• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Bobot Jenis dan Indeks Bias Dari Minyak Fuli Sesuai Dengan Standar Mutu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Bobot Jenis dan Indeks Bias Dari Minyak Fuli Sesuai Dengan Standar Mutu"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hampir seluruh tanaman penghasil minyak atsiri yang saat ini tumbuh di wilayah Indonesia sudah dikenal oleh sebagian masyarakat. Bahkan beberapa jenis tanaman minyak atsiri menjadi bahan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar, batang, kulit, daun, bunga, buah, atau biji. Sifat minyak atsiri yang menonjol antara lain mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan aroma tanaman yang menghasilkannya, dan umumnya larut dalam pelarut organik (Lutony dan Rahmayati, 1994).

Sejak dahulu minyak atsiri telah banyak digunakan untuk berbagai pengobatan. Pemanfaatan minyaknya untuk berbagai penyembuhan penyakit sudah terbukti, baik secara empiris maupun ilmiah. Komponen aktif yang terdapat pada minyak atsiri memiliki berbagai kemampuan seperti antiinflamasi, antiseptik/antibakteri, perangsang selera makan, karminatif, deodoran, ekspektoran, insektisida, dan sedatif. Minyak atsiri merupakan preparat antimikroba alami yang dapat berkerja terhadap bakteri, virus, dan jamur yang telah dibuktikan secara ilmiah oleh banyak peneliti (Yuliani dan Satuhu, 2012).

(2)

1.1 Tujuan

- Untuk mengetahui Bobot Jenis dari minyak fuli. - Untuk mengetahui Indeks Bias dari minyak fuli.

1.2 Manfaat

Adapun manfaat dari tugas akhir ini yaitu:

- Untuk mengetahui Bobot Jenis dan Indeks Bias yang terdapat dalam minyak fuli pala apakah memenuhi syarat sesuai dengan SNI atau tidak.

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Pala

Tanaman Pala atau Myristica fragrans Houtt adalah termasuk familia Myristicaceae, yang tumbuh di Indonesia, terutama di Maluku. Pohon pala merupakan tanaman berumah dua tingginya sekitar 10 meter. Buahnya yang masak berwarna kuning, di bagian tengahnya terdapat alur, garis tengah buah ini sekitar 5 cm. Pengembangbiakan tamanan ini dengan menggunakan bijinya, setelah berumur 8-9 tahun baru mulai berbunga dan berbuah dan keadaan ini akan dipertahankannya sampai tanaman berumur sekitar 75 tahunan. Tindakan okulasi dapat menjamin pembuahan yang baik. Biji pala yang banyak diperlukan sebagai bahan obat berkadar minyak atsiri yang tidak kurang dari 5% volume berat, sedangkan kadar minyak atsiri serbuk tidak kurang dari 4% (Kartasapoetra, 1992). 2.1.1 Klasifikasi tanaman pala (Myristica fragrans Houtt)

Kingdom : Plantae Division : Spermatophyta Sub division : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Magnoliales Famili : Myristicaceae Genus : Myristica

Spesies : Myristica fragrans Houtt, Myristica argentea Ware,

Myristica fattua Houtt, Myristica specioga Ware,

Myristica sucedona BL, Myristica malabarica Lam

(Hapsoh dan Hasanah, 2011).

(4)

merupakan komoditas ekspor Indonesia dan menduduki sekitar 60% dari jumlah ekspor pala dunia (Hatta, 1993).

Bagian dari tanaman pala yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi adalah buahnya. Kedudukannya sebagai bahan penting untuk industri atau sebagai komoditas perdagangan menyebabkan bangsa-bangsa di benua Eropa pada abad pertengahan memperebutkan daerah-daerah penghasil pala di Indonesia. Hasil pala Indonesia mempunyai keunggulan di pasar dunia karena memiliki aroma yang khas dan memiliki rendemen minyak yang tinggi. Hanya sekitar 40% kebutuhan pala dunia dipenuhi dari Granada, India dan beberapa negara penghasil pala lainnya. Sedangkan sekitar 60% kebutuhan pala dunia dapat dipenuhi Indonesia, yakni berupa biji pala dan selaput biji (fuli) yang dapat menghasilkan devisa cukup besar (Hatta, 1993).

