a. Lampiran 1
Perhitungan Penentuan Bobot Jenis Pada Minyak Daun Cengkeh
1. Minyak Daun Cengkeh A
Nomor Piknometer A: 112
B: 112
Volume Piknometer A: 10 ml
B: 10 ml
Data: mA: 27,6599
mB: 27,6599
mA1: 37,1783
mB1: 37,1783
mA2: 37,5815
mB2: 37,4523
Hasil Perhitungan:
Bobot Jenis
d
==
=
2. Minyak Daun Cengkeh B
Bobot Jenis
d
==
=
= 1,028
b. Lampiran 2
Perhitungan Penentuan Indeks Bias Pada Minyak Daun Cengkeh
- Indeks Bias I = 1,531
- Indeks Bias II = 1,5285
Rata –rata = = 1,529
DAFTAR PUSTAKA
Guenther, E. (1987). Minyak Atsiri jilid I (Terjemahan). Jakarta: UI Press. Hal. 44-484.
Guenther, E. (1990). Minyak Atsiri jilid IV B (Terjemahan). Jakarta: UI Press. Hal. 352-353.
Gunawan, D., dan Mulyani, S. (2010). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) jilid I. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 106.
Hapsoh dan Hasanah, Y. (2011). Budidaya Tanaman Obat dan
Rempah-rempah. Medan: USU Press. Hal. 89-90.
Harris, R. (1987). Tanaman Minyak Atsiri. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 33.
Kartasapoetra, G. (1992). Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 34-35.
Koensoemardiyah. (2009). A-Z Aromaterapi untuk Kesehatan, Kebugaran, dan
Kecantikan. Yogyakarta: Andi. Hal. 14.
Lutony, T.L., dan Rahmayati, Y. (2002). Produksi dan Perdagangan Minyak
Atsiri. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 71-72.
Sastrohamidjojo, H. (2004). Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 119.
SNI. (2006). Minyak Daun Cengkeh. SNI 06-2387-2006. Hal. 2-4.
BAB III
METODE PENGUJIAN
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat
- Neraca analitik (AND Type GR-202)
- Penangas air yang dipertahankan pada 20oC ± 0,2oC
- Piknometer berkapasitas 25 ml (Pyrex)
- Termometer yang telah distandarisasi (HAAKE K10)
- Refraktometer (CARLZEISS JENA)
- Waterbath (HAAKE K10)
- Cahaya natrium/Lampu (Katoda)
3.1.2 Bahan
- Minyak daun cengkeh (PT AROMATIK)
- Aquadest
- Etanol 96% ( E. Merck)
- Dietileter (E. Merck)
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Penentuan Bobot Jenis
- Cuci dan bersihkan piknometer, kemudian basuh berturut-turut dengan
etanol dan dietileter.
- Keringkan bagian dalam piknometer tersebut dengan arus udara kering dan
sisipkan tutupnya.
- Biarkan piknometer di dalam lemari timbang selama 30 menit dan timbang
(m).
- Isi piknometer dengan air suling yang telah dididihkan pada suhu 20oC.
Sambil menghindari adanya gelembung-gelembung udara.
- Celupkan piknometer ke dalam penangas air pada suhu 20oC ± 0,2oC
selama 30 menit sisipkan penutupnya dan keringkan piknometernya.
- Biarkan piknometer di dalam lemari timbang selama 30 menit, kemudian
timbang dengan isinya (m1).
- Kosongkan piknometer tersebut, cuci dengan etanol dan dietil eter.
kemudian keringkan dengan arus udara kering.
- Isilah piknometer dengan contoh minyak dan hindari adanya
gelembung-gelembung udara.
- Tutup kembali piknometer ke dalam penangas air pada suhu 20oC ± 0,2oC
selama 30 menit, sisipkan penutupnya dan keringkan piknometer tersebut.
- Biarkan piknometer di dalam lemari timbang selama 30 menit kemudian
3.2.2 Penentuan Indeks Bias
- Alirkan air melalui refraktometer agar alat ini barada pada suhu dimana
pembacaan akan dilakukan.
- Suhu tidak boleh berada lebih dari ± 2oC dari suhu referensi dan terus
dipertahankan dengan toleransi ± 0,2oC.
