• Tidak ada hasil yang ditemukan

Depi Yulyanti 1 Andik Setiyono 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Depi Yulyanti 1 Andik Setiyono 2"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN ANTARA JARAK SUMUR GALI DENGAN TEMPAT PENCUCIAN TANAH TERHADAP KANDUNGAN MANGAN (MN) DALAM

AIR SUMUR GALI DI SEKITAR PENAMBANGAN MANGAN (MN) DI DUSUN KARANGSARI DESA KARANGNUNGGAL KECAMATAN KARANGNUNGGAL KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2012

Depi Yulyanti 1 Andik Setiyono 2

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Tasikmalaya

Jalan Siliwangi No.24 Kotak Pos 164 Tasikmalaya 46115 Telp. (0265) 324445 ABSTRAK

Batuan Mangan (Mn) hasil penggalian dicuci di tempat pengolahan agar terpisah dari tanah dan batuan lain yang masih menempel. Proses tersebut menghasilkan air limbah Mangan (Mn). Air limbah kontak langsung dengan tanah akan langsung meresap ke dalam tanah dan zat kimia terlarut tersebut merembes secara vertikal atau horizontal melalui bantuan air sampai mencapai tanah yang kemudian mengikuti aliran air tanah bergerak menuju sumur. Tempat pencucian tersebut berada di lingkungan rumah penduduk sehingga kemungkinan akan meresap kedalam air sumur gali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jarak sumur gali dengan tempat pencucian tanah terhadap kandungan Mangan (Mn) dalam air sumur gali di sekitar pertambangan Mangan (Mn) di Dusun Karangsari Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya. Metode penelitian adalah observasional dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan dengan melakukan survei di lokasi penelitian. Pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling sehingga didapatkan sampel sebanyak 17 air sumur gali. Analisis data menggunakan uji Rank Spearman’s. Hasil pengukuran kandungan Mangan (Mn) dalam air sumur gali pada sampel didasarkan pengukuran uji laboratorium. Syarat kualitas air bersih menurut Permenkes No. 416/MENKES/PER/IX/1990 bahwa kadar Mangan (Mn) maksimum yang diperbolehkan yaitu 0,5 mg/l. Berdasarkan hasil pengukuran dapat diketahui bahwa air sumur gali yang kandungan Mangan (Mn) melebihi NAB sebanyak 4 buah (23.6%) dan 13 buah (76.4%) sampel dibawah NAB, dengan rata-rata kandungan Mn dalam air sumur gali yaitu 0.435 mg/l. Hasil penelitian menunjukan bahwa jarak sumur gali dengan tempat pencucian tanah yang paling dekat adalah 20.48 meter (5.9%) dan jarak paling jauh yaitu 809.2 meter (5.9%). kandungan Mangan (Mn) terendah yaitu 0,1 mg/l dan kandungan Mangan (Mn) paling besar yaitu 1.1 mg/l dengan rata- rata kandungan Mangan (Mn) yaitu 0.435 mg/l. Berdasarkan hasil uji statistik Rank Spearman’s dengan tingkat kepercayaan 95 % menunjukan hasil yaitu (p = 0.759 > 0.05) , Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jarak sumur gali dengan tempat pencucian tanah terhadap kandungan mangan (Mn) di RT 08 Dusun Karangsari Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya tahun 2012. Pencemaran pada air sumur gali kemungkinan dari pencemar lain.

Kata Kunci : Jarak, Mangan (Mn), Sumur Gali, Karangnunggal Kepustakaan : 1995-2012

(2)

2 ABSTRAK

Rock Manganese (Mn) excavations washed in order to separate the processing of soil and rock that are still attached. The process produces wastewater Manganese (Mn). Wastewater direct contact with the soil so that water waste Manganese (Mn) will be directly seep into the soil and dissolved chemicals are seeping vertically or horizontally with the help of water until it reaches the ground and then follow the flow of ground water moving toward the well. The wash is located in the neighborhood so that residents will likely seep into water wells dug. This study aimed to determine the relationship between the distance dug wells with the wash soil against the content of manganese (Mn) in water wells dug around the mining Manganese (Mn) Village District Karangnunggal Karangnunggal Tasikmalaya district. The method is an observational study with cross-sectional survey conducted by the research sites. Sampling using purposive sampling to obtain a sample of 17 water wells dug. Data analysis using Spearman's rank test. The results of measurements of the content of manganese (Mn) in the dug well water samples based on laboratory test measurements. Terms water quality by Permenkes No.. 416/MENKES/PER / IX/1990 that levels of manganese (Mn) the maximum allowed is 0.5 mg / l. based on the measurement results can be seen that the content of dug well water manganese (Mn) exceeds the NAV by 4 pieces (23.6%) and 13 pieces (76.4%) samples under the NAB, with an average content of Mn in the dug well water is 0435 mg / l . The results showed that the distance dug with a soil washing closest is 20:48 meter (5.9%) and the farthest distance is 809.2 meters (5.9%). content of Manganese (Mn) is the lowest of 0.1 mg / l and the content of Manganese (Mn) is the biggest 1.1 mg / l with an average content of manganese (Mn) is 0435 mg / l. Based on the results of statistical tests Rank Spearman's with a 95% confidence level showed results of the (p = 0759> 0.05), then it can be concluded that there is no relationship between the distance dug wells with the wash soil against the content of manganese (Mn) in the RT 08 Hamlet Karangsari Village Karangnunggal Sub Karangnunggal Tasikmalaya district in 2012. Pollution of water wells dug possibility of other contaminants.

