CASE 1
–RS
RHINOTONSILOPHARYNGITIS ACUTE E.C. INFLUENZA VIRUS WITH SECONDARY BACTERIAL INFECTION
REVIEW CASE
B, 5 y.o. boyCC:
- runny nose (hidung berair) sejak 5 hari lalu AC:
- Nasal discharge/secrete (hijau, kental, berbau)
- Bersin terkadang disertai hidung tersumbat dan batuk - Nyeri ketika menelan makanan dan minum air
PH:
- Common cold 3 hari lalu dengan demam ringan dan sakit kepala
- Ibu memiliki gejala yang sama seminggu lalu - Tidak ada riwayat penyakit
- Tidak ada riwayat pengobatan atau vaksin - Tidak ada riwayat alergi
Additional Information:
- Berasal dari keluarga dengan social economy rendah
- Tinggal di lingkungan ramai dengan ventilasi yang buruk PE:
- Kondisi umum: alert, sakit ringan
- BB: 18 kg, TB: 115 cm (BMI: 13,6 à underweight) - Vital sign:
• PR: 110 bpm (normal)
• RR: 32 x/minute (tachypnea)
• T: 38,8 celcius (febris) - Anterior rhinoscopy:
• Hyperemic pada kedua rongga hidung dengan secrete mucopurulent
• Hypertrophy conchae kanan
• Blood clot (-)
• Corpus alienum (-) - Sinus percussion (-)
- Pembesaran kedua sisi tonsil hingga T2 dengan hyperemis, Detritus (+), Widening Cryptae (+)
- Oropharynx examination: hyperemic pharynx
- Pembesaran lymph node di leher kanan: soliter, mobile, < 1 cm, lunak
Laboratory results:
- Hb: 11, 6 gr/dl
- Leukocytes: 11.000/mm3 (normal) - Hematocrite: 34 % (rendah) - Thrombocytes: 180.000/mm3
- Differential Cell Count: 0/2/3/70/22/3 (neutrophilia) Additional laboratory test:
- Nasopharyngeal swab à Gram staining: Cocci Gram Positive bacteria
- Rapid Influenza Diagnostic Test (RIDTs): Influenza Virus (+) - Enzyme immunoassay (EIA): Influenza virus (+)
Diagnosis: Rhinotonsilopharyngitis acute e.c. influenza virus with secondary bacterial infection
Treatment:
- Supportive: Rest
- Antipyretic: Paracetamol - Antihistamine: Cetirizine - Antibiotic: Penicillin - Mucolytic: Ambroxol - Antiviral: Oseltamivir
Pada pasien terdapat cairan yg keluar dari hidungnya. Hidung termasuk ke dalam sistem respirasi, maka dari itu saya akan membahas mengenai:
RESPIRATORY SYSTEM
Respiratory system adalah sistem yang berfungsi untuk menyediakan pertukaran O2 dan CO2 dari dan menuju darah.
Fungsi respiratory system:
• Regulasi pH darah
• Produksi mediator kimiawi à contoh: angiotensin-converting enzyme (ACE)
• Produksi suara
• Penciuman (olfaction) & vokalisasi
• Proteksi à defense mechanism
Klasifikasi respiratory system:
Secara anatomi, respiratory system dibagi menjadi:
1) upper respiratory tract: external nose, nasal cavity, pharynx, larynx;
2) lower respiratory tract:
trachea, bronchi, bronchioles, paru-paru.
Secara fungsional, respiratory system terdiri atas dua komponen:
1) Conducting zone:
berfungsi untuk pergerakan udara (jalan masuknya udara), penyesuaian suhu, dan kelembaban udara.
Meliputi:
- nasal cavities, nasopharynx, larynx, trachea, bronchi, bronchioles, dan terminal bronchioles
2) Respiratory zone: tempat berlangsungnya pertukaran gas.