- Sebelum minyak tersebut ditaruh di dalam alat, minyak harus berada pada
suhu yang sama dengan suhu dimana pengukuran akan dilakukan.
- Pembacaan dilakukan bila suhu sudah stabil.
3.3 Penyajian Hasil Uji
Bobot Jenis
Dimana:
m: massa dalam gram piknometer kosong
m1: massa dalam gram piknometer berisi air pada 20oC
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil pemeriksaan mutu sampel minyak daun cengkeh yang dilaksanakan
di Laboratorium Minyak Atsiri Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang
(BPSMB) Medan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 2 Hasil Penentuan Bobot Jenis Pada Minyak Daun Cengkeh
Parameter Satuan No. Sampel Hasil
Bobot jenis - I
Tabel 3 Hasil Penentuan Indeks Bias Pada Minyak Daun Cengkeh
Parameter Satuan No. Sampel Hasil
4.2 Pembahasan
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah rata-rata bobot jenis dan
indeks bias dari dua kali percobaan untuk minyak daun cengkeh masing-masing
adalah 1,035 dan 1,529. Hasil ini memenuhi Persyaratan mutu pada SNI
06-2387-2006 (lihat tabel 1) yaitu maksimal 1,049 untuk bobot jenis sedangkan untuk
indeks bias maksimal 1,535. Hal ini menunjukkan bahwa mutu minyak daun
cengkeh bagus untuk digunakan.
Nilai bobot jenis minyak atsiri berkisar antara 0,696-1,188 pada 15 derajat.
Nilai bobot jenis minyak atsiri pada 20oC didefinisikan sebagai perbandingan
antara berat minyak atsiri pada suhu 20oC dengan berat air pada volume air sama
dengan volume minyak pada suhu 20oC. Piknometer adalah alat penetapan bobot
jenis yang praktis dan tepat digunakan. Bentuk kerucut piknometer bervolume
sekitar 10 ml, dilengkapi dengan sebuah termometer dan sebuah kapiler dengan
gelas penutup (Guenther, 1987).
Nilai indeks bias merupakan hasil dan arah pembengkokan tergantung
idensitas ke dua bahan. Indeks bias merupakan konstanta fisika yang sering kali
digunakan untuk menentukan identitas dan kemurnian suatu bahan. Alat yang
digunakan adalah refraktometer. Refraktometer yang paling baik adalah
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Rata-rata bobot jenis dan indeks bias masing-masing adalah 1,035 dan
1,529. Hasil ini memenuhi Persyaratan mutu pada SNI 06-2387-2006 yang
maksimal 1,049 untuk bobot jenis sedangkan untuk indeks bias maksimal 1,535.
5.2 Saran
Diharapkan kepada UPTD BPSMB Medan dapat mempertahankan
fasilitas peralatan pengujian yang sudah ada guna memberikan pelayanan yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Daun Cengkeh
Cengkeh dengan nama ilmiah Eugenia caryophyllata berasal dari
kepulauan Maluku. Diselundupkan untuk dibudidayakan di Malagasi dan
Tanzania oleh para pedagang Arab, ketika VOC memonopoli perdagangan
cengkeh Maluku. Sekarang, cengkeh dibudidayakan hampir di seluruh Indonesia,
untuk mencukupi kebutuhan rokok kretek (Harris, 1987).
2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi Daun Cengkeh
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Eugenia
Spesies : Eugenia aromatic; Syzigium aromaticum
Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang
dapat memiliki batang pohon besar berkayu keras, cengkeh mampu bertahan
meter dan cabang-cabangnya cukup lebat. Cabang-cabang dari tumbuhan cengkeh
tersebut pada umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang
mudah patah. Mahkota atau juga lazim disebut tajuk pohon cengkeh berbentuk
kerucut. Daun cengkeh berwarna hijau berbentuk bulat telur memanjang dengan
bagian ujung dan pangkalnya menyudut, rata-rata mempunyai ukuran lebar
berkisar 2-3 cm dan panjang daun tanpa tangkai berkisar 7,5-12,5 cm (Hapsoh dan
Hasanah, 2011).
Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dengan
tangkai pendek serta bertandan. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan
berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkeh akan dipanen jika sudah
mencapai panjang 1,5-2 cm. Pada saat masih muda bunga cengkeh berwarna
keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan dan berubah
lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Bunga cengkeh kering akan berwarna
coklat kehitaman dan berasa pedas sebab mengandung minyak atsiri. Umumnya
cengkeh pertama kali berbuah pada umur 4-7 tahun (Sastrohamidjojo, 2004).
