• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. bantuan dan interaksi dari negara lainnya baik dalam bidang politik, sosial,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. bantuan dan interaksi dari negara lainnya baik dalam bidang politik, sosial,"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerjasama antar negara sangat dibutuhkan baik dalam lingkup regional, bilateral, dan multilateral, suatu negara tidak bisa berkembang sendiri tanpa adanya bantuan dan interaksi dari negara lainnya baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain. Indonesia sebagai negara yang memiliki kekakyaan sumber daya alam mempunyai banyak peluang untuk menjalin kerjasama ekonomi dalam sektor apapun. Hubungan luar negeri Indonesia dan jepang sejak tahun 1958 dengan disahkannya perjanjian perdamaian anatara Indonesia dengan Jepang.1

Hubungan antara Indonesia dan Jepang telah lama melakukan kerjasama, dan pertama kali dalam melakukasan kerjasama sosial-ekonomi adalah pada proyek pembangunan, industri, elektronik dan bersaman dengan masuknya gelombang migrasi Jepang ke Indonesia.

Sebagai salah satu negara dengan kekuatan ekonomi terbesar didunia, Jepang sudah banyak menjalin kerjasama ekonomi dengan negara-negara lain khususnya dalam bidang perdagangan dan bantuan luar negeri. Pada awal abad ke 20 negara Jepang berkembang pesat sebagai salah satu negara dengan tinggkat kemajuan tinggi didunia. Pencapaian Jepang terdiri dari banyak bidang, diantanya

1 Djelantik, S. (2015). Jepang Sebagai Raksasa Ekonomi Dunia. In S. Djelantik, Asia-Pasifik Konflik, Kerja Sama, dan Relasi Antarkawasan (pp. 53-72). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

(2)

2

pertanian, perikanan, perindustrian, dan jasa yang akhirnya menjadikan negara ini salah satu dari negara terbesar ketiga sebagai negara yang berpotensi dalam pasar bebas, setelah Cina dan Amerika Serikat.2

Permasalahan transportasi di beberapa negara berkambang sangat kritis, kemacetan menjadi alasan utama sebuah negara mengembangkan teknologi transportnya dan hal ini dialami oleh kota Jakarta yang dimana sedang melakukan pembenahan sistem transportasi, Kota Jakarta sampai saat ini mempunyai beragam fungsi seperti sebagai kota provinsi, industri, jasa, perdagangan, pendidikan, dan budaya serta transportasi yang menyebabkan kota ini lambat perkembangannya.

Pemakaian kendaraan pribadi dan pertumbuhan penduduk yang pesat sangat berbanding terbalik dengan sarana transportasi. Kondisi transportasi umum yang buruk juga menjadi salah satu alasan penduduk kota Jakarta lebih memilih kendaraan pribadi. Daya tampung jalan tidak sebanding dengan jumlah penggunaan kendaraan pribadi sehingga tidak berjalan normal. Kemacetan menjadi hal yang tidak dapat dihindari dan perlu penanganan serius dari pemerintah. Sebelum MRT Jakarta ada, upaya pemerintah adalah menambah pengadaan dalam segi transportasi umum. Berbagai program untuk mengurangi kemacetan seperti APBT3, pengadaan Bus Transjakarta, dan terlihat upaya tersebut belum membuahkan hasil.

2 “Japan : Country Profile” United States Departement of States , diakses dalam

https://www.state.gov/p/eap/ci/ja/, (9/10/ 2019, 13.00 WIB)

3 Margith Juita Damanik Hal Ini yang dilakukan Pemerintah untuk Mengatasi Kemacetan Jakarta, diakses dalam https://www.idntimes.com/news/indonesia/margith-juita- damanik/hal-ini-yang-dilakukan-pemerintah-untuk-mengatasi-kemacetan-jakarta-1 (9/10/2019, 13.35 WIB)

(3)

3

Upaya Provinsi DKI Jakarta menganalisis, merencanankan, dan mengeksekusi memerlukan waktu sampai 24 tahun dalam rancangan mengurangi kemacetan, salah satu solusi yang dibuat pemerintah adalah MRT Jakarta, namun pelaksanaan solusi kebijakan untuk program MRT ini menghabiskan waktu yang sangat lama. Pada tanggal 17 Juni 2008 PT Mass Rapid Transit Jakarta (PT MRT Jakarta) berdiri, berbentuk badan hukum Perseroan terbatas, MRT Jakarta sebenarnya rencana pembangunnya sudah dirintis sejak 1985. Namun, pada tahun tersebut proyek dari kereta cepat belum dinyatakan pemerintah sebagai salah satu proyek nasional. Selanjutnya tahun 2005, pemerintah menyetujui MRT Jakarta adalah proyek nasional dan pemerintah jepang bersedia membantu pembangunan MRT Jakarta ini. Pada tanggal 28 November 2006, Indonesia dan Jepang menandatangi persetujuan pembiayaan proyek MRT Jakarta, perwakilan dari Indonesia adalah Yusuf Anwar sebagai duta besar Indonesia untuk Jepang, dan perwakilan Jepang adalah Gubernur Japan Bank for International Cooperation (JBIC) Kyosuke Shinozawa. JBIC pun memberikan rekomendasi desain studi kepada pemerintah Provinsi DKI Jakarta.4

ODA (Official Develompent Assistance) adalah kebijakan bantuan luar negeri Jepang. Pencapaian ODA Pada tahun 1980 sangat besar sampai menjadikan Jepang berada diperingkat pertama terbesar di dunia dalam memberi bantuan luar negeri, ODA mengeluarkan sekitar 0,32 dari total GNP (Gross National Product)

4 MRT Jakarta Sejarah diakses dalam

(4)

4

pertahunnya.5 Publikasi laporan pada tahun 2008 dari Kementrian Luar Negeri

Jepang MOFA (Minister of Foreign Affairs) di Tokyo menyatakan bahwa bantuan luar negeri dari Jepang sempat mengalami peningkatan yang signifikan, terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:6

1. Aspek pemanfaatan dari bentuk bantuan luar negeri harus sangat bermanfaat besar bagi negara-negara berkembang.

2. Aspek pelepasan dari perubahan kontradiksi politik internasional. 3. Aspek pemanfaatan dari peran swasta dan organisasi bantuan JICA

sebagai perpanjangan dari pemerintah Jepang.

