2020
2
SEKAPUR SIRIH
Assamua’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kita sampaikan ke hadirat Allah S
ubhanahu Wata’ala semoga kita dalam
menjalankan amanah masing-masing senantiasa mendapat rahmat dan ridhonya, sholawat dan salam
kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Solallahualaihi wassalam.
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur memiliki Fakultas Ilmu Kesehatan dan Farmasi,
Fakultas Sains Tekhnologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora serta Fakultas Pendidikan. Dalam
memenuhi kebutuhan pembelajaran UMKT mempunyai Laboratorium Terpadu untuk menunjang
pelaksanaan tridama perguruan tinggi, yang khususnya memfasilitasi pembelajaran keahlian
mahasiswa melalui praktikum, penelitian dan pengabdian masyarakat. Laboratorium terpadu
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur senantiasa mengikuti perkembangan issue terkini/up
date
tentang ilmu pengetahuan yang dipelajari dan memfasilitasi kegiatan pembelajaran praktikum
sebaik mungkin melalui upaya menyiapkan laboran, alat-alat dan bahan serta panduan praktikum
sesuai dengan kebutuhan pada setiap kelompok keilmuan.
Pembelajaran praktikum membutuhkan Panduan Praktikum / modul agar praktikum dapat
dilakukan dengan tepat, efektif dan efisien. Modul ini secara prinsip berisi tentang acuan baku bagi
Dosen dan Mahasiswa dalam melaksanakan praktikum di laboratorium Univeristas Muhammadiyah
Kalimantan Timur. Dengan adanya Panduan Praktikum di Laboratorium Univeristas Muhammadiyah
Kalimantan Timur ini diharapkan mahasiswa dapat melakukan kegiatan praktikum dengan baik dan
benar.
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian Panduan Praktikum / modul di Laboratorium Univeristas Muhammadiyah Kalimantan
Timur.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Kepala Laboratorium UMKT
Rini Ernawati .,S.Pd M.Kes
NIDN. 1102096902
3 A. KEWAJIBAN
1. Mahasiswa wajib mengontrak laboratorium dan mengisi silarium untuk peminjaman alat yang akan digunakan ketika praktikum
2. Mengisi Silarium dilakukan maksimal 3 hari sebelum kegiatan praktikum dimulai 3. Setiap mahasiswa yang akan praktik harus memasuki laboratorium 15 menit
sebelum praktik.
4. Mahasiswa selama praktik harus menggunakan APD sesuai dengan per-Laboratorium yang berlaku.
5. Mahasiswa wajib mengisi absensi ( daftar hadir )
6. Mahasiswa memperhatikan materi simulasi / praktek yang diberikan oleh dosen pembimbing
7. Mahasiswa wajib mengisi log book pada saat sebelum dan sesudah menggunakan alat ketika praktikum
8. Menjaga keamanan, kebersihan dan ketenangan selama dan sesudah praktik di laboratorium
9. Wajib membersihkan dan merapikan alat kembali saat selesai praktikum. B. HAK
1. Mahasiswa melakukan praktik laboratorium sesuai jadwal yang ditentukan
2. Jika diluar jadwal mahasiswa harus melapor kepada petugas laboratorium 1 hari sebelum praktik dan mengisi peminjaman lab serta alat.
3. Mahasiswa berhak mendapatkan materi dari dosen pembimbing
4. Mahasiswa berhak meminjam dan memakai alat laboratorium untuk kepentingan praktek belajar lapangan / magang sesuai ketentuan yang ada.
C. LARANGAN
1. Menggunakan sepatu didalam ruangan laboratorium
2. Makan, minum dan merokok selama kegiatan praktikum berlangsung 3. Duduk / berbaring di laboratorium
4. Membuat keributan dan membuang sampah sembarangan 5. Melanggar tata tertib laboratorium yang ada
6. Menggunakan Handphone saat praktik berlangsung D. SANKSI
1. Mahasiswa/i yang melanggar kewajiban dan larangan diatas berhak dikeluarkan dari laboratorium oleh dosen pembimbing
2. Apabila alat yang digunakan /dipinjam rusak, pecah, hilang maka mahasiswa/i yang bersangkutan harus mengganti dengan jenis alat dan jumlah yang sama sesuai batas waktu yang ditentukan
3. Keterlambatan dalam pengembalian alat yang dipinjam akan kena denda SBB: Instrument alat Rp.10.000/ alat/hari
Baju/tenun Rp.5000/baju/tenun/hari
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
Jl. Ir. H. Juanda No.15 Samarinda, Kampus 1 UMKT
Telp. (0541) 748511, Kode Wilayah 75124 Website : www.umkt.ac.id
TATA TERTIB PRAKTIK LABORATORIUM
4 BAGAN ALUR PENGGUNAAN
LABORATORIUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
Jl. Ir. H. Juanda No.15 Samarinda, Kampus 1 UMKT
Telp. (0541) 748511, Kode Wilayah 75124 Website : www.umkt.ac.id
Kode :
LU/PM/LAB.01
PROSEDUR
PENCAPAIAN STANDAR PENGGUNAAN
LABORATORIUM
Revisi : 00 Tgl Berlaku: 26 Desember 2017 Halaman : Ka ProdiKetua prodi menyampaikan jadwal pembelajaran praktikum Lab kepada masing-masing dosen dan mahasiswa
Laboran, Dosen dan Mahasiswa
1. Laboran menyusun jadwal praktik disetiap ruang labortorium sesuai dengan jenis praktikum
2. Laboran memberikan pelayanan untuk pembelajaran praktikum sesuai jadwal
3. Mahasiswa dan Dosen Melakukan Praktikum Di Laboratorium Sesuai dengan jadwal praktik
PROSES
PELAKSANAAN PROSES
Ka. UPT Laboratorium
1. UPT Laboratorium menerima jadwal laboratorium yang telah diajukan serta berkoordinasi dengan Laboran untuk penggunaan Laboratorium.
2. UPT Laboratorium menyusun jadwal praktik sesuai jenis laboratorium yang dibutuhkan, dan jadwal yang telah disusun diserahkan kepada ka prodi/ Koord lab/ koord mata kuliah KONTRAK DOSEN MATA KULIAH
Ketua Prodi / Koordinator mata kuliah/ koord Lab membuat perencanaan penggunaan jadwal praktikum Laboratorium persemester dan mengajukan kepada UPT Laboratorium
MULAI
SELESAI Laboran
Laboran mengecek kondisi alat dan ruangan setelah praktikum selesai
5 BAGAN ALUR PEMINJAMAN DAN
PENGGUNAAN ALAT DI LABORATORIUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
Jl. Ir. H. Juanda No.15 Samarinda, Kampus 1 UMKT
Telp. (0541) 748511, Kode Wilayah 75124 Website : www.umkt.ac.id
Kode :
LU/PM/LAB.02
PROSEDUR
PENCAPAIAN STANDAR KINERJA
PEMINJAMAN DAN PENGGUNAAN ALAT
LABORATORIUM
Revisi : 00 Tgl Berlaku: 26 Desember 2017 Halaman : LABORAN1. Menyetujui pengajuan peminjaman alat yang diajukan oleh mahasiswa
2. laboran mengecek kesiapan kelayakan alat kemudian Laboran menyerahkan alat kepada ketua /kelompok mahasiswa Dosen penanggung jawab mengisi berita acara praktikum
DOSEN dan MAHASISWA
1. Dosen dan Mahasiswa menggunakan alat untuk kegiatan praktikum
2. Mahasiswa membersihkan alat yang sudah digunakan dan mengembalikan kepada laboran
PROSES
PELAKSANAAN
SELESAI LABORAN
Laboran mengecek kelengkapan dan kondisi alat yang sudah selesai digunakan
MULAI MAHASISWA
Mengajukan peminjaman peralatan yang akan digunakan menggunakan silarium
6 DAFTAR ISI
BAB I: PRAKTIKUM SISTEM ENDOKRIN
Prosedur Tindakan Pemeriksaan Gula Darah Kapiler... 12 Prosedur Tindakan Perawatan Luka Diabetes Melitus (DM)... 17 Prosedur Tindakan Pemberian Insulin... 23
BAB II: KEGIATAN PRAKTIKUM SISTEM PERKEMIHAN
Prosedur Tindakan Irigasi Kandung Kemih... 31 Prosedur Tindakan Melatih Bladder Training... 35
BAB III: KEGIATAN PRAKTIKUM SISTEM MUSKULOSKELETAL
Prosedur Tindakan Range Of Motion (ROM)... 43
BAB IV: KEGIATAN PRAKTIKUM SISTEM PERSYARAFAN
Prosedur Tindakan Pemeriksaan GCS (Glasgow Coma Scale)... 52 Prosedur Tindakan Pemeriksaan Saraf Kranial... 56
BAB V : KEGIATAN PRAKTIKUM SISTEM INTEGUMEN
Prosedur Tindakan Perawatan umum... 72 Prosedur Tindakan Perawatan Luka Bakar... 76 Prosedur Tindakan Perawatan Luka dengan Drain... 80
7 BAB I
PRAKTIKUM SISTEM SISTEM ENDOKRIN
Gangguan endokrin adalah penyakit yang terkait dengan kelenjar endokrin pada tubuh. Sistem endokrin adalah jaringan kelenjar yang menghasilkan hormon yang merupakan sinyal kimia yang dikeluarkan melalui aliran darah.