Keywords: Distance, Manganese (Mn), Dug wells, Karangnunggal Bibliography: 1995-2012

PENDAHULUAN

Berdasarkan data di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara, tampak bahwa produksi Mn mengalami kenaikan. Pada tahun 2002, produksi Mn Indonesia adalah sebesar 28.884.903,26 ton sedangkan produksi pada tahun 2003 adalah sebesar 32.947.268,17 ton. Produksi dan konsumsi Mn yang meningkat akan mengakibatkan pula peningkatan pencemaran Mn di lingkungan tanah, air, dan udara. Kadar Mn di lingkungan meningkat sejalan dengan meningkatnya aktivitas manusia dan industri (Widowati, 2008 : 242).

Indonesia merupakan salah satu penghasil mangan di dunia, mangan di Indonesia ditemukan sejak tahun 1854 terdapat di daerah Kulonprogo, Pegunungan

(3)

3

Karang Bolong, Magelang di Pegunungan Menoreh, Gunung Kidul, Pantai Timur Sumatera Utara, aceh, Kliripan, Lampung, Maluku, NTB, Sulawesi Utara, Karangnunggal Tasikmalaya Jawa Barat (Ghani,2010).

Jawa Barat merupakan salah satu penghasil mangan di Indonesia, penghasil mangan yang terletak di daerah Jawa Barat adalah daerah Tasikmalaya yaitu di Desa Karangnunggal. Eksploitasi mangan di Desa Karangnunggal dilakukan dari tahun 1930. Letak Jawa Barat yang strategis dekat dengan Ibu Kota merupakan salah satu kelebihan dibandingkan dengan daerah-daerah lain sehingga pertambangan di Jawa Barat menjadi incaran penanam modal (Ghani,2010).

Desa Karangnunggal terletak sekitar 50 km dari ibu kota Kabupaten Tasikmalaya secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Penggalian Mangan di Karangnunggal dilakukan secara perorangan, proses penggalian Mangan (Mn) dilakukan dengan cara manual. Penggalian dibantu dengan menggunakan air untuk memudahkan proses penggalian. Batuan yang besar diproses melalui proses pemecahan batuan agar batuan Mangan (Mn) dapat terpisah dengan batuan yang tidak diperlukan. Batuan Mangan (Mn) hasil penggalian dicuci di tempat pengolahan agar terpisah dari tanah dan batuan lain yang masih menempel dengan menggunakan air melalui selang ataupun menggunakan mesin steam. Proses tersebut menghasilkan air limbah Mangan (Mn) apabila tidak dikelola dengan baik dan air limbah ada yang langsung keluar dari tempat penucian sehingga kontak langsung dengan tanah maka air limbah Mangan (Mn) akan langsung meresap ke dalam tanah dan zat kimia terlarut tersebut merembes secara vertikal atau horizontal melalui bantuan air sampai mencapai tanah yang kemudian mengikuti aliran air tanah bergerak menuju sumur. Pola pencemaran oleh zat kimia mengikuti bentuk yang hampir sama dengan pencemaran bakteri. Menurut teori yang dikutif dari Riyadi dalam jurnal kesehatan masyarakat ISSN 1858-1196 bahwa jarak aman sumber air bersih dari tempat pembuangan bahan kimia adalah 25 meter (Ariyanti, 2010 : 109).

Logam berat dapat terkumpul dalam tubuh manusia, jika manusia mengkonsumsi air ataupun tumbuhan dan hewan yang sudah tercemar oleh bahan kimia yang berasal dari industri, dan pertambangan. Logam berat yang menumpuk dalam jaringan organ tubuh dapat meracuni organ tubuh tersebut. Efek mangan terjadi

(4)

4

terutama di saluran pernapasan dan di otak. Gejala keracunan mangan adalah halusinasi, pelupa dan kerusakan saraf. Mangan juga dapat menyebabkan Parkinson, emboli paru-paru dan bronkitis. Ketika orang-orang yang terkena mangan untuk jangka waktu lama mereka menjadi impoten. Suatu sindrom yang disebabkan oleh mangan memiliki gejala seperti skizofrenia, kebodohan, lemah otot, sakit kepala dan insomnia (Ghani,2010).