Indonesia menempati peringkat pertama sebagai penerima bantuan ODA Jepang, kedua disusul oleh Cina, kemudian Filipina, Thailand dan Bangladesh. Kebijakan dari ODA Jepang difasilitasi oleh beberapa lembaga yaitu, JICA (Japan

International Cooperation Agency), JEXIM (Japan Export-Import bank), dan

OECF (Overseas Economic Cooperation Fund). Secara kaidah ODA adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh negara maju, untuk memberikan bantuan kepada negara berkembang dalam proses pembangunan negara tersebut dengan cara menyisihkan GNP tahunannya. Marshall Plan adalah dasar dari model bantuan luar negeri dalam bentuk pinjaman dan hibah, sedangkan Truman Point Four adalah dasar untuk pengembangan bantuan teknik. bentuk pemberian bantuan ODA

5 “Official Development Assistance Ministry of Foreign Affairs of Japan diakses dalam

http://www.mofa.go.jp/policy/oda/summary/1994/1.html, (9/10/2019, 14.00 WIB) 6 “Diplomatic Bluebook 2008 (Summary)” Ministry of Foreign Affairs of Japan diakses dalam

(5)

5

umumnya dapat dibedakan dari waktu perkembangan kebijakannya, yakni:7 terjadi

pada tahun 1950-an dan 1960-an ODA bersifat top-down, yang dimana ODA bertujuan untuk mengembangkan infrastruktur negara-negara pasca Perang Dunia II.

Dalam proyek MRT Jakarta ini JICA menjadi salah satu yang berkaitan dengan ODA, Dalam sejarah pembentukan JICA, proses ini tidak dapat dipisahkan dari peran pemerintah untuk mengurangi fraksi, ketegangan, ataupun konflik dengan negara-negara yang menerima bantuan ODA Jepang. Dengan adanya pengaruh lain seperti politik dan sejarah masa lalu telah membuat negara pemberi bantuan sangat berhati-hati terhadap negara penerima, tujuan utama membantu dan kepentingan nasional negara pendonor dapat tercapai dengan baik.8 JICA terbentuk

pada 1 oktober 2003 yang merupakan bagian dari program kerjasama Jepang yang mempunyai peran pembangunan di Indonesia.

Kemudian JBIC melakukan merger dengan (JICA). JICA bertugas menjadi tim penilai untuk JBIC selaku pemberi bantuan dana. Pendanaan lahan dan desain teknis dibuat oleh JICA dan MRT Jakarta pada tahun 2008-2009, tender peralatan elektrik dan tender mekanik dan juga konstruksi ditahun 2009-2010, pada 2010-2014 dimulai pekerjaan konstruksi, uji cobanya operasional dimulai tahun 2013, dan selesai pada tahun 2019.9 Pembangunan MRT Jakarta tahap pertama sepanjang 15,1 kilometer dan menghabiskan dana sebesar Rp 15 triliun dengan masa

7 Thomas D. Lairson dan David Skidmore, International Political Economy: The Struggle For

Power and Wealth (3rd ed.) (California: Thomson Wadsworth, 2003), hlm. 317.

8 Alan Rix, Japan’s Economic Aid : Policy Making and Politics (Croom Helm London, 1980) hal. 49

9 MRT Jakarta Sejarah diakses dalam

(6)

6

pembangunanya kurang dari 5 tahun. Dana tersebut untuk kereta, pembangunan fisik, mekanikal, elektrikal, dan konsultan. Dan total dari pembangunan MRT Jakarta menghabiskan Rp 40 trilliun. Dana pembangunan berasal dari dua sumber yaitu pinjaman luar negeri dari pemerintah Jepang sebesar 42% dan pemerintah Indonesia sebesar 58%.10

Keputusan suatu negara untuk membantu negara lain bukan hanya untuk satu kepentingan saja, tetapi banyak kepentingan lain yang menguntungkan negara pemberi bantuan. Banyak bantuan luar negeri dari negara ataupun bukan negara yang digunakan untuk mencapai keuntungan aktor tersebut. Bantuan luar negri secara umum tidak hanya ditunjukan kepada kepentingan ekonomi politik jangka pendek tetapi juga untuk praktek-praktek kemanusiaan atau pembangunan ekonomi jangka panjang, jangka panjang disini adalah sebagai jaminan tercapainya tujuan ekonomi atau politik dari negara-negara pemberi bantuan yang tidak diperoleh melalui diplomasi, propaganda, atau kebijakan publik. Salah satu contohnya adalah distribusi bantuan dari ODA Jepang ke Cina pada periode 1992-2004 mendapatkan dua faktor yang mempengaruhi perumusan kebijakan bantuan ODA Jepang di Cina, yang pertama faktor kepentingan politik dan kepentingan ekonomi Jepang di Cina. Indikatornya adalah perdagangan dan investasi yang digunakan Jepang untuk kebijakan ODA Jepang ke Cina. Selain itu, bentuk bantuan pinjaman Yen membantu meminimalisir biaya investasi di Cina untuk perusahaan-perusahaan swasta, termasuk perusahaan Jepang. Keuntungan lain Jepang juga sektor

10 Munib Ansori, Gerbong MRT bakal dimpor dari Jepang-mulai dibangun 2013, diakses pada

http://www.neraca.co.id/article/18498/gerbong-mrt-bakal-diimpor-dari-jepang-mulaidibangun-2013 (9/10/2019, 15.30 WIB)

(7)

7

perdagangan, karena volume perdagangan Jepang-Cina meningkat dengan meningkatnya distribusi ODA ke Cina.11

Bantuan ODA Jepang memang tidak semata-mata untuk meningkatkan perekonomian negara berkembang, namun ada kepentingan lain sehingga Jepang turut serta dalam proyek pembangunan MRT ini. Untuk mencapai beberapa tujuan dari penyaluran ODA kepada negara penerima bantuan, Jepang ingin membuat negara Indonesia mengalami ketergantungan. Untuk mencapai ketergantungan tersebut salah satu strategi yang digunakan oleh Jepang adalah dengan menawarkan pembaharuan teknologi pada setiap bagian dari proyek pembangunan MRT Jakarta, dan pembaharuan teknologi itu hanya dimiliki oleh Jepang12. Dimulai dari pengadaan gerbong, pembuatan rangkaian rel, hingga mekanisme pengoperasian kereta tersebut. Kelebihan dari teknologi Jepang dalam proyek MRT Jakarta ini adalah kecepatan dari kereta yang bisa menghemat waktu dengan perkeriaan 500km/jam dan system yang dibuat Jepang diyakini aman dan sejak tahun 1960-an belum pernah mengalami kecelakaan. Dan semisal membandingkan harga dengan Cina maka Cina lebih murah, tetapi keunggulan Jepang lebih terjamin dari sisi keamanan. Atas dasar itulah Indonesia semakin yakin terhadap teknologi dari Jepang, tetapi secara tidak langsung transfer teknologi dari Jepang membuka jalan untuk Indonesia mengalami ketergantungan.

