• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman pada awal merupakan satu wilayah administratif yaitu kabupaten Padang Pariaman. Setelah lahir UU no 12 tahun 2002, maka lokasi ini menjadi terpisah menjadi kecamatan Sungai Limau masuk ke dalam wilayah Kabupaten Pariaman, sedangkan kecamatan Pariaman Tengah masuk ke dalam wilayah Kota Pariaman. Semenjak itu, kedua daerah ini mempunyai dua pemerintahan yaitu Kabupaten Padang Pariaman yang dipimpin oleh seorang Bupati dan Kota Pariaman dipimpin oleh seorang Walikota. Walaupun kedua daerah ini telah terpisah antara satu dengan yang lain, namun secara budaya, khususnya dalam pelaksanaan perkawinan tetap sama yakni memakai tradisi bajapuik.

Tradisi bajapuik yang menjadi fokus penelitian ini dilaksanakan mulai dari Februari sampai Desember 2008. Dalam proses penelitian terbagi kedalam 4 tahap, dengan perinciannya sebagai berikut:

• Tahap pertama; Februari 2008 melakukan studi penjajakan dan membina hubungan baik dengan masyarakat di daerah penelitian. Mengumpulkan data sekunder ditingkat kabupaten, kecamatan dan kenegarian dalam rangka pelaksanaan tradisi bajapuik dalam perkawinan.

• Tahap kedua; Maret-April 2008 pembuatan kuesioner penelitian dan pedoman wawancara dan dilanjutkan dengan melakukan try out di daerah penelitian dengan menyebarkan daftar pertanyaan. Hal itu dilakukan untuk melihat sejauhmana daftar pertanyaaan dan pedoman wawancara dapat dipahami oleh responden dan informan penelitian. Pada tahap ini juga dilakukan diskusi dengan perangkat kecamatan mengenai penetapan lokasi yang dijadikan sasaran penelitian.

• Tahap ketiga; Mei-Agustus 2008, melakukan penyebaran kuestioner pada lokasi-lokasi yang telah ditetapkan. Kemudian pada tahap ini dilakukan studi kasus (analisis peristiwa); dengan melakukan pengamatan dan wawancara dengan informan penelitian mengenai tradisi bajapuik yang

(2)

dilaksanakan dalam perkawinan di daerah ini. Studi kasus (riwayat hidup), berkaitan dengan identitas informan, jumlah anak, jumlah saudara yang dimiliki serta seperti: pendidikan, pekerjaan, dan keberlanjutan tradisi ini. • Tahap keempat; September-Desember 2008 melakukan wawancara

mendalam dengan informan dan responden yang terpilih tujuannya untuk memperdalam data yang diperoleh.

3.2. Unit Analisis

Unit analisis dalam suatu penelitian dapat meliputi individu, rumahtangga, kelompok, organisasi, lembaga sosial dan sebagainya. Unit analisis apa yang akan diambil dalam suatu penelitian tergantung kepada permasalahan yang diteliti (Nugroho, 2001). Berkaitan dengan penelitian unit analisis yang diambil tentang eksisnya tradisi bajapuik adalah individu sebagai anggota masyarakat.

Terdapat sejumlah pertimbangan mengapa individu dijadikan sebagai unit analisis dalam penelitian ini. Pertama, sebagai konsekuensi atas pilihan teori yang digunakan karena menerangkan fenomena individu dalam masyarakat lebih mengenai perilaku manusia individual daripada kelompok atau masyarakat. Individu-individu merupakan realitas konkrit dan obyektif dan kelompok (keluarga atau masyarakat) hanya merupakan nama yang menunjukkan asosiasi di antara mereka. Jadi, tindakan individu merupakan sumber informasi utama dalam rangka memahami fenomena sosial.

Kedua, para pelaku tradisi bajapuik merupakan individu yang secara langsung mengalami tradisi bajapuik, sehingga menjadi sangat penting untuk mendapatkan informasi langsung dari mereka dan tidak hanya dari persepsi masyarakat. Meskipun para pelaku tradisi bajapuik merupakan sumber informasi utama, tetapi juga penting untuk menggali dari sumber informasi lain dari warga masyarakat lain untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang topik penelitian.