Faktor Risiko Gangguan Sistem Endokrin
Ada banyak faktor risiko yang membuat seseorang mengalami gangguan endokrin, yaitu: 1. Meningkatnya kadar kolesterol.
2. Riwayat keluarga dengan gangguan endokrin. 3. Inaktivitas.
4. Riwayat penyakit terhadap gangguan autoimun. 5. Pola makan yang tidak baik.
6. Kehamilan (pada kasus seperti hipotiroidisme).
7. Operasi, trauma, infeksi, atau cedera serius yang baru saja terjadi.
Penyebab Gangguan Sistem Endokrin
Gangguan endokrin biasanya dikelompokkan dalam dua kategori, meliputi:
1. Kelenjar menghasilkan terlalu banyak atau terlalu sedikit hormon endokrin yang disebut ketidakseimbangan hormon.
2. Pembentukan luka (seperti bintil atau tumor) pada sistem endokrin yang dapat atau tidak memengaruhi kadar hormon.
Gejala Gangguan Sistem Endokrin
1. Diabetes
Gangguan endokrin yang paling umum adalah diabetes mellitus yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang tersedia dengan optimal. Gejala diabetes dapat meliputi: 1. Haus atau lapar yang berlebih.
2. Kelelahan.
3. Sering buang air kecil. 4. Mual dan muntah.
5. Kenaikan atau penurunan berat badan yang tidak disertai alasan. 6. Perubahan pada penglihatan.
2. Akromegali
Akromegali adalah gangguan ketika kelenjar pituitari menghasilkan hormon pertumbuhan yang berlebih. Ini menyebabkan pertumbuhan yang berlebih, terutama pada tangan dan kaki. Gejala akromegali biasanya meliputi:
1. Ukuran bibir, hidung, atau lidah yang terlalu besar. 2. Tangan atau kaki yang terlalu besar atau bengkak.
8
3. Perubahan struktur tulang muka. 4. Nyeri pada tubuh dan sendi. 5. Suara yang dalam.
6. Kelelahan dan kelemahan. 7. Sakit kepala.
8. Pertumbuhan tulang dan kartilago yang berlebih serta penebalan kulit. 9. Disfungsi seksual, termasuk penurunan libido.
10. Sleep apnea.
11. Gangguan pada penglihatan.
3. Penyakit Addison
Penyakit Addison ditandai dengan penurunan produksi kortisol dan aldosteron akibat kerusakan kelenjar adrenal. Gejala penyakit Addison biasanya meliputi:
1. Depresi.
2. Diare.
3. Kelelahan.
4. Sakit kepala.
5. Hiperpigmentasi pada kulit.
6. Hipoglikemia.
7. Nafsu makan rendah.
8. Tekanan darah rendah.
9. Periode menstruasi yang terlewat.
10. Mual dengan atau tanpa muntah.
11. Ingin mengonsumsi garam.
12. Penurunan berat badan.
13. Kelemahan. 4. Sindrom Cushing
Sindrom cushing disebabkan oleh kelebihan kortisol yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Gejala dari sindrom cushing biasanya, meliputi:
1. Buffalo hump (lemak di antara bahu, seperti punuk).
2. Diskolorasi kulit seperti memar. 3. Kelelahan.
4. Merasa sangat haus.
5. Penipisan dan melemahnya tulang (osteoporosis). 6. Sering buang air kecil.
7. Gula darah tinggi (hiperglikemia). 8. Tekanan darah tinggi (hipertensi).
9. Mudah marah dan perubahan mood.
9
11. Wajah bundar.
12. Kelemahan.
5. Penyakit Graves
Penyakit graves merupakan salah satu jenis hipertiroidisme yang mengakibatkan produksi hormon tiroid. Gejala penyakit graves biasanya meliputi: 1. Mata menonjol.
2. Diare.
3. Kesulitan tidur.
4. Kelelahan dan kelemahan.
5. Goiter (pembesaran kelenjar tiroid). 6. Intoleransi terhadap panas.
7. Detak jantung yang tidak teratur.
8. Mudah marah dan perubahan mood.
9. Detak jantung berdebar cepat (takikardia). 10. Kulit yang tebal atau merah pada betis. 11. Tremor.
12. Penurunan berat badan.
6. Hashimoto’s Thyroiditis
Hashimoto’s thyroiditis adalah suatu kondisi ketika tiroid diserang oleh sistem
imun yang menyebabkan hipotiroidisme dan produksi hormon tiroid yang rendah. Gejalanya meliputi:
1. Intoleransi terhadap dingin. 2. Konstipasi.
3. Rambut kering dan rontok. 4. Kelelahan.
5. Goiter (pembesaran kelenjar tiroid). 6. Nyeri sendi dan otot.
7. Periode menstruasi yang terlewat. 8. Detak jantung yang melambat. 9. Pertambahan berat badan.
7. Hipertiroidisme
Hipertiroidisme adalah kondisi yang ditandai dengan kelenjar tiroid yang overaktif. Gejala umum dari hipertiroidisme meliputi:
1. Diare.
2. Kesulitan tidur. 3. Kelelahan. 4. Goiter.
10
6. Mudah marah dan perubahan mood.
7. Detak jantung yang cepat (takikardia).
8. Tremor.
9. Penurunan berat badan tanpa penyebab. 10. Kelemahan.
8. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme merupakan kondisi ketika tiroid underaktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid. Gejala umum dari hipotiroidisme meliputi:
1. Intoleransi terhadap dingin. 2. Sembelit.
3. Menurunnya produksi keringat. 4. Rambut kering.
5. Kelelahan. 6. Goiter.
7. Nyeri pada sendi dan otot.
8. Periode menstruasi yang terlewat. 9. Detak jantung yang melambat. 10. Muka membengkak.
11. Kenaikan berat badan.
9. Prolaktinoma
Prolaktinoma muncul apabila kelenjar pituitari yang disfungsional menghasilkan hormon prolaktin berlebih yang berguna dalam produksi ASI. Prolaktin berlebih dapat menyebabkan berbagai gejala, seperti:
1. Disfungsi ereksi.
2. Kemandulan.
3. Kehilangan libido.
4. Periode menstruasi yang terlewat. 5. Produksi ASI tanpa penyebab.
Diagnosis Gangguan Sistem Endokrin
Tes darah dan urine untuk memeriksa kadar hormon dapat membantu dokter untuk menentukan apakah seseorang memiliki gangguan endokrin. Tes imaging juga dapat dilakukan untuk membantu menunjukkan lokasi bintil atau tumor.
Komplikasi Gangguan Sistem Endokrin
Terdapat beberapa komplikasi gangguan endokrin tertentu, meliputi: 1. Kegelisahan atau insomnia (pada banyak kondisi tiroid) 2. Koma (pada hipotiroidisme)
3. Depresi (pada banyak kondisi tiroid) 4. Penyakit jantung
11
5. Kerusakan saraf
6. Kerusakan atau gagal pada organ 7. Kualitas hidup yang tidak baik.
Pengobatan dan Efek Samping Gangguan Sistem Endokrin
Apabila gejala gangguan sistem endokrin mulai mengganggu, gejala tersebut umumnya dapat diatasi dengan memperbaiki ketidakseimbangan hormon. Ini sering dilakukan melalui pemberian hormon sintesis. Pada kasus prolaktinoma (ketika tumor non-kanker menyebabkan gejala) operasi atau terapi radiasi dapat dilakukan untuk mengatasinya. Tidak jarang diagnosis dan perawatan penyebab gangguan endokrin dapat mengatasi gejala.
