• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh: Lion Saiful Mukminin NIM:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Oleh: Lion Saiful Mukminin NIM:"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH AUDIT OPERASIONAL TERHADAP KINERJA NON KEUANGAN DENGAN AUDIT ATAS PERSEDIAAN SEBAGAI

VARIABEL INTERVENING

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Tangerang)

Oleh:

Lion Saiful Mukminin

NIM: 105082002761

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

PENGARUH AUDIT OPERASIONAL TERHADAP KINERJA NON KEUANGAN DENGAN AUDIT ATAS PERSEDIAAN SEBAGAI

VARIABEL INTERVENING

(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI TANGERANG)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat

Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Lion Saiful Mukminin NIM : 105082002761

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 19570617 198503 1 002

Pembimbing II

Rini, SE, AK, M.Si NIP. 19760315 200501 2 002

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

Hari ini Jum’at Tanggal 29 Januari Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan ujian komprehensif atas nama Lion Saiful Mukminin NIM : 105082002761 dengan judul ”PENGARUH AUDIT OPERASIONAL TERHADAP KINERJA NON

KEUANGAN DENGAN AUDIT ATAS PERSEDIAAN SEBAGAI

VARIABEL INTERVENING” (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Di

Tangerang) Memperhatikan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 29 januari 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Rahmawati, SE, MM Reskino, SE, Ak, M.Si

Ketua Sekretaris

Drs. Arif Bintoro D, MBM, Ak Penguji Ahli

(4)

Hari ini Rabu Tanggal 17 Bulan Maret Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Lion Saiful Mukminin NIM: 105082002761 dengan judul Skripsi “Pengaruh Audit Operasional Terhadap Kinerja Non Keuangan

Dengan Audit Atas Persediaan Sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Tangerang)”. Memperhatikan penampilan

mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 Maret 2010

Tim Penguji Skripsi

Prof. Dr.Abdul Hamid, MS Rini, SE., Ak., M.Si.

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Azzam Jassin, MBA Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Lion Saiful Mukminin

2. Tempat & Tanggal Lahir : Lamongan, 03 November 1986

3. Alamat : Villa Tangerang Elok Blok

E2/12,

Kutajaya, Pasar Kemis, Tangerang

4. Telepon : 085711176074

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 08 Lamongan 1994 – 1999

2. SMP Muhammadiyah 04 Lamongan 1999 – 2002

3. SMU Agape BKKK Tangerang 2002 – 2005

4. Strata 1 Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi 2005 – 2010 III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Staff Devisi Kesorga BEM FEIS 2006 - 2007

2. Kord. Keamanan Propesa 2006 2006

3. Kord. Acara Propesa 2007 2007

4. Kord.Lab.Musik RIAK 2007 - 2008

5. Jenlap Outdoor Progeni 8 RIAK 2009

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Marhaban Mashur

2. Ibu : Maesaroh

3. Alamat : Villa Tangerang Elok Blok E2/12, Kutajaya, Pasar Kemis, Tangerang

4. Telepon : 085711176074 5. Anak ke dari : 3 dari 3 bersaudara

(6)

ABSTRACT

The objective of this research aim to determine the influence of the performence audit to performance non-financial directly or through an audit of inventory, and also to determine simultaneously the influence of the performance audit and audit of inventory to performance non-financial.Object in this research are firms manufactur in Tangerang. This research is using three variable, which is performance non-financial as the dependent variable, the audit of inventory as intervening variable and the performance audit as an independent variable.

The number of samples submitted are 100 questionnaires to 17 firms manufactur in Tangerang, but only 70 questionnaires from 13 companies has been returned that can be processed. The methods of sampling is using purposive sampling/judgement sampling, while the method of data analysis is using the methods of analysis multiple regression.

The results of this research indicate that the performance audit in partial way, not causing some effect to the performance of non-financial, while the audit of inventory cause some effect to the performance of non-financial. And according to the result of research with using F Test symultant shows that the performance audit and the audit of inventory have symultantly affected toward to the non- financial performance

(7)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh audit operasional terhadap kinerja non keuangan secara langsung maupun melalui audit atas persediaan, dan juga untuk mengetahui secara simultan pengaruh audit operasional dan audit atas persediaan terhadap kinerja non keuangan. Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di Tangerang. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja non keuangan sebagai variabel dependen, audit atas persediaan sebagai variabel intervening dan audit operasional sebagai variabel independen.

Jumlah sampel yang dikirimkan adalah 100 kuesioner kepada 17 perusahaan manufaktur di Tangerang, sedangkan yang kembali dan dapat diolah sebanyak 70 kuesioner dari 13 perusahaan. Metode pengambilan sampel menggunakan metode

purposive sampling/judgement sampling, sedangkan metode analisis data

menggunakan metode analisis regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa audit operasional secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja non keuangan, sedangkan melalui audit atas persediaan berpengaruh terhadap kinerja non keuangan. Dan menurut hasil penelitian yang diperoleh dalam Uji F (simultan), audit operasional dan audit atas persediaan berpengaruh secara simultan terhadap kinerja non keuangan.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah mengkaruniakan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

Pengaruh Audit Operasional Terhadap Kinerja Non Keuangan Dengan Audit atas Persediaan Sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada

Perusahaan Manufaktur di Tangerang).

Penyusuanan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat - syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa syukur atas rahmat dan karunia Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini serta tak lupa penulis menghaturkan terima kasih kepada:

1. Keluargaku, Ayah dan Mama atas setiap helaan kasih sayangnya, semua perhatian dan dukungannya, kedua kakakku Mbak Indah dan Masdulloh, serta kedua keponakanku Nizar Zukhruf Haqillah dan Adib Roshan Albasyari, kalian penghibur sekaligus penyemangatku.

2. Bpk Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan dan pembimbing I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta. Yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan dan bimbingan.

3. Ibu Rini, SE., Ak., MSi selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan dengan bersedia meluangkan waktunya.

4. Bpk Afif Sulfa., SE., Ak., MSi selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta. 5. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., Msi selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta. 6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah

mencurahkan dan mengamalkan ilmunya, serta Karyawan Universitas Islam Negeri yang telah memberikan bantunnya kepada penulis.

(9)

7. Nurul Fitriani, makasi atas semua dorongan dan motivasinya, tetep semangat yah neng...Saranghyeoo.

8. Teman–teman terbaikku, Iskandar Baha, Rika Amalia, Iin Maryunani, Azharul Fikri ”aphiek”, Nugrahaeni ”ai”, Oktaviani ”opi”, Ryan , Fandi, Andrew gondrong dan Irfan. Thanks banget brader2 n sista2 tetep semangat.

9. Kosan Green Castle, Marcos, Uyet (special Thanks wat komputernya), Z’onk, Gatsu, Jodi, Ambon, Chiekal, Fikrom, Ibenk, Olan, dan Habieb Nouva.

10. Brader-brader Dakosta, Beser, Buchenk, Amung, Linglung, Q-bleh (master of black and white Magic), Ancha, Adi faqdhi, Syarif, Samsoel, dan semuanya yang tak terabsen hehe.

11. Teman sepaerjuangan, Tajir, reza, Uti, Ara, Romi, Opung, Ribut, Polo,Ucup Tile, dan Penjol.thanks sob!!

12. KMM RIAK : Bang Ahmed, Bang Igo, Bang Ochiem, Bang Cmol, Progeni 7 Irek, Rvan, kahfi,Erza, Iip jablay, Paul”Angga”, Ncek, Heru, Evi, Zaura, Chaca superstar, teman2 Deras, Fortuna band dan Blueshine, abang2 The Red Molotov dan The Needles, dan semua teman-teman progeni 8.

