• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karl Marx adalah salah satu pemikir ilmu sosial yang paling fenomenal.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karl Marx adalah salah satu pemikir ilmu sosial yang paling fenomenal."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang Masalah

Karl Marx adalah salah satu pemikir ilmu sosial yang paling fenomenal. Karya-karyanya hingga saat ini banyak dikaji dan dipelajari oleh banyak kalangan. Pemikiran Marx diakui telah memberi warna lain bagi perkembangan ilmu-ilmu sosial. Pemikirannya menimbulkan banyak kontroversi. Dikritik dan dimusuhi oleh banyak kalangan, tetapi tidak sedikit pula yang mendukung dan memujinya. Berbeda dengan pemikir ilmu sosial lainnya seperti Emilie Durkheim atau Max Weber, pemikiran tokoh yang terusir dari tanah kelahirannya sendiri ini mencakup banyak disiplin ilmu. Marx dikenal sebagai ekonom, sosiolog, ilmuwan politik, sejarawan dan sekaligus filsuf. Teori-teorinya dipandang sebagai yang paling komperhensif menjelaskan berbagai aspek individual dan sosial, mencakup aspek kehidupan manusia, ekonomi, agama, politik, filsafat, serta stratifikasi sosial1.

Teori-teori yang dibangun Marx juga tidak sekedar berhenti pada tataran penjelasan atas fenomena semata, tetapi lebih dari itu menjadi inspirasi bagi perubahan diberbagai belahan dunia. Hal ini tentu tak lepas dari kritiknya atas filsafat saat itu yang dipandangnya tidak memberi konstribusi apapun bagi perubahan kehidupan manusia kearah yang lebih baik. Salahsatu pernyataannya

1 Karl Marx, “Karl Marx: On Society and Social Change”, disarikan oleh Neil J. Smelser (Chicago

(2)

yang terkenal “para filsuf hanya menginterpretasikan dunia secara berbeda, yang perlu ialah mengubahnya!”2.

Salahsatu pemikiran Marx yang memiliki pengaruh sangat luas adalah teori kelas. Dilandasi oleh pemikiran dasarnya “materialiasme-dialektika historis”, Marx memandang perjalanan sejarah umat manusia sejak dahulu hingga sekarang adalah sejarah perjuangan kelas. Pernyataannya yang terkenal dalam manifesto komunis, “sejarah dari semua masyarakat yang ada hingga sekarang ini adalah sejarah perjuangan kelas”3.

Dalam setiap masyarakat, terdapat kelompok-kelompok terorganisir yang mencoba meningkatkan berbagai kepentingan, boleh dikatakan, anggota-anggotanya. Selain itu, juga ada individu-individu yang dengan kuat merasa berkepentingan pada barang-barang publik atau tindakan kolektif, tapi dengan alasan-alasan tertentu tidak mampu menggabungkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki orang yang mempunyai kepentingan yang sama. Akhirnya, ada juga beberapa individu yang secara obyektif tampaknya memiliki kepentingan yang kuat pada barang-barang publik, sekalipun secara subyektif mereka tidak menghayati dalam cara-cara seperti itu4.

Dari pembagian kelompok-kelompok diatas, kelompok kedua membentuk satu kategori yang tidak stabil. Jika mereka tidak bisa membawa dirinya masuk ke kelompok pertama, mereka akan cenderung terpuruk ke kelompok ketiga. Dalam

2

Franz Magnis Suseno, “Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan

Revisionisme”, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999), hal. 74

3

Karl Marx dan Friedrich Engels, “Manifes Partai Komunis”, cetakan ketiga, (Jakarta: Yayasan Pembaruan, 1959), hal. 49

4 Jon Elster, “An Indtroduction Karl Marx” diterjemahkan oleh Sudarmaji dengan judul Marxisme:

(3)

jangka panjang, merupakan kesulitan-kesulitan psikologis untuk mempertahankan keinginan-keinginan yang kuat atas sesuatu yang mustahil untuk bisa diwujudkan5.

Mengapa pertarungan itu bisa terjadi? Marx menyatakan karena ada kontradiksi dalam mode of production kapitalisme. Pertama, capitalist mode of

production telah menimbulkan perbedaan kepemilikan. Kedua, capitalist mode of production juga menimbulkan alienasi6. Ketiga, akumulasi dan persaingan kelas dalam capitalist mode of production ini menyebabkan meningkatnya eksploitasi terhadap salah satu kelas7.

Seringkali, keanggotaan kelas didefinisikan berdasarkan kepemilikan atau tiadanya kepemilikan atas sarana-sarana produksi tertentu. Bagi Marx, definisi ini bukanlah inti pembahasannya, sekalipun ia sudah pasti merupakan bagian penting dari analisisnya secara keseluruhan. Kita tidak dapat begitu saja mendefinisikan konsep kelas seperti ini8.

