• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penatalaksanaan Kegawatdaruratan pada Apendisitis Akut

N/A
N/A
Indah Cahyaningsih

Academic year: 2024

Membagikan "Penatalaksanaan Kegawatdaruratan pada Apendisitis Akut"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

KEGAWATDARURATAN PADA SISTEM PENCERNAAN:

APENDISITIS AKUT

FG 1

Anna Yulia Damayanti 2206102223

Erna Yuliana 2206102381

Indah Cahyaningsih 2206102444 Lina Sulistyawati 2206102500

Nadya Pornada 2206102583

Patmawati Laelasari 2206102646

Rini Nuraeni Mulyaningrum 2206102690

(2)

OUTLINE

1. Mekanisme dan Tanda Gejala Apendisitis Akut 2. Triase dan Justifikasi

3. Kegawatdaruratan Pada Kasus

4. Algoritma Penanganan Kegawatdaruratan Apendisitis Akut 5. Pengkajian Primer & Sekunder pada Kasus

6. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Apendisitis Akut

(3)

Seorang perempuan berusia 25 tahun diantar ke IGD dengan keluhan nyeri pada perut sejak 3 hari yang lalu disertai dengan demam dan menggigil. Nyeri bertambah berat jika pasien bergerak. Pasien tidak mengeluhkan adanya perubahan kebiasaan BAB dan BAK. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: skor nyeri 7/10; frekuensi napas 22 x/menit; frekuensi nadi 110x/menit; TD 125/85 mmHg; suhu 38,4

o

C; kulit tidak tampak ikterik; bunyi jantung normal. Pada abdomen tampak distensi ringan; terasa nyeri di kedua kuadran bawah kanan dan kiri; serta ditemukan adanya defans involunter dan nyeri tekan lepas lokal pada kuadran kanan bawah. Hasil colok dubur tidak menunjukkan adanya massa atau nyeri tekan. Pemeriksaan Psoas sign (+) dan Obturator sign (+).

KASUS 3A

KEGAWATDARURATAN PENCERNAAN

(4)

MEKANISME &

TANDA GEJALA APENDISITIS AKUT

1

(5)

Pengertian

Apendisitis akut merupakan peradangan pada apendiks vermiformis, suatu tonjolan kecil seperti jari yang menempel pada sekum tepat di bawah katup ileocecal,

yang terjadi secara akut (Tscheschlog & Jauch, 2015).

Jika tidak diobati, peradangan akan berkembang sehingga apendiks pada akhirnya tidak dapat hidup dan menjadi gangren → Paling buruknya dapat menyebabkan pecahnya ruang peritoneum (perforasi)

(Curtis & Ramsden, 2016).

(6)

Apendisitis: Patogenesis & Temuan Kinis

(7)

TRIASE & JUSTIFIKASI

2

(8)

TRIASE Menurut ESI (Emergency Severity Index)

Tahapan Hasil

Langkah 1: Cek parameter kegawatdaruratan ABCD

● Identifikasi apakah pasien mengalami kondisi yang mengancam nyawa dan memerlukan tindakan penyelamatan segera.

Jika terdapat masalah pada A/B/C/D –> Level 1

Jika tidak ada masalah pada A/B/C/D maka lanjut ke langkah 2

● Airway:Tidak ditemukan adanya sumbatan jalan napas.

● Breathing:RR = 22x/menit.

● Circulation:Tekanan darah 125/85 mmhg;

HR=110x/menit; Suhu =38,4oC.

● Disability:Nyeri bertambah berat jika bergerak, Kesadaran compos mentis.

Langkah 2: Kaji faktor resiko sakit atau cedera berat

● Identifikasi adanya faktor risiko sakit atau cedera berat pada pasien, yang meliputi mekanisme cedera, komorbid, alasan atau keluhan utama datang ke IGD, dan lainnya.

Jika terdapat salah satu saja dari empat faktor risiko –> Level 2.

Jika tidak terdapat faktor risiko lanjut ke langkah 3.

Nyeri perut kuadran kanan dan kiri bawah sejak 3 hari yang lalu, skala nyeri 7/10 (berat), nyeri bertambah berat jika bergerak.

Langkah 3: Prediksi tenaga kesehatan yang dibutuhkan

(9)

Berdasarkan Triase ESI, klien berada pada:

LEVEL 2 → Berisiko tinggi; Nyeri berat

(10)

KEGAWATDARURATAN PADA KASUS

3

(11)

Kegawatdaruratan Yang Ditemukan Pada Kasus:

1) Nyeri pada Perut → Pasien mengeluh nyeri pada perut yang bertambah berat saat bergerak. Nyeri ini merupakan salah satu gejala khas apendisitis akut, terutama nyeri di daerah kuadran kanan bawah abdomen.