13. Seluruh teman2 akuntansi E 2005 dan temen2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta teman seperjuangan yang tak bisa disebut satu persatu. Matur suwun sanget geh cah-cah.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Dengan segala Kerendahan hati penulis memohon maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan penulis dan bermanfaat bagi semua.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Jakarta, 10 Maret 2010

Lion Saiful Mukminin 105082002761

(10)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi ... i

Lembar Pengesahaan Uji Komprehensif ... ii

Lembar Pengesahan Uji Skripsi ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Abstract ... v

Abstrak ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi... ix

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar... xvi

Daftar Lampiran ... xvii

Bab I: Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

Bab II: Tinjauan Pustaka ... 8

A. Audit ... 8

1. Pengertian Audit ... 8

2. Jenis-jenis Audit... 10

B. Audit Operasional ... 12

1. Pengertian Audit Operasional ... 12

2. Jenis-jenis Audit Operasional ... 14

3. Tahapan Audit Operasional ... 15

4. Tujuan Audit Operasional ... 19

C. Audit Atas persediaan ... 20

(11)

2. Jenis-jenis Persediaan ... 21

3. Metode Pencatatan Persediaan ... 22

4. Metode Penilaian Persediaan ... 23

5. Prosedur Audit atas Persediaan ... 24

D. Kinerja Non Keuangan ... 26

1. Pengertian Kinerja ... 26

2. Balance Scorecard ... 27

E. Penelitian Terdahulu ... 31

F. Kerangka Pemikiran ... 33

G. Hipotesis ... 34

Bab III: Metodologi Penelitian ... 35

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 35

B. Metode Penentuan sampel ... 35

C. Metode Pengambilan Data ... 36

D. Teknik Analisa Data ... 37

1. Statistik Diskriptif ... 37

2. Uji Kualitas Data ... 37

3. Uji Asumsi Klasik ... 38

a. Uji Multikolineritas ... 38

b. Uji Heterokedastisitas ... 39

c. Uji Normalitas ... 40

4. Uji Hipotesis ... 40

a. Uji Adjusted R (Koefisien Determinasi) ... 40

b. Uji Statistik F ... 41

c. Uji Statistik t ... 41

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 43

Bab IV: Penemuan dan Pembahasan ... 49

A. Sekilas Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 49

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

(12)

3. Profil Responden ... 51

B. Penemuan ... 54

1. Statistik Deskriptif ... 54

2. Uji Kualitas data ... 55

a. Uji Reliabilitas ... 55

b. Uji Validitas ... 56

3. Pengujian Asumsi Klasik ... 58

a. Uji Multikolinieritas ... 59

b. Uji Heterokedastisitas ... 59

c. Uji Normalitas ... 60

4. Uji Hipotesis ... 62

a. Uji Koefisien Determinasi ... 62

b. Uji Statistik F ... 63

c. Uji Statistik t ... 65

Bab V: Kesimpulan dan Implikasi ... 69

A. Kesimpulan ... 69 B. Implikasi ... 70 C. Keterbatasan ... 70 D. Saran... 71 Daftar Pustaka ... 72 Lampiran – Lampiran ... 74

(13)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

3.1 Operasional Variabel Penelitian ... 47

4.1 Daftar Nama Perusahaan Manufaktur ... 49

4.2 Distribusi Kuesioner Penelitian ... 50

4.3 Data Statistik Responden ... 52

4.4 Statistik Deskriptif ... 54

4.5-1 Uji Reliabilitas Audit Operasional ... 55

4.5-2 Uji Reliabilitas Audit Atas Persediaan ... 55

4.5-3 Uji Reliabilitas Kinerja Non Keuangan ... 56

4.6-1 Uji Validitas Audit Operasional ... 57

4.6-2 Uji Validitas Audit Atas Persediaan... 57

4.6-3 Uji Validitas Kinerja Non Keuangan ... 58

4.7 Uji Multikolineritas ... 59

4.8 Uji Koefisian Determinasi ... 62

4.9 Uji Statistik F ... 64

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 33

3.1 Hubungan Struktural X1, X2 Dan Y ... 42

4.1 Persentase Pengembalian Kuesioner ... 51

4.2 Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52

4.3 Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Usia ... 53

4.4 Persentase Jumlah Responden Berdasarkan PendidikanTerakhir ... 53

4.5 Scatterplot ... 60

4.6 Normal Plot ... 61

4.7 Grafik Histogram ... 62

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semakin berkembangnya suatu perusahaan menuntut pula perkembangan di bidang pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan tidak hanya pemeriksaan keuangan saja tetapi juga pemeriksaan yang menekankan penilaian sistematis dan objektif serta berorientasi pada tujuan untuk memperoleh keyakinan tentang keefektifan dan memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang diperiksa. Pimpinan perusahaan memerlukan audit operasional yang menyajikan informasi mengenai aktivitas operasional perusahaan dan tidak terbatas pada informasi keuangan dan akuntansi saja. Suatu organisasi yang dikendalikan dengan efektif terletak pada sikap manajemen. Manajemen adalah pihak yang mengelola serta mengendalikan perusahaan.

Audit operasional merupakan evaluasi atas berbagai kegiatan operasional perusahaan sedangkan sasarannya adalah untuk menilai apakah pelaksanaan kegiatan operasional telah dilaksanakan secara ekonomis, efektif dan efisien. Apabila belum dilaksanakan seperti seharusnya, maka auditor akan memberikan rekomendasi atau saran agar pada masa yang akan datang menjadi lebih baik, yakni dapat memperbaiki kinerja serta pengendalian intern dan meningkatkan efisiensi operasional perusahaan.

Salah satu faktor dilakukannya audit operasional adalah untuk menilai efektifitas, efisiensi dan keekonomisan dalam operasional dan pengendalian

(16)

intern perusahaan. Pengendalian intern berperan untuk melindungi kekayaan perusahaan dan menjamin kecermatan serta keandalan laporan keuangan. Pengendalian intern pada perusahaan yang diaudit, besar sekali pengaruhnya atas kelayakan pelaporan laporan keuangan yang disajikan, sehingga dengan adanya pengendalian tersebut akan tercipta suatu alat yang cocok untuk mengorganisir atau menyusun, mengumpulkan dan mengikhtisarkan keterangan-keterangan yang menyangkut seluruh transaksi perusahaan.

Menurut Pratolo (2007) tentang good corporate governance dan kinerja BUMN di Indonesia: aspek audit operasional dan pengendalian intern sebagai variabel eksogen serta tinjauannya pada jenis perusahaan. Hasilnya, pertama, audit manajemen dan pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap

good corporate governance baik secara parsial maupun simultan. Kedua, audit

manajemen, pengendalian intern dan good corporate governance berpengaruh terhadap kinerja perusahaan baik secara parsial maupun simultan. Ketiga, audit manajemen berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja perusahaan melalui penerapan prinsip-prinsip good corporate governance, dan juga pengendalian intern berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja perusahaan melalui prinsip-prinsip good corporate governance.

Dalam penelitian Iriyadi (2004) tentang evaluasi pemeriksaan operasional dalam meningkatkan efektifitas pengendalian intern penjualan. Hasilnya menunjukkan bahwa dengan adanya pemeriksaan operasional, pengendalian intern penjualan dapat berjalan secara efektif.

(17)

Dalam perusahaan manufaktur persediaan merupakan akun yang sangat materiil dan mempunyai risiko bawaan yang tinggi, yang menyebabkan perusahaan memprioritaskan atau memperluas struktur pengendalian intern siklus produksi dan persediaan untuk mencegah dan mendeteksi salah saji. Hal ini secara signifikan mengurangi risiko pengendalian keberadaan dan keterjadian, kelengkapan, penilaian dan pengalokasian yang berkaitan dengan transaksi dan rekening siklus produksi dan persediaan.