2.1.2. Kandungan Minyak Daun Cengkeh
Komponen utama yang terkandung di dalam minyak cengkeh adalah
terpena dan turunannya, sama dengan komponen yang tardapat dalam minyak
atsiri lain. Terpena sangatlah penting dalam kegiatan industri. Komponen ini
banyak digunakan dalam parfum, flavor, obat-obatan, cat, plastik, dan lain
sebagainya (Lutony dan Rahmayati, 2002).
Jenis terpena yang terpenting dalam minyak cengkeh yaitu eugenol.
70-90%. Terpen yang lainnya, di antaranya berupa eugenol asetat dan caryophylene.
Ketiga senyawa terpena tersebut menjadi komponen utama penyusun minyak
cengkeh dengan kadar total dapat mencapai 99% dari minyak atsiri yang
dikandungnya (Lutony dan Rahmayati, 2002).
Clove oil merupakan minyak atsiri yang diperoleh dari bunga cengkeh.
Kandungan minyak atsiri di dalam bunga cengkeh mencapai 21,3% dengan kadar
eugenol antara 78-95%. Menurut Gildemister dan Hoffman, sifat fisik dan kimia
minyak bunga cengkeh adalah berat jenis pada 15oC antara 1,0465-1,0681 dan
kandungan eugenol antara 79-95 (Lutony dan Rahmayati, 2002).
Clove stem oil merupakan minyak atsiri yang didapat dari tangkai atau
gagang bunga cengkeh. Kandungan eugenol di dalam minyak gagang cengkeh
sekitar 83-95%, sedikit lebih tinggi dibandingkan eugenol pada minyak bunga
cengkeh. Namun sebaliknya, kadar eugenol asetat dan caryophyllene minyak
gagang cengkeh sangat sedikit (Lutony dan Rahmayati, 2002).
Clove leaf oil merupakan minyak atsiri yang didapat dari daun cengkeh.
Seperti halnya minyak cengkeh yang berasal dari bunga dan gagang, sifat minyak
daun cengkeh pada dasarnya sama, hanya saja kandungan eugenolnya relatif
rendah. Selain itu, minyak daun cengkeh juga memiliki bau yang tidak seharum
clove oil (Lutony dan Rahmayati, 2002).
Pemanfaatan minyak cengkeh cukup luas, terutama untuk keperluan
industri farmasi atau obat-obatan, industri wewangian (campuran minyak
pembuatan vanillin sintesis yang banyak digunakan dalam industri makanan atau
minuman (Lutony dan Rahmayati, 2002).
Supaya minyak cengkeh tidak mengalami perubahan, khususnya akibat
bersenyawa dengan besi, pada saat penyimpanan, pengangkutan maupun
pemasaran, sebaiknya dikemas dengan baik dalam botol kaca yang berwarna,
drum aluminium, atau dapat juga dalam drum timah putih (Lutony dan
Rahmayati, 2002).
2.2. Minyak Daun Cengkeh
Dalam minyak daun cengkeh biasanya mengandung eugenol dalam
persentase lebih rendah dari pada minyak cengkeh, eugenol asetat berada dalam
minyak daun cengkeh dalam jumlah yang sangat sedikit. Zat-zat yang sangat
sedikit misalnya metil-n-amil keton yang terperan dalam menimbulkan
karakteristik bau buah-buahan pada minyak cengkeh, dalam minyak daun cengkeh
berada dalam jumlah yang lebih sedikit lagi dari yang terdapat dalam minyak
gagang cengkeh, jadi jelas minyak daun cengkeh dapat dianggap lebih kasar dan
“kurang” mempunyai bau atau bau khas cengkeh (Guenther, 1990).
Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri yang paling kuat daya
antiseptiknya, sering digunakan untuk obat sakit gigi dan untuk meringankan
nyeri. Sering dicampurkan pada obat gosok karena dapat meringankan nyeri otot
dan artritis (Koensoemardiyah, 2009).
Minyak cengkeh dapat menimbulkan iritasi pada kulit, terutama pada
minyak atsiri dari bunganya, karena minyak atsiri dari daunnya terlalu banyak
mengandung eugenol (Koensoemardiyah, 2009).
