• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perumusan Strategi Kemitraan Koperasi dengan Petani pada Rantai Pasok Produk Hortikultura Organik (Studi Kasus di Koperasi Brenjonk, Mojokerto)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perumusan Strategi Kemitraan Koperasi dengan Petani pada Rantai Pasok Produk Hortikultura Organik (Studi Kasus di Koperasi Brenjonk, Mojokerto)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Perumusan Strategi Kemitraan Koperasi dengan Petani pada Rantai Pasok Produk

Hortikultura Organik (Studi Kasus di Koperasi Brenjonk, Mojokerto)

Amalia Haris Kartikasari1), Panji Deoranto2), Ika Atsari Dewi2) 1)

Alumni Jurusan TIP UB, Jl. Veteran – Malang 65145 2)

Staff Pengajar Jurusan TIP UB, Jl. Veteran – Malang 65145

* amalia190493@gmail.com

ABSTRAK

Hortikultura organik merupakan salah satu produk pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan dalam agribisnis. Salah satu daerah penghasil hortikultura organik yaitu Desa Penanggungan, Trawas, Mojokerto. Petani pada daerah tersebut bernaung di koperasi bernama Brenjonk. Tujuan penelitian yaitu menentukan alternatif strategi kemitraan dan strategi kemitraan yang paling efektif dapat diterapkan antara Koperasi Brenjonk dan petani. Metode yang digunakan yaitu analisis SWOT dan Quantitative Strategic Planning

Matrix (QSPM). Analisis SWOT digunakan untuk menentukan alternatif strategi kemitraan, sedangkan

QSPM digunakan untuk menentukan strategi kemitraan yang efektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa matriks IE terletak pada sel I, yang berarti kemitraan dapat dikembangkan dengan memperhatikan faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi kemitraan, strategi yang sesuai adalah growth and build. Matriks SWOT menggabungkan antara faktor internal dengan faktor eksternal sehingga diperoleh delapan alternatif strategi kemitraan. Hasil dari matriks QSPM menunjukkan strategi yang efektif adalah Meningkatkan kemampuan dan pemahaman petani dalam memenuhi permintaan pasar yang meningkat melalui pelatihan dan pembinaan secara rutin.

Kata kunci: alternative partnership strategy; QSPM; SWOT

ABSTRACT

Organic horticulture is one of the agricultural products which have can be developed in agribusiness. One of the organic horticulture production area is in Penanggungan, Trawas, Mojokerto. At this area there are organic farmers association under Brenjonk. The purpose of this research is determine the alternatives of partnership strategy and most effective partnership strategy that can be applied between Brenjonk Cooperation and farmers. The method used was SWOT analysis and Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). SWOT analysis was use to determine partnership strategy alternatives, while QSPM use to determine the most effective partnership strategy. The results showed that IE matrix located on the cell I, it

means that partnership could be developed by concerning to the internal and external that affect on performance of partnership. Suitable strategy for partnership were growth and build. There were eight strategy alternatives obtained by combining internal factor and external factor using SWOT matrix. QSPM matrix showed that the most effective strategy was increasing the ability and understanding of farmers by training and development routinely to meet demand market continuously.

Keywords: alternative partnership strategy; QSPM; SWOT

PENDAHULUAN

Komoditas hortikultura meliputi sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman biofarmaka (Hanum, 2008). Seiring dengan bertambahnya penduduk, meningkatnya pendapatan dan pendidikan akan mempengaruhi kesadaran masyarakat terhadap pentingnya nilai gizi dan kesehatan. Tanaman hortikultura organik memiliki kualitas dan nilai gizi lebih baik karena tidak mengandung bahan kimia.

Salah satu daerah penghasil hortikultura organik yaitu Desa Penanggungan, Trawas, Mojokerto. Pada daerah ini terdapat perkumpulan petani organik dibawah naungan sebuah koperasi yaitu Brenjonk. Komoditas yang dikelola adalah sayuran dan buah-buahan organik, Koperasi Brenjonk bermitra dengan 88 petani. Menurut Martodireso dan Widada (2002), kemitraan usaha

(2)

pertanian merupakan salah satu instrumen kerja sama yang mengacu kepada terciptanya suasana keseimbangan, keselarasan, dan keterampilan yang didasari saling percaya antara perusahaan mitra dan kelompok.