Meliputi:
- respiratory bronchioles, alveolar ducts, dan alveoli
Pada pasien mengalami inflamasi pada hidung & faring, yang termasuk ke dalam URT. Maka saya akan menjelaskan:
ANATOMY UPPER RESPIRATORY TRACT
NOSE
• Bagian dari saluran pernapasan atas yang berada di superior hard palate & berisi organ penciuman perifer
• Struktur hidung:
1. External Nose
2. Internal Nose (Nasal Cavity)
EXTERNAL NOSE
• Merupakan bagian yang menonjol pada wajah, sebagian besar kerangkanya merupakan hyaline cartilage
• Struktur:
1) dorsum of the nose: meluas dari root ke apex (ujung) hidung
2) nares (nostrils): bukaan pada permukaan inferior hidung, ada dua; dibatasi secara lateral oleh alae (wings) of the nose
3) Nasal septum: membagi hidung menjadi 2 rongga (kanan & kiri)
(singkatnya: external nose terdiri dari root yang memanjang menjadi dorsum, diujungnya terdapat apex. Di bagian inferior terdapat nares/nostril yang terikat secara lateral dengan Alae of nose)
• Tulang penyusun external nose:
1) Tulang Keras (Bony part) - Nasal bone
- Frontal processes of maxillae - Nasal part of frontal bone - Nasal spine
- Bony parts of nasal septum
2) Tulang Rawan (Cartilagous part) - 2 lateral cartilages
- 2 alar cartilages - Septal Cartilage
INTERNAL NOSE (NASAL CAVITY)
• ruangan dalam hidung yang diawali dari nares (anterior) hingga ke nasopharynx (posterior); dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh nasal septum
• 2/3 inferior: respiratory area; 1/3 superior: olfactory area
• Batasan rongga hidung:
1) Roof – terbentuk dari tulang-tulang frontonasal, ethmoidal, sphenoidal yang membentuk kurva dan menyempit.
2) Floor – struktur lebar yang terbentuk dari palatine process of the maxillae dan horizontal plate dari palatine bone
3) Medial Wall – terbentuk dari nasal septum
4) Lateral Wall – struktur ireguler yang terbentuk dari 3 bony plate nasal conchae
• Struktur rongga hidung
2) Nasal Conchae – Struktur berupa lipatan yang menggantung yang terbagi menjadi bagian superior & middle (medial processes dari tulang etmoid, dan inferior (bagian terbesar dan terpanjang)
3) Nasal meatus atau recess – saluran udara, yang terbagi menjadi:
- 1 sphenoethmoidal recess (posterosuperior) – bukaan ke sphenoidal sinus
- 3 lateral recess (superior, middle, inferior) – superior:
sempit, berhubungan dengan ethmoidal sinus; middle: lebih luas dan berhubungan dengan ethmoidal infundibulum dan frontal sinus melalui semilunar hiatus, dan inferior: terletak di horizontal yang berhubungan dengan nasolacrimal duct dari lacrimal sac
- 1 common nasal recess – bagian medial dari rongga hidung, terletak diantara septum dan conchae
(Nice to Know!) Ketika terjadi infeksi atau iritasi, mukosa yang melapisi konka bisa membengkak dengan cepat sehingga menghalangi pasase hidung pada bagian yang terkena
VASKULARISASI HIDUNG
• Artery
• Drainase Vena
Drainase vena dari external nose kebanyakan di drainase ke facial vein via angular & lateral nasal veins.
INNERVASI HIDUNG
• Bagian anterosuperior mukosa hidung: oleh ophthalmic nerve (CN V1)
• Bagian posteroinferior mukosa hidung: oleh maxillary nerve
• Alar of nose (cuping hidung): oleh infraorbital nerve (CN V2)
• Bagian dinding lateral & septal nasal cavity: oleh olfactory nerve
PARANASAL SINUSES
•
Paranasal sinus adalah rongga pada tulang tengkorak yang berisi udara yang merupakan perpanjangan dari bagian rongga hidung.•
Terdapat 4 paranasal sinus:1) Frontal Sinus
- Berlokasi di tulang frontal bagian depan bagian kanan dan kiri - Diinervasi oleh CN V1
2) Ethmoidal Sinus
- Terletak di tulang ethmoid - Diinervasi oleh CN V1
- Terdiri dari 3 bagian: anterior, middle, & posterior ethmoidal sinus
3) Sphenoidal Sinus
- Terletak di badan tulang sphenoid 4) Maxillary Sinus
- Paranasal sinus terbesar
- Terletak di badan dari tulang maxilla kanan dan kiri - Terdiri dari bagian apex, base, floor, dan roof.