Setiap perusahaan dalam melaksanakan kegiatan pemasaran tidak terlepas akan kebutuhan akan barang-barang dagangan yang menjadi faktor utama dalam menunjang jalannya aktivitas pemasaran perusahaan. Dengan terpenuhinya akan barang tepat pada waktunya, maka kegiatan suatu perusahaan akan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tanpa adanya persediaan barang dagangan, perusahaan akan menghadapi risiko dimana pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan dari para pelanggannya. Oleh sebab itu, audit operasional atas persediaan barang sangat diperlukan untuk mengurangi risiko terjadinya selisih, kehilangan, mengantisipasi kemungkinan terjadinya kecurangan dan memastikan bahwa prosedur telah dilakukan dengan baik sehingga kemudian dapat dibuatlah suatu usulan perbaikan.

Beberapa peneliti diantaranya Hambaly (2002) dalam Setiyawan (2007) telah melakukan penelitian tentang audit operasional atas pengelolaan persediaan. Hasilnya menunjukkan bahwa audit operasional baik secara

(18)

simultan maupun secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan persediaan.

Hal demikian tidak berbeda jauh dengan yang diutarakan Hakim (2003) yang meneliti tentang peranan sistem serta prosedur pencatatan persediaan barang pada perusahaan dalam pelaksanaan pengendalian intern. Hasilnya menunjukkan bahwa sistem dan prosedur pencatatan persediaan sangat berpengaruh dalam pelaksanaan pengendalian intern.

Penelitian diatas juga diperkuat dengan hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh Mudricah (2005) tentang sistem akuntansi persediaan bahan baku pada PT Sinar Lendoh Terang Ambarawa, hasil dari penelitian ini menyatakan sistem akuntansi persediaan pada perusahaan tersebut sudah cukup baik. Penelitian ini menunjukkan pentingnya suatu sistem akuntansi persediaan, khususnya persediaan bahan baku dalam perusahaan manufaktur

Hal serupa pernah diteliti oleh Hendarty tentang audit sistem informasi persediaan, Hasil yang dicapai dari proses audit berfokus pada kelemahan- kelemahan yang ada pada sistem dimana kelemahan-kelemahan tersebut disajikan dalam bentuk matriks risiko dan pengendalian yang terdiri dari temuan masalah, potensi risiko (Impact dan Likelihood), keandalan pengendalian yang ada (Design dan Effectiveness).

Peneliti yang lain diantaranya Setiyawan (2007) yang meneliti tentang pengaruh sistem pengendalian internal, pengelolaan persediaan terhadap audit operasional. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sistem pengendalian internal tidak berpengaruh terhadap audit operasional, sedangkan pengelolaan

(19)

persediaan berpengaruh terhadap audit operasional, dan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel sistem pengendalian intern dan pengelolaan persediaan mampu menjelaskan atau mempengaruhi audit operasional sebesar 65%, sedangkan sisanya dijelaskan variabel lainnya.

Selain itu pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor dimana dapat dilakukan pengevaluasian. Tujuan penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personel mencapai sasaran organisasi dan mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi.

Pada umumnya pengukuran kinerja organisasi perusahaan hanya ditekankan pada sudut pandang keuangan, hal ini menghilangkan sudut pandang lain yaitu pengukuran kinerja non keuangan. Pengukuran kinerja non keuangan dipercaya bisa digunakan untuk melengkapi figur pengukuran kinerja keuangan jangka pendek dan sebagai indikator kinerja jangka panjang. Kinerja non keuangan didesain untuk menilai seberapa baik aktivitas yang berhasil dicapai dan dipusatkan pada tiga dimensi utama yaitu efisiensi, kualitas dan waktu.

Melihat fenomena tersebut peneliti dapat menyimpulkan, pertama, audit operasional merupakan suatu tinjauan terhadap setiap bagian secara prosedur dan metode organisasi dengan tujuan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan keekonomisan suatu prosedur atau kegiatan suatu organisasi/perusahaan, selain itu pengendalian intern merupakan sistem dan prosedur secara otomatis dapat saling memeriksa pencatatan akuntansi yang dilakukan oleh suatu bagian atau

(20)

fungsi lainnya didalam suatu organisasi/perusahaan. Kedua, persediaan merupakan salah satu unsur umum yang memegang peranan penting dalam operasi suatu perusahaan, yang secara kontinyu diperoleh atau diproduksi, oleh karena itu sangat penting dalam, oleh karena itu sangat penting dalam perlakuan persediaan termasuk dalam pemeriksaan/audit mendalam mengenai persediaan tersebut. Ketiga, kinerja non keuangan yakni didesain untuk menilai seberapa baik aktivitas yang berhasil dicapai dan dipusatkan pada tiga dimensi utama yaitu efisiensi, kualitas dan waktu, termasuk didalamnya mengenai kinerja manajemen perusahaan itu sendiri.

Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk mengambil judul “Pengaruh

Audit Operasional Terhadap Kinerja Non Keuangan Dengan Audit atas Persediaan Sebagai Variabel Intervening”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara audit operasional terhadap kinerja non keuangan?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara audit operasional terhadap kinerja non keuangan melaui audit atas persediaan?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara audit operasional dan audit atas persediaan terhadap kinerja non kauangan secara simultan.

(21)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pengaruh audit operasional terhadap kinerja non keuangan.

b. Untuk mengetahui pengaruh audit operasional dan terhadap kinerja non keuangan melalui audit atas persediaan.

c. Untuk mengetahui pengaruh audit operasional dan audit atas persediaan terhadap kinerja non keuangan secara simultan.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan serta pertimbangan dalam mengevaluasi kebijakan yang berkaitan dengan audit operasional, audit atas persediaan, pengendalian internal, pengukuran kinerja ataupun kebijakan- kebijakan lain dalam perusahaan. b. Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi baik dari segi perspektif internal maupun eksternal juga berguna sebagai bahan referensi selanjutnya.

c. Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai wahana mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh diperguruan tinggi serta menanamkan wawasan dan pengalaman.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Audit

1. Pengertian Audit

Auditing adalah sebuah proses sistematis yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki kompetensi dan independensi, mengenai perolehan dan penilaian atas bukti secara objektif yang dilakukan dengan pengumpulan dan penilaian atas bukti-bukti informasi yang dapat dikuantifikasikan dan terkait dengan suatu entitas suatu ekonomi tertentu, berkenaan dengan pernyataan mengenai tindakan-tindakan dan kejadian- kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta untuk mengkomunikasikan hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Purwono, 2004:18).

Menurut Halim (2003:1), untuk mempelajari auditing, dan profesi akuntan secara mendalam, perlu kiranya diketahui definisi audit. Definisi audit yang sangat terkenal adalah definisi yang berasal dari ASOBAC

(A Statement of Basic Auditing Concepts) yang mendefinisikan auditing

sebagai berikut:

”Auditing adalah suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang telah berkapentingan”.

(23)

Menurut Arens, Elder, Beasley (2004:15):

“Auditing adalah pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilaksanakan oleh seseorang yang kompeten dan independen”.

Konrath (2002:5) dalam Agoes (2008 : 3) mendefinisikan auditing sebagai:

“Suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.