Penelitian Deyence pada tahun 2011 dengan judul Hubungan Antara Jarak Sumur Gali Dengan Saluran Pembuangan Limbah Mangan (Mn) Terhadap Kandungan Mangan (Mn) Di Sekitar Penambangan Mangan (Mn) Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya diketahui dari 32 sumur yang diteliti sebanyak 14 sumur gali memiliki kandungan Mangan (Mn) melebihi NAB 0,5 mg/l dan 18 sumur gali memiliki kandungan Mangan (Mn) dibawah NAB 0,5 mg/l. Jarak 0,70-23,00 meter terdapat 12 sumur yang melebihi NAB 0,5 mg/l dan 11 sumur dibawah NAB 0,5 mg/l, jarak 24,10-45,00 meter tidak terdapat sumur yang melebihi NAB 0,5 mg/l dan 6 sumur dibawah NAB 0,5 mg/l, jarak 45,10-67,80 meter terdapat 2 sumur yang melebihi NAB 0,5 mg/l dan 1 sumur dibawah NAB 0,5 mg/l.

Berdasarkan hasil survey awal di sekitar penambangan Mangan (Mn) Dusun Karangsari Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya dari 11 sampel diantaranya 8 sampel air sumur gali dan 3 sampel air sungai diketahui 2 sampel air dibawah NAB 0,5 mg/l dan 9 sampel air melebihi NAB 0,5 mg/l. Sampel yang diambil yaitu 3 air sungai dengan kandungan mangan pada titik pertama sebesar 1,98 mg/l dengan pH 6,58 pada titik kedua sebesar 2,83 mg/l dengan pH 6,59 pada titik ketiga sebesar 2,78 mg/l dengan pH 6,74. Sumur gali yang berdekatan dengan tempat pencucian mangan, jarak 74,61 meter dari tempat pencucian terdapat kandungan mangan sebesar 0,58 mg/l dengan pH 6,99, jarak 20,48 meter dari tempat pencucian terdapat kandungan mangan sebesar 0,25 mg/l dengan pH 6,86, jarak 26,27 meter dari tempat pencucian terdapat kandungan mangan sebesar 1,30 mg/l dengan pH 6,74, jarak 147,52 meter dari tempat pencucian kandungan terdapat mangan sebesar 0,46 mg/l dengan pH 6,66, jarak 230,02 meter dari tempat pencucian terdapat kandungan mangan 0,57 mg/l dengan pH 7,22. Penggunaan air sumur gali dari 8 sampel air sumur gali yang diambil 7 air sumur gali dipergunakan untuk minum, masak, mandi, dan mencuci sedangkan 1 sumur gali yang hanya digunakan untuk mandi dan mencuci.

(5)

5 METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.

1. Populasi Dan Sampel a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah air sumur gali di sekitar penambangan mangan (Mn) di RT 08 Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal yang kedudukannya berada dibawah atau sejajar dengan tempat pencucian dan air bersih dari sumur gali yang digunakan untuk minum. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 17 air sumur gali.

b. Sampel

Cara pengambilan sampel yang digunakan yaitu pengambilan sampel secara purposive sampling didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui (Notoatmodjo, 2010 : 124-125). Ciri atau sifat-sifat populasi yang diketahui yaitu: 1) Air sumur gali yang kedudukannya tidak di atas sumber pencemar.

2) Air bersih dari sumur gali yang digunakan untuk minum. Sampel yang diambil adalah semua populasi yang ada. 2. Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat.

a. Analisis univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010 : 182). Tujuan dari analisis univariat adalah untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dari berbagai variabel yang diteliti, data ditampilkan dalam bentuk tabular dan tekstular.

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010 : 183). Dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel terikat yaitu hubungan antara jarak sumur gali dengan tempat pencucian tanah terhadap kandungan

(6)

6

mangan (Mn) dalam air sumur gali. Skala data rasio dengan rasio dan berdistribusi tidak normal maka menggunaka uji hipotesis asosiatif non parametrik correlations spearman rho, metode ini digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel dimana dua variabel tidak berdistribusi normal (Sugiyono, 2004 : 181-182).