3.3. Responden dan Informan Penelitian

Penelitian ini adalah menggunakan analisis kualitatif. Meskipun terdapat responden sebagai suatu karakteristik penelitian kuantitatif, namun penelitian ini tidak bertujuan untuk menguji suatu hipotesa, apalagi menggunakan suatu tes

(3)

statistik tertentu. Responden diperlukan dalam penelitian ini untuk memperoleh data awal, khusus melihat ke arah mana tradisi bajapuik dilaksanakan dalam masyarakat. Responden penelitian adalah individu yang mewakili tiga kelompok masyarakat. Tujuan agar setiap lapisan masyarakat dapat terwakili untuk melihat pandangannya terhadap tradisi bajapuik. Adapun lapisan masyarakat tersebut adalah; generasi muda, generasi menengah dan generasi tua. Masing-masing kelompok terdiri dari laki-laki dan perempuan, sehingga pada akhirnya menjadi enam sub kelompok. Adapun keenam sub kelompok responden tersebut adalah; Generasi Muda Laki-laki (GML); Generasi Muda Perempuan (GMP); Pelaku Laki-laki; (PL); Pelaku Perempuan (PP); Orang Tua Laki-laki (OTL) dan Orang tua Perempuan (OTP). Selain itu, untuk memperdalam penelitian ini dilakukan wawancara mendalam kepada informan penelitian. Informan yang dimaksud terdiri dari; KAN, LKAAM; dan tiga tungku sajarangan, yang terdiri dari Alim Ulama, ninik mamak1 dan cerdik pandai2. Semua responden dan informan penelitian adalah penduduk setempat yang berada dalam lingkup budaya tradisi bajapuik, dengan pertimbangan merekalah yang banyak mengetahui tradisi bajapuik dan berada di dalam lingkungan kehidupan sehari-hari mereka. Adapun teknik pengambilan responden dan informan penelitian dilakukan dengan purposif dan teknik bola salju (snowball sampling)3

Berdasarkan ketentuan di atas, responden yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah (totality sample) 360 orang, terdiri dari 180 orang untuk Kecamatan Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman dan 180 untuk Kecamatan Pariaman Tengah Kota Pariaman, dengan masing-masing sub kelompok 30 orang.

. Dengan teknik purposif sampling, dimaksudkan agar semua responden dan informan penelitian diyakini benar-benar penduduk setempat, sehingga validitas data dapat tercapai. Dari responden dan informan pertama, selanjutnya didapat pula responden dan informan berikutnya (snowball sampling) dan begitulah seterusnya.

1

Ninik mamak adalah orang yang mengetahui adat istiadat

2

Cerdik Pandai adalah orang yang mempunyai pendidikan

3

Dengan teknik ini, pertama peneliti datang pada seseorang yang menurut pengetahuannya dapat menjadi key informan. Setelah berbicara secara cukup, informan tersebut menunjuk subyek lain yang dipandang mengetahui lebih banyak masalah penelitian sehingga peneliti memilihnya sebagai informan baru, dan demonian seterusnya, sehingga data yang diperoleh semakin banyak lengkap dan mendalam. Proses yang demonian ini, ibarat bola salju yang mengelinding, semakin lama semakin besar (Bogdan & Biklen, 1982; Patton , M.Q., 1990; Babbie, 2004).

(4)

Sementara itu, informan penelitian ini berjumlah 20 orang, dengan masing-masing 10 orang untuk Kecamatan Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman dan 10 orang untuk Kecamatan Pariaman Tengah Kota Pariaman. Jumlah responden dan informan yang terlibat dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 3.

Tabel : 3. Jumlah Responden dan Informan Penelitian

Kabupaten/Ke camatan

Kategori Kelompok Sub Kelompok Jumlah

1. Kecamatan Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman Responden

Generasi Muda -Generasi Muda laki-laki (GML) - Generasi Muda Perempuan (GMP) 30 30 Generasi Menengah -Pelaku laki-laki (PL) -Pelaku Perempuan (PP 30 30

Generasi Tua -Orang tua laki-laki (OTL)

-Orang Tua Perempuan (OTP)

30

30

Informan - KAN/Mantan KAN 2

Alim Ulama 2 Ninik Mamak 3 Cerdik Pandai 3 2. Kecamatan Pariaman Tengah Kota Pariaman Responden

Generasi Muda -Generasi Muda laki-laki (GML) - Generasi Muda Perempuan (GMP) 30 30 Generasi Menengah -Pelaku laki-laki (PL) -Pelaku Perempuan (PP 30 30

Generasi Tua -Orang tua laki-laki (OTL)

-Orang Tua Perempuan (OTP)

30

30

Informan - KAN/Mantan KAN 2

Alim Ulama 2

Ninik Mamak 3

Cerdik Pandai 3

Total 380

Sumber: Data Primer penelitian, 2008

3.4. Asumsi Dasar Penelitian

Menurut Guba dan Lincoln (2000), mengemukakan empat paradigma penelitian yakni; positivisme, postpositivisme, teori kritis (critical theory), dan konstruktivisme. Dari empat paradigma, untuk kepentingan studi ini menggunakan paradigma postpositivisme. Pada hakikatnya penggunaan

(5)

paradigma dalam suatu penelitian bersifat menuntun dan tidak bersifat mutlak (Sitorus, 1999; Lubis 2004).

