• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.

Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai ”industri yang berbahan baku utama produk migas (naphta, kondensat yang merupakan produk samping eksploitasi gas bumi, gas alam), batubara, gas metana batubara, serta biomassa yang mengandung senyawa-senyawa olefin, aromatik, n-parrafin, gas sintesa, asetilena dan menghasilkan beragam senyawa organik yang dapat diturunkan dari bahan-bahan baku utama tersebut, untuk menghasilkan produk-produk yang memiliki nilai tambah lebih tinggi daripada bahan bakunya.” Kondisi ketersediaan bahan baku dari produk migas yang makin terbatas dan mahal mengakibatkan mulai munculnya pencarian-pencarian bahan baku pengganti, diantaranya gas etana, batubara, gas dari coal bed methane, dan limbah refinery (coke).

Indonesia mempunyai sumber yang potensial untuk pengembangan klaster industri petrokimia yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti sandang, papan dan pangan. Produk-produk petrokimia merupakan produk strategis karena merupakan bahan baku bagi industri hilirnya (industri tekstil, plastik, karet sintetik, kosmetik, pestisida, bahan pembersih, bahan farmasi, bahan peledak, bahan bakar, kulit imitasi).

B. Perumusan Masalah

1. Apa itu industri petrokimia?

2. Bagaimana cara mendapatkan bahan baku industri petrokimia ? 3. Bagaimana proses penanganan produk industri petrokimia ? 4. Bagaimana cara pengolahan limbah industri petrokimia ? C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu industri petrokimia.

2. Untuk mengetahui cara mendapatkan bahan baku industri.

3. Untuk mengetahui proses penanganan produk industri petrokimia. 4. Untuk mengetahui cara pengolahan limbah industri petrokimia.

BAB II PEMBAHASAN

(2)

A. Sejarah Pabrik Petrokimia

Sampai dengan masa berakhirnya Perang Dunia I pada tahun 1918, sebahagian besar produk kimia organik diperoleh melalui 3 jalur pengolahan, yaitu:

1. Fermentasi bahan-bahan organik

2. Ekstraksi dari senyawa-senyawa yang terdapat di alam terutama batu-bara. 3. Transformasi/konversi dari minyak dan lemak nabati

Sejak pada dasawarsa tahun 1920-an, yaitu sejak iso-propanol sebagai produk petrokimia berhasil dibuat untuk pertama kalinya dari gas kilang/dari gas propelina, maka pembuatan sebahagian besar produk kimia organik telah mampu disubstitusikan pembuatannya dengan jalur proses petrokimia, sehingga industri petrokimia mulai berkembang. Dalam masa Perang Dunia-II antara tahun 1939-1945, perkembangan industri petrokimia dipacu oleh kebutuhan-kebutuhan material keperluan perang dalam jurnlah besar dan dalam waktu yang singkat, sehingga pada waktu itu di U.S.A oleh "DuPont Company" dikembangkan teknologi pembuatan karet sintetik, karena kawasan Asia Tenggara sebagai penghasil utama karet alam sudah jatuh ke tangan Jepang. Faktor lain yang sangat menunjang peningkatan perkembangan industri petrokimia adalah bahwa harga minyak bumi pada kurun waktu itu sampai sebelum tahun 1970 relatif rendah./murah.

1. Sejarah Pabrik Petrokimia Pada Tahun 1918 produk kimia organik melalui 3 jalur:

a. Fermentasi bahan organik

b. Ekstraksi dari senyawa yang terdapat di alam terutama batu bara c. Tranformasi/konversi dari minyak bumi dan lemak nabati

2. Sejarah Pabrik Petrokimia Pada Tahun 1920-an,

Iso propanol pertama kali dibuat dari kilang gas propilena. Jadi produk kimia organik sudah mulai dibuat melalui jalur proses petrokimia.

3. Sejarah Pabrik Petrokimia Pada Tahun 1939 – 1945

Kebutuhan untuk perlengkapan perang dikembangkan karet sintetis (Du Pont Company, USA), karena negara penghasil karet terbesar jatuh ke tangan Jepang Faktor lain

(3)

yang menunjang perkembangan industri petrokimia waktu itu – tahun 1970 karena harga minyak bumi relatif rendah atau murah.

B. Pengertian Petrokimia

Petrokimia adalah bahan-bahan atau produk-produk yang dihasilkan dari minyak dan gas bumi. Indusrtri petrokimia adalah industri yang berkembang berdasarkan suatu pola yang mengkaitkan suatu produk-produk industri minyak bumi yang tersedia, dengan kebutuhan masarakat akan bahan kimia atau bahan konsumsi dalam kehidupan sehari-hari.

Di Indonesia, perusahaan petrokimia lokal terbesar adalah Pertamina.Industri petrokimia Pertamina yang berbahan baku minyak dan gas bumi antara lain Kilang Metanol di Pulau Bunyu Kalimantan Timur, Kilang Purified Terephthalic Acid (PTA) dan Kilang Polypropylene (Polytam) di Plaju, Sumatra Selatan, Kilang Paraxylene dan Benzene di Cilacap, Jawa Tengah

Industri petrokimia merupakan industri yang memproduksi bahan-bahan kimia yang berasal dari minyak bumi dan gas alam. Secara umum, industri petrokimia dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu industri hulu yang produknya masih berupa bahan dasar dan setengah jadi dan industri hilir yang produknya berupa barang jadi. Industri petrokimia menghasilkan berbagai macam jenis produk yang memiliki manfaat beragam.

Industri Petrokimia dapat Dibagi atas 2 Bagian Besar, yaitu:

1. Industri petrokimia hulu atau (upstream petrochemical industry)

Yaitu industri yang menghasilkan produk petrokimia yang masih berupa produk dasar atau produk primer dan produk antara atau produk setengah jadi (masih merupakan bahan baku untuk produk jadi).

Beberapa bahan baku yang dapat dipakai untuk industri petrokimia hulu. Semuanya merupakan atau terdiri dari hidrokarbon yang merupakan produk-produk industri minyak dan gas bumi. Dari atas sampai kebawah (gas oil) konsistensinya semakin berat d.p.l. dari gas sampai kecairan.

Disebelah kanan diurutkan beberapa produk-produk industri petrokimia hulu yang kadang-kadang disebut “first generation petrochemicals” atau juga “basic petrochemicals” atau “petrochemical building blocks”. Perlu ditambahkan bahwa LPG dapat berasal dari alam dari perut bumi dan dapat pula berasal dari operasi pengilangan. LPG juga mengandung senyawa-senyawa tak jenuh dari C3 dan C4, yakni propylene dan butene atau butadiene.

(4)

2. Industri petrokimia hilir atau (downstream petrochemical industry)

Yaitu industri yang menghasilkan produk petrokimia yang sudah berupa produk akhir dan/atau produk jadi.

C. Bahan Baku Petrokimia

Dengan kemajuan teknologi, maka bahan mutu petromia yang berasal dari minyak dan gas bumi, sumbernya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Yang berasal dari kilang minyak

2. Yang berasal dari lapangan gas bumi, baik yang langsung maupun yang dari komponen-komponennya setelah diadakan pemisahan

Proses petrokimia umumnya melalui tiga tahapan, yaitu:

a Mengubah minyak dan gas bumi menjadi bahan dasar petrokimia b Mengubah bahan dasar petrokimia menjadi produk antara, dan

c Mengubah produk antara menjadi produk akhir yang dapat dimanfaatkan.

Pada dasarnya hampir semua produk petrokimia umumnya berasal dari tiga jenis bahan baku dasar, yaitu : olefin, aromatika, dan gas – sintesis(syn-gas).

1. Olefin (alkena – alkena)

Olefin merupakan bahan dasar petrokimia paling utama. Produksi olefin di seluruh dunia mencapai miliaran kg per tahun. Di antara olefin yang terpenting (paling banyak diproduksi) adalah etilena (etena), propilena (propena), butilena (butena), dan butadiena. Olefin pada umumnya dibuat dari etena, propana, nafta, atau minyak gas ( gas- oil) melalui proses perengkahan (cracking). Etana dan propana dapat berasal dari gas bumi atau dari fraksi minyak bumi; nafta berasal dari fraksi minyak bumi dengan molekul C-6 hingga C-10 ; sedangkan gas oil berasal dari fraksi minyak bumi dengan molekul dari C- 10 hingga C – 30 atau C-40.

