• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAMANARACEAE DI SEKITAR GUNUNG WILIS, JAWA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERAGAMANARACEAE DI SEKITAR GUNUNG WILIS, JAWA TIMUR"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAMAN ARACEAE DI SEKITAR GUNUNG WILIS, JAWA TIMUR

Ina Erlinawati

Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jl. Raya Jakarta-Bogor Km 46, Cibinong 16911, Bogor, Indonesia

Email: ina_erlinawati@yahoo.com ABSTRACT 7KH$UDFHDHRUDURLGVDUHSODQWVZKLFKDUHYHU\IDPLOLDUWRHYHU\RQHVXFKDVIRUIRRGSODQWVPHGLFLQDOWR[LFDQGPDJLFDOXVHV ¿EHUVDQGIRURUQDPHQWDOXVHV$VWXG\RQGLYHUVLW\RI$UDFHDHKDVEHHQFDUULHGRXWLQVXURXQGLQJ0W:LOLV(DVW-DYD ± PDOW 5HVXOWRIWKHVWXG\LQGLFDWHGWKDWWKHUHZHUHUHFRUGHGVSHFLHVRI$UDFHDHVSHFLHVDUHWHUUHVWULDOLHColocasia esculenta / 6FKRWWSchismatoglottis javanica(QJODQG$JODRQHPDVLPSOH[%OXPHDQGWKHRWKHUVDUHFOLPELQJVSHFLHVLHPothosVSDQG Raphidophora korthalsii6FKRWW$QLGHQWL¿FDWLRQNH\ZHUHPDGH

Key words: Araceae, 'LYHUVLW\, East Java0W:LOLV

PENGANTAR

Suku Araceae merupakan tumbuhan yang sangat dikenal dan bermanfaat. Anggota suku talas-talasan ini, yang berguna sebagai tanaman pangan yang paling penting adalah dari puak &RORFDVLHDH dan &DODGLHDH, seperti

&RORFDVLD dan ;DQWKRVRPD. Kebanyakan Araceae beracun

ketika masih dalam keadaan segar tetapi dalam hampir semua kasus, jenis-jenis yang enak dimakan harus dimasak atau diproses dengan beberapa cara terlebih dahulu sebelum dimakan. Penggunaan suku Araceae sebagai obat, telah dilaporkan oleh Bown (1988), seperti untuk menyembuhkan dari sengatan luar, mengobati luka, radang kulit dan radang sendi, sebagaiH[SHFWRUDQW dan GHFRQJHVWDQW, kontrasepsi, insektisida, anti kanker, obat pereda rasa nyeri dan penenang. Akar dari Heteropsis dan3KLORGHQGURQ digunakan sebagai serat di Amerika Selatan. Dalam penggunaan magis dan ritual, baru sedikit dipelajari. Penggunaan'LHIIHQEDFKLD dan&DODGLXPuntuk mengusir roh jahat, banyak tersebar di Brasil. Suku Araceae yang paling terkenal adalah sebagai tanaman hias dan banyak sekali diperdagangkan secara komersial, sebagai contoh$JODRQHPDdan $QWKXULXPyang beberapa saat lalu sempat melejit namanya dan memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Keindahan bentuk daun dan teksturnya, menjadikan tanaman ini sangat digemari oleh setiap orang. Di daerah Tropis, tanaman ini banyak dijumpai baik di pekarangan rumah, di dalam rumah ataupun juga di taman-taman kota (MayoHWDO 1997).

Meskipun menurut NewmanHWDO 1999, Indonesia merupakan negara terbesar ke lima dalam hal kekayaan biodiversitasnya, dengan lebih dari 38.000 jenis dan 55%-nya adalahHQGHPLN, namun saat ini terdapat kekhawatiran akan hilangnya ekosistem hutan, baik di semua negara tropis maupun subtropis yang diakibatkan oleh adanya

penebangan hutan yang mengubah penggunaan lahan. Luas lahan hutan di banyak daerah telah mengalami penurunan akibat banyak kerusakan yang terjadi. Polusi udara, kebakaran, iklim yang berfluktuasi merupakan dampak dari semua ini. Ketiadaan managemen hutan yang EDJXVGDQEHUNHODQMXWDQMXJDPHQMDGLSHQ\HEDEQ\D )$2 2007). Setiap tahun 12 juta hektar hutan di seluruh dunia hilang. Sekitar 80% hutan di dunia terjaga, tetapi risiko kehilangan hutan menciptakan isolasi fragmen habitat, yang menjadikan keragaman tumbuhan dan hewan menjadi berkurang (Mackay, 2003).

