• Tidak ada hasil yang ditemukan

BOBOT JENIS DAN KERAPATAN ZAT dini fixxx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BOBOT JENIS DAN KERAPATAN ZAT dini fixxx"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

LABORATORIUM FARMASEUTKA FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN PRAKTIKUM

BOBOT JENIS DAN KERAPATAN ZAT

OLEH : NAMA

: DINI RISTYANI ABAY

STAMBUK : 150 2010 422

KELAS / KELOMPOK : 2.3 / V (Lima)

ASISTEN : MUHAJIR

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR

2014 BAB I

(2)

A. Latar Belakang

Dalam formulasi sediaan cair, dikenal adanya berbagai bentuk sediaan, antara lain larutan, suspensi, emulsi, sirup dan lain-lain. Sediaan-sediaan tersebut biasa terdiri atas satu atau lebih komponen zat cair yang dapat berbeda secara fisis maupun kimianya. Untuk sediaan dengan satu komponen, tidak terlalu dipermasalahkan. Lain halnya dengan sistem multikomponen, dimana sistem tersebut harus disusun oleh komponen-komponen zat cair yang praktis dapat bercampur antara satu dengan lainnya tanpa mengurangi efek terapinya.

Diantara sifat fisika yang paling berpengaruh terhadap bioavailabilitas dari sediaan farmasi adalah bobot jenis dan rapat jenisnya, dimana bobot jenis suatu obat berbeda dengan obat lain, yang tergantung pada massa zat tersebut yang dibandingkan terhadap volumenya pada suhu dan tekanan tertentu.

Cara penentuan bobot jenis sangat penting diketahui oleh seorang farmasis karena tiap larutan mempunyai bobot jenis dan rapat jenis yang berlainan sehingga dalam penggunaan setiap zat dapat diidentifikasikan secara kualitatif yang sangat erat hubungannya dengan massa dan volumenya.

Disamping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat lainnya. Dengan mengetahui banyaknya manfaat dari penentuan bobot jenis maka percobaan ini dilakukan.

B. Maksud Percobaan

(3)

C. Tujuan Percobaan

1. Menentukan bobot jenis dari Pocari sweet, Sampel sirup ABC cocopandan, sampel sirup DHT, sampel sirup Freiss Jeruk, sampel sirup Marjan melon dengan menggunakan alat piknometer.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori

Bobot jenis adalah konstanta/tetapan bahan yan bergantung pada suhu unutuk padat, cair, dan bentuk gas yang homogen. Didefinisikan sebagai hubungan dari massa (m) suatu bahan terhadap volumenya. Atau bobot jenis adalah suatu karakteristik bahan yang penting yang digunakan untuk pengujian identitas dan kemurnian dari bahan obat dan bahan pembantu, terutama dari cairan dan zat-zat bersifat seperti malam. (Voigt, 1994)

Metode penentuan untuk cairan (Roth, dkk. 1988) :

1. Metode Piknometer. Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.

2. Metode Neraca Hidrostatik. Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda yang dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume cairan yang terdesak.

(5)

yang singkat dan mudah dlaksanakan.

4. Metode areometer. Penentuan kerapatan dengan areometer berskala (timbangan benam, sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas tercelup yang sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan pelelehan. kasus,kerapatan menurun dengan kenaikan temperatur, karena hamper semua substansimengembang ketika dipanaskan). Konsekuensinya, temperatur harus dicatat dengan nilai kerapatannya. Sebagai tambahan, tekanan gas harus spesifik (Stoker., 1991).