2) Demam dan Menggigil → Pasien mengalami demam dengan suhu 38,4°C, yang bisa menunjukkan adanya proses inflamasi atau infeksi, seperti apendisitis akut.

3) Tanda-tanda Vital → Terdapat peningkatan frekuensi nadi (110x/menit) dan frekuensi napas (22x/menit), yang bisa mengindikasikan adanya respons sistemik terhadap infeksi atau inflamasi.

4) Tanda-tanda Fisik pada Abdomen:

● Distensi Abdomen Ringan → Adanya distensi ringan pada abdomen bisa

mengindikasikan adanya peradangan atau infeksi di dalam perut.

(12)

Kegawatdaruratan Yang Ditemukan Pada Kasus:

(lanjutan..)

● Nyeri pada Kedua Kuadran Bawah → Nyeri yang terlokalisasi di kedua kuadran bawah abdomen, terutama pada kuadran kanan bawah, merupakan tanda khas dari apendisitis akut.

● Defans Involunter → Adanya defans involunter pada palpasi abdomen menunjukkan adanya peradangan atau iritasi pada peritoneum.

5) Tanda-tanda Khas Apendisitis:

● Psoas Sign (+) → Terdapat nyeri saat pasien melakukan gerakan peregangan otot psoas, yang biasanya terjadi saat pasien berbaring miring ke sisi kiri dan mengangkat kaki kanan.

● Obturator Sign (+) → Terdapat nyeri saat pasien melakukan rotasi dan fleksi pada

panggul, menunjukkan iritasi pada otot obturator internus.

(13)

https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2018/0701/p25.html

(14)

ALGORITMA PENANGANAN

KEGAWATDARURATAN

4

(15)

Algoritma Penanganan Kegawatdaruratan Apendisitis

(16)

https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2018/0701/p25.html

(17)

PENGKAJIAN PRIMER

& SEKUNDER

5

(18)

Pengkajian Primer

Airway

Data kasus → Tidak ada sumbatan jalan nafas.

Data lain yang dapat muncul → Bila sudah terjadi sumbatan jalan napas dapat terjadi gurgling, wheezing, stridor.

Breathing

Data kasus → RR 22x/menit.

Data lain yang dapat muncul → Retractive respirations, takipnea, pernapasan dangkal.

Circulation

Data kasus → Frekuensi nadi 110x/menit, Tekanan darah 125/85 mmHg.

Data lain yang dapat muncul → CRT>2 detik; Akral dingin; Tampak pucat.

Disability

Data kasus: Nyeri bertambah berat jika pasien bergerak.

Data lain yang dapat muncul → Gelisah.

Exposure and Environmental Control

Deformitas: TAK.

Open wound: TAK.

Tenderness:

Data kasus → Nyeri tekan lepas lokal pada kuadran kanan bawah dan defans involunter.

Data lain yang dapat muncul → Perut kaku seperti papan, kram perut yang semakin parah dan berulang (nyeri tekan yang muncul kembali di sisi perut yang berlawanan menunjukkan adanya peradangan peritoneum).

(19)

Pengkajian Primer

Exposure and Environmental control

(lanjutan)

Nyeri tekan maksimal pada titik McBurney (sepertiga antara iliaka superior anterior spine dan umbilikus) dengan nyeri rebound/perkusi di kuadran kanan bawah. Tanda-tanda lain yang dapat dikenali antara lain:

Psoas stretch sign, yaitu ekstensi paha kanan mengarah ke psoas yang iritasi dan nyeri di perut (data kasus).

Obturator sign, yaitu nyeri perut pada rotasi internal paha kanan (data kasus).

Data lain yang dapat muncul: (Curtis & Ramsden, 2016)

Rovsing sign, yaitu nyeri pada RLQ saat palpasi LLQ → Sensitivitas 7-68%;

Spesifisitas 58-96%.

Heel-drop Sign, yaitu nyeri pada RLQ ketika membenturkan tumit ke lantai dalam posisi berdiri atau berjinjit, atau dengan membenturkan tumit kanan pasien ke telapak tangan pemeriksa → Sensitivitas 74-93%.

McBurney’s Sign, yaitu nyeri tekan terletak 2/3 jaraknya dari spina iliaka anterior sampai umbilikus sebelah kanan → Sensitivitas 50-94%; Spesifisitas 75-86%.

Dunphy Sign, yaitu peningkatan nyeri saat batuk.

Swelling: distensi ringan pada abdomen (data kasus).