Kemitraan diharapkan dapat mengatasi kendala yang dihadapi pada masing-masing pihak, yaitu Koperasi Brenjonk dengan petani. Petani umumnya memiliki kendala berupa keterbatasan informasi pasar dan pengetahuan sistem organik. Koperasi Brenjonk sebagai prosesor memerlukan kontinuitas pasokan hortikultura organik dalam menghadapi dinamika yang tinggi dari pasar produk organik.

Penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana strategi kemitraan yang efektif untuk diterapkan antara Koperasi Brenjonk dengan petani. Penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis Strength-Weakness-Opportunity-Treath (SWOT) dan metode Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Menurut Pandelaki (2012), hasil analisis SWOT adalah arahan atau rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang yang ada, disertai dengan mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman. Menurut Akbar et al. (2013), QSPM digunakan untuk mengevaluasi dan memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan lingkungan ekternal dan internal.

METODE

Penelitian dilaksanakan di Koperasi Brenjonk, Trawas, Mojokerto. Pengambilan data dilakukan pada bulan Januari sampai Juni 2015. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah responden yang digunakan hanya responden pakar, yaitu pihak yang mengetahui dengan pasti kondisi internal dan eksternal kemitraan. Prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Identifikasi Variabel

Variabel dari lingkungan dalam penelitian ini adalah lingkungan internal dan eksternal kemitraan Koperasi Brenjonk dengan petani. Faktor internal yaitu kelebihan dan kelemahan, dan faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman.

Mulai

Identifikasi dan Perumusan Masalah Identifikasi Variabel Penelitian

Penentuan Sumber Data Penyusunan Kuesioner

Tahap 1 Uji Validitas Kuesioner

Tahap 1

Valid

Pengumpulan Data Tahap 1

Tahap Pemasukan

Kesimpulan dan Saran

Selesai Tidak Ya Penentuan Responden Tahap Pencocokan Penyusunan Kuesioner Tahap 2 Uji Validitas Kuesioner

Tahap 2

Valid

Ya Pengumpulan Data Tahap 2

Tahap Keputusan

Tidak

(3)

Kemitraan Koperasi Brenjonk dengan petani memiliki kelemahan berupa: 1) Perbedaan standar kualitas antara petani dengan Koperasi Brenjonk; 2) Pelanggaran prosedur pertanian organik oleh petani mitra; 3) Kemampuan teknis dan manajerial petani mitra kurang memadai; 4) Pertukaran informasi permintaan yang kurang sesuai antara petani mitra dengan Koperasi Brenjonk; dan 5) Kemampuan teknis dan manajerial tenaga kerja kurang memadai. Kemitraan Koperasi Brenjonk dengan petani memiliki kekuatan antara lain: 1) Pemberian informasi trend pasar oleh Koperasi Brenjonk kepada petani; 2) Daya dukung sarana dan prasarana oleh Koperasi Brenjonk kepada petani; dan 3) Daya dukung dana oleh Koperasi Brenjonk kepada petani.

Peluang dari pelaksanaan kemitraan antara lain: 1) Pembatasan impor hortikultura; 2) Dukungan masyarakat lokal; 3) Perubahan orientasi kesehatan masyarakat; dan 4) Kemudahan pemasaran dengan bermitra. Ancaman bagi pelaksanaan kemitraan berupa: 1) Perubahan permintaan konsumen yang signifikan; dan 2) Harga tidak stabil.

Penentuan Responden

Responden dalam penelitian ini adalah responden pakar (expert). Penentuan responden dalam penelitian ini adalah penunjukan langsung (purporsive sampling). Responden berjumlah 4 (empat) orang yang terdiri dari 2 (dua) orang petani dan dua orang dari koperasi Brenjonk. Responden dari petani adalah petani yang menjalin kemitraan dengan Koperasi Brenjonk paling lama atau dianggap senior. Responden dari Koperasi Brenjonk adalah bagian persetujuan koperasi dan pendamping.