2.1.2 Kandungan zat-zat pada biji pala

a. Minyak atsiri sampai 10%, berisi miristin (yang bersifat membius) sekitar 4%, pinen, 80% kamfer, 8% dipente, safrol 0,6%, egenol, koegenol, dan alkohol 6%.

b. Minyak lemak sekitar 40%, berupa gliserida dari asam miristinat, asam oleat dan asam linolenat.

c. Abu 4%, zat putih telur 25% sampai 40%, pati dan gula.

(5)

2.2 Minyak Pala

Buah pala menghasilkan biji pala (nutmeg) dan pembungkus biji (fuli;

maces). Umumnya setelah dikeringkan, kedua hasil itu diekspor langsung. Di

negara perantara, atau pemakai, biji dan fuli yang utuh dan besar, langsung digunakan untuk rempah-rempah. Biji dan fuli yang kecil dan cacat, dijadikan serbuk untuk disuling, dikempa atau dijadikan oleoresin (Harris, 1987).

Minyak pala merupakan cairan jernih (hampir tidak berwarna) sampai kuning muda. Sifat-sifat minyak dari biji teryata tidak berbeda dengan minyak dari fuli pala. Bahkan kebanyakan minyak pala dihasilkan dari campuran biji dan fuli pala. Minyak pala jika di biarkan di udara terbuka akan berubah menjadi kental karena terjadi pristiwa polimerisasi dan berbau terpentin atau berbau campuran yang tidak menyenangkan (Harris, 1987).

Kecuali disuling, serbuk biji dan fuli pala dapat dikempa menggunakan alat pengempa tekanan udara panas. Cara ini menghasilkan nutmeg concrete (pekat, mencair pada suhu 45°C), ini mengandung minyak terbang sekitar 12%, damar, dan juga gliseril miristikat. Dalam industri wewangian, biasanya minyak pala dicampur dengan air lavender untuk menghasilkan bau yang harum dan lembut serta sulit ditiru (Harris, 1987).

Sejak akhir tahun 1960-an, negara-negara yang maju menghasilkan

mace-oleoresin dan nutmeg oleoresin. Kedua oleoresin ini mempunyai pasaran yang

luas dalam industri makanan, seperti daging, kue, acar, sampai ke saus tomat. Kedua oleoresin ini lebih digemari dari pada nutmeg concrete karena bentuknya cair meskipun konsistensinya kental (Harris, 1987).

Mace oleoresin dan nutmeg oleoresin bisa digunakan secara terpisah atau

(6)

tetapi kurang mengandung aroma. Sementara nutmeg oleoresin mengandung aroma pala, tetapi kurang memiliki rasa. Rendemen untuk mace oleoresin berkisar antara 30%-35%, dan nutmeg oleoresin sekitar 35%-40%. Produsen dan sekaligus pengekspor kedua oleoresin terbesar adalah Inggris dan Amerika Serikat (Harris, 1987).

Pada prinsipnya komponen dalam biji pala dan fuli terdiri dari minyak atsiri, minyak lemak, protein, selulosa, pentosan, pati, resin dan mineral-mineral. Persentase dari komponen-komponen bervariasi dipengaruhi oleh klon, mutu dan lama penyimpanan serta tempat tumbuh. Kandungan minyak lemak dari biji pala utuh bervariasi dari 25% sampai 40%, sedangkan pada fuli antara 20% sampai 30%. Biji pala yang dimakan ulat mempunyai presentase minyak atsiri lebih tinggi dari pada biji utuh karena pati dan minyak lemaknya sebagian dimakan oleh serangga. Biji pala mengandung minyak atsiri sekitar 2%-16% dengan rata-rata pada 10% dan fxed oil (minyak lemak) sekitar 25%-40% karbohidrat sekitar 30% dan protein sekitar 6% (Yuliani dan Satuhu, 2012).

2.2.1 Mutu minyak pala dan fuli pala

Nutmeg oil ialah minyak hasil sulingan serbuk biji pala. Sedangkan penyulingan fuli menghasilkan mace oil. Dalam dunia perdagangan, kedua minyak itu tidak dibedakan, karena kesamaan unsur-unsur yang dikandung. Rendemen nutmeg oil dan mece oil sekitar 7%–15%, mengandung unsur-unsur:

eugenol, iso-eugenol, terpineol, borneol, linalol, geraniol, safrole, aldehyde,

terpene, dan cairan bebas. Minyak-minyak itu berwarna kuning (Harris, 1987).