PHARYNX
•
Pharynx adalah perpanjangan organ yang berada di posterior rongga hidung, mulut, dan laring•
Fungsi:-
Mengarahkan makanan ke esophagus-
Berperan dalam proses menelan (oleh pharyngeal muscle)-
Sebagai saluran udara dalam respirasi• Topografi:
- Superior – cranial base
- Inferior – cricoid cartilage (C6) - Anterior – laring
- Posterior – cervical vertebrae
• Pharynx dibagi menjadi 3 regio:
1) Nasopharynx: Merupakan ekstensi posterior nasal cavity, superior terhadap soft palate. Terdapat pharyngeal tonsil di membran mucous roof dan di dinding posterior nasopharynx.
a. Fungsi: pernapasan
2) Oropharynx: Dari soft palate ke superior border epiglottis.
Terdapat palatine tonsil di setiap sisi dari oropharynx.
a. Fungsi: pencernaan
3) Laryngopharynx: berada di posterior larynx dari superior border epiglottis hingga inferior border cricoid cartilage.
• Otot-otot pharynx:
1) External layer: Superior, Middle, Inferior pharyngeal constrictor
2) Internal layer: Palatopharyngeus, Salpingopharyngeus, Stylopharyngeus
VASKULARISASI PHARYNX
• Artery
Semua pembuluh darah yang menyuplai pharynx berasal dari externa carotid artery
- Bagian atas pharynx disupply oleh: arteri palatine ascendens, ramus tonsilaris, arteri facialis, cabang dari arteri maxillaris dan arteri lingualis
- Bagian bawah pharynx disupply oleh: rami pharyngeal dari arteri thyroidea inferior
• Drainase Vena
INNERVASI PHARYNX
• Nasopharynx: diinervasi oleh maxillary nerve (V2)
• Oropharynx: diinervasi oleh glossopharyngeal nerve
• Laryngopharynx: diinervasi oleh vagus nerve
TONSILS
• Tonsils adalah kumpulan jaringan lymphoid yang mengelilingi mukosa faring dan berperan sebagai system imun (bagian dari MALT)
• Jenis tonsils:
1) Tubal tonsil, merupakan jaringan limfoid yang bersebelahan dengan kanal auditori.
2) Pharyngeal tonsil, berada pada dinding posterior dan roof nasopharynx. Disebut adenoid ketika membesar.
3) Palatine tonsil, meliputi orofaring dan berada di antara palatoglossal dan palatopharyngeal folds.
4) Lingual tonsils, kumpulan nodul limfoid pada sepertiga posterior lidah.
