• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI VII DPR RI DENGAN

DIRJEN MINERBA KEMENTERIAN ESDM RI DAN KETUA ASOSIASI PERTAMBANGAN INDONESIA (IMA)

Tahun Sidang : 2018-2019 Masa Persidangan : III (tiga)

Rapat ke- :

Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Hari, Tanggal : Kamis, 10 Januari 2019 Waktu : 14.00 WIB – 16.52 WIB Tempat : R. Rapat Komisi VII

Ketua Rapat :

Ir. H.M. RIDWAN HISYAM (Wakil Ketua Komisi VII/F-PG) Sekretaris Rapat :

Dra. Nanik Herry Murti (Kepala Bagian Sekretariat Komisi VII)

Acara : 1. Laporan Hasil Pelaksanaan DMO Batubara Tahun 2018

2. Proyeksi Produksi dan Eksport Batubara Tahun 2018 3. Dan lain-lain

Hadir : 14 Anggota

Dengan rincian:

Fraksi PDI-P ... orang dari 10 Anggota Fraksi Partai Gerindra 2 orang dari 7 Anggota Fraksi Partai Golkar 3 orang dari 8 Anggota Fraksi PAN 1 orang dari 4 Anggota Fraksi Partai Demokrat 3 orang dari 5 Anggota Fraksi PKB 1 orang dari 4 Anggota Fraksi PKS 2 orang dari 4 Anggota Fraksi PPP 1 orang dari 3 Anggota Fraksi Partai Hanura ... orang dari 2 Anggota Fraksi Partai Nasdem 1 orang dari 3 Anggota

(2)

KETUA RAPAT F-P.GOLKAR (Ir. H.M. RIDWAN HISJAM): Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh Salam sejahtera untuk kita semuanya.

Yang saya hormati Bapak-Bapak Para Anggota Komisi VII DPR RI,

Yang kami hormati Dirjen Minerba Kementerian ESDM Republik Indonesia beserta jajarannya,

Yang saya hormati Ketua umum Asosiasi Indonesia Mining association beserta jajarannya,

Yang kami hormati Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) beserta jajarannya dan seluruh hadirin yang saya hormati,

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa pada siang dan sore hari ini kita dapat melaksanakan tugas-tugas konstitusional kita, dimana pada hari ini Para Anggota DPR RI Komisi VII DPR RI melaksanakan rapat dengar pendapat dengan Dirjen Minerba Kementerian ESDM Republik Indonesia dan dengan Asosiasi Indonesia Mining Association dan Pertambangan Batu Bara Indonesia.

Sesuai dengan undangan yang telah disampaikan dan berdasarkan jadwal rapat Komisi VII DPR RI pada masa persidangan III tahun sidang 2018 – 2019. Pada hari ini Komisi VII DPR RI akan melaksanakan RDP dan rapat dengar pendapat umum dengan agenda:

1. Membahas laporan hasil pelaksanaan (...) Batu Bara tahun 2018, 2. Proyeksi produksi dan eksport batu bara tahun 2019 dan,

3. Lain-lain,

Berdasarkan data yang sudah ada di Sekretariat Komisi VII DPR RI telah hadir sepuluh anggota dari enam Fraksi dan sesuai dengan Pasal 251 Ayat (1) Peraturan DPR RI tentang Tata Tertib, rapat ini telah memnuhi kuorum. Oleh karena itu dengan mengucapkan Bismillaahirrahmaanirrahiim rapat pada hari ini saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.

Rapat dibuka pukul: 15.02 WIB Bapak ibu yang kami hormati,

Seperti kita ketahui bersama bahwa Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang mineral batu bara telah menamanatkan pemerintah untuk dapat mentetapkan kebijakan pengutamaan kebutuhan mineral dan atau batu bara untuk kepentingan nasional, dengan cara pengendalian produksi dan eksport. Untuk itu

(3)

pemerintah sejak tanggal 7 Maret 2018 menerbitkan PP nomer 8 tahun 2018 sebagai perubahan ke lima atas PP nomor 23 tahun 2010 tentang pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batu bara. Terbitnya PP tersebut dimaksudkan untuk mewajibkan pemegang IUP operasi produksi dan IUP PK, operasi produksi memenuhi kebutuhan batu bara untuk kepentingan dalam negeri yaitu domestik market obligation atau kita lebih kenal DMO.

Selanjutnya sebagai aturan pelaksanaan tindak lanjut pemerintah menerbitkan peraturan Menteri ESDM nomor 19 tahun 2018 tentang perubahan ke dua Permen ESDM nomor 7 tahun 2017 tentang tata cara penetapan harga petokan penjualan mineral logam dan batu bara. Serta peraturan sekema harganya, yaitu keputusan Menteri Energi dan sumber daya mineral nomor 13 95K/30/NEM/2018 tentang harga jual batu bara untuk kepentingan umum. Terkait hal tersebut rapat kita pada hari ini ingin mendengarkan penjelasan dari Dirjen Minerba Kementerian ESDM Republik Indonesia dan juga mendengarkan dari Ketua Umum Indonesia Indonesia Mining Association dan Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia terkait laporan hasil pelaksanaan DMO batu bara pada tahun 2018 dan juga sekaligus proyeksi tahun 2019.

Sebagaimana yang sudah ditentukan pelaksanaan amanat Undang-Undang 4 tahun 2009 tentang Minerba. Selanjutnya untuk efektifnya rapat kami persilakan pada kesempatan pertama Bapak Dirjen Minerba untuk menyampaikan dan sekaligus nanti bisa dilanjutkan oleh Ketua Indonesia Mining Association dan Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia. Untuk itu kami memberi kesempatan. Silakan.

DIRJEN MINERBA:

Terima kasih Bapak Pimpinan.

Yang kami hormati Bapak Pimpinan Komisi VII DPR RI, Bapak Wakil Ketua,

Bapak-Bapak Anggota Komisi VII DPR RI, Yang kami hormati juga Ketua IMA, APPI dan, Bapak-bapak hadirin sekalian,

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh Selamat siang salam sejahtera bagi kita semua.

Pertama-tama kami ucapkan terima kasih atas surat Pimpinan DPR RI dalam mengundang kami bersama IMA dan APPI untuk menyampaikan laporan hasil pelaksanaan DMO batu bara tahun 2018 dan proyeksi produksi eksport batu bara tahun 2019. Untuk itu mohon izin kami akan menyampaikan paparan beberapa slide yang mungkin cukup mengambil waktu, karena kami akan menyampaikan secara lengkap apa yang menjadi kebijakan DMO serta pelaksanaannya.

(4)

Kami mulai dari pertama halaman 4. Jadi kalau kita melihat pengaturan DMO batu bara ini sebetulnya sudah diatur sejak tahun 2008, DMO batu bara. Permen DMO setiap tahun itu diterbitkan. Karena apa, karena memang itu adalah penetapan presentase DMO (Domestic Market Obligation) terhadap produksi nasional batu bara. Sehingga untuk tahun 2018 kita menerbitkan Permen ESDM nomor 25 tahun 2018, yang dimana Pasal 32-nya menyebutkan Menteri menetapkan jumlah jenis kebutuhan batu bara untuk pemenuhan dalam negeri. Kemudian di dalam pelaksanaan permen tersebut diterbitkan pula Kepmen ESDM nomor 1395/30 tahun 2018 dimana Kepmen ini khusus untuk mengatur harga jual batu bara.

Harga jual batu bara untuk penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umm sebesar US$ 70 . Jadi kalau untuk harga batu bara umum berlaku harga batu bara acuan yang ditentukan atas dasar indeks pasar yaitu global terus kemudian newcastle dan ICI itu merupakan standar standar dan plat. Itu standar standar Badan atau Lembaga yang mengeluarkan harga pasar standar harga batu bara. Nah HBA US$ 70 berlaku untuk tahun 2018 dan tahun 2019 dengan jumlah volume penjualan batu bara paling banyak 1 juta ton (...) ton pertahun. Ini kenapa memang kita tahu seperti saat ini jumlah kebutuhan batu bara untuk listrik nasional itu kurang lebih realisasi hanya 93 koma sekian juta ton. Kemudian selanjutnya Kepmen nomor 23 tahun 2018 ini adalah dalam rangka menetapkan presentase minimal DMO sebesar 25% dari rencana jumlah presentase 100% dari tahun 2018.

Perusahan yang tidak memiliki DMO dikenakan sanksi pemotongan produksi tahun 2019. Jadi ini adalah wapmen yang mengatur besaram kewajibannya 25% dan apabila tidak mencapai 25% maka akan dikenakan sanksi pemotongan kuota produksi dari masing-masing perusahaan sesuai dengan diberikan dengan harga APIM. Selanjutnya di surat Menteri ESDM merupakan pemberitahuan kepada perusahaan-perusahaan yaitu perusahaan (...) yang isinya adalah perusahaan PKP2B dan YPUP setiap bulan harus menjual dan memasok kepada PLN sebesar seper 12 dari kewajiban DMO atau sesuai dengan kesepakatan rapat dengan PLN. Ini adalah untuk implementasi lebih lanjut bahwa perusahaan-perusahaan itu harus mengatur alokasi distribusinya setiap bulan.

Untuk menjaga kesetabilan posokan batu bara PLN setiap bulan perusahaan harus mengirim sesuai besaran yang sudah ditetapkan dalam kontrak PLN dan perusahaan dan perusahaan batu bara atau melalui penjualan langsung. Yang ketiga perusahaan yang tidak memiliki kontrak dengan PLN tetap memiliki kewajiban dengan pemenuhan DMO melalui transfer kuota. Nah selanjutnya di nomor 5 di surat Menteri ESDM nomor 2841 ini juga mengatur pemberitahuan mengenai pelaksanaan pemenuhan DMO ditujukan untuk kepada pembangkit listrik untuk kepentingan umum yaitu PLN dan IPP serta pengguna akhir lainnya. Jadi DMO itu bukan, memang kalau DMO itu bukan hanya listrik dan pengguna user di domestik, jadi kalau yang 70 maksud saya.