Berikut implikasi perjuangan kelas dalam minuman tradisional ciu. Bagi masyarakat Jawa, khususnya Solo, istilah ciu tidaklah asing. Ciu adalah salah satu jenis minuman beralkohol tradisional yang terbuat dari tetes tebu yang difermentasikan dan kemudian dimurnikan. Dengan kadar golongan alkohol menengah sekitar 30%, ciu telah menjadi minuman sosialita bagi masyarakat kelas bawah. Mereka cenderung memilih ciu daripada minuman beralkohol bermerk karena harganya yang relatif murah yaitu hanya Rp. 6.000 per-liternya.

5 Ibid.,

6

Ken Morrison, “Marx, Durkheim, Weber: Formation of Modern Social Throught”, (London: Sage Publication, 1995), hal. 97

7 Karl Marx, Op. Cit., hal. 112 8

(4)

Ciu banyak dijumpai di Solo khususnya di Bekonang secara tersembunyi maupun terbuka. Rasa ciu yang tidak kalah keras dengan minuman sekaliber vodka, bahkan menurut masyarakat rasa ciu lebih mantap.

Ciu merupakan produk budaya masyarakat, ciu telah mengalami proses pembentukan yang panjang. Dimulai dari asimilasi dari budaya penjajah Belanda dan pribumi, ciu telah diadaptasi dengan kebudayaan asli pribumi. Awalnya ciu datang dari kebiasaan minum minuman beralkohol para penjajah Belanda disaat perang, ternyata menarik minat pribumi untuk mempelajarinya. Kehadiran ciu masa itu ternyata mampu memenuhi aspirasi sosio-kultural masyarakat pribumi. Setelah mahir membuat ciu, masyarakat pribumi kemudian mengadopsi ciu dalam produk budaya lain seperti tayuban (salah satu jebis tarian untuk ungkapan syukur kepada Dewi Sri atas keberhasilan panen), sinoman (gotong royong dalam mengadakan pesta pernikahan), maupun jagongan (kegiatan berkumpul antar warga)9.

Disisi lain, ciu merupakan simbol perjuangan kelas bawah terhadap tekanan-tekanan yang dilakukan oleh kelas atas. Dalam memandang konteks sekarang, ciu telah datang untuk bersaing dengan produk-produk minuman beralkohol bermerk yang hanya dapat diminati kelas atas. Telah terjadi perubahan aspirasi masyarakat dari sosio-kultural menjadi sosio-ekonomi dalam masyarakat. Masyarakat kelas bawah sekarang ini berlomba membuat minuman beralkohol

9 http://sosbud.kompasiana.com/2014/04/21/budaya-ciu-dan-perjuangan-kelas-649778.html

(5)

tandingan. Aksi saling tindas menindas menjadi sebuah konflik kelas sudah tidak terhindarkan10.

Salahsatu gagasan Marx yang berpengaruh adalah pemikirannya tentang keterasingan (alienasi). Alienasi merupakan kondisi manusia gagal mendapatkan intrinsik dalam hidupnya, gagal dengan dirinya sendiri, atau gagal mengidentifikasi dirinya dengan dirinya sendiri. Pembicaraan alienasi banyak ditulis Karl Marx dalam bidang pekerjaan. Dikatakan bahwa alienasi dalam pekerjaan pada pokoknya mempunyai dua segi, yaitu alienasi manusia dari pekerjaannya dan alienasi dari orang lain.

Dalam bukunya, “Economic and Philosophical” Marx mengatakan: “alienation is apperent... in fact that everything is something other than mine,

and... that inhuman power rules over everything” (Marx, 1961). Singkatnya ia,

menggunakan konsep alienasi ini dalam tiga pengertian yang saling terkait, yakni alienasi kerja, alienasi sosial dan alienasi diri, yang pada hakekatnya menunjukkan kegagalan individu untuk menampilkan atau mengekspresikan ciri khas dirinya.

Diartikan secara luas, setiap orang dianggap memiliki setidak-tidaknya sesuatu sentuhan alienasi. Cara tersebut dipergunakan untuk melihat alienasi dikalangan buruh, pemilih dalam pemilihan umum, orang tua dan orang muda di Amerika. Pendekatan yang luas ini akan membawa kita pada pemahaman bahwa tidak hanya struktur ekonomi yang menjadi penyebab alienasi, tetapi berbagai struktur sosial lainnya.

