• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA DAERAH RAWAN KEMACETAN DI RUAS JALAN NASIONAL DAN PROVINSI JAWA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA DAERAH RAWAN KEMACETAN DI RUAS JALAN NASIONAL DAN PROVINSI JAWA TIMUR"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011

A-21

ANALISA DAERAH RAWAN KEMACETAN DI RUAS JALAN

NASIONAL DAN PROVINSI

JAWA TIMUR

Dadang Supriyatno, Anita Susanti

Dosen Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya dadang.supriyatno@gmail.com

Abstrak - Perkembangan kondisi perekonomian

masyarakat semakin meningkat. Melihat kondisi seperti itu, maka diperlukan suatu perancangan lalu lintas jalan utama antar kota guna menunjang kegiatan ekonomi regional dan nasional. Banyaknya ketidaktahuan masyarakat terhadap titik-titik rawan kemacetan khususnya di ruas jalan nasional dan provinsi Jawa Timur, sehingga diperlukan suatu studi analisa terhadap daerah rawan yang teridentifikasi sebagai daerah rawan kemacetan. Metode penelitian yang dilakukan adalah daerah-daerah yang ditengarai sebagai daerah rawan kemacetan. Hasil penelitian dibagi menjadi empat ruas jalur utama yaitu pada jalur utara, jalur barat, jalur seurabayalatan, jalur timur Provinsi Jawa Timur. Pada jalur utara kemacetan terjadi di ruas jalan Duduk Sampean arah Surabaya-Gresik-Lamongan; pada jalur barat kemacetan terjadi pada ruas jalan Mojoagung – ruas jalan Nganjuk Caruban – ruas jalan Madiun Maospati; pada jalur selatan terjadi kemacetan pada ruas jalan depan Pabrik Paku - Terminal Bungurasih – ruas jalan Purwosari Purwodadi – ruas jalan Pasuruan Karanglo; pada jalur Timur terjadi kemacetan pada ruas jalan Gondanglegi – Beji – Bangil – Pasuruan – Probolinggo.

Kata Kunci: identifikasi, kemacetan, nasional, provinsi

I. PENDAHULUAN

Pergerakan lalu lintas yang aman, nyaman, dan lancar merupakan impian masyarakat dalam melintas sepanjang ruas jalan. Oleh sebab itu diperlukan suatu dukungan unsur keselamatan, keamanan, ketertiban bagi pemakai jalan merupakan hal yang sangat penting. Oleh sebab itu perlu adanya suatu studi analisa yang membahas daerah rawan kemacetan di ruas jalan nasional, provinsi Jawa Timur.

Tujuan dari studi ini adalah melakukan identifikasi pada ruas-ruas jalan utama nasional dan provinsi Jawa Timur, yang yang mempunyai indikasi sebagai daerah-daerah rawan banjir, longsor dan kemacetan lalu lintas.

Daerah Rawan Kemacetan adalah suatu daerah yang memiliki volume kendaraan melebihi dari kapasitas yang ada.

Adanya kemacetan di jalan akan sangat menganggu lancarnya lalu lintas kendaraan, yang akan menganggu kelancaran pergerakan ekonomi, manusia dan barang. Dengan pengamatan langsung di lapangan berupa perhitungan setiap kendaraan yang

lewat, pengukuran fisik jalan dan pengamatan aktivitas pada sisi ruas jalan, yang selanjutnya dilakukan analisa, akan didapat hasil nilai kemacetan (nilai kejenuhan) dan rekomendasi cara penanganannya. Derajat kejenuhan (DS), untuk menentukan nilai kemacetan didapat dari rumus :

DS = Q / C dimana :

DS = derajat kejenuhan (tingkat kemacetan) Q = volume arus lalu lintas (smp/jam)

C = kapasitas ruas jalan (smp/jam) Tabel 1 : Daftar Identifikasi Daerah Rawan

Kemacetan

Sistem jaringan lalu lintas kendaraan di jalan raya sebagai pelaksana transportasi meskipun telah direncanakan dengan baik dan diadakan perhitungan yang optimal akan ada kemungkinan disuatu saat terjadi kemacetan dan menjadi daerah / ruas jalan rawan kemacetan. Arus lalu lintas kendaraan di jalan raya yang bergerak pada kondisi aliran normal haruslah dijaga terhadap hal-hal yang menyebabkan rawan kemacetan. Sehingga dengan adanya kemacetan yang terjadi akan sangat menggangu lancarnya lalu lintas kendaraan, yang pada akhirnya akan mengganggu kelancaran pergerakan ekonomi manusia dan barang.