Pencegahan Gangguan Sistem Endokrin
Beberapa cara untuk mencegah munculnya gangguan sistem endokrin:
1. Tetap menjaga berat badan yang sehat, mengonsumsi makanan sehat, dan banyak berolahraga.
12
SOP TINDAKAN PEMERIKSAAN GULA DARAH KAPILER
Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan gula darah kapiler dengan benar
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan tujuan pemeriksaan gula darah kapiler
2. Menjelaskan tahapan prosedur pemeriksaan gula darah kapiler
3. Menerapkan pemeriksaan gula darah kapiler secara benar
Pengertian
Merupakan tindakan untuk proses pemeriksaan gula darah klien yang diambil pada bagian pembuluh darah kapiler
Tujuan Pemeriksaan Gula Darah Kapiler
1. Memberikan informasi mengenai kemampuan metabolisme tubuh klien
2. Untuk evaluasi diagnosa dan manajemen klien dengan DM
3. Sebagai data penunjang berbagai diagnosa medis
4. Untuk mengevaluasi keadekuatan terapi
Nama Mahasiswa:
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian
1 Kaji hasil dan respons klien terhadap pemeriksaan sebelumnya 2 Kaji pengetahuan klien mengenai prosedur dan perawatan diri
terkain dengan diabetes
3 Kaji program dari dokter mengenai frekuensi dan jenis pemeriksaan glukosa
13 5 Kaji kesiapan perawat
6 Diagnosa keperawatan yang sesuai: Ketidakstabilan Gula Darah
Resiko syok (Hiperglikemia) Fase pre interaksi
7 Mencuci tangan 8 Mempersiapkan alat
Monitor glukosa darah 2 Kapas alkohol 70% Sarung tangan non steril
Strip tes untuk monitor glukosa darah Lanset
Penyuntik autoclix/ lancet Bola kapas
Jam tangan / stopwatch
Wadah penampung benda –benda tajam berbahaya Fase Orientasi
9 Memberi salam dan menyapa nama klien 10 Memperkenalkan diri
11 Melakukan kontrak
12 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan
13 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan 14 Mendekatkan alat-alat
15 Menanyakan tentang pilihan jari yang akan digunakan dan penggunaan injektor lanset
Fase Kerja
16 Mengucapkan basmalah 17 Kalibrasikan mesin glukosa:
a. Nyalakan mesin
b. Bandingkan jumlah/kode pada mesin dengan jumlah pada botol strip tes
c. Persiapkan mesin untuk digunakan; lihat buku petunjuk penggunaan untuk mengetahui langkah-langkah dan kesiapan indikator
d. Validasikan keakuratan mesin setiap hari atau sesuai dengan kebijakan institusi dengan menggunakan contoh larutan glukosa yang rendah dan tinggi
14 18 Ambil strip kimia dari wadah dan letakkan di dalam mesin
pemeriksa glukosa (sesuai dengan instruksi pabrik)
19 Pasang lanset ke dalam injector, jika digunakan, dan atur pemicunya
20 Pasang sarung tangan
21 Pegang jari yang telah dipilih dan tekan kuat dari arah bawah sampai ujung jari, atau bungkus jari dalam kain basah yang hangat selama 30 detik atau lebih, (jika menggunakan alat lenset lengan, juntaikan lengan selama 1 menit)
22 Bersihkan tempat tusukan jarum menggunakan kapas beralkohol
23 Letakkan injektor berlawanan dengan jari (tempat ujung saraf berjumlah lebih sedikit) dan lepaskan pemicunya, atau tusuk sisi jari dengan lanset atau jarum dengan melakukan gerakan cepat. (Jika menggunakan alat lanset lengan, tusuk area dengan alat lanset)
24 Pegang strip kimia di bawah tempat pungsi/tusukan jari dan remas kuat sampai tetesan darah cukup banyak sehinggga jatuh ke strip dan menutupi kotak indikator. Jika menggunakan alat lanset lengan, pegang strip di di dekat tetesan darah setelah sejumlah darah yang tepat (sesuai denga intruksi pabrik) didapatkan
25 Jika perlu, tekan tombol waktu di mesin segera setelah darah menutupi kotak indikator atau area pada test strip. Sebagian besar mesin secara otomatis akan memulai perhitungan waktu dan tidak memerlukan tindakan untuk memulai penghitungan waktu setelah darah bersentuhan dengan strip
26 Berikan tekanan ke tempat pungsi sampai perdarahan berhenti (atau minta klien untuk melakukannya secara mandiri) dan buang lanset ke dalam wadah penampung benda tajam yang memiliki bahaya biologis
27 Saat waktu menunjukkan bahwa beberapa detik telah dilalui, baca nilai glukosa pada layar bacaan digital
28 Buang bahan dan sarung tangan yang telah kotor ke dalam wadah yang tepat
Fase Terminasi 29 Membaca hamdalah
30 Catat hasil pada lembar pencatatan glukosa dan berikan insulin jika diindikasikan
15 31 Mengevaluasi respon klien
32 Memberi reinforcement positif
33 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya
34 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca doa
Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien.
35 Merapikan alat
36 Melepas sarung tangan dan mencuci tangan Evaluasi
37 Evaluasi Keperawatan yang sesuai Kadar Glukosa klien normal
Klien terbebas dari cedera akibat dari efek kadar glukosa yang tidak terkendali
Dokumentasi
38 Catat pada status klien:
Metode pemeriksaan glukosa Kadar glukosa
Ada atau tidak adanya tanda-tanda hipo atau hiperglikemia
Keterangan :
Tidak = 0 Ya = 1
Evaluasi Diri/Penguji
Jumlah nilai yang didapat
Nilai Akhir = X 100 Jumlah keseluruhan poin yang dinilai
16 ... ... ... ... ... Pembimbing/Penguji (……….)
17
SOP TINDAKAN PERAWATAN LUKA DIABETES MELITUS
Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan perawatan luka DM dengan benar Tujuan khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tujuan perawatan luka diabetes mellitus
2. Menjelaskan tahapan prosedur perawatan luka diabetes mellitus 3. Menerapkan perawatan luka diabetes mellitus secara benar. Pengertian
suatu teknik aseptik yang bertujuan membersihkan luka dari jaringan nekrotik, slough untuk mencegah terjadinya infeksi dan untuk mempercepat proses penyembuhan luka DM
Tujuan Perawatan luka DM 1. Mencegah infeksi
2. Mengurangi pertumbuhan mikroorganisme pada luka/insisi 3. Membantu penyembuhan luka
Nama Mahasiswa :
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian
1 Kaji kondisi balutan luka klien 2 Kaji kesiapan klien
3 Kaji kesiapan perawat
4 Diagnosa keperawatan yang sesuai: Kerusakan integritas kulit/jaringan Risiko infeksi
18 5 Mencuci tangan
6 Mempersiapkan alat Plester/hipafik NaCl
Bak instrument berisi (gunting debridement steril dan 2 pingset anatomis)
Kasa steril Gunting
Handscoon (bersih dan steril) Bengkok Perlak Kantong plastic baskom Penggaris Lidi kapas Penggaris
Kom yang sudah berisi Nacl (clensing setelah debridement)
kassa gulung Fase Orientasi
7 Memberi salam dan menyapa nama klien 8 Memperkenalkan diri
9 Melakukan kontrak
10 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan
11 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan 12 Mendekatkan alat-alat
Fase Kerja
13 Membaca basmalah
14 Berikan privasi pada klien : tutup pintu kamar dan pasang tirai 15 Bantu klien pada posisi yang nyaman dan memudahkan untuk
melakukan pembersihan luka.
19 diganjal, perlak dihubungkan dengan baskom
16 Lindungi atas tempat tidur dengan alas anti air 17 Pasang sarung tangan bersih
18 Buka balutan lama/kotor dengan alat bersih dan buang pada tempat yang telah disediakan.
(Irigasi dengan air NaCl pada balutan untuk mempermudah pelepasan)
19 Bersihkan sekeliling luka dari luar ke dalam (tujuan agar tidak ada maserasi)
20 Bersihkan area luka dengan Nacl sambil digosok perlahan dengan lembut.
(Kalau perlu dicuci dengan sabun)
Cleansing 21 Mengkaji luas luka, panjang luka, serta kedalaman luka (lidi
kapas). Menentukan gradenya. Dengan grade wagner:
0: tidak ada lesi yang terbuka, biasa terdapat deformitas atau selulitis (kulit utuh, tetapi ada kelainan bentuk kaki karena neuropati).
1: luka superficial terbatas pada kulit (epidermisnya)
2: luka dalam sampai dengan tendon atau tulang tp belum ada terbentuknya abses.
3: luka dalam dengan abses, osteomielitis atau sepsis persendian.
4: Gangrene setempat setempat, ditelapak kaki, jari ataupun tumit
5: Gangren pada seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah 22 Buka bak instrument yang berisi (pingset steril, Gunting
debridement)
NB: jika Handscoon steril masih dalam bungkus segera dibuka NB: posisi tutup bak instrument menghadap keatas.