(7)

Table 1. Parameter Syarat Mutu Minyak Fuli Menurut SNI 06-2322-1991

2.3 Pasca Panen Buah Pala

(8)

ditandai dengan warna fuli masih keputih-putihan, tempurung berwarna putih kecoklatan, dan daging buahnya masih lunak. Buah muda dengan tingkat kemasakan 20 minggu memiliki tanda berupa warna hijau pada kulit buah, biji lunak berwarna putih, warna fuli putih dan masih melekat pada biji, serta memiliki kadar minyak sebesar 10%. Pada buah dengan tingkat kemasakan 22 minggu (buah pala-tua), ditandai oleh warna hijau pada kulit buah, biji sudah keras berwarna putih kehitaman dengan fuli berwarna merah muda dan mudah lepas, serta memiliki kandungan minyak atsiri tertinggi sebesar 10,72%. Pada buah pala tua (24 minggu), kadar minyak bijinya menurun sangat tajam menjadi 5,0%. Berdasarkan kriteria itu, buah pala umur 22 minggu akan menghasilkan kadar minyak atsiri yang optimal (Yuliani dan Satuhu, 2012).

2.4 Penyulingan Fuli Pala

Cara dan lama penyulingan fuli pala hampir sama dengan penyulingan biji pala. Akan tetapi, bahan baku pada penyulingan fuli tidak perlu digiling terlebih dulu. Minyak pala dan fuli berwarna jernih sampai kuning pucat dan mempunyai komposisi kimia yang hampir sama. Kandungan senyawa myristicin di dalam minyak fuli kadarnya lebih tinggi dibandingkan dengan minyak pala (Yuliani dan Satuhu, 2012).

(9)

2.4.1 Tahap-tahap Pembuatan Minyak Fuli Pala

1. Untuk fuli pala, gunakan fuli pala berumur 24 minggu tanpa harus digiling. 2. Siapkan peralatan penyulingan, lalu dimasukkan fuli pala ke dalam ketel. 3. Suling fuli pala dengan cara dikukus selama 8 jam atau sampai minyak

tidak menetes lagi. Rendemen minyak fuli pala yang diperoleh sekitar 13,75%.

4. Pisahkan minyak yang masih bercampur air dengan membuka kran tabung pemisah.

5. Tambahkan natrium sulfat anhidrat atau magnesium sulfat anhidrat 2-5% ke dalam minyak sehingga diperoleh minyak yang bebas air.

6. Keluarkan bahan sisa penyulingan dari ketel setelah ketel penyulingan dingin, kemudian ketel dibersihkan (Yuliani dan Satuhu, 2012).

2.5 Fuli Pala

Fuli merupakan benda yang menyelimuti biji buah pala yang berbentuk seperti anyaman atau jala, yang dalam dunia perdagangan sering disebut dengan istilah “bunga pala”. Bunga pala ini dalam bentuk kering banyak dijual di dalam negeri. Di Jawa Tengah para pedagang obat tradisional menjajakannya dengan nama “kembang pala”.

Fuli yang sudah kering dapat disortasi menjadi tiga macam yaitu:

1. Fuli yang utuh berwarna jingga berasal dari buah pala yang telah masak. Fuli ini tergolong mempunyai kualitas yang baik.

(10)

3. Fuli yang tipis berasal dari buah pala yang belum masak tetapi buah yang telah membusuk. Fuli ini tergolong berkualitas sedang atau kurang baik. Fuli-fuli yang sudah disortasi berdasarkan kualitasnya, kemudian masing masing dikemas dan siap untuk diekspor. Pada jamannya Rhumphius, fuli itu diekspor dalam bentuk bal yang diikat erat-erat dengan tali rotan. Sebelum dikirim fuli itu diperciki dengan sedikit air garam agar tidak pecah dan menjaga kelembaban. Cara membuat basah fuli dengan air garam itu kemudian tidak dikerjakan lagi, kecuali di daerah Jati Runggo, terutama terhadap fuli yang belum dikeringkan. Tujuannya adalah untuk menghindari pembusukan (Hatta, 1993).