Paradigma postpositivisme oleh para pengikutnya dianggap memiliki kemampuan untuk memecahkan sebagian persoalan yang belum sempurna dengan cara melakukan penelitian dalam setting yang lebih alami, mengumpulkan informasi yang lebih situasional. Kaidah ontologinya realisme kritis memposisikan realitas yang ada, namun tidak bisa dipahami secara sempurna karena pada dasarnya mekanisme intelektual manusia memiliki kekurangan, sedangkan fenomena itu sendiri secara fundamental memiliki sifat yang tak mudah diatur. Dengan demikian realitas sosial tidak lagi dipahami dalam perspektif tunggal-monolitik, tapi mereka percaya bahwa realitas sosial adalah ganda: subyektif dan obyektif. Oleh karena itu secara metodologi pendekatan experimen melalui observasi tidak cukup tetapi harus dibantu dengan metode lain (trianggu lasi) yakni melalui wawancara mendalam (indept interview), dan observasi. Secara Epistimologis : Modified dualist/objectivist, hubungan peneliti dengan realitas yang diteliti tidak bisa dipisahkan tapi harus interaktif dengan subjektivitas seminimal mungkin. Kemudian secara metodologi paradigma ini bersifat modified experimental dan manipulatif. Paradigma ini selain menggunakan model pendekatan kualitatif secara dominan namun terkadang masih juga model pendekatan kuantitatif secara terbatas. (Denzin dan Lincoln, 2000; 2009; Salim, 2006: 55-56). Paradigma postpositivisme sebagai pilihan paradigma penelitian dapat dilihat dalam tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Paradigma Postpositivisme sebagai Pilihan Paradigma Penelitian

Aspek Filosofis Paradigma Postpositivisme

Ontologis Realisme kritis—realitas “nyata” namun hanya bisa dipahami secara tidak sempurna dan secara probabilitik

Epistomologis Dualis/objektif yang dimodifikasi; tradisi komunikasi tradisi/ komunitas kritis, temuan-temuan yang mungkin benar.

Metodologis Modified Experiment/ Manipulative. Pengamatan secara natural,

metode kualitatif dan tergantung pada teori yang dipergunakan.

Kriteria kualitas penelitian : masih menggunakan Objectivity,

Reliability dan validity (internal dan external validity).

Aksiologis Nilai, etika merupakan pertimbangan penting yang harus diperhatikan dalam suatu penelitian.

Tujuan penelitian: untuk menjelaskan, memprediksi dan mengendalikan fenomena alam.

(6)

Dengan demikian untuk menjawab pertanyaan penelitian ini, penulis menggunakan paradigma postpositivisme, yang bercirikan ontologi realisme kritis, epistomologi modifikasi dualisme/objetivisme dan metodologi falsifikasi hipotesa dan dukungan metode kualitatif. Hal ini berarti realitas perilaku kolektif eksis (keberadaan) tradisi bajapuik dalam masyarakat Pariaman merupakan konstruksi “nyata” tetapi pemahaman atas realitas tersebut bersifat probabilistik dan tidak sempurna. Untuk itu strategi yang digunakan selain menggunakan survey, juga menggunakan wawancara mendalam (indept interview) dengan wawancara langsung, dan pengamatan berpatisipasi.

Untuk menjawab pertanyaan penelitian pertama, penulis menggunakan metode survey dan wawancara dan pengamatan berpartisipasi. Metode survey digunakan untuk melihat kecenderungan ke arahmana keberadaan (eksistensi) tradisi bajapuik, khususnya siapa yang dijemput dan apa yang menjadi penilaian untuk penjemputan seorang laki-laki yang diterima sebagai menantu dalam masyarakat. Sementara itu wawancara mendalam dan partisipasi dilakukan untuk mendalami kasus-kasus dari pengalaman aktor yang melakukan tradisi bajapuik yang tidak terungkap melalui survey.