No. Urut

Ruas Nama Ruas Status

1. 006.2 Bts. Kab. Nganjuk-Caruban Provinsi 2. 009.2 Bts. Kab. Mojokerto-Jombang Nasional 3. 013 Taman-Krian Provinsi 4. 014 Waru-Taman Provinsi 5. 017 Sidoarjo-Gempol Provinsi 6. 018.2 Bangil-Pasuruan Nasional 7. 019.1 Pasuruan-Probolinggo Nasional 8. 027 Pandaan-Purwosari Nasional 9. 028 Purwosari-Purwodadi Nasional 10. 029.2 Bts. Kab. Pasuruan-Karanglo Nasional 11. 043.11K Jl. Raya Gresik Nasional

(2)

A-22

ISBN : 978-979-18342-3-0

Berikut akan diperlihatkan sistem jaringan jalan di

Provisi Jawa Timur di gambar 1.

Gambar 1 : Jaringan Jalan Di Provinsi Jawa Timur

II. METODE

Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survai dengan melakukan segala identifikasi permasalahan yang ada di lapangan.

Pelaksanaan survai lapangan dilakukan pada daerah-daerah yang ditengarai rawan kemacetan, seperti pada tabel 1, dimana kemacetan terjadi berulang kali dan hampir terjadi setiap hari pada daerah yang sama terutama pada pusat-pusat kegiatan aktivitas masyarakat, seperti pasar, perlintasan kereta api dan pusat-pusat hiburan yang berada disepanjang jalan nasional dan propinsi. Pelaksanaan survai pada daerah rawan kemacetan dilakukan setelah persiapan dikantor telah lengkap, baik sistem kerja, jadwal, peralatan survai, kendaraan maupun personil berdasarkan uji coba survai lapangan yang telah dievaluasi dengan baik.

Untuk pelaksanaan survai lapangan, anggota telah dibekali pedoman pelaksanaan dan format kerja standar yang akan dipakai survai sampai pelaksanaan analisa data.

Langkah awal dalam mendapatkan data sekunder dari pihak Kepolisian Direktorat lalu lintas mengenai daerah rawan kemacetan. Kemudian mencari data yang relevan dan sesuai dengan penelusuran awal ini, kemudian ditetapkan untuk diadakan survey dilapangan.

Kapolres yang dihubungi pada wilayah Jawa Timur, adalah :

Langkah selanjutnya adalah mencari informasi ke lapangan mengenai hari-hari dan waktu-waktu (jam), kepadatan lalu lintas kendaraan tertinggi maupun yang macet.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Langkah dalam mencari informasi maupun mengetahui suatu lokasi rawan kemacetan terutama pada hari dan jam kepadatan lalu lintas kendaraan tertinggi, adalah dengan melakukan counting pada jam-jam tersibuk.

Analisa kerawanan pada lokasi ruas jalan dimaksud akan menghasilkan nilai kejenuhan terhadap kapasitas ruas jalan yang disurvey, yang berarti terjadi timukemacetan, terakhir adalah usulan dan rekomendasi penanganannya, apabila sudah lewat jenuh, berikut analisa kemacetan pada beberapa ruas jalan nasional dan provinsi dibawah ini :

Nama Polres Nama Polres

Polres Sidoarjno Polres Nganjuk Polres Mojokerto Polres Kediri Polres Jombang Polres Malang Polres Situbondo Polres Lumajang Polres Jember Polres Probolinggo Polres Banyuwangi Polres Pasuruan Polres Sampang Polres Bojonegoro Polres Pamekasawin Polres Pacitan Polres Sumenep Polres Ponorogo

Polres Gresik Polres Madiun

Polres Lamongan Polres Tulungagung Polres Tuban Polres Trenggalek Polres Magetan Polres Trenggalek Polres Ngawi Polres Blitar Tabel 2 : Nama Polres Di Jawa Timur

(3)

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011

A-23

Identifikasi permasalahan di lapangan dalam

menganalisa daerah rawan kemacetan di Jawa Timur terbagi menjadi 4 jalur utama penelitian, yaitu: jalur Utara, jalur Selatan, jalur Barat, jalur Timur.