Fuli yang sudah siap pakai untuk diproses lebih lanjut, yaitu dihaluskan/ditumbuk dan dikukus, kemudian diperas sehingga keluar lemaknya yang berwarna merah darah. Lemak dari fuli ini dapat diperdagangkan dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi (Hatta, 1993).

Minyak atsiri dari fuli dapat dihasilkan dengan cara menyuling fuli. Minyak fuli ini warnanya jernih dan mudah menguap. Minyak atsiri dari fuli mirip dengan minyak atsiri yang berasal dari biji pala. Di negara pengimpor, fuli diambil minyak atsirinya dan diperdagangkan dengan nama oil of mace. Minyak fuli ini sebagian digunakan sebagai penyedap berbagai masakan saus dan bahan makanan awetan dalam kaleng atau botol. Minyak fuli juga dapat dipakai sebagai obat rubepacien, minyak gosok dan balsem untuk penghangat kulit (Hatta, 1993).

(11)

seperti halnya minum teh. Teh fuli ini tidak akan memabukkan, sebab zat yang terkandung dalam fuli sebagian besar sudah hilang menguap ketika dikeringkan. Berbeda dengan daging buah yang sama sekali tidak dikeringkan (Hatta, 1993). 2.5.1 Pengeringan Bunga Pala (fuli)

Proses pengeringan fuli berbeda dengan proses pengeringan biji pala. Cara pengeringan fuli pala adalah sebagai berikut: fuli dijemur pada panas matahari secara perlahan-lahan selama beberapa jam, kemudian diangin-anginkan, hal ini dilakukan berulang-ulang sampai fuli itu kering. Warna fuli yang semula merah cerah, setelah dikeringkan akan menjadi merah tua dan akhirnya menjadi jingga. Dengan cara pengeringan seperti ini dapat menghasilkan fuli yang kenyal (tidak rapuh) dan berkualitas tinggi sehingga nilai ekonominya pun tinggi pula (Hapsoh dan Hasanah, 2011).

Penjemuran membutuhkan waktu sekitar 2–3 hari kalau cuaca cerah. Pada keadaan cuaca yang kurang baik, pengeringan akan tertunda dan akan menghasilkan fuli dengan mutu yang kurang baik karena berjamur dan warnanya kusam. Untuk menghindarkan hal seperti di atas, pada waktu musim hujan pengeringan dapat dilakukan dengan memakai alat pengering dengan suhu rendah tidak lebih dari 60°C untuk menghindarkan proses pengeringan yang terlalu cepat yang akan menyebabkan rapuhnya fuli dan hilangnya sebagian minyak atsiri (Hatta, 1993).

(12)

memisahkan fuli yang utuh dari yang tidak utuh, kemudian dikemas dengan kemasan yang bersih dan kering (Hatta, 1993).

2.5.2 Kegunaan Minyak Fuli Pala

Minyak pala dan fuli digunakan sebagai penambah flavor pada produk-produk berbasis daging, pikel, saus, dan sup, serta untuk menetralkan bau yang tidak menyenangkan dari rebusan kubis. Pada industri parfum, minyak pala digunakan sebagai bahan pencampur minyak wangi dan penyegar ruangan. Sebagai obat, biji pala bersifat karminatif (peluruh angin), stimulan, spasmolitik dan antiemetik (anti mual). Minyak pala juga digunakan dalam industri obat-obatan sebagai obat sakit perut dan diare. Pala berguna untuk mengurangi flatulensi, meningkatkan daya cerna, mengobati diare dan mual. Selain itu juga untuk obat maag, menghentikan muntah, mulas, perut kembung serta obat rematik (Librianto, 2004).

2.5.3 Penentuan Bobot Jenis

Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri. Dari seluruh sifat fisika-kimia, nilai bobot jenis sudah sering dicantumkan dalam pustaka. Nilai BJ minyak atsiri berkisar antara 0,696-1,188 pada 20oC. Piknometer adalah alat penetapan bobot jenis yang praktis dan tepat digunakan. Bentuk kerucut piknometer bervolume sekitar 10 ml, dilengkapi dengan sebuah termometer dan sebuah kapiler dengan gelas penutup (Guenther, 1987).

(13)

bobot jenis dari minyak atsiri digunakan alat piknometer yang dilengkapi dengan termometer dan sebuah kapiler dengan karet penutup (Guenther, 1987).