CH2 = CH2 CH2 = CH - CH3

Etilena Propilena

CH3 - CH = CH - CH3 CH2 = CH - CH = CH2

Butilena Butadiena

Petrokimia dari Ofelin

(5)

a) Polietilena

Polietilena adalah plastik yang paling banyak diproduksi. Plastik polietilena antara lain digunakan sebagai kantong plastik dan plastik pembungkus / sampul. Plastik polietilena ( maupun plastik lainya) yang kita kenal, selain mengandung polietilena juga menggandung berbagai bahan tambahan, misalnya bahan pengisi, plasticer,dan pewarna.

b) PVC

PVC atau polivinilklorida juga merupakan plasik, yang antara lain digunakan untuk membuat pipa (paralon) dan pelapis lantai.

c) Etanol

Etanol adalah bahan yang sehari – hari biasa kita kenal sebagai alkohol. Etanol digunakan untuk bahan bakar atau bahan antara untuk berbagai produk lain, misalnya asam asetat. Alkohol dibuat dari etilena:

CH2 = CH2 + H2O → CH3 – CH2OH d) Etilena glikol atau glikol

Glikol digunakan sebagai bahan anti beku dalam radiator mobil di daerah beriklim dingin.

Berikut adalah beberapa produk petrokimia yang berbahan dasar propilena: a) Polipropilena

Plastik polipropilena lebih kuat dibandingkan dengan plastik polietilena. Polipropilena antara lain digunakan untuk karung plastik dan tali plastik.

b) Gliserol

Zat ini antara lain digunakan sbagai bahn kosmetik ( pelembab ) industri makanan, dan bahn peledak ( nitrogliserin).

c) Isopropil alkohol

Zat ini digunakan sebagai bahan – antara untuk berbagai produk petrokimia lainya, misalnay aseton( bahan pelarut, digunakan sebagai pelarut pelais kuku / kutek).

(6)

a) Karet sintetis , seperti SBR ( styrene-butadiene-rubber) dan neoprena b) Nilon, yaitu nilon 6,6

2. Aromatika (benzena dan turunannya)

Aromatika adalah benzena dan turunanaya. Aroamatika dibuat dari nafta melalui proses yang disebut reforming. Di antara aromatika yang terpenting adalah benzene (C6H6), toluene (C6H6CH3), dan xilena (C6H4(CH3)2). Ketiga jenis senyawa ini secara kolektif disebut BTX.

Petrokimia dari Aromatika

Pada industri petrokimia berbahan dasar benzena, umumnya benzena diubah menjadi stirena,kumena,dan sikloheksena.

a) Stirena digunakan untuk membuat karet sintetis, seperti SBR dan polistirena.

b) Kumena digunakan untuk membuat fenol, selanjutnya fenol digunakan untuk membuat perekat dan resin.

c) Sikloheksena digunakan terutama untuk membuat nilon, misalnya 6,6 dan nilon-6.

Selain itu, sebagian benzena digunakan sebagi bahan dasar untuk membuat detergen, misalnya ABS dan LAS. Beberapa contoh produk petrokimia berbahan dasar totulen dan xilena antara lain:

a) Bahan peledak, yaitu trinitrotoluena (TNT)

b) Asam tereftalat yang merupakn bahan dasar untuk membuat serat seperti metiltereftalat.

3. Gas Sintetis

Gas sintetis (syn-gas) adalah campuran dari karbon monoksida (CO) dan hidrogen (H). Syn – gas dibuat dari reaksi gas bumi atau LPG melalui proses yang disebut steam reforming atau oksidasi parsial. Steam reforming adalah campuran metana (gas bumi) dan uap air dipanaskan pada suhu dan ekanan tinggi dengan bantuan katalis ( bahan pemercepat reaksi). Sedangkan, oksidasi parsial yaitu metana direaksikan dengan sejumlah terbatas oksigen pada suhu dan tekanan tinggi.

Reaksi stean reforming : CH4(g) + H2O → CO(g) + 3H2(g) Reaksi oksidasi parsial : 2CH4(g) + O2 → 2CO(g) + 4H2(g) Petrokimia dari Gas-Sintetis(Syn-Gas)

Seperti telah disebutkan, gas- sintetik (sn-gas) merupakn campuran dari karbon monoksida (CO) dan hidrogen(H2). Berbagai contoh petrokimia dari syn-gas adalah :

(7)

a) Amonia (NH3)

N2(g) + 3H2(g) → 2NH3(g)

Amonia dibuat dari nitrogen dan hidrogen. Pada industri petrokimia gas nitrogen diperoleh dari udar, sedangkan gas hidrogen dari syn-gas. Sebagian besar produk amonia digunakan untuk membuat pupuk seperti [CO(NH2)2] urea, [(NH4)2SO4]; pupuk ZA, dan (NH4NO3); amonium nitrat. Sebagian lainya digunakan untuk membuat berbagai senyawa nitrogen lain, seperti asam nitrat dan berbagai bahan untuk membuat resin dan plastik.

b) Urea [CO(NH2)2]

CO2(g) + 2NH3(g) → NH2COH4(S) NH2CONH4(S) → CO(NH2)2(S) + H2O(g)

Sebagian besar urea digunakan sebagai pupuk. Kegunaan yang lain yaitu untuk makanan ternak,industri perekat, plastik, dan resin.

c) Metanol (CH3OH)

CO(g) + 2H3(g) → CH3OH(g)

Metanol dibuat dari syngas melalaui perpanasan suhu dan tekanan tinggi dengan bantuan katalis. Sebagian besar metanol diubah menjadi formaldehida. Sebagian yang lain digunakan untuk membuat serat , dan campuran bahan bakar.

d) Formaldehida (HCHO)

CH3OH(g) → HCHO(g) + H2(g)

Formaldehida dibuat melalui oksidasi metanol dengan bantuan katalis. Larutan Formaldehida dalam air dikenal dengan nama formalin. Formalin digunakan untuk mengawetkan preparat biologi (termasuk mayat). Akan tetapi, penggunaan utama dari Formaldehida adalah untuk membuat resin urea- Formaldehida dan lem. Lem Formaldehida banyak digunakan untuk industri kayu lapis.

Bahan baku perokimia dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Yang berasal dari kilang minyak:

Melalui proses pengolahan dalam kilang minyak berupa distilasi minyak bumi pada tekanan atmosfer biasa (lihat Gambar I-l) akan didapat hasil-hasil pengilangan minyak yang disebut "minyak intermediate". Produk ini sangat cocok untuk dipakai sebagai bahan baku petrokimia, akan tetapi pemamfaatannya lebih diutamakan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak, seperti:

a) "Fuel gas" (bahan bakar gas untuk kilang).

b) Gas propana dan Gas butana (dicampurkan sebagai gas penyusun utama bahan bakar LPG).

(8)

d) Nafta (CoHr+-CrzHzo), bahan baku petrokimia ini baik untuk industri olefin dan aromatik.

e) Kerosin atau minyak tanah, yang kalau diekstrasi akan menghasilkan n-parafin yaitu bahan baku pembuatan sabun deterjen.

f) "Gas-oil" (untuk bahan bakar minyak solar). g) "Fuel oil" (minyak bakar).

h) "Short-residueAilaxy-residue" (untuk bahan bakar minyak residu lain juga untuk bahan baku industri petrokimia "Coke" dan "Carbon black" ataupun untuk industri olefin).

Di Indonesia bahan baku petrokimia tersebut dapat dihasilkan dikilang-kilang minyak Cilacap, Balongan, Dumai, Musi, Balikpapan, dll.

2.Yangberasal dari lapangan gas bumi:

Komponen-komponen gas bumi yang dapat dipergunakan sebagai bahan hak: petrokimia yang berasal lapangan gas bumi adalah:

- Metana (CI{4) Gas ini sekitar 6O7o-80% volume gas bumi yang dihasilkan sesuatu lapangan gas, dan dapat dipergunakan sebagai bahan baku gas sintetis CO dan Hz yang selanjutnya dapat dipergunakan untuk pembuatan amonia./urea, metanol, 'tarbon black", dll.