20 23 Memakai handscoon steril
24 Melakukan debridement dengan membersihkan slough, bio film atau jaringan nekrotik.
NB: Taruh kasa steril ditempat didaerah dekat luka (untuk tempat slough/nekrotik) & antisipasi terjadi bledding)
Debridement 25 Irigasi dengan Nacl
- Bila ada asisten perawat minta bantuan untuk mempertahankan tehnik steril)
- Bila Mandiri: salah satu tangan di non sterilkan untuk melakukan irigasi/siapkan Nacl pada kom terlebih dahulu
26 Keringkan luka dengan kasa steril
27 Beri dressing yang bisa menyerap eksudat banyak (contoh cutimed alginate)
28 Tutup dengan dengan pet/ kassa steril 29 Balut/tutup dengan kassa gulung 30 Lepas handscoon
31 Fiksasi balutan dengan plester 32 Rapikan alat
33 Kembalikan klien ke posisi semula atau berikan posisi senyaman mungkin
Fase Terminasi 34 Membaca hamdalah 35 Mengevaluasi respon klien 36 Memberi reinforcement positif
21 37 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya
38 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca doa
Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien.
39 Mencuci tangan Evaluasi
40 Evaluasi perasaan klien
41 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 42 Evaluasi respon klien
43 Evaluasi diri perawat Dokumentasi
44 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan, catat pula data hasil pengkajian dan respons klien
Keterangan :
Tidak = 0 Ya = 1
Evaluasi Diri/Penguji
... ...
Jumlah nilai yang didapat
Nilai Akhir = X 100 Jumlah keseluruhan poin yang dinilai
22 ... ... ... Pembimbing/Penguji (……….)
23
SOP TINDAKAN PEMBERIAN INSULIN
Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan pemberian insulin SC dengan benar
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
4. Menjelaskan tujuan pemberian insulin SC
5. Menjelaskan tahapan prosedur pemberian insulin SC
6. Menerapkan pemberian insulin SC secara benar
Pengertian
Pemberian obat melalui parenteral (pemberian obat melalui jaringan tubuh) yang disuntikan
ke lapisan lemak melalui jaringan antara otot dan kulit.
Tujuan Pemberian Insulin SC
Memasukkan sejumlah obat yang disimpan di bawah kulit untuk diabsorbsi
Nama Mahasiswa:
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian
1 Kaji kondisi kulit klien ( mis ; adanya kemerahan, hematoma, jaringan parut,pembengkakan, robek, abrasi,lesi,
ekskoriasi,rambut yang berlebihan)
2 Kaji catatan program pengobatan selengkapnya 3 Kaji kesiapan klien
4 Kaji kesiapan perawat 5 Kaji adanya alergi pada klien 6 Sterilitas jarum pada spuit
7 Jenis insulin ( gunakan hanya insulin kerja cepat atau insulin kerja singkat)
8 Kaji pengetahuan klien dan kemampuan untuk melaksanakan terapi insulin
24 9 Tanggal kadaluarsa obat
10 Diagnosa keperawatan yang sesuai:
Ketidakstabilan kadar glukosa darah Risiko infeksi
Kurang pengetahuan Fase pre interaksi
11 Mencuci tangan 12 Mempersiapkan alat
Catatan pemberian obat manual/ elektronik 2 Kapas alkohol 70%
Sarung tangan nonsteril Plester perekat
Obat yang akan diberikan
Spuit 2-3 ml dengan jarum ½ -7/8 inci Nampan / troli obat
Lokasi Injeksi : lengan bawah bagian dalam, abdomen, dada bagian atas, punggung dibawah scapula)
Fase Orientasi
13 Memberi salam dan menyapa nama klien 14 Memperkenalkan diri
15 Melakukan kontrak
16 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan
17 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan 18 Mempersiapkan obat dengan prinsip benar pemberian obat Fase Kerja
19 Membaca basmalah 20 Menjaga privasi klien
21 Gunakan sarung tangan (Handscoon)
22 Pilih area injeksi di lengan atas atau abdomen dan jauh dari area injeksi sebelumnya.
Rotasikan area injeksi
23 Posisikan klien untuk menampilkan area injeksi yg dipilih 24 Bersihkan area injeksi dengan alkohol dan biarkan mengering
25 25 Buka kap penutup jarum
26 Pegang kira- kira 2,5 cm kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari
27 Ajak klien bicara, dan peringatkan bahwa Anda akan menusukkan jarum
28 Dengan tangan dominan, tusukkan jarum pada sudut 45˚ dengan cepat dan lancar ; untuk klien dengan jaringan lemak yang lebih tebal, tusukkan jarum dengan sudut 90˚
29 Segera lepas lipatan kulit pada tangan nondominan
30 Aspirasi dengan menarik plunger dan perhatikan tabung spuit untuk melihat adanya aliran balik darah
31 Jika darah tidak mengalir, injeksikan obat dengan perlahan dan lancar
32 Jika ada liaran darah yang keluar : Tarik jarum dari kulit
Beri tekanan pada area injeksi tersebut sekitar 2 menit Amati adanya hematoma dan memar
Beri plester berperekat jika perlu
Siapkan obat baru, mulai dari langkah 1, dan pilih area injeksi yang baru
33 Setelah obat diinjeksikan, tarik jarum dengan sudut yang sama dengan sudut penusukan jarum
34 Bersihkan area injeksi dengan kapas alcohol yang baru dan pijat ringan
35 Beri plester berperekat jika perlu
36 Kaji klien dan area injeksi setelah 5 menit, setelah 15 menit, kemudian secara periodik selama klien masih di lingkungan klinik
37 Buang semua alat yang sudah terpakai ke tempat yang sesuai 38 Dokumentasikan prosedur pemberian obat ke dalam catatan
pemberian obat Fase Terminasi
39 Membaca hamdalah 40 Mengevaluasi respon klien
26 41 Memberi reinforcement positif
42 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya
43 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca doa
Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien.
44 Merapikan alat 45 Mencuci tangan Evaluasi
46 Evaluasi respon klien 47 Evaluasi diri perawat Dokumentasi
48 Nama obat
49 Tanggal dan waktu obat yang diberikan 50 Dosis yang diberikan
27 Keterangan : Tidak = 0 Ya = 1 Evaluasi Diri/Penguji ... ... ... ... ... Pembimbing/Penguji (……….) Jumlah nilai yang didapat
Nilai Akhir = X 100 Jumlah keseluruhan poin yang dinilai
28 BAB II
PRAKTIKUM SISTEM SISTEM PERKEMIHAN
Sistem urinaria atau saluran kemih terdiri dari ginjal, kandung kemih, ureter, dan juga uretra (saluran kencing). Setiap bagian dalam sistem urinaria memiliki fungsi dan peranannya masing-masing. Melalui saluran kemih, urine yang membawa limbah dan racun akan dikeluarkan dari dalam tubuh
Bagian dari Sistem Urinaria dan Fungsinya
Urine adalah limbah cair yang terdiri dari air, garam, dan zat sisa metabolisme tubuh, seperti urea dan asam urat. Agar proses berkemih atau buang air kecil berlangsung normal, semua bagian dalam sistem urinaria perlu bekerja dengan baik.
Berikut ini adalah organ-organ yang tergolong dalam sistem urinaria beserta fungsinya:
1. Ginjal
Tubuh manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di area punggung kiri dan kanan, tepat di bawah tulang rusuk bagian belakang. Masing-masing ginjal memiliki ukuran sebesar kepalan tangan orang dewasa dan berbentuk menyerupai kacang.
Fungsi utama ginjal adalah mengatur jumlah air dalam darah, menyaring zat limbah atau sisa metabolisme tubuh, menghasilkan hormon yang berfungsi untuk
mengendalikan tekanan darah dan produksi sel darah merah, serta mengatur pH atau tingkat keasaman darah.
2. Ureter
Ureter adalah bagian dari sistem urinaria yang berbentuk menyerupai saluran pipa atau tabung. Ureter berfungsi untuk mengalirkan urine dari masing-masing ginjal untuk ditampung di kandung kemih.
3. Kandung kemih
Organ yang berada di dalam perut bagian bawah ini bertugas menyimpan urine. Jika kandung kemih sudah terisi penuh oleh urine, akan timbul dorongan untuk buang air kecil. Kandung kemih orang dewasa mampung menampung urine hingga 300–500 ml.
4. Uretra
Uretra atau saluran kencing adalah saluran yang menghubungkan antara kandung kemih ke lubang saluran kemih pada ujung penis atau vagina.
Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm, sedangkan uretra pada wanita hanya sekitar 4 cm saja. Pada bagian antara kandung kemih dan uretra terdapat cincin otot atau sfingter yang bertugas menjaga urine agar tidak bocor.