2.5.4 Penentuan Indeks Bias

(14)

PENENTUAN BOBOT JENIS DAN INDEKS BIAS DARI

MINYAK FULI SESUAI DENGAN STANDAR MUTU

TUGAS AKHIR

OLEH:

RUDIANSYAH

NIM 102410055

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

MEDAN

(15)
(16)

KATA PENGATAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta Shalawat dan Salam kepada Rasulullah Muhammad SAW sehingga penulis dapat menempuh perjalanan dalam penyelesaiaan tugas akhir ini.

Tugas Akhir ini berjudul “Penentuan Bobot Jenis dan Indeks Bias Dari Minyak Fuli Sesuai Dengan Standar Mutu”. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini, ternyata tidaklah semuda yang dibayangkan sebelumnya. Namun berkat dorongan, semangat dan dukungan dari berbagai pihak merupakan kekuatan yang sangat besar hingga terselesaikannya tugas akhir ini. Khususnya dorongan dari kedua orang tua penulis baik moril maupun materil serta do’a. Mereka adalah Ayahanda Sahdin dan Ibunda Rabilah yang merupakan Inspirator dan pemacu semangat penulis agar tidak pernah berhenti untuk menempuh cita-cita yang diharapkan.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada:

(17)

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc, Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma-III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, S.U, Apt., selaku Dosen Pembimbing. Yang telah meluangkan waktu untuk memberikan nasehat serta perhatiannya hingga selesainya Tugas Akhir ini.

4. Seluruh dosen/staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. 5. Ibu Ir. Novira Dwi SA, beserta Koordinator dan staf Laboratorium Unit

Pelayanan Teknis Daerah Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (UPTD BPSMB) Medan.

6. Seluruh teman-teman kuliah angkatan 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka. Sebagai seorang manusia dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang dikuasai, penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih sangat jauh dari sempurna sehingga membutuhkan masukan dan kritikan yang bersifat membangun, oleh karena itu penulis sangat membuka luas bagi yang ingin menyumbangkan masukan dan kritik demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca.

Medan, Mei 2013 Penulis,

(18)

Penentuan Bobot Jenis Dan Indeks Bias Dari Minyak Fuli Sesuai dengan Standar Mutu

ABSTRAK

Banyak jenis tumbuh-tumbuhan penghasil minyak yang kurang mengandung bau (aroma) dan tidak mudah menguap. Minyak tumbuh-tumbuhan jenis ini, misalnya kelapa sawit dan wijen, disebut minyak nabati atau tetap (fixed oil). Sebaliknya, terdapat aneka tumbuhan yang sangat mengandung aroma dan mudah menguap. Minyak ini dikenal sebagai minyak atsiri (essential oil). Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri. Dari seluruh sifat fisika-kimia, nilai bobot jenis sudah sering dicantumkan dalam pustaka. Penentuan bobot jenis dan indeks bias minyak fuli yang dilakukan di Balai Pengujian Setifikasi Mutu Barang (BPSMB) di Medan. Penetapan bobot jenis dari minyak fuli yang diuji adalah 0,923. Dari hasil yang diperoleh, bobot jenis minyak fuli yang diuji sesuai dengan SNI 06-2322-1991, dengan rentang 0,880-0,940. Sementara indeks bias dari minyak fuli yang didapat adalah 1,4885. Juga memenuhi syarat dari SNI 06-2322-1991 yaitu sebesar 1,4780-1,5010.

(19)

Determination of Weight Bias Index Types Of Oil and Fuli Accordance with Quality Standards

ABSTRACT

Many types of plants that contain less oil smell (aroma) and non-volatile. Oil plants of this type, such as oil and sesame oil, vegetable oil or a so-called permanent (fixed oil). Instead, there are various plants that contain the aroma and very volatile. These oils are known as essential oils (essential oils). Specific gravity is one of the important criteria in determining the quality and purity of essential oils. Of all physical-chemical properties, specific gravity values are often included in the bibliography. Determination of specific gravity and refractive index mace oil carried in the Testing Center for Product Quality certifications (BPSMB) in Medan. Determination of the specific gravity of the oil tested mace is 0.923. From the results obtained, mace oil specific gravity is tested in accordance with SNI 06-2322-1991, with a range of 0.880 to 0.940. While the refractive index of mace oil obtained is 1.4885. Also qualified from SNI 06-2322-1991 is equal to 1.4780 to 1.5010.