- Etana (Czllr), dapat dijadikan bahan baku untuk industri olefin untuk menghasilkan bahan-bahan sistetik seperti plastik, sabun deterjen, bahan kosmetik, dll.

- Propana (C:Hs), yang dalam industri olefin dapat dijadikan bahan baku untuk mengl asilkan polipropilen, suatu bahan plastik sintetik.

- Butana (n-Cdlro), yang merupakan bahan baku untuk pernbuatan karet sintetik butadiena.

- Kondesat (CsHrz-CrrHz), yang disebut juga sebagai 'hatural gasoline" yang mempunyai sifarsifat seperti minyak/nafta dan dapat dipergunakan untuk bahan baku dalam industri olefin atau industri aromatik.

Di Indonesia, bahan baku petrokimia tersebut banyak dihasilkan lapangan - lapangan gas bumi yang mempunyai cadangan gas yang cukup besar, sehingga pemanfaatannya dapat dipusatkan didalam suatu area yang luas, seperti:

(9)

a) Lapangan gas Arun, yang memanfaatkan gas bumi untuk pembuatan LNG (Liquefied Natural Gas) dan untuk pupuk urea./amonia di Aceh.

b) Lapangan gas Badak/Bontang, yang memanfaatkan gas bumi untuk pembuatan LNG, pupuk uera./amonia dan LPG (Liquefied Petroleum Gas) di Kalimantan Timur.

c) Lapangan-lapangan lainnya yang masih dalam rencana seperti lapangan gas Natuna di Riaull-aut Cina Selatan.

D. Cara Mendapatkan Bahan Baku di Indonesia

Sepanjang perkembangan teknologi industri migas yang sudah terbukti keberhasilannya, maka bahan baku petrokimia berupa minyak dan gas bumi, baik yang berbentuk gas-gas ringan yang bersifat jenuh (seperti gas propana), maupun yang berbentuk cairan (seperti nafta dan kondesat), dapat diperoleh dari kilang minyak/kilang BBM maupun dari lapangan gas yang berproduksi secara besar-besaran

Gas alam merupakan campuran gas hidrokarbon jenuh (CnH2n+2) yang ditemukan dibawah permukaan bumi. Gas alam dapat ditemukan bersama-sama dengan minyak bumi (non

associated gas).

Komponen-komponen gas alam yang dapat dipergunakan sebagai bahan baku petrokimia yang berasal lapangan gas bumi adalah:

a. Metana (CH4), Gas ini sekitar 60%-80% volume gas bumi yang dihasilkan sesuatu lapangan gas, dan dapat dipergunakan sebagai bahan baku gas sintetis CO dan H2, yang selanjutnya dapat dipergunakan untuk pembuatan amonia/urea, metanol, “carbon black”, dll.

b. Etana (C2H6), dapat dijadikan bahan baku untuk industri olefin untuk menghasilkan bahan-bahan sintetik seperti plastik, sabun deterjen, bahan kosmetik, dll.

c. Propan (C3H8), yang dalam industri olefin dapat dijadikan bahan baku untuk menghasilkan polipropilen, suatu bahan plastik sintetik.

d. Butan yang merupakan bahan baku untuk pembuatan karet sintetik butadiena.

e. Kondesat yang disebut juga sebagai “natural gasoline” yang mempunyai sifat-sifat seperti minyak atau nafta dan dapat dipergunakan untuk bahan baku dalam industri olefin atau industri aromatik.

(10)

Disamping gas hidrokarbon di gas alam, ditemukan juga senyawa-senyawa lain, yang disebut impurities (kotoran) berupa :

a. Unsur-unsur kimia seperti mercury (Hg), Helium (He), Argon (Ar), Nitrogen (N2). b. Acid seperti : CO2, H2S

c. Persenyawaan-persenyawaan sulphur disebut mercaptans. d. Moisture (H2O)

Kotoran yang ada didalam gas ini umumnya tidak disenangi, oleh karena sifatnya korosif (Hg, acid, mercaptans, air) atau dapat juga oleh karena kotoran tersebut tidak memiliki nilai ekonomis, seperti gas CO2.

Oleh karena itu kotoran tersebut harus dipisahkan dari gas alam dengan mengunakan bermacam-macam teknologi yang ada. Campuran gas hidrokarbon yang sudah bersih inin kemudian dapat dipisahkankedalam tiga kelompok:

e. Campuran methane dan ethane f. LPG (propane dan butane) g. Condensate (pentane plus)

Kondensat ini kemudian dicampurkan kedalam minyak bumi untuk kemudia dijual sebagai minyak bumi, sedangkan LPG dan campuran metane dan etane dapat dijual sebagai bahan bakar atau dijual sebagai bahan baku industri petrokimia.

E. Penyediaan Bahan Baku Industri Petrokimia di Indonesia

Berikut ini akan di uraikan ketersediaan bahan baku Industri Petrokimia yang ada di Indonesia, diantaranya gas bumi, bahan baku kondesat, bahan baku nafta, dan bahan baku residu.

1. Ketersediaan Cadangan Gas Bumi (C1-C4)

Ketersediaan cadangan gas bumi 60%-80% kandungannya adalah gas metana. Ketersediaan tersebut hampir merata dan menjangkau dareah padat penduduk dan pusat industri.

2. Ketersediaan Bahan Baku Kondensat (C5-C11)

Kondensat dalam negeri selama ini diekspor ke luar negeri. Jika kandungan Produk paraffin dan olefinnya besar à jalur olefin center. Jika kandungan naftene dan aromatic besar à jalur aromatic center

3. Ketersediaan Bahan Baku Nafta (C6-C12)

Diperoleh dari kilang Cilacap dan Balikpapan dan produksinya diekspor ke luar negeri.

(11)

Ketersediaan Bahan Baku Residu / Low Sulfur Waxy Residu (LSWR) Berasal dari Kilang Dumai, Sungai Pakning, dan Eksor I Balongan

F. Jalur-jalur pembuatan industri petrokimia 1. Jalur Gas Sintetik

Dengan pembentukan gas CO dan H2 dari bahan baku gas bumi (CH4) untuk menghasilkan ammonia, methanol dan carbon black yang melalui 3 cara, yaitu:

a. Reaksi steam reforming untuk membentuk amonia yang berlangsung dengan bantuan katalis Ni pada suhu 1.400 – 1.600oF, pada tekanan 400-500 psi.

b. Reaksi stream reforming pada pembentukan methanol yang menggunakan 2 macam proses yaitu pada tekanan tinggi dan tekanan rendah.

c. Reaksi oksidasi parsial pada pembentukan gas sintetik yang dilanjutkan dengan reaksi pirolisis pada suhu 1300-1500oC dan tekanan 100-150 atm.

2. Jalur Olefin

Jalur olefin yaitu untuk membentuk gas-olefin (gas etilena, propilena dan butena/butadiena) adalah suatu senyawa hidrokarbon tidak jenuh, yang mempunyai ikatan rangkap terbuka yang sangat reaktif , sehingga dengan mudah dapat berpolimerisasi antara satu dengan yang lainnya membentuk bahan/produk polimer. Gas olefin dapat dapat diproduksi dengan 2 cara yaitu olefin dengan bahan baku nafta dan dengan bahan baku etana.

Jalur Aromatik

Jalur aromatik yaitu dengan pembentukan fraksi-fraksi aromatik (benzena, toulena dan xilena). Senyawa aromatik adalah suatu senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang mempunyai rangkaian ikatan atom C secara siklis berupa ikatan atom antara C6-C8 yang sangat reaktif sehingga akan mudah bereaksi atau berpolimerisasi antara satu dengan yang lainnya sehingga membentuk produk polimer.