Menurut SNI (06-2387-2006) minyak daun cengkeh memiliki beberapa
persyaratan mutu. Adapun parameter persyaratan mutu minyak daun cengkeh
dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 1 Parameter Syarat Mutu Minyak Daun Cengkeh Menurut SNI 06-2387-2006
2.3 Pembuatan Minyak Daun Cengkeh
Minyak cengkeh diperoleh melalui penyulingan dengan cara dikukus.
Gagang dan bunga cengkeh harus dikecilkan ukurannya dengan cara digiling
kasar sebelum diproses (Yuliani dan Satuhu, 2012).
Minyak atsiri yang disuling oleh para penyuling skala kecil terkadang
kurang memenuhi persyaratan standar. Sebagai contoh, terdapat warna keruh
kecokelatan pada minyaknya. Hal tersebut disebabkan oleh proses penyulingan
dengan menggunakan ketel yang terbuat dari drum bekas. Untuk mempertahankan
agar kualitasnya tetap terjaga, perlu dilakukan pemurnian (Yuliani dan Satuhu,
Pemurnian merupakan suatu proses untuk meningkatkan kualitas minyak
agar nilai jualnya lebih tinggi. Menurut Yuliani dan Satuhu (2012) metode
pemurnian untuk minyak atsiri dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu secara
kimia dan fisika.
1. Metode kimia
Pemurnian secara kimia dilakukan dengan menambahkan bahan kimia
yang dapat menyerap logam-logam pengotor seperti Pb, Zn, dan Fe. Ketiga
logam ini bisa ikut tercampur pada proses penyulingan. Proses penyulingan
yang menggunakan tangki ketel dari drum bekas biasanya menghasilkan
minyak berwarna kecokelatan akibat adanya pelepasan zat besi yang berasal
dari drumnya.
Untuk menghilangkan/memudarkan warna tersebut, dapat ditambahkan
bahan kimia. Berdasarkan cara kerjanya, bahan kimia dapat bersifat sebagai
adsorban/penyerap, senyawa pembentuk kelat, dan penghilang senyawa
terpen.
- Adsorban
Berapa bahan kimia yang digunakan sebagai adsorban
antara lain alumina, silika, bentonit, arang aktif, dan zeolite. Dari
hasil penelitian, diketahui bentonit adalah adsorban terbaik yang
dapat menyerap warna serta logam Pb, Zn, Fe.
- Senyawa pengelat
Pada proses pengelatan, terjadi pengikatan logam dengan
pengelat yang dikenal dengan istilah flokulasi. Proses ini terjadi
karena adanya keseimbangan antara kompleks logam dengan
senyawa pengelat. Bahan yang dapat digunakan untuk pengelat
antara lain asam sitrat, asam malat, asam tartrat, dan EDTA.
- Penghilang senyawa terpen atau deterpenasi ( terpenless )
Penghilangan senyawa terpen pada umumnya hanya
dilakukan pada industri parfum. Kandungan terpen yang terlalu
tinggi akan menurunkan kelarutan minyak dalam alkohol sehingga
parfum yang dihasilkan menjadi keruh. Sebagai contoh,
deterpenasi minyak pepermint akan meningkatkan menton yang
merupakan salah satu senyawa keton. Akan tetapi, proses
deterpenasi biasanya juga tidak diinginkan oleh seorang terapis
aroma. Hal itu karena dengan menghilangkan senyawa terpen,
sebagian khasiat dari minyak atsiri tersebut juga akan hilang.
2. Metode fisika
Pemurnian secara fisika pada umunya dilakukan dengan mendestilasi
ulang (redestilation) minyak atsiri atau destilasi terfraksi. Minyak atsiri yang
diperoleh melalui metode ini warnanya lebih jernih dan komponen utamanya
lebih tinggi. Redestilasi dilakukan melalui pendestilasian ulang minyak
dengan menambahkan air sebanyak 3-5 bagian minyaknya (Yuliani dan
Satuhu, 2012).
Konstruksi alat yang digunakan untuk memproduksi minyak cengkeh
atsiri yang lain. Disarankan agar proses produksi minyak daun cengkeh dilakukan
dengan model penyulingan uap dan air (Lutony dan Rahmayati, 2002).
