber.

Melalui penelitian ini diharapkan Baitul Maal Wat Tamwil Al-Falah Sumber lebih berhati-hati lagi dalam memberikan pembiayaan kepada calon anggota agar dapat mengurangi pembiayaan bermasalah.

E. Penelitian Terdahulu

Setelah penulis melakukan penelusuran dan mengkroscek untuk mengetahui koleksi skripsi yang ada di jurnal internet dan Jurusan Muamalah Ekonomi Perbankan Islam, penulis tidak menemukan judul yang serupa dengan judul “Implementasi Kebijakan Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Baitul Maal Wat Tamwil Al-Falah Sumber Kabupaten Cirebon” yang penulis angkat sebagai judul skripsi.

Setelah penulis menelusuri penelitian terdahulu penulis menemukan skripsi yang membahas berkaitan dengan judul penelitian yaitu :

1. H Sri Martini (2005)

Skripsi 2005 yang di tulis oleh H Sri Martini Mahasiswa

(9)

(IAIN) Syekh Nurjati Cirebon yang berjudul “Efektivitas Standar Penyelesaian Non Performing Loan Perbankan dalam Menyelesaikan Pembiayaan bermasalah di BMT Ikhtiar Cilimus Kabupaten Kuningan

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah pada pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil di BMT Ikhtiar Cilimus, strategi yang dilakukan oleh BMT Ikhtiar Cilimus dalam mengatasi pembiayaan bermasalah, dan tingkat keberhasilan strategi yang dilakukan BMT Ikhtiar Cilimus. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penyusun diperoleh bahwa faktor penyebab pembiayaan bermasalah di BMT Ikhtiar Cilimus disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal (berkaitan dengan manajemen BMT salam penyaluran dana atau manajemen pembiayaan) dan faktor eksternal (dari pihak nasabah dalam menjalankan kegiatan usahanya).13

2. Ima Husnul Khotimah ( 2006)

Skripsi 2006 yang di tulis oleh Ima Husnul Khotimah Mahasiswa Muamalah Ekonomi Perbankan Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon yang berjudul “ Peran Manajemen dalam Upaya Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di BMT STEI Al-Ishlah Desa/Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka” Tujuan penulisan ini adalah mengetahui manajemen pembiyaan yang diterapkan di BMT, mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah serta mengetahui upaya yang dilakukan BMT dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa manajemen pembiayaan yang diterapkan di BMT STEI Al-Ishlah terdiri dari dua faktor, faktor intern (BMT STEI Al-Ishlah) dan faktor ekstern (nasabah).14

13

H Sri Martini (2005),” Efektivitas Standar Penyelesaian Non Performing Loan

Perbankan dalam Menyelesaikan Pembiayaan bermasalah di BMT Ikhtiar Cilimus Kabupaten Kuningan”,. (Skripsi, Fakultas Syari’ah IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 2005), Abstrak.

14

Ima Husnul Khotimah (2006), “Peran Manajemen dalam Upaya Penyelesaian

Pembiayaan Bermasalah di BMT STEI Al-Ishlah Desa/Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka”,. (Skripsi, Fakultas Syari’ah IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 2006), Abstrak.

(10)

3. Agung Wijaya (2011)

Skripsi 2011 yang di tulis oleh Agung Wijaya Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) Depok yang berjudul “Penyelesaian Kredit Bermasalah pada PT Bank Perkreditan Rakyat XYZ di Depok” dalam penelitiannya bahwa banyaknya pertumbuhan jumlah bank dan lembaga pembiayaan memicu Bank Pekreditan Rakyat untuk meningkatkan pelayanan kepada nasabahnya. Salah satu pelayanan yang merupakan keunggulan BankPerkreditan Rakyat adalah proses pemberian kredit yang cepat dengan syarat yang flexible, misalnya penggunaan agunan yang bukan milik debitur sebagai jaminan kredit. Kelebihan proses pemberian kredit yang dimiliki Bank Perkreditan Rakyat tersebut ternyata memiliki resiko yang besar pula. Semakin banyak kredit yang disalurkan berbanding lurus dengan besarnya resiko yang terkandung di dalamnya, di mana resiko yang mungkin timbul adalah menjadi bermasalahnya kredit tersebut yang selanjutnya disebut kredit bermasalah atau macet. Pada penulisan ini akan dibahas mengenai cara penyelesaian kredit bermasalah menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, dan cara penyelesaian

kreditbermasalah olehPT. Bank Perkreditan Rakyat XYZ yang agunan kreditnya bukan milik debitur.15