(20)

Pengkajian Sekunder

Full Set of Vital Frekuensi napas 22x/menit, frekuensi nadi 110x/menit, TD 125/85 mmHg, suhu 38,4oC.

Give Comfort Measures

Data kasus → Nyeri pada perut sejak 3 hari yang lalu disertai dengan demam dan menggigil. Nyeri bertambah berat jika pasien bergerak, terasa nyeri di kedua kuadran bawah kanan dan kiri, skala nyeri 7/10 (berat).

Data lain yang mungkin muncul → Berhentinya nyeri perut secara tiba-tiba (menunjukkan perforasi atau infark apendiks). Nyeri perut mungkin awalnya menyebar atau di lokasi periumbilikal; kemudian rasa sakitnya dapat menjadi hebat dan terlokalisasi di kuadran kanan bawah. Nyeri klasik yang berhubungan dengan radang apendiks terletak tepat di dalam krista iliaka kanan pada point McBurney. Pasien dewasa yang lebih tua sering kali tidak demam dan tidak menunjukkan nyeri klasik ini. Posisi nyaman bagi sebagian besar pasien adalah terlentang dengan pinggul dan lutut tertekuk.

History Sign/symptom: Nyeri pada perut sejak 3 hari yang lalu disertai dengan demam dan menggigil. Nyeri bertambah berat jika pasien bergerak, terasa nyeri di kedua kuadran bawah kanan dan kiri, serta ditemukan adanya defans involunter dan nyeri tekan lepas lokal pada kuadran kanan bawah.

Alergi: Tidak ada data riwayat alergi di kasus.

Medication: Apendisitis mungkin disebabkan oleh konsumsi barium (data lain yang mungkin muncul).

(21)

Pengkajian Sekunder

History (lanjutan)

Past Medical: Tidak ada riwayat.

Last Meal: Tidak ada riwayat.

Event prior to illness: Nyeri pada perut sejak 3 hari yang lalu disertai dengan demam dan menggigil.

Head to Toe Assessment Head, Face, &

Neck

TAK.

Chest

Pemeriksaan jantung: dalam batas normal (Data kasus).

Abdomen

Data kasus: Pada abdomen tampak distensi ringan, terasa nyeri di kedua kuadran bawah kanan dan kiri, serta ditemukan adanya defans involunter dan nyeri tekan lepas lokal pada kuadran kanan bawah. Hasil colok dubur tidak menunjukan adanya massa atau nyeri tekan. Pemeriksaan Psoas Sign (+) dan Obturator Sign (+).
(22)

Pengkajian Sekunder

Abdomen (lanjutan)

Data yang mungkin muncul → Konstipasi atau diare sebagai akibat dari radang panggul atau retrocaecal apendiks, bising usus menurun atau tidak ada, anorexia, nausea dan vomiting.

Pelvis/

Perineum

Data kasus → TAK.

Data yang mungkin muncul → Radang panggul atau retrocaecal apendiks.

Ekstremitas Data kasus: Nyeri bertambah berat jika pasien bergerak.

Permukaan Posterior

TAK.

(23)

Pemeriksaan Penunjang

Blood Test:

Tes darah termasuk jumlah sel darah putih serum dan protein C-reaktif (CRP)

dapat membantu

diagnosis klinis.

Data yang mungkin muncul:

Jumlah sel darah putih (WBC) dengan peningkatan sel imatur. Kadar CRP yang lebih besar dari 1 mg/dl umumnya dilaporkan pada pasien dengan apendisitis. Kadar CRP yang tinggi (lebih besar dari 5 mg/dL) telah terbukti menjadi indikator nekrotik apendisitis yang signifikan dan indikasi perlunya intervensi bedah (Yokoyama et al, 2009).

Jumlah sel darah putih

(WBC) dan DPL Peningkatan jumlah sel darah putih (WBC) lebih dari 10.000 sel/mm3 dengan peningkatan neutrofil. Jumlah neutrofil sering meningkat hingga lebih dari 75%.

Meskipun leukositosis sering terjadi, 30% pasien mungkin akan memperlihatkan WBC normal.

Urine Urinalisis harus dilakukan dan hasilnya mungkin positif darah dan protein jika apendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter. Penting juga untuk dilakukan tes urin HCG (𝛃-hCG) untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik pada wanita usia subur.

(24)

Pemeriksaan Penunjang

Rontgen, USG, dan CT scan

● USG abdomen dan panggul dapat membantu mendiagnosa apendisitis yang tidak perforasi.

Helical CT dari abdomen dan pelvis dengan intravena kontras (tidak melalui mulut atau dubur) direkomendasikan untuk pemeriksaan pasien terduga apendisitis.