Daun cengkeh yang akan disuling bukanlah daun yang masih hijau atau
masih menempel pada pohonnya, tetapi daun cengkeh kering yang sudah
merupakan “daun jatuhan” dari pohon. Selain harus kering, diusahakan agar daun
tidak kotor dan masih utuh (Lutony dan Rahmayati, 2002).
Minyak cengkeh yang baru disuling hampir tidak berwarna sampai
berwarna kekuning-kuningan. Namun, jika disimpan dalam jangka waktu yang
cukup lama, secara berangsur-angsur warnanya akan berubah sampai akhirnya
berwarna kegelapan. Sifat utama minyak cengkeh yaitu sangat membiaskan
cahaya, berbau khas seperti cengkeh, dan rasanya sangat pedas (Lutony dan
Rahmayati, 2002).
2.4 Standar Mutu Minyak Atsiri
Minyak atsiri mempunyai sifat fisik yang berbeda antara satu dengan
lainnya. Sebagai contoh, ciri fisik dapat dilihat dari warna dan bau yang khas dari
masing-masing minyak serta kelarutannya di dalam alkohol 70% atau 90%.
Beberapa hal tersebut dapat dijadikan patokan awal agar terhindar dari pemalsuan.
Pada umumnya, minyak atsiri mudah larut dalam alkohol 70% atau 90% dan
kelarutan minyaknya antara 1-5 bagian alkohol (Yuliani dan Satuhu, 2012).
Komponen aktif yang terdapat pada minyak atsiri memiliki berbagai
makan, karminatif, deodoran, ekspektoran, insektisida, dan sedatif (Yuliani dan
Satuhu, 2012).
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Minyak Atsiri
Menurut Yuliani dan Satuhu (2012) mutu minyak atsiri dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain:
2.6 Penentuan Bobot Jenis
Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu
dan kemurnian minyak atsiri. Dari seluruh sifat fisika-kimia, nilai bobot jenis
sudah sering dicantumkan dalam pustaka. Nilai BJ minyak atsiri berkisar antara
0,696-1,188 pada 15 derajat. Piknometer adalah alat penetapan bobot jenis yang
praktis dan tepat digunakan. Bentuk kerucut piknometer bervolume sekitar 10 ml,
dilengkapi dengan sebuah termometer dan sebuah kapiler dengan gelas penutup
(Guenther, 1987).
Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu
dan kemurnian minyak atsiri. Nilai bobot jenis minyak atsiri pada suhu 20oC
dengan berat air pada volume air sama dengan volume minyak pada suhu 20oC.
Untuk penetapan nilai bobot jenis dari minyak atsiri digunakan alat piknometer
yang dilengkapi dengan termometer dan sebuah kapiler dengan karet penutup
(Guenther, 1987).
2.7 Penentuan Indeks Bias
Jika cahaya melewati media kurang padat ke media lebih padat, maka
sinar akan membelok atau “membias” dari garis normal. Jika e adalah sudut sinar
pantul, dan i sudut sinar datang, maka menurut hukum pembiasan. Dimana n
adalah indeks bias media kurang padat, dan N indeks bias media lebih padat.
Refraktometer adalah alat yang tepat dan cepat untuk menetapkan nilai indeks
bias. Dari beberapa tipe refraktometer maka yang dianggap paling baik adalah
refraktometer Pulfrich dan Abbe (Guenther, 1987).
Indeks bias merupakan perbandingan kecepatan cahaya dalam ruang
hampa terhadap kecepatannya dalam suatu bahan. Suatu cahaya monokromatis
apabila dilewatkan suatu bahan transparan yang satu ke dalam bahan yang lain
dengan kecepatan berbeda akan direfraksikan atau diteruskan bila masuknya tegak
lurus bidang kontak ke dua zat tersebut. Hasil dan arah pembengkokan tergantung
densitas kedua bahan. Indeks bias merupakan konstanta fisika yang sering kali di
gunakan untuk menentukan identitas dan kemurnian suatu bahan. Alat yang
digunakan adalah refraktometer. Refraktometer yang paling baik adalah
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Minyak atsiri awalnya dikenal sebagai minyak esensial. Minyak ini sudah
dikenal sejak tahun 3.000 SM oleh penduduk Mesir Kuno dan digunakan untuk
tujuan keagamaan, pengobatan, atau sebagai balsam untuk mengawetkan
jenazah. Pindah ke bangsa Cina Kuno. Di sana, minyak atsiri sudah dikenal sejak
tahun 2.000 SM dan biasa digunakan untuk berbagai macam terapi, khususnya
untuk pijat, akupuntur, mandi, dan obat hirup (Yuliani dan Satuhu, 2012).
Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, atau minyak esensial karena
pada suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap di udara terbuka. Istilah esensial
dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam keadaan
segar dan murni tanpa pencemar, minyak atsiri umumnya tidak berwarna.
Namun, dalam penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi dan
membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua (gelap). Untuk
mencegah supaya tidak berubah warna, minyak atsiri harus terlindungi dari
pengaruh cahaya, misalnya disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap.
Bejana tersebut juga diisi sepenuh mungkin sehingga tidak memungkinkan
berhubungan langsung dengan oksigen udara, ditutup rapat, serta disimpan di
Minyak atsiri memiliki kandungan aktif yang disebut terpenoid atau
terpena. Jika tanaman memiliki kandungan senyawa ini, berarti tanaman tersebut
memiliki potensi untuk dijadikan minyak atsiri. Zat inilah yang mengeluarkan
aroma atau bau yang khas yang terdapat pada banyak tanaman, misalnya pada
rempah atau yang dapat memberikan cita rasa di dalam industri makanan dan
minuman (Kartasapoetra, 1992).
Pada penelitian ini dilakukan penentuan bobot jenis dan indeks bias pada
minyak daun cengkeh berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI, 2006).
1.2. Tujuan Dan Manfaat 1.2.1 Tujuan
− Untuk mengetahui nilai bobot jenis pada minyak daun cengkeh
− Untuk mengetahui nilai indeks bias pada minyak daun cengkeh
1.2.2 Manfaat
− Untuk dapat mengetahui bobot jenis dan indeks bias pada minyak daun
cengkeh apakah memenuhi syarat SNI atau tidak.
PENENTUAN BOBOT JENIS DAN INDEKS BIAS PADA MINYAK DAUN CENGKEH
ABSTRAK
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa proses metabolisme dalam
tanaman, yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia
dengan adanya air. Minyak tersebut disintesis dalam sel kelenjar pada jaringan
tanaman dan ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin. Minyak atsiri selain
dihasilkan oleh tanaman dapat juga terbentuk dari hasil degradasi trigliserida oleh
enzim atau dapat dibuat secara sintesis.
Komponen aktif yang terdapat pada minyak atsiri memiliki berbagai
kemampuan seperti antiimflamasi, antiseptik/antibakteri, perangsang selera
makan, karminatif, deodoran, ekspektoran, insektisida, dan sedatif.
Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri yang paling kuat daya
antiseptiknya, sering digunakan untuk obat sakit gigi dan untuk nyeri. Sering
dicampurkan pada obat gosok karena menimbulkan rasa hangat, dan dapat
meringankan nyeri otot dan artritis. Parameter yang digunakan yaitu penentuan
bobot jenis dan indeks bias dengan menggunakan alat piknometer berkapasitas 10
ml dan refraktometer pada suhu 20oC ± 0,2oC.
Dari hasil percobaan yang dilakukan bahwa jumlah rata-rata bobot jenis
dan indeks bias dari dua kali percobaan untuk minyak daun cengkeh
masing-masing adalah 1,035 dan 1,529. Hasil ini memenuhi Persyaratan mutu pada SNI
06-2387-2006 yaitu maksimal 1,049 untuk bobot jenis sedangkan untuk indeks
bias maksimal 1,535. Hal ini menunjukkan bahwa mutu minyak daun cengkeh
bagus untuk digunakan.
DETERMINATION OF SPECIFIC GRAVITY AND REFRACTIVE INDEX ON CLOVE LEAF OIL
ABSTRACT
Essential oil is one of the results of the rest of the metabolic processes in the plant, which is formed by the reaction between the various chemical compounds in the presence of water. The oil is synthesized in the gland cells in plant tissue and there is also formed in the resin vessels. Other essential oils produced by plants can also be formed from the proceeds of triglycerides by enzymatic degradation or can be synthesized.