Yang 70 itu hanya untuk PLN dan IPP tetapi kalau untuk domestik adalah semuanya termasuk industri-industri yang ada di dalam negeri. Perusahaan yang tidak memenuhi kewajiban DMO hanya akan diberikan tujuan tingkat produksi tahun 2019 sebesare 4 kali dari realisasi. Ini adalah penalti penalti apabila mereka tidak

(5)

memenuhi. Kemudian yang mekanisme dalam proses transfer kuota dilakukan sesuai dengan kesepakatan bisnis. Namun harus melaporkan secara berkala dan di sahkan oleh pemerintah. Nomor 6 Menteri ESDM juga telah memberikan acuan atau pun edaran bagi perusahaan yang belum memenuhi kewajiban DMO sebesar 25% sampai akhir triwulan 3 harus melaksanakan kewajiban pemenuhan 25% dari sealisasi (...) setiap triwulan. Ini adalah sebetulnya merupakan gaiden pemerintah secara terus menerus bagaimana supaya DMO itu bisa terpenuhi. Sanksi pengurangan produksi dan RKP tahun 2019 (...) tidak dilaksanakan.

Terakhir ini adalah pemberitahuan juga tentang mengenai ditegaskannya (...) DMO batu bara yang dimaksud sebetulnya 80% itu adalah untuk listrik atau kepentingan PLN. Jadi dari 100% DMO itu sebetulnya 80% merupakan kebutuhan PLN atau kebutuhan listrik nasional. Selanjutnya selain itu juga kami sendiri melakukan pemberitahuan, karena memang di dalam konsep usaha pertambangan batu bara ini ada yang dilakukan pembinaan pengawasannya oleh pemerintah tetapi ada juga oleh Pemerintah Daerah dalam hal ini adalah provinsi atau Gurbernur. Nah di dalam pelaksanaannya tentunya yang melakukan adalah Kepala Dinas ESDM. Oleh karena itu dalam rangka untuk melaksanakan DMO di daerah kami juga memberikan surat kepada Kepala Dinas ESDM dimana wajib melakukan evaluasi pelaksanaan DMO tahun 2018 bagi IP yang diterbitkan oleh Gurbernur.

Kemudian YPUP yang tidak memenuhi kewajiban DMO sebetulnya intinya sama dengan surat-surat yang di gaiden yang diberikan oleh ESDM kepada perusahaan yang di bina oleh pemerintah yaitu 25% mengenai penalti, terus kemudian yang selanjutnya adalah mengenai dapat dilakukan pengalihan kuota dan dilakukan betubi. Kemudian yang apabila tidak melakukan akan dilakukan evaluasi terhadap work program yang (...) tahun 2019. Selanjutnya kami akan lanjutkan izin, laporan hasil pelaksanaan DMO tahun 2018 untuk pemanfaatan batu bara domestik memang setiap tahun ini melihatkan kenaikan dari tahun 2014 sampai tahun 2018 dari mulai itu hanya 76 ton , 86 juta ton, 91 di tahun 2016, 97 di tahun 2017 dan 115 di tahun 2018. Ini merupakan cerminan bahwa memang kebutuhan batu bara yang digunakan untuk energi semakin tahun dari tahun ke tahun semakin naik.

Kemudian produksi untuk tahun 2018 ya itu sebesar 528, ini pun mengalami kenaikan secara terus menerus. Nah realisasi produksi DMO batu bara tahun 2018 dari realisasi penjualan batu bara ke bunga akhir dalam juta ton ini terlihat ada gambar 1 mengenai puteran PLTU ini naik dari 65 menjadi 91 juta ton dari tahun ke tahun naik. Mitalorgi ini hampir setabil bahkan ini malah berkurang, kemudian semen ini naik secara karena memang pabrik semen juga naik terus begitu, kemudian briket ini briket ini tidak berkembang baik sehingga juga mengalami penurunan tetapi secara total ini seperti saya sampaikan di slide awal bahwa ini mengalami kenaikan dari tahun 2014 76 dan hampir 2 kali lipat hampir menjadi 115 juta ton. Nah untuk kelistrikan itu sebetulnya disini kelihatan bahwa realisasi sampai November bahkan Desember itu 99 untuk listrik, industri lain hanya ya mungkin ada sebagian sisanya.

Kemudian realisasi produksi dan penjualan batu bara tahun 2018. Untuk produksi target 485 tetapi karena pada pertengahan tahun ada kebijakan dari pemerintah memberikan tambahan insentiv pada waktu itu sehingga 528 juta ton.

(6)

Untuk domestik targetnya 121 tetapi yang terealisasi hanya 115 juta ton. Ini karena mungkin ada beberapa PLTU yang belum selesai sehingga penggunaan batu bara masih belum dilakukan. Nah di target eksport dari 364 ini karena memang batu bara kalau sudah tidak digunakan domestik tidak bisa di stock sehingga mereka tetap melakukan eksport keluar. Nah ini adalah slide selanjutnya adalah realisasi pasokan batu bara per perusahaan atau perjenis usaha. Untuk PKP2B 51 koma hampir 5 juta ton, kemudian IUP OP BUMN 12,8 juta ton, IUP OP PMA 240.000 ton, UP daerah 19 juta ton dan IPP ises power ini adalah 6.900.

Nah selanjutnya pemenuhan kewajiban DMO tahun 2018 sebanyak 36 PKP2B IUP OP BUMN, dan IUP OP PMA telah memenuhi DMO tahun 2018 telah memenuhi DMO tahun 2018. Sedangkan perusahaan PKB dan PKP2B dan IUP OP PMA yang belum memenuhi DMO sebanyak 34 perusahaan. Realisasi DMO pemegang PKP2B IUP OP BUMN dan IUP PO PMA sebesar 91 juta ton, 91,72 sebetulnya. Kemudian yang realisasi DMO pemegang IUP OP PMDN atau IUP yang diterbitkan oleh Gurbernur sebesar 24,15 juta ton. Jadi kalau dilihat disini memang kecil dibandingkan itu. Nah selanjutnya di slide 12 ini adalah realisasi pasokan batu bara dalam negeri dari IUP OP PMDN yang berasal dari beberapa provinsi yang paling besar Kalimantan Timur 8,3 juta ton, selanjutnya yang besar pula adalah Kalimantan Selatan 8,0 dan yang besar juga Sumatera Selatan.

Jadi ini yang distribusi DMO dari beberpa provinsi penghasil batu bara. Ada 10 provinsi yang menghasilkan batu bara yang memberikan kontribusi terhadap kebutuhan domestik nasional. Kemudian untuk bagi perusahaan yang tidak bisa seperti kami sampaikan tadi mereka melakukan transfer kuota dan ini dilakukan betubi oleh perusahaan per-perusahaan tanpa melibatkan keterlibatan pemerintah. Pemerintah hanya melihat pengesahan saja apabila mereka sudah melakukan transfer kuota dan di sahkan sebagai bagian dari pemenuhan DMO. Surat Menteri ESDM perusahaan yang tidak memiliki kontrak dengan (...) tetap memiliki kewajiban pemenuhan DMO melalui mekanisme transfer kuota. Nah selanjutnya ini ada gaiden gaiden surat Menteri.

Mekanisme dan proses transfer dilakukan sesuai kesepakatan bisnis namun harus melaporkan secara berkala setiap akhir bulan kepada Menteri ESDM (...) Dejenerba dengan melampirkan bukti tanda pengiriman atau penerimaan dari pengguna akhir di domestik PLN, IPP dan pengguna akhir lainnya yaitu industri-industri lain untuk di catat dan disahkan. Kemudian untuk keputusan Dirjen ini juga memberikan pedoman-pedoman intinya adalah bagaimana melakukan evaluasi dan penetapan pengalihan kuota dalam rangka pemenuhan kewajiban penjual batu bara untuk pemenuhan dalam negeri. Yang pertama pedoman pelaksanaan permohonan evaluasi dan penetapan pemenuhan kewajiban penjualan batu bara untuk kepentingan dalam negeri dalam rangka pengalihan kuota.

Yang kedua adalah pedoman pelaksanaan permohonan evaluasi dan penetapan kuota dalam rangka pemenuhan kewajiban penjualan batu bara untuk kepentingan dalam negeri. Yang selanjutnya adalah ini mekanismenya chart mekanismenya yang sebagaimana melakukan SOP transfer kuota dan selanjutnya

(7)

di halaman 16 ada pesyaratannya sangat detail sekali surat permohonan, form isian dan sebagainya sampai ada beberapa pesyaratan dimana ini adalah untuk meyakinkan mereka telah melakukan pemenuhan DMO dan ini asli bermaterai bahkan sampai surat pernyataan kebenaran dokumen kita tetapkan. Kemudian yang halaman 17 adalah SOP pelaksanaan pengalihan kuota melalui dari pesyaratan sampai permohonan ada beberapa ini adalah (...) karena bagi perusahaan yang tidak mempunyai produk dijual ke (...) mereka harus melakukan transfer kuota.

Nah transfer kuota untuk telah ditetapkan sebanyak 62 perusahaan dengan total kelebihan kuota sebesar 22 juta ton. Jumlah perusahaan yang melakukan transfer kuota dan telah (...) sebanyak 56 perusahaan dengan total kuota yang dialihkan sebesar 17,4 juta ton. Kemudian kami lanjutkan dengan rencana produksi dan eksport batu bara tahun 2019, kami telah menerima beberapa usulan proposal dari perusahaan dan kami perkirakan rencana produksi batu bara nasional untuk tahun 2019 ini sekitar 479,8 juta ton, kuota PKP2B IUP OP BMN UP PPN sekitar 379,8 juta ton dan kuota untuk IUP OP Provinsi sekitar 100 juta ton. Ini adalah pembagiannya, ini adalah bahan langkah sementara karena memang RKB dalam rangka finalisasi jadi belum ditetapkan. Nah DMO untuk tahun 2019 kami perkirakan sesuai dengan tahun ketahun dari tahun 2008 itu sebesar 25%.

Jadi kalau 25% kali sekitar 479 itu mungkin sekitar 128 juta ton. Dengan realisasi sekarang 115 kita harapkan ini akan melebihi apa yang diminta. Sehingga kita akan aman terhadap DMO (Domestic Market Obligation) yang ditetapkan atau pun yang dibutuhkan oleh domestik industri maupun PLN. Kemudian rencana penggunaan DMO dari perusahaan-perusaahan atau pun dari jenis usaha ini kami sebutkan di halaman 22 untuk PLTU kurang lebih 95,7 juta ton, kemudian untuk mitalorgi perusahaan mitalorgi itu sekitar 5,4 juta ton, untuk pupuk sekitar 1,5 juta ton, semen 16,15 juta ton, tekstil 3,02 juta ton, kertas 6,2 juta ton dan briket yang masih belum berkembang bagus 14.500 dan sebelah kanannya kemudian ini adalah kualitas kualitas yang dibutuhkan oleh domestic market obligation.