(20)

DAFTAR ISI

2.4.1 Tahap-tahap Pembuatan Minyak Fuli Pala ... 9

(21)

2.5.1 Pengeringan Bunga Pala (fuli) ... 11

2.5.2 Kegunaan Minyak Fuli Pala ... 12

2.5.3 Penentuan Bobot Jenis ... 13

2.5.4 ... Penentuan Indeks Bias ... 13

BAB III METODE PENGUJIAN ... 14

3.1 Penentuan Bobot Jenis Pada Fuli ... 14

3.2 Penentuan Indeks Bias ... 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

4.1 Hasil ... 17

4.2 Pembahasan ... 17

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 19

5.1 Kesimpulan ... 19

5.2 Saran ... 19

DAFTAR PUSTAKA ... 20

DAFTAR TABEL

(22)

Tabel 1. Parameter Syarat Mutu Minyak Fuli ... 7

Tabel 2. Hasil Penentuan Bobot Jenis Dari Minyak Fuli ... 17

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Penentuan Bobot Jenis dari Minyak Fuli ... 21

Lampiran 2. Penentuan Indeks Bias dari Minyak Fuli ... 23

Lampiran 3. Gambar 1 Alat penentuan Bobot Jenis dan Indeks Bias ... 24

Lampiran 4. Gambar 2 Timbangan Neraca Analitik ... 25

(24)

Penentuan Bobot Jenis Dan Indeks Bias Dari Minyak Fuli Sesuai dengan Standar Mutu

ABSTRAK

Banyak jenis tumbuh-tumbuhan penghasil minyak yang kurang mengandung bau (aroma) dan tidak mudah menguap. Minyak tumbuh-tumbuhan jenis ini, misalnya kelapa sawit dan wijen, disebut minyak nabati atau tetap (fixed oil). Sebaliknya, terdapat aneka tumbuhan yang sangat mengandung aroma dan mudah menguap. Minyak ini dikenal sebagai minyak atsiri (essential oil). Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri. Dari seluruh sifat fisika-kimia, nilai bobot jenis sudah sering dicantumkan dalam pustaka. Penentuan bobot jenis dan indeks bias minyak fuli yang dilakukan di Balai Pengujian Setifikasi Mutu Barang (BPSMB) di Medan. Penetapan bobot jenis dari minyak fuli yang diuji adalah 0,923. Dari hasil yang diperoleh, bobot jenis minyak fuli yang diuji sesuai dengan SNI 06-2322-1991, dengan rentang 0,880-0,940. Sementara indeks bias dari minyak fuli yang didapat adalah 1,4885. Juga memenuhi syarat dari SNI 06-2322-1991 yaitu sebesar 1,4780-1,5010.

(25)

Determination of Weight Bias Index Types Of Oil and Fuli Accordance with Quality Standards

ABSTRACT

Many types of plants that contain less oil smell (aroma) and non-volatile. Oil plants of this type, such as oil and sesame oil, vegetable oil or a so-called permanent (fixed oil). Instead, there are various plants that contain the aroma and very volatile. These oils are known as essential oils (essential oils). Specific gravity is one of the important criteria in determining the quality and purity of essential oils. Of all physical-chemical properties, specific gravity values are often included in the bibliography. Determination of specific gravity and refractive index mace oil carried in the Testing Center for Product Quality certifications (BPSMB) in Medan. Determination of the specific gravity of the oil tested mace is 0.923. From the results obtained, mace oil specific gravity is tested in accordance with SNI 06-2322-1991, with a range of 0.880 to 0.940. While the refractive index of mace oil obtained is 1.4885. Also qualified from SNI 06-2322-1991 is equal to 1.4780 to 1.5010.

(26)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Penentuan Bobot Jenis Pada Fuli Prinsip:

Perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada volume dan suhu yang sama.

3.1.1 Alat

- Neraca Analitik

- Penangas air yang dipertahankan pada suhu 20°C - Piknometer berkapasitas 25 ml

- Termometer yang telah distandarisasi 3.1.2 Bahan

- Cuci dan bersihkan piknometer, kemudian basuh berturut-turut dengan etanol dan dietileter.

- Keringkan bagian dalam piknometer tersebut dengan arus udara kering dan sisipkan tutupnya.