Uji Validitas

Tahap validasi isi kuesioner dilakukan dengan bagian persetujuan dan seorang petani. Tahap validasi ini dilakukan secara face validity. Menurut Brockopp dan Marie (2000), face validity adalah suatu keputusan dari pakar atau ahli secara subyektif mengenai sebuah instrumen apakah telah dianggap mengukur konsep yang diinginkan.

Pengolahan Data

Menurut David (2004), perumusan strategi kemitraan dengan menggunakan metode Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) dilakukan dengan tiga tahap pelaksanaan, yaitu tahap pemasukan, pencocokan, dan keputusan.

Tahap Pemasukan (Input Stage)

Tahap pemasukan merupakan tahap analisis faktor internal dan eksternal kemitraan melalui penyusunan Matris IFE dan EFE. Tahapan dalam pembuatan matriks IFE dan EFE sebagai berikut (David, 2006):

1) Identifikasi kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman dalam kemitraan.

2) Penentuan bobot faktor internal dan eksternal dapat dilakukan dengan menggunakan Key Succes Factor (KSF). Setiap pakar diminta untuk memberikan bobot bagi setiap faktor internal dan eksternal yang telah ditentukan sebelumnya (Yoshida, 2006). Kriteria penilaian ini menggunakan skala Likert 1 = sangat tidak penting, 2 = tidak penting, 3 = cukup penting, 4 = penting, dan 5 = sangat penting.

3) Penentuan nilai rating pada matriks IFE dan EFE. didasarkan pada keterangan berikut: Untuk kriteria kekuatan (S) adalah:

1=kekuatan kecil berpengaruh kecil 2=kekuatan kecil

3=kekuatan utama berpengaruh kecil 4=kekuatan utama berpengaruh besar Untuk kriteria kelemahan (W) adalah: 1=kelemahan utama berpengaruh besar 2=kelemahan utama berpengaruh kecil 3=kelemahan kecil berpengaruh besar 4=kelemahan kecil berpengaruh kecil

(4)

Untuk kriteria peluang (O) adalah: 1=peluang sulit diraih

2=peluang cukup mudah diraih 3=peluang mudah diraih 4=peluang sangat mudah diraih Untuk kriteria ancaman (T) adalah: 1= pengaruh ancaman sangat kuat 2=pengaruh ancamankuat

3=pengaruh ancamanlemah 4=pengaruh ancaman sangat lemah

Tabel 1. Penentuan bobot faktor internal/eksternal Faktor Internal/

Eksternal Skala Bobot Rata-Rata Bobot

1 2 3 4 5 A V W X Y Z Ra Xa B Rb Xb … … … N Rn Xn Jumlah R 1 Keterangan:

A, B,…, n = faktor internal/ eksternal (ke-1, ke-2, …, ke-n)

P,Q,R,S,T = jumlah responden (yang memberikan nilai 1, 2, 3, 4, 5) Ra, Rb,…, Rn=rata-rata bobot faktor internal/eksternal (ke-1,ke-2,…, ke-n) R= jumlah keseluruhan rata-rata bobot internal/ eksternal

Xa, Xb,…, Xn = bobot faktor internal/ eksternal (ke-1, ke-2,…, ke-n)

4) Perkalian bobot dan rating dilakukan untuk menentukan nilai skor pembobotan tiap faktor.

5)iMenjumlahkan semua skor pembobotan untuk mendapatkan skor total. Skor total 4,0 mengidentifikasi bahwa kemitraan mampu merespon dengan sangat baik faktor strategis internal/eksternal. Skor total 1,0 menunjukkan kemitraan tidak merespon dengan baik faktor strategis internal/eksternal. Nilai 2,5 menunjukkan bahwa kemitraan mampu merespon secara rata-rata faktor strategis internal/eksternal.