à keempat tonsils tersebut akan membentuk struktur cincin yang
disebut Waldeyer’s tonsillar ring
*Vaskularisasi artery, drainase vena, & innervasi sama seperti pharynx
Pada pasien terdapat secrete yang keluar dari hidung, secrete dihasilkan oleh sel goblet. Maka saya akan menjelaskan:
HISTOLOGY UPPER RESPIRATORY TRACT
NOSE
Mikrostruktur hidung tersusun atas:
Respiratory epithelium
• Terdiri dari ciliated pseudostratified columnar epithelium
• Terdapat 5 jenis sel:
1) Sel kolumnar silia, paling banyak dan terdapat 250-300 cilia pada permukaan apicalnya
2) Sel Goblet, inti ada di basal, memiliki granule glikoprotein untuk sekresi mucus
3) Sel Brush, paling sedikit, memiliki microvilli, merupakan chemosensory reseptor
4) Small graule cells (kulchitsky cell), banyak butiran padat, bagian dari DNES (diffuse neuroendocrine system)
5) Sel Basal, sel aktif yang membelah dan merupakan progenitor dari sel yang lain
Lamina Propria
• Terdiri dari jaringan ikat collagen
• Terdapat kelenjar Bowman (kelenjar olfactory) à sekresi mucus, IgA, lisozim ke permukaan olfactory
Olfactory epithelium
• Terdiri dari pseudostratified columnar epithelium
• Memiliki 3 sel utama:
1) Olfactory Neuron
- merupakan bipolar neuron
- memiliki dendrite, & diujungnya ada olfactory vesicle - akan membentuk olfactory nerve (CN I)
2) Supporting Cell
- columnar, apical bersilia, nuclei lonjong - fungsi: barrier, nutrisi, isolator
3) Basal Cell
- sel kecil berbentuk bola/kerucut
- merupakan stem sel yang akan menggantikan olfactory neuron setiap 2-3 bulan
PARANASAL SINUSES
• Dilapisi respiratory epithelium dengan goblet sel yang lebih sedikit
• Lamina propria: sedikit kelenjar, menempel langsung pada periosteum
PHARYNX
• Pharynx dilapisi oleh respiratory epithelium (sama seperti hidung)
TONSILS
• Tersusun atas:
- Epitel squamous berkeratin à sekseri antimikroba
- Lymphoid nodule à untuk degradasi pathogen - Germinal center à berisi limfosit B untuk produksi Ig
- Cryptae à tonjolan mukosa tonsil, sebagai marker jika terjadi inflamasi di tonsils
- Jaringan ikat à memberi nutrisi dan O2 ke sel epitel yang ada di atasnya
• Jenis:
- Tubal tonsils: ciliated pseudostratified columnar epithelium, tidak ada cryptae
- Pharyngeal tonsils: ciliated pseudostratified columnar epithelium, tidak ada cryptae
- Palatine tonsils: stratified squamous epithelium tidak berkeratin, 10-20 cryptae
- Lingual tonsils: stratified squamous epithelium sedikit berkeratin, 1 cryptae
(rangkuman anatomy & histology tonsils. Buletan merahnya abaikan aja ya!)
URT memiliki beberapa fungsi, termasuk fungsi untuk melawan infeksi. Maka saya akan menjelaskan:
PHYSIOLOGY UPPER RESPIRATORY TRACT
FUNGSI RESPIRASI
1. Jalan masuk dan keluarnya udara (passageway) 2. Filtering à membersihkan udara
Mukosa hidung yang lembab, mucus (yg dihasilkan sel goblet), cairan serosa (yang dihasilkan kelenjar seromukosa) akan bekerja sama untuk menjebak partikel asing dan kemudian
didorong oleh silia ke arah faring untuk kemudian ditelan atau dibatuk-kan.
3. Humidifikasi (melembabkan) & menghangatkan udara à diperankan oleh pembuluh darah
4. Vokalisasi
Adanya nasal cavity dan sinus paranasal yang menyediakan ruang resonansi untu berbicara.
FUNGSI OLFAKTORI
Untuk presepsi bau/penciuman; yang berperan adalah olfactory cell
DEFENSE MECHANISM URT
• Mekanisme pertahanan tubuh untuk mencegah infeksi dan menurunkan resiko kerusakan yang disebabkan karena inhalasi partikel asing. Pada upper respiratory tract, defense mechanism yang
terpenting adalah Physical Defense (jadi deep disini yaa!)