11 Agnita handayani, 2011, Kebijakan Luar Negeri Jepang terhadap Cina: Studi kasus

Distribusi Official Development Assiatance (ODA) Jepang ke Cina priode 1992-2004, Ilmu

Hubungan Internasional, Universitas Indonesia

12 Antara, MRT Tanda Tangani Kontrak Pengadaan Gerbong Kereta, diakses dalam

(8)

8

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, peneliti akan berfokus mengenai alasan Jepang dalam memberikan bantuan luar negeri dalam bentuk ODA kepada Indonesia, studi kasusnya adalah proyek MRT Jakarta. Bantuan yang diberikan Jepang pada proyek MRT ini adalah teknologi yang cepat dan aman, cakupan dari teknologi itu adalah pengadaan rel, pengadaan gerbong hingga mekanisme pengoperasian kereta. Bantuan luar negeri yang dikeluarkan berupa pinjaman yen, pengadaan barang, dan tenaga ahli.

1.2 Rumusan Masalah

Mengapa pemerintah Jepang memberikan bantuan luar negeri kepada pemerintah Indonesia melalui ODA pada proyek MRT di Jakarta?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa alasan Jepang dibalik memberikan bantuan dalam kasus MRT di Jakarta, dan alasan pemerintah Indonesia menerima kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah Jepang dalam pelaksanaan bantuan. dan juga menjelaskan alasan Jepang memberikan bantuan luar negeri dalam bentuk ODA dibidang ekonomi di Indonesia pada kasus proyek MRT di Jakarta.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Menambah wawasan dan kemampuan berfikir mengenai penerapan teori dalam studi kasus Jepang dengan MRT di Jakarta, hasil penelian ini dapat digunakan untuk menggambarkan pro dan kontra kerjasama internasional Indonesia

(9)

9

dengan Jepang. Hasil penelitian ini bisa menjadi rujukan untuk penelitian berikunya.

1.3.3 Manfaat Akademis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan refrensi untuk melakukan penelitian penelitian lainnya yang sejenis agar dapat dikembangkan lagi dalam sudut pandang dan kerangka penelitian yang lebih luas dan sebagai informasi bagi pihak yang berminat dan tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang wcana yang diusung, yaitu alasan Jepang terlibat dalam proyek MRT di Jakarta.

1.3.4 Manfaat praktis

Peneliti juga berharap bahwa penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti sendiri. Didalam penelitian ini secara tidak langsung membuat peneliti lebih memahami menginai kepentingan bantuan luar negeri dari Jepang dan bantuan dari negara lainnya.

1.4 Penelitian terdahulu

Adapun beberapa penelitian terdahulu yang menjadi sumber data sebagai bahan acuan peneliti didalam mengembangkan judul penelitian ini, sehingga membantu penelitian ini menjadi lebih baik dan memiliki perbandingan perbedaan serta persamaan dengan peneliti lain. Peneliti mencantumkan penelitian terdahulu untuk bahan pertimbangan dan berbandingan dengan penelitian sebelumnya yang mana topiknya hampir sama. Pertama adalah penelitian dari Agnita Handayani dengan judul Kebijakan Luar Negeri Jepang Terhadap Cina :Studi Kasus

Distribusi Official Development Assistence (ODA) Jepang ke Cina Periode 1992-2004. Tesis ini membahas faktor-faktor yang mendasari distribusi ODA ke

(10)

10

Cina. Cina adalah salah satu dari penerima bantuan terbanyak dari ODA Jepang. Proses Cina menuju modernisasi banyak di fasilitasi oleh ODA Jepang. Hubungan antara Jepang dan Cina pada periode tersebut berjalan cukup harmonis pasca kesepakatan normalisasi hubungan diplomatik kedua negara ditahun 1972 dan pada tahun 1978 perjanjian perdamaian. Jepang mendukung proses reformasi Cina melalui distribusi ODA dan bantuan teknis serta mendorong Cina untuk masuk ke WTO (World Trade Organization). Inilah yang akhirnya menbuat hubungan ekonomi kedua negara menjadi lebih dekat dan saling ketergantungan. Cina adalah salah satu pusat investasi perusahaan Jepang, banyaknya faktor pendukung dan tenaga kerja yang murah di Cina. Tenaga kerja yang murah dan lahan luas menbuat Jepang merelokasikan produksinya. Mayoritas dari investasi Jepang di Cina adalah di bidang manufaktur.

Investasi Jepang di Cina juga dibidang usaha-usaha ringan dan padat karya seperti pengolahan makanan, pakaian jadi dan juga tekstil. FDI Jepang di Cina kebanyakan di implimentasikan oleh perusahaan-perusahaan Jepang itu sendiri. Penelitian ini dengan hasil menunjukkan bahwa kebijakan dari distribusi ODA Jepang ke Cina pada periode 1992-2004 dalam membuat rumusan kebijakan distribusi ODA Jepang ke Cina, ada dua faktor yang mempengaruhi perumusan kebijakan ini, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya adalah kepentingan ekonomi dan kepentingan politik Jepang di Cina. sedangkan faktor eksternalnya adalah faktor Amerika dan Korea Utara yang mempengaruhi.

(11)

11

Penelitian penulis juga membahas distribusi ODA, yang menjadi pembeda adalah studi kasuknya.13

Penelitian berikutnya adalah skripsi dari Ricky Raymon yang berjudul

Peran Bantuan Luar Negeri Jepang dalam memperkuat Hubungan Ekonomi Asimetris dengan Indonesia, studi kasus: ODA Jepang di Indonesia Pasca Krisis Asia (1999-2008). Skripsi ini mejelaskan tentang peranan dari ODA Jepang

pasca krisis Asia, dengan tujuan memperkuat hubungan asimetris dengan Indonesia yang juga bahkan telah bekerja sama sebelum krisis di Asia. Hubungan Jepang-Indonesia disektor Ekonomi asimetris yang dimaksud ialah hubungan yang tidak setara perbandingan keuntungan masing-masing negara.

Asia Tenggara termasuk kawasan dari Asia pasifik yang jumlah sumber daya alam migasnya termasuk banyak selain Cina. Tetapi Alasan Jepang bukan hanya karena sumber daya alam memilih kawasan Asia Tenggara, tapi juga karena kondisi dari setiap negara tersebut. Dimana umumnya keadaan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara masih berkembang, sehingga penilaian Jepang dalam memilih kawasan di rasa lebih tepat daripada kawasan lainnya.