Active components contained in the essential oil has a variety of capabilities such as anti-inflammatory, antiseptic/antibacterial, appetite stimulant, carminative, deodorant, expectorant, insecticide, and sedative.
Clove oil is an essential oil antiseptic power of the most powerful, is often used to cure toothache and for pain. Often mixed with liniment for causing a feeling of warmth, and can relieve muscle pain and arthritis. The parameters used are the determination of specific gravity and refractive index by using the tools Pycnometer capacity of 10 ml and a refractometer at a temperature of 200C ± 0,20C.
From the results of experiments conducted that the average number of specific gravity and refractive index of the two trials for clove leaf oil, respectively 1.035 and 1.529. These results meet the quality requirements at the maximum of 1,049 SNI 06-2387-2006 for specific gravity while the maximum refractive index of 1.535. This shows that good quality clove oil to use.
PENENTUAN BOBOT JENIS DAN INDEKS BIAS PADA
MINYAK DAUN CENGKEH
TUGAS AKHIR
OLEH:
RIZKI AMALIYAH HSB NIM 102410010
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
PENENTUAN BOBOT JENIS DAN INDEKS BIAS PADA
MINYAK DAUN CENGKEH
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh:
RIZKI AMALIYAH HSB NIM 102410010 Medan, Mei 2013
Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,
Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, S. U., Apt. NIP 195306191983031001
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta Shalawat dan Salam kepada
Rasulullah Muhammad SAW sehingga penulis dapat menempuh perjalanan dalam
penyelesaiaan tugas akhir ini.
Tugas Akhir ini berjudul “PENENTUAN BOBOT JENIS DAN
INDEKS BIAS PADA MINYAK DAUN CENGKEH”. Tugas Akhir ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada program
Studi Diploma III Analis Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Medan.
Dalam menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini, ternyata tidaklah semuda
yang dibayangkan sebelumnya. Namun berkat dorongan, semangat dan dukungan
dari berbagai pihak merupakan kekuatan yang sangat besar hingga
terselesaikannya tugas akhir ini. Khususnya dorongan dari kedua orang tua
penulis baik moril maupun materil serta do’a. Mereka adalah Ayahanda Damsan
Hasibuan dan Ibunda Siti Ros Bayani Lubis yang merupakan Inspirator dan
pemacu semangat penulis agar tidak pernah berhenti untuk menempuh cita-cita
yang diharapkan.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas
2. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, S.U., Apt., selaku Dosen
Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan nasehat
serta perhatiannya hingga selesainya Tugas Akhir ini.
3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program
Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Lisni selaku Penyelia Laboratorium Minyak Atsiri dan bahan
penyegar UPTD Balai Penguji dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB)
Medan, yang telah memberi fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan
Praktik Kerja Lapangan.
5. Seluruh Dosen/Staf Pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara.
6. Seluruh Staf dan Pegawai UPTD Balai Penguji dan Sertifikasi Mutu
Barang (BPSMB) Medan, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran kepada penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.
7. Untuk abang Abdul Rahman Sianipar yang telah memberikan semangat,
doa, motivasi, dukungan dan menjadi penopang dalam setiap langkahku.
8. Untuk Sahabat-sahabatku (Yuli, Mia, Dini, Nita, Salimah dan Vivi) yang
telah memberikan semangat dan dukungan.
9. Untuk kak Desy Ermayanti Hsb dan kak Lurey Fadlillah Lubis yang telah
memberikan semangat, dukungan, motivasi dan membantu penulis dalam
10.Teman-teman PKL yang saling mendukung dan bahu membahu selama
PKL hingga Tugas Akhir ini selesai dan teman-teman mahasiswa Analis
Farmasi dan Makanan stambuk 2010 semuanya tanpa terkecuali, adik-adik
stambuk 2011 dan 2012 yang tidak disebutkan namanya satu persatu,
terima kasih atas kebersamaan dan semangatnya selama ini, serta masukan
dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
11.Serta pihak-pihak yang telah ikut membantu penulis namun tidak
tercantum namanya.
Sebagai seorang manusia dengan keterbatasan ilmu pengetahuan
yang dikuasai, penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih sangat jauh
dari sempurna sehingga membutuhkan masukan dan kritikan yang bersifat
membangun, oleh karena itu penulis sangat membuka luas bagi yang ingin
menyumbangkan masukan dan kritik demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca.