Dari definisi-definisi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa audit adalah menyangkut hal-hal sebagai berikut:

a. Informasi-informasi yang dapat diukur dan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan syarat dalam melakukan pemeriksaan adalah informasi yang terpercaya atau dapat dibuktikan kebenarannya dan kriteria standar yang dapat digunakan oleh auditor sebagai pedoman dalam mengevalusi informasi-informasi tersebut.

b. Entitas Ekonomi, ruang lingkup tanggung jawab auditor yang jelas mengenai penerapan entitas ekonomi dan periode waktu diaudit. Entitas ekonomi merupakan satuan legal misalnya perseroan terbatas (PT), lembaga pemerintah, persekutuan komenditer (CV), koperasi, persekutuan firma (FA) atau perusahaan perseorangan, tetapi dalam kondisi tertentu satuan juga bisa terbentuk divisi atau departemen periode

(24)

waktu yang diaudit umumnya satu tahun, tetapi ada pula yang satu bulan, satu kuartal atau beberapa tahun.

c. Pengumpulan dan pengevaluasian bukti, adanya bukti-bukti yang memadai baik dari segi jumlah maupun dari segi menu sangat diperlukan untuk menentukan kegiatan audit. Bahan bukti dapat terdiri dari bermacam bentuk yang berbeda termasuk peringatan lisan dari pihak yang diaudit (klien). Komunitas dengan pihak ketiga dan hasil pengamatan auditor.

d. Auditor harus independen dan kompeten, independen berarti bebas dari pengaruh-pengaruh hingga batas-batas tertentu. Sedangkan kompeten berarti auditor harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang cukup agar dapat memahami kriteria-kriteria yang dipergunakan.

e. Pelaporan, Pelaporan hasil audit harus mampu memberikan informasi mengenai kesesuaian informasi yang diperiksa dengan kriteria yang telah ditetapkan.

2. Jenis-jenis Audit

Menurut Boynton, Johnson, Kell (2003 : 490) ada tiga jenis audit, yaitu: a. Audit laporan keuangan (financial audit)

Audit laporan keuangan merupakan proses yang mencakup memperoleh dan menilai bukti tentang laporan keuangan suatu entitas untuk tujuan menyatakan pendapat apakah informasi keuangan disajikan secara sesuai kriteria yang ditetapkan. Umunya kriteria itu adalah prinsip

(25)

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dimuat dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). b.

Audit operasional (Performance Audit)

Audit operasional adalah proses mencakup, memperoleh, dan menilai bukti tentang aktivitas operasi suatu entitas berkenaan dengan tujuan khusus yang sering berkaitan baik penilaian kinerja maupun pengambilan keputusan manajemen. Umumnya, pada saat selesainya audit operasional auditor akan memberikan sejumlah saran kepada para manajemen untuk memperbaiki operasional perusahaan. Dalam operasional tujuan yang dilakukan tidak terbatas pada masalah-masalah akuntansi, tetapi juga meliputi evaluasi terhadap struktur organisasi pemanfaat komputer, metode produksi, pemasaran, dan bidang-bidang lain sesuai dengan keahlian auditor.

c. Audit ketaatan (Compliance Audit)

Audit ketaatan merupakan proses yang menilai bukti untuk menentukan apakah aktivitas keuangan dalam operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi yang ditetapkan dalam peraturan dan kebijakan. Audit ketaatan bertujuan mempertimbangkan apakah audit (klien) telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapakan pihak yang memiliki otorisasi lebih tinggi. Hasil audit ketaatan biasanya tidak dilaporkan kepada pihak luar tetapi kepada pihak tertentu yang paling berkepentingan atas organisasi adalah pihak yang

(26)

paling berkepentingan atas dipatuhinya prosedur dan aturan yang telah ditetapkan.

B. Audit Operasional

1. Pengertian Audit Operasional

Audit operasional seringkali diartikan sama dengan audit manajemen. Pengertian sederhana dari audit manajemen adalah investigasi dari suatu organisasi dalam semua aspek kegiatan manajemen dari yang paling tinggi sampai dengan ke bawah dan pembuatan laporan audit mengenai efektifitasnya atau dari segi profitabilitas dan efisiensi kegiatan bisnisnya. Sedangkan pengertian sederhana audit operasional adalah uraian aktifitas perusahaan yang sistematis dalam hubungannya dengan tujuan untuk melihat, mengidentifikasikan peluang perbaikan, atau mengembangkan rekomendasi untuk perbaikan. Jelas kedua pengertian serupa karena pemeriksaan manajemen dilakukan saat manajemen beroperasi.

Menurut Agoes (2008:173) mendefinisikan:

“Audit operasional adalah pemeriksaan terhadap kegiatan perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan manajemen untuk mengetahui apakah kegiatan operasional yang telah ditentukan manajemen untuk mengetahui apakah kegiatan operasional tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis”.

Menurut William P. Leonard dalam Tunggal (2008 : 11):

“Audit manajemen sebagai suatu pengujian yang menyeluruh dan konstruktif dari struktur organisasi suatu perusahaan, lembaga, atau cabang dari Pemerintah, atau setiap komponen dari padanya, seperti

(27)

suatu divisi atau depertemen, dan tujuannya, alat operasinya, dan utilisasi manusia dan fasilitas fisik.

Menurut Taylor dan Perry dalam Tunggal (2008 : 12):

“Audit manajemen adalah metoda untuk menilai efesiensi manajemen pada seluruh tingkat organisasi, atau secara lebih khusus, audit manajemen mencakup penyidikan suatu usaha oleh suatu badan yang independen dari tingkat eksekutif yang paling tinggi kebawah, agar meyakinkan apakah manajemen yang sehat berlaku seluruhnya, dan untuk melaporkan efesiensi atau sebaliknya dengan rekomendasi untuk memastikan efektifitasnya”.

Dari definisi yang diuraikan maka diperoleh beberapa karakteristik audit operasional yaitu :

a. Audit operasional merupakan suatu proses yang sistematis seperti dalam audit laporan keuangan, audit operasional mencakup serangakaian langkah atau prosedur yang terstruktur dan diorganisasi. Aspek ini mencakup perencanaan yang tepat dan juga mendapatkan dan secara objektif menilai bukti yang berkaitan dengan aktivitas yang diaudit. b. Penilaian operasi organisasi yang berdasarkan pada suatu kriteria yang

ditetapkan atau disetujui. Dalam audit operasional, kriteria sering dinyatakan dalam standar kinerja (performance standars) yang ditetapkan manajemen. Namun dalam beberapa hal, standar-standar mungkin ditetapkan industri. Audit operasional mengukur tingkat hubungan antara kinerja aktual dengan kriteria.

c. Tujuan utama dari audit operasional adalah membantu manajemen dari organisasi yang diaudit untuk memperbaiki effectiveness, efficiency, dan

(28)

memfokus pada masa yang akan dengan prinsip datang, ini berlawanan langsung dengan audit keuangan yang memepunyai fokus historis.

d. Penerima yang tepat dari laporan audit operasional adalah manajemen atau individu yang meminta diadakannya audit. Kecuali jika diminta oleh pihak ketiga, pembagian laporan tetap dalam entitas. Dalam kebanyakan hal, dewan komisaris atau panitia audit menerima copy laporan audit operasional.

e. Tidak seperti audit laporan keuangan, suatu audit operasional tidak berakhir dengan laporan atas temuan. Audit operasional memperluas dengan memberikan rekomendasi untuk perbaikan. Dalam kenyataannya, mengembangkan rekomendasi merupakan salah satu aspek yang peling menantang dalam audit operasional.

2. Jenis- jenis Audit Operasional

Menurut Arens, Elder, Beasley (2004) pada dasarnya audit operasional teebagi menjadi tiga jenis yaitu: fungsional, organisasi, dan penugasan khusus. Ketiga jenis audit operasional itu dapat diuraikan sebagai berikut: a. Fungsional

Audit fungsional berkaitan dengan sebuah fungsi atau lebih dalam suatu organisasi. Ini dapat berhubungan misalnya dengan fungsi penggajian suatu divisi atau untuk perusahaan secara keseluruhan. Keunggulan audit fungsional adalah memungkinkan adanya spesialiasasi oleh auditor, kekurangan audit operasional adalah tidak dievaluasinya fungsi yang saling berkaitan.