Pada jalur Utara kemacetan terjadi pada ruas jalan Duduk Sampean, arah Surabaya Gresik dengan nilai derajat kejenuhan sebesar 1,3052 yang berarti “lewat jenuh”

Pada jalur Barat di depan Pabrik kertas Tjiwi Kimia km 42 dari Surabaya memiliki nilai derajat kejenuhan sebesar 1,52. Ruas jalan Mojoagung memiliki nilai derajat kejenuhan sebesar 1,160. Pada ruas jalan Taman-Krian memiliki nilai derajat kejenuhan sebesar 1,38. Ruas jalan Nganjuk-Caruban memiliki nilai derajat kejenuhan sebesar 0,57 9belum jenuh).

Pada jalur Selatan terjadi kemacetan di ruas jalandepan Pabrik Paku memiliki nilai derajat kejenuhan sebesar 1,55 dan pintu gerbang II Terminal Bungurasih memiliki nilai derajat kejenuhan sebesar 1,44. Kemacetan juga terjadi pada ruas jalan Purwosari-Purwodadi memiliki nilai derajat kejenuhan dari Surabaya sebesar 1,29 dan 1,13 nilai derajat kejenuhan ke arah Surabaya. Ruas Selain itu kemacetan juga terjadi pada batas Pasuruan-Karanglo dengan nilai derajat kejenuhan sebesar 1,32 dari Surabaya dan 1,59 nilai derajat kejenuhan ke arah Surabaya.

Pada jalur Timur terjadi kemacetan pada ruas jalan Gondanglegi, Beji, jalur Surabaya-Bangil-Pasuruan dengn nilai derajat kejenuhan sebesar 1,15. Pada ruas jalan Pasuruan-Probolinggo memiliki nilai derajat kejenuhan sebesar 1,76.

Berdasarkan hasil analisa data lapangan diatas, maka dapat diketahui bahwa pergerakan lalu lintas khususnya pada ruas jalan nasional dan provinsi Jawa Timur memiliki derajat kejenuhan diatas nilai “1”, yang berarti arus sudah tidak stabil, tundaan, dan panjang antrian yang cukup panjang.

Ruas jalan nasional dan provinsi yang teridentifikasi sebagai daerah rawan kemacetan disebabkan karena sebagian besar pemanfaatan tata guna lahan merupakan daerah strategis dan komersial.

Berikut akan dijelaskan lebih detail lagi penjelasan mengenai tat guna lahan di tiap-tiap jalur penelitian pada tabel 4.

No Daftar Daerah Rawan

Kemacetan Lintas

1 Waru Taman Sidoarjo Surabaya – Mojokerto 55 Km 2 Bts. Kab. Mojokerto – Jombang Mojokerto – Jombang 25 Km 3 Bts. Kab. Nganjuk – Caruban Nganjuk – Caruban 29 Km

4 Kepanjen-Bts Kab.Blitar Kepanjen – Blitar 59 Km

5 Sidoarjo – Gempol Sidoarjo – Gempol 37 km

6 Pasuruan–Bangil Pasuruan – Bangil 14 Km 7 Pasuruan–Probolinggo Pasuruan – Probolinggo

38 Km

8 Ketapang–Banyuwangi Ketapang – Banyuwangi 12 Km

9 B.Wangi – Rogo jampi B.Wangi–Rogo jampi 8 Km

10 Surabaya - Bts. Gresik Surabaya–Gresik 15 km 11 Bts. Surabaya - Gresik Surabaya–Gresik 15 km 12 Gresik – Bts. Lamongan Gresik-Lamongan 28 km 13 Bts. Gresik –Lamongan Gresik-Lamongan 28 km 14 Lamongan – Babat Lamongan– Babat 28 km 15 Bts. Tuban – Lamongan

(Pantura)