Tahap Pencocokan (Matching Stage)

Tahap pencocokan terdiri dari penyusunan Matriks Internal Eksternal (IE) dan Matriks SWOT. Matriks IE

Matriks IE bertujuan untuk melihat posisi kemitraan serta memperoleh strategi yang lebih detail. Menurut Siahaan (2008), matriks IE terbagi atas tiga daerah utama yaitu:

a. Sel I, II, IV= growth and build (kembang dan bangun). Menurut Hanum et al. (2011), artinya kemitraan dapat terus dikembangkan dengan memperhatikan faktor utama sehingga dapat berkelanjutan.

b. Sel III, V, VII= hold and maintain (jaga dan pertahankan). Menurut Akbar et al. (2013), artinya kemitraan belum dapat melakukan pengembangan secara luas karena masih ada faktor yang membatasi.

c. Sel VI, VIII, IX= harvest or divest (mengambil hasil atau melepaskan). Artinya, kondisi kemitraan tidak berjalan sesuai rencana.

Matriks SWOT

Matriks SWOT akan menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi yaitu startegi S-O (Strenght-Opportunity), strategi W-O Opportunity), strategi W-T (Weakness-Threats) dan strategi S-T (Strenght-(Weakness-Threats) (Yuliawati, 2008).

(5)

Tahap Keputusan (Decision Stage)

Analisis QSPM memungkinkan perusahaan dalam melakukan evaluasi alternatif strategi secara objektif, berdasarkan faktor keberhasilan internal dan eksternal (David, 2006). Alternatif strategi yang memiliki nilai total terbesar pada matriks QSP merupakan strategi yang paling baik (Prastiti, 2012).

HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Koperasi Brenjonk

Koperasi Brenjonk adalah salah satu organisasi berbasis komunitas yang berdiri pada 13 Juli 2007 di Dusun Penanggungan, Desa Penanggungan, Trawas, Mojokerto, Jawa Timur. Brenjonk sendiri berasal dari kata “Sumber Rejo” dibaca “Mber Rejo”. Struktur organisasi Koperasi Brenjonk terdiri dari ketua, bagian pendokumentasian, keuangan, pemeriksaan, persetujuan, jual-beli, pengemasan, dan pendamping. Tenaga kerja berjumlah 17 orang. Koperasi Brenjonk menghasilkan hortikultura organik, yang terbagi atas sayur dan buah organic. Saat ini kapasitas produksi mencapai 3000 kemasan produk per bulan.

Anggota rantai pasok produk hortikultura organik di Koperasi Brenjonk terdiri dari petani mitra, Koperasi Brenjonk, distributor, peritel, dan pakar/ahli. Petani mitra sebagai pemasok hortikultura organic. Koperasi Brenjonk sebagai pengolah dan pemasar produk, distributor sebagai penyalur produk dari koperasi ke peritel, dan peritel sebagai pengirim produk ke konsumen akhir. Pakar/ahli sebagai pihak yang memberikan pelatihan bagi petani dan tenaga kerja.

Petani Mitra

Jumlah petani hortikultura organik yang menjalin kemitraan dengan Koperasi Brenjonk berjumlah 88 petani dimana sebanyak 70% adalah petani wanita atau ibu-ibu. Lahan yang dijadikan kebun organik terletak di pekarangan rumah petani mitra denga luas area ± 5 x 10 meter. Model pengelolaan lahan yang digunakan oleh petani hortikultura organik yaitu menggunakan green house sederhana disebut dengan rumah sayur organik (RSO). Menurut Harmanto et al. (2006), sistem green house dapat memberikan jaminan produk yang relatif aman bagi kesehatan, karena memiliki kelebihan yaitu dapat mencegah masuknya hama dan penyakit yang dapat merusak tanaman hortikultura.