Mungkin itu Bapak Pimpinan yang dapat kami sampaikan paparan mengenai DMO dari dasar-dasar hukum serta gaiden-gaiden pelaksanaannya, serta realisasi dan rencana tahun 2019. Demikian terima kasih.

Wassalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Dirjen.

Untuk itu kami persilakan Ketua IMA. KETUA IMA:

Terima kasih Pak Pimpinan Sidang.

Dari IMA sendiri kami tidak banyak yang akan kami laporkan karena laporan dari Pak Dirjen sudah cukup lengkap. Kami disini hanya mencoba menjelaskan mengenai Indonesia Mining Assosiation. IMA didirikan pada tanggal 29 Mei 1975

(8)

sebagai wadah komunikasi tambang mineral dan batu bara. Anggota dari IMA sampai saat ini adalah 34 perusahaan tambang yang terdiri dari perusahaan KK 14, PKP 29, UP 11, beserta 74 perusahaan jasa penunjang. Untuk perusahaan batu bara Anggota IMA ada 10 yaitu :

1. PT Adaro Indonesia, 2. PT Arupmin Indonesia, 3. PT Indeks Singkolindo, 4. PT Indo Minko Mandiri, 5. PT Kaltim Primakul, 6. PT Kideco Jaya Agung, 7. PT Mandiri Inti Perkasa, 8. PT Multi Harapan Utama, 9. PT Tanito Harum dan, 10. PT Bukit Asam,

Dari sepuluh ini PKP2B 8 UP 2. Untuk di tahun 2018 yang capaian DMO dari Anggota IMA terhadap DMO Nasional tahun 2018. Jadi total produksi Anggota IMA itu tahun 2018 212.314.000 ton, DMO Nasional 115 juta ton, produksi suplay dari Anggota IMA sebesar 59,4 juta ton. Jadi presentase DMO Anggota IMA terhadap kebutuhan nasional adalah 51,7%. Mengenai tahun 2019 kami masih mengumpulkan data dari para Anggota IMA mengenai proyeksinya dan saya rasa sudah dijelaskan oleh Bapak Dirjen secara lengkap. Demikian pak Bapak Pimpinan Sidang penjelasan singkat dari IMA. Terima kasih pak.

KETUA RAPAT: Terima kasih.

Untuk itu kami persilakan Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia waktu kami persilakan.

KETUA APBI:

Baik terima kasih.

Salam hormat kepada Pak Ketua,

Kepada Para Anggota DPR RI Komisi VII,

Kami Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia kurang lebih memiliki 180 anggota yang bekerja di perusahaan industri batu bara dan menyangkut kurang lebih hampir 95% produksi batu bara di Indonesia. Kami juga sesuai dengan Pak Dirjen dan dengan Ketua Umum IMA mungkin hanya ada satu dua tambahan untuk melengkapi FGD ini Pak Ketua. Di slide berikut ini mungkin dari sisi beberpa slide yang sudah kami siapkan mungkin hanya penambahan saja dari yang disebut tadi

(9)

adalah kami ingin menekankan dari sektor batu bara itu berkontribusi sekitar 80% dari PNBP sektor pertambangan mineral dan batu bara dan juga selama 6 bulan terakhir cukup membantu dari sisi crown acount defisit atau isu yang di hadapkan mengenai kelemahan perekonomian global dan tentu pelebaran defisit transaksi berjalan. Nah dan kedepannya memang ada ingin keinginan peningkatan nilai tambah batu bara dari sisi gasifikasi dan likuefaksi yang dapat menekan import bahan bakar minyak.

Di next slide ini mungkin selama 8 9 bulan terakhir dari sisi industri batu bara ada beberapa kebijakan pemerintah yang dari sektor industri batu bara mensupport industri-industri lain. Satu yang tadi disebut mengenai DMO dan juga dengan penempatan HBA (Harga Batu Bara Acuan Khusus) yang membantu PLN dalam mengatasi defisit. Penggunaan be twenty yang merupakan juga membantu industri sawit, penempatan DHE di Bank Defisa yang membantu perbankan nasional ini selama 3 bulan terakhir, kenaikan tarif penggunaan kawasan hutan bagi pemegang IPPKH dan itu merupakan dari sektor kehutanan dan yang kedua terakhir yang awal tahun ini sedang di godok yaitu penggunaan asuransi nasional dan kewajiban penggunaan kapal nasional kedua ini membantu dari sisi asuransi nasional dan perkapalan nasional.

Sesuai dengan bahan yang dikirim kami juga siapkan next slide prospek dan tantangan untuk pasar dalam negeri. Dari sisi prospek untuk tahun 2019 tetap batu bara merupakan sumber energi primer termurah. Sekarang juga untuk pengembangan hilirisasi batu bara untuk gasifikasi dan pasokan ke industri dalam negeri. Tantangan tentu penetapan kewajiban 25% DMO, ditengah melemahnya pasokan dalam negeri karena realisasi pasokan. Kesulitan pasokan ke pasar dalam negeri dari sisi kualitas dan investasi untuk pengembangan hilirisasi batu bara yang masih belum ekonomis sehingga perlunya ada insentiv. Di next slide ini merupakan lebih dari sisi pasar eksport, tentu aspek lingkungan khususnya terkait perubahan iklim permintaan batu bara dunia yang cenderung flet di tahun 2019 dan ini sesuai dengan angka tadi perkiraan tahun 2019 dari Pak Dirjen Minerba di angka 479 juta tahun ini 521 juta jadi ada selisih 38 juta.

Kemudian 2 terkahir berkurangnya permintaan Cina atas batu bara kalori rendah dan tren turunnya harga batu bara atas ketidakpastian kebijakan Cina. Jadi ini cukup konsisten dengan tadi masukan Pak Dirjen. Slide terakhir dari kami karena tidak banyak panjang lebar, tantangan dalam kelancaran produksi dan eksport mungkin untuk dari sisi karena harga pergerakan batu bara yang menurun untuk peningkatnya kewajiban keuangan yang akan berpengaruh terhadap seriping rasio dan cadangan yang dapat ditambang, kewajiban (...) be twenty yang sekarang menambah biaya operasional dan kewajiban penggunaan asuransi nasional yang berlaku 1 Februari ini perlu ada penerbitannya petunjuk pelaksanaan dan kapal nasional di Mei 2020. Jadi sekian dari kami dari APBI. Terima kasih atas waktunya dari Komisi VII. Terima kasih bapak.

(10)

Terima kasih.

Bapak-bapak dan ibu-ibu yang saya hormati,

Perlu saya ingatkan kembali bahwa kita bukan FGD pak ya. Jadi kita ini kalau dengan pemerintah namanya rapat dengar pendapat tetapi kalau dengan non pemerintah rapat dengar pendapat umum. Konsekuensinya ini ada konstitusi, nah sehingga pertemuan kita di dalam pembahasan ini semuanya di rekam dan semuanya mengikat kepada kita kalau FGD tidak mengikat pak kita diskusi. Untuk itu untuk lebih jelas para anggota kami persilakan untuk bisa menanggapi atau mendalami hal-hal yang tadi telah disampaikan oleh Pak Dirjen maupun Ketua IMA maupun Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batu Bara. Waktu kami persilakan Prof Kurtubi dulu. Silakan Prof.

F-P.NASDEM (DR. H. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Sc): Terima kasih Bapak Ketua.

Sejawat Anggota Komisi VII yang saya hormati yang hadir,

Meskipun Cuma 4 orang memprihatinkan ini untuk kritik untuk DPR RI ya memprihatinkan sekali 6 berikut Pimpinan. Padahal ini masalah yang sangat penting Pak Ketua.

Terima kasih kepada Bapak Dirjen Minerba berikut jajaran.

ada beberapa hal yang saya akan tanya, semua pembicara tadi akan ada pertanyaan. Boleh Pak Ketua ya? Terima kasih.

Pertama ke Pak Dirjen, bisa dijelaskan harga batu bara acuan yang US$ 70 ini berlaku dari 1 Januari sampai 31 Desember 2018 ya Pak Dirjen 1 tahun rata sama setiap tahun setiap bulan sama? HBA-nya betul, HBA-nya konstan. Kita minta data tidak di jawab sekarang. Data tentang harga pasar batu bara tentunya rata-rata setiap bulan dibanding dengan harga DMO dibebankan kepada perusahaan batu bara disandingkan pak, tertulis saja nanti. Lalu berapa besar pajak yang di bayar oleh PKP2B sama IUP batu bara berapa pajaknya berapa PNBP-nya. Biar kita mempunyai gambaran bahwa perusahaan batu bara punya andil signifikan terhadap APBN, ya seberapa besar begitu. Saya beberapa kali menerima keluhan dari rakyat maupun Pemda di dapil saya atau pun di daerah penghasil batu bara.

Perlu ada klarifikasi siapa yang bertanggung jawab atas pembangunan dan maintanance jalan yang dilalui oleh truk-truk batu bara ini. Ini harus clear, jangan sampai itu tanggung jawab Pemda tetapi yang disalahkan perusahaan batu bara misalnya. Memang jalannya di pakai oleh truk batu bara tetapi perusahaan batu bara lepas tangan atau PLN siapa yang bertanggung jawab. Contoh kongkrit, di dapil saya Nusa Tenggara Barat berulang-ulang rakyat itu lapor ke saya bahwa jalan yang begitu sempit setiap hari di pakai mengangkut batu bara dari pelabuhan laut ke

(11)

PLTU jalannya kecil begitu. Ini tanggung jawab Pemda, kalau Pemda itu Kabupaten apa Provinsi atau PLN, dari pelabuhan ke PLTU-nya. Saya sendiri tidak bisa menjawab itu, apakah itu tanggung jawab perusahaan batu bara apa perusahaan PLN sebagai pemakai batu bara nah perlu ada klarifikasi.