Tuban–Paciran 44 km

Ruas / Lintas Titik lokasi Anatomi Lokasi

Gresik - Lamongan

Pasar Duduk Sampean

1. pemukiman padat 2. daerah lingkungan pasar 3. simpang empat tidak

simetris

4. tidak ada traffic light 5. tidak ada Zebra Cros

Tabel 3 : Lintas Daerah Rawan Kemacetan

(4)

A-24

ISBN : 978-979-18342-3-0

Tabel. 5 : Tata Guna Lahan Di Jalur Selatan Ruas /

Lintas Titik lokasi Anatomi Lokasi

Waru - Taman (014) • Jl. Raya Bundaran Waru • Pertigaan Medaeng • Pertigaan Ispatindo • Pertigaan Taman Sepanjang

1.Merupakan pintu masuk utama jalur barat dan selatan menuju pusat kota Surabaya. 2.Terdapat perkantoran dan

pusat pertokoan 3.Arus lalu lintas padat 1.Lebar jalan utama 9.50 m

Lebar jalan cabang/ kampung 5.50 m

2.Terdapat pemberhentian angkutan (terminal Siluman) 3.Terdapat PKL pada sisi arah

krian

4.Permukiman padat 1.Tidak ada Zebra Cross 2.Keluar - masuk kendaraan

pabrik dan gudang 3.Rambu rusak berat

4.Ada Traffic - Light tetapi tidak berfungsi

5.Pemukiman padat, Gudang dan Pabrik Taman – Krian (013) • Pertigaan Kletek • Depan Pasar Krian Km. Sby. 30 + 000

1.Tidak ada Zebra Cross 2.Banyak penyebrang jalan 3.Tidak ada Traffic - Light 4.Rambu rusak berat 1.Jalan Utama Lintas kota

Surabaya - Mojokerto (tidak melelui By pass)

2.Lokasi pasar dan pertokoan 3.Terdapat Pemberhentian Bus/

MPU

4.Terdapat pangkalan Becak dpn Pasar dan persimpangan jalan

5.Banyak pejalan kaki dan penyeberang jalan Krian – Mojokerto (012) • Depan Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Km. Sby. 42+000 • Jl. Raya By Pass Mojokerto Km. Sby. 54+000 1.Aktifitas karyawan pabrik (keluar - masuk) jam kerja

2.Banyak kendaraan umum menunggu dan menaik turunkan penumpang

1.Jalan arteri utama Surabaya – madiun 2.Dekat terminal Bus /

MPU.

3.Simpang empat dan bahu jalan sempit

4.Jalur utama/ terdekat menuju Jombang - Gempol – Pasuruan 5.Banyak penjual asongan

pada Trafic light Mojokerto – Jombang (0092) • Jl. Raya Trowulan Km. Sby. 61+250 • Jl. Raya Mojoagung (Jl. Veteran Ds Mojo Trisno) Jombang Km. Sby. 65+200 • Jl. Raya Peterongan

1.Sumber kemacetan pada Mojoagung

2.Lebar jalan utama 7.3 m, Lebar jalan cabang 4.40 m.

3.Arus lalu lintas padat dan banyak aktifitas penyeberang jalan. 4.Tidak ada Marka,

Rambu, zebra cros 5.Lampu penerangan

Kurang

1.Terdapat terminal MPU sisi utara jalan utama 2.Terdapat shelter bus dua

sisi tepi jalan

3.Lingkungan pasar dan terminal MPU

4.Tidak ada marka, rambu, dan zebra cross

5.Penyempitan jembatan arah barat

1.Kondisi jalan yang menyempit dan kurang baik terutama pada perlintasan Kereta Api 2.Banyak penyeberang jalan Nganjuk-Caruban (0062) • Tanjakan Nampu Km. Sby. 132 • Tanjakan Widas Km. Sby. 134 • Tanjakan Pugruk Km. Sby. 141

1.Jalan nasional Surabaya – Madiun

2.Tanjakan dan tikungan tajam

3.Terdapat perlintasan KA 4.Bahu jalan sempit 5.Rawan kemacetan &

kecelakaan

(5)