(6)

Pada akhirnya kondisi kerapatan mampat dapat tercapai yang tidak mungkin tanpa perubahan bentuk partikel. (Gibson.2004)

Kerapatan partikel, karena partikel bisa keras dan lembut dalam satu hal dan kasar serta berpori dalam hal lainnya, seseorang harus menyatakan kerapatan dengan hati-hati. Kerapatan partikel secara umum didefinisikan sebagai berat per satuan volume, kesulitan timbul bila seseorang mencoba untuk menentukan volume dan partikel yang mengandung retakan-retakan mikroskopis pori-pori dalam ruang kapiler. (Martin., 1993)

Kerapatan dari suatu bubuk, tergantung pada kondisi penangan tersendiri, dan ada beberapa definisi yang bisa diterapkan juga untuk serbuk sebagai jumlah atau dari partikel tunggal. Standar british 2955 (1958) mendefinisikan tiga bentuk yang bisa diterapkan untuk partikel-partikel. Kerapatan partikel adalah jumlah massa partikel dibagi dengan volumenya. Istilah yang berbeda berasal muncul dari cara dimana volume didefinisikan: (Gibson.2004)

1. Kerapatan partikel sejati adalah ketika volume diukur tidak mencakup pori terbuka dan pori tertutup dan merupakan susunan mendasar dari suatu sediaan.

2. Kerapatan bulk adalah ketika volume diukur pori intra partikel dan pori antarpartikel.

(7)

Kesulitan utama pada saat penentuan volume sebenarnya dari serbuk bulk, dimana tiga tipe ruang-ruang udara atau rongga dapat dibedakan : (Lachman.2007)

1. Rongga intrapartikel yang terbuka - rongga-rongga terdapat didalam partikel tunggal,tetapi terbuka pada lingkungan luar. 2. Rongga intrapartikel yang tertutup – rongga-rongga terdapat

didalam partikel tunggal, tetapi tertutup pada lingkungan luar. 3. Rongga antarpartikel – ruang-ruang udara antara dua partikel

individu.

(8)

B. Uraian Bahan

1. Asam borat (Ditjen POM, 1979 : 49)

Nama resmi : ACIDUM BORICUM

Nama lain : Asam borat

RM / BM : H3BO3 / 61,83

Pemerian : Hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak berwarna; kasar ; tidak berbau ; rasa agak asam dan pahit kemudian manis.

Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air,dalam 3 bagian air mendidih, dalam 16 bagian etanol (95%) P dan dalam 5 bagian gliserol P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Zat tambahan

2. Parafin cair (Dirjen POM, 1979 : 474)

Nama resmi : PARAFFINUM LIQUIDUM

(9)

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna ; hampir tidak berbau ; hampir tidak mempunyai rasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P dan dalam eter P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Zat tambahan

3. Alkohol (Ditjen POM, 1995 : 63)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Etanol, Alkohol

RM / BM : C2H6O / 46,07

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78o. Mudah terbakar.

Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik.

(10)

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

C. Uraian Sampel

1. Sirup ABC coco pandan

Nama produk : ABC syrup Spesial Grade Cocopandan

Komposisi : gula, air, perisa cocopandan, pengawet natrium benzoat, pengatur keasaman, sari kelapa, sari pandan, pewarna ponceau 4 R Cl 16255 dan tartrazin Cl 19140.

Produksi : PT. Hein ABC Indonesia.

2. Sirup DHT

Nama produk : Sirup DHT Pisang Ambon

Komposisi : gula pasir, air, pewarna ponceau, perasa pisang ambon.

Produksi : CV. DHT 3. Sirup Freiss

Nama produk : Sirup Indofood FREISS Orange

(11)

0,003%, penstabil (Na.Karboksimetil selulosa) makanan (kuning FEF Cl 15985, tartrazin Cl 29148), sari buah jeruk 100%.

Produksi : PT.Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 4. Sirup Marjan

Nama produksi : Marjan Boudoin Melon

(12)

5. Pocari Sweet

Nama produksi : Pocari Sweet

Komposisi : gula, glukosa, asam sitrat, natrium klorida, vitamin C, kalium klorida, kalsium laktat, margenisium karbonat, perisa citrus.

Produksi : PT. Amerta Indah Otsuka

D. Prosedur Kerja (Anonim, 2014)

a. Menentukan Kerapatan Bulk

 Timbang asam borat sebanyak 10 g, kemudian masukkan ke dalam gelas ukur 50 ml.

 Ukur volume zat padat.