PEMBAHASAN

1. Mengukur Kandungan Mangan (Mn) Tabel 1

Distribusi Frekuensi Kandungan Mangan (Mn) Dalam Air Sumur Gali di RT 08 Dusun Karangsari Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal

Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2012

Kandungan Mangan (Mn)

Dalam Air Sumur Gali (Mg/L) Frekuensi %

0.1 1 5.9 0.2 6 35.3 0.3 3 17.6 0.4 2 11.8 0.5 1 5.9 0.8 1 5.9 0.9 1 5.9 1.1 2 11.8 Total 17 100

Dusun Karangsari Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi bahan galian mangan (Mn). Bahan galian mangan (Mn) di dusun Karangsari masih aktif, disana terdapat satu tempat pengolahan yang masih aktif. Pengelolaan Mangan di Karangnunggal dilakukan secara perorangan, proses penggalian Mangan (Mn) dilakukan dengan cara manual. Penggalian dibantu dengan menggunakan air untuk memudahkan proses penggalian. Batuan yang besar diproses melalui proses pemecahan batuan agar batuan Mangan (Mn) dapat terpisah dengan batuan yang tidak diperlukan. Batuan Mangan (Mn) dicuci agar terpisah dari tanah dan batuan lain yang masih menempel dengan menggunakan air melalui selang ataupun menggunakan mesin steam untuk batuan yang tercampur tanah dalam jumlah banyak. Proses tersebut menghasilkan air limbah Mangan (Mn) apabila tidak dikelola

(7)

7

dengan baik, air limbah dari tempat pencucian akan meresap ke dalam tanah dan zat kimia terlarut tersebut merembes melalui bantuan air sampai mencapai tanah yang kemudian mengikuti aliran air tanah bergerak menuju sumur. Mangan tersebut selanjutnya akan mencemari sumur gali masyarakat yang akhirnya dapat masuk ke dalam tubuh manusia yang menggunakan air bersih tersebut.

Hasil pengamatan diketahui tidak semua air sumur gali tercemar terhadap oleh limbah mangan yang dihasilkan dari kegiatan pencucian tanah. Kandungan Mangan (Mn) pada air sumur gali di RT 08 Dusun Karangsari Desa Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya bervariasi, kandungan Mangan (Mn) dalam air sumur gali yang berada di sekitar tempat pencucian tanah dari 17 sampel hanya 4 sampel (23.53%) yang kandungan Mn nya diatas ambang batas, dan 13 sampel (76.47%) dibawah ambang batas. Hasil tersebut menunjukan bahwa sebagian air sumur gali yang ada di RT 08 Dusun Karangsari tidak memenuhi syarat kualitas air bersih Permenkes No. 416/MENKES/PER/ IX/1990 bahwa kadar Mangan maksimum yang diperbolehkan yaitu 0,5 mg/l.

Hasil identifikasi dilapangan menunjukan air yang dipakai atau digunakan untuk keperluan sehari–hari berasal dari sumur gali. Penggunan air sumur gali di masyarakat Dusun Karangsari Desa Karangnunggal yaitu digunakan untuk minum sebesar 100%, masak sebesar 100%, mandi sebesar 100% mencuci pakaian sebesar 100% mencuci peralatan rumah tangga sebesar 100% dan digunakan untuk mencuci bahan-bahan masakan sebesar 100%.

Logam mangan (Mn) yang meresap melalui tanah akan mencemari air tanah yang selanjutnya akan mencemari air sumur gali dan akan masuk kedalam tubuh manusia yang menggunakan sumber air bersih yang berasal dari sumur gali. Logam Mn akan masuk kedalam tubuh melalui air yang dikonsumsi, dalam waktu yang lama akan mengakibatkan efek bagi tubuh. Mangan dalam dosis tinggi bersifat toksik. Paparan dosis tinggi dalam waktu singkat menunjukkan gejala berupa kegemukan, glucose intolerance, penggumpalan darah, gangguan kulit, menurunnya kadar kolesterol, mengakibatkan cacat lahir, perubahan warna rambut, gangguan sistem syaraf, gangguan jantung, hati dan pembuluh vaskuler, menurunnya tekanan darah, kerusakan otak, serta iritasi alat pencernaan. Paparan Mn lewat kulit bisa

(8)

8

mengakibatkan tremor, kegagalan koordinasi, dan dapat mengakibatkan munculnya tumor (Widowati, 2008 : 248-249).