10

(6)

Diawal penulis telah menjabarkan tentang perjuangan kelas dan alienasi yang akan mendasari penelitian ini. Oleh karenanya, penulis merasa perlu mengaplikasikan gagasan Karl Marx dalam mengkritisi ideologi kapitalisme dengan melihat beberapa tokoh utama berdasarkan alur cerita bergenre action kungfu dalam film “Tai Chi Zero” dan “Tai Chi Hero” yang melakukan perjuangan kelas maupun yang ter-alienasi dalam sistem ekonomi kapitalis. Sebuah kisah karya Chen Kuo Fu yang disutradarai oleh Stephen Fung.

Dikisahkan Yang Lu Chan, diperankan oleh Jayden Yuan dikisahkan berkondisi fisik aneh karena memiliki daging yang tumbuh dikepalanya menyerupai tanduk. Namun itu adalah “Tiga Bunga Mekar didalam Mahkota”, merupakan bakat bawaan yang akan memudahkannya dalam menghafal gerakan bela diri sekaligus petaka baginya. Dikatakan petaka, karena bila ia tidak segera melatih dirinya akan mengakibatkan kematian. Kelak ia menjadi ahli kungfu berbakat dan menjadi guru besar kungfu aliran Chen yang kini dikenal Tai Chi.

Fang Zi Jing, yang diperankan oleh Eddie Peng Yu-Yen sebagai orang ditugaskan untuk merubah perekonomian desanya dengan melakukan pembangunan rel kereta. Dengan adanya pembangunan ini, ia berharap bisa menuntaskan masalah kemiskinan di desanya. Ini merupakan perjuangan kelas olehnya. Di sisi lain, Zi Jing ter-alienasi dalam proyek pembangunan tersebut.

Dan juga usaha perjuangan kelas juga dilakukan Chen Zai Yang diperankan oleh Feng Shaofeng yang lebih menyukai peralatan mesin dan membuka pabrik mesin, namun bangkrut karena terlilit hutang yang banyak oleh

(7)

bank. Zai Yang juga ter-alienasi akibat peminjaman uang yang disertai bunga dalam mendirikan pabrik mesin tersebut tersebut.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dari itu kuat sekali keinginan penulis untuk mengetahui penggambaran perjuangan kelas dan fenomena alienasi pada kedua film tersebut menggunakan metode semiotik.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mencapai suatu perumusan masalah dalam penelitian ini, yakni Bagaimana Perjuangan Kelas Dan Alienasi Dalam Film Taichi Zero dan Taichi Hero?

1.3. Tujuan Penelitian

Dengan berpedoman pada rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggambaran Perjuangan Kelas dan Alienasi pada film “Tai Chi Zero” dan “Tai Chi Hero”

(8)

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan membentuk pola pikir cerdas serta memperkaya kajian-kajian dan sebagai referensi tambahan bagi masalah penelitian ilmu komunikasi yang berkaitan dengan komunikasi massa, kritik Karl Marx, serta studi perfilman yang menggunakan metode semiotika.

1.4.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menginspirasi serta memberikan masukan kepada produsen, pekerja rumah produksi maupun industri lain dan penikmat film tentang bagaimana sistem tanda ditampilkan pada film, terutama pembuat film Tai Chi Zero dan Tai Chi Hero dalam melakukan pengemasan.

Referensi

Dokumen terkait

Bagi penderita yang mempunyai luka, anda bisa mengobati luka tersebut dengan daun sirih yang sudah ditumbuk bersama air kapur dan dan garam.. Oleskan ramuan tersebut pada luka

Ukuran dan bentuk wadah akan mempengaruhi laju dan tingkat kelarutan, untuk mengamati pelarutan dari obat sangat tidak larut dalam air menggunakan

Tulisan ini membahas tentang potensi sistem alley cropping dalam meningkatkan resiliensi produksi pertanian pada lahan kering berdasarkan hasil- hasil penelitian tentang: (1) daur

perusahaan, analisis rasio bertujuan untuk menilai kinerja suatu perusahaan dalam mendapatkan laba dan efektivitas dalam pengambilan keputusan oleh peusahaan, sesuai

Gambar 3 Struktur Kitosan Terikat Silang dengan Asam Sulfat Hal ini bertujuan agar membran komposit menjadi lebih selektif untuk memisahkan proton dan elektron, meningkatkan

Pendekatan paedagogis adalah kebalikan dari pendekatan andragogis yakni pendekatan yang lebih menekankan pada pengembangan peserta secara lebih partisipatif sesuai

Studi ini juga menemukan bahwa dukungan sosial tidak hanya meringankan beberapa stres yang berkaitan dengan membesarkan anak disability (down syndrome), tetapi juga memberi

Therefore it is important to find alternative examination in this province because of the highest rate of malaria infection.The purpose of research is to