Semua pasien wanita yang menjalani pencitraan diagnostik dan berpotensi punya anak, harus terlebih dahulu diperiksakan uji kehamilan sebelum pencitraan dan apabila hamil trimester pertama dilakukan USG atau resonansi magnetik (bukan pencitraan).

USG dapat berguna untuk menilai patologi ginekologi sebagai diagnosis banding pada wanita. Jika pencitraan tidak menunjukkan kelainan patologi, dapat dilakukan laparoskopi atau CT scan.

USG kadang menunjukkan pembesaran apendiks atau koleksi cairan periapendiks.

Pemindaian tomografi komputer (CT scan) dianggap lebih akurat dalam diagnosis apendisitis akut. Lakukan CT scan perut atau "CT scan apendiks".

(25)

Pemeriksaan Penunjang

Rontgen, USG, dan CT scan (lanjutan)

● Pemindaian USG pada perut dan panggul bersifat non-invasif tetapi sangat bergantung pada operator. CT scan abdomen dan panggul adalah yang paling sensitif, terutama pada pasien lansia dimana ada kemungkinan penyakit tumor sekum yang mendasarinya sehingga menyebabkan obstruksi lumen apendiks.

USG → Diameter antero-posterior apendiks >7 mm; Penebalan dinding; Adanya apendicolith.

(26)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA APENDISITIS AKUT

6

(27)

Nyeri Akut

DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN

Data Subjektif

P: Pasien mengatakan nyeri pada perut dan nyeri bertambah berat jika pasien bergerak.

Q: Pasien mengatakan nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk.

R: Pasien mengatakan nyeri pada kedua kuadran bawah kanan dan kiri.

S: Pasien mengatakan skala nyeri 7/10.

● T: Pasien mengatakan nyeri sejak 3 hari yang lalu dan muncul terus menerus.

Agen pencedera fisiologis (inflamasi) pada daerah apendiks

Nyeri akut

(28)

Nyeri Akut

DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN

Data Objektif:

Pasien tampak meringis kesakitan.

Pasien tampak gelisah.

Pasien tampak memegangi area perut yang nyeri.

Abdomen tampak distensi ringan.

Adanya defans involunter nyeri tekan lepas lokal pada kuadran kanan bawah.

Pemeriksaan Psoas sign (+).

● Pemeriksaan Obturator sign (+).

TD: 125/85 mmHg.

Nadi: 110x/menit.

Agen pencedera fisiologis (inflamasi) pada daerah apendiks

Nyeri akut

(29)

Nyeri Akut

DIAGNOSA KEPERAWATAN LUARAN INTERVENSI

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama jam, maka tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil:

1. Keluhan nyeri menurun.

2. Meringis menurun.

3. Gelisah menurun.

4. Frekuensi nadi membaik.

Manajemen Nyeri Observasi:

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.

2. Identifikasi skala nyeri.

3. Identifikasi faktor yang dapat memperberat atau memperingan nyeri.

(30)

DIAGNOSA KEPERAWATAN LUARAN INTERVENSI

Nyeri akut berhubungan dengan

agen pencedera fisiologis (D.0077)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 jam maka tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil:

1. Keluhan nyeri menurun.

2. Meringis menurun.

3. Gelisah menurun.

4. Frekuensi nadi membaik.

Manajemen Nyeri (I.08238) Terapeutik:

1. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misalnya: suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan).

2. Hindari kompres hangat untuk menghindari ruptur apendiks.

Nyeri Akut

(31)

DIAGNOSA KEPERAWATAN LUARAN INTERVENSI

Nyeri akut berhubungan dengan

agen pencedera fisiologis (D.0077)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 jam, maka tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil:

1. Keluhan nyeri menurun (skala < 4).

2. Meringis menurun.

3. Gelisah menurun.

4. Frekuensi nadi membaik.

Edukasi:

1. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri.

2. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.

Kolaborasi:

1. Kolaborasi pemberian terapi analgetik.

2. Kolaborasi pemberian terapi antibiotik sebelum pembedahan untuk mencegah infeksi dan pembentukan abses.

3. Prosedur pembedahan apendiktomi emergensi.

Nyeri Akut

(32)

Risiko Infeksi

DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN

DS:

● Nyeri abdomen 3 hari lalu.

Nyeri bertambah berat jika pasien bergerak.

DO:

RR 22x/menit.

TD 125/85 mmHg.

Frekuensi nadi 110x/menit.

Skor nyeri 7/10 (berat).

Pada abdomen tampak distensi ringan, terasa nyeri di kedua kuadran bawah kanan dan kiri, serta ditemukan adanya defans involunter dan nyeri tekan lepas lokal pada kuadran kanan bawah.