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011

A-25

Ruas /

Lintas Titik lokasi Anatomi Lokasi

Waru – Sidoarjo (016) • Depan pabrik Paku • Aloha • Simpang empat Gedangan

1.Jalur lintas penghubung ke pusat

2.Terdapat Simpang tiga menuju pabrik Paku Waru dan Perum Rewin yang padat lalulintas menyilang sebidang dengan Jalur KA. 3.Antrian MPU tepi jalan

menaik turunkan penumpang

1.Jalur lintas penghubung Surabaya-Sidoarjo dan ke Bandara Juanda 2.Aktivitas penyeberang

padat oleh karyawan pabrik Maspion. 3.Daerah industri

1.Aktivitas penyeberang padat oleh karyawan komplek industri 2.Terdapat persilangan

sebidang dengan rel KA Surabaya-Malang di perempatan Jl. Ry Gedangan.

3.Terdapat Stasiun dan terminal MPU

4.Komplek pertokoan dan pemukiman padat penduduk

5.Terdapat trafic light namun untuk belok menuju kiri - kanan dari Sby - Sda tidak ikut diatur Trafic light.

Sidoarjo – Gempol (017) • Jl. Gajah Mada (pusat kota Sidoarjo) Km. Sby. 20+000 • Exit tol porong - Jembatan Pusdik Porong – lepas Jembatan

1.Arus lalu lintas padat antar kota dan lokal 2.Daerah pertokoan &

perbelanjaan

3.PKL menggunakan badan jalan

4.Sisi timur untuk parkir kendaraan sehingga lebar efektif jalan kurang 5.Penyeberang jalan

disembarang tempat 6.Tidak ada trafic light

1.Antrian kendaraan keluar masuk Tol Porong 2.Bencana lumpur Lapindo

Porong

3.Kawasan pasar dan terminal

Porong 1+100 km

• Simpang tiga Japanan

4.Aktifitas simpang tiga keluar-masuk jalur Gempol-Pasuruan menuju Gempol-Malang 5.tidak ada Trafic light 1.Kemacetan antrian

kendaraan berat akibat bencana Lumpur lapindo 2.Jalur alternatif dari

Malang dan pasuruan menuju Mojokerto lewat simpang tiga Japanan. 3.Arus lalu lintas padat

antar kota dan lokal Bts Kab Pasuruan – Karanglo (029) • Depan pasar lawang Km. Sby. 70+000

1.Daerah pasar & perbelanjaan

2.MPU / Bis menaik turunkan penumpang depan pasar

3.Merupakan daerah tanjakan

Tabel 6 : Tata Guna Lahan Di Jalur Timur Ruas /

Lintas Titik lokasi Anatomi Lokasi

Bangil – Pasuruan (018.1) • Jl. Raya Beji Ds. Gondang legi Km. Sby 37+000 - 38+000 • Depan pasar Bangil Km. Sby 47+000 - 50+000 • Batas kota Bangil km. Sby 53+000 1.Lingkungan pasar, puskesmas, Sekolahan, dan Pabrik

2.jalan keluar - masuk Trailer

3.Terdapat jembatan menyempit

1.Lingkungan pasar, Ruko, Sekolah dan perkantoran

2.Jalan persimpangan dan trafic light mati 3.Aktifitas penyebrang

jalan

4.jalan Gelombang dan menyempit

1.Perlintasan KA, dan tanjakan, tikungan 2.sering terjadi

pelanggaran lalu lintas terutama pada kendaraan Umum/ Bus menerobos palang pintu perlintasan.

(6)

A-26

ISBN : 978-979-18342-3-0

Pasuruan – probolinggo (019.1) • Simpang tiga Kraton Km. Sby. 64+000 • Depan Pasar Ngopak

1. Trafic light mati, marka, rambu kurang 2. Aktifitas pasar kerajinan kraton 3. Tidak terdapat Shelter Bus/MPU. 1. Aktifitas pasar Tradisional 2. Simpang tiga kedawung 3. jalan menyempit, pangkalan becak dan parkir pinggir jalan