4. Melisa N Sitohang (2008)

Skripsi 2008 yang di tulis oleh Melisa N Sitohang Mahasiswa

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang berjudul

“Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT Bank Mandiri Cabang Balige” dalam penelitiannya bahwa satu peranan Bank yang menonjol adalah sebagai penghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman kredit. Mengingat kondisi perekonomian Indonesia yang masih dibawah standar, diamana pendapatan masyarakat masih dibawa rata-rata, maka dalam hal ini

15 Agung Wijaya (2011) “Penyelesaian Kredit Bermasalah pada PT Bank Perkreditan

(11)

peranan Bank dalam bidang penyaluran kredit sangat penting keberadaanya. Kredit sangat dibutuhkan banyak orang atau pihak dalam menata kehidupan ekonomi yang lebih baik. Kebutuhan akan kredit tidak saja diperlukan oleh nasabah umum tetapi juga oleh nasabah yang berbentuk badan usaha (perusahaan). Dalam penyaluran kredit, bank banyak mengalami permasalahan yang cukup rumit yang apabila tidak segera diatasi dapat menimbulkan kerugian yang fatal, oleh sebab itu sebelum memberikan kredit pihak bank harus melakukan analisis yang taja, teliti, dan cermat. Setiap bank yang pernah atau sedang beroperasi

pasti pernah mengalami permaslahan kredit.16

5. Agusa Rahmat (2011)

Skripsi 2011 yang di tulis oleh Agusa Rahmat Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas Padang yang berjudul “Penyelesaian Kredit Macet di Koperasi Bank Perkreditan Rakyat VII Koto Pariaman” dalam penelitiannya bahwa uang masih dianggap sektor yang paling vital menurut tinjauan ekonomi. Uang tersebut dapat digunakan untuk mendirikan usaha-usaha kecil maupun digunakan untuk keperluan lainnya yang rasanya sangat dibutuhkan sekali. Salah satu cara untuk mendapatkan uang itu adalah melalui kredit. Pada dasarnya pemberian kredit dapat diberikan oleh siapa saja yang memiliki kemampuan, untuk itu melalui perjanjian utang piutang antara pemberi utang (kreditur) disatu pihak dan penerima pinjaman (debitur) dilain pihak. Setelah perjanjian tersebut disepakati, maka lahirlah kewajiban pada diri kreditur, yaitu untuk menyerahkan uang yang diperjanjikan kepada debitur, dengan hak untuk menerima kembali uang itu dari debitur pada waktunya, disertai dengan bunga yang disepakati oleh para pihak pada saat perjanjian pemberian kredit tersebut disetujui oleh para pihak, dasar hukum perjanjian kredit diatur dalam Buku III Bab XIII khususnya Pasal 1754-1769 KUHPerdata. Hak dan kewajiban debitur adalah bertimbal

16 Melisa N Sitohang (2008),” Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman

Nasabah Bank Pada PT Bank Mandiri Cabang Balige”,. (Skripsi, Fakultas Hukum Universutas

(12)

balik dengan hak dan kewajiban kreditur. Dalam praktek perbankan di Bank Perkreditan Rakyat salah satu masalah yang dihadapi adalah masalah kredit macet. Dimana debitur tidak dapat mengembalikan kredit tepat pada waktunya.17

F. Kerangka Berfikir

Pembiayaan merupakan salah satu pendapatan yang diperoleh oleh Baitul Maal Wat Tamwil. Meskipun demikian Baitul Maal Wat Tamwil tidak terlepas dari resiko pembiayaan yang akan terjadi apabila tidak adanya manajemen resiko yang baik. Dan Baitul Maal Wat Tamwil harus mampu menganalisis penyebab permasalahan yang akan terjadi baik dari faktor internal maupun faktor eksternal nya.