Di Jawa, penebangan hutan mencapai 0,42%. Meskipun angka ini masih di bawah Sulawesi, Kalimantan dan Papua yang hampir mencapai 1% (Badan Planologi Kehutanan, 2002), namun Pulau Jawa perlu mendapat perhatian khusus mengingat padatnya penduduk yang menghuni pulau ini. Berbagai kebutuhan, baik papan, pangan maupun sandang akan mampu mengubah penggunaan lahan yang ada.

Gunung Wilis merupakan sebuah gunung non-aktif yang terletak di provinsi Jawa Timur dengan memiliki ketinggian 2.552 meter, serta puncaknya berada di perbatasan antara enam kabupaten yaitu kabupaten Kediri, Tulungagung, Nganjuk, Madiun, Ponorogo, dan Trenggalek (http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Wilis). Penelitian tumbuhan, termasuk juga suku talas-talasan ini belum pernah dilakukan di tempat tersebut. Penelitian Araceae

WHUUHVWULDO dan aquatic di Jawa pernah dilakukan oleh

Yuzammi pada tahun 2000.

BAHAN DAN CARA KERJA

Penelitian dilakukan di sekitar Gunung Wilis, Jawa Timur pada tanggal 22 Juli–5 Agustus 2009 dari ketinggian 1.000 hingga 1.500 m dpl. Eksplorasi yang dilakukan

(2)

mengikuti metode RugayahHWDO2005. Kemudian anggota suku Araceae yang dikoleksi dibuat spesimen herbariumnya dengan cara dibungkus dengan kertas koran dan disimpan dalam plastikSRO\WKHQserta disiram dengan alkohol 70%. Selanjutnya kantong plastik yang telah penuh dengan material, ujung yang terbuka ditutup dengan isolasi dan dimasukkan dalam karung plastik sehingga spesimen terbungkus dengan rapat dan rapi.

Parameter yang diamati meliputi perawakan tubuh, morfologi batang, bentuk daun, ukuran daun, warna permukaan atas dan bawah daun, tulang daun, tangkai daun, bentuk dan warna bunga serta buah. Karakter-karakter yang mudah hilang bila sudah menjadi herbarium, dicatat di lapangan. Deskripsi morfologi mengikuti Veldkamp  8QWXNLGHQWL¿NDVLGLJXQDNDQVSHVLPHQDFXDQ\DQJ tersimpan di Herbarium Bogoriense, selain juga dilakukan studi pustaka guna kelengkapan informasi ilmiah pada MHQLVMHQLV\DQJWHULGHQWL¿NDVL

HASIL

Dari eksplorasi yang dilakukan di Gunung Wilis dari ketinggian 1.000–1.500m dpl, didapatkan 5 jenis Araceae yang termasuk dalam 5 marga. Kelima jenis tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu jenisWHUUHVWULDO dan jenis merambat. Adapun yang termasuk kedalam kelompok pertama adalah &RORFDVLD

HVFXOHQWD (L.) Schott., 6FKLVPDWRJORWWLVMDYDQLFDEngl., dan $JODRQHPDVLPSOH[ Blume, sementara kelompok kedua

yang merupakan jenis memanjat, terdiri atas 2 jenis yaitu

3RWKRV sp. dan 5DSKLGRSKRUDNRUWKDOVLL Schott. Berikut ini

adalah deskripsi masing-masing jenis.

Deskripsi

1. &RORFDVLDHVFXOHQWD(L.) Schott. Gambar 1.