29 Berbagai Penyakit pada Sistem Urinaria ,
Gangguan pada sistem urinaria dapat terdeteksi dari perubahan warna urine. Urine yang sehat dan normal umumya berwarna jernih, kekuningan, hingga kuning keemasan. Warna urine tersebut berasal dari zat yang disebut urokrom. Namun, konsumsi makanan dan obat tertentu terkadang juga dapat mengubah warna urine. Adanya masalah pada sistem urinaria atau saluran kemih tidak hanya ditandai dengan perubahan warna urine. Berikut ini adalah beberapa masalah atau penyakit yang dapat terjadi pada sistem urinaria:
1. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi di bagian mana pun dari sistem urinaria, mulai dari ginjal hingga saluran kemih. Wanita berisiko lebih besar terkena ISK dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan jarak antara lubang saluran kemih dan anus pada wanita lebih dekat.
2. Batu saluran kemih
Batu saluran kemih (urolithiasis) adalah kondisi ketika terbentuk batu di sistem urinaria, seperti batu ginjal, batu ureter, atau batu kandung kemih. Ukuran batu umumnya bervariasi. Semakin besar ukuran batu yang terbentuk, semakin besar pula risiko batu tersebut menyumbat aliran urine dan menimbulkan penyakit.
3. Inkontinensia urine
Inkontinensia urine adalah kondisi ketika fungsi otot atau saraf pada kandung dan saluran kemih mengalami gangguan, sehingga tidak dapat mengendalikan proses buang air kecil.
Penyakit ini bisa membuat Anda tiba-tiba mengompol, terlebih saat batuk atau bersin. Inkontinensia urine sering terjadi pada lansia, namun tidak menutup
kemungkinan orang yang lebih muda juga mengalaminya. 4. Uretritis
Uretritis
adalah peradangan pada uretra. Kondisi ini sering kali disebabkan oleh infeksi bakteri di saluran kemih. Uretritis dapat menyebabkan rasa nyeri dan dorongan untuk lebih sering buang air kecil.5. Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotik adalah kelainan ginjal yang menyebabkan kadar protein di dalam urine meningkat. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh kerusakan pada pembuluh darah kecil di ginjal yang berfungsi untuk menyaring limbah dan kelebihan air dari darah. Sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh berbagai hal, misalnya riwayat infeksi dan peradangan.
Sindrom nefrotik dapat menyebabkan gejala seperti urine berbusa, kelelahan, tidak nafsu makan, serta pembengkakan di kaki, wajah, dan berbagai bagian tubuh, seperti wajah dan sekitar mata.
30 6. Sindrom nefritik
Sindrom nefritik adalah pembengkakan atau peradangan pada ginjal. Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri panggul, buang air kecil lebih sering dan terasa nyeri, urine tampak keruh atau kemerahan, sakit pinggang atau perut, serta pembengkakan di wajah dan kaki. Jika tidak segera diobati, sindrom nefritik dapat menyebabkan gagal ginjal.
7. Gagal ginjal
Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu menyaring darah dan membuang cairan serta zat limbah tubuh.
Kerusakan ginjal yang menyebabkan gagal ginjal dapat disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari efek samping obat-obatan, cedera berat pada ginjal, dehidrasi, hingga penyakit tertentu, seperti hipertensi dan diabetes menahun yang tidak ditangani dengan baik. Ketika mengalami gagal ginjal, seseorang akan mengalami beberapa gejala seperti berkurangnya jumlah urine, tidak buang air kecil sama sekali selama berhari-hari, pembengkakan di kaki, sesak napas, lemas, hingga pucat.
Jika Anda mengalami masalah pada sistem urinaria, terlebih jika disertai keluhan seperti demam, nyeri pinggang atau punggung yang sangat berat, nyeri saat berkemih, dan terdapat darah atau nanah pada urine, segera konsultasikan ke dokter urologi untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Diagnosis dan penanganan yang tepat akan mencegah kerusakan sistem urinaria, sehingga kondisi tersebut dapat diobati dengan baik. Hal ini penting dilakukan guna mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut akibat kerusakan berat pada sistem urinaria berat.
31
SOP TINDAKAN IRIGASI KANDUNG KEMIH
Tujuan umum
Mahasiswa mampu irigasi kandung kemih dengan benar Tujuan khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu: 4. Menjelaskan tujuan irigasi kandung kemih
5. Menjelaskan tahapan prosedur irigasi kandung kemih 6. Menerapkan irigasi kandung kemih secara benar. Pengertian
Memberikan cairan dalam bledder untuk membersihkan bledder. Tujuan Irigasi kandung kemih
1. Membersihkan bledder Nama Mahasiswa :
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian 1 Kaji bledder 2 Kaji kesiapan klien 3 Kaji kesiapan perawat
4 Kaji kebutuhan klien terhadap prosedur
5 Diagnosa keperawatan yang sesuai: Nyeri akut
Gangguan rasa nyaman
32 6 Mencuci tangan
7 Mempersiapkan alat Larutan irigasi steril Selang irigasi dengan klem Pole IV Kapas antiseptic Wadah metric Konektro Y Selimut mandi k/p Sarung tangan Fase Orientasi
8 Memberi salam dan menyapa nama klien 9 Memperkenalkan diri
10 Melakukan kontrak
11 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan
12 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan Fase Kerja
13 Membaca basmalah 14 Menjaga privasi klien
15 Atur posisi klien agar nyaman dan tidak menghambat aliran selang
16 Kaji abdomen bawah terhadap tanda distensi kandung kemih 17 Menggunakan antiseptic, masukkan ujung selang irigasi dalam
kantong yang berisi larutan irigasi
18 Tutup klem pada selang dan gunting larutan pada pole IV 19 Buka klem dan biarkan larutan mengalir melalui selang
33 20 Usap por irigasi dari cateter berlumen tripel atau hubungkan
konektor Y ke kateter lumen ganda (pastikan terhubung kuat) 21 Untuk aliran intermiten, klem selang pada system drainase dan
buka klem pada system irigasi dan alirkan sejumleh cairan yang diharuskan masuk
22 Untuk irigasi kontinyu, hitung tetesan dan sesuaikan klem pada selang, pastikan selang pada drainase terbuka dan control volume cairan yang masuk
23 Buang alat yang terkontaminasi, lepas sarung tangan dan cuci tangan
24 Catat jumlah cairan yang digunakan sebagai irigasi, jumlah yang keluar dan konsistensi drainase
Terminasi
25 Membaca hamdalah 26 Mengevaluasi respon klien 27 Memberi reinforcement positif
28 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya
29 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca doa
Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien.
34 Evaluasi
30 Evaluasi perasaan klien
31 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 32 Evaluasi respon klien
33 Evaluasi diri perawat Dokumentasi
34 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan, catat pula data hasil pengkajian dan respons klien
Keterangan : Tidak = 0 Ya = 1 Evaluasi Diri/Penguji ... ... ... ... ... Pembimbing/Penguji (……….) Jumlah nilai yang didapat
Nilai Akhir = X 100 Jumlah keseluruhan poin yang dinilai
35
SOP TINDAKAN BLADDER TRAINING
Tujuan umum
Mahasiswa mampu melatih bladder training dengan benar Tujuan khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu: 7. Menjelaskan tujuan melatih bladder training
8. Menjelaskan tahapan prosedur melatih bladder training 9. Menerapkan melatih bladder training secara benar. Pengertian
Latihan yang dilakukan untuk mengembalikan tonus otot kandung kemih agar fungsinya kembali normal dengan cara menstimulasi atau menghambat penegluaran air kemih.
Tujuan Melatih bladder training
1. Melatih klien untuk melakukan BAK secara mandiri
2. Mempersiapkan pelepasan kateter yang sudah terpasang lama
3. Mengembalikan tonus otot dari kandung kemih yang sementara waktu tidak ada karena pemasangan kateter
Nama Mahasiswa :
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian
1 Kaji pesanan medis untuk prosedur 2 Kaji durasi pemasangan dower kateter
3 Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga mengenai prosedur yang akan dilakukan
4 Kaji kebutuhan klien terhadap prosedur
5 Diagnosa keperawatan yang sesuai: Inkontinensia urin
36 Fase pre interaksi
6 Mencuci tangan 7 Mempersiapkan alat
Klem
Sarung tangan bersih jika perlu Catatan keperawatan
Fase Orientasi
8 Memberi salam dan menyapa nama klien 9 Memperkenalkan diri
10 Melakukan kontrak
11 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan
12 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan Fase Kerja
13 Membaca basmalah 14 Menjaga privasi klien
15 Mengatur pencahayaan, penerangan, dan suasana lingkungan ruangan yang kondusif
Dengan Kateter : Prosedur 1 jam
16 Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 sampai dengan jam 19.00.