Tingkat absorpsi mangan (Mn) ditentukan oleh status Mn dalam tubuh dan kandungan Mn dalam makanan. Absorpsi Mn oleh alat pencernaan makanan kurang dari 5%. Mangan (Mn) ditransportasikan dalam plasma Kadar Mn dalam tubuh manusia berbobot badan 70 kg adalah sebesar 12 - 16 mg, tingkat absorpsi Mn sebesar 3 – 4 % dari makanan dan kadar Mn pada plasma sebesar 1-2 µg/Dl (Widowati, 2008 : 247). Mn ditransportasikan oleh protein transmanganin dalam plasma, dalam waktu singkat Mn berada di empedu dan diekskresikan lewat feses. Mn akan terkonsentrasi dalam mitokondria sehingga jaringan yang kaya akan organel akan menyimpan Mn dalam jumlah besar seperti kelenjar endokrin, pankreas, hati, ginjal, usus dan tulang. Waktu paruh Mn dalam tubuh 37 hari, Mn siap melintasi barier darah-otak dengan waktu paruh Mn lebih lama dibandingkan di bagian tubuh lain. Ditemukan pula Mn di ganglia basal dan otak kecil (Widowati, 2008: 247).

2. Jarak Sumur Gali Dengan Tempat Pencucian Tanah Tabel 2

Distribusi Frekuensi Jarak Sumur Gali Dengan Tempat Pencucian Tanah di RT 08 Dusun Karangsari Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal

Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2012 Jarak Sumur Gali Dengan

Tempat Pencucian Tanah (meter) Frekuensi % 20.48 1 5.9 26.27 1 5.9 51.93 1 5.9 52.8 1 5.9 56.4 1 5.9 74.61 1 5.9 147.52 1 5.9 289.20 1 5.9 408.95 1 5.9 447.35 1 5.9 457.1 1 5.9 458.64 1 5.9 478.99 1 5.9 588.62 1 5.9 609.2 1 5.9 799.35 1 5.9 809.2 1 5.9 Total 17 100

(9)

9

Berdasarkan sampel yang diambil sebanyak 17 sampel diketahui jarak sumur gali dengan tempat pencucian tanah di RT 08 Dusun Karangsari sangat bervariasi, jarak terdekat yaitu 20,48 meter dan jarak terjauh yaitu 809.20 meter. Menurut teori yang dikutif dari Riyadi bahwa jarak aman sumber air bersih dari tempat pembuangan bahan kimia adalah 25 meter (Ariyanti, 2010 : 109). Hal ini dapat memungkinkan terjadinya resapan air limbah Mangan (Mn) yang menyebabkan adanya pencemaran air sumur gali. Berdasarkan hasil penelitian diketahui ada 16 sumur gali yang berjarak lebih dari 25 meter, dan 1 sumur gali yang berjarak kurang dari 25 meter. Penelitian ini tidak sejalan dengan teori Riyadi, karena pada jarak 26.27 meter ternyata ditemukan kandungan mangan (Mn) dalam air sumur gali yang melebihi nilai ambang batas, dalam teori Riyadi bahwa jarak aman sumber air bersih dari tempat pembuangan bahan kimia adalah 25 meter. Air tanah membutuhkan energi untuk bergerak. Air tanah mempunyai energi dalam bentuk energi mekanik, energi ternal, dan energi kimia. Energi yang dimiliki oleh air tanah ini dapat berbeda dalam pengertian ruang, yaitu berbeda dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Perbedaan energi tersebutlah yang menyebabkan air akan mengalir dari lokasi yang mempunyai energi lebih tinggi ke tempat yang mempunyai energi lebih rendah untuk menyamakan energinya (Notodarmojo, 2005 : 276).

Selain itu diketahui ada beberapa air sumur gali yang mempunyai jarak sangat jauh dari tempat pencucian namun memiliki kandungan Mn melebihi nilai ambang batas, hal tersebut tidak sejalan dengan teori Kusnoputranto berdasarkan teori tersebut sumber air yang ada di masyarakat sebaiknya harus berjarak lebih dari 115 meter dari tempat pembuangan bahan kimia (Kusnoputranto, 1986: 56). Berdasarkan hasil penelitian ternyata sumur gali yang berjarak lebih dari 115 meter dari tempat pencucian tanah masih tercemar oleh limbah Mn. Maka dari itu dalam hal ini yang berperan penting bukan lagi jarak namun ada faktor lain yang dapat mempengaruhi yaitu porositas, permeabilitas, infiltrasi, konduktifitas, arah aliran air tanah, tekstur tanah dalam hal ini tekstur tanah yang berbatu dan berpasir memerlukan jarak yang lebih jauh dibandingkan jarak yang diperlukan untuk daerah yang lapisan tanahnya berbentuk tanah liat.

(10)

10

3. Hubungan Antara Jarak Sumur Gali Dengan Tempat Pencucian Tanah Terhadap Kandungan Mangan (Mn)

Hasil uji statistik diketahui bahwa taraf signifikan (sig 2-tailed) jarak sumur gali dengan tempat pencucian tanah terhadap kandungan mangan (Mn) dalam air sumur gali mempunyai nilai (p = 0.759 > 0.05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jarak sumur gali dengan tempat pencucian tanah terhadap kandungan mangan (Mn) di RT 08 Dusun Karangsari Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya tahun 2012.