Kemitraan Koperasi Brenjonk dengan Petani

Tujuan utama kemitraan antara Koperasi Brenjonk dengan petani yaitu mejamin kontinuitas pasokan hortikultura organik baik dalam segi jumlah maupun kualitas. Pola kemitraan yang diterapkan yaitu pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis (KOA). Dalam hal ini, petani mitra menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja untuk melaksanakan proses produksi hortikultura organik, sedangkan Koperasi Brenjonk menyediakan biaya atau modal, sarana dan prasarana untuk kegiatan budidaya.

Koperasi Brenjonk memberikan pelatihan dan pendampingan bagi petani mitra, menyediakan teknologi seperti alat pengemas dan timbangan, menyediakan kemampuan manajemen terutama dalam penjadwalan tanam dan pemasaran hasil produksi petani mitra.

Pada kerjasama kemitraan, petani bertugas melakukan proses seperti pembibitan, penanaman, dan pemanenan. Koperasi Brenjonk bertugas melakukan penyediaan benih bagi petani, pembelian produk dari petani, proses sortasi, grading, pengemasan, pemasaran, dan pemberian pelatihan bagi petani mitra.

Tahap Pemasukan (Input Stage) Analisis Matriks IFE

Analisis matriks IFE digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor internal terhadap kemitraan antara Koperasi Brenjonk dengan petani yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Pemberian informasi trend pasar oleh Koperasi Brenjonk kepada petani mitra menjadi kekuatan utama yang berpengaruh besar (0,6). Koperasi Brenjonk menyampaikan informasi trend pasar (peluang pasar, harga pasar, varietas baru, preferensi konsumen) melalui pertemuan rutin maupun secara langsung kepada petani mitra. Daya dukung dana oleh Koperasi Brenjonk kepada petani menjadi kekuatan kecil yang berpengaruh kecil (0,231). Pada saat ini, petani mitra tidak

(6)

menggantungkan proses produksi hortikultura organik dari bantuan dana yang disediakan oleh Koperasi Brenjonk.

Kemampuan teknis dan manajerial petani kurang memadai menjadi kelemahan kecil yang berpengaruh kecil (0,447). Hal ini dikarenakan saat ini sebagian besar petani mitra terutama yang berlokasi sekitar Koperasi Brenjonk sudah tidak membutuhkan pendampingan dari Koperasi Brenjonk dalam menjalankan proses produksi. Sehingga dapat dikatakan sebagian besar petani sudah memiliki kemampuan teknis dan manajerial yang baik.

Tabel 2. Matriks IFE

Faktor Internal Bobot Rating Skor Pembobot-an

KEKUATAN

Pemberian informasi trend pasar

kepada petani mitra (S1) 0,150 4 0,6*

Daya dukung sarana dan

prasarana kepada petani (S2) 0,150 3,75 0,563

Daya dukung dana kepada petani

(S3) 0,143 2,25 0,321**

TOTAL 0,444 1,484

KELEMAHAN

Perbedaan standar kualitas (W1) 0,113 2,75 0,31

Pelanggaran prosedur pertanian

organik oleh petani mitra (W2) 0,135 2,25 0,305

Kemampuan teknis dan manajerial petani kurang memadai (W3)

0,128 3,5 0,447*

Pertukaran informasi permintaan

yang kurang sesuai (W4) 0,083 3,25 0,269

Kemampuan teknis dan manajerial tenaga kerja koperasi kurang memadai (W5)

0,098 2,5 0,244**

Total 0,556 1,575

Total Keseluruhan 1,00 3,059

Kemampuan teknis dan manajerial tenaga kerja koperasi kurang memadai menjadi kelemahan utama dalam kemitraan (0,224). Adanya kemampuan tenaga kerja yang kurang memadai dalam melakukan proses pasca panen, pemasaran produk, dan penjadwalan pengolahan produk dapat menimbulkan ketidakpuasan petani mitra, sehingga dapat mengganggu kelagsungan hubungan kemitraan.