17 Setiap kali habis diberi minum, kateter diklem
18 Setiap 1 jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 08.00 sampai dengan jam 20.00 dengan cara klem kateter dibuka 19 Pantau kondisi urin setiap kali kandung kemih dikosongkan.
37 20 Pada malam hari setelah jam 20.00 klem kateter dibiarkan
terbuka dan klien boleh minum tanpa ketentuan yang berlaku 21 Prosedur diulang untuk hari berikutnya sampai program
tersebut berjalan lancar dan berhasil Dengan Kateter : Prosedur 2 jam
22 Klien diberi minum setiap 2 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 sampai dengan jam 19.00.
23 Setiap kali habis diberi minum, kateter diklem
24 Setiap 2 jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 09.00 sampai dengan jam 21.00 dengan cara klem kateter dibuka 25 Pantau kondisi urin setiap kali kandung kemih dikosongkan.
Catat produksi urin.
26 Pada malam hari setelah jam 21.00 klem kateter dibiarkan terbuka dan klien boleh minum tanpa ketentuan yang berlaku 27 Prosedur diulang untuk hari berikutnya sampai program
tersebut berjalan lancar dan berhasil Bebas Kateter
Prosedur dilaksanakan apabila prosedur 1 sudah berjalan lancer selama 3-7 hari 28 Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00
hingga jam 19.00, lalu kandung kemih dikosongkan 29 Melepas kateter
30 Atur posisi yang nyaman untuk klien.
Bantu klien untuk konsentrasi BAK kemudian lakukan penekanan pada area kandung kemih
31 Lakukan pengosongan kandung kemih setiap jam dengan menggunakan urinal
32
38 sampai jam 07.00 pagi untuk menghindarkan klien dari
basahnya urin pada malam hari
33 Memberitahu klien bahwa pengosongan kandung kemih selanjutnya dijadwalkan setiap 2 jam sekali. Bila ada rangsangan BAK sebelum 2 jam klien diharuskan menahannya
Terminasi
34 Merapikan klien dan memberikan posisi yang nyaman 35 Mengumpulkan dan membersihkan alat
36 Melepaskan sarung tangan 37 Membaca hamdalah 38 Mengevaluasi respon klien 39 Memberi reinforcement positif
40 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya
41 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca doa
Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien.
42 Mencuci tangan Evaluasi
39 untuk berkemih)
44 Keberhasilan prosedur Dokumentasi
45 Catat hari dan waktu pelaksanaan prosedur tindakan 46 Catat kondisi haluaran urin
47 Catat dan laporkan adanya temuan abnormal
Keterangan : Tidak = 0 Ya = 1 Evaluasi Diri/Penguji ... ... ... ... ... Pembimbing/Penguji (……….) Jumlah nilai yang didapat
Nilai Akhir = X 100 Jumlah keseluruhan poin yang dinilai
40 BAB III
PRAKTIKUM SISTEM SISTEM MUSKULOSKELETAL
Gangguan muskuloskeletal adalah kondisi terjadinya gangguan fungsi pada ligamen, otot, saraf, sendi dan tendon, serta tulang belakang. Sistem muskuloskeletal tubuh sendiri adalah struktur yang mendukung anggota badan, leher, dan punggung.
Faktor Risiko Gangguan Muskuloskeletal
Gangguan muskuloskeletal terjadi ketika kamu terlalu sering menggunakan atau menyalahgunakan sekelompok otot atau tulang untuk waktu yang lama tanpa istirahat. Risiko terjadinya gangguan muskuloskeletal dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
1. Paksaan: Menggunakan kekuatan untuk melakukan suatu kegiatan, seperti mengangkat, mendorong, menarik, ataupun membawa benda-benda berat.
2. Pengulangan: Melakukan tindakan sama berulang kali dengan otot atau sendi yang sama.
3. Postur: Membungkuk atau memutar tubuh kamu untuk waktu yang lama. 4. Getaran: Mengoperasikan mesin dan peralatan yang bergetar.
Penyebab Gangguan Muskuloskeletal
Penyebab nyeri muskuloskeletal bervariasi. Penyebab pasti dari nyeri dapat tergantung dari: 1. Usia: Lanjut usia cenderung mengalami nyeri muskuloskeletal dari sel-sel tubuh yang
rusak.
2. Pekerjaan: Beberapa pekerjaan membutuhkan tugas yang berulang atau menyebabkan sikap tubuh yang buruk, sehingga membuat kamu berisiko mengalami gangguan muskuloskeletal.
3. Tingkat aktivitas: Menggunakan otot terlalu berlebihan, maupun terlalu lama tidak aktif, seperti duduk sepanjang hari dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal. 4. Gaya hidup: Atlet lebih sering berisiko untuk gangguan muskuloskeletal.
Jaringan otot bisa rusak akibat kelelahan dengan kegiatan sehari-hari. Cedera atau trauma di suatu bagian yang disebabkan oleh gerakan tiba-tiba, kecelakaan mobil, dan jatuh juga dapat menyebabkan nyeri muskuloskeletal. Penyebab lain nyeri termasuk salahnya posisi tulang belakang dari postur tubuh yang buruk atau pendeknya otot dari kurangnya aktivitas. Gejala Gangguan Muskuloskeletal
Gejala akan bervariasi pada setiap orang, tetapi tanda-tanda dan gejala umum, termasuk: 1. Nyeri/ngilu.
2. Kelelahan. 3. Gangguan tidur.
4. Peradangan, pembengkakan, dan kemerahan. 5. Penurunan rentang gerak.
41 6. Hilangnya fungsi.
7. Kesemutan.
8. Mati rasa atau kekakuan.
9. Kelemahan otot atau kekuatan cengkeraman menurun. Diagnosis Gangguan Muskuloskeletal
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan riwayat medis secara menyeluruh untuk mengetahui penyebab pasti dari rasa sakit. Kemudian, dokter mungkin menguji otot dan sendi untuk mengetahui:
1. Kelemahan atau degenerasi
2. Setiap kedutan yang dapat menunjukkan kerusakan saraf 3. Pembengkakan atau kemerahan
Maka dokter mungkin melakukan tes pencitraan untuk mengonfirmasi diagnosis jika terdapat gangguan tertentu. Lalu, melakukan rontgen untuk melihat tulang atau tes darah mengetahui penyakit rematik.
Pengobatan Gangguan Muskuloskeletal
Untuk nyeri ringan atau sesekali, kamu bisa mendapatkan obat pereda nyeri yang dijual bebas. Sementara untuk sakit yang lebih parah, kamu mungkin perlu penghilang rasa sakit yang lebih kuat yang akan memerlukan resep dari dokter. Untuk nyeri yang berhubungan dengan pekerjaan, maka terapi fisik dapat membantu kamu menghindari kerusakan lebih lanjut dan mengontrol rasa sakit. Terapi manual atau mobilisasi dapat digunakan untuk mengobati masalah dengan keselarasan tulang belakang.
Pengobatan lain mungkin termasuk: 1. teknik relaksasi
2. terapi pijat
3. suntikan dengan obat anestesi atau anti-inflamasi 4. penguatan otot dan latihan peregangan
Jika tidak ditangani dengan baik, komplikasi, atau efek gangguan muskuloskeletal bisa menyebabkan nyeri yang berkepanjangan.
Pencegahan Gangguan Muskuloskeletal
Berikut ini beberapa tips yang dapat membantu mencegah:
1. Letakkan benda yang sering digunakan dekat dengan kamu dan mudah diraih untuk menghindari peregangan berlebih pada lengan.
2. Gunakan mesin pembantu sebisa mungkin, seperti menggunakan troli dan bukan menjinjing tas belanja jika memang belanjaan kamu banyak atau menggunakan alat-alat listrik bukan alat-alat-alat-alat tangan.
3. Jika kamu perlu duduk untuk waktu yang lama, sebaiknya gunakan kursi yang empuk.
42 4. Mengatur meja kerja kamu secara efektif, seperti menempatkan pulpen dan telepon
di sebelah kiri atau kanan tergantung dari posisi tangan.