Nah saya mendukung penuh jika ada upaya-upaya dari penambang batu bara apakah lewat IMA atau Asosiasi batu bara atau oleh perusahaan batu bara sendiri. Untuk atas dorongan tentunya dari pada Dirjen Minerba untuk memulai berinisiatif berinovasi bagaimana batu bara kita ini dimanfaatkan secara lebih maksimal untuk penggunaan non PLTU, saya melihat presentasenya masih kecil sekali untuk metalorgi, semen, tekstil, pupuk, briket. Yang saya garis bawahi sekali adalah penggunaan untuk briket, apa upaya-upaya yang perlu dilakukan agar penggunaan batu bara untuk briket ini bisa ditingkatkan kedepan ya. Lalu batu bara untuk semen tekstil ini apakah untuk pembangkit yang ada di pabrik semen (...) ya? Iya mirip dengan PLN berarti ini. Jadi misalnya gasifikasi batu bara batu bara itu ide bagus itu, kedepan dia harus menjadi perhatian kita bersama agar pemanfaatan batu bara ini bisa optimal.

Sebab saya harus katakan penggunaan batu bara untuk listrik untuk jauh kedepan ya kita akan kurangi presentase energi mix yang berasal dari batu bara. Ini bukan hari ini berlaku bukan tahun depan tetapi untuk jangka panjang. Alasannya saya pikir kita sudah tahu semua. Komisi VII kita ini kita melahirkan dua Undang-Undang meratifikasi, parisegrimen untuk pengurangan emisi (...) dampaknya terhadap perubahan iklim. Nomor dua ratifikasi konfensi tentang minamata Komisi ini yang melahirkan Undang-Undang itu begitu. Maksud saya batu bara oleh semua pihak sekarang di dunia ini ingin mengurangi pemanfaatannya untuk tenaga listrik. Bukannya di hapus bukan, tetap di pakai karena kut angkut tadi batu bara masih termasuk listrik yang paling murah kut angkut tetapi sekalipun saya tidak sepenuhnya setuju, tolong di catat.

Saya tidak sependapat kalau dikatakan batu bara ini merupakan sumber tenaga listrik yang paling murah tidak sependapat. Murahnya itu sekarang berapa kilo watawer, berapa dolar per KWH, berapa sent dolar per-KWH misalnya. Mungkin 7 8 sent per-KWH rata-rata. Sebab kebetulan ini saya dosen pascasarjana untuk ekonomi energi yang juga berbicara tentang eksternallity cost. Kalau ikut mata kuliah saya di UI itu ada bicara tentang eksternality cost untuk energi. Batu bara semua ilmuan meyakini bahwa batu bara ini perlu ada pembebanan eksternality cost yang terkait dengan aspek pencemaran, polutan, co2 sekaranh belum dihitung begitu loh masalahnya. Belum di internalais istilah akademiknya itu. Jadi eksternality cost belum di internalais costnya itu. Makannya kelihatan seolah-olah paling murah batu bara ini seolah-olah tetapi kalau menginternalkan semua cost yang muncul akibat co2 yang banyak, palutan yang banyak, mencemari udara besar juga pasti besar, nah Cuma tidak ada yang menghitung ini.

Coba perhatikan Pulau Jawa seluruh Pantai Pulau Jawa Pantai Utara maupun Pantai Selatan penuh dengan PLTU besar-besar itu. Mohon maaf ini parlemen saya harus berbicara ini tidak boleh saya diam. Mendukung Jokowi daste menunggung Jokowi yes tetapi sebagai akademisi saya harus berbicara untuk

(12)

kepentingan kita sendiri anak cucu kita kedepan kita harus mengurangi share batu bara terhadap energi nasional, satu. Kedua coba mulai ada inisiatif menghitung berapa eksternality cost yang semestinya di internalais yang selama ini tidak pernah dilakukan hanya di abaikan begitu. Nah kalau itu ada cost yang sudah menginternalkan itu baru fear membandingkan dengan yang lain. Inilah Pak Dirjen, saya tidak mengharap ini jawaban besok lusa langsung ada. Nah saya coba beralih ke Bapak Ketua IMA.

Ternyata yang menjadi Anggota IMA dari perusahaan batu bara ini (...) semua pak ya? Betul, tidak semua perusahaan tambang menjadi Anggota IMA. Yang tidak menjadi anggota apa, tidak ada kewajiban begitu ya? Tidak ada kewajiban. Jadi PKP2B dari Anggota IMA Cuma 8 perusahaan, yang IUP 2 perusahaan. Apa perbedaannya trikmen negara yang menyangkut finance menyangkut pajak dan PNBP terhadap perusahaan PKP2B dan perusahaan pemegang IUP. Apakah ada perbedaan trikmen negara, misalnya presentase PNBP-nya berbeda. Misalnya (...) pajaknya yang di bedakan, misalnya. Tolong nanti jelaskan, apa perbedaan pemegang PKP2B dengan IUP ya. Ini perlu kita perhatikan agar mungkin azas fernes kalau mengeluarkan peraturan harus ada fernes, ya seperti itu. Ketiga saya ingin bertanya kepada Bapak Ketua Aosiasi pengusaha batu bara.

Saat ini kontribusi batu bara terhadap energi mig nasional 58% ini posisi tahun berapa pak? 2018 atau 2017 atau 2016 atau angka terakhir? Sebab di publikasi lain saya baca ada 62%, ini klarifikasi saja. Nah saya termasuk apresiasi jika PNBP sektor minerba ini 80%-nya dari batu bara. Jadi 20% jadi tambang non batu bara. Kira-kira seperti itu kan? Mungkin nanti Pak Dirjen menjelaskan berapa totalnya yang tadi, berapa pajak dari pada PNBP totalnya. Saya termasuk yang mendukung oleh karena saya menginginkan penggunaan batu bara yang berkurang terhadap energi mixnya presentase energi mixnya yang dikurangi. Tetap pakai batu bara ini artinya apa kedepan itu pembangunan baru untuk PLTU mestinya selektif sehingga potensi batu bara yang begitu besar baik dalam indikator cadangan terbukti atau risos harus di pikirkan dari sekarang optimalisasinya.

Sekarang saja dari produksi sekitar 500 juta ton hanya seper 5-nya untuk daam negeri 4/5 nya itu eksport ya. Mari kita pikirkan bersama untuk diketahui batu bara di perut bumi ini dikuasai dan dimiliki negara untuk konstitusi kita. Kalau mau eksport harus maksimum betul ya. Harus maksimum betul pengiriman negara bisa di raih dari situ. Saya mendukung batu bara untuk eksport Pak Dirjen saya dukung tetapi mari di pikirkan agar penerimaan negara dari eksport batu bara ini bisa optimal. Ini penolong pada saat betul saya sepakat, penolong pada saat sektor energi kita ini menjadi beban neraca pembayaran. Batu bara muncul sebagai penolong ini migasnya keok. Migasnya antara import jauh lebih besar dari pada eksport. Migas itu keok di ESDM ini, yang menolong ini adalah minerba ini batu bara wabil khusus.

Ini harus diakui, jadi kita pikirkan bersama agar negara bisa memperoleh maksimal manfaat dari eksport maksimisasi eksport batu bara untuk sementara ini. Untuk kedepan saya menganjurkan berharap agar pemanfaatan batu bara untuk non PLTU bisa lebih ditingkatkan. Masih kecil sekali disini, mudah-mudahan ada

(13)

manfaatnya komentar saya ini Lembaga Politik saya wakil dari Partai Nasdem itu posisi saya. Dalam hal batu bara kedepan job saya kedepan mendukung penuh industrialisasi di tanah air di topang oleh listrik yang setabil 24 jam dan itu jawabannya batu bara, harus di akui. Untuk industrialisasi yang pabrik bekerja 24 jam listriknya di topang oleh batu bara, satu. Kedua oleh jotermal tetapi tidak berkembang jotermal kecil jotermal. Nomor tiga PLTA Hidro air yang besar bukan mikrohido PLTA air yang gede itu bisa menghasilkan listrik setabil 24 jam.

Keempat nuklir, itu dia pak nuklir menghasilkan listrik 24 jam tetapi mohon maaf jauh lebih bersih dari pada PLTU batu bara jauh ya. Ini bicara fair secara ilmiah secara akademik tidak secara politik. Nah agar rakyat kita anak cucu kita sehat kedepan terutama di Pulau Jawa yang padat ini saya tetap tidak sepakat kalau di bangun lagi di bangun lagi PLTU batu bara di Pulau Jawa. Yang harus di dorong adalah energi bersih termasuk nuklir untuk anak cucu kita. Saya tidak anti batu bara sama sekali tidak, saya mendorong untuk eksport untuk pemanfaatan non PLTU mendorong luar biasa batu bara ini ini kekayaan negara yang harus di manfaatkan untuk kemakmuran rakyat. Mohon maaf apabila ada kekeliruan. Mungkin ini bisa jadi masukan bapak-bapak sejawat saya Anggota Komisi VII. Demikian.

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Kurtubi. Silakan dari sebelah kanan apa ada yang bicara. Pak Kiyai.

F-P.GOLKAR (Drs. KH. NAWAFIE SALEH, S.E., M.M.): Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh

Terima kasih Ketua dan rekan-rekan anggota.

Para Dirjen beserta Asosiasi yang IMA dan IAPBI yang saya hormati,

Yang menarik bagi saya tadi yang disampaikan oleh Pak Kurtubi mengenai masyarakat sering di daerah itu mengeluh kaitannya dengan jalan digunakan tambang. Kalau jalan itu bagus itu mereka senang tetapi kalau jalan tambang ini rusak inilah mereka yang menjadi sasaran kepada penambang. Tidak sedikit masyarakat demo dan sebagainya. Adalah perhatian kita dari Pak Dirjen ini harus menjadi perhatian khusus kaitan dengan jalan-jalan tambang. Jadi jalan-jalan tambang ini memang harus diperhatikan dan supaya disamping mungkin kaitan dengan operasional dari PT perusahaan-perusahaan juga lancar tetapi masyarakat juga merasa tidak dirugikan, itu yang pertama.

Kemudian yang kedua Pak Dirjen saya melihat kaitannya dengan SOP penetapan pemenuhan kewajiban. Jadi kalau data realisasi produksi dan penjualan

(14)

batu bara hanya diberikan diterbitkan oleh Gurbernur ini juga mengandung masalah. Karena yang ada di lapangan itu bukan Gurbernur adalah Bupati kebanyakan. Jadi kalau saya mengharapkan supaya lebih leluasa di daerah yang paling tahu di daerah itu adalah Bupati bukan Gurbernur. Mungkin yang terbitnya dari Gurbernur tetapi tentunya ada rekomendasi dari Bupati atau Walikota, itu yang kaitan SOP pak. Jadi kaitan, karena pesyaratan penetapan pemenuhan kewajiban DMO ini harus kaitannya dengan SOP penetapan pemenuhan kewajiban DMO dalam rangka pengalihan kuota, ini juga harus menjadi perhatian. Kemudian yang saya soroti dari kaitannya dari asosiasi pak.