 Hitung kerapatan Bulk menggunakan persamaan berikut :

KerapatanBulk=Bobot zat padat(g)

Volume bulk(ml)

b. Menentukan Kerapatan Mampat

 Timbang zat padat sebanyak 10 gram.

 Masukkan kedalam gelas ukur.

 Ketuk sampai 100 kali ketukan.

 Ukur volume yang terbentuk.

 Hitung kerapatan Mampat dengan menggunakan persamaan berikut : Kerapatan Mampat=Bobot Zat Padat

(13)

c. Menentukan Kerapatan Sejati

 Timbang piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya (W1).

 Isi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3 bagian volumenya. Timbang piknometer berisi zat padat beserta tutupnya (W3).

 Isi parafin cair perlahan-lahan ke dalam piknometer berisi zat padat, kocok-kocok, dan isi sampai penuh sehingga tidak ada geembung udara didalamnya.

 Timbang piknometer berisi zat padat dan paraffin cair tersebut beserta tutupnya (W4).

 Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan parafin cair hingga tidak ada gelembung di dalamnya.

 Timbang piknometer berisi penuh parafin cair dan tutupnya (W2).

 Hitung Kerapatan Sejatinya dengan menggunakan persamaan berikut :

ρpadatan= (W3−W1)

(

W2W1

)

−(W4W3)

d. Menentukan Bobot Jenis Cairan

 Gunakan piknometer yang bersih dan kosong (W1), lalu isi dengan air suling, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimbang (W2).

(14)

 Hitung bobot jenis cairan dengan menggunakan prsamaan berikut :

Dt=W3−W1

(15)

BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu, corong 1 buah, gelas ukur 50ml 1 buah, piknometer 25 ml 1 buah, pipet tetes 3 buah, tap density 1 buah, timbangan analitik dan sendak tanduk.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu, Alkohol 70%, Aluminium foil, Asam borat 10 g, Parafin cair, Pocari sweet, Sampel sirup ABC cocopandan, sampel sirup DHT, sampel sirup Freiss Jeruk, sampel sirup Marjan melon, dan tissue.

B. Cara Kerja

1. Menentukan kerapatan bulk

 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

(16)

 Dimasukkan asam borat ke dalam gelas ukur 50 ml

 Diukur volume asam borat dan dihitung kerapatan bulknya

2. Menentukan kerapatan mampat

 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

 Diambil asam borat 10 g yang telah ditimbang dan dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 ml

 Diketuk asam borat yang berada dalam gelas ukur sebanyak 100 kali ketukan diatas lap kasar atau menggunakan alat tap density.

 Diukur volume yang terbentuk dan dihitung kerapatan mampatnya

3. Menentukan kerapatan sejati

 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

 Dibersihkan piknometer dengan alkohol 70% sampai bersih dan dikeringkan.

 Ditimbang piknometer bersama tutupnya pada timbangan analitik

(17)

 Diisi piknometer dengan asam borat dan ditimbang, lalu dibersihkan piknometernya

 Diisi piknometer dengan sampel (asam borat) dan parafin dan ditimbang, lalu dibersihkan piknometernya

 Dihitung kerapatan sejatinya

4. Menentukan bobot jenis cairan

 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

 Dibersihkan piknometer mengguanakan alkohol 70%

 Ditimbang piknometer kosong

 Diisi piknometer dengan sirup ABC, lalu ditimbang

 Dibersihkan piknometer

(18)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Bobot Jenis

a. Perhitungan bobot jenis

Sirup ABC cocopandan

Sampel Bobot Jenis

Sirup ABC cocopandan 1,43 g/ml Pocari sweet 0,9988 g/ml Sirup Marjan melon 0,7418 g/ml Sirup Freiss Jeruk 1,09 g/ml

(19)

Diketahui :

Berat Pikno kosong (W1) = 11,2852 g

Berat pikno + Sampel (W3) = 46,9615 g

Volume Pikno = 25 ml

Penyelesaian :