Penggunaan dan pemanfaatan industri petrokimia a. Penggunaan Dalam Industri Pupuk Dan Pestisida

Contohnya : pupuk pertanian, dan adhesive urea formaldehida, senyawa carbamate,

thiocarbamate, surfaktan organik, organoklorida, alkohol

(12)

Contohnya : TPA (terepthalic acid), DMT (dimethyl terepthalate), PTA (purified

terepthalic acid), dan kaprolaktam.

c. Penggunaan dalam Industri Bahan Plastik

Contohnya : PE (polietilena), PP (polipropilena), PVC (poli vinil klorida), dan PS (polistirena).

d. Penggunaan Dalam Industri Adhesive Resin

Contohnya : Urea formaldehida, melamin formaldehida dan fenol formaldehida. e. Penggunaan dalam Industri Deterjen

Contohnya : Alkil benzena, alkil benzene sulfonat (ABS), dan selulosa karboksi metil (CMC).

f. Penggunaan dalam Industri Elastomer

Contohnya : Karet sintetik yang digunakan untuk industri ban adalah SBR dan karet butil sebesar 20%.

g. Penggunaan dalam industri Kimia, Khusus Industri Zat Pewarna (Dyestuff Industry) Contohnya : Phthalic anhydride (pewarna tekstil) dan carbon black

G. Bahan dan Produk Petrokimia dan Polimer

Bahan – Produk petrokimia adalah segala bahan atau produk kimia yang dibuat/dihasilkan secara sistetik dari bahan baku migas atau komponen-komponennya/fraksi-fraksi, seperti:

a. Pakaian, produk kosmetik dan parfum yang kita kenakan sehari-hari.

b. Kantong-kantong plastik, botol-botol plastik dan barang¬-barang plastik lainnya yang sering kita gunakan sehari-hari.

c. Jendela pesawat terbang, payung penerjun, interior dan cat dinding, lapisan teflon pada penggorengan, Sikat rambut, Sikat gigi, katup jantung untuk operasi, container,

fiber glass, clan loin-lain yang sering kita pakai sehari-hari.

Bahan – Produk Polimer adalah segala bahan atau produk kimia baik yang terbentuk secara proses alamiah di alam (yaitu yang disebut polimer alamiah atau polimer buatan alam) maupun yang terbentuk secara sintetik. Dengan proses polimerisasi dari migas (yaitu yang

(13)

Pengertian polimer dalam arti sempit adalah suatu molekul raksasa (dengan berat molekul berkisar antara 104-107) yang terbentuk melalui proses polimerisasi. Molekul raksasa ini disebut juga makromolekul. Maka berdasarkan proses pembenntukannya, bahan atau produk polimer dapat dibagi alas 2 bagian, Yaitu:

a. Produk polimer alamiah atau polimer alam, misalnya: b. Polisakarida (pati dan bahan selulosa)

c. Protein alam (serat sutera, serat otot dan enzim) d. Karel alam dan asam-asam nukleat

e. Produk polimer sintetik atau produk polimer buatan manusia, yang mencakup semua produk petrokimia yang dihasilkan secara sintetik dengan proses polimerisasi dari migas, misalnya:

a. Plastik-plastik sintetik b. Serat-serat sintetik c. Karet-karet sintetik, dll.

d. Manfaat Produk – Produk Petrokimia

Dalam industri kendaraan bermotor atau transportasi dimana bumper mobil yang terbuat dari logam diganti dengan plastik poliuretan, propeller pesawat terbang diganti dengan fiber glass. Dalam industri kemasan, bahan logam tinplate dan alumunium diganti dengan plastik – plastik produk petrokimia.

Perlu ditambahkan bahwa LPG dapat berasal dari alam dari perut bumi dan dapat pula berasal dari operasi pengilangan. LPG juga mengandung senyawa-senyawa tak jenuh dari C3 dan C4, yakni propylene dan butene/butadiene.

1. Industri Petrokimia Hilir (Downstream Petrochemical)

Industri petrokimia hilir yaitu industri yang menghasilkan produk petrokimia yang sudah berupa produk akhir dan/atau produk jadi.

Oleh karena itu, maka produk petrokimia berdasarkan proses pembentukannya dan pemanfaatannya dapat dibagi atas 4 jenis, yaitu:

1. Produk dasar

Produk dasar terdiri dari gas CO dan H2 sintetik, etilena, propilena, butadiene, benzene. toluene, xilena, dan n-parafin.

2. Produk antara

Produk antara diantaranya adalah amonia, inetanol, carbon black, urea, etil alkohol, etilklorida, Rumen (cumene), propilen-oksida, butil alkohol, isobutilena,

(14)

nitrobenzene, nitrotoluena, PTA (purified terephthalic acid), TPA (terephthalic acid), DMT (dimethyl terephthalate), kaprolaktam (caprolactain), LAB (liner alkyl benzene).

3. Produk akhir

Produk akhir antara lain adalah urea, carbon black, formaldehida, asetilena, poli etilena, poli propilena, poli vinil klorida, poli stirena, TNT (trinitro toluene), poli ester, nilon, poli uretan, “LAB-sulfonate” (Surfactant).

4. Produk jadi

Pada umumnya berupa barang-barang atau bahan-bahan yang dalam kehidupan kita sehari-hari banyak dipakai di rumah tangga seperti: plastik-plastik untuk produk-produk elektronik dan telekomunikasi (radio, tv, film alat-lat komputer, kabel-kabel telefon, kabel-kabel listrik), plastik-plastik untuk rumah tangga (ember plastik, kantong/karung plastik, botol-botol kemasan plastik), peralatan plastik untuk industri mobil dan pesawat terbang (bemper mobil, jok/busa mobil, jok/busa kapal terbang, ban pesawat terbang). Baju dan kaus kaki yang kita pakai dibuat dari benang poliester dan nilon, ban mobil dari bahan campuran karet dan carbon black, sabun bubuk deterjen dibuat dari “LAB-sulfonate” dan lain sebagainya.

Dengan proses polimerisasi dari migas (yaitu yang disebut polimer sintetik atau polimer buatan manusia). Pengertian polimer dalam arti sempit adalah suatu molekul raksasa (dengan berat molekul berkisar antara 104-107 yang terbentuk melalui proses polimerisasi. Molekul raksasa ini disebut juga makromolekul. Maka berdasarkan proses pembentukannya, bahan/produk polimer dapat dibagi alas 2 bagian, yaitu:

1. Produk polimer alamiah atau polimer alam, misalnya: a) Polisakarida (pati dan bahan selulosa)

b) Protein alam (serat sutera, serat otot dan enzim) c) Karel alam dan asam-asam nukleat

2. Produk polimer sintetik atau produk polimer buatan manusia, yang mencakup semua produk petrokimia yang dihasilkan secara sintetik dengan proses polimerisasi dari migas, misalnya:

a) Plastik-plastik sintetik b) Serat-serat sintetik c) Karet-karet sintetik

H. Penggunaan dan Pemanfaatan Produk-produk Petrokimia

Kemajuan yang dicapai dalam bidang teknologi ini menunjukkan kecenderungan pengurangan pemakaian bahan logam oleh industri dan di substitusikannya dengan

(15)

bahan-bahan bukan logam berupa bahan-bahan-bahan-bahan plastik produk petrokimia, sehingga bahan-bahan-bahan-bahan yang dari semula di buat dari logam secara berangsur-angsur diganti dengan bahan bukan logam.

1. Dalam industri kenderaan bermotor dan industri transportasi, suku cadang tertentu seperti bemper mobil yang semula dibuat dari logam, mulai dibuat dari bahan plastik poliuretan. Begitu juga propeller pesawat terbang mulai dibuat dari bahan "fiber glass".

2. Dalam industri kemasan (packing), bahan logam "tinplate" (kaleng) dan aluminium mulai tergeser oleh plastik-plastik produk petrokimia.

Tidak mengherankan bila pemakaian produk-produk petrokimia itu sudah merajai dan menguasai peradaban/kehidupan manusia modern didunia pada saat sekarang ini. Dinegara maju seperti Amerika, Eropa dan Jepang yang berlombaJomba saling mengungguli kemajuan teknologi dalam bidang industri ini, produk-produk petrokimia terutama dimanfaatkan oleh: a) Industri super komputer dan penginderaan jarak jauh

b) Industri robotiks, dan

c) Industri bio-teknologi atau bio-engineering.

Penggunaan dan Pemanfaatan Menurut Sektor Industri : 1. Penggunaan dalam Industri Pupuk dan Pestisida

Produk amoniak / urea dalam negeri sebagian besar digunakan sebagai pupuk pertanian, dan adhesive urea formaldehida.

Dalam industri pestisida, sebagaian bahan aktif pestisida, pelarut dan aditifnya merupakan produk akhir petrokimia seperti senyawa carbamate, thiocarbamate, surfaktan organik, organoklorida, alkohol, dsb.