Asosiasi yang ini tertera di dalam IMA PKP2B dan IUP batu bara ini kan hanya 10 perusahaan ya. Apakah memang ini perusahaan ini saja yang rekomendasi begitu ya. Padahal di lapangan mungkin lebih dari itu itu yang kami ingin mengetahui. Terima kasih Pak Ketua tidak banyak.

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh KETUA RAPAT:

Wa’alaikumsallam, Pak Ramson.

F-P.GERINDRA (RAMSON SIAGIAN): Terima kasih Pak Ketua.

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh Salam sejahtera untuk kita semuanya.

Pak Ketua,

Rekan-rekan Anggota yang terhormat, Pak Dirjen dan jajarannya,

Serta pengusaha-pengusaha batu bara yang saya hormati,

Ini tadi penjelasan Pak Dirjen juga dari pihak pengusaha batu bara. Bahwa DMO realisasinya sudah mencapai 115 juta ton. Ini bisa interaktif ya Pak Ketua ya? Pak Dirjen dari data Direktorat Jendral untuk seminggu terakhir (...) harga batu bara perton berapa sekarang?

DIRJEN MINERBA:

Ba 92 yang dikeluarkan per-1 Januari. F-P.GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):

(15)

Berarti masih tinggi ya. DIRJEN MINERBA:

(...) 6322 dengan kalori 6322 tetapi kalau kalorinya itu lebih rendah bisa 4000 lebih rendah lagi pak.

F-P.GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):

Berarti penurunan berapa persen everights? DIRJEN MINERBA:

Dari.

F-P.GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):

Teruhlah waktu dari top topnya begitu. DIRJEN MINERBA:

Oh yang dari top itu 106 kalau tidak salah. F-P.GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):

Jadi berapa persen kira-kira? DIRJEN MINERBA:

Kira-kira ya mungkin sekitar 15%. F-P.GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):

10% lah ya 12%. DIRJEN MINERBA:

Iya 10.

F-P.GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):

Berarti tidak terlalu besarlah. Ini sebenarnya terus terang saja pengelolaan sumber daya alam batu bara di Indonesia ini sebenarnya sangat lemah. Ini

(16)

kelemahan juga disini di gedung ini Undang-Undang Sumber Daya Mineral Batu Bara kami ini tahun 2009. Saya ikut memproses tetapi setahun terakhir saya tidak ikut karena saya pindah sudah di Komisi Keuangan terlalu sibuk akhirnya saya tidak aktif tetapi ini yang problem-nya disini semua sekarang sudah di kavling-kavling semua itu. Jadi memang ini agak problem juga masalah batu bara ini. Banyak orang yang kaya mendadak tetapi kontribusi terhadap pembangunan bangsa yang ini kita masih tanda tanya tidak seimbang. Jadi apalagi kebijakan energi dari pemerintah kurang jelas juga.

Waktu itu sebenarnya ini seharusnya bukan hanya DMO Pak Ketua. Pak Ketua, seharusnya ini di jatah yang di eksport baru harus mampu membangun pembangkit listrik yang menggunakan bata bara mulut tambang atau tidak mulut tambang terserah. Itu baru hilir dia namanya, seharusnya begitu ini kita misalnya Pak Kurtubi bicara mengenai mengurangi penggunaan energi (...) batu bara harus begitu. Intervensi dong kepada pembangunan 35.000 megawat melalui kebijakannya Pak Jokowi kan Presiden Jokowi maksud saya, soalnya para pendukungnya nanti jadi ini ya kan. Intervensi dong artinya jangan dibangun pembangkit listrik 35.000 megawat yang energi primernya rasio terbesarnya batu bara 56 ke 60% yang direncanakan sedang mulai dibangun dan dibangun. Itu minimal pembangkit listrik itu berapa puluh tahun itu.

Ini kan semua ada yang tidak terlihat di dalam membuat kebijakan-kebijakan negara Pak Kurtubi melalui Pak Ketua. Ya itu masalahnya kita ini kan makin kurang kompetitif akhirnya tidak ini, ya susahlah ngomongnya. Memang akan menguntungkan sebagian-sebagian kecil baik penguasa maupun non penguasa. Interaksi itu . Saya ngomong apa adanya karena semua sekarang demokrasi juga memerlukan cost yang tinggi. Seharusnya kalau konsekuen terhadap Undang-Undang Minerba termasuk batu bara hilirisasi disitu. Filosofinya waktu kami membuat Undang itu seperti itu. Saya ikut Pak Kurtubi membuat Undang-Undang itu. Semua sekarang mana ada dilaksanakan ya Pak Dirjen Pak Dirjen ini di hormat terus bila perlu disembah-sembah asal dapat izin eksport.

Itu karena prodak Undang-Undangnya prodak sistem kelemahan awalnya disini pak biar pun memberikan kesempatan, iya memberikan kenikmatan ke orang-orang tertentu, saya ngomong apa adanya. Itu artinya kita mesti mencermati, tidak ini perjalanan bangsa ini sudah makin berat. Saya ngomong apa adanya ini saya tidak ada urusan kepada kepentingan pribadi saya. Saya sejak awal bisa servife. Saya jadi DPR RI juga dulu di paksa-paksa diminta-minta oleh bos saya pada saat itu. Cuma sudah terlanjur saya menyatu dengan rakyat, 10 tahun waktu itu menyatu dengan rakyat berhenti 5 tahun akhirnya diminta lagi ya sudah ganti partai. Karena partai yang lama mungkin sudah tidak cocok terlalu idealis, yang baru ini cocok sekali sama yang idealis luar biasa.

Diluar prediksi saya, diluar prediksi saya partai apa itu pak. Ya Gerindra Pak Prabowo idealismenya luar biasa diluar prediksi saya. Saya dulu kan diluar baris itu terus diluar terus. Saya penataran tokoh pemuda angkatan pertama tahun 79 sama-sama Pak Akbar Tanjung. Boleh ditanya kalau saya bohong, Bomerpasaribu abangnya si itu si Ketua kita. Beliau masih Ketua DPD KNP Sumatera Utara

(17)

sekretarisnya Dokter Gigi tetapi saya tidak mau pindah saya tetap dibarisan yang lama waktu itu tetapi saya tidak menyangka yang sekarang ko idealismenya mendalam banget begitu dan ini kalau melihat mendasar ini. Itu Pak Dirjen, jadi memang saya kadang-kadang saya kalau merenung-merenung begitu “waduh ini sudah di gali habis ini” di bilang 70 tahun lagi 60 tahun lagi ini habis lobang semua lubangnya besar besar lagi tidak sempit seperti seleranya Pak Kurtubi.

Maksud saya jangan terlalu banyak diambil Pak Kurtubi maunya begitu kalau terlalu banyak diambil Pak Kurtubi kecewa. Karena ini jangan terlalu banyak diambil di pakai nuklir maksudnya begitu. Kalau tidak di pakai nuklir akhirnya di gali terus Pak Kurtubi mengalah itu lubang jadi tidak selera Pak Kurtubi melihatnya. Jadi itu saya kadang-kadang sedih saya karena saya tahu proses sejarahnya Pak Dirjen mulai reformasi saya tahu sejarahnya, sebelum reformasi saya tahu sejarahnya. Saya tahun 76 juga sudah aktifis menghadapi 3 top waktu itu tetapi saya gerakannya juga di bawah tanah dulu. Saya begini keadaan juga begini saya pikir sama saja. Sekarang makin sulit, maaf saja makin sulit.

Jadi kaya begini makin di gali ini ini, nah ini jadi ini saat-sat begini kadang-kadang tadi saya merenung sembari mendengarkan Pak Dirjen ya tetapi itulah keadaan pak keadaaan Pak Ketua. Jadi seharusnya filosofi awalnya semua hilirisasi tetapi tidak jalan memberikan kalau menurut Pak Habibi added value nilai tambah. Kalau menurut terminologi Pemimpin-Pemimpin zaman dulu nilai lebih tetapi sekarang kita memakai terminologi nilai tambah. Seharusnya dengan hilirisasi proses nilai tambah ada. Nilai tambah kelebihannya tambah keuntungan karena processing itu bukan hanya satu proses di gali dan di jual tetapi masih di proses terus juga nilai tambah itu karena termasuk memberikan tambahan tenaga kerja bukan hanya dari segi keuntungan dan juga pajak tetapi tidak bisa kita realisasikan, ini fakta. Nah sekarang yang menjadi pertanyaan ini.

DMO nasional 115 juta ton dan pembuatan DMO ini dasar hukumnya apa itu Pak Dirjen. Hanya cukup peraturan Menteri atau lebih tinggi dari itu? Nanti tolong di jelaskan. Karena kita kan sedang membuat Undang-Undang Minerba, jangan-jangan nanti konsepnya berbeda lagi Pak Ketua. Kita mesti artinya ya paling tidak kalau pun 5 tahun lagi kita disini tetapi ada yang kita tinggalkan yang lebih baik begitu untuk bangsa ini, kalau pun 5 tahun lagi mungkin ada yang 10 tahun lagi itu yang pertama. Yang kedua memang ada pembahasan-pembahasan korporet social responsibility karena saya sekarang tidak mau mendek-mendekin pak karena nanti di pakai-pakai di debat Presiden. Papa kepanjangannya ini kan sudah tidak pas, jadi CSR apa orang belum tentu tahu CSR tetapi koporet social reponsibility orang langsung mengerti oh itu tanggung jawabnya sosial suatu korporet tetapi apa itu CSR apa pula ini banyak karena Indonesia ini terlalu banyak kependekan-kependekan semua di pendekan. Jadi saya sekarang berupaya memanjangkan langsung jangan di perpendek begitu.