(29)

b. Organisasi

Audit operasional tata suatu organisasi menyangkut keseluruhan unit organisasi, seperti departemen cabang atau anak perusahaan. Penekanan dana suatu organisasi adalah seberapa efisien fungsi-fungsi saling berinteraksi. Cara organisasi dan metode-metode untuk mengkoordinasikan yang ada sangat penting dalam audit jenis organisasi. c. Penugasan khusus

Penugasan audit khusus timbul atas permintaan manajemen. Adanya variasi dalam audit seperti itu, contohnya mencakup penentuan penyebab tidak efektifnya sistem pengelolaan data elektronik (PDE), penyelidikan kemungkinan kecurangan dalam suatu divisi, dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya produksi suatu barang.

3. Tahapan Audit Operasional

Tahapan dasar dalam melaksanakan audit operasional menurut Bayangkara (2008), yaitu:

a. Audit Pendahuluan

Audit pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi latar belakang terhadap objek yang diaudit. Disamping itu, pada tahapan ini juga dilakukan penelaahan terhadap berbagai peraturan, ketentuan, dan kebijakan berkaitan dengan aktivitas yang diaudit, serta menganalisis berbagai informasi yang telah diperoleh untuk mengindikasikan hal-hal yang potensial mengandung kelemahan pada perusahaan yang diaudit.

(30)

Dalam audit ini auditor dapat menentukan beberapa tujuan audit sementara (tentative audit objective).

b. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen

Pada tahapan ini auditor melakukan review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen objek audit, dengan tujuan untuk menilai efektifitas pengendalian manajemen dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Hasil pengujian pengendalian manajemen ini dapat mendukung tujuan audit sementara menjadi tujuan audit yang sesungguhnya (definitive audit objective), atau mungkin ada beberapa tujuan audit sementara yang gugur, karena tidak cukup bukti untuk mendukung tujuan audit tersebut.

c. Audit Terinci

Pada tahap ini auditor melakukan pengumpulan bukti yang cukup dan kompeten untuk mendukung tujuan audit yang telah ditentukan. Pada tahap ini dilakukan pengembangan temuan untuk mencari keterkaitan antara satu temuan dengan temua yang lain dalam menguji permasalahan yang berkaitan dengan tujuan audit. Temuan yang cukup, relevan, dan kompeten dalam tahap ini disajikan dalam suatu kertas kerja audit (KKA) untuk mendukung kesimpulan audit yang dibuat dan rekomendasi yang diberikan.

d. Pelaporan

Tahapan ini bertujuan mengkomunikasikan hasil audit termasuk rekomendasi yang diberikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan.

(31)

Rekomendasi harus disajikan dalam bahasa operasional dan mudah dimengerti serta menarik untuk ditindaklanjuti.

e. Tindak Lanjut

Sebagai tahap akhir dari audit operasional, tindak lanjut bertujuan untuk mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk melaksanakan tindak lanjut (perbaikan) sesuai dengan rekomendasi yang diberikan. Menurut Setiyawan (2007), dimensi atau sub variabel dalam audit operasional adalah sebagai berikut:

a. Operasi Manajemen

Operasi manajemen merupakan pendekatan untuk memantau risiko bisnis yang dihadapi perusahaan dan penekanan pada pencapaian anggaran dan laba perusahaan. Manajemen Operasi bertanggung jawab untuk menghasilkan barang atau jasa dalam organisasi. Manajer operasi mengambil keputusan yang berkenaan dengan suatu fungsi operasi dan sistem transformasi yang digunakan. Manajemen operasi merupakan kajian pengambilan keputusan dari suatu fungsi operasi.

b. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah adanya rangkaian yang menyeluruh untuk perencanaan,koordinasi, dan pengendalian operasi. Dalam hal ini auditor hendaknya mamahami struktur organisasi perusahaan berkaitan tata suatu organisasi menyangkut keseluruhan unit organisasi, seperti departemen cabang atau anak perusahaan,prosedur serta tugas dan tanggungjawab

(32)

organisasi. Penekanan dana suatu organisasi adalah seberapa efisien fungsi-fungsi saling berinteraksi

c. Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan keberhasilan pengendalian dalam perusahaan tercapai jika pertanggunjawaban secara jelas ditetapkan dan dikomunikasikan pada seluruh bagian organisasi. Pada masing-masing bagian suatu organisasi mempunyai tanggung jawab masing-masing berkaitan dengan bidang yang dilakukan baik dalam tanggung jawab pelaporan maupun pengawasan aktivitas operasional.

d. Kinerja

Performance atau kinerja merupakan suatu pola tindakan yang

dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang diukur dengan mendasarkan pada suatu perbandingan dengan berbagai standar. Kinerja adalah pencapaian suatu tujuan dari suatu kegiatan atau pekerjaan tertentu untuk mencapai tujuan perusahaan yang diukur dengan standar. Penilaian kinerja perusahaan bertujuan untuk mengetahui efektivitas operasional perusahaan.

e. Evaluasi

Evaluasi adalah pemeriksaan setiap akhir kerja untuk mengintrospeksi struktur perusahaan. Evaluasi dilakukan dengan cara memeriksa laporan keuangan secara berkala, serta mengevaluasi kinerja perusahaan yang nantinya dapat dijadikan acuan dalam perbaikan kinerja.

(33)

4. Tujuan Audit Operasional

Beberapa tujuan audit operasional adalah sebagai berikut:

a. Objek dari audit operasional adalah mengunkapkan kekurangan dan ketidakberesan dalam setiap unsur yang diuji oleh auditor operasional hadan untuk menunjukkan perbaikan apa yang mungkin untuk memperoleh hasil yang terbaik dari operasi yang bersangkutan.

b. Untuk membantu manajemen mencapai administrasi operasi yang paling efisien.

c. Untuk mengusulkan kepada manajemen, cara-cara dan alat-alat untuk mencapai tujuan apabila manajemen organisasi sendiri kurang pengetahuan mengenai pengelolaan yang efisien.

Menurut Lindberg dan Calin dalam Tunggal (2008 : 40), beberapa alasan tentan diadakannya audit operasional adalah:

a. Manajemen puncak ingin mendapatkan kepastian tentang keefektifan unit, fungsi, atau perusahaan walaupun semua tampak dalam keadaan baik, seperti halnya para pemimpin menjalani “medical checkups” secara rutin.

b. Audit operasional dilakukan karena ditemukan atau dirasakan adanya masalah.

c. Pihak luar (kreditor) ingin mndapat kepastian bahwa dana yang diberikan digunakan dengan baik dan sesuai dengan persyaratan yang telah disetujui oleh penerima dana.

(34)

d. Badan pemerintah yang mengelola peraturan laporan audit operasional sebagai masukan atau dasar tambahan untuk menilai prestasi operasi dan posisi keuangan dari suatu lembaga.

C. Audit Atas Persediaan 1. Pengertian Persediaan

Persediaan merupakan suatu unsur umum yang memegang peranan penting dalam operasi perusahaan,yang secara kontinyu diperoleh atau diproduksi dan dijual mempunyai efek langsung terhadap laba perusahaan. Oleh karena itu para pemimpin perusahaan baik perusahaan dagang maupun industri selalu berusaha untuk mengelola persediaannya sebaik mungkin. Para ahli mendefinisikan persediaan bermacam-macam sebagai berikut:

Hendriksen (2001:570) menyatakan bahwa:

“Persediaan meliputi barang perdagangan yang dimaksudkan untuk dijual dalam kondisi usaha normal dan bahan baku serta dalam pembantu yang digunakan dalam proses produksi untuk dijual”.

Menurut PSAK No. 14 tahun 2007 persediaan adalah aktiva: a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.

b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan;

c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplier) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

(35)

Pengertian persediaan menurut Kieso, Weygand, Warfield (2007 : 444), menyatakan bahwa:

“Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual”.