2. Penggunaan dalam Industri Serat Sintetik

Produk petrokimia yang digunakan untuk serat sintetik adalah TPA (terepthalic acid), DMT (dimethyl terepthalate), PTA (purified terepthalic acid), dan kaprolaktam.

3. Penggunaan dalam Industri Bahan Plastik

PE (polietilena), PP (polipropilena), PVC (poli vinil klorida), dan PS (polistirena). 4. Penggunaan Dalam Industri Adhesive Resin

Urea formaldehida, melamin formaldehida dan fenol formaldehida. 5. Penggunaan dalam Industri Deterjen

(16)

6. Penggunaan dalam Industri Elastomer

Karet sintetik yang digunakan untuk industri ban adalah SBR dan karet butil sebesar 20%.

7. Penggunaan dalam industri Kimia, Khusus Industri Zat Pewarna (Dyestuff Industry) Phthalic anhydride (pewarna tekstil) dan carbon black

Pemanfaatan produk Industri Petrokimia lainnya : 1. Aspal

Kegunaan aspal digunakan untuk pelapis tanggul, pelapis tahan air, sebagai bahan isolasi, pelapisa anti korosi pada logam dan juga sebagai bahan campuran pada pembuatan briket batubara.

2. Lilin

Kegunaan lilin sebagai cadangan bila lampu dari PLN padam. Lilin jenis ini oleh pertamina diproduksi dengan nama Hard Semi White Wax dan Fully Refined White Wax. Selain untuk penerangan, kedua jenis lilin tersebut dapat digunakan sebagai kertas lilin pembungkus, bahan baku semir serta pengkilap lantai dan mebel.

3. Polytam PP (Polipropilena Pertamina)

Kantong plastik, karung plastik, film, produk cetakan (moulding) dan tali rafiaadalah produk yang sangat memasyarakat. Produk tersebut dibuat dengan menggunakan bahan polytam pp.

4. Methanol

Methanol dapat digunakan sebagai lem untuk industri plywood, bahan bakar pesawat, bahan bakar jenis methylfuel, bahan pelarut jenis nitro cellulose, insektisida,dehidrator gas alam, dan sebagai bahan baku untuk industri protein sintesis dengan fermentasi berkesinambungan.

5. Petrolium Cokes

Bila cokes diproduksi dengan bahan dasar tanaman cola, maka petrlium cokes tersiri dari dua macam yakni; Green coke merupakan produk samping dari proses pengolahan residu untuk bahan dasar minyak. Green coke bermanfaat sebagai bahan baku Calcined coke,yang berfungsi sebagai reduktor dalam proses peleburan timah,bahan bakar padat atau bahan penambahan kadar karbon pada industri logam.Satunya lagi adalah Calcined coke berguna sebagai elektroda dalam proses pengolahan aluminium pada industri Kalsium Karbida (CaC2), bahan baku industri elektroda grafit, bahan bakar padat atau bahan penambah kadar karbon pada industri modern, dan sebagai unsur pengisi pada industri baja (sebagai karbon).

6. Solvent

(17)

a) Low Aromatic White Spirit (LAWS) yang berguna sebagai pengencer cat dan vernis, pelarut untuk warna cetakan, industri tekstil (printing), bahan pembersih (dry cleaning solvent), bahan baku pestisida.

b) Special Boiling Point (SBP-XX) yang berguna sebagai adhesive dan pelarut karet, pelarut pada industri (cat dan tinner,tinta cetak,industri farmasi seperti perekat pada salonpas), industri kosmetika.

c) Special Gas Oil, digunakan pada industri farmasi, khususnya pembuatan pil kina, sbagai solvent dalam proses ekstraksi kulit kina.

d) Minasil-M, digunakan sebagai industri cat, thinner vernis, industry tinta cetak, industri karet dan adhesive, dan industri farmasi.

e) Pertasol CA dan CB, petasol CA banyak digunakan sebagai pengencer pada cat, lacquers, venis, pelarut dan pengencer pada tinta cetak.

7. Processing Oil

Processing Oil terdiri dari dua macam yakni Minarex - B yang berguna, sebagai processing oil pada industri telapak ban kendaraan bermotor, bantalan jembatan, sol sepatu kanvas dan sol karet cetak. Paraffinic Oil 60 dan 95 bermanfaat sebagai processing oil pada telapak ban, sepatu dan sol karet, karpet karet, pipa plastik, pengganti dioktilptalat pada industri tinta cetak.

8. Kimia Pertanian

Produk kimia pertanian terbagi menjadi dua macam, yakni; Tenac Stiker yang bermanfaat sebagai bahan perekat dan perata pestisida. Sedangkan TB 192 berguna untuk menutup luka tanaman / bidang sadap tanaman karet, mencegah pengeringan bidang sadap.

I. Proses Penanganan Limbah Petrokimia

Seiring dengan kemajuan teknologi dalam sektor industri pada umumnya dan dalam industri petrokimia pada khususnya, serta dengan cukup tersedianya sumber daya alam berupa minyak dan gas bumi, maka pengembangan industri petrokimia di Indonesia perlu ditingkatkan lagi. Manfaat yang dapat diharapkan dengan dikembangkannya suatu industri petrokimia antara lain adalah:

1. Memberi kesempatan kerja yang lebih luas kepada para calon tenaga kerja, sehingga

dapat membantu pemerintah memecahkan masalah pengangguran. 2. Dapatmenaikkan taraf hidup masyarakat di sekitar lokasi industri.

3. Dapat menambah jumlah tenaga terampil yang berarti makin meningkatnya kemampuan tenaga berteknologi tinggi.

(18)

Namun di samping manfaat-manfaat tersebut, ada kalanya kehadiran sesuatu industri dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungannya. Dampak negatif tersebut akan terasa lebih parah lagi apabila dari industri tersebut dikeluarkan bahan bahan buangan pencemar atau limbah pencemar tanpa dilakukan pengolahan limbah terlebih dahulu. Industri petrokimia di Indonesia yang kini telah mulai berkembang merupakan salah satu tulang punggung dalam mengisi dan menunjang pertumbuhan industri-industri lainnya, juga perlu memperhatikan masalah-masalah dampak negatif lingkungan yang ditimbulkannya.

a) LIMBAH PETROKIMIA DAN SUMBERNYA 1 Jenis Limbah Petrokimia

Pada umumnya industri petrokimia mempunyai 3 jenis limbah buangan yang dapat menimbulkan pencem,uan terhadap lingkungannya. Ketiga jenis limbah pencemar akibat industri petrokimia tersebut adalah:

1. Limbah pencemar gas atau limbah gas, yaitu gas-gas buangan proses, seperti gas CO2, CO, HzS, SOx, NOx, dan jelaga/partikel-partikel.

2. Limbah pencemar cair atau limbah cair, yaitu air buangan atau air yang berbentuk larutan buangan proses.

3. Limbah pencemar padat atau limbah padat, yaitu limbah padat buangan atau yang berbentuk larutan buangan proses, seperti plastik-plastik dan resin-resin buangan proses, logamJogam berat dan katalis buangan proses (seperti: Pb, Hg, Cd, Fe, Cu, Ba, Se, Zn, dll.), garam-garaman anorganik yang terbuang dan lumpur organik padat buangan proses.

2 Sifat-sifat dan Karakteristik Limbah Petrokimia

Ada beberapa sifat dan karakteristik atau ciri khas yang menjadi latar belakang pengendalian dampak lingkungan hidup industri petrokimia antara lain:

1. Industri petrokimia (industri petrokimia hulu) di dalam operasinya menggunakan hidrokarbon atau migas sebagai bahan bakunya, yang pada pengolahan selanjutnya (yang disebut juga industri petrokimia hilir) akan menghasilkan produk-produk petrokimia berupa produk dasar atau produk primer, produk antara atau produk setengah jadi atau produk intermediate dan produk akhir atau produk jadi.