Jika suatu pembiayaan tidak dilakukan analisis terlebih dahulu akan sangat beresiko terhadap perkembangan Baitul Maal Wat Tamwil itu sendiri. Bisa saja anggota dalam proses pengajuan pembiayaan di awal memberikan data-data yang tidak sesuai dan tidak layak untuk diberi pembiayaan. Dan menimbulkan pembiayaan bermsalah, misalnya dengan tidak sesuai kesepakatn diawal dalam hal pembayaran. Tapi faktor lain juga dapat menyebabkan pembiayan bermasalah misalnya bencana alam atau musibah kecelakaan.

Menentukan kebijakan standar kredit sangat tergantung pada subjektivitas dan objektivitas informasi yang diperoleh. Oleh karena itu, sulit untuk menentukan standar kredit yang pasti. Namun secara umum didasarkan pada 5C, yaitu:18

1. Character (Kemampuan untuk membayar kredit).

2. Capacity (Kemampuan pelanggan untuk menghasilkan arus kas). 3. Capital (Sumber daya yang dimiliki pelanggan).

4. Collateral (Jaminan kredit).

5. Condition of economic atau kondisi bisnis.

17

Agusa Rahmat (2011) ”Penyelesaian Kredit Macet di Koperasi Bank Perkreditan

Rakyat VII Koto Pariaman”,. (Skripsi, Universitas Andalas Padang, 2011), Abstrak.

18

(13)

Baitul Maal Wat Tamwil harus dapat menilai kondisi ekonomi yang terjadi sekarang dan masa yang akan datang. Dan melihat prospek usaha tersebut dimasa yang akan datang. Kondisi ekonomi sekarang yang persaingan usahanya banyak dan berakibat pada daya beli masyarakat yang menurun dan sangat mempengaruhi kepada pengembalian dana yang disalurkan dan mengakibatkan pembiayaan bermasalah.

Gambar 1.1 (Kerangka Berfikir)

LEMBAGA

Baitul Maal Wat Tamwil Al-Falah

Pembiayaan Bermasalah

Kebijakan Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah

Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Pembiayaan Bermasalah

(14)

G. Metodologi Penelitian

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang dituju dalam penelitian ini adalah Baitul Maal Wat Tamwil Al-Falah Sumber. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek serta segala kebaikan yang ada pada Baitul Maal Wat Tamwil Al- Falah Sumber, Baitul Maal Wat Tamwil Al- Falah Sumber dengan lokasi yang strategis dalam artian dapat dengan mudah dijangkau oleh peneliti dan mempunyai manajemen yang baik. Lokasi Baitul Maal Wat Tamwil Al- Falah Sumber di Jalan. Sultan Agung No.9 Sumber Kabupaten Cirebon. Pemilihan Baitul Maal Wat Tamwil Al- Falah sebagai tempat penelitian juga mempertimbangkan berbagai keterbatasan dari si peneliti sendiri seperti, tenaga, biaya dan juga waktu.

Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama tiga bulan, penelitian ini dimulai dari bulan Januari 2016 sampai dengan April 2016. Pengambilan waktu pada penelitian kualitatif pada umumnya jangka waktu penelitian kualitatif cukup lama, karena tujuan penelitian penelitian kualitatif adalah bersifat penemuan. Bukan sekedar pembuktian hipotesis seperti dalam penelitian kuantitatif. Namun demikian kemungkinan jangka penelitian berlangsng dalam waktu yang pendek, bila telah ditemukan sesuatu dan datanya telah jenuh. Ibarat mencari provokator, atau mengurai masalah, dan memhami makna, kalau semua itu dapat ditemukan dalam satu minggu dan telah teruji kredibilitasnya, maka penelitian kualitatif dinyatakan selesai,

sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama.19

2. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yanag alamiah (natural setting), kemudian disebut juga metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak

19Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013), 25.

(15)

digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, selain itu disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang lebih mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna dalam pengertiannya adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan kepada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Generalisasi dalam penelitian kualitatif disebut transferability. Dan juga penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, yaitu di dalam penelitian deskriptif ini tidak memerlukan administrasi dan pengontrolan terhadap perlakuan. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel.20

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu situasi kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat

serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.21

Pelaksanaan metode deskriptif tidak sebatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, akan tetapi meliputi juga analisa dan interpretasi tentang arti dan makna data itu sendiri. Oleh karena itulah maka dapat terjadi sebuah penyidikan atau penelitian deskriptif membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu kemudian mengambil perbandingan atau mengukur suatu dimensi melalui wawancara atau interview dan lain sebagainya, atau mengadakan klasifikasi, penilaian,

menetapkan standar hubngan kedudukan antara satu dan yang lain.22

20

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2007),234. 21 Moh Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), 54.