PHYSICAL DEFENSE
Partikel asing yang masuk ke URT akan diatasi oleh 2 mekanisme berikut:
1) Pencegahan Partikel Masuk (preventing entry) a. Filtering at the nasopharynx. Diperankan oleh:
- Rambut di dalam hidung bertindak sebagai filter kasar untuk partikel besar (> 10 mm) & partikel kecil (1-5 mm);
- Sticky mucus yang terletak di permukaan respiratory epithelium dapat menerangkap partikel à kemudian
diangkut oleh silia ke nasopharynx à ditelan ke dalam saluran pencernaan.
b. Swallowing: diperankan oleh epiglottis yang akan menutup larynx untuk mencegah aspirasi partikel makanan.
c. Irritant C-fiber nerve endings: Stimulasi irritant receptor di dalam bronkus ketika menghirup partikel asing à kontraksi refleks vagal pada otot polos bronkus à mengurangi diameter saluran udara dan meningkatkan sekresi mucus, sehingga membatasi penetrasi partikel
(Nice to Know!) MEKANISME MENELAN (DEGLUTITION)
• Deglutition merupakan proses perjalanan makanan dari pharynx menuju ke lambung. Jika proses ini gagal à tersedak
• Fase:
1) Voluntary stage (voluntary)
Setelah dikunyah, bolus terdorong ke bagian posterior pharynx (melalui oropharynx) oleh tekanan lidah ke atas & ke belakang.
2) Pharyngeal stage (involuntary)
Soft palate tertarik ke atas sehingga nasal passage tertutup à larynx tertutup ke atas sehingga mengangkat glottis à epiglottis menutup larynx à bolus lewat ke esophagus.
3) Esophageal stage (involuntary)
Dimulai ketika bolus sudah sampai ke esophagus. Bolus masuk ke lambung dengan gerakan peristaltic. Gerakan peristaltic ada dua:
- Primary: 8-10 detik sampai ke lambung
- Secondary: bekerja ketika primary peristaltic gagal sampai ke lambung & masih tertahan di esophagus
2) Removal of Foreign Material.
Dilakukan dengan cara:
a. Airway Reflex: dengan cara batuk atau bersin.
• Batuk hasil dari stimulasi reseptor di trakea atau bronkus.
• Jenis batuk (berdasarkan produktifitas):
a) Batuk produktif: batuk berdahak. Ciri khas:
kesulitan bernapas
b) Batuk non-produktif: batuk kering. Ciri khas:
tenggorokan gatal
• Jenis batuk berdasarkan onset:
a) Batuk akut: < 3 minggu
b) Batuk kronis: > 3 minggu selama 3 bulan berturut-turut
• Bersin hasil dari stimulasi reseptor di hidung atau nasofaring.
(intinya mekanisme bersin itu mirip kaya batuk, cuma disini yg tertutup/tertekan ada uvulanya)
b. Mucocilliary clearance
• Lapisan mucus film:
a. Periciliary fluid layer sedalam 6 µm, berbatasan langsung dengan permukaan epitel. Berfungsi untuk membantu pergerakan silia.
b. Superficial gel layer dengan kedalaman sekitar 5–10 µm. Berfungsi untuk menjebak partikel.
• Proses: trapping partikel berukuran 5-10 mikrometer di laring/trakea/bronkus oleh mucus, digerakkan oleh silia à partikel asing dikeluarkan (dahak) atau ditelan ke GI
HUMORAL DEFENSE Melibatkan:
1) Antimicrobial peptide: defensin, lisozim, lactoferrin
2) Surfactant: surfactant A & D untuk fagositosis oleh alveolar macrophage
3) Immunoglobulin: IgA untuk menyerang antigen spesifik
4) Anti-protease: alfa-1-anti-trypsin untuk menghambat produksi protease/estalase neutrophil
5) Complement: meningkatkan respon inflamasi
CELLULAR DEFENSE Melibatkan:
1) Alveolar macrophage: memiliki fungsi fagositosis & sekresi komponen protein complement, cytokines (IL-1, IL-6, chemokines), & growth factor
2) Neutrophil: membunuh bakteri intracellular secara oxidative (melalui Reactive Oxygen Species) dan non-oxidative (melalui protease)
Inflamasi hidung & faring pada pasien disebabkan oleh virus &
bakteri. Maka saya akan menjelaskan:
MICROBIOLOGY
MICROBIOTA NORMAL
• Merupakan mikroorganisme yang ditemukan pada tubuh orang sehat
• Fungsi: pertahanan terhadap patogen, membantu pencernaan, degradasi toxin, dan maturasi sistem imun
• Klasifikasi:
a. Resident microbiota: mikroorganisme yang relative sudah ada dan menetap di area tubuh tertentu. Jika terganggu maka akan menjadi pathogen
b. Transient microbiota: berasal dari lingkungan, terdiri dari mikroorganisme nonpatogen/berpotensi menjadi patogen.