Penyaluran bantuan ODA ditunjukan guna menunjang proses investasi yang ada. Terdapat beberapa faktor penguatan dari segi ekonomi antara Jepang dan Indonesia sehingga terlihat asimetris yaitu, karena lemahnya posisi dan peran dari pemerintah Indonesia yang dapat terlihat dalam beberapa hal anatara lain, lemahnya usaha tawar menawar dari pemerintah Indonesia dalam proses negoisasi yang

13 Agnita handayani. 0806482112. 2011. Kebijakan Luar Negeri Jepang Terhadap Cina: Studi Kasus Distribusi Officil Development Assiatance (ODA) Jepang ke Cina Periode 1992-2004. Ilmu Hubungan Internasional. Universitas Indonesia

(12)

12

dibutuhkan, salah satu contohnya adalah negosiasi dari EPA, dan dalam negoisasi investasi yang kurang menekankan pada proses ahli teknologi. Akhirnya ketergantungan Indonesia sendiri terhadap bantuan teknis dan fisikal dari Jepang, yang kemudian sangat mempengaruhi proses tawar-menawar yang ada. Dengan posisi dan peran yang kuat dari pemerintah Indonesia sehingga akan mampu memanfatkan distribusi ODA Jepang untuk mendukung proses pembanguan ekonomi negara. Penelian ini dengan hasil menunjukkan bahwa ODA Jepang memiliki peran dalam memperkuat hubungan ekonomi asimetris dengan Indonesia dengan memperkuat posisi Jepang dan memperlemah posisi Indonesia dalam hubungan kerjasama tersebut.14

Penelitian selanjutnya adalah Rizky Amaliyah Suratno yang berjudul

Ekonomi Jepang Dalam Pemberian Bantuan Luar Negeri Pada Proyek Pembangkit Lisrik Tenaga Air (PLTA) Di Koto Panjang Riau. Penelitian ini

menggunakan teori Neo-Merkantalis dengan konsep Bantuan Luar Negeri, sedangkan metode penelitan adalah kualitatif dengan jenis eksplanatif. Tujuannya adalah mengetahui dan menjelaskan kepentingan ODA Jepang dalam sektor ekonomi di Indonesia. Pengumpulan data menggunakan teknik library research.

Penelitian ini mendapatkan hasil diketahui bahwa kepentingan dari ekonomi Jepang dalam memberikan bantuan luar negeri pada proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) DI Koto Panjang Riau adalah bentuk promosi industrinya sebagai perusahaan kontraktor, industri teknologi dan jasa konsultan, diproduksi

14 Raymon Ricky, 2009. Peran Bantuan Luar Negeri Jepang Dalam Pemperkuat

Hubungan Ekonomi Asimetris Dengan Indonesia. Studi Kasus ODA (Official Development Assiatance) Jepang di Indoensia Pasca Krisis Asia (1999-2008). Jurusan Hubungan

(13)

13

oleh perusahaan Jepang di Indonesia. Jepang mendapatkan banyak keuntungan salah satunya dari sector ekonomi dari proyek pelaksanaan pembangunan PLTA Koto Panjang Riau.15

Penelitian selanjutnya adalah Amalia Rezki Palendra yang berjudul Motif

Pemberian Bantuan Luar Negeri ODA Jepang ke Indonesia Tahun 2011-2015.

tujuan penelitian ini untuk menjelaskan berbagai motif yang dimiliki Jepang dalam peranannya memberikan bantuan luar negeri melalui ODA ke Indonesia. Bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang dengan tujuan membantu pertumbuhan dari negara penerima bantuan. Teori yang digunakan adalah kebijakan luar negeri dan bantuan luar negeri. Jenis penelitiannya menggunakan kualitatif deskriptif dan pengumpulan dataya menggunakan teknik studi pustaka, teknis analisisnya menggunakan data skunder dan menggunakan reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapatnya motif yang dimiliki Jepang dalam memberikan bantuan luar negerinya untuk Indonesia pada tahun 2011-2015. Hal ini terkait Jepang mempertahakan posisi Indonesia sebagai negara penerima bantuannya dari rivalitas Cina.16

Penelitian terdahulu terakhir adalah penelitian dari Yuni Ardia dengan judul Kepentingan Bantuan Luar Negeri Jepang Dengan Menggunakan

Skema Dalam Pembangunan Ekonomi di Cina. Jepang menggunakan

15 Amaliah Suratno, Rizky, 2016. Ekonomi Jepang Dalam Pemberian Luar Negeri Pada

Proyek (PLTA) Pembangkit Listrik Tenaga Air di Koto panjang Riau. Jurusan Hubungan

International. Universitas Muhammadiyah Malang

16 Ar Palendra “MOTIF PEMBERIAN BANTUAN LUAR NEGERI ODA (Official

Development Assistance) JEPANG KE INDONESIA TAHUN 2011-2015. Digilib. Unila.

(14)

14

penyaluran kebijakan ODA sebagai salah satu bantuan luar negerinya. ODA diarahkan sebagai pembangunan di sektor ekonomi dengan tingkat perekonomian yang rendah yaitu negara berkembang, Cina salah satunya. Bantuan terhadap Cina lebih diutamakan pada bantuan kemanusian dan bantuan ekonomi. Sering perkembagan dunia internasional, perekonomian Cina berkembang pesat. Tetapi Cina tetap menerima bantuan dari ODA Jepang dan termasuk dalam daftar negara-negara yang sering mendapat bantuan ODA Jepang, setelah Indonesia. Jepang yang pada awalnya mengutamakan pada pemberian bantuan ekonomi kemudian mengalihkan bantuannya menjadi kemanusiaan. Karena itu penelitian ini mengenai kepentingan Jepang dalam memberikan bantuan luar negeri ODA di Cina.

Menggunakan konsep bantuan luar negeri dengan dua jenis bantuan yaitu, bantuan ekonomi dan bantuan kemanusian yang ditinjau dari tiga bentuan yaitu, pinjaman, kerjasama teknis, dan hibah. Konsep lain dari penelitian ini adalah kepentingan nasional dengan jenis kepentingan yaitu, Core Values, Middle Range

Objectives dan Long Range Objectives. Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif kualitatif dan juga menggunakan pendekatan studi kasus tersebut serta laporan bersifat resmi dari Jepang dan menggunakan teknis analis second analisis dengan cara melakukan reduksi pada data, penyajian data, dan terakhir penarikan kesimpulan. Penelitian ini dengan hasil, kepentingan Jepang yang dicapai dari bantuan luar negeri ialah untuk mendapatkan sumberdaya alam berupa batu bara,

(15)

15

melakukan perlindungan kawasan lingkungan warga Jepang dan menciptkan citra yang baik bagi Jepang di dunia Internasional.17

Tabel 1 Posisi Penelitian Nama Peneliti Judul Peneliti an Alat Penelitia n Kesimpulan Penelitian Agnita Handayani Kebijakan Luar Negeri Jepang Terhadap Cina : Studi Kasus Distribusi Official Development Assiatance (ODA) Jepang ke Cina periode 1992-2004 1. Deskriptif analisis 2. Teori Bantuan Luar Negeri