● Pemeriksaan Psoas sign (+) dan Obturator sign (+).

Suspek Perforasi Resiko infeksi

(33)

Risiko Infeksi

.

DIAGNOSA

KEPERAWATAN LUARAN INTERVENSI

Resiko infeksi ( D.0142) Definisi:

Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogen.

Tingkat infeksi menurun (L.14137) Setelah dilakukan intervensi

keperawatan selama 6-8 jam jam, maka tingkat infeksi

menurun, dengan kriteria hasil:

1. Demam menurun.

2. Nyeri menurun.

3. Periode menggigil tidak ada.

Pencegahan Infeksi (I.14539)

Observasi

Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik.

Terapeutik

Batasi jumlah pengunjung.

Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien.

Pertahankan teknik aseptic.

Edukasi

Jelaskan tanda dan gejala infeksi.

Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar.

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu.

(34)

Hipertermia

.

DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN

DS :Klien mengeluh demam dan menggigil sejak 3 hari yang lalu.

DO:• Suhu 38,4OC.

• Frekuensi nadi 110x/menit.

• RR 22x/menit.

• TD 125/85 mmHg.

Inflamasi pada

apendiks Hipertermia

(35)

Hipertermia

. DIAGNOSA

KEPERAWATAN LUARAN INTERVENSI

Hipertermia (D.0130) Definisi:

suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh.

Termoregulasi membaik (L.14134)

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 6-8 jam, maka termoregulasi membaik, dengan kriteria

hasil:

Suhu tubuh membaik.

Periode menggigil tidak ada.

Manajemen Hipertermia (I.15506)

Observasi:

• Identifikasi penyebab hipertermi.

• Monitor suhu tubuh dan output urin klien.

Terapeutik:

• Sediakan lingkungan yang dingin.

• Berikan cairan per oral (jika tidak ada kontraindikasi).

Edukasi:

• Anjurkan klien bedrest.

Kolaborasi:

• Jika diperlukan berikan cairan dan elektrolit IV.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

● Black,J.M., Hawks, J.H. (2014). Medical-Surgical Nursing: Clinical Management for Positive Outcomes, 8th edition. Singapore : Elsevier

● Curtis, K., Ramsden, C. (2016). Emergency and Trauma Care: For Nurses and Paramedics, 2nd Edition. Australia: Elsevier.

● Kepmenkes RI No. HK.01.07/Menkes/359/2017 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Infeksi Intraabdominal.

● Kurniati, A., Trisyani, Y., Theresia, S. I. M. (2018). Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana Sheehy, 1st Indonesia Edition.

Singapore: Elsevier.

● PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta:

PPNI.

● PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

● PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI

● Snyder, M. J., Guthrie, M., Cagle, S. (2018). Acute Appendicitis: Efficient Diagnosis and Management. American Family Physician.

https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2018/0701/p25.html

● Tscheschlog, B. A., Jauch, A. (2015). Emergency Nursing Made Incredibly Easy! 2nd Edition. Philadelphia: Wolters Kluwer.

(37)

~THANK YOU~

Any Question???

Referensi

Dokumen terkait

Tinjauan kasus : Seorang perempuan berusia 46 tahun datang dengan keluhan utama sesak napas. Batuk tanpa disertai dahak. Pasien juga mengeluh kelopak mata dirasakan sulit membuka

D, 55 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut hilang timbul sejak 3 bulan lalu.. Nyeri perut disertai berak darah, diare,

Pasien perempuan 25 tahun datang dengan keluhan sesak nafas sejak 2 minggu yang lalu, keluhan disertai cepat lelah, nyeri sendi yang berpindah, serta demam, ditemukan pada

a. Seorang perempuan berusia 2# tahun datang dengan keluhan terasa tidak nyaman di perut bagian baah. 5eluhan disertai benjolan yang keluar dari kemaluannya. Dari

Seorang anak perempuan berusia 4 tahun 5 bulan dibawa ibunya ke Poliklinik dengan keluhan demam tinggi sejak _____ hari yang lalu.. Keluhan disertai rasa nyeri pada anggota badan

Seorang laki-laki, berusia 42 tahun dan tinggal di Papua datang ke Puskesmas dengan keluhan demam sejak 2 minggu yang lalu.. Demam naik-turun disertai nyeri pada seluruh

Seorang anak perempuan berusia 10 tahun datang ke Puskesmas diantar ibunya dengan keluhan nyeri telinga kiri sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai

Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun mengalami pilek selama 5 hari disertai demam dan batuk, serta nyeri saat menelan makanan dan