4. Tidak ada Zebra Cross dan Trafic light. Ketapang – Banyuwangi (025) • Jl.Ry. Ketapang Km. Sby 280 + 000 - 280 + 700 1. Aktifitas penyeberangan lalu lintas Ketapang-Gilimanuk 2. lalu lintas padat

saat Liburan Banyuwangi – Rogojampi (134) • Km. Sby 287+100 - 287+500

1. Daerah pusat kota Banyuwangi 2. Lokasi pasar dan

pertokoan

3. Aktifitas lalu lintas padat

4. Terdapat pangkalan Becak dan parkir

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil survai lapangan dan analisa data di daerah rawan kemacetan dapat disimpulkan dalam 3 (tiga) kategori,yaitu: 1.) pendapat pengguna jalan tentang keberadaan simpang empat bersinyal Juanda yag terintegrasi dengan by pass Juanda dan keberadaan tol tengah Waru-Juanda; 2).nilai derajat kejenuhan dari masing-masing jalur utama penelitian; 3). identifikasi secara detail tentang tata guna lahan pada tiap-tiap jalur rawan kemacetan.

Pendapat dari pengguna jalan tentang keberadaan simpang dan tol tengah,banyak mengatakan bahwa pembukaan alternatif tersebut sangat membantu pergerakan lalu lintas masyarakat dalam menuju Bandara Juanda.

Nilai derajat kejenuhan sebagian besar di masing-masing ruas jalan memiliki nilai lebih dari 1 (satu),dimana kemacetan yang terjadi memiliki tundaan waktu dan panjang antrian yang sangat panjang dan lama.

Identifikasi daerah rawan kemacetan jika dilihat dari pemanfaatan tata guna lahan/ anatomi lokasi dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar titik rawan kemacetan memiliki tingkat aktifitas lalu lintas yang cukup tinggi didukung dengan adanya lokasi rawan kemacetan yang sangat strategis dan komersial.

SARAN

Pada titik-titik rawan kemacetan, sebaiknya dilakukan perencanaan pembukaan jalur alternatif di tiap-tiap jalur utama.

DAFTAR PUSTAKA

[1]Stoer, J and Bulirsch. 1980. Introduction to Numerical Analysis. New York: Springer Verlag. [2]Kirkpatrick, S. 1984. Optimazion Simulated

Annealing. Journal of Statistical Physics Vol. 34. [3]Morlok, Edward K (1985), Pengantar Teknik dan

Perencanaan Transportasi, Penerbit Erlangga, Jakarta

[4]Abubakar, Iskandar dkk. 1996. Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang Tertib. Jakarta: Dephubdat.

[5]Mahoney, John H. 2000. Intermodal Freight Transportation. New Jersey: Prentice Hall.

[6]Warpani, Suwardjoko P. 2002. Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Gambar

Tabel 1 : Daftar Identifikasi Daerah Rawan  Kemacetan
Gambar 1 : Jaringan Jalan Di Provinsi  Jawa Timur
Tabel 4 : Tata Guna Lahan Di Jalur Utara
Tabel 5 : Tata Guna Lahan Di Jalur Barat
+2

Referensi

Dokumen terkait

Doechan, Tafsir Soerat Al-Kahfi, Jasin Waqiah, Tidjanul Gilman, dan dengan tiga karya agungnya dalam bidang tafsir al-Qur’an, yakni: yang pertama adalah Malja al-Thalibin

Proporsi komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali,

Tipe lapisan beraspal yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi jalan yang akan ditingkatkan, yaitu sesuai dengan lalu lintas rencana serta kecepatan

Berdasarkan uraian di atas kesimpulan yang dapat ditarik adalah kesalahan penetapan sasaran Program Raskin terjadi karena beberapa faktor yang terkait satu dengan yang lain, yaitu:

Berdasarkan hasil analisis data seperti yang disajikan pada Gambar 2.1 diatas, terlihat bahwa koofisien gamma untuk semua indicator tersebut masing-masing bernilai 0.75 yang

Hasil pengujian pada tabel 5 menunjukkan bahwa besarnya adjusted R square adalah 0,126 hal ini berarti Pengungkapan Sukarela hanya mampu dijelaskan 12,60% oleh

Secara umum efektivitas sekolah mencakup tujuh dimensi yaitu: (1) Tujuan dinyatakan dengan jelas, (2) Kepemimpinan pendidikan yang kuat, (3) Ekspektasi

Pengolahan data yang akan digunakan adalah (1) Tentang kemampuan kosakata aktif- produktif pada siswa kelas V sekolah dasar Negeri 10 Kecamatan Matan Hilir