Hasilnya, Terdapat dua faktor yang mempengaruhi perumusan kebijakan yaitu, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya kepentingan ekonomi dan faktor eksternalnya adalah Amerika dan Korea Utara

Ricky Raymon Peran bantuan Luar Negeri Jepang Dalam Memperkuat Hubungan Ekonomi Asimetris Dengan Indonesia Srudi Kasus: ODA (Offician 1. Metode Deskriptif Analis 2. Teori Development State 3. Konsep Angsa Terbang 4. Konsep ODA 5. Konsep Bantual Luar Negeri

Penelian ini dengan hasil menunjukkan bahwa ODA Jepang memiliki peran

dalam memperkuat

hubungan ekonomi asimetris dengan Indonesia dengan memperkuat posisi Jepang dan memperlemah posisi Indonesia dalam hubungan kerjasama tersebut

17 M Skema .Kepentingan Bantuan Luar Negeri Jepang Dengan Menggunakan Skema

ODA dalam pemangunan ekonomi di Tiongkok (pdf) digilib.unila.ac.id. (10/10/2019, 17.00

(16)

16 Development Assiatance) Jepang di Indonesia Pasca Krisis di Asia Rizky Amaliah Suratno Ekonomi Jepang Dalam Pemberian Bantuan Luar Negeri Pada Proyek Pembangkit Lisrik Tenaga Air (PLTA) Di Koto Panjang Riau 1. Perspektif Neo Merkantalis 2. Konsep Bantuan Luar Negeri

kepentingan dari ekonomi Jepang dalam memberikan bantuan luar negeri pada proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) DI Koto Panjang Riau adalah bentuk promosi industrinya sebagai perusahaan kontraktor, industri teknologi dan jasa konsultan, diproduksi oleh perusahaan Jepang di Indonesia. Jepang mendapatkan banyak keuntungan salah satunya dari sector ekonomi dari proyek pelaksanaan pembangunan PLTA Koto Panjang Riau Amalia Rezki Palenda Motif Pemberian Bantuan Luar Negeri ODA (Official Development Assistance) 1. Bantuan luar negeri 2. Kebijakan luar negeri 3. Kualitatif, deskriptif

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapatnya motif yang dimiliki Jepang dalam memberikan bantuan luar negerinya untuk Indonesia pada tahun 2011-2015. Hal ini terkait Jepang

(17)

17

Jepang Ke

Indonesia Tahun 2011-2015

mempertahakan posisi Indonesia sebagai negara penerima bantuannya dari rivalitas Cina

Yuni Ardiani Kepentingan Bantuan Luar Negeri Jepang Dengan Menggunakan Skema Official Development Assitance (ODA) Dalam Pembangunan Ekonomi di Tiongkok 1. Bantuan luar negeri 2. Kepentingan nasional 3. Kualitatif, deskrptif

kepentingan Jepang yang dicapai dari bantuan luar negeri ialah untuk mendapatkan sumberdaya alam berupa batu bara, melakukan perlindungan kawasan lingkungan warga Jepang dan menciptkan citra yang baik bagi Jepang di dunia Internasionali dunia internasional Muhammad Iqbal Alasan Jepang Memberikan Bantuan Luar Negeri ke Indonesia dalam Proyek Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta 1. Teori Neo-Merkantilis 2. Konsep Bantuan Luar Negeri

Keuntungan suku bunga pinjaman,

Bentuk promosi teknologi, Tercapainya kepentingan nasional,

Harga MRT Indonesia lebih mahal dari pada negara Asia laiinya

(18)

18

1.5 Landasan Teori/Konsep

1.5.2 Konsep Bantuan Luar Negeri

Konsep Bantuan luar negeri merupakan salah satu bagian dari kebijakan yang sering digunakan dalam hubungan internasional. Umumnya bantuan luar negeri dapat diartikan sebagai transfer sumber daya dari satu pemerintah ke pemerintah lainnya dan dapat berbentuk barang atau jasa.18 Konsep ini juga dapat diartikan sebagai salah satu cara yang digunakan oleh negara-negara maju untuk memperluas jangakauan pasarnya. Konsep Bantuan luar negeri identik dengan motif aktor dalam perdagangan, sehingga hal ini diistilahkan sebagai suatu tindakan dari negara maju kepada negara-negara berkembang agar mempermudah proses ekspor negara maju dari negaranya. “trade aid” termasuk kesempatan masuknya investasi negara maju kepada negara-negara berkembang.

Menurut Holsti, definisi bantuan dari bantuan luar negri adalah transfer barang, dana, atau teknis dari satu negara pemberi bantuan kepada negera penerima yang merupakan alat kebijakan dalam digunakan dalam hubungan luar negeri. Hanya negara besar yang dapat menggunakan luar negeri sebagai alat kebijakan yang efektif untuk mendorong diplomasi dari negara tersebut, dan ini bahkan tidak akan mendistribusikan bantuan dalam jumlah besar ke negara terbelakang.

Terdapat empat tipe dalam segi bantuan luar negeri menurut Hostli, yaitu19 : 1. Bantuan Militer

18 Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochammad Yani, 2005, Pengantar Ilmu Hubungan

Internasional. hal. 81

19 Holsti, KJ. 1992. Politik International: suatu kerangka analisis, Bandung:Bina Cipta, hal.321-328. Dalam buku Agung Banyu Perwita dan Yayan Mochamad Yani, 2005,

(19)

19

Bantuan ini adalah bantuan yang meiliki ikatan keuntungan dari negara penerima maupun negara yang memberi bantuan. Negara penerima akan mengalami ketergantungan tetapi negara pendonor bantuan juga akan mengalami ketergantungan tersebut. Negara penerima bantuan tidak akan mampu mengoperasikan bantuan yang diterima dengan baik kecuali apablisa negara memberi bantuan memberikan bentuk latihan yang diperlukan, pemeliharaan dan suku cadang. Dengan demikian pengawasan suatu senjata akan memberikan jaminan bahwa negara penerima akan menggunakan kekuatan militernya dengan cara tidak bertentangan dengan kepentingan dari negara pendonor.

2. Bantuan Teknik

Tipe bantuan jasa keahlian dari ngara yang notabennya industri yang akan dikirim ke negara-negara berkembang sebagai bentuk bantuan untuk proyek pembangunan negara penerima. Namun bantuan ini bukan untuk menyebarluaskan teknik atau keahlian dari negara pendonor.