Dalam menjawab pertanyaan penelitian kedua, penulis menggunakan pendekatan makna lokal (emic), berdasarkan kasus dalam penelitian. Untuk itu strategi yang digunakan adalah studi kasus dengan teknik pengumpulan data penulis riwayat dan wawancara mendalam. Caranya dengan pengamatan berpartisipasi, mendengarkan penuturan kisah hidup berdasarkan peristiwa penting dari pelaksanaan tradisi bajapuik, pengecekan kepada orang lain dan contoh-contoh relitas sekarang. Studi kasus penulisan riwayat hidup untuk dapat menjelaskan proses pelaksanaan tradisi bajapuik dalam masyarakat dari sisi pandang pelaku sendiri. Aktor yang diambil sebagai kasus berdasarkan keunikan atau spesifik tertentu para aktor dalam melakukan tradisi bajapuik. Dengan demikian, pemahaman mengenai tradisi bajapuik, berdasarkan sudut pandang individu yang melaksanakan dan berinteraksi (pengalaman subyektif) dengan tradisi itu.

Dalam menjawab pertanyaan penelitian ketiga, masih mengunakan pendekatan makna lokal (emic), dengan menggunakan teknik pengumpulan data

(7)

wawancara mendalam (indept interview), dan pengamatan berpartisipasi. Strategi yang digunakan dengan mendengarkan penuturan informan, dengan mengecek kepada orang lain dan contoh-contoh relitas sekarang.

Paradigma postpositivisme dan metode yang digunakan dalam penelitian ini secara rinci dapat dilihat pada tabel 5 berikut.

Tabel 5. Metode yang Digunakan Dalam Penelitian

Pertanyaan Penelitian Paradigma Metode Pengumpulan Data

Apa nilai-nilai, dasar dan bentuk pertukaran perkawinan dalam tradisi bajapuik dan faktor-faktor

yang mempengaruhi perubahannya? Postpositivisme o survey o wawancara mendalam (indept interview) o pengamatan berpartisipasi

Siapa saja aktor yang terlibat dan bagaimana prilaku aktor dalam pertukaran perkawinan dalam tradisi bajapuik? Postpositivisme o wawancara mendalam (indept interview) o pengamatan berpartisipasi o riwayat hidup

Bagaimana tradisi bajapuik dapat eksis dalam perubahan masyarakat? Postpositivisme o wawancara mendalam (indept intrview) o pengamatan berpartisipasi 3.5. Metode Penelitian

Berdasarkan permasalah, tujuan dan asumsi penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya maka penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Perpaduan metodologi tersebut (Guba dan Lincoln (2000; Howe, 2004); Branen, (1987), dapat berupa penekanan yang lebih kuat pada aspek kuantitatif maupun pada aspek kualitatif, hal ini menurut Creswell (1994) disebut dengan dominant-less atau dominant design. Perpaduan kedua metodologi ini bertujuan untuk mengakumulasi pengetahuan tentang apa saja intervensi yang telah bekerja dalam masyarakat yang diteliti. Secara implisit, yang dicari dari suatu intervensi input ialah ditemukannya hasil (outcome).

Metode kuantitatif digunakan dalam mengungkap siapa aktor yang dijemput dalam tradisi bajapuik dan apa indikatornya. Untuk itu aktor yang dilibatkan adalah individu yang termasuk dalam struktur keluarga inti (nuclear family) dan keluarga luas (extended family). Kemudian setelah itu baru digunakan

(8)

metode kualitatif, yang digunakan untuk melihat proses dan pemaknaan yang terdapat dalam tradisi bajapuik. Baik metode kuantitatif, maupun metode kualitatif dimaksudkan untuk tidak diuji atau diukur secara ketat dari segi kuantitas, jumlah, intensistas maupun frekuensi. Penekanan diberikan pada sifat konstruksi sosial dan realitas sosial yang sedang terjadi dilapangan. Proses penelitian mengikuti yang dilakukan dapat dilihat dalam gambar 4 dibawah ini.

Gambar 4. Proses Kombinasi Metode Kualitatif dan Kuantitatif (Diadopsi dari Saefullah, 1993:9, dengan modifikasi)

Adanya perpaduan kedua pendekatan di atas yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih mendalam.