(16)

3. Sumber Data

Data adalah bentuk jamak dari datum. Data merupakan keterangan-keterangan tentang suatu hal, dapat berupa sesuatu yang diketahui atau yang di anggap atau anggapan. Atau suatu fakta yang digambarkan lewat angka, simbol, kode dan lain.lain.23

Data dikelomokkan menjadi dua menurut sumber pengambilannya yaitu: a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer ini disebut data asli atau data baru. Karena data primer dilakukan secara langsung di ambil dari sumber aslinya melalui nara sumber yang tepat, misalnya responden yang diperoleh dari wawancara kuesioner, data survey, data observasi, dan sebagainya24

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah tersedia atau sudah ada sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan. Data daapat kita peroleh dengan mudah karena sudah tersedia, misalnya di perpustakaan, perusahaan-perusahaan, organisasi-organisasi perdagangan, biro pusat statistik, atau kantor-kantor pemerintah.25

4. Sumber Informasi (Informan)

Pada tahap pertama yaitu menyusun rancangan penelitian yaitu dengan berupa proposal penelitian, kemudian pengajuan proposal penelitian terhadap tempat penelitian terkait maka dalam hal ini Baitul Maal Wat Tamwil Al- Falah Sumber, sekaligus mengurus perizinan terhadap lembaga atau tempat penelitian tersebut.

23M.Iqbal Hasan, Pokok-pokok MateriMetodologi Penelitian dan Aplikasinya (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), 82.

24M.Iqbal Hasan, Pokok-pokok MateriMetodologi Penelitian dan Aplikasinya, 82. 25Sarwono dan Jonathan, Analisis Data Penelitian (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2006), 11.

(17)

5. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas

pertanyaan tersebut.26 Maksud dan tujuan mengadakan wawancara

antara lain untuk mengkontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. Kebulatan merekontruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu, memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang atau sesuai dengan peramalan, memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi) dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai penegekan anggota.

b. Observasi

Metode pengumpulan data kualitatif lainnya yang juga digunakan serta sangat sering dilakukan adalah dengan melakukan observasi, Observasi adalah pengamatan atas suatu variable yang dilakukan secara sistematis dan objektif dalam kondisi yang didefinisikan secara tepat dan hasilnya dicatat secara hati-hati.27 Observasi digunakan untuk memperoleh data dari informasi melalui keadaan yang sebenarnya. Didalam pembahasan ini kata observasi dan pengamatan digunakan secara bergantian. Seseorang yang sedang melakukan pengamatan tidak selamanya menggunakan pancaindera mata saja, tetapi selalu mengkaitkan apa yang dilihatnya dengan apa yang dihasilkan oleh panca indera lainnya. Dari pemahaman observasi atau pengamatan diatas, sesungguhnya yang dimaksud dengan metode

26Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998), 135.

(18)

observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan.28

Observasi menjadi kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis terhadap suatu masalah.

Observasi memungkinkan peneliti mengamati dari dekat gejala penelitian, dalam hal ini peneliti dapat mengambil jarak sebagai pengamat semata-mata, atau dapat pula melibatkan diri sendiri .didalam situasi yang sering dilakukan dalam penelitian.29 Observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini dilakukan di Baitul Maal Wat Tamwil Al- Falah Sumber guna memperoleh data dan informasi yang diperlukan terkait dengan Implementasi Kebijakan Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah.

c. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan

untuk menguji, menafsiri, bahkan untuk meramalkan.30

Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan judul penelitian yang diangkat oleh peneliti tentang “Implementasi Kebijakan Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Baitul Maal Wat Tamwil Al-Falah Sumber”. Data yang sudah terkumpul dari hasil wawancara, observasi serta pengumpulan dokumen-dokumen yang tersedia kemudian di identifikasikan agar memudahkan peneliti dalam menganalisis sesuai dengan tujuan yang dicapai oleh peneliti.

d. Library Research

Adalah teknik pengumpulan data dengan cara mencari, mengumpulkan dan mempelajari teori-teori serta bahan-bahan lain yang mendukung dan berkaitan dengan obyek penelitian.