Herba,SHUHQQLDO membentuk VWRORQ, WXEHU membulat, padat, berwarna putih kecoklatan, akar serabut, berwarna kecoklatan; daun beberapa, 3–5 pada setiap rumpun, bentuk memerisai, pangkal memata panah, ujung bertusuk, tepi daun rata, permukaan atas daun hijau tua, licin, permukaan bawah daun hijau keputihan, ukuran daun 8–10 cm × 3–5 cm, tulang daun pada permukaan bawah daun terlihat jelas, tulang daun primer menyirip, tulang daun tersier dan sekunder menjala; tangkai daun panjang, 35–40 cm, berpelepah agak panjang, panjang pelepah 20–22 cm, di bagian ujung dekat daun berwarna keunguan, di bagian pangkalnya hijau, membulat, licin, besar di bagian pangkal, diameter 1,5–2 cm, mengecil di bagian ujungnya, diameter 0,5 cm; tangkai bunga lebih pendek daripada tangkai daun, 10–15 cm; bunga memanjang, menggembung di

bagian pangkalnya ketika masih kuncup, berwarna hijau,

spatha dapat dibedakan antara bagian yang menggembung

(tabung) dan helaian spatha (seludang), tabung lebih pendek daripada helaian spatha, panjang 8 cm, diameter 3,5– 4 cm, berwarna hijau tua, helaian spatha berwarna putih, bentuk lonjong–lanset, ujung cirrose, VSDGL[(tongkol) melekat, lebih pendek dari spatha, terdiri atas 3 bagian, dari pangkal adalah bunga betina, bunga jantan steril dan bunga jantan fertile, bunga XQLVHNVXDO, bunga betina di bawah, pendek, panjang 4–5 cm, diameter 1–2 cm,RYXO banyak, berwarna kuning, berlendir, dipisahkan dengan bunga jantan oleh bunga jantan steril di bagian tengahnya, bunga jantan silindris, panjang 12–13 cm, diameter 1– 2 cm, berwarna putih dengan polen berbentuk segienam,

3ODVHQWDSDULHWDO.

Distribusi:&HVFXOHQWD merupakan tumbuhan tropis dan diintroduksi ke subtropik sebagai tanaman pangan. Kemungkinan secara alami, tumbuhan ini menyebar dari Indochina ke Jepang, melalui Malesia dan Australia bagian 8WDUD7XPEXKDQLQLMXJDWHUGDSDWSDGDGDHUDK\DQJ terganggu (Yuzammi, 2000).

Habitat: Daerah dekat aliran sungai, lereng gunung dan sepanjang saluran irigasi di sawah (Backer and Bakhuizen, 1965).

.HJXQDDQ8PELWXPEXKDQLQLGDSDWPHQMDGLVXPEHU pangan, daun dan batang yang muda juga dapat dijadikan sayur yang lezat (Heyne, 1987).

Gambar 1. Colocasia esculenta (L.) Schott.

2. 6FKLVPDWRJORWWLVMDYDQLFDEngl. (Gambar 2).

Batang merayap, sayap pelepah daun mengelapai (PDUFHVFHQW), GHFLGXRV (gugus, merangas), seludang (spatha) tegak membentuk kurva,OLPESHUVLVWHQW, tongkal (VSDGL[) dengan ujung menirus (DWWHQXDWH), terdapat daerah steril, perbungaan 1–2 bersama-sama,IHPDOH]RQH bebas,

(3)

Distribusi: Malesia:HQGHPLN Jawa dan tersebar luas di Jawa (Hay and Yuzammi, 2000).

Habitat: Hutan sekunder, 150–1.300 m alt (Yuzammi, 2000).

Kegunaan:-Gambar 2. Schismatoglottis javanica Engl.

3. $JODRQHPDVLPSOH[Blume. Gambar 3.

Herba tegak, tinggi mencapai 120 cm; daun melanset dengan pangkal membundar, tidak belang; tangkai bunga panjangnya 2–6 cm, pada saat berbuah dapat mencapai 11 cm;VSDGL[ (tongkol) tegak, 2,5–4 cm, panjang tangkai

VSDGL[ 0,5–1 cm. 3ODVHQWDEDVDO. Buah ellips, menumpul, VWLJPDSHUVLVWHQW, 1,5–1,75 cm pada saat masak, berwarna

oranye hingga merah.

Distribusi: Myanmar bagian Selatan, Semenanjung Malaysia melalui Sumatra, Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur), Madura dan Bali, Kalimantan, Sulawesi, Pulau Sula, dan VHEDJLDQ)LOLSLQD <X]DPPL 

Habitat: Hutan pegunungan rendah, di lantai hutan, di hutan batu gamping dan di area taman (Backer and Bakhuizen, 1965). 90–1.200 m alt. (Yuzammi, 2000).