2. Di samping itu, industri petrokimia ini mempunyai sifat dan karakteristik yang lain lagi, yaitu bahan bakunya yang berupa hidrokarbon beberapa kali mengalami perubahan bentuk

(19)

mulai dari produk dasar menjadi produk antara, yang akhirnya berubah menjadi produk akhir/produk jadi. Pada saat setiap tahapan proses produksi diperlukan:

a) Proses dasar yang berlainan.

b) Bahan pelarut kimia serta bahan katalis yang berlainan.

c) Air dalam jumlah yang relatif besar dengan jumlah yang berbeda pada setiap tahapan proses, sehingga "limbah buangan proses" atau "limbah petrokimia" berupa bahan-bahan kimia pencemar yang dihasilkan, jumlah dan macamnya sangat banyak (lihat Tabel VI-l). 3. Besarnya pencemaran yang disebabkan suatu industri petrokimia sulit ditentukan mengingat proses produksi, bahan baku dan cara pengoperasiannya sangat beragam. Namun demikian, pengukuran BOD (biological oxygen demand) dan COD (chemical oxygen demand) dapat menunjukkan besarnya zat pencemar organik dalam air limbah atau sungai pembuang. (Lihat Tabel VI-2). Cara yang terbaik adalah mengukur semua junrlah zatpencemar yang ada serta debit air limbah dan sungai pembuang.

b) ASPEK LINGKUNGAN HIDUP AKIBAT PENGOPERASIAN DAN PEMAN. FAATAN PRODUK.PRODUK PETROKIMIA

1. Rona Lingkungan Industri Petrokima

Sama halnya seperti Rona Lingkungan lndustri, maka dengan Rona Lingkungan Petrokimia dimaksudkan: "Bagaimana cara membangun proyek industri petrokimia yang berwawasan lingkungan sejak awal". Gambaran ini meliputi aspek fisik, kimia, biologis, sosial ekonomi dan sosial budaya manusia yang potensial berada di sekitar proyek dan dalam suatu wilayah yang secara ekonomis relevan dengan kegiatan proyek. Materi yang dibahas terutama dititik-beratkan pada parameter-parameter yang cukup penting dan diperkirakan memberikan dampak lingkungan yang dominan.

1) Keadaan Lingkungan Fisika-Kimia l.Iklim

Gambaran mengenai iklim dapat diperoleh dari data hasil pemantauan stasiun meteorologi yang terdekat. Stasiun meteorologi ini mencatat dan mengumpulkan data antara lain mengenai temperatur udara, temperatur tanah, kecepatan dan arah angin, kelembaban udara, curah hujan, penguapan, penyinaran matahari serta keadaan udara.

(20)

Penentuan kwalitas udara dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang batasan konsentrasi dari limbah gas-gas di atas kawasan proyek dan sekitarnya sebagai akibat enrisi kegiatan suatu proyek ataupun sumber-sumber yang lain. Hasil penentuan kwalitas udara ini kemudian dibandingkan dengan Kep. Men. KLH Nomor KEP-02/kep/men/kel/1988 (Lihat Tabel VI-3 dan Tabel VI-4).

3. Kebisingan

Kebisingan merupakan parameter yang harus diamati di lapangan. Penyebaran kebisingan dipengaruhi oleh sejumlah faktor fisik yang mengakibatkan penerusan dan pengurangan kebisingan. Faktor yang berpengaruh antara lain adalah meteorologi, suhu dan karakteristik permukaan tanah yang bersama-sama akan mengabsorbsi atau meneruskan suara. Arah angin yang dominan yang akan mempengaruhi pola penyebaran kebisingan pada jarak tertentu. Suhu mempunyai pengaruh yang sama, apabila penurunan suhu berlangsung secara lambat, maka gelombang suara akan ke atas.

4. Fisiografi

Gambaran mengenai fisiografi ini antara lain menampilkan topografi lokasi dan morfologi proyek tersebut. Dari sini dapat diketahui apakah wilayah proyek tersebut merupakan daerah dataran tinggi, rendah atau pantai, jarak wilayah dengan pantai, ketinggiannya dari permukaan laut dan kemiringan tanahnya.

5. Geologi

Gambaran mengenai geologi daerah di mana proyek akan didirikan dan daerah sekitarnya, secara umum meliputi jenis-jenis formasi bantuan, jenis jenis tanah dan gerakan-gerakan tanah. Keadaan geologi ini dalam penampilannya dilengkapi dengan peta geologi untuk memberikan gambaran formasi lateral yang ada di sekitar wilayah lokasi dan juga stratigrafi kolom yang menggambarkan urutan-urutan vertikal kelompok batuan sebagai hasil evaluasi pemboran sumur dan studi geologi permukaan.

6. Hidrologi

Uraian tentang hidrologi dapat ditekankan pada kelakuan fisik keadaan hidrologi setempat (sungai, danau, laut dsb). Kelakuan fisik ini antara lain meliputi penyebaran air tanah, pola aliran sungai, daerah resapan air permukaan dan air tanah, sifat aliran, fluktuasi pasang surut, perkiraan debit drainase, sedimentasi dan erosi, sumber air bersih untuk mandi, cuci, dan

(21)

keperluan lainnya serta karakteristik air tanah untuk mengetahui potensinya. Keadaan hidrologi dapat diperjelas dengan menampilkan peta hidrologi, peta penyebaran air tanah atau peta daerah aliran sungai.

7. Hidro-oceanografi

Pola hidrodinamika laut dapat ditampilkan melalui pengukuran parameter seperti pasang surut, gelombang dan arus, interaksi pola hidrodinamika dengan cuaca, interaksi pola hidrodinamika dengan sedimentasi dan erosi.

8. Kualitas air

a) Kualitas air permukaan

PP 20 tahun 1990 golongan B merupakan dasar untuk penilaian terhadap kualitas air permukaan (sungai). Penggunaan baku mutu golongan B dalam analisis ini karena fungsi sungai di daerah belum ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut dinyatakan bahwa setiap sungai yang belum ditetapkan fungsinya oleh pemerintah, secara otomatis diatur oleh PP tersebut. Kualitas air permukaan dianalisis berdasarkan sifat fisik-kimia serta logam berat yang terkandung di dalamnya. Sifat fisik air ini meliputi temperatur, warna, kekeruhan daya hantar listrik, salinitas dan muatan padatan tersuspensi. Parameter tersebut secara umum digunakan untuk menentukan status kualitas iir suatu perairan. Semua sifat fisik ini merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia perairan serta fungsi fisiologis dalam organisme perairan. Sifat kimia air ini meliputi: pH, CO2 bebas, alkalinitas total, kesadahan - Ca - Mg - total, DO, nitrat, amonia, ortofosfat, silikat, sulfat, sulfida, BOD-j, detergen, fenol, HC-total, pestisida. Sifat kimia ini mencakup parameter-parameter yang mempengaruhi nilai daya guna air bagi kehidupan organisme, rumah tangga, perikanan dan pertanian. Parameter-parameter ini dapat berupa gas-gas yang terlarut, padatan tersuspensi, garam-garam organik atau anorganik. LogamJogam berat yang dianalisis meliputi Ca, Mg, K, Na, Fe, Cd, Cr, Mn, Zn,Pb, dan Hg. b) Kualitas air laut

Penilaian terhadap kualitas air laut (pantai, muara sungai, perairan pantai) didasarkan pada Baku Mutu Air Laut menurut Keputusan Menteri Negara KLH Nomor KEP-02A4ENKLI{/F/1988 untuk biota laut. Kualitas air laut untuk biota laut dianalisis berdasarkan sifat fisik kimia serta logam berat yang terkandung di dalamnya. Sifat fisik

(22)

meliputi temperatur, warna, kekeruhan, daya hantar listrik, salinitas dan muatan padatan tersuspensi. Sifat kimia meliputi: pH, Co2 bebas, Do kesadahan total, nitrat, ortofosfat, silikat, nitrit, amonia, sulfida, sulfat, BOD-5, COD, detergen, fenol, HC-total. Logam-logam berat yang dianalisis meliputi Ca, Mg, K, Na, Fe, Cd, Mn, Ni, Zn, Cv, Pb dan Hg.

c). Kualitas air tanah

Penilaian terhadap kualitas air tanah didasarkan pada Baku Mutu Air menurut PP. 20 tahun 1990 golongan B. Parameter-parameter yang dianalisis baik untuk sifat fisik-kimia maupun unsur logam berat adalah sama dengan parameter-parameter kualitas air permukaan.

d) Kualitas air limbah

Penilalan terhadap kualitas air limbah didasarkan pada Keputusan Menteri Negara KLH Nomor KEP-2/IVIEN.KLIilI/1988 mengenai Baku Mutu Air Limbah (Lihat Tabel VI-5) dan KEP-3/IvIEN.Kl-HllJ/lggl mengenai Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Proyek yang Sudah Beroperasi (Lihat Lampiran 2).