28 M Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan

Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2007), 118.

29Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, 165. 30Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 161.

(19)

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang

disarankan oleh data.31Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat

penting dalam penelitian, karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang yang diperlukan.

Proses Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam cacatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar. Foto, dan sebagainnya. Langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakuka dengan jalan melakukan abstraksi, abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, dan proses pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya. Selanjutnya adalah menyusun dalam satuan-satuan. Dan tahap akhir adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini, mulailah tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara

menjadi teori substansif dengan menggunakan beberapa metode tertentu.32.

Sedangkan pada tahap akhir lapangan yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menyajikan data dalam bentuk deskripsi dan menganalisis sesuai dengan tujuan yang dicapai oleh peneliti.

31 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif , 281. 32 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif ,247

(20)

H. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri atas lima bab yang diuraikan berikut ini:

BAB I Pendahuluan dalam bab ini diuraikan secara garis besar beberapa permasalahan penelitian yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah; yang terdiri dari identifikasi masalah, jenis masalah, pembatasan masalah serta pertanyaan penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian; yang di dalamnya meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis, Penelitian Terdahulu, Kerangka Pemikiran, Metodologi Penelitian; yang terdiri dari lokasi dan waktu penelitian, metode dan pendekatan penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data, Sistematika Penulisan.

BAB II Kajian Teoritik atau Landasan Teori, teori-teori yang membahas mengenai konsep atau variabel-variabel yang relevan dalam penelitian, antara lain: Pengertian Implementasi, Pengertian Kebijakan, Baitumal Maal Wat Tamwil: Pengertian , Ciri-ciri, Visi Misi, Fungsi dan Tujuan, Status dan Badan Hukum, Produk-produk, Pembiayaan Bermasalah : Pengertian Pembiayaan, Pembiayaan Bermasalah, Jenis-jenis Pembiayaan, Prosedur Pemberian Pembiayaan, Fungsi Format Perjanjian Pembiayaan, Faktor-faktor terjadinya Pembiayaan Bermasalah, Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah, Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah, Bentuk-bentuk Restrukturisasi dalam Rangka Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah.

BAB III Kondisi Obyektif Baitul Maal Wat Tamwil Al- Falah meliputi : Kondisi Objektif, Profil, Sejarah Singkat, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Produk, Deskripsi Kerja, Mitra Kerja, Contoh Pembiayaan Bermaalah, Data Perkembangan Keuangan.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan : Implementasi Kebijakan Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Baitul Maal Wat Tamwil Al-Falah meliputi : Bagaimana prosedur dan pelaksanaan pemberian pembiayaan, Faktor-faktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah, dan Bagaimanakkebijakan penyelesaian pembiayaan bermasalah.

BAB V Penutup dan merupakan bab terakhir, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok Ker ja Unit Layanan Pengadaan Jasa Lainnya Kegiatan Penyediaan Jasa Jaminan Bar ang M ilik Daer ah akan melaksanakan Pelelangan Seder hana Pascakualifikasi

tanggal 19 Januari 20L2, terhitung mulai tanggal t7 Februari 2012 telah nyata melaksanakan tugas sebagai Ketua Program Studi Bimbingan Konseling Program

and P. berghei in vivo. Several isolated compounds from this plant exhibited antimalarial activity. One of the isolated compound identified as heteroflayon C,

Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mecapai gelar Ahli Madya Diploma III Teknik Informatika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

or! Bookmark not defined. 1) Kecerdasan Emosional Bagian Tata Usaha Puslitbang tekMIRA!.

Menurut (Greenwood, 1995) dalam kemampuan menghambat pertumbuhan antimikroba, diameter zona hambat sebesar 10,23 mm memiliki respon hambatan yang sangat kuat dan ini menunjukkan

Hal ini berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara pola asuh orang tua dengan komunikasi interpersonal pada anak autis di Pusat Layanan Autis Kota Denpasar