Bertahan dalam hitungan jam – hari - minggu
MICROBIOTA NORMAL URT
• Hidung & nasofaring: staphylococcus epidermidis, staphylococcus aureus, streptococcus
• Mulut & orofaring: staphylococcus epidermidis, streptococcus pneumoniae, haemophilus
Pasien mengalami infeksi karena influenza virus.
INFLUENZA VIRUS
• Virus influenza adalah anggota dari famili orthomyxovirus, yang merupakan negative sense single-stranded RNA virus.
Struktur
• Bentuk: spherical
• Memiliki nucleocapsid
• Memiliki envelope, tersusun atas:
- Hemagglutinin (HA):
untuk menempel & berfusi pada sel host
- Neuraminidase (NA): membantu virus untuk masuk &
menembus lapisan mucus pada saluran pernapasan
Klasifikasi
• Influenza A & B: paling sering menginfeksi manusia &
menyebabkan epidemic
• Influenza C
Faktor Virulensi
1) Nucleoprotein: untuk replikasi, maturasi, & packaging 2) PB1, PB3: untuk transkripsi & replikasi RNA
3) Matrix protein: untuk penyusunan virion, budding, melindungi HA
4) Glikoprotein: HA dan NA
Transmisi
• Utama: large respiratory droplets (batuk/bersin)
• Transmisi sekunder: direct contact (tangan) & indirect contact (melalui benda yang terkontaminasi), small particle aerosol
Life Cycle (panel kanan ke kiri)
Pasien mengalami infeksi sekunder karena bakteri Gram (+) Cocci.
• Infeksi bakteri Gram (+) Cocci yang paling banyak adalah karena Group A Beta-hemolytic Streptococcus (contoh: streptococcus aureus)
• Struktur:
- Surface protein: M protein (M1 & M2) - Capsule: asam hyaluronat
• Faktor virulensi:
- M protein - Lipotheicoic acid - Streptolysin O - Streptokinase
Virus influenza menyebabkan influenza-like illness. (Nice to Know)
INFLUENZA-LIKE ILLNESS
ILI merupakan penyakit yang gejalanya mirip dengan influenza, seperti batuk dan demam. Hanya saja lebih ringan dan lebih cepat sembuh.
Etiology
• Virus influenza A/B/C
Sign & symptoms
• Demam
• Gejala infeksi saluran napas (batuk, pilek, nyeri menelan, suara serak, bersin-bersin, sampai gangguan napas)
• Nyeri kepala
• Lemah badan
Diagnosis pada pasien adalah rhinotonsilofatingiris, maka saya akan menjelaskan rhinitis terlebih dahulu.
RHINITIS
Rhinitis adalah kondisi inflamasi pada membran mukosa yang melapisi saluran hidung
Etiology & Klasifikasi
a. Allergic Rhinitis à respon hipersensitivitas yang dimediasi IgE terhadap allergen
b. Non-Allergic Rhinitis à rhinitis yang bukan dimediasi oleh IgE.
Terbagi menjadi:
- Infectious rhinitis (common cold) à rhinitis yang disebabkan karena infeksi mikroorganisme
- Non-infectious à contoh: rhinitis karena obat-obatan &
atrophic rhinitis
Manifestasi Klinis
• Obstruksi hidung
• Runny nose / rhinorrhea
• Bersin
Pasien mengalami common cold:
INFECTIOUS RHINITIS
[COMMON COLD
]Inflamasi akut pada mukosa hidung disebabkan oleh infeksi mikroorganisme. dengan gejala rhinorrhea dan hidung tersumbat
Etiology
• Infeksi virus: Respiratory Syncytial Virus (RSV), adenovirus, Rhinovirus, Influenza virus, coronavirus
• Bakteri (infeksi primer/sekunder): Haemophillus influenzae, Klebsiella spp.