Jadi korporet social responsibility ini kan harus sebenarnya kewajiban dari korporet yang kalau dilihat secara terbuka atau pun tertutup artinya dari mata sendiri mata besar dan mata hati memang ada keuntungan besar tanpa harus di audit. Seharusnya itu ini harus bisa di realisasikan Pak Dirjen tetapi ini saya melihat di

(18)

Komisi VII ini terlalu banyak argumentasi-argumentasi yang mengelak terhadap korporet responsibility itu. Ini yang saya heran Pak Ketua, jadi ini juga di uji bagaimana kepemimpinan Pimpinan Komisi mengkoordinasikan Komisi VII DPR RI karena memang beda Pimpinan Komisi dengan Dirjen Pak Dirjen. Kalau Pak Dirjen bisa instruktif ke bawah kalau Komisi Pimpinan Komisi tidak, stiker dia tetapi masih bisa mengkordinasikan agar kekuatan ini betul-betul di perhitungkan.

Bicara mengenai suatu subtansi bagian dari proses ini yaitu korporet social responsibility. Ini yang belum jelas, Pak Ketua sudah jelas belum? Sudah jelas belum itu?

KETUA RAPAT:

Sangat jelas. Ketua IMA juga sangat jelas. F-P.GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):

Yang benar ni? KETUA RAPAT:

Ketua IMA sudah jelas tetapi breal begitu. KETUA IMA:

Sudah akan jelas.

F-P.GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):

Tetapi ko belum breal? Oh sudah tidak jelas, karena argumentasi tergantung jelas dan realnya korporet social resposibility. Karena ini kan lagi bicara idealisme lagi bicara kepentingan rakyat, lagi bicara tuntutan rakyat sampai April tahun 2019.

Merdeka begitu dong salam Indonesia Raya. Kalau salam Indonesia Raya, Salam Indonesia Raya Merdreka baru takbir. Ya saya juga di dapil kan begitu,

Jadi sebenarnya kembali soal tadi yang saya sampaikan itu sebenarnya itu idealisme saya tadi itu tetapi saya melihat sudah sulit dilaksanakan. Kita sudah terlanjur maju terlalu jauh. Saya terus terang saja proses 9 2000 banyak masih konglomerat yang mungkin kalau dijual celananya tidak bisa bayar hutang pak tetapi sekarang yang menguasai realitas politik di Indonesia ini siapa. Kita sama-sama tahu, padahal dulu yang membiayai itu dulu adalah dana negara pertama kali tetapi ini memang sudah realitas sekarang. Jadi ini Pak Kurtubi ini makin lama makin maju seperti ini. Saya melihat Pak Kurtubi sudah di dalam kekuasaan masih mimpi-mimpi terus.

(19)

F-P.NASDEM (DR. H. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Sc):

Om Ramson sebaiknya jangan di ini. Kita bisa berdebat tetapi ini bukan forumnya.

F-P.GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):

Iya saya sampaikan kan ini bicara nuklir kan mimpi terus soalnya. Jadi kalau saya masih.

KETUA RAPAT:

Pak harus lewat Pimpinan. F-P.GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):

Iya melalui Pimpinan ini. KETUA RAPAT:

Iya. Pak Kurtubi cuman dia tertarik yang sempit saja yang lain tidak tertarik dia jangan di bawa disini.

F-P.GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):

Iya. Jadi itu saja Pak Dirjen saya pikir kalau tadi sudah jelas yasudah, artinya sudah cukup argumentasi saya artinya jelas ke rakyat ya Pak Dirjen ya sudah ya. Artinya mesti Pak Dirjen kan sebagai regulator bisa dong melihat segala peraturan yang terkait, artinya menggunakan instrumen-instrumen untuk kepentingan rakyat. Tujuannya tetap satu kepentingan rakyat begitu. Jadi sehingga semuanya aman. Itu saja Pak Ketua karena argumentasi lain yang saya sudah siapkan saya pinggirkan dulu yang penting yang tujuan untuk rakyat sudah jelas. Demikian terima kasih Wassalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh

KETUA RAPAT: Wa’alaikumsallam

Ada Pak Maman mau ikut? Tidak ya. Silakan pak, dari meja Pimpinan Pak Nasir.

(20)

Baik. Terima kasih.

Yang saya hormati Pimpinan rapat,

Yang saya hormati teman-teman Komisi VII,

Yang saya hormati Bapak Dirjen Minerba dan seluruh jajarannya,

Yang saya hormati Ketua Asosiasi yang hadir dan seluruh jajaran yang hadir dari asosiasi,

Mungkin sedikit Pak Dirjen. Saya menyampaikan dari tanggapan bapak tadi mungkin kita minta datanya nanti. Itu data 34 perusahaan yang tidak memenuhi DMO tadi. Di tahun 2018 minta data perusahaan yang di setujui melakukan transfer kuota DMO dan besarannya dan realisasinya. Yang ketiga data perusahaan yang ditolak pengalihan kuota DMO-nya. Yang keempat minta data perusahaan yang diberikan sanksi pengurangan produksi di tahun 2019 tetapi disini ada yang mau saya sampaikan kepada Pak Dirjen mempertanyakan masalah IUPK pak. IUP yang di keluarkan menurut saya kita agak bingung mau menanggapi publik pak, kondisi UPK yang bapak keluarkan masalah freeport. Karena setahu kami belum ada klarifikasi masalah hamdal-hamdal dan sedangkan kerusakan lingkungan itu seharusnya harus di clear-kan dulu atau di harus diselesaikan dulu dengan BPK RI. Nah baru BPK buat ekspost atau konfersipers.

Nah disini agak blunder pak jadinya menurut saya. Ini kami juga menanggapi ke publiknya agak kuwalahan dan mungkin nanti kita sangat khawatir ini nantinya, apakah ini cuma untuk menggoalkan investasinya. Nah ke khawatiran kita disitu pak, ini masalahnya kan saya takut menjadi rekayasa saja. Jadi kita bingung juga menjawab publik ini sekarang. Nah kalau nanti perubahan Pimpinan kedepan terjadi ini kan harus bertanggung jawab dari pemerintah yang kedepan nanti. Nah ini menurut saya agak khawatir pak, tidak pada mekanismenya menurut saya. Nabrak nabrak sukaedewe yang penting investasinya jalan tetapi ini harus bertanggung jawab pak. Saya khawatir nanti, khawatirnya semua yang terlibat jadi punya masalah. Karena kami juga tidak akan minta pertanggung jawaban ini dan kami akan membuat pansus.

Karena harus kami melihatnya prosesnya ini ya tidak sesuai si pak tidak sesuai aturan begitu. Geredak gereduk tetapi saya Lembaga yang sudah di akui negara untuk memeriksa keuangan negara tidak dilibatkan begitu. Temuannya tidak di ekspost mereka tidak bicara begitu. Nah kita kan mitra ini dengan mereka, jadi apakah memang regulasi ini begini. Makannya kita akan dalami masalah ini dan mungkin nanti kami dari Fraksi Partai Demokrat akan mengusulkan pansus dan mungkin ya Pak Ramson juga ya mungkin begitulah ya. Nanti bicarakan sama, itu pak mungkin yang kami nanti perlu jawaban dari hasil yang kami lihat dan tidak wajar pak menurut kami gerudak gerudukan ini apa yang mau di apa begitu tetapi kami cuma melihat yang tadi saja begitu dalam tanda kutip yang tadi saja. Kami melihat ini jangan menjadi masalah di belakang hari yang kasihan nanti kan teman-teman yang menjalankan regulasi ini menurut saya salah tetapi ko dijalankan juga

(21)

begitu. Nah kalau Kepemimpinan kedepan nanti berubah wah ini masuk kacau semua pak menurut saya.

Apakah ini tidak dipertimbangkan lebih awal, apakah tidak menjadi pemikiran bagaimana kedepan begitu. Nah disini saya melihatnya agak aneh Pak Dirjen begitu saja ko segampang memutuskan keputusannya tidak seperti perusahan-perusahaan normalnyalah menurut saya begitu. Itu makannya nanti mungkin pansus ini yang (...) kasus apa itu yang di pelindo ya? Oke, itu kan agak tidak jelas juga terakhir kan dijelaskan disana dan bisa memberikan pandangan kepada masyarakat. Terus yang terakhir mungkin masalah lingkungan tambang pak, saya sudah satu meninjau tambang sebetulnya saya meu menginap pak tetapi karena sudah di kasih duren tidak jadi menginap saya, ini masalahnya. Sama pula bentuknya sama rasanya tidak berubah-ubah jadi agak bingung ini bagaimana begitu kan tetapi mungkin data pak yang kami perlukan karena disini juga kami ada Panja Limbah yang bekerja sama dengan mitra kami dari Kementerian Lingkungan Gakum.

Ini kami minta nanti data seluruh tambang dan kan ada edaran bapak juga sebelum berakhir dua tahun itu tambang sudah bisa di pastikan tidak bermasalah meninggalkan lokasi tambang tadi. Nah tetapi saya ada beberapa tambang yang saya jalani, sementara di Riau pak saya sudah cek beberapa tambang mereka nambang di luar areal izin. Yang kedua tambang yang ditinggalkan itu jadi jurangan-jurangan yang dalam dan tidak ada perbaikan untuk pasca tambang tadi. Nah ini mungkin menjadi pelajaran kami dari pemantauan lingkungan juga karena disitu ada Dirjen Gakum, ada Dirjen Lingkungan dan Tata Lingkungan, disitu juga ada Dirjen B3 dan Dirjen Ketaatan. Kami diskusi disana cukup rumit permasalahan tambang ini, jadi kami minta nanti datanya Pak Dirjen dari izin yang mereka peroleh dan areal yang mereka tambang.

Nah itu ada perbatasan Jambi di Kemuning Kabupaten Hindra Gilihilir itu ada tambang yang dua bulan tiga bulan lagi akan berakhir tetapi mengambil di luar areal tambangnya pak. Nah mungkin tolong di cek diberikan sanksi, masyarakat disana sudah cukup gerah dan resah dengan kondisi tambang tadi karena terus merambah karena urat batu bara ini tidak habis-habis batesnya sudah habis, dia pikir urat belum selesai tambang terus, nah disini masalahnya pak karena batu bara katanya berurat karena saya ini bukan orang tambang pak, jadi nengok tambang itu ya agak kurang masuk akal karena dalam tanah dia jadi kita tidak bisa membaca.

Jadi disitu Pak Dirjen mungkin kami butuh datanya segera untuk di kami bahas kepada Dirjen Gakum untuk mengecek lokasi-lokasi tambang-tambang yang bapak berikan izin karena ini kan ada dua instansi kan Kementerian yang harus bertanggung jawab baik di bapak ada Inspektur tetapi di kami juga dari Dirjen KLH punya fungsi pengawasan dan lingkungan, mungkin itu yang mungkin kita singkronkan Pak Dirjen. Mungkin itu yang bisa saya sampaikan. Terima kasih.