Dari beberapa pengertian persediaan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa persediaan adalah aktiva milik perusahaan yang akan dijual dalam kegiatan normal perusahaan, persediaan juga sangat berpengaruh besar di dalam laporan laba- rugi didalam suatu perusahaan.

2. Jenis-jenis Persediaan

Penggolongan persediaan dapat dibagi sebagai berikut: a. Persediaan bahan baku (raw material stock)

Bahan baku merupakan barang-barang yang diperoleh untuk digunakan dalam proses produksi, beberapa bahan baku diperoleh secara langsung dari sumber-sumber alam.

b. Persediaan barang dalam proses (good in process)

Barang dalam proses sering dinamakan barang setengah jadi yang berarti bahan baku yang telah dimasukkan dalam proses produksi tetapi belum selesai diolah menjadi barang jadi, ini berarti diperlukan pengelolaan lebih lanjut untuk dijual kemudian untuk dijual kemudian sebagai barang jadi.

c. Persediaan barang jadi (finished good)

Barang jadi merupakan produk yang telah selesai diproduksi dan menunggu untuk dijual.

(36)

d. Persediaan bagian produk (purchased stock /component stock)

Yaitu persediaan barang yang terdiri bagian produk yang diterima perusahaan lain, tanpa melalui proses sebelumnya.

e. Persediaan bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan

Yaitu bahan baku yang diperlukan dalam proses produksi tetapi tidak secara langsung mengambil bagian dalam barang jadi, atau jumlah pemakaiannya pada proses produksi tidak begitu beda.

3. Metode Pencatatan Persediaan

Menurut Kieso, Weygand, Warfield (2007 : 446), metode pencatatan persediaan ada dua, yaitu:

a. Metode fisik (physical inventory method)

Pada metode ini, jumlah persediaan yang ada tidak dapat diketahui setiap saat. Jika penjelasan ingin mengetahui jumlah persediaan yang masih ada, terpaksa harus dilakukan perhitungan fisik ditempat penyimpanan/gudang.umumnya, perhitungan fisik persediaan secara lengkap hanya mungkin diadakan pada tahun fiskal. Perhitungan ini penting dilaksanakan karena untuk memperoleh pengendalian intern yang baik, apakah saldo persediaan akhir itu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sebab mungkin barang itu ada yang hilang, dicuri, ataupun diselewengkan.

b. Metode perpetual

Yaitu metode pencatatan persediaan yang selalu mengikuti setiap saat persediaan baik dalam kuantitas maupun dalam harga. Jika

(37)

menggunakan metode ini maka setiap pesediaan dicatat secara terperinci pada kartu persediaan atau pada kartu stock yang dibuat untuk setiap jenis persediaan yang ada. Oleh karena itu jumlah fisik dan nilai persediaan dapat diketahui setiap saat dari pencatatan persediaan yang diselenggarakan tanpa harus melakukan perhitungan fisik, tetapi tetap perlu dilakukan minimal setahun sekali. Bila dilihat dari segi pengendalian intern, maka metode perpetual lebih baik, karena setiap saat persediaan diikuti ada kemungkinan secara berkala dilakukan pencatatan antara saldo gudang dengan saldo menurut buku, bila terdapat selisih maka dapat dilakukan tindakan secepatnya.

4. Metode Penilaian Persediaan

Menurut Kieso, Weygand, Warfield (2007 : 456), ada empat metode penilaian persediaan, yaitu:

a. Metode identifikasi khusus (Spectif Identification)

Metode ini memerlukan pengidentifikasian biaya historis dari masing-masing unit persediaan sampai saat penggunaan dengan metode identifikasi khusus. Arus biaya yang selalu dibandingkan dengan arus biaya barang. Metode identifikasi khusus merupakan suatu pendekatan yang sangat objektif untuk membandingkan biaya historis dengan pendapatan. Biasanya prosedur identifikasi khusus menggunakan bantuan sistem akuntansi yang terkomputerisasi dan peralatan yang mampu membaca laba persediaan. Tetapi prosedur ini biasanya terlalu mahal dan memakan banyak waktu.

(38)

b. Metode FIFO (First In First Out)

Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa pembebanan biaya dalam perhitungan harga pokok persediaan adalah harga perolehan barang yang terlebih dahulu masuk. Secara umum dapat dikatakan bahwa barang yang pertama kali masuk akan dikeluarkan terlebih dahulu sebagai nilai perolehan barang, yang terakhir masuk akan menjadi nilai persediaan akhir.

c. Metode LIFO (Last In First Out)

Metode ini didasarkan pada asumsi pembebanan biaya dalam perhitungan harga pokok penjualan adalah harga perolehan barang yang terakhir diperoleh. Dengan demikian nilai persediaan akhir, merupakan nilai akhir dari saldo awal ditambah pembelian pada awal periode, metode ini akan mencerminkan harga operasional yang lebih wajar karena menilai persediaan pada periode-periode berjalan mencerminkan nilai pembelian terakhir sehingga telah mencerminkan keadaan sebenarnya.

d. Metode harga pokok rata-rata (Average Cost Method)

Metode ini akan selalu menghitung kembali nilai rata-rata dari persediaan setiap kali ada pembelian. Harga rata-rata persediaan dihitung dengan membagi jumlah harga dengan jumlah unit bersangkutan.

(39)

5. Prosedur Audit Atas Persediaan

Prosedur mengenai audit siklus persediaan dan pergudangan adalah sebagai berikut: (Arens, Elder, Beasley 2006 : 305)

a. Prosedur Inisial

Prosedur meliputi penentuan bahwa skedul persediaan sesuai dengan saldo yang ada di dalam buku besar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyelidiki jurnal persediaan atau dengan penyesuaian catatan perpectual dengan skedul persediaan.

b. Prosedur Analisis

Prosedur analisis rasio yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan rasio sebelumnya, anggaran, dan data persediaan rata-rata, yakni membandingkan persediaan dan penjualan, selain itu juga melihat hubungan persediaan, produksi, dan penjualan.

c. Detil Transaksi

Detail transaksi merupakan prosedur untuk menelusuri dan mengusut data-data persediaan untuk mendapatkan bukti-bukti mengenai pemrosesan transaksi. Dalam melakukan detil transaksi dapat dilakukan dengan cara memeriksa penyelesaian produksi dan penjualan serta pergerakan barang dan produksi.

d. Perhitungan Fisik

Perhitungan fisik merupakan prosedur untuk memperoleh keyakinan mengenai efektifitas perhitungan persediaan, dan mengukur reliabilitas representasi klien mengenai kuantitas dan kondisi fisik persediaan.

(40)

Perhitungan fisik dapat dilakukan melalui perhitungan kecukupan persediaan atau meneliti pergerakan produksi.

e. Keakuratan Persediaan

Keakuratan persediaan merupakan perhitungan kembali keseluruhan item yang ada didalam daftar persediaan dan memverifikasi keakuratannya. Hal ini dilakukan dengan cara penghitungan kartu persediaan dan mangusut perhitungan persediaan.