Epidemiology
• Semua usia namun lebih sering pada anak-anak
• Indisensi berdasarkan penyebab:
1. rhinovirus (30%–40% of cases);
2. influenza virus (25%–30%);
3. coronavirus (10%–15%);
Faktor Risiko
• Usia à risiko ↑ pada bayi dan anak-anak
• Sistem imun yang lemah
• Status gizi
• Status sosioekonomi
• Paparan dari lingkungan
Patogenesis
Patofisiologi
Manifestasi klinis
• Hidung tersumbat
• Runny nose/Rhinorrhea
• Bersin
• Demam
• Nyeri tenggorokan
• Hidung gatal Diagnosis
1) Anamnesis
- Gejala umum common cold: runny nose/hidung berair, nasal cogestion/hidung tersumbat, bersin, nasal discharge
2) PE à kondisi umum, vital sign, head to toe berkaitan dengan gejala:
- Demam ringan: tanda infeksi virus
- Anterior rhinoscopy à hiperemik nasal cavity dengan secret mukopurulen, right conchae hyperthrophy, blood cloth -/-, corpus alineum (-)
3) Penunjang
- CBC: neutrofilia/monositosis/limfositosis Untuk cek virus/patogen nya:
• Polymerase chain reaction (PCR)
• Rapid influenza diagnostic test à (pasien: + Influenza)
• Enzyme immunoassay (pasien: + virus influenza)
Differential diagnosis 1) Allergic rhinitis 2) Nasal polyp 3) Sinusitis 4) Nasal tumor
Treatment (pasien)
1) Supportive Therapy à (rest) istirahat yang cukup untuk mengurangi perjalanan penyakit.
2) Antipyretic: Paracetamol 3 x 1,5 cth/sendok teh (5cc)
• MOA dan indikasi: menghambant sintesis prostaglandin di SSP à menurukan panas/demam
3) Antihistamine: Cetirizine (2nd generation: 1 x 2,5 mg)
• Indikasi: Inflamasi à non allergic rhinitis (common cold), allergic rhinitis, rhinorhhea
• MOA: menghambat reseptor H1 di perifer (terutama pada sel otot polos pernapasan, sel endotel vascular) → menurunkan permeabilitas vascular, menghambat bronchospasm, menurunkan migrasi sel inflamasi
4) Mucolitic à Ambroxol
• Agen mucolitik untuk menurunkan produksi mucus
• MOA: meningkatkan sekresi saluran pernapasan dengan meningkatkan produksi surfaktan paru dan merangsang aktivitas silia → memfasilitasi pengeluaran cairan
5) Antiviral à Oseltamivir
• MOA à Penghambatan/inhibitor aktivitas neuraminidase virus à agregasi virus di permukaan sel dan mengurangi penyebaran virus di dalam saluran pernapasan.
• Indikasi à Oseltamivir oral efektif untuk pengobatan dan pencegahan infeksi virus influenza A dan B.