Analisis Matriks EFE

Analisis matriks EFE digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor eskternal terhadap kemitraan antara Koperasi Brenjonk dengan petani yang dapat dilihat pada Tabel 3. Kemitraan memiliki kemampuan sangat baik dalam meraih peluang berupa kemudahan pemasaran dengan bermitra (0,872). Hal ini dikarenakan pemasaran produk lebih mudah karena sudah ditangani oleh Koperasi Brenjonk. Petani hanya memiliki kewajiban menghasilkan produk sesuai dengan permintaan konsumen dan selanjutnya mengirim hasil panen ke Koperasi Brenjonk. Kemitraan memiliki kemampuan tidak baik dalam meraih peluang berupa adanya kebijakan pembatasan impor hortikultura (0,192). Pada saat ini Koperasi Brenjonk hanya fokus memenuhi permintaan distributor yang telah menjalin kontrak dan tidak melakukan pengembangan usaha dengan

(7)

menambah jumlah distributor dikarenakan kurangnya dukungan dari manajer puncak, terbatasnya sumberdaya koperasi dan kemampuan teknis dan manajerial petani.

Perubahan permintaan konsumen yang signifikan berpengaruh sangat lemah (0,494). Hal ini dikarenakan, apabila terjadi perubahan varietas atau kuantitas dari konsumen, pihak koperasi tidak langsung memerintahkan petani untuk merubah varietas atau jumlah yang ditanam. Cara yang ditempuh oleh koperasi yaitu dengan mengambil atau membeli hasil panen sesuai dengan permintaan konsumen dari petani lain selain petani mitra. Harga tidak stabil berpengaruh sangat kuat terhadap kemitraan (0,333). Hal ini dikarenakan apabila terjadi perubahan harga terutama penurunan harga yang drastis akan menimbulakn gejolak ekonomi bagi petani mitra yang dapat menimbulkan ketidakstabilan kondisi ekonomi petani.

Tabel 3. Matriks EFE

Faktor Eksternal Bobot Rating Skor Pembobo-tan

PELUANG

Kebijakan pembatasan impor

hortikultura(O1) 0,128 1,5 0,192**

Dukungan masyarakat lokal (O2) 0,218 3 0,654

Perubahan orientasi kesehatan

masyarakat (O3) 0,192 2,75 0,529

Kemudahan pemasaran dengan

bermitra (O4) 0,219 4 0,872*

TOTAL 0,756 2,247

ANCAMAN

Perubahan permintaan konsumen

yang signifikan (T1) 0,141 3,5 0,494*

Harga tidak stabil (T2) 0,103 3,25 0,333**

Total 0,244 0,827

Total Keseluruhan 1,00 3,074

Tahap Pencocokan (Matching Stage) Matriks IE

Analisis Matriks Internal Eksternal (IE) dilakukan untuk mengetahui posisi kemitraan antara Koperasi Brenjonk dengan petani. Matriks IE disusun menggunakan nilai total skor pembobotan dari matriks IFE dan matriks EFE. Gambar 2 menunjukkan kemitraan terletak pada sel ke-I, sehingga dapat melaksanakan strategi growth and build (kembang dan bangun). Menurut Hanum et al. (2011), artinya kemitraan dapat terus dikembangkan dengan memperhatikan faktor utama (baik internal maupun eksternal) yang mempengaruhi kinerja kemitraan yang dibangun sehingga dapat berkelanjutan. 3,059 I II III IV V VI VII VIII IX 3,0 4,0 2,0 1,0 3,0 2,0 1,0

Kuat Rata-rata Lemah

Tinggi

Sedang

Rendah

Skor Pembobotan IFE

3,074 Skor Pembobotan EFE

(8)

Matriks SWOT

Matriks SWOT digunakan untuk menentukan alternatif strategi kemitraan yang mungkin dilakukan antara Koperasi Brenjonk dengan petani. Matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Matriks SWOT

KEKUATAN (S) S1, S2, S3 KELEMAHAN (W) W1, W2, W3, W4, W5 PELUANG (O) O1, O2, O3, O4 Strategi S-O 1. Meningkatkan kemampuan pemasaran produk melalui rapat koordinasi rutin antara koperasi dengan petani mitra (S1, O1, O3, O4) (ST 1) 2. Meningkatkan hubungan

kemitraan melalui penyediaan sarana prasarana, dan dana sesuai kemampuan koperasi (S2, S3, 02) (ST 2)