3. Hibah

Suatu metode bantuan dana, barang, dan jasa yang tidak memerlukan pembayaran kembali, seperti hadiah dari negera pemberi bantuan. Tetapi metode pemberian hadiah sepserti ini selalu menghasilkan konflik bagi negara penerima dan negara pemberi bantuan. Kamera negara besar akan menggantikan hadiah tersebut dengan pinjaman dana dalam jangka panjang. Hibah dalam segi ekonomi sering dilakukan ketika negara-negara penerima

(20)

20

bantuan menghadapi keadaan yang darurat seperti bencana alam, kelaparan, ancaman militer dan wabah penyakit.

4. Pinjaman Infrastruktur

Pinjaman pembangunan merupakan bantuan dana dengan jangka yang pendek, pinjaman ini juga disertai dengan bunga. Bantuan ini besifat sementara, hanya pinjaman yang bersifat bilateral dan multilateral yang diberikan kepada negara penerima, dengan suku bunga lebih rendah daripada pasar keuangan internasional yang hanya dapat dianggap sebagai bantuan.

Dari keempat jenis bantuan luar negeri, dalam penelitian MRT di Jakarta termasuk dalam jenis Bantuan Teknik dan Bantuan Pinjaman Pembangunan. Dalam bantuan teknik, pemerintah Jepang memberikan bantuan tenaga ahli dan pengadaan barang, pembaharuan teknologi dari Jepang adalah teknologi yang canggih dan digunakan khusus MRT. Bentuk bantuan yang kedua adalah pinjaman pembangunan yang berupa pinjaman yen. MRT Jakarta fase 1 menghabiskan dana Rp 40 trilliun, dan 42% dari dana tersebut dari Jepang.

Motif dalam pelaksanaan negara yang memberikan bantuan tidak terlepas dari kepentingan. Terdapat 4 kepentingan negara pemberi bantuan yaitu,20 pertama

motif kemanusian, dengan dilakukannya kerjasama ekonomi akan mengurangi kemiskinan di dunia ketiga. Kedua motif politik, yang memfasilitasi negara pendonor untuk menciptakan citra yang baik. Ketiga motif keamanan nasional,

20 Holsti, KJ. 1992. Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis, Bandung Bina Cipta. Dalam Skripsi Rizky Amaliah Suratno. 2016. Ekonomi Jepang Dalam Pemberian Luar Negeri Pada Proyek

(PLTA) Pembangkit Listrik Tenaga Air di Koto panjang Riau. Jurusan Hubungan International.

(21)

21

bantuan luar negeri dapat menunjukkan perkembangan ekonomi yang baik dan juga mendorong stabilitas politik serta memberikan keuntungan bagi pihak negara yang memberi bantuan. keempat, motif kepentingan , Kepentingan dari negara pendonor tercapai.

Berdasarkan 4 motif tersebut Jepang memberikan bantuan luar negerinya melalui JICA dalam bentuk ODA pinjaman Yen, hibah, dan bantuan teknik dalam proyek MRT Jakarta, berhubungan dengan motif ke 4 yaitu kepentingan nasional negara pemberi bantuan. Bantuan Jepang adalah pinjaman Yen ke Indonesia dalam proyek MRT Jakarta yang bertujuan untuk tercapainya kepentingan nasional, yaitu mendapatkan keuntungan dari segi ekonomi dapat berupa dukungan untuk perusahaan Jepang. Dalam hal ini peneliti fokus kepada kepentingan ekonomi .

Kepentingan ekonomi adalah kepentingan yang ditunjukkan untuk meningkatkan ekonomi suatu negara yang berdampak pada negara dan menguntungkan secara ekonomi. Bantuan luar negeri secara umum tidak ditunjukkan untuk ekonomi jangka pendek, tetapi untuk pengembangan ekonomi jangka panjang. Dalam membangun kekuatan jangka panjang tersebut tidak bisa hanya dicapai dengan propaganda, diplomasi, atau kebijakan publik saja. Pada umumnya negara pendonor akan memperlihatkan sisi positif seperti kemanusian, motivasi moral, dan perdamaian dunia.

Jepang sebagai salah satu negara yang mempunyai peranan penting dikawasan Asia, Jepang ingin menunjukkan pada dunia internasional bahwa posisi Jepang pada saat ini telah lebih baik dari pada masa kalahnya dalam perang dunia kedua. Jepang mampu memberikan bantuan luar negeri dengan nilai yang besar.

(22)

22

Jepang ingin menunjukkan pada dunia bahwa menjadi salah satu negara yang punya peluang besar untuk menjadi negara super power.

Bantuan luar negeri dari Jepang juga untuk mendapatkan keuntungan seperti investasi, perluasan pasar dinegara-negara berkembang dan bahkan dengan peluang dari pinjaman yang diberikan oleh Jepang melalui ODA pada proyek MRT Jakarta merupakan salah satu jalan bagi kebijakan luar negeri Jepang membuat Indonesia merasa ketergantungan dan masuk dalam kebijakan luar negeri Indonesia.

1.5.1 Teori Neo-Merkantilis

Rentang abad 16-an dan 17-an pembentukan sebuah negara yang modern sangat kuat kaitannya dengan teori Merkantilis. Merkantilis adalah pandangan dunia mengenai elit-elit politik yang berada digaris depan. Teori ini beranggapan bahwa kegiatan ekonomi memang harus tunduk pada tujuan utama dalam membangun negara yang kuat. Ekonomi merupakan alat untuk mencapai politik yang kuat. Pendekatan dalam persepektif teori ini adalah hubungan bilateral. Teori ini juga melihat arena konflik antara kepentingan nasional yang bertentangan, daripada sebagai tempat kerjasama dan saling menguntungkan, secara singkat persaingan ekonomi antar negara adalah permainan Zero-sum, yang dimana keuntungan dari sebuah negara merupakan kerugian bagi negara lain.21

Negara harusnya memperhatikan mengenai keuntungan ekonomi yang relatif, karena kekayaan materi yang dikumpulkan oleh suatu negara dapat menjadi dasar kekuatan politik-militer yang dapat digunakan terhadap negara lain. Dalam

21 Jackson,Robert. Sorensen, George, 2013.,Pengantar Studi Hubungan International, New York: Pustaka Pelajar, hal 231.

(23)

23

persaingan ekonomi antar negara paham Merkantilisme dapat diambil menjadi dua bentuk yang berbeda. Pertama merkantilisme yang bertahan atau ramah yaitu negara memelihara kepentingan ekonomi nasionalnya sebab dalam bentuk ini merupakan unsur penting dalam keamanan nasionalnya, kebijakan pertama ini tidak mempunyai dampak negatif pada negara lain. Bentuk yang kedua adalah Merkantilisme agresif atau jahat. Dalam hal ini negara-negara akan melakukan upaya mengekspolaitasi perekonomian internasional melalui kebijakan ekspansi, salah satu contohnya adalah imperialisme kekuatan kolonial Bangsa Eropa di Asia dan Afrika. Merkantilisme melihat kekuatan politik militer dan ekonomi sebagai tujuan yang lengkap, bukan saling bersaing. Pencapaian kekuatan ekonomi mendukung pengembangan kekuatan politik dan militer negara dan juga kekuatan politik-militer dapat meningkat dan memperkuat perekonomian negara.22 Tujuan utama dari teori ini adalah national security. Dalam aktifitas luar negerinya, teori Merkantilis biasanya memunculkan kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan pengenaan pajak, regulasi, proteksi, dan subsidi untuk menghasilkan surplus dan keuntungan negara tersebut.