• Dosis: Dewasa: 75 mg, 2 kali sehari, anak disesuaikan dgn berat badan
Komplikasi
• Acute otitis media
• Sinusitis
• Pneumonia bakteri (jarang terjadi)
• Infeksi sekunder
• Eksaserbasi asma
Prognosis
Rhinitis infection memiliki prognosis Dubia Ad Bonam (baik), namun dapat terjadi secondary infection
Pasien mengalami infeksi sekunder karena bakteri yang menyebabkan tonsilofaringitis, maka saya akan menjelaskan:
TONSILOPHARYNGITIS
Tonsilopharyngitis adalah infeksi akut pada pharynx dan palatine tonsils
Etiology
a. Virus (jarang) - Rhinovirus - Influenza virus - adenovirus b. Bakteri
- Group A beta-hemolytic streptococcus (15-30%) pada anak - Staphylococcus aureus
- H. influenzae
Epidemiology
• Lebih sering terjadi pada musim dingin dan awal musim semi
• Sering terjadi pada pasien balita (risiko laki-laki = perempuan)
• Insidensi meningkat pada usia 4-7 tahun
Faktor risiko
• Cuaca dingin
• Usia
• Lingkungan (polusi & asap rokok)
• Sistem imun yang rendah à memudahkan paparan virus
Grading
• T0: Tonsil berada di dalam fossa tonsil atau telah diangkat
• T1: bila besarnya 1⁄4 jarak arkus anterior dan uvula
• T2: bila besarnya 1⁄2 jarak arkus anterior dan uvula
• T3: bila besarnya 3⁄4 jarak arkus anterior dan uvula
• T4: bila besarnya melebihi dari arkus anterior
Patogenesis &Patofisiologi Manifestasi klinis
• Demam
• Palatum dan uvula hiperemis
• Malaise
• Tonsil memerah dan bengkak (ada detritus)
• Nyeri menelan
• Sore throat
Diagnosis 1) Anamnesis
- Anamnesis terkait gejala yang timbul pada pasien, onset, riwayat penyakit sebelumnya
2) PE à kondisi umum, vital sign, head to toe berkaitan dengan gejala (pembesaran tonsil, faring hiperemis, nyeri menelan, suara serak, demam à tanda infeksi)
3) Penunjang
- CBC (neutrofilia, limfositosis)
- Rapid Antigen Detection Test (RADTs) à untuk deteksi antigen banteri (Streptococcus aureus), kelebihan: memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi (90-95%)
- Nasopharyngeal swab (Gold standard) à pasien: Gram staining: Cocci Gram Positive bacteria
- Culture bacteria
Differential diagnosis
1) Epiglottitis à gejala: bengkak pada epiglottis, suara serak, demam
2) DIfteri à gejala: suara serak, demam, pembesaran lymph node 3) Candidiasis oral à nyeri menelan, bercak putih pada langit-
langit mulut
Treatment
a. Farmakologi à (sama seperti rhinitis, namun tanpa antihistamine & mucolytic)
- Antipyretic: paracetamol - Antibiotic: penicillin
• Antimicrobial agents
• Golongan: beta lactam
• MOA: (1) menghambat enzim transpeptidase à menghambat sintesis dinding sel bakteri (peptidoglikan).
(2) memproduksi autolysin sehingga menghancurkan dinding sel bakteri
• Indikasi: infeksi streptococcus (group A), pneumonia b. Non-farmakologi (terapi suportif)
- Istirahat yang cukup
- Pemberian gargles (obat kumur)
- Pemberian lozenges (obat hisap) à untuk nyeri tenggorokan
Komplikasi
• Acute otitis media
• Sinusitis
• Chronic tonsilitis
Prognosis
Dubia ad bonam (baik). Karena merupakan self-limiting disease, biasanya akan sembuh dalam 5-7 hari
PATHOMECHANISM BHP
1. Informed consent kepada pasien/keluarga pasien (jika pasien tidak sadar) mengenai tujuan pemeriksaan, prosedur pemeriksaan, dan persetujuan pasien/keluarga pasien
2. Memberikan informasi mengenai penyakit, pencegahan, treatment beserta efek yang akan timbul (jika ada), dan prognosis penyakit kepada pasien
3. Menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi obat dan melakukan terapi secara rutin
4. Menyarankan pasien untuk menjaga makanan yang dikonsumsi, istirahat yang cukup untuk memulihkan tubuhnya
5. Follow up terapi untuk monitoring perkembangan penyakit
IIMC
Rasulullah SAW bersabda: “Apabila seorang di antara kalian bersin maka ucapkanlah alhamdulillah, dan hendaklah orang yang mendengarnya menjawab dengan yarhamukallah, dan bila dijawab demikian maka balaslah dengan ucapan yahdikumullah wa yuslihubaalakum.” (HR. Bukhari).
Esensi: Bersin merupakan sebagian nikmat dari Allah SWT agar terhindar dari penyakit.