Kegunaan: secara umum ditanam sebagai tanaman hias. Beberapa penggunaan medis telah banyak dilaporkan (Yuzammi, 2000).

Gambar 3. Aglaonema simplex Blume.

Gambar 4. Pothos sp.

4. 3RWKRVsp. Gambar 4.

Herba memanjat; batang berkayu, cabang bagian bawah berakar, cabang bagian atas bebas dan menggantung; daun tidak berbagi, bulat telur.

Distribusi: Jenis-jenis3RWKRV terdapat di Asia Selatan dan Asia Tenggara, Australasia, Kepulauan Malaya:- Australia, Bangladesh, Burma, Brunei, Kamboja, China, India, Indonesia (Borneo, Irian Jaya, Jawa, Moluccas, Sulawesi, Sumatra), Jepang, Laos, Madagaskar, Malaysia, Nepal, 3DSXD1HZ*XLQHD)LOLSKLQD6RORPRQ6ULODQND7KDLODQG Vanuatu, Vietnam (MayoMayoHWDO 1997).

Habitat: Hutan tropis, biasanya di hutan sekunder, jarang tumbuh di bebatuan (MayoHWDO 1997).

(4)

Kegunaan: Batang dari banyak jenis-jenisnya digunakan sebagai bahan pengikat yang kuat, daun3ODWLIROLXVdapat digunakan sebagai obat asma (Heyne, 1987).

Gambar 5. Rapidophora korthalsii Schott.

5. Rapidophora korthalsii Schott. Gambar 5.

Herba memanjat; daun bercangap menyirip, berbentuk bulat telur-melonjong, panjang daun 5–55 cm dan lebar 22– 35 cm, tangkai daun ramping 5–6,5 cm, tidak berpelepah;

spatha (seludang) meruncing, panjang 6–10 cm, diameter

0,5 cm; VSDGL[ (tongkol) silinder, membulat pada pangkalnya, panjang 7,5–10 cm, diameter 1,25 cm; putik prismatik;VWLJPD kecil, membulat-ellips; benangsari cepat berubah warna menjadi hitam.

Distribusi:

-Habitat: Hutan pada ketinggian 200–800 m dpl, juga terdapat di hutan batu gamping (Backer and Bakhuizen, 1965). Di Gunung Wilis, jenis ini terdapat pada ketinggian 1300 m dpl.

Kegunaan: Batangnya dapat digunakan sebagai bahan pengikat dan penjalin (Heyne, 1987).

PEMBAHASAN

Keragaman Araceae yang didapatkan pada eksplorasi ini sangat rendah. Hal ini disebabkan karena lokasi penelitian yang dilakukan sudah mencapai ketinggian 1.000 m dpl lebih. Araceae umumnya melimpah pada daerah dengan ketinggian di bawah 700m dpl. Meskipun demikian, penelitian ini menjadi menarik karena didapatkan informasi baru bahwa ada juga anggota suku ini yang dapat

tumbuh pada ketinggian di atas 1.000 m dpl. Selain itu, meskipun terdapat beberapa sungai yang mengalir di sekitar Gunung Wilis, namun keadaan tanahnya relatif kering. Padahal diketahui bahwa pertumbuhan Araceae sangat tergantung kepada ketersediaan air dan menyukai daerah yang lembab (MayoHWDO )DNWRUNHUXVDNDQKXWDQ juga menjadi salah satu penyebab yang lainnya. Meskipun Gunung ini masih tergolong bagus namun pada beberapa tempat ada yang mengalami kerusakan akibat kebakaran yang pernah terjadi, sehingga pada beberapa tempat tersebut menjadi tinggal semak belukar dengan sedikit pohon yang masih kecil.