Informasi Langsung metode Kuantitatif Metode Kualitatif Survey Kuesioner Peneliliti dan Enumerator Anggota Masyarakat Pengolahan Data Uji Statistik (Persentase) Kategorisasi Penafsiran/Interpretasi Data Dokumen Informan Catatan Lapangan Peneliti Observasi Partisipan Wawancara Mendalam

(9)

3.5.1. Pengumpulan Data

Secara keseluruhan proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa cara yaitu studi literatur, observasi dan wawancara. Pertama, studi literatur dimaksud disini adalah studi dokumentasi dan studi pustaka. Studi ini dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah metode sejarah dengan cara melakukan penelusuran bahan dokumentasi dan pustaka yang berupa arsip, dokumentasi, hasil-hasil penelitian, buku-buku berbagai penerbitan pemerintah dan jurnal yang memiliki relevansi dengan objek kajian. Studi ini dilakukan diberbagai lembaga seperti di Perpustakaan Nasional di Jakarta, Perpustakaan IPB di Bogor, Perpustakaan UNAND di Padang, Perpustakaan Wilayah Sumatera Barat dan Pusat Kajian Adat Minangkabau di Padang Panjang dan sebagainya. Studi literatur ini dilakukan bertujuan untuk melihat dinamika perkembangan tradisi bajapuik. Oleh sebab itu diperlukan literatur-literatur yang membahas tentang tradisi bajapuik dari awal muncul sehingga dapat dibandingkan dengan yang berlaku saat ini.

Kedua, observasi yang dimaksud disini adalah partisipant observation. Partisipant observation dalam konteks penelitian ini, tidak harus dimaknai bahwa peneliti harus menjadi pelaku tradisi bajapuik dalam arti yang sebenarnya. Sikap untuk merasa bagian dari mereka (being a part of) dan perasaan empati, kesanggupan merasa apa yang dirasakan oleh informan menurut peneliti sudah dapat dipahami sebagai partisipant observation. Untuk itu partisipant observation dalam penelitian ini adalah merupakan suatu cara di mana peneliti tidak bersifat pasif sebagai pengamat, tetapi memainkan berbagai peran yang mungkin dalam berbagai situasi atau bahkan dapat berperan mengarahkan peristiwa-peristiwa yang sedang diteliti (Spradley, 1980). Partisipant observation digunakan dengan maksud untuk mengamati secara langsung pengalaman dan kenyataan yang ada sehubungan dengan tradisi bajapuik yang berlaku hingga saat ini. Sekaligus sebagai triangulasi terhadap data yang dikumpulkan melalui cara lain khususnya melalui wawancara. Dalam observasi partisipan ini peneliti turut serta terlibat dalam kehidupan sehari-hari tineliti. Peneliti mengamati secara cermat segala tindakan tineliti dalam segala keadaan dan situasi yang terkait dengan pelaksanaan tradisi bajapuik. Selama berlangsungnya observasi partisipan, peneliti juga

(10)

melakukan pencatatan terhadap hal-hal yang dipandang penting dan melakukan pengambilan foto yang relevan dengan permasalahan penelitian.

Ketiga, wawancara dimaksud adalah wawancara berstruktur dan tidak berstruktur. Secara umum wawancara dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tentang eksistensi tradisi bajapuik sehubungan dengan terjadi berbagai perubahan dalam masyarakat Minangkabau dan Pariaman khususnya. Untuk itu akan diungkap bagaimana tradisi bajapuik tetap eksis dan dimaknai serta terintegrasi dalam masyarakat Pariaman, sehingga menjadi ciri khas daerah ini. Wawancara berstruktur dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data4. Kemudian wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang menggunakan pedoman wawancara sebagai alat untuk melakukan wawancara mendalam (indept-interview) kepada informan perorangan dan telah dipersiapkan sebelumnya5

1. Data primer, merupakan data yang diperoleh oleh sipeneliti dari lapangan dengan metode pengumpulan data seperti kuesioner, wawancara dan partisipant observation. Melalui metode pengumpulan data itu maka diperoleh data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan data yang berupa kata-kata yang dituangkan dari hasil wawancara dan partisipan obeservasi, sedangkan data kuantitatif data yang berupa kategori-kategori yang dituangkan dari kuesioner.

dalam rangka menggali informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Dari data yang dikumpulkan itu, dapat dikelompokan menjadi dua jenis data, yaitu:

2. Data sekunder, merupakan data yang dikumpulkan oleh sipeneliti dari lapangan yang bersumber dari literatur-literatur dari instansi seperti; dari Kantor Kecamatan dan BPS, yang terkait dengan ciri khas dan identitas daerah penelitian.