5. Pertimbangkan menggunakan headset untuk ponsel jika kamu sering membuat panggilan telepon.
6. Batasi mengangkat beban yang berat.
7. Menggunakan desain alat yang berbeda yang menurunkan kekuatan dan mudah digenggam.
8. Beristirahat singkat saat melakukan kegiatan yang berulang atau dalam jangka panjang.
43
SOP TINDAKAN RANGE OF MOTION (ROM)
Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan range of motion (ROM) dengan benar Tujuan khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu: 10. Menjelaskan tujuan range of motion (ROM)
11. Menjelaskan tahapan prosedur range of motion (ROM) 12. Menerapkan range of motion (ROM) secara benar. Pengertian
Latihan otot atau persendian yang diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, disabilitas, atau trauma, di mana klien menggerakkan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif maupun pasif
Tujuan Range of motion (ROM)
1. Untuk mempertahankan mobilisasi sendi dan kekuatan pada otot 2. Mencegah terjadinya kontraktur
Nama Mahasiswa :
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian
1 Kaji kemampuan mobilisasi klien 2 Kaji adanya pembatasan aktivitas
3 Kaji adanya nyeri pada daerah persendian
4 Diagnosa keperawatan yang sesuai:
Fase pre interaksi 5 Mencuci tangan Fase Orientasi
44 7 Memperkenalkan diri
8 Melakukan kontrak
9 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan
10 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan 11 Mendekatkan alat-alat
Fase Kerja
12 Menjaga privasi klien 13 Membaca “basmalah”
14 Mengatur ketinggian tempat tidur
15 Membantu klien dalam posisi tidur terlentang
16 Melatih pergerakan otot dan persendian dimulai dari kepala dan leher
a. Fleksi dan ekstensi
Letakkan salah satu telapak di bawah kepala klien dan telapak tangan lainnya di bawah dagu
Tekuk kepala ke depan hingga dagu menempel di dada, kemudian kembali ke posisi tegak
b. Fleksi lateral
Letakkan kedua tangan pada pipi kanan dan kiri klien Tekuk kepala ke arah samping (ke arah bahu) kanan dan
kiri bergantian
17 Melatih pergerakan otot dan persendian pada daerah bahu a. Rotasi lateral
Letakkan kedua telapak tangan pada pipi kanan dan kiri klien
Palingkan muka ke arah samping kanan dan kiri bergantian b. Fleksi ekstensi
Pegang tangan klien di bawah siku dengan satu tangan, sementara tangan lain memegang pergelangan tangan Angkat tangan ke atas hingga mencapai bagian kepala
tempat tidur, kembalikan ke posisi semula c. Abduksi
Angkat tangan klien ke samping hingga mencapai kepala bagian tempat tidur
d. Adduksi anterior dan posterior
Gerakkan tangan klien melewati tubuh hingga mencapai tangan klien yang lain, kembalikan ke posisi semula
e. Rotasi internal dan eksternal bahu
Gerakkan tangan ke samping setinggi bahu hingga membentuk sudut 900 dengan tubuh. Tekuk sendi siku sehingga jari-jari menghadap ke atas
45 menyentuh tempat tidur. Naikkan tangan hingga
punggung telapak tangan menyentuh tempat tidur 18 Melatih pergerakan otot dan persendian pada daerah siku
a. Fleksi eksternal
Tekuk siku hingga jari-jari menyentuh dagu dan kemudian luruskan
b. Supinasi-pronasi
Putar lengan bawah ke arah luar sehingga telapak tangan menghadap ke atas
Putar lengan bawah ke arah sebaliknya sehingga telapak tangan menghadap ke bawah
19 Melatih pergerakan otot dan persendian pada daerah pergelangan tangan
Untuk memberikan latihan pada pergelangan tangan, tekuk tangan klien pada siku. Pegang pergelangan tangan klien dengan satu tangan dan tangan lainnya digunakan untuk memberikan latihan
a. Fleksi-ekstensi
Tekuk telapak tangan ke arah bagian dalam lengan bawah dan kemudian luruskan telapak tangan sehingga sebidang dengan lengan bawah
b. Abduksi/fleksi radial/deviasi radial
Bengkokkan telapak tangan ke samping ke arah ibu jari dan luruskan kembali
c. Adduksi/fleksi/deviasi ulnar
Bengkokkan telapak tangan ke samping ke arah kelingking dan luruskan kembali
d. Sirkumduksi
Putar telapak tangan dengan pergelangan tangan sebagai poros
20 Melatih pergerakan otot dan persendian pada daerah jari-jari tangan dan ibu jari
Cara memegang tangan klien sama dengan pada saat menggerakkan pergelangan tangan
a. Fleksi-ekstensi
Kepalkan jari-jari tangan klien dna kemudian luruskan kembali
b. Hiperekstensi
Bengkokkan jari-jari ke belakang sejauh mungkin c. Abduksi-adduksi
Kembangkan jari-jari tangan dan kemudian rapatkan kembali
d. Oposisi
Sentuhkan ujung ibu jari dengan jari-jari lainnya secara bergantian
e. Sirkumduksi
46 f. Abduksi-adduksi
Rentangkan ibu jari ke samping. Dekatkan kembali dengan jari lain
21 Melatih pergerakan otot dan persendian pada panggul
Latihan pasif panggul dan lutut dapat dilakukan bersamaan. Untuk memberikan latihan pada panggul dan lutut, letakkan satu tangan di bawah lutut klien dna tangan lainnya di bawah tumit a. Fleksi-ekstensi
Angkat kaki dan tekuk lutut
Gerakkan lutut ke arah dada sejauh mungkin
Turunkan kaki, luruskan, dan kembalikan ke posisi semula b. Abduksi-adduksi
Gerakkan kaki ke samping menjauhi sumbu tubuh dan ke arah sebaliknya hingga menyilang kaki lainnya di depan c. Rotasi internal
Putar kaki ke arah dalam d. Rotasi eksternal
Putar kaki ke arah samping tubuh
22 Melatih pergerakan otot dan persendian pada lutut a. Fleksi-ekstensi
Dilakukan bersamaan dengan fleksi-ekstensi panggul 23 Melatih pergerakan otot dan persendian pada pergelangan kaki
Tempatkan satu tangan di bawah tumit dan tangan lainnya di bagian atas telapak kaki
a. Dorso fleksi
Dorong telapak kaki ke arah kaki dan kembalikan ke posisi semula
b. Plantar fleksi
Dorong telapak kaki ke arah bawah dan kembalikan ke posisi semula
c. Eversi
Putar telapak kaki ke arah luar d. Inversi
Putar telapak kaki ke arah dalam e. Sirkumduksi
Putar telapak kaki dengan poros pada sendi tumit 24 Melatih pergerakan otot dan persendian pada jari-jari kaki
a. Fleksi-ekstensi
Letakkan jari-jair tangan perawat di bawah jari-jari klien Dorong jari-jari ke arah atas dan kemudian ke arah bawah b. Abduksi-adduksi
Lebarkan jari-jari kaki bersama-sama Dekatkan jari kaki bersama-sama Fase Terminasi
47 26 Mengumpulkan dan membersihkan alat
27 Melepaskan sarung tangan & mencuci tangan 28 Membaca hamdalah
29 Mengevaluasi respon klien 30 Memberi reinforcement positif
31 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya
32 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca doa
Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien.
33 Mencuci tangan Evaluasi
34 Kenyamanan klien selama latihan 35 Kemampuan rentang pergerakan klien 36 Kekuatan otot klien
37 Temuan-temuan mengenai kondisi persendian Dokumentasi
38 Catat sendi yang dilatih, adanya edema, nyeri yang timbul saat latihan, adanya batasan ROM, dan toleransi klien terhadap latihan
Keterangan :
Tidak = 0 Ya = 1
Evaluasi Diri/Penguji
Jumlah nilai yang didapat
Nilai Akhir = X 100 Jumlah keseluruhan poin yang dinilai
48 ... ... ... ... ... Pembimbing/Penguji (……….)
49 BAB IV
PRAKTIKUM SISTEM PERSARAFAN
Sistem saraf manusia memiliki peran yang penting, khususnya dalam pengaturan dan pengendalian seluruh aktifitas tubuh setiap saat.
Sistem saraf berperan dalam penghantaran impuls (rangsangan) ke susunan saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang), pemprosesan impuls, dan perintah untuk memberikan tanggapan rangsangan kepada otot dan kelenjar.
Sebagai sebuah sistem, maka unsur-unsur pendukung mekanisme kerja saraf harus dapat berfungsi dengan baik.
Apabila salah satu komponen dalam sistem saraf terganggu, maka akan menghambat mekanisme kerja dalam sistem saraf tersebut.
Terdapat banyak faktor yang menyebabkan kerusakan dari sistem saraf manusia. Faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri manusia itu sendiri maupun dari luar.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan rusak atau berkurangnya kerja sistem saraf manusia sebagai berikut.
1. Luka, sehingga sistem saraf menjadi rusak 2. Serangan virus dan bakteri pada otak 3. Kerusakan genetikal (akibat faktor genetis) 4. Penggunaan obat-obatan
5. Benturan dengan benda keras
6. Kelainan dan penyakit pada sistem saraf.
Berikut ini macam-macam gangguan dan penyakit pada sistem saraf manusia. 1. Stroke
Stroke adalah penyakit pada otak akibat dari tersumbat atau pecahnya pembuluh darah pada otak.