Anggota suku Araceae yang paling umum dijumpai di sepanjang perjalanan di sekitar Gunung Wilis ini adalah dari jenis-jenis WHUUHVWULDO, sedangkan jenis merambat umumnya sedikit. &RORFDVLDHVFXOHQWD merupakan jenis yang paling umum terdapat. Hal ini disebabkan karena jenis ini banyak dimanfaatkan oleh orang sebagai tanaman pangan terutama bagian umbi dan daunnya. Kemungkinan di tempat tersebut, jenis ini ditanam orang, karena jenis ini ada hingga ketinggian 1.480 m dpl.6FKLVPDWRJORWWLV

MDYDQLFDbanyak dijumpai pada daerah di sepanjang aliran

sungai atau pada tebing-tebing dekat air terjun, hingga ketinggian 1.200 m dpl. Jenis ini merupakan jenisJenis ini merupakan jenisHQGHPLN dan tersebar luas di Jawa (Yuzammi, 2000). Sementara itu

$JODRQHPDVLPSOH[banyak terdapat pada lantai hutan dan

menurut Backer and Bakhuizen (1965), jenis ini hanya ditemukan pada hutan dataran rendah dengan ketinggian tidak lebih dari 200 m dpl. Namun, menurut Yuzammi (2000), $VLPSOH[ditemukan dari ketinggian 90 hingga 1.200 m alt. Di Gunung Wilis ini, jenis ini juga ditemukan pada ketinggian 1.200 m alt.

8QWXNMHQLVPHPDQMDWVDQJDWMDUDQJGLMXPSDLGL lokasi penelitian ini.3RWKRVyang ditemukan belum dapat WHULGHQWL¿NDVLVDPSDLWLQJNDWMHQLVNDUHQDPDWHULDO\DQJ ditemukan tidak dalam keadaan berbunga, sehingga sangat VXOLWGLODNXNDQLGHQWL¿NDVL

%HULNXWLQLNXQFLLGHQWL¿NDVLNHOLPDMHQLV$UDFHD\DQJ dilaporkan dalam penelitian ini.

.XQFL,GHQWL¿NDVL

1. a. HerbaWHUUHVWULDO...2 b. Herba memanjat ...4 2. a. Batang tegak ...3...33

b. Batang merayap, spatha (seludang) tegak membentuk kurva,OLPESHUVLVWHQW, VSDGL[ (tongkol) dengan ujungDWWHQXDWH (menirus), terdapat VWHULOH

]RQH, perbungaan 1–2 bersama-sama, IHPDOH]RQH

(5)

]RQH...6FKLVPDWRJORWWLVMDYDQLFD

Engl.

3. a. 3ODVHQWDEDVDO, daun melanset dengan pangkal daun membundar...$JODRQHPDVLPSOH[Blume b. 3ODVHQWDSHULHWDO, daun berbentuk memerisai dengan

pangkal daun memata panah...&RORFDVLD

HVFXOHQWD (L.) Schott.

4. a. Daun tidak berbagi, bulat telur ...Daun tidak berbagi, bulat telur ... ...3RWKRVsp.

b. Daun bercangap menyirip, berbentuk bulat telur-Daun bercangap menyirip, berbentuk bulat telur-memanjang ... 5DSKLGRSKRUD NRUWKDOVLLDSKLGRSKRUDNRUWKDOVLL Schott.

Dari penelitian yang dilakukan di sekitar Gunung Wilis, didapatkan 5 jenis Araceae. 3 jenis (&RORFDVLD

HVFXOHQWD (L.) Schott., 6FKLVPDWRJORWWLVMDYDQLFDEngl. dan $JODRQHPDVLPSOH[ Blume) merupakan jenis WHUUHVWULDO dan

2 jenis (3RWKRV sp. dan 5DSKLGRSKRUDNRUWKDOVLL Schott.) merupakan jenis memanjat. Ditemukan jenisHQGHPLN Jawa yaitu6FKLVPDWRJORWWLVMDYDQLFDEngl. Sedangkan jenis yang dominan adalah&RORFDVLDHVFXOHQWD (L.) Schott.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini sepenuhnya didanai oleh Hibah DIKTI. Terima kasih penulis sampaikan kepada Kepala Pusat Penelitian Biologi LIPI beserta para stafnya, juga kepada Ibu Purwaningsih sebagai pemimpin proyek kegiatan dan semua anggota tim ini atas segala bantuannya.

KEPUSTAKAAN

%DFNHU&$DQG5&%DNKXL]HQ)ORUDRI-DYD9RO,,, Leyden: The Rijksherbaium.yden: The Rijksherbaium.