Alexander Hamilton dan Friedrich List pada abad ke 18 memperbarui teori Merkantilisme melalui semangat nasionalisme ekonomi. Hal ini dikarenakan sistem perdagangan internasional yang semakin kompleks. Oleh karena itu Hamilton dan List fokus kepada pembenahan ekonomi dalam negeri yang mengakibatkan hubungan antara kekayaan dan kekuasaan semakin tidak terlihat. Sehingga, bentuk nasionalisme dalam segi ekonomi menggencarkan perluasan pasar keberbagai

22 Ibid, hal 232

(24)

24

negara melalui pengembangan industri dalam negeri23. Hal tersebut berdasarkan

kepentingan nasional. Meskipun keputusan tersebut dapat mengisolasi negara dari sistem perdagangan dunia yang semakin berkembang.

Berakhirnya perang dunia ke II, muncul ketergantungan ekonomi akibat dominasi liberal Amerika Serikat beserta sekutunya, lalu muncul beberapa organisasi internasional yang mengatur tentang perdagangan bebas. Akibatnya, terdapat dilema pada kaum Merkantilis di era perdagangan bebas. Sehingga Neo-Merkantilisme lahir menggantikan versi lama sebagai versi baru dari Neo-Merkantilisme di era perdagangan bebas. Neo-Merkanlisme merupakan versi dari teori merkantilisme yang berkembang setelah perang dunia II. Dalam buku Global

Political Economy: Understanding the International Economic Order, Robert

Gilpin memaparkan bahwa teori neo-merkantilisme cakupannya adalah bantuan dari negara lain, proteksi dan regulasi di sektor industri yang spesifik untuk meningkatkan rasa kompetitif internasional negara yang bersangkutan dan meraih

commanding height dari ekonomi global.24

Perbedaan dari Merkantilislisme dan Neo Merkanltilisme ialah, jika sebelumnya Merkantilisme fokus kepada perlindungan natonal security, Neo- Merkantilisme melakukan upaya untuk melindungi industrinya dengan cara menetapkan kebijakan proteksi dari pemerintah. Dengan kata lain bahwa beberapa negara dilema akan kewajibannya untuk membuka pasar seluas-luasnya serta

23 Amara B, Maharani, 2018. Respon Pemerintah Indonesia dalam Menghadapi

Renewable Energy Directive (RED) Uni Eropa Sebagai Hambatan Dagang Non-Tariff terhadap Ekspor Cride Palm Oil (CPO) Indonesia. Jurusan Hubungan International.

Universitas Katolik Parahyangan. 24 Perwita & Yani, 2005: 27,79-80

(25)

25

keinginan untik melindungi perekonomian nasionalnya. Sehingga, proteksionisme lahir sebagai cara untuk menggabungkan keduanya. Proteksi merupakan isntrumen kebijakan pemerintah yang memiliki tujuan untuk melindungi industri dalam negeri yang strategis di era perdagangan bebas.

Berbagai bentuk proteksi yang dilakukan oleh suatu negara karena menurut pandangan Neo-Merkantilisme bahwa pasar yang tidak diatur oleh pemerintah tersebut dan adanya interdependesi antar negara akan mengancam keamanan dan kemakmuran negara tersebut. Negara yang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri akan membuat negara itu aman secara politik maupun ekonomi, negara-negara terus meminimalisir ketergantungan terhadap negara lain dalam praktiknya25.

Paradigma Neo merkantilisme berusaha melindungi kepentingan negara, khususnya kedudukan politik dan militer suatu negara, dengan mencoba membentuk cara kerja pasar nasional dan internasional. Tujuannya adalah untuk menekan pasar agar sesuai dengan tujuan nasional. Untuk tujuan ini, negara neo-merkantilis berusaha untuk mengendalikan kekuatan ekonomi disektor terbesar dan paling strategis melalui perusahaan milik negara sepenuhnya atau yang berlaku bertindak sebagai agen negara dan didukung dengan berbagai cara. Negara berusaha memastikan kepentingan bisnis perusahaan besar dengan kebijakan resmi sambil menyadari pertumbuhan dengan tingkat yang lebih tinggi dan efisien dinikmati oleh perusahaan publik dipasar global. Negara menambah kekuaannya,

25 Amara B, Maharani, 2018. Respon Pemerintah Indonesia dalam Menghadapi

Renewable Energy Directive (RED) Uni Eropa Sebagai Hambatan Dagang Non-Tariff terhadap Ekspor Cride Palm Oil (CPO) Indonesia. Jurusan Hubungan International.

(26)

26

sementara perusahaan memperoleh hak monopoli dari negara, dan memastikan perusahaan mendapatkan sewa.26

Selain itu Neo merkantilis berupaya menjelaskan keadaan kebijakan ekonomi untuk memaksimalkan kekayaan sebagai bagian dari upaya mereka untuk meningkatkan kedudukan mereka dalam sistem internasional. Mereka menggunakan aturan pemerintah untuk mecoba mengatasi atau setidaknya membatasi hasil pasar yang dapat menghambat pengembangan perusahaan-perusahaan kritis-yang dianggap sangat penting bagi kekuatan negara dan untuk mendapatkan akses istimewa ke bahan baku dan pasar. Teori ini juga mengasumsikan bahwa negara berusahakan mengendalikan aliran investaasi asing dan batas keuangan lainnya terdapat kerentanan kendala ekonomi eksternal.27

Mengenai kasus peneliti yaitu alasan Jepang dalam bantuannya, terapan Neo-merkantilis dalam praktik bantuannya. Teori ini menjelaskan tindakan tindakan sebuah negara dalam mencapai kepentingan nasionalnya. Kebijakan kebijakan ODA yang dibuat Jepang memudahkan industri negaranya masuk ke Indonesia. Peneliti akan menjelaskan Alasan Jepang melalui 3 indikator, yaitu bantuan luar negeri, proteksi, dan regulasi sebagai upaya meraih commanding height.