Medan, Mei 2013
Penulis,
Rizki Amaliyah Hsb
NIM 102410010
PENENTUAN BOBOT JENIS DAN INDEKS BIAS PADA MINYAK DAUN CENGKEH
ABSTRAK
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa proses metabolisme dalam
tanaman, yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia
dengan adanya air. Minyak tersebut disintesis dalam sel kelenjar pada jaringan
tanaman dan ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin. Minyak atsiri selain
dihasilkan oleh tanaman dapat juga terbentuk dari hasil degradasi trigliserida oleh
enzim atau dapat dibuat secara sintesis.
Komponen aktif yang terdapat pada minyak atsiri memiliki berbagai
kemampuan seperti antiimflamasi, antiseptik/antibakteri, perangsang selera
makan, karminatif, deodoran, ekspektoran, insektisida, dan sedatif.
Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri yang paling kuat daya
antiseptiknya, sering digunakan untuk obat sakit gigi dan untuk nyeri. Sering
dicampurkan pada obat gosok karena menimbulkan rasa hangat, dan dapat
meringankan nyeri otot dan artritis. Parameter yang digunakan yaitu penentuan
bobot jenis dan indeks bias dengan menggunakan alat piknometer berkapasitas 10
ml dan refraktometer pada suhu 20oC ± 0,2oC.
Dari hasil percobaan yang dilakukan bahwa jumlah rata-rata bobot jenis
dan indeks bias dari dua kali percobaan untuk minyak daun cengkeh
masing-masing adalah 1,035 dan 1,529. Hasil ini memenuhi Persyaratan mutu pada SNI
06-2387-2006 yaitu maksimal 1,049 untuk bobot jenis sedangkan untuk indeks
bias maksimal 1,535. Hal ini menunjukkan bahwa mutu minyak daun cengkeh
bagus untuk digunakan.
DETERMINATION OF SPECIFIC GRAVITY AND REFRACTIVE INDEX ON CLOVE LEAF OIL
ABSTRACT
Essential oil is one of the results of the rest of the metabolic processes in the plant, which is formed by the reaction between the various chemical compounds in the presence of water. The oil is synthesized in the gland cells in plant tissue and there is also formed in the resin vessels. Other essential oils produced by plants can also be formed from the proceeds of triglycerides by enzymatic degradation or can be synthesized.
Active components contained in the essential oil has a variety of capabilities such as anti-inflammatory, antiseptic/antibacterial, appetite stimulant, carminative, deodorant, expectorant, insecticide, and sedative.
Clove oil is an essential oil antiseptic power of the most powerful, is often used to cure toothache and for pain. Often mixed with liniment for causing a feeling of warmth, and can relieve muscle pain and arthritis. The parameters used are the determination of specific gravity and refractive index by using the tools Pycnometer capacity of 10 ml and a refractometer at a temperature of 200C ± 0,20C.
From the results of experiments conducted that the average number of specific gravity and refractive index of the two trials for clove leaf oil, respectively 1.035 and 1.529. These results meet the quality requirements at the maximum of 1,049 SNI 06-2387-2006 for specific gravity while the maximum refractive index of 1.535. This shows that good quality clove oil to use.
2.6 Penentuan Bobot Jenis ... 11
2.7 Penentuan Indeks Bias ... 12
BAB III METODE PENGUJIAN ..… ... 13
3.1 Alat dan Bahan ... 13
3.1.1 Alat ... 13
3.1.2 Bahan-bahan ... 13
3.2 Prosedur ... 14
3.2.1 Penentuan Bobot Jenis ... 14
3.2.2 Penentuan Indeks Bias ... 15
3.3 Penyajian hasil uji ... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …. ... 16
4.1 Hasil ... 16
4.2 Pembahasan ... 17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 18
5.1 Kesimpulan ... 18
5.2 Saran ... 18
DAFTAR PUSTAKA ... 19
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Parameter Syarat Mutu Minyak Daun Cengkeh ... 7
Tabel 2 Hasil Penentuan Bobot Jenis ... 16
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Alat Penentuan Bobot Jenis dan Indeks Bias ……… 23
Gambar 2. Neraca Analitik ………. 24
Gambar 3. Alat Piknometer ………. 25