Badan Planologi Kehutanan, 2002. Statistik Badan Planologi Kehutanan Tahun 2001. Departemen Kehutanan. Jakarta.karta. %RZQ'$URLGV3ODQWVRIWKH$UXP)DPLO\7LPEHU3UHVV Portland. Oregon. 256 pp. )$27HFKQLFDO5HYLHZRI6WDWXVDQG7UHQGVRIWKH:RUOG¶V )RUHVW*HQHWLF5HVRXUFHV)RUHVW*HQHWLF5HVRXUFHV :RUNLQJ3DSHU1R)*5()$25RPH KWWSwww. fao.org/forestry/webview/media?mediaId=12252&langId= 1 ; also available at: ftp://ftp.fao.org/ag/cgrfa/bsp/bsp36e. pdf)

Hay A and Yuzammi, 2000. Schismatoglottideae (Araceae) inSchismatoglottideae (Araceae) in Malesia I–6FKLVPDWRJORWWLVTelopea: Volume 9(1). Heyne K, 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I. Jakarta:

Badan Litbang Kehutanan.

Mackay R, 2003. The Atlas of Endangered Species. Earthscan Publications Ltd. London. p.97.

Mayo JS, J Bogner, and PC Boyce, 1997.7KH*HQHUDRI$UDFHDH. London: The Trustees, Royal Botanic Garden, Kew. 1HZPDQ0)3)%XUJHVVDQG7&:KLWPRUH3HGRPDQ

,GHQWL¿NDVL3RKRQSRKRQ'LSWHURFDUSDFHDH-DZDVDPDSL Nugini. In Sutarno, H. and A. Kartikasari (eds.) Bogor:In Sutarno, H. and A. Kartikasari (eds.) Bogor: Yayasan Prosea.

9HOGNDPS-)0DQXDO IRU WKH GHVFULSWLRQ RI ÀRZHULQJ SODQWV0DQXDOIRUWKHGHVFULSWLRQRIÀRZHULQJSODQWV ,Q()GH9RJHOHGLWRU0DQXDORI+HUEDULXP7D[RQRP\ 7KHRU\DQG3UDFWLFH-DNDUWD81(6&2KOP± Rugayah, EA Widjaja, and Praptiwi, 2005. Pedoman Pengumpulan2005. Pedoman Pengumpulan

'DWD.HDQHNDUDJDPDQ)ORUD%RJRU 3XVDW 3HQHOLWLDQBogor: Pusat Penelitian Biologi LIPI.

Yuzammi, 2000. A Taxonomic Revision of the Terrestrial and $TXDWLF$URLGV $UDFHDH LQ-DYD>WKHVLV@1HZ6RXWK :DOHV8QLYRI1HZ6RXWK:DOHV

Gambar

Gambar 1. Colocasia esculenta (L.) Schott.
Gambar 3. Aglaonema simplex Blume.
Gambar 5. Rapidophora korthalsii Schott.

Referensi

Dokumen terkait

Penulis panjatkan segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat, ridho, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Nilai ini cenderung mendekati angka 1 yang berarti terdapat pengaruh yang kuat antara variabel intensitas menonton tayangan kekerasan di televisi dan intensitas pemberian

Product backlog lalu diprioritaskan oleh pemilik produk kemudian tim pengembangan bekerja sama dengan Product Owner, dan pemangku kepentingan untuk membuat rapat

Renja Dislapernak 2018 2 Kelima hal tersebut diatas merupakan pokok pemikiran yang menjadi dasar penyusunan rencana kerja Perangkat Daerah (PD) Dinas Kelautan dan

Prosentase ketiga terbanyak dalam penelitian ini adalah style precisionist (13,24%); di mana faktor C dan faktor S berada di atas garis tengah, sementara faktor I berada di

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN TENTANG PENOLAKAN ATAS KEBERATAN PAJAK PERTAMA : Menolak Surat Permohonan

Panasonic Lighting Indonesia Guna Mempermudah Transaksi Bisnis Tripartite .Ucapanterimakasih yang sebesar-besarnyakepadasemuapihak yang

Hasil Uji Validitas dengan menggunakan SPSS dari pernyataan variabel Tayangan laptop si unyil (X), dan Minat belajar Siswa (Y) pada kuesioner menunjukkan bahwa nilai