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh KETUA RAPAT:

(22)

Wa’alaikumsallam

Saya kira kalau sudah tidak ada Pak Gandum tidak, Pak Maman tidak. Saya kembalikan ke Pak Dirjen dan Ketua Asosiasi dan juga tambahan pak mungkin tadi belum ada pertanyaan karena kita ini topiknya adalah DMO. Maka realisasi DMO ini tahun 2018 kalau saya hitung-hitung belum mencapai 25%. Kan tahun 2018 peraturan Menterinya 25% kalau tidak salah, 25 ini kalau saya hitung tidak sampai cuma 21%. Nah ini apa permasalahannya dan apa tidak ada sanksinya atau bagaimana ini asosiasinya kan ada. Nah terus pengeluaran izin eksportnya kan seharusnya bisa dikendalikan melalui izin eksport ke mereka. Jadi DMO di madui eksport keluar tetapi kan kenapa ko sampai bisa lepas seperti ini missnya dimana begitu Pak Dirjen jadi untuk perbaikan kedepanlah tahun 2019.

Karena apakah DMO ini masih 25 atau kita naikan jadi 35 atau kita turunkan malah DMO-nya. Kalau memang kita sudah kita anggap bahwa kebutuhan di dalam negeri terutama untuk PLN ini atau pabrik semen dan lain-lain mereka sudah tidak membutuhkan terlalu banyak. Saya kembalikan ke Pak Dirjen untuk menanggapi sekaligus kalau memang tadi asosiasi mau berbicara silakan.

DIRJEN MINERBA:

Terima kasih Bapak Pimpinan.

Ada beberapa pertamaan dari bapak-bapak sekalian. Kami akan sampaikan nanti jawaban tertulis tetapi ada beberapa yang perlu kami klarifikasi. Yang pertama dari Pak Kurtubi data nanti kami sampaikan pak data perbandingan berapa tahun terkahir ya mungkin malah bisa berbulan nanti yang tahun-tahun terakhir antara 70 dengan yang HBA (Harga Babtu Bara Acuan Pasar). Kemudian yang kedua pajak nanti juga demikian tetapi kalau secara umum sebetulnya memang ada perbedaan si antara PKP2B dan IUP. PKP2B Generik satu itu sebagai contoh pajaknya 45% pak pajak badannya tetapi kalau IUP kan hanya 25%, karena kontraknya menyatakan pajak generasi satu itu 45% di dalam kontrak disebutkan. Jadi walaupun di Undang-Undangnya 25% bayarnya tetap 45%.

Kemudian yang satu lagi misalnya di PNBP-nya, PKP2B itu kena bagi hasil 13,5% itu hasil tambang. Nah kalau IUP kan pakai sistem royalti sesuai dengan kualitas dari pada batu bara 3% kalau rendah, 5% kalau medium,7% kalau kalori tinggi tetapi kalau PKP2B berapa kualitasnya apapun tetap 13,5%. Kemudian yang mengenai klarifikasi tanggung jawab jalan, memang yang bermasalah itu antara pelabuhan ke PLTU kalau itu ada jaraknya tetapi kalau PLTU mulut tambang kan mesti di jalan tambang sendiri. Pada umumnya kalau perusahaan-perusahaan besar itu melakukan kegiatan pengangkutan itu melalui jalan mereka masing-masing. Karena mereka dari pelabuhan mereka serta dari peroperasi panjang itu mestinya membuat jalan sendiri tetapi yang bermasalah apabila ada PLTU yang lokasinya di dalam kota kemudian itu di angkut dari pelabuhan.

(23)

Tentunya ini karena jalan umum jadi jalan Pemda begitu kan, nah ini ya memang kalau di (...) ini domennya bukan domen sektor ESDM mungkin sektornya di sektor PU mungkin yang mengatur.

F-P.NASDEM (DR. H. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Sc): Pak Ketua bisa minta izin.

KETUA RAPAT: Silakan.

F-P.NASDEM (DR. H. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Sc):

Ini betul bahwa PLTU geranjang di Lombok Barat itu batu baranya itu melewati pelabuhan laut Lembar. Padahal jalan-jalan itu di pinggir pantai mestinya bisa bikin dermaga atau apa begitu, tidak tahu saya alasannya apa karena kemahalan atau bagaimana. Nah menggunakan jalan umum ini Pak Dirjen, mungkin ini jalan setingkat Kabupaten kecil sekali. Ini truknya besar-besar rakyat itu menderita luar biasalah intinya begitu. Jadi saya sebagai Anggota Dewan wajib menyampaikan ke pemerintah cari solusinya apakah jalannya di lebari lalu atas biaya apa tidak mengerti, PLN mestinya ikut juga bertanggung jawab sebagai pemakai ya.

DIRJEN MINERBA:

Memberikan kontribusi perawatan.

F-P.NASDEM (DR. H. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Sc):

Iya perawatan tetapi kalau Pemdanya ya syukur-syukur Pemda punya uang APBD ya, tidak tahu saya tetapi yang penting harus ada solusi ya. Terima kasih Pak Dirjen.

DIRJEN MINERBA:

Terima kasih Pak Kurtubi.

Yang ketiga mengenai non PLTU memang briket ini masih kecil, karena ini sangat terpengaruh supledimen pak. Penggunaan briket dulu bagus tetapi dengan adanya LPG 3 kilo masyarakat mungkin lebih mudah lebih aksesnya mudah, penggunaannya lebih mudah. Kalau briket digunakan memang cocoknya untuk industri kecil tetapi industri sekarang juga lebih mudah menggunakan gas ini permasalahannya. Jadi briket itu bukan masalah perusahaan tidak mau membangun tidak mau membuat tetapi permasalahannya dimennya yang makin lama makin

(24)

hilang karena tingkat ke praktisan. Kalau untuk rumah tangga mungkin agak ya selalu ada yang bilang mudah ada bilang susah karenadurasi briket itu kan lama itu. Jadi kalau model yang otomatis yang ceklek terus nyala ceklek terus mati on off on off itu kan sulit kalau untuk briket.

Nah ini pak masalah itu, jadi karena dimennya kurang jadi makin lama kalau dari diatas statistik tadi makin turun yang butuh mungkin industri industri yang kecil yang durasi tambang misalnya restauran, perternakan, terus apa itu menggunakan briket. Yang laiinnya mengenai semen pupuk ini untuk PLTU sama dengan, metalorgi juga untuk ini yang ke khasannya untuk reduksi. Jadi ini sedikit juga yang hanya untuk semeter semeter yang membutuhkan proses metalorgi dan ini Indonesia tidak punya, Indonesia punya hanya sedikit di Kalimantan Tengah ini yang kungkikul ini ini pak.

KETUA RAPAT:

Pak Dirjen pak sebentar.

Pak tadi saya lupa menyampaikan waktu, karena kita ini seharusnya jam 16.00 WIB. Sudah harus selesai. Karena Panja Limbah ini sudah siap juga sudah ada juga. Ini kita sudah melewati setengah jam jadi interaktifnya mungkin nanti ya. Pak Dirjen mungkin ada hal-hal yang disampaikan yang tidak bisa tertulis pak, ya kalau yang lainnya tertulis monggo silakan tertulis. Silakan Pak Dirjen.

DIRJEN MINERBA: Siap.

Jadi yang untuk energi mix nanti tertulis pak karena ini sebetulnya lebih PR-nya ke Dirjen Gatrik untuk mempelajari proses cost internalisasi dari pada cost. Ini kan lingkungan ini kan pak (..) PLTU. PNBP nanti kita sampaikan secara tertulis pak jadi itu, kemudian untuk Pak Navabi. Mengenai jalan sama pak jadi jalan ini permasalahannya adalah kalau jalan perusahaan tambang biasanya di infrastruktur jalan dia mempunyai jalan sendiri tetapi permasalahannya adalah yang biasanya untuk umum ini yang misalnya antara PLTU yang dibangun di daerah tertentu tidak penghasil batu bara ini yang mengangkut melalui jalan umum. Nah itu solusinya antara PU dan PLN mungkin mengadakan kordinasi dalam rangka perawatan jalan. SOP terima kasih pak nanti akan kami perhatikan itu termasuk bagaimana peran dari pada Bupati tadi pak.

Dari Pak Ramson DMO ada pak dasar hukumnya. Di Undang-Undang ada Pasal 5 Undang-Undang untuk kepentingan nasional pemerintah menetapkan kebutuhan kebijakan pengutamaan minerba. Ini jadi bukan hanya batu bara, mineral dan batu bara. Bisa di ini ditindak lanjuti di PP 23 PP selanjutnya. Jadi kuat pak kalau, nah di permen itu hanya menetapkan saran presentase karena kenapa presentase itu karena sesuai dengan kebutuhan pada saat tahun berjalan dimennya berapa begitu. Nah kalau PP ini dan Undang-Undangnya sudah kebijakan memang pengutamaan ada.

(25)

F-P.GERINDRA (RAMSON SIAGIAN): Interupsi Pak Ketua.

Justru itu saya hanya ingin mendengar dari Pak Dirjen supaya semua mendengar kalau itu kuat dasar hukumnya, kalau saya yang ngomong kan kurang ini pak. Jadi tinggal mensetel saja siapa. Terima kasih Pak Dirjen.

DIRJEN MINERBA: Terima kasih pak.

Untuk Pak Nasir data akan kami sampaikan pak termasuk jawaban-jawaban yang menyangkut sebetulnya diluar topik ini. Terus kemudian untuk Pak, terakhir data-data yang lingkungan nanti juga akan kita sampaikan secara tertulis kebetulan ada kunjungan ke Jambi Pak Nasir tadi nanti kita sampaikan. Itu sebetulnya IUP diterbitkan oleh (...) jadi Binwasnya itu yang bertanggung jawab daerah tetapi akan kami sampaikan. Kemudian terakhir Bapak Pimpinan Pak Ketua 25% mengenai permasalahan, memang ini permasalahannya. Jadi kebijakan Menteri memang lebih besar memperbesar lebih sedikit diatas dari pada kebutuhan realnya. Kalau kebutuhan realnya 115 121 tadi 25% ini mesti diatas sedikit sehingga tidak akan ke sampai dalam total tetapi dalam kebutuhan semuany tercapai kebetulan tadi setiap perusahaan tercapai.