Strategi W-O

3. Meningkatkan kemampuan dan pemahaman petani melalui pelatihan dan pembinaan secara rutin dalam memenuhi permintaan pasar yang meningkat (W1, W2, W3, O1, O3) (ST 3)

4. Perbaikan kemampuan tenaga kerja koperasi melalui pembinaan untuk meningkatkan kinerja kemitraan (W4, W5, O2, O4) (ST 4) ANCAMA N (T) T1, T2 Strategi S-T 5. Meningkatkan pertukaran informasi untuk mengantisipasi perubahan permintaan dan fluktuasi harga (S1, T1, T2) (ST 5)

6. Optimasi penggunaan sarana prasarana, dan dana untuk meningkatkan kesejahteraan petani mitra (S2, S3, T1, T2) (ST 6)

Strategi W-T

7. Perbaikan komunikasi internal antara koperasi dengan petani mitra dalam menghadapi perubahan permintaan konsumen dan fluktuasi harga produk (W1, W4, T1, T2) (ST 7)

8. Meningkatkan kemampuan manajerial dan teknis petani dan tenaga kerja koperasi dalam menghadapi perubahan permintaan konsumen dan fluktuasi harga produk(W2, W3, W5, T1,T2) (ST 8) Tahap Keputusan (Decision Stage)

Alternatif strategi dari matriks SWOT ditentukan nilai Attractive Score (AS) oleh responden. Nilai AS dikalikan dengan bobot tiap faktor strategis kemudian diperoleh TotalAttractive Score (TAS). Strategi dengan jumlah TAS tertinggi memiliki prioritas utama untuk dilakukan. Rangkuman nilai TAS dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rangkuman nilai TAS Matriks QSPM

Alternatif Strategi Total TAS Peringkat

ST 1 4,452 2 ST 2 3,639 5 ST 3 5,007 1 ST 4 4,158 4 ST 5 2,909 7 ST 6 2,884 8 ST 7 4,432 3 ST 8 3,516 6

Meningkatkan kemampuan dan pemahaman petani dalam memenuhi permintaan pasar yang meningkat melalui pelatihan dan pembinaan secara rutin merupakan strategi yang paling efektif dapat dilakukan atau memiliki prioritas utama untuk dilakukan (TAS 5,007). Koperasi Brenjonk memiliki kewajiban memberikan pembinaan dan pendampingan standar organik kepada petani mitra untuk mencegah petani melakukan pelanggaran budidaya secara organik serta agar petani mampu menghasilkan produk sesuai dengan standar.

(9)

Selain itu Koperasi Brenjonk mengadakan pertemuan yang diadakan setiap tiga bulan sekali untuk menyalurkan informasi mengenai trend pasar kepada petani dan dilakukan pula pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman petani dalam memenuhi permintaan pasar yang meningkat. Namun seiring dengan berjalannya kerjasama kemitraan, pihak Koperasi Brenjonk menganggap petani mitra sudah mandiri sehingga kegiatan pelatihan dan pembinaan jarang dilakukan terutama bagi petani senior.

Hal ini merangsang timbulnya faktor kelemahan kemitraan seperti terjadinya perbedaan standar kualitas, pelanggaran prosedur pertanian organik oleh petani, dan kemampuan petani mitra yang kurang memadai. Hal tersebut akan mengakibatkan menurunnya kemampuan Koperasi Brenjonk dalam memenuhi permintaan produk yang semakin meningkat.

Adanya pelatihan dan pembinaan kepada petani mitra secara rutin dan terjadwal dapat meningkatkan kemampuan dan pemahaman petani. Apabila kemampuan dan pemahaman petani meningkat maka akan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan serta sesuai standar, sehingga akan berdampak pada peningkatan kemampuan petani dalam memenuhi permintaan pasar yang meningkat.