D. Kinerja Non Keuangan 1. Pengertian Kinerja

Performance atau kinerja merupakan suatu pola tindakan yang

dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang diukur dengan mendasarkan pada suatu perbandingan dengan berbagai standar. Kinerja adalah pencapaian suatu tujuan dari suatu kegiatan atau pekerjaan tertentu untuk mencapai tujuan perusahaan yang diukur dengan standar. Penilaian kinerja perusahaan bertujuan untuk mengetahui efektivitas operasional perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan dapat diukur dengan ukuran keuangan dan non keuangan. Ukuran keuangan untuk mengetahui hasil tindakan yang telah dilakukan dimasa lalu dan ukuran keuangan tersebut dilengkapi dengan ukuran non keuangan tentang kepuasan customer, produktivitas dan

cost effectiveness proses bisnis/intern serta produktivitas dan komitmen

personel yang akan menentukan kinerja keuangan masa yang akan datang. Ukuran keuangan menunjukkan akibat dari berbagai tindakan yang terjadi

(41)

diluar non keuangan. Peningkatan financial returns yang ditunjukkan dengan ukuran ROE merupakan akibat dari berbagai kinerja operasional seperti: (1) meningkatnya kepercayaan customer terhadap produk yang dihasilkan perusahaan, (2) meningkatnya produktivitas dan cost

effectiveness proses bisnis/intern yang digunakan oleh perusahaan untuk

menghasilkan produk dan jasa, (3) meningkatnya produktivitas dan komitment personel. Jadi jika manejemen puncak berkehendak untuk melipatgandakan kinerja keuangan perusahaannya, maka fokus perhatian seharusnya ditujukan untuk memotivasi personel dalam melipatgandakan kinerja di perspektif non keuangan atau operasional, karena disitulah terdapat pemacu sesungguhnya (the real drivers) kinerja keuangan berjangka panjang.

2. Balance Scorecard

Dalam pengukuran kinerja menggunakan empat perspektif balance

scorecard , yaitu:

a. Perspektif Keuangan

Balance scorecard tetap menggunakan perspektif keuangan karena

ukuran keuangan sangat penting bagi perusahaan. Ukuran keuangan memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan, implementasi dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan laba perusahaan. Pada saat perusahaan melakukan pengukuran secara

financial, maka hal pertama yang dilakukan adalah mendeteksi

(42)

growth, sustain, atau harvest. Ketiga tahapan tersebut mempunyai konsekuensi yang berbeda terhadap ukuran penelitian. Dalam perspektif

financial, scorecard memungkinkan para eksekutif senior setiap unit

bisnis untuk menetapkan bukan hanya ukuran yang mengevaluasi keberhasilan jangka panjang perusahaan, tetapi juga berbagai variabel yang dianggap paling penting untuk menciptakan dan mendorong tercapainya tujuan jangka panjang.

b. Perspektif Pelanggan

Perusahaan melakukan identifikasi pelanggan dan segmen pasar yang akan dimasuki. Segmen pasar merupakan sumber yang akan menjadi komponen penghasilan tujuan financial perusahan. Perspektif pelanggan memungkinkan perusahaan menyelaraskan berbagai ukuran pelanggan penting-kepuasan, loyalitas, retensi, akuisisi, dan probabilitas dengan pelanggan dan segmen pasar sasaran. Para manager juga harus mengenali apa yang dinilai tinggi oleh para segmen sasaran dan memilih proposisi nilai apa yang akan diberikan. Mereka kemudian dapat memilih tujuan dan ukuran dari tiga kelompok atribut, yang jika memuaskan memungkinkan perusahaan mempertahankan dan memperluas bisnis dengan pelanggan sasaran. Ketiga atribut itu adalah: atribut produk dan jasa, hubungan pelanggan serta citra dan reputasi.

c. Perspektif Proses Bisnis Internal

Pada perspektif proses bisnis internal dalam balanced scorecard, manajemen mengidentifikasi proses internal bisnis yang kritis yang harus

(43)

diunggulkan perusahaan. Dalam perspektif ini memungkinkan manajer untuk mengetahui seberapa baik bisnis berjalan dan apakah produk atau jasa sudah sesuai dengan spesifikasi pelanggan.

Dalam pendekatan Balanced Scorecard pengukuran perspektif proses bisnis internal dalam sebuah organisasi secara umum dapat dibagi menjadi tiga tahap (Kaplan dan Norton 2000:83), yaitu:

1) Proses Inovasi

Dalam proses inovasi, unit bisnis meneliti kebutuhan pelanggan yang sedang berkembang atau yang masih tersembunyi, kemudian menciptakan produk atau jasa yang akan memenuhi kebutuhan tersebut. Proses inovasi dibagi menjadi dua bagian yaitu mengidentifikasi kebutuhan pasar dan menciptakan produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan pasar.

2) Proses Operasi

Proses operasi perusahaan menunjukkan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dimulai dari diterimanya pesanan pelanggan dan diakhiri dengan penyampaian produk atau jasa kepada pelanggan.

3) Proses Pelayanan Purna Jual

Proses ini merupakan jasa pelayanan kepada pelanggan setelah penjualan produk atau jasa tersebut dilakukan. Layanan purna jual mencakup garansi dan berbagai aktivitas perbaikan, penggantian produk yang rusak dan yang dikembalikan serta pemrosesan pembayaran pelanggan.

(44)

d. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Proses pembelajaran dan pertumbuhan ini bersumber dari faktor sumber daya manusia, sistem, dan prosedur organisasi yang berperan dalam pertumbuhan jangka panjang. Kaplan dan Norton (2000:110) dalam menyebutkan bahwa ada tiga kategori dalam perspektif ini, yaitu: 1) Kapabilitas pekerja

Salah satu perubahan yang paling dramatis dalam pemikiran manajemen selama 15 tahun terakhir adalah pergeseran peran para pekerja perusahaan. Saat ini pekerja dituntut untuk lebih kritis dan melakukan evaluasi terhadap proses dan lingkungan, dan memberikan usulan perbaikan bagi perusahaan di masa depan.

2) Kapabilitas sistem informasi

Motivasi dan keahlian pekerja saja tidak cukup dalam menunjang pencapaian tujuan proses bisnis internal, tanpa adanya informasi yang tepat waktu, cepat dan akurat sebagai umpan balik. Dengan kemampuan sistem informasi yang memadai, kebutuhan seluruh tingkatan manajemen dan pekerja atas informasi yang akurat dan tepat waktu dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya.

3) Motivasi, pemberdayaan dan keselarasan

Pegawai yang memiliki informasi yang berlimpah tidak akan memberikan kontribusi pada keberhasilan usaha, apabila mereka tidak mempunyai motivasi untuk bertindak selaras dengan tujuan

(45)

perusahaan atau tidak diberi kebebasan dalam pengambilan keputusan atau bertindak.

Dan dalam kinerja non keuangan ini penulis menggunakan dua perspektif yakni perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu pernah dilakukan oleh Agus Setiyawan (2007) dengan judul “ Pengaruh Sistem Pengendalian Intern, Pengelolaan Persediaan tehadap Audit Operasional”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sistem pengendalian internal tidak berpengaruh signifikan terhadap audit operasional, sedangkan pengelolaan persediaan berpengaruh signifikan terhadap audit operasional, dan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel sistem pengendalian intern dan pengelolaan persediaan mampu menjelaskan atau mempengaruhi audit operasional sebesar 65%, sedangkan sisanya dijelaskan variabel lainnya.

Beberapa peneliti sebelumya diantaranya Hambaly (2002) dalam Setiyawan (2007) telah melakukan penelitian tentang audit operasional atas pengelolaan persediaan. Hasilnya menunjukkan bahwa audit operasional baik secara simultan maupun secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan persediaan.

Peneliti yang lain diantaranya Soetjipto (2001) dalam Setiyawan (2007) yang meneliti tentang auditing operasional terhadap sistem pengendalian

(46)

manajemen dalam rangka peningkatan ketaatan pada peraturan kehematan, efisiensi, dan keefektifan kinerja manajemen. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa audit operasional berpengaruh signifikan, baik secara simultan maupun parsial terhadap sistem pengendalian manajemen dalam rangka peningkatan ketaatan pada peraturan kehematan, efisiensi, dan kefektifan kinerja manajemen.

Hal demikian tidak berbeda jauh dengan yang diutarakan Hakim (2003) yang meneliti tentang peranan sistem serta prosedur pencatatan persediaan barang pada perusahaan dalam pelaksanaan pengendalian intern. Hasilnya menunjukkan bahwa sistem dan prosedur pencatatan persediaan sangat berpengaruh dalam pelaksanaan pengendalian intern.