Nah bagi yang tidak tercapai memang ada sanksinya yaitu pengurangan seperti pengurangan RKAB itu pengurangan produksi ada pak nanti kita sampaikan yang diminta Pak Nasir tadi pak. Demikian Pak Ridwan. Terima kasih Pak Ketua. KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Ada dari asosiasi? Sudah tidak ada ya. Oke. F-P.GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):

Pak Ketua.

Sebelum ditutup. KETUA RAPAT:

Silakan pak.

F-P.GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):

Ini ke Pak Dirjen kalau boleh tolong di siapkan data komposisi kepemilikan saham perusahaan-perusahaan batu bara antara asing dan nasional. Nasional

(26)

harus kita back up tetapi ingin tahu asing itu berapa banyak begitu baik yang sudah go publik maupun yang belum. Itu saja Pak Dirjen ini nanti sangat perlu. Terima kasih Pak Ketua.

KETUA RAPAT:

Saya kira kalau sudah tidak ada.

F-P.GOLKAR (DRS. H.M. GANDUNG PARDIMAN, M.M.): Masih sedikit pak.

KETUA RAPAT:

Oh silakan Pak Gandung.

F-P.GOLKAR (DRS. H.M. GANDUNG PARDIMAN, M.M.):

Saya hanya ingin mengingatkan saja untuk Februarinya jangan lupa pak ya ini di pegang di pegang semua yang ada disini semua anggota. Terima kasih.

F-P.GERINDRA (RAMSON SIAGIAN): Interupsi tambahan lagi Pak Ketua.

Kalau Februari awal Pak Dirjen, tidak. Karena yang saya usulkan itu mobil tangki air bukan ambulance harganya sama kalau kurang saya yang bayari perbuah. Misalnya kurang 20 juta maksud saya. Karena dibutuhkan rakyat. Terima kasih Pak Dirjen.

DIRJEN MINERBA:

Jadi Pak Gandung dan Pak Ramson untung yang sebelah saya ini juga dengar semua pak jadi saya tidak bohong itu.

KETUA RAPAT:

Iya. Jadi yang lain itu sudah jelas tetapi belum realisasi tetapi kalau jelas sudah itu pak. Insya Allah saya datang ke Kalsel sekali lagi kalau ada (...) tambah jelas tetapi sebaiknya sebelum raker dengan Pak Menteri ya ya kan. Pak Menteri kan Februari itu raker itu.

(27)

Pak Menteri kan bisa kita dua kali itu raker. KETUA RAPAT:

Oh bisa dua kali.

F-P.GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):

Iya satu persidangan 3 kali bisa malah. KETUA RAPAT:

Iya iya iya tetapi maksud saya paling tidak satu masa sidang satu kalilah. Kalau mau dua kali tiga kali ya kalau tidak jelas. Kalau sudah jelas kan sekali cukup. F-P.GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):

Maaf Pak Ketua kecuali Pimpinan mau di loby loby kan begitu. KETUA RAPAT:

Tidaklah.

F-P.GERINDRA (RAMSON SIAGIAN): Terim kasih Pak Ketua.

KETUA RAPAT:

Kalau kita di loby-loby Pak Maman nanti yang marah sama saya. Saya kira kalau sudah tidak ada lagi kita saya akan membacakan draft kesimpulan dalam rapat dengar pendapat dan rapat dengar pendapat umum yaitu yang pertama hari Kamis 10 Januari 2019 :

1. Komisi VII DPR RI tidak puas atas tidak tercapainya pemenuhan DMO batu bara tahun 2018 yang hanya sebesar 21,7% dan agar menjadi perhatian realisasi DMO batu bara di tahun 2019.

Nah ini bagaimana tadi sudah dijelaskan oleh Pak Dirjen bahwa angka 25% itu memang ditentukan oleh Pak Menteri diatas kebutuhan. Kebutuhannya sekitar 22% tetapi pasang 25%. Ini apakah tetap tertulis ini atau bagaimana. Silakan anggota sebelum saya sampaikan ke Pak Dirjen.

(28)

F-P.GERINDRA (RAMSON SIAGIAN): Pak Ketua.

Saya pikir kita tidak usah pakai kalimat tidak puas. Jadi Komisi VII DPR RI tidak sepakat dengan hanya tercapainya pemenuhan DMO batu bara terus sebesar 21,7% yang seharusnya sebesar 25%.

KETUA RAPAT:

Iya di bawahnya 25%.

F-P.GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):

Untuk itu bisa menjadi refrensi pada perhitungan DMO tahun 2019. KETUA RAPAT:

Iya sudah di bawahnya.

F-P.GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):

Soal realisasi kata-katanya Pak Dirjen sama ini saja tetapi kan bahasa politiknya seperti itu Pak Dirjen.

KETUA RAPAT:

Sudah sepakat itu juga tidak bisa pak, ini karena sudah realisasi jadi sudah harus sepakat itu 1%. Jadi Komisi VII DPR RI. Silakan pak ada.

DIRJEN MINERBA:

Kalau posisitif begini pak. Komisi VII DPR RI mendorong atau.

KETUA RAPAT:

Agar tercapainya. DIRJEN MINERBA:

Agar meningkatkan yang sekarang 21% menjadi 25%. KETUA RAPAT:

(29)

Iya.

F-P.GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):

Tetapi Pak Ketua tidak ada kesinambungan dengan 19. Jadi karena belum di setujui 25% yang 3 koma sekian persen itu bisa cadangan ke tahun 2019 itu maksudnya tetapi soal itu nanti 25% apa 28% itu bagaimana perhitungan Pak Dirjen dengan para pengusaha batu bara tetapi ini kan bahwa kita maunya 25%.

KETUA RAPAT: 25%.

F-P.GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):

Tetapi kan belum. Jadi kita tidak sepakat nanti dulu dihitung tahun 2019 tetapi biarpun belum tentu harus seperti itu kan. Ini namanya bahasa politik (...) politik, tidak sepakat.

KETUA RAPAT:

Anggota bagaimana yang lain? Setuju ya. Pak Dirjen? Nomor 1 tadi itu. DIRJEN MINERBA:

Izin Pak Pimpinan.

Sebenarnya kami menginginkan bahasa yang positif, karena ini kan sebetulnya yang kami sampaikan kebutuhan batu bara untuk nasional itu terpenuhi sebetulnya. Listrik tidak ada yang mengeluh, PLTU tidak ada yang mengeluh tetapi karena penetapannya pada tahun 2019 Pak Menteri memberikan strategi di perbesar sedikit sehingga ini kan untuk menjaga untuk menjaga. Sebetulnya itu tetapi kalau mau sampaikan ini ya nanti jawabannya tetap itu. Sebetulnya ini dan ini memang kalau disampaikan disini ini kan tahun 2018 pak, tahun 2019 mungkin berbeda lagi pak.

F-P.GOLKAR (MAMAN ABDURRAHMAN): Pimpinan usul Pimpinan.

KETUA RAPAT: Silakan pak.

(30)

Redaksionalnya mungkin seperti ini. Komisi VII DPR RI menyayangkan dengan tidak tercapainya pemenuhan DMO batu bara tahun 2018, oleh karena itu meminta kepada Dirjen Minerba agar mengupayakan pencapaian minimal 25% tersebut segera tercapai. itu saja Pimpinan, artinya menyayangkan.

F-P.GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):

Pak Ketua antara sayang dan tidak puas kurang pas ku rasa. KETUA RAPAT:

Kalau sudah sayang itu harusnya puas ya, bagaimana? Kurang sepakat tidak sepakat, karena sepakat itu kata-kata sepakat tidak pas dalam hal pembahasan materi ini.

F-P.GOLKAR (MAMAN ABDURRAHMAN):

Bukan kalau saya ini, ini kan sebetulnya kan target yang kita harapkan kan 25% yasudah saya rasa begini opsinya tadi. Kalau memang tetap ingin menegaskan bahwa ada sebuah statement yang bahwa kita, mungkin kata yang paling pas itu menyayangkan dengan tidak tercapainya pemenuhan DMO batu bara yang hanya sebesar 21,7%. Nah oleh karena itu Komisi VII mendesak kepada Dirjen agar mengupayakan semaksimal mungkin untuk pemenuhan kuota minimal 25% tersebut. Saya pikir clear itu karena kalau tidak puas kesannya kaya kita meminta di puasi tetapi takutnya.

KETUA RAPAT:

Tidak, ini ada tadi Pak Dirjen ini mengatakan kebutuhan batu bara untuk dalam negeri itu tercapai secara volume terpenuhi karena buktinya tidak ada yang komplain kan perusahaan-perusahaan tidak ada yang komplain. Cuma karena pakai presentase ini yang jadi presentase padahal yang volumenya terpenuhi. Nah Pak Dirjen kalau dibilang tidak puas wah saya sudah kerja keras ini ko tidak puas.

F-P.GOLKAR (MAMAN ABDURRAHMAN): Atau Pak Ketua belum sepaham. KETUA RAPAT:

Belum sepaham.

Referensi

Dokumen terkait

Writing an outline will help you to feel better about writing your research paper because you will have a sense of organization and direction after you write it.. Create the

Selanjutnya apabila ada rekanan/perusahaan peserta pelengan umum yang berkeberatan atas pengumuman ini, maka diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis

Sehubungan dengan Pembukaan Penawaran hanya dua penawar/penyedia yang memasuki penawran maka Pokja V ULP Kabupaten Maluku Tengah Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten

¯ Religious or political affiliations ¯ Reasons why you left your last job ¯ Your Social Security Number.. ¯ Health restrictions or

Sehubungan dengan pekerjaan : Pengawasan Pembangunan Jaringan Air Bersih/Air Minum Sumber Dana Alokasi Umum (DAU)(Lelang Ulang) maka dengan ini kami: POKJA Dinas Pekerjaan Umum

Dalam menjalankan aktivitas jurnalistiknya sebagai media berbasis nasional Tribun Jogja menjalankan etika jurnalistik yang berlaku baik untuk media konvensional

5 Hasil yang sama juga terlihat pada penelitian Cecilia C, dkk tahun 2015 mengenai hubungan antara poket periodontal dan tekanan darah diastolik pada subjek berusia 12-18 tahun

Kepuasan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kepuasan wisatawan terhadap kualitas pelayanan, fasilitas, paket tour yang diberikan kepada wisatawan yang