KESIMPULAN

Berdasarkan Matriks SWOT, didapatkan delapan alternatif startegi kemitraan seperti pada Tabel 4. Berdasarkan Matriks QSPM, strategi yang paling efektif dapat dilakukan yaitu meningkatkan kemampuan dan pemahaman petani dalam memenuhi permintaan pasar yang meningkat melalui pelatihan dan pembinaan secara rutin.

Koperasi Brenjonk disarankan untuk meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial tenaga kerja dan melakukan pelatihan serta pembinaan secara rutin kepada petani Saran untuk petani yaitu meningkatkan pemahaman standar kualitas dan komitmen pertanian organik. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya dilakukan perumusan strategi kemitraan antara Koperasi Brenjonk dengan distributor atau peritel.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, AD., Rahayu, ES., dan Wijianto, A. 2013. Strategi Pengembangan Kemitraan Petani Tembakau Dengan PT.Merbabu Di Kecamatan Tanggungharjo Kabupaen Grobogan. Jurnal Pertanian 1(1) : 1-11.

Brockopp, D.Y dan Marie, T.H.T. 2000. Dasar-Dasar Keperawatan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

David, F R. 2004. Manajemen Strategi : Konsep-Konsep. Edisi Sembilan. PT Prenhallindo. Jakarta. Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 2. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah

Kejuruan. Jakarta.

Hanum, L., Bunasor, S., dan Agus, M. 2011. Strategi Pengembangan Kemitraan Ternak Ayam Broiler PT. XYZ.

Harmanto, H. J. Tantau dan V. M. Salokhe, 2006. Influence of Insect Screens with Different Mesh Sizes on Ventilation Rate and Microclimate of Greenhouses in the Humid Tropics. Agricultural Engineering International: the CIGR Ejournal. Manuscript BC 05 017 Vol VIII Pandelaki. L. 2012. Strategi Pengembangan Budidaya Rumput Laut Di Pulau Nain Kabupaten

Minahasa Utara. Jurnal Perikanan dan Kelautan Trois 8 (2): 52-57.

Prastiti, R. A. (2012). Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Blora. E-jurnal Agrista. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Siahaan, P. E. (2008). Analisis Strategi Pengembangan Usaha Restoran Rice Bowl. Skripsi. IPB. Bogor

Yoshida, D.T. 2006. Arsitektur Strategic. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Yuliawati, S. (2008). Analisis Strategi Pemasaran Obat Herbal Biomunos pada PT Biofarmaka Indonesia, Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gambar

Gambar 1. Prosedur penelitian
Tabel 1. Penentuan bobot faktor internal/eksternal  Faktor Internal/
Tabel  3. Matriks EFE

Referensi

Dokumen terkait

Data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan bapak Tasnim, SH dari Kandepag kabupaten Bojonegoro pada tanggal 24 September 2012 di kantor Kementerian Agama kabupaten

Rasio NPL tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan semester I 2015 (2,56%), meskipun masih lebih tinggi dari tahun sebelumnya (2,16%) sebagai dampak dari

Dengan Cost / Benefit Analysis, PT iSatNet dapat menganalisis biaya serta manfaat investasi TI baik secara inhouse maupun outsourcing, sehingga dapat diketahui investasi mana

Hasil analisa menunjukkan bahwa musim pemijahan udang putih terjadi sepanjang tahun, namun demikian puncak pemijahan diduga terjadi pada bulan Maret dan September dimana

Bapak Drs.M.Husni Thamrin Nasution,M.SI selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh variabel kepemilikan institusional, nilai gender dewan direksi, komite audit dan ukuran perusahaan terhadap

Menggunakan teknologi informasi yang telah berkembang sangat pesat, maka keberadaan sistem mikroelektronika yang mampu mengatasi kendala pengiriman hasil pemantauan

Bagian esofagus, lambung, usus (bagian usus depan, usus tengah dan usus belakang), rekturn, dan anus dan diamati pada tunika mukosa, subrnukosa, muskularis dan serosa.