26 Charles R.Ziegler & Razan Menon, 2014, Neomercantilism and Great-Power Energy

Competition in Central Asia and the Caspian, hal 19

(27)

27

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Variabel Penelitian dan Level Analisa

Variabel ini akan menggunakan dua variabel yaitu indepenen dan dependen. Variabel independennya adalah Jepang, sedangkan variable dependen disini adalah MRT Jakarta.

Level analisanya adalah korelasionis. Kelompok analisa korelasionis ialah unit eksplanasi dan unit analisisnya pada tingkatan yang sama. Unit analisa atau variable dependen yaitu proyek MRT Jakarta. Unit ekplanasinya yaitu kepentingan ekonomi Jepang dalam memberikan bantuan luar negeri.

1.6.2 Metode Penelitian

Untuk menjelaskan dan memaparkan kepentingan bantuan ekonomi Jepang malalui ODA di Indonesia. Oleh karena itu, peneliti akan menggunakan metode eksplanatif, dengan tujuan mendapatkan kejelasan, informasi, data tentang hal-hal yang belum diketahui dan menghubungkan dua variabel dimana hasil dari penelitian ini digunakan sebagai aspek pengujian atas hipotesa yang telah dirumuskan mengenai kepentingan Jepang dalam ODA.

1.6.3 Teknik Analisis Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang mudah dibaca. Penelitian ini menggunakan. metode penelitian eksplanatif. Sajian data harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab sebuah permasalahan yang ada, sajian data ini merupakan narasi yang disusun dengan pertimbangan

(28)

28

permasalahan dengan menggunakan logika penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deduksi yaitu data mengenai kepentingan Jepang dalam Official Development Assistance (ODA) di Indonesia dan dikaitkan dengan teori.

1.6.4 Teknik Pengumpulan Data

Penulisan ini menggunakan metode pengumpulan data secara sekunder. Data sekunder ini didapatkan secara tidak langsung dari lapangan, dan juga dalam mempelajari artikel, buku-buku, website, jurnal, dan karya ilmiah yang berkaian dengan penelitian ini. Sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam memberikan penelitian terkait dengan kepentingan Jepang dlam Official Development

Assiatance (ODA) di Indonesia.

1.6.5 Ruang Lingkup Penelitian a. Batasan Waktu

batasan waktu penelitian ini adalah dari penandatangan kerjasama bantuan Jepang ke Indonesia sampai dengan pembukaan proyek pembangunan ini, dari 2006-2013.

b. Batasan Materi

Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah lebih pada kepentingan ekonomi Jepang dalam Official Development Assistance (ODA) di Indonsia dalam proyek MRT Jakarta tahap pertama.

(29)

29

1.7 Hipotesa

Peneliti berasumsi bahwa alasan Jepang dalam memberikan bantuan pada masa pembangunan MRT Jakarta belum terlihat, bantuan ODA Jepang memiliki kebijakan yang menguntungkan dengan jangka panjang. Secara geografis Indonesia adalah salah satu negara yang akan sumber daya alamnya yang kemudian Jepang tertarik dengan Indonesia, bukan hanya sumber daya alam, Indonesia juga adalah pasar yang strategis bagi industri Jepang. ODA menjadi alat kebijakan luar negeri Jepang dalam memenuhi kepentingan nasionalnya, kebijakan ini dkhususkan untuk negara berkembang, berupa bantuan pembangunan yang besar dengan syarat-syarat yang harus disepakati kedua belah pihak.

(30)

30

1.8 Tabel Sistematika penulisan BAB 1 :

Pendahuluan

1. Penjelasan 2. Latar belakang 3. Manfaat penelitian

4. Kerangka konsep dan teori 5. Model analisa 6. Metode penelitian 7. Hipotesa BAB II : Program Official Development Assistance (ODA) Jepang di Indonesia dan Pembangunan MRT Jakarta fase 1 dan Pro

Konrta

1. Program ODA

2. Bentuk penyaluran bantuan ODA 3. Visi, misi, dan strategi JICA 4. Falsafah dan prinsip ODA

5. Bantuan ODA Jepang di Indonesia 6. Sejarah MRT Jakarta

7. Pembangunan MRT fase 1 8. Pro dan kontra MRT Jakarta

(31)

31 Bantuan Luar Negeri Jepang BAB III : Analisis Alasan Jepang Memberikan Bantuan Luar Negeri dalam Proyek MRT di Jakarta

1. Kepentingan nasional Jepang

2. Jepang untuk program nasional ODA 3. Keuntungan suku Bungan pinjaman

4. Ketergantungan teknologi Indonesia dengan Jepang

5. Perbandingan biaya pembangunan MRT

BAB IV : Penutup, Kesimpulan,

dan Saran

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian alasan Jepang memberikan bantuan luar negeri ke Indonesia dalam proyek MASS RAPID TRANSIT (MRT).

Gambar

Tabel 1 Posisi Penelitian  Nama  Peneliti  Judul  Peneliti an  Alat  Penelitian  Kesimpulan Penelitian  Agnita  Handayani  Kebijakan  Luar Negeri Jepang  Terhadap  Cina  :  Studi  Kasus  Distribusi  Official  Development  Assiatance  (ODA)  Jepang  ke  Cin

Referensi

Dokumen terkait

Jika orang tua menetapkan patokan (standar) yang jelas maka anak akan mendapat lingkungan yang baik bagi perkembangan sosialnya. Selain itu perlu ada konsistensi dalam

Kelas tinggi sekolah dasar, yaitu kelas IV sampai dengan VI kira-kira umur 9 atau 10 sampai kira-kira umur 12 atau 13 tahun. 10 Kelas Tinggi di SD Negeri 1 Tanjung ini yang

Namun, pada tahun 2013 dan 2014 perusahaan mengalami penurunan kinerja sehingga memiliki free cash flow yang negatif oleh sebab itu agar perusahaan tidak mengalami kerugian yang

Skripsi yang berjudul Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) pada Peserta KB Baru (Studi di Kelurahan Tegal Besar

Berdasarkan kondisi permasalahan diatas dan betapa pentingnya peran auditor internal di sebuah organisasi guna menjaga keberlanjutan organisasi itu sendiri dalam

Begitu juga dengan sifat-sifat yang telah disepakati atau kesesuaian produk untuk aplikasi tertentu tidak dapat disimpulkan dari data yang ada dalam Lembaran Data Keselamatan

Masalah-masalah dalam riset bidang desain dapat diformulasikan secara umum menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan desain-desain yang akan digunakan sebagai sarana komunikasi

Metode penelitian meliputi pembuatan pasta kacang merah, pembuatan yoghurt, fortifikasi yoghurt menggunakan kalium dari kacang merah, dan uji organoleptik.Analisis produk