Selain porositas, permeabilitas, infiltrasi, konduktifitas, tekstur tanah, ada beberapa hal yang diketahui dapat mempengaruhi kualitas air sumur gali di RT 08 Dusun Karangsari Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya. Meskipun tempat pencucian sudah permanen dan memperkecil limbah Mn langsung kontak dengan tanah namun ketika proses pencucian air limbah Mn jatuh langsung ke tanah, sehingga air limbah akan meresap langsung kedalam tanah dan bergerak mengikuti arah aliran air tanah dan akan mencemari air tanah yang selanjutnya akan mencemari air sumur gali.

Kandungan Mn dalam air sungai juga akan mempengaruhi kandungan Mn dalam air sumur gali, hal tersebut bisa terjadi apabila kedalaman sumur lebih dalam dibandingkan kedalaman sungai, berdasarkan hasil penelitian pada sampel yang sama sampel pertama penelitian jarak sumur gali dengan tempat pencucian tanah yang berjarak 147.52 meter memiliki kandungan Mn 0.8 mg/l, dan sampel kedua jarak sumur gali dengan sungai yang berjarak 72.10 meter memiliki kandungan Mn dalam sungai 1.9 mg/l diketahui kandungan Mn dalam air sumur galinya yaitu 0.8 mg/l. maka dari itu kandungan Mn dalam air sumur gali pada sampel tersebut bukan tercemar limbah Mn dari tempat pencucian tanah namun tercemar dari kandungan Mn sungai dikarenakan jarak sumur gali lebih dekat dengan sumber pencemar lain yaitu sumber pencemar dari sungai.

Semakin banyak jumlah sumber pencemar lain yang terdapat di sekitar sumur gali maka akan semakin banyak yang mempengaruhi kandungan Mn dalam air sumur gali tersebut. Berdasarkan hasil observasi maka diketahui bahwa di lingkungan RT 08 sumber pencemar tidak hanya tempat pencucian saja, namun ada sumber pencemar lain yaitu saluran pembuangan air limbah, gundukan limbah Mn dari

(11)

11

tempat pencucian, dan terdapat tempat penggalian Mn yang berada di dekat sumur gali. Penggalian Mn berada di gunung tepat di atas sumur gali sehingga sumur gali yang letaknya di bawah penggalian maka bahan pemcemar bersama aliran air tanah akan mengalir untuk kemudian mencapai sumur gali (Marsono, 2009 : 46).

Proses penggalian Mn menghasilkan limbah Mn yang sangat banyak dibandingkan dengan limbah hasil proses pencucian, Penggalian dibantu dengan menggunakan air untuk memudahkan proses penggalian. Air sisa dari proses penggalian menjadi sebuah genangan yang sangat besar sehingga memungkinkan terjadi pencemaran pada sumur gali yang berada di bawah kaki gunung tempat penggalian. Air limbah yang mengandung Mn dari penggalian akan mengalir kedalam air tanah menuju sumur. Berdasarkan hasil observasi ketika survey awal dan ketika penelitian maka diketahui terdapat 4 sampel sumur yang berada dibawah tempat penggalaian, hal tersebut diperkuat berdasarkan informasi warga bawasannya 4 sumur tersebut berada dibawah tempat penggalian. Hasil uji laboratorium menunjukan bahwa 4 sumur tersebut memiliki kandungan Mn lebih besar dibandingkan dengan air sumur gali yang lain. Sampel 4 air sumur gali tersebut berjarak paling jauh dari tempat pencucian Mn, Jarak 588.62 meter dari pencucian tanah memiliki kandungan Mn sebesar 1.1 mg/l, Jarak 609.20 meter dari pencucian tanah memiliki kandungan Mn sebesar 0.9 mg/l, Jarak 799.35 meter dari pencucian tanah memiliki kandungan Mn sebesar 0.4 mg/l, Jarak 809.20 meter dari pencucian tanah memiliki kandungan Mn sebesar 0.5 mg/l, dengan demikian kemungkinan air sumur gali tersebut tercemar bukan dari tempat pencucian namun dari sumber pencemar lain yaitu dari tempat proses penggalian. Sehingga penentuan lokasi pembuatan sumur yang jauh dari sumber pencemar merupakan usaha untuk mencegah dan mengurangi resiko terhadap pencemaran.