Dt = W3VpW1

Dt = 46,961525−11,2852 = 1,43 g/ml

2. Kerapatan Zat

Kelompo k

Kerapatan Bulk

Kerapatan Mampat

(20)

II 0,835 g/ml 0,92 g/ml 1,724 g/ml III 0,834 g/ml 0,91 g/ml 1,76 g/ml IV 0,833 g/ml 0,91 g/ml 1,821 g/ml

V 0,77 g/ml 0,90 g/ml 1,55 g/ml a. Perhitungan

Kerapatan Bulk (Kelompok V)

Diketahui : Bobot asam borat = 10 gram

Volume bulk = 13 ml

Penyelesaian :

Kerapatan Bulk = Bobot Zat padat Volume bulk

=

10

13 = 0,77 g/ml

Kerapatan mampat

Diketahui : Bobot asam borat = 10 gram

Volume bulk = 11 ml

(21)

Kerapatan mampat = Bobot Zat padatVolume mampat

=

1011 = 0,90

g/ml

Kerapatan sejati

Diketahui :

Berat pikno kosong (W1) = 11,2852 g

Berat pikno + parafin (W2) = 32,9836 g

Berat pikno + sampel (W3) = 27,4620 g

Berat pikno + sampel + parafin (W4) = 38,7162

Penyelesaian :

ρpadatan

=

w w w

(¿¿2−w1)−(¿¿4−w3) ¿

(22)

=

(27,4620−11,2852)

(32,9836−11,2852)−(38,7162−27,4620)

=

21,698416,176811,2542

=

16,176810,4442

= 1,548 =1,55 g/ml

B. Pembahasan

Bobot jenis (spesific gravity) adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Bobot jenis menyatakan hubungan antara bobot suatu zat terhadap bobot suatu zat baku. Kerapatan (density) adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Kerapatan juga merupakan turunan besaran karena menyangkut massa dan volume.

(23)

Dalam percobaan ini akan dilakukan penentuan kerapatan bulk, kerapatan mampat, kerapatan sejati menggunakan sampel zat padat asam borat dan penentuan bobot jenis dengan sampel Pocari sweet, Sampel sirup ABC cocopandan, sampel sirup DHT, sampel sirup Freiss Jeruk, sampel sirup Marjan melon.

Pada penentuan kerapatan bulk dengan menggunakan sampel zat padat asam borat yang ditimbang sebanyak 10 gram kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur 50 ml dan diukur volumenya sesuai yang tertera pada gelas ukur dihitung kerapatan bulknya. Selanjutnya zat padat dalam gelas ukur diketuk sebanyak 100 kali ketukan atau mengguanakan alat tap density, pengetukan dilakukan agar kerapatan lebih mampat. Pada saat gelas ukur diketuk, bagian bawah gelas ukur dialasi dengan menggunakan lap kasar atau tissue untuk mencegah agar gelas ukur tidak pecah. Lalu dilihat volume kerapatan mampatnya, kemudian dihitung kerapatan mampatnya.

(24)

yang akan menempel pada piknometer sehingga akan mengganggu keakurasian perhitungan. Setelah itu zat padat (asam borat) dimasukan kedalam piknometer dan ditimbang beserta tutupnya, kemudian piknometer berisi zat padat tersebut ditambahkan dengan parafin hingga penuh sampai tidak muncul gelembung dan ditimbang. Penambahan paraffin cair karena paraffin cair dapat menutup pori pada asam borat, dan paraffin cair tidak dapat melarutkan asam borat. Selanjutnya piknometer dibersihkan dan diisi dengan cairan parafin hingga penuh sampai tidak ada gelembung, kemudian piknometer ditimbang. Kemudian dilakukan perhitungan kerapatan sejati.

(25)

Selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan persamaan yang tertera pada literatur.