2 Keadaan Lingkungan Biologi 1. Flora

Untuk setiap pembangunan proyek, pada awalnya harus diketahui keadaan daerah yang akan dijadikan lokasi proyek dan peruntukan daerah tersebut. Bila daerah hutan, harus diketahui dengan jelas, hutan tersebut hutan apa. Apakah hutan lindung, hutan produksi, hutan suaka alam atau taman nasional. Apabila hutan tersebut merupakan hutan primer, maka harus diinventarisasi dulu jenis-jenis pohon dan tumbuhannya yang ada, apakah terdapat tumbuhan khusus/langka yang sudah dilindungi, untuk dapat menyelamatkan tumbuhan tersebut. Apabila daerah tepi pantai banyak tanaman bakau (mangrove), maka tanaman bakau ini harus dilestarikan. Fungsi tanaman bakau ini merupakan komponen yang penting untuk biologi di daerah pantai, antara lain memberikan kestabilan daratandaratan lumpur dan saluran-saluran pasang surut, tempat cari makan dan bertelur bagi ikan/biota laut serta tempat perlindungan terhadap organisme akuatik dan darat terutama perikanan.yang mempunyai nilai ekonomis yang penting. Di samping itu, tanaman bakau ini juga merupakan pelindung pantai.

(23)

Di samping flora yang tersebut di atas, perlu diinventarisasi pula hewan-hewan yang ada di lokasi dan sekitar wilayah proyek. Apakah pada lokasi yang akan dipakai proyek tersebut merupakan tempat berkembang biak, tempat mencari makan, tempat perlindungan bagi hewan-hewan tersebut. Hal ini sangat penting untuk mempersiapkan tempat perpindahan lingkungan tersebut pada tempat/lokasil daerah yang dapat menjamin kelangsungan generasinya. Selain hewan-hewan tersebut perlu diinventarisasi organisme yang ada di perairan, antara lain mikro organisme (phyloplankton, zooplankton) dan makro benthos. Dampak Lingkungan Hidup

Pengoperasian proyek industri petrokimia, yaitu pengolahan atau penggunaan bahan baku hidrokarbon/"minyak dan gas bumi", dapat menimbulkan dampak negatif.

6.2.2.1 Dampak Negatif yang Timbul

Pemanfaatan minyak dan gas bumi sebagai bahan bakar dalam industri petrokimia akan menimbulkan emisi bahan buangan limbah berupa co2, co, cI{. Nox, HzS, sox dan jelag : (partikel) yang dapat mempengaruhi kualitas udara sekirarnya. Tetapi apabila kita perhatikan spesifikasi atau karakteristiknya, maka minyak dan gas bumi Indonesia termasuk jenis yang cukup rendah kandungan belerangnya, sehingga pencemaran oleh gas SOx dan HzS tidak perlu dikhawatirkan.

Selain limbah gas pencemar tersebut, limbah cair pencemar seperti air buangan aiau cairan berbentuk larutan buangan proses dan limbah pada pencemar sebagai akibat Luangan proses seperti resin-resin/plastik-plastik, logam-logam berat, garam-garam organik dan sisa-sisa katalis, baik yang dihasilkan dari Industri petrokimia hulu maupun dari industri petrokimia hilir dapat mempengaruhilmencemari kualitas kehidupan di sekitamya. Begitu juga ceceran-ceceran minyak dalam pabrik dapat menaikkan suhu perairan yang dijadikan tempat pembuangan limbah cair tersebut. Ini semua akan mengakibatkan/mengganggu kehidupan beberapa jenis flora dan fauna yang ada di sekitarnya.

6.2.2.2 Dampak Negatif Umum lang Timbul 1. Fisika - Kimia

a) Iklim Mikro

Perubahan iklim mikro dapat terjadi akibat perubahan habitat hutan-hutan primer/sekunder yang menjadi lokasi proyek, lahan pemukiman pegawai./karyawan maupun untuk pertanian

(24)

akibat adanya migrasi, serta pembuangan bahan berbentuk gas lewat cerobong yang dibakar sehingga memancarkan panas ke sekeliling tempat proyelc/ tapak proyek.

b) Kualitas Udara

Pencemaran udara adalah suatu keadaan udara yang mengandung senyawa kimia dalam konsentrasi yang cukup .tinggi (di atas normal/ambient) sehingga berpengaruh terhadap manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lainnya. Pencemaran udara dapat merusak tanah, air, hasil pertanian, tanaman lain, hewan hewan maupun benda-benda yang berada di sekitar kawasan sumber pencemar. Di samping itu, pencemaran udara dapat mengurangi kenyamanan hidup. Serta mengganggu kesehatan manusia. Dengan beroperasinya proyek industri petrokimia tersebut, maka akan terjadi emisi bahan buangan limbah gas dan partikel dari proses tersebut. Emisi dari proses pembakaran adalah so2, co, HC, HzS, coz dan jelaga partikel-partikel.

c) Kebisingan

Kebisingan ini timbul sebagai akibat bunyi mesin-mesin pembangkit listrik, pompa-pompa, kompressor, dan sebagainya. Apalagi bila nilai ambang batas kebisingan telah terlewati, maka kebisingan dapat menimbulkan gangguan kesehatan kepada pekerja/ pegawai./karyawan atau penduduk setempat dan bahkan mengusik satwa-satwa yang hidup di sekitar proyek.

d) Kualitas Air Permukaan/Air Laut

Terjadinya pencemaran air permukaanlair laut sebagai akibat pembuangan limbah cair dan panas yang dapat mencemari dan menaikkan suhu air permukaan dan air laut sehingga mengganggu kehidupan beberapa jenis flora dan fauna perairan yang tidak tahan terhadap suhu tinggi maupun polutan. Di samping limbah cair dari proyek industri petrokimia, air permukaan atau air laut juga dapat tercemar oleh limbah domestik atau buangan penduduk setempat, rumah-rumah pegawai/karyawan, juga oleh adanya ceceran minyak/oli bekas dari proyek industri petrokimia tersebut.

e) Air Tanah

Apabila proyek menggunakan air tanah sebagai sumber air kebutuhan proyek, maka dalam penggunaan air tanah harus diperhitungkan kemampuan alam dalam penyediaan air tanah untuk proyek industri petrokimia tersebut.

(25)

2. Biologis a) Flora

Pembukaan lahan untuk proyek dapat menimbulkan hilangnya vegetasi langka atau hilangnya fungsi hutan (sebagai hutan wisata, hutan produksi, suaka margasatwa./suaka alam, taman nasional). Begitu juga dengan adanya polutan yang dihasilkan oleh proyek dapat mengurangi vegetasi tertentu yang tidak tahan terhadap polutan.

b) Fauna

Pencemaran air dapat mengakibatkan kematian atau menurunnya populasi biota air. Pembukaan daerah pantai yang kaya akan tanaman bakau (mangrove), dapat mengakibatkan biota air maupun darat tertentu kehilangan tempat tinggal, tempat berlindung, tempat mencari makan, tempat berkembang biak dan sebagainya

3. Sosial - Ekonomi - Budaya

Pembebasan lahan akan mengakibatkan perubahan tataguna dan kepemilikan lahan. Hal ini sering menimbulkan konflik antar pernrakarsa proyek dan masyarakat.

a) Banyaknya pendatang baru yang mempunyai keahlian lebih dari pada masyarakat setempat dan pada umulnnya memiliki tingkat kehidupannya lebih tinggi dapat menyebabkan terj adinya perbedaan sosial.

b) Kecemburuan sosial dapat timbul apabila penduduk setempat tidak ikut menggunakan/merasakan manfaat adanya proyek.

Dengan adanya pendatang baru yang mempunyai keanekaragaman sifat dan adat istiadat dapat mengakibatkan kemungkinan timbulnya perkelahian, pencurian/kejahatan yang menyebabkan keamanan penduduk terusik.