Sumur gali merupakan salah satu sarana penyediaan air bersih yang perlu mendapat perhatian, karena mudah sekali mendapatkan pencemaran dan pengotoran yang berasal dari luar terutama jika konstruksi sumur gali tersebut tidak memenuhi syarat. Pembangunan sebuah sumur tanpa mempertimbangkan syarat-syarat konstruksi sebuah sumur yang sehat memiliki resiko terhadap pencemaran (Marsono, 99 : 2009). Berdasarkan hasil penelitian diketahui dinding semen sumur sedalam 3 meter dari atas permukaan tanah tidak di plester dengan sempurna mempunyai andil

(12)

12

yang sangat besar dalam pencemaran air sumur gali, karena diketahui dari 17 sumur gali ternyata hanya 5 sumur gali yang memenuhi syarat. Dinding sumur gali yang tidak diplester dengan sempurna akan mengakibatkan Mn dari air tanah masuk dengan mudah melalui dinding sumur. Sehingga air sumur gali akan mudah tercemar Mn.

Selain itu curah hujan juga berpengaruh, curah hujan yang mencapai permukaan tanah akan bergerak sebagai limpasan permukaan atau infiltrasi. Infiltrasi merupakan proses masuknya air hujan ke dalam lapisan permukaan tanah dan turun ke permukaan air tanah (Sosrodarsono, 2006 : 77). Pengaruh intensitas curah hujan pada limpasan permukaan tergantung dari kapasitas infiltrasi. Jika intensitas curah hujan melampaui kapasitas infiltrasi maka besarnya limpasan permukaan akan segera meningkat sesuai dengan peningkatan intensitas curah hujan sehingga curah hujan yang cukup tinggi sepanjang musim dapat lebih mengencerkan air yang tercemar (Sosrodarsono, 2006 : 135).

Sampel air sumur gali diambil ketika musim hujan, dikarenakan musim tidak bisa dikendalikan. Sehingga memungkinkan sampel air sumur gali yang diambil sudah terkontaminasi oleh air hujan dan mengencerkan air yang sudah tercemar sehingga kandungan Mn dalam air sumur gali dapat berkurang. Berdasarkan hasil uji laboratorium ketika survey awal dan penelitian terjadi perubahan kandungan Mn dalam air sumur gali. Perubahan tersebut nampak jelas dikarenakan pengambilan sampel ketika survey awal dilakukan ketika musim kemarau panjang dan pengambilan sampel untuk penelitian dilakukan pada musim hujan. Ketika musim kemarau air sumur gali yang memiliki jarak 26.27 meter mengandung Mn sebesar 1.30 mg/l sedangkan pada musim hujan mengandung Mn sebesar 1.10 mg/l. Ketika musim kemarau jarak 74.61 meter mengandung Mn 0.58 mg/l sedangkan ketika musim hujan kandungan Mn 0.30 mg/l. Perbedaan tersebut sangat jelas, pengambilan sampel pada musim hujan dapat menurunkan kandungan Mn dalam air sumur gali.

PENUTUP 1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan jarak sumur gali dengan tempat pencucian tanah terhadap kandungan Mangan (Mn) di RT 08 Dusun Karangsari Desa

(13)

13

Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya tahun 2012 maka dapat disimpulkan :

a. Jarak sumur gali dari tempat pencucian sangat beranekaragam, tidak ada jarak yang sama adapun jarak paling dekat dengan tempat pencucian yaitu 20.48 meter dan jarak paling jauh yaitu 809.2 meter.

b. Kandungan mangan (Mn) dalam air sumur gali yang berada di sekitar wilayah tempat pencucian tanah dari 17 sampel hanya 4 sampel yang kandungan Mn nya diatas ambang batas, dan 13 sampel dibawah ambang batas, dengan rata-rata kandungan Mn dalam air sumur gali yaitu 0.435 mg/l. Berdasarkan syarat kualitas air bersih Permenkes No. 416/MENKES/PER/ IX/1990 kandungan yang diperbolehkan yaitu 0.5 mg/l maka kandungan Mn dalam air sumur gali di RT 08 Dusun Karangsari Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya tahun 2012 masih dibawah ambang batas.

c. Tidak ada hubungan antara jarak sumur gali dengan tempat pencucian tanah terhadap kandungan mangan (Mn) di RT 08 Dusun Karangsari Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya tahun 2012 dengan nilai p = 0.759 > 0.05 .

2. Saran

a. Bagi Instansi Terkait

1) Pemerintahan dalam hal ini Dinas Pertambangan dan Energi perlu melakukan pengawasan terhadap kegiatan pertambangan Mangan (Mn) agar tidak semakin banyak pertambangan Mangan (Mn) liar yang akan mencemari lingkungan. 2) Dinas Kesehatan perlu melakukan penyuluhan kesehatan yang terkait dengan

kondisi lingkungan dan sarana air bersih serta memberikan pemahaman kepada masyarakat akan bahaya Mangan ( Mn) yang terkandung dalam air sumur gali. b. Bagi Masyarakat

Sebaiknya Masyarakat memasak air yang akan dikonsumsi hingga mendidih. c. Bagi Peneliti Lain

Kepada peneliti selanjutnya sebaiknya penelitian tentang pencemaran Mn ataupun logam berat dilkukan pada musim kemarau.