Dari percobaan diatas maka didapat hasil untuk kerapatan bulk yaitu kelompok I ; 0,9009 g/ ml, kelompok II ; 0,835 g/ml, kelompok III ; 0,834 g/ml, kelompok IV ; 0,833 g/ml, dan kelompok V ; 0,77 g/ml. Sedangkan untuk kerapatan mampat diperoleh hasil yaitu kelompok I ; 1 g/ ml, kelompok II ; 0,92 g/ml, kelompok III ; 0,91 g/ml, kelompok IV ; 0,91 g/ml, dan kelompok V ; 0,90 g/ml. Dan untuk kerapatan sejati diperoleh hasil yaitu kelompok I ; 1,78 g/ ml, kelompok II ; 1,72 g/ml, kelompok III ; 1,76 g/ml, kelompok IV ; 1,821 g/ml, dan kelompok V ; 1,55 g/ml.

Untuk penentuan bobot jenis Sirup ABC cocopandan diperoleh hasil 1,43 gr/ml , bobot jenis Sirup Marjan melon diperoleh 0,7418 gr/ml, bobot jenis Sirup Freiss Jeruk diperoleh 1,09 gr/ml sedangkan bobot jenis sirup DHT diperoleh 1,3187 gr/ml dan bobot jenis pocarisweet diperoleh 0,9988 gr/ml.

(26)
(27)

BAB V

PENUTUP A. Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa berat jenis semua bahan dan kerapatan yang diperoleh dengan metode piknometer adalah sebagai berikut :

Bobot Jenis Zat Cair sampel sirup ABC cocopandan : 1,43 g/ml

Bobot Jenis Zat Cair sampel sirup DHT : 1,14 g/ml

Bobot Jens Zat Cair sirup Freiss : 1,09 g/ml

Bobot Jenis Zat Cair sampel sirup Marjan : 0,74 g/ml

Bobot Jenis Zat Cair sampel Pocari Sweet : 0,99 g/ml

Kerapatan Bulk : 0,77 g/ml

Kerapatan Mampat : 0,90 g/ml

Kerapatan Sejati : 1,55 g/ml.

B. Saran

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2014.Penuntun Praktikum Farmasi Fisika Jurusan Farmasi. Universitas Muslim Indonesia.Makassar.

Brescia,dk.1975. Fundamental Chemistry.New York.

Ditjen POM.1995.Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Ditjen POM.1979.Farmakope Indonesia edisi III.Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Gibson,Mark. 2004. Pharmaceutical Preformulation and Formulation. United States of Amerika

Lachman, L., dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II, Edisi III, diterjemahkan oleh Siti suyatmi. UI Press. Jakarta.

Martin, Alfred.1993.Farmasi Fisika.UI Press. Jakarta.

Roth, Hermann J dan Gottfried Blaschke.1988.Analisis Farmasi.UGM-Press. Yogyakarta.

Stoker, H.S dan E.B, Walker. 1991. Fundamental of chemistry general organic and biological second edition. AS; Allyn and bacon.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan karakteristik tersebut, kayu ulin, merbau, jati, dan mahoni memiliki kualitas yang baik sebagai energi biomassa karena memiliki nilai kerapatan, kadar zat ekstraktif,

Terdapat interaksi antara jenis dan kerapatan gulma dalam mempengaruhi tinggi tanaman dan jumlah daun kacang tanah pada 6 MST, bobot polong basah, bobot polong kering oven,

Parameter yang digunakan yaitu penentuan bobot jenis dan indeks bias dengan menggunakan alat piknometer 10 ml dan refraktometer pada suhu 20 0 C ± 0,2 0 C.. Dari hasil percobaan

PENENTUAN BOBOT JENIS DAN INDEKS BIAS PADA MINYAK DAUN

Dari hasil percobaan yang dilakukan bahwa jumlah rata-rata bobot jenis dan indeks bias dari dua kali percobaan untuk minyak sereh masing-masing adalah 0,89745 dan 1,4685.. Hal

Dari hasil percobaan yang dilakukan bahwa jumlah rata-rata bobot jenis dan indeks bias dari dua kali percobaan untuk minyak daun cengkeh masing- masing adalah 1,035 dan

Perhitungan Penentuan Bobot Jenis Pada Minyak Daun

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial untuk variabel bobot tetas dan lama tetas,