Dalam penelitian Iriyadi (2004) tentang evaluasi pemeriksaan operasional dalam meningkatkat efektifitas pengendalian intern penjualan. Hasilnya menunjukkan bahwa dengan adanya pemeriksaan operasional, pengendalian intern penjualan dapat berjalan secara efektif.

Hal serupa pernah diteliti oleh Hendarty tentang audit sistem informasi persediaan, Hasil yang dicapai dari proses audit berfokus pada kelemahan- kelemahan yang ada pada sistem dimana kelemahan-kelemahan tersebut disajikan dalam bentuk matriks risiko dan pengendalian yang terdiri dari temuan masalah, potensi risiko (Impact dan Likelihood), keandalan pengendalian yang ada (Design dan Effectiveness).

Hal itu didukung pula dalam penelitian Pratolo (2007) tentang good

(47)

operasional dan pengendalian intern sebagai variabel eksogen serta tinjauannya pada jenis perusahaan. Hasilnya menyatakan bahwa pengujian korelasi antara variabel audit operasional dan pengendalian intern menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut berkorelasi secara signifikan.

F. Kerangka Penelitian

Berdasarkan kerangka teori diatas, maka kerangka pemikiran yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Variabel intervening

Variabel Independen Variabel Dependen

Audit atas Persediaan

Audit Operasional Kinerja Non

Keuangan

(48)

G. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas agar sesuai dengan tujuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian, maka hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:

Ha1: Terdapat pengaruh audit operasional terhadap kinerja non

keuangan.

Ha2: Terdapat pengaruh audit operasional terhadap kinerja non

keuangan melalui audit atas persediaan.

Ha3: Terdapat pengaruh secara simultan audit operasional dan audit

(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

B. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang menjelaskan hubungan variabel independen yaitu, audit operasional terhadap variabel dependennya yaitu kinerja non keuangan melalui variabel intervening yaitu, audit atas persediaan. Tempat melakukan penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan-perusahaan manufaktur di Tangerang.

C. Metode Penentuan Sampel

Teknik yang digunakan dalam penentuan sampel ini adalah Purposive

Sampling atau Judgement Sampling, yakni teknik yang dilakukan

berdasarkan kriteria yang disesuaikan dengan tujuan penelitian atau pertimbangan dari peneliti. Dengan kata lain, asal saja calon responden tersebut sesuai dengan karakteristik populasi yang diinginkan, siapapun responden yang bersangkutan, dimana dan kapan saja ditemui dapat dijadikan sebagai elemen-elemen sampel penelitian (Hamid, 2005).

Berdasarkan kriteria tersebut, responden yang diteliti adalah para pejabat yang menjabat keahlian masing-masing dan juga pegawai yang memegang peranan penting dalam bidangnya masing-masing.

(50)

D. Metode Pengambilan Data

Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara) yang dikumpulkan secara khusus oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian (Indriantoro dan Supomo, 2006:147). Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di Tangerang.

Metode yang mendukung dalam pengumpulan data guna melengkapi penelitian ini digunakan serangkaian kegiatan sebagai berikut:

1. Observasi

Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara langsung terhadap objek penelitian.

2. Wawancara

Yaitu suatu cara pengumpulan dan melalui tanya jawab dengan pihak- pihak tertentu yang berhubungan dengan penelitian.

3. Kuisioner

Dalam penelitian ini penulis mengajukan pernyataan secara tertulis maupun secara lisan.

(51)

Untuk memperoleh dan konsep yang akurat, sehingga dapat memecahkan masalah penulis mengadakan penelitian kepustakaan dengan membaca dan mengumpulkan buku-buku, artikel, jurnal-jurnal, surat kabar, majalah serta bacaan lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

E. Teknik Analisa Data 1. Statistik Diskriptif

Statistik diskriptif digunakan oleh peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan daftar demografi responden. Statistic deskripti. Memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Imam Ghozali, 2005).

2. Uji Kualitas Data

Metode analisis data yang digunakan di penelitian ini adalah metode analisis statistik yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Analisis ini bertujuan untuk menentukan pengaruh antara variabel audit operasional (X1) terhadap variabel kinerja non keuangan (Y)

dengan variabel audit atas persediaan (X2),.

(52)

Reliabilitas berkaitan dengan keterandalan suatu indikator. Informasi yang ada pada indikator ini tidak berubah-ubah, atau biasa disebut dengan konsisten. Uji reabilitas dilakukan untuk menguji apakah jawaban dari responden konsisten atau stabil. Suatu angket dikatakan

reliable (andal) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah

konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai

Cronbach Alpha >0,6 (Ghozali, 2005).

b. Uji Validitas

Validitas adalah untuk melihat kecermatan alat ukur yaitu mengukur apa yang akan diukur. Dalam penelitian ini, suatu kuesioner dinyatakan valid, jika pertanyaan maupun pernyataan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

Person Correlation yang terdapat dalam program SPSS 17.0. Suatu

pertanyaan dikatakan valid jika tingkat signifikasinya dibawah 0,05.

3. Uji Asumsi Klasik

Adapun pengujian yang dilakukan sebagai berikut:

a. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Jika

(53)

terjadi maka terdapat problem multikolinieritas (multiko). Model regresi yang baik seharusnya tidak ada korelasi diantara variabel independen. Deteksi adanya multikolinieritas dengan perhitungan besaran Variance Inflation faktor (VIF) dan Tolerance (Tol). Dimana model regersi yang bebas multiko adalah mempunyai nilai VIF disekitar angka 1 dan mempunyai angka Tolerance mendekati 1. Persamaan regresi yang bebas multiko juga ditujukan dengan koefisien korelasi antara variabel independen haruslah lemah atau dibawah 0,5 (Santoso, 2002:2003).

b. Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas menunjukkan bahwa variasi variabel tidak sama untuk semua pengamatan pada heterokedastisitas kesalahan yang terjadi tidak random, tetapi menunjukan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel. Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari residual dan satu pengamatan kepengamatan lainnya. Jika varian dari residual dan satu pengamatan kepengamatan lainnya tetap maka homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik yang homokedastisitas dan tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mengetahui ada atau tidaknya heterokedastisitas ada beberapa cara yaitu:

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Pemikiran
Tabel 4.4  Statistik Deskriptif
Tabel 4.6-2  Uji Validitas  Audit atas persediaan
Tabel 4.6-3  Uji Validitas  Kinerja Non Keuangan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pembentukan struktur sosial ini juga nantinya akan menciptakan nilai dan norma yang ada, sehingga proses interaksi sosial adalah bagian penting dari kehidupan bermasyarakat..

Tujuan dari penelitian ini yaitu pembangunan sistem komputerisasi untuk penentuan status daya dukung lingkungan berbasis neraca lahan dan mengidentifikasi keseimbangan lahan

Faktor yang mengakibatkan pandangan masyarakat multikultural terhadap suatu yang tidak dapat dijadikan alasan untuk hidup berdampingan secara harmonis adalah ….. beragamnya

Demikian kami sampaikan, atas perhatiaannya kami ucapkan

Selain berfungsi sebagai penghubung daerah di kedua sisi sungai Kahayan, kehadiran Jembatan Kahayan juga semakin menambah keindahan Kota Palang- ka Raya, dan saat ini

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Oleh karenanya, dalam jurnal tersebut membahas tentang konsep kepemimpinan spiritual dalam lembaga pendidikan Islam perspektif Maqashid Syariah dari segi

Berdasarkan hal tersebut di atas, pengendalian internal sangat diperlukan dalam siklus penjualan dan penerimaan kas.Pembentukan dan pelaksanaan pengendalian internal yang baik