Penyempitan pembuluh darah adalah penyebab dari terjadinya penyakit ini. Penderita stroke memiliki wajah yang asimetri.
2. Hilang Ingatan (Amnesia)
Para penderita amnesia, akan mengalami kesulitan mengingat dan kebingungan. Penyakit ini dapat bersifat sementara sehingga ingatannya menjadi pulih, atau dapat juga permanen.
Kondisi penderita amnesia tergantung dari parah atau tidaknya trauma otak. Trauma pada otak ini biasanya disebabkan oleh benturan atau kecelakaan.
50 Epilesi atau ayan adalah gangguan pada sistem saraf sehingga menyebabkan kejang (kontaksi keras pada otot tubuh).
Kejang pada penderita epilepsi disebabkan aktivitas listrik yang tidak normal pada otak. Kejang ini akan disertai dengan busa dan dapat terjadi secara mendadak serta berulang-ulang. Banyak penyebab dari epilepsi, diantaranya infeksi, cedera otak, dan juga tumor otak.
4. Neuritis
Neuritis adalah kelainan pada sistem saraf karena adanya tekanan, pukulan, keracunan, patah tulang serta kekurangan vitamin B komplek (B1, B6, B12).
Penderita neuritis akan lebih sering mengalami kesemutan pada sekujur tubuhnyam terutama tangan dan kaki.
5. Parkinson
Parkinson merupakan penyakit pada sistem saraf yang disebabkan karena kekurangan neurotransmiter dopamine pada dasar ganglion.
Ciri-ciri dari penderita Parkinson yang tampak jelas, antara lain tangan gemetaran waktu istirahat, susah bergerak, mata sulit berkedip, otot terasa kaku. Kondisi yang demikian menyebabkan kaki menjadi kaku saat bergerak dan berjalan.
6. Meningitis
Meningitis atau dikenal dengan radang selaput otak merupakan infeksi pada selaput yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang.
Gejala umum dari meningitis, antara lain badan demam, sakit kepala yang berlebihan, leher terasa kaku dan adanya ruam-ruam pada kulit.
Meningitis dapat disebabkan oleh serangan virus atau bakteri. Meningitis akibat serangan bakteri akan jauh lebih serius, karena dapat menyebabkan kerusakan otak bahkan kematian.
7. Hidrosefalus
Hidrosefalus merupakan penyakit pada otak yang terjadi akibat penumpukan cairan di dalam otak, sehingga menyebabkan pembengkakan di dalam otak dan kepala tampak semakin membesar.
Penumpukan ini menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak, sehingga akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pada pusat-pusat saraf vital.
8. Migrain
Migrain adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan rasa nyeri kepala berdenyut yang disertai mual dan muntah.
Gangguan ini dapat terjadi akibat adanya aktivitas berlebih impuls listrik otak yang meningkatkan aliran darah di otak.
51 Aktivitas tersebut mengakibatkan terjadinya pelebaran pembuluh darah otak dan juga peradangan.
12. Radang Otak
Radang otak merupakan peradangan akut pada otak yang disebabkan oleh infeksi virus. Gejala radang otak, antara lain demam yang tinggi, sakit kepala, merasa ngantuk, dan sering bingung.
Respon sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus ini justru dapat menyebabkan pembengkakan di otak.
Akibatnya, semakin lama tidak ada ruang untuk berkembang dan otak akan mendorong tengkorak kepala, sehingg otak terluka dan meradang.
13. Tumor Otak
Tumor pada otak dapat disebabkan oleh pertumbuhan tak terkendali pada sel-sel di dalam jaringan otak. Terdapat dua jenis tumor pada otak.
Tumor yang tumbuh langsung di otak disebut tumor otak primer, sedangkan tumor yang tumbuh di bagian lain dari tubuh dan menyebar hingga ke otak dinamakan tumor otak sekunder (metastatik).
14. Polio
Polio terjadi karena adanya infeksi virus polio pada bagian sumsum tulang belakang. Penyakit ini lebih sering menyerang pada anak-anak.
Penderita folio dapat mengalami demam, kelumpuhan, dan sakit kepala yang berakhir pada hilangnya refleks. Polio dapat dicegah dengan imunisasi polio.
15. Alzheimer
Alzhaimer atau kepikunan disebabkan oleh perubahan abnormal di otak, sehingga fungsi otak sebagaian besar hilang.
Penderita
Alzheimer
akan mengalami kepikunan, kebingungam, perubahan suasana hati dengan cepat, dan hilangnya kontrol terhadap kemampuan fisik dan mental.52
SOP TINDAKAN PEMERIKSAAN GLACGOW COMA SCALE (GCS)
Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan GCS dengan benar Tujuan khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu: 13. Menjelaskan tujuan pemeriksaan GCS
14. Menjelaskan tahapan prosedur pemeriksaan GCS 15. Menerapkan pemeriksaan GCS secara benar. Pengertian
Pemeriksaan secara teliti terhadap pemeriksaan kesadaran dengan GCS Tujuan Pemeriksaan GCS
1. Menilai tingkat kesadaran klien secara kuantitatif Nama Mahasiswa :
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian
1 Kaji kesiapan klien dan perawat
2 Diagnosa keperawatan yang sesuai:
Fase pre interaksi 3 Mencuci tangan 4 Mempersiapkan alat
Form penilaian GCS Fase Orientasi
5 Memberi salam dan panggil nama klien 6 Memperkenalkan diri
53 8 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan
9 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan 10 Mendekatkan alat-alat
Fase Kerja
11 Membaca basmalah 12 Memasang tirai/penutup Mata
13 Perhatikan apakah klien membuka mata secara spontan. Jika ya, lanjutkan untuk pemeriksaan verbal klien. Jika tidak lanjutkan untuk pertanyaan no.2
14 Minta klien untuk membuka mata (Pak/Bu, coba matanya dibuka), jika klien menurut beri nilai 3, jika tidak lanjutkan untuk perintah ke 3
15 Tekan kuku jari atau periorbiotal, jika ada reaksi beri angka 2, jika tidak ada reaksi beri nilai 1
Verbal
16 Panggil nama klien dan tanyakan dia berada di mana, tanyakan tentang waktu dan orang di sekitarnya. Bila klien menjawab dengan jelas dan benar, lanjutkan untuk pemeriksaan motorik. Jika tidak, lanjutkan untuk pertanyaan selanjutnya
17 Jika klien mampu menjawab namun jawaban tidak tepat (confuse), maka beri nilai 4
18 Jika klien mampu menjawab sebuah pertanyaan namun tidak berupa kalimat yang jelas dan hanya sekedar kata (Misalkan: Bapak berada di mana sekarang ? Yah..sini), maka beri nilai 3
19 Jika klien hanya mampu mengerang ketika dipanggil namanya, beri nilai 2, namun jika tidak bereaksi, maka beri nilai 1
Note : Jika klien mengalami afasia, maka V ditulis afasia Motorik
20 Minta klien untuk mangangkat tangan atau organ tubuh lainnya (Pak coba angkat tangan), jika klien mampu mengikuti perintah, nilai 6, jika klien tidak mampu mengikuti perintah, lanjutkan untuk instruksi selanjutnya
21 Lakukan tekanan/beri rangsang nyeri pada daerah supraorbita atau menekan kuat pada kuku, klien mampu menepisnya atau menarik tangannya, beri nilai 5
54 22 Jika ada respon menghindar dengan teknik tersebut, beri nilai 4,
namun jika tidak ada reaksi tersebut, lakukan instruksi selanjutnya 23 Berikan penekanan dengan menggunakan pensil atau benda tajam
lain pada daerah siku, jika klien menarik tangan ke arah axis tubuh (flexi/decortikasi), beri nilai 3
24 Bila respon berupa deserebrasi (siku ekstensi dan pergelangan tangan fleksi) beri nilai 2
Jika tidak ada respon sama sekali beri nilai 1
Note : Jika klien mengalami pareses/paralysis, beri keterangan M parese Fase Terminasi
25 Membaca hamdalah 26 Merapikan klien
27 Mengevaluasi respon klien 28 Memberi reinforcement positif
29 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya
30 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca doa
Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien. 31 Mencuci tangan
Evaluasi
32 Evaluasi penilaian terhadap pemeriksaan GCS 33 Evaluasi respon klien
Dokumentasi
34 Catat tanggal/waktu pemeriksaan tingkat kesadaran, catat keluhan dan kelainan yang ditemukan selama pemeriksaan serta respon klien pada status/catatan perkembangan klien
55 Keterangan : Tidak = 0 Ya = 1 Evaluasi Diri/Penguji ... ... ... ... ... Pembimbing/Penguji (……….) Jumlah nilai yang didapat
Nilai Akhir = X 100 Jumlah keseluruhan poin yang dinilai