(14)

14

DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, Santi dkk., 2010, Hubungan Antara Jarak Sumur Dari Sungai Tempat

Pembuangan Limbah Cair Tapioka Dengan Kadar Sianida Air Sumur Gali Di Desa Ngamplak Kiduk Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati, [online]

http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas/article/view/1867, [5 Agustus 2012]. Chandra, Budiman, Pengantar Kesehatan Lingkungan. Buku Kedokteran EGC,

Jakarta, 2007.

Deyence, Dita, Hubungan Antara Jarak Sumur Gali Dengan Saluran Pembuangan

Limbah Mangan (Mn) Terhadap Kandungan Mangan (Mn) Di Sekitar

Pertambangan Mangan (Mn) Di Desa Karangnunggal Kecamatan

Karangnunggal, Tasikmalaya, 2011.

Effendi, Hefni. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolan Sumber Daya Lingkungan, Kanisius, Yogyakarta, 2003.

Ginting, Perdana, Sistem Pengelolaan Lingkungan Dan Limbah Industri, CV. Yrama

Widya, Bandung, 2007.

Ghani, 2010, Mangan, [online] http://bilangapax.blogspot.com/2011/02/mangan.html, [14 Juni 2012].

Hau’Oni, Kris dkk., Pengoperasian & Perawatan Sarana Air Bersih Sistem Gravitasi

Bahan bacaan praktis untuk teknisi pedesaan, Deutsche Gesellschaft fur

Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, Jakarta, 2008. Ricki M,Mulia, Kesehatan Lingkungan. Graha Ilmu, Yogyakarta, 2005.

Mulyani, Mul Sutedjo, Pengantar Ilmu Tanah, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002. Notodarmojo, Suprihanto, Pencemaran Tanah Dan Air Tanah, ITB, Bandung, 2005. Peraturan Menteri Kesehatan No.416/Menkes/Per/IX/1990

Pitojo, Setijo, & Eling Purwantoyo, Deteksi Pencemar Air Minum, Aneka Ilmu, Semarang, 2003.

Purwanto, Awas Polusi, PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2007.

Sastroasmoro, Sudigdo, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Binarupa Aksara, Jakarta, 1995.

Sosrodarsono, Suyono, Hidrologi Untuk Pengairan, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 2006.

Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, 2004.

Walujo,Tjoek, Pengelolaan Sumber Daya Air,Bayumedi Publishing, Malang,2007. Widowati, Wahyu., et al.,Efek Toksik Logam, C.V Andi Offset, Yogyakarta, 2008.

(15)

15

Wikipedia, 2012, gerak brown, [online] http://id.wikipedia.org/wiki/Gerak_Brown, [14 September 2012].

Yudo, Satmoko, Kondisi Pencemaran Logam Berat Di Perairan Sungai DKI Jakarta, JAI Vol.2 No.1 2006.

Referensi

Dokumen terkait

Tajdidun Nikah yang menggambarkan situasi dan kondisi dari suatu masalah yang diteliti ialah terjadinya tajdidun nikah setelah pernikahan yang pertama selesai

Peak area hasil Gas Chromatografi untuk setiap sampel kemudian diplotkan pada grafik standar, sehingga dapat diketahui konsentrasi etanol dari tiap sampel tersebut... Data

Loyalitas konsumen merupakan lamanya konsumen menggunakan didasarkan pada kebiasaan dan keinginan untuk tidak berpindah. Konsumen yang loyal adalah konsumen yang sangat

Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama (Suprijono, 2009). Tekun menghadapi tugas; b). Ulet menghadapi

Untuk memastikan bahwa perangkat lunak yang dibuat memiliki standar minimal kualitas, maka salah satu metode untuk pengukuran kualitas perangkat lunak secara kuantitatif

lesson study diantaranya adalah: (1) rekan kerja antarguru diberikan kesempatan secara nyata untuk dapat terlibat langsung menyaksikan dan mengamati proses pembelajaran di

pada huruf j tersebut diatas, pada tanggal 12 September 2019 KPU in casu Para Teradu kembali menerima Surat dari DPP Partai Gerindra dengan nomor

Spesies ikan karang lain yang memiliki kelimpahan tinggi yaitu Cirrhilabrus cyanopleura yang masuk kedalam famili labridae dengan nilai kelimpahan 16.340 Ind/Ha, spesies ikan