4

Isi lengkap tertuang dalam bentuk kuesioner. Kusioner ditujukan untuk tiga lapisan dalam masyarakat antara lain; untuk generasi muda, generasi sedang dan generasi tua dan dapat dilihat pada Lampiran 3.

5

(11)

3.5.2 Analisis Data

Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis kuantitatif dan kualitatif. Data survey dianalisis dengan perhitungan statistik sederhana menggunakan tabel frekuensi dan persentase. Sementara itu data kualitatif dianalisis dengan mengikuti pendapat Patton (dalam Marvasti 2004), di mana data diorganisasikan ke dalam suatu pola kategori dan satuan uraian dasar. Artinya pengkategorian data disesuaikan dengan rumusan pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini dan dimaksudkan untuk memberikan kemudahan interpretasi, seleksi dan penjelasan dalam bentuk-bentuk deskripsi analisis.

Selanjutnya analisis kualitatif terhadap data dan informasi tentang proses kejadian/peristiwa tentang motivasi yang melandasi tindakan sosial dari aktor-aktor yang terlibat dalam tradisi bajapuik yang berkaitan dengan tindakan sosial. Dengan mengikuti pendapat Lewis (1988), analisis kualitatif dapat digunakan dalam mendeskripsikan pola-pola hubungan sosial yang berdimensi struktur (posisi dan peranan aktor), berdimensi pengaturan (prosedur) serta sistem-sistem makna yang melandasi dan memberi pedoman terhadap pola-pola hubungan di antara aktor.

Dalam tahap analisis ini menurut Miles & Hubermas (1984) terdapat tiga komponen pokok yang harus disadari oleh peneliti yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing. Ketiga komponen tersebut menurut Miles & Hubermas disebutnya dengan model analisis interaktif; yaitu ketiga komponen tersebut aktivitasnya berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data dilapangan sebagai proses siklus. Dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak di antara ketiga komponen dengan komponen pengumpulan data selama proses pengumpulan data berlangsung. Demikian juga setelah pengumpulan data dilakukan, kemudian bergerak di antara data reduction, data display dan conclusion drawing untuk membangun pemahaman subtantif berdasarkan temuan empirik. Berikut mekanisme kerja model analisis interaktif dapat dilihat pada gambar 5.

(12)

Gambar 5. Interactive Model of Analysis (Miles & Hubermas, 1984)

Dalam upaya memperoleh data yang kebenarannya dapat diyakini, keabsahan data diuji melalui teknik triangulasi sumber dan metode. Ini dilakukan dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan salah interpretasi. Menurut Stake (2000) triangulasi merupakan proses penggunaan banyak persepsi (multi perception) dalam mengklarifikasi arti (meaning) dan dalam memverifikasi pengulangan pelaksanaan observasi interpretasi. Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan mengklarifikasi atau membandingkan data dan informasi yang berasal dari sumber informasi dan cara pengumpulan data yang berbeda.

Collecting Data

Reduction Data DisplayData

Gambar

Tabel : 3. Jumlah Responden  dan Informan Penelitian
Tabel 5. Metode yang Digunakan Dalam Penelitian
Gambar 4. Proses Kombinasi Metode Kualitatif dan Kuantitatif  (Diadopsi dari Saefullah, 1993:9, dengan modifikasi)
Gambar 5. Interactive Model of Analysis  (Miles & Hubermas, 1984)

Referensi

Dokumen terkait

wilayah Kota Serang pada Kawasan Perumahan yang dikembangkan oleh.. developer dan Kawasan Permukiman penduduk 5000 Ha

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Pengaturan Motor Mekanik yang dibelarkan dengan Strategi Pembelajaran Problem Based Learning siswa

modifikasi, guru memberi penjelasan kepada anak tentang aturan dan petunjuk, hal ini dilakukan supaya anak lebih memahami gerakan yang akan diajarkan oleh guru,

i Perubahan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2015 ini, disusun sebagai

Suatu keyakinan yang berbasis pada ajaran tentang kemahakuasaan Tuhan sebagai Creator, pemberi mandat dan sekaligus mitra kerja yang melalui Roh Kudus memampukan

Perbedaaan dengan sistem yang akan dibangun menggunakan animasi 3 dimensi yang memberikan informasi yang lebih rinci, berupa simulasi gedung FTI berbasis 3 dimensi menggunakan

Seiring dengan itu tuntutan akan sekuritas (keamanan) terhadap kerahasiaan informasi yang saling dipertukarkan tersebut semakin meningkat. Begitu banyak pengguna tidak

mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya dapat dikelompokkan ke dalam mata