6.3 CARA PENGEI\DALIAN DAN PENANGGULANGAN PENCEMARAN LINGKUNGAN LIMBAH PETROKIMIA

Ca-a yang paling baik melakukan pencegahan pencemaran limbah Industri petrokimia adalah melakukan pencegahan pencemaran pada "sumber-sumber pencemar" di dalam area pabrik, seperti:

1. Penyempurnaan metode proses serta peralatan yang dipakai.

2. Menlaga kebersihan dari tumpahan/ceceran bahan kimia sdrta ceceran lainnya. 3. Menambah unit pemanfaatan hasil samping.

(26)

4 ' Penggunaan kembali air buangan proses (daur ulang) serta usaha-usaha lain yang tidak menimbulkan gangguan terhadap peralatan, manusia./karyawan serta lingkungannya. 6.3.1 contoh cara Penanggulangan Pencemaran Akibat Limbah Gas

Pencemaran akibat buangan gas d6pat diatasi dengan cara absorbsi (lihat Gambar VI-l) yaitu dengan menggunakan garam sitrat sebagai penyerap/absorber. Cara kerjanya adalah sebagai berikut:

1. Steam/uap panas dipompakan ke dalam kolom stripper/kolom absorber, sehingga gas pencemar (gas-gas SO2) akan terserap dan bereaksi dengan garam sitrat sehingga terbentuk garam sulfat dan asam sitrat sebagai hasil samping (by product) yang tidak menimbulkan masalah pencemaran lagi. Kedua hasil samping ini dapat dipergunakan untuk keperluan lain.

6.3.2 contoh cara Penanggulangan.Pencemaran Akibat Limbah zat Cair

Ada beberapa cara penanggulangan pencemaran akibat buangan limbah organik cair, yaitu antara lain:

1. Secara fisika, seperti dengari sedimentasi, yaitu berupa pemisahan secara gravitasi (seperti pemisahan air berminyak), flotasi, penguraian (stripping), absorbsi, ekstrasi dan lain-lain.

a) Absorbsi. Dalam cara ini digunakan karbon aktif yang sering dipakai untuk menanggulangi limbah yang mengandung zat kimia organik, seperti pestisida, benzena, fenol dan hidrokarbon yang telah mengalami klorinasi (chlorinated hydrocarbon).

b) Ekstrasi. Dalam cara ini digunakan pelarut yang cocok untuk bahan pencemar yang akan dipisahkan.

2. Secara kimia. Cara penanggulangan pencemaran ini dipakai secara luas dalam mengolah air buangan industri, yaitu dengan cara netralisasi, koagulasi, presipitasi dan oksidasi.

a) Netralisasi. Cara ini dipakai untuk menanggulangi bahan-bahan pencemar akibat pencucian bahan-bahan buangan asam atau basa dari proses-proses alkilasi, sulfonasi, nitrasi dan pembuangan katalis yang bersifat asam.

b) Koagulasi. Cara ini dipakai untuk menanggulangi buangan bahan pencemar berupa air bercampur minyak, emulsi atau logam berat dengan bantuan kapur dan ferosulfat sebagai bahan koagulan.

(27)

c) Oksidasi. Oksigen (udara) atau bahan kimia pengoksidasi digunakan dengan atau tanpa katalis untuk menanggulangi COD. Salah satu contoh proses oksidasi yang banyak diketemukan adalah pengolahan buangan domestik secara "air stripping".

3. Secara biologis

a) Secara anerobik (tanpa udara). Proses ini dilakukan di dalam suatu reaktor di mana bakteri anerobik akan mengubah bahan limbah cair organik menjadi gas metana (CH+) atau bio-gas. Gas metana atau bio-gas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar gas untuk pembangkit listrik. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar VI-2.

b) Secara erobik (dengan adanya udara). Proses ini dilakukan di dalam suatu reaktor di mana limbah organik cair akan teroksidasi oleh pertolongan bakteri erobik dan pemanasan dari luar, sehingga diolah menjadi air (HrO) (dan CO/CO, dengan meirgalirkan udara ke dalam reaktor (lihat Gambar YI-Z). Penanggulangan secara biologis dengan pertolongan bakteri telah berkembang dengan pesat dan telah banyak digunakan untuk mengolah limbah buangan yang mudah terurai secara biologis.

6.3.3 Contoh Cara Penanggulangan Pencemaran Akibat Limbah ZatPadat

Ada beberapa cara pengendalian/penanggulangan pencemaran akibat buangan limbah pencemar zat padat (seperti bahan pencemar botol-botol minuman bekas plastik dan resin resin/plastik-plastik lain) yaitu dengan proses recycling (daur ulang) dan proses pirolisa (pembakaran).

1. Proses daur ulang dapat dilakukan terhadap bahan botol-botol plastik bekas seperti PVC dan PET (Polietilen tereftalat) dan sekaligus memanfaatkan bahan bekas botol plastik tersebut menjadi bahan berguna yaitu dengan proses penambahan bahan kimia/reduksi sehingga dapat diolah menjadi produk-produk petrokimia dalam bentuk cair yaitu bahan baku botol plastik (lihat Gambar VI-3) dan sekaligus mengatasi masalah pencemaran lingkungan.

2. Proses pirolisa dapat dilakukan terhadap limbah buangan plastik bekas atau limbah

polimer bekas dengan cara mengolah limbah polimer bekas tersebut menjadi "fueloil"/bahan bakar minyak (lihat Gambar VI-4) dan sekaligus mengatasi masalah pencemaran lingkungan.

(28)

6.3.4 Kualitas Air Limbah (Lihat juga Tabel VI-2 dan Tabel VI-5)

Untuk mengetahui jumlah limbah pencemaran di dalam air atau di dalam sungai penampungannya, dapat diukur dengan methoda/cara, sebagai berikut:

1. B.O.D = Biological Oxigen Demand (= mg/l) = Kebutuhan oxigen secara biologi kehidupan.

2. C.O.D = Chemical Oxigen Demand (= mg/l= Kebutuhan oxigen secara kimia. 3. T.O.C = Total Organic Carbon (= Jumlah carbon organik, sebagai berikut:

Limbah dalam air dikeringkan, kemudian dibakar pada suhu tinggi. Kadar CO, yang terbentuk dari hasil pembakaran tersebut dianalisa dengan sinar inframerah, didapat harga T.O.C nya. .

Reaksi penguraian senyawa karbon dalam air dapat berlangsung dengan cara: a) Aerob (= dgn 02) dan

b) Anaerob (= tanPa Oz).

Yaitu dengan pertolongan bakteri, sebagai berikut:

Penguraiafl secara Anaerob dapat menyebabkan/mengeluarkan bau busuk yang merangsang (= bau busuk H2S, bau NH3), dan apabila air tercemar sampai bau busuk, maka didalam air tersebuj kadar O2-nya sudah tidak adalagi/aimya sudah cukup tercemar (Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran-l Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian

Referensi

Dokumen terkait

Limbah lumpur minyak bumi merupakan produk yang tidak mungkin dihindari oleh setiap perusahaan pertambangan minyak bumi dan menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan

Pada kondisi seperti ini diperlukan solusi bagaimana melakukan perbaikan produk pangan berbahan ikan laut, sehingga secara kualitas maupun kuantitas nilainya

Sebelum pihak industri ini mendapatkan bantuan dari Bank Danamon, industri hanya mampu berproduksi sebanyak 50-60 peti per hari karena biaya bahan baku yang

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas kertas seni berbahan baku pelepah tanaman salak dengan perlakuan

PT PG Candi Baru hanya memproduksi gula jenis SHS IA sebagai produk utama dari bahan baku tebu dengan menggunakan proses sulfitasi ganda kontinyu dan sebagai produk

Pembangunan pabrik di Kawasan Industri Rungkut Surabaya memiliki jarak sangat dekat dengan industri kimia penghasil bahan baku utama proses seperti Asam Sulfat dari

Prioritas pemasaran produk samping dari pabrik ini yaitu gliserol adalah industri yang berada di daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jakarta, Jawa Barat, dan Banten untuk

Aviasi merupakan salah satu unit bisnis PERTAMINA - perusahan nasional yang bergerak di bidang energi, minyak, gas dan petrokimia - yang melakukan usaha pemasaran serta