(27)

- Isi piknometer dengan air suling yang telah dididihkan terlebih dahulu pada suhu 20°C, sambil menghindari adanya gelembung-gelembung udara.

- Celupkan piknometer kedalam penangas air pada suhu 20°C ± 0.2°C selama 30 menit, sisipkan penutupnya dan keringkan piknometernya.

- Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit, kemudian timbang dengan isinya (mı).

- Kosongkan piknometer tersebut, cuci dengan etanol, kemudian keringkan dengan arus udara kering.

- Kemudian isi piknometer dengan minyak fuli dan hindari adanya gelembung-gelembung udara.

- Celupkan kembali piknometer kedalam penangas air pada suhu 20°C ± 0.2°C selama 30 menit, sisipkan tutupnya dan keringkan piknometer tersebut.

- Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan timbang (m2).

3.2 Penentuan Indeks Bias

Prinsip:

Metode ini didasarkan pada pengukuran langsung sudut bias minyak yang dipertahankan pada kondisi suhu yang tetap.

3.2.1 Alat

- Refraktometer

- Penangas air (Water bath)

(28)

3.2.2 Bahan

- Alkohol teknis

3.2.3 Prosedur

- Alirkan air melalui refraktometer agar alat ini berada pada suhu dimana pembacaan akan dilakukan.

- Suhu tidak boleh berada lebih dari ± 2○C dari suhu referensi dan terus dipertahankan dengan toleransi ± 0,2○C.

(29)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil penentuan Bobot Jenis dari minyak fuli yang dilaksanakan di Laboratorium minyak atsiri Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini:

Tabel 2. Hasil Penentuan Bobot Jenis Dari Minyak Fuli Parameter Satuan No. Sampel Hasil

Bobot Jenis - I

Tabel 3. Hasil Penentuan Indeks Bias Dari Minyak Fuli Parameter Satuan No. Sampel Hasil

Indeks Bias - I

(30)

Minyak pala diperoleh dari hasil penyulingan khusus biji pala dan fuli. Jenis pala yang baik untuk diambil minyaknya adalah jenis pala yang besar (buah pala yang berumur tiga bulan). Jenis ini menghasilkan minyak tertinggi dengan rendemen 15%. Dari buah yang berumur 6-7 bulan, kadar minyaknya mencapai kisaran 10-11%. Dan dari biji buah berumur 10 bulan, kadar minyaknya sekitar 6-7%. Minyak dari biji pala disebut nutmeg oil, sedangkan dari fuli diberi nama

mace oil (Yuliani dan Satuhu, 2012).

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 `Kesimpulan

Dari hasil rata-rata minyak fuli pala yang didapatkan dengan parameter Bobot Jenis adalah 0,923 dan sedangkan untuk parameter Indeks Bias rata-rata yang didapat adalah 1,4885. Hasil ini memenuhi persyaratan mutu sesuai dengan SNI 06-2322-1991.

5.2 Saran

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Guenther, E. (1987). Minyak Atsiri jilid I (Terjemahan). Jakarta: UI Press. Hal. 448-484.

Hapsoh., dan Hasanah, Y. (2011). Budidaya Tanaman Obat Dan Rempah. Medan: Indonesia. Hal. 96-107.

Harris, R. (1987). Tanaman Minyak Atsiri. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal 80-101. Hatta, S. (1993). Budidaya Pala, Komoditas Ekspor. Yogyakarta: Kanisius. Hal.

68-74.

Kartasapoetra, G. (1992). Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta: Anggota IKAPI. Hal 36.

Librianto, B.Y. (2004). Ekstraksi oleoresin pala (Myristica fragrans Houtt) dari ampas penyulingan minyak pala menggunakan pelarut organic. Skripsi

Fateta. IPB. Tanggal akses: 27 Februari 2013.

Lutony, T.L., dan Rahmayati, Y. (1994). Produksi dan Perdagangan Minyak

Asiri. Bandung: Penebar Swadaya. Hal. 98-103.

(33)

LAMPIRAN

a. Lampiran 1

Penentuan Bobot Jenis dari minyak fuli. Bobot Jenis

Dimana:

m: massa dalam gram piknometer kosong

m1: massa dalam gram piknometer berisi air pada suhu 20oC

(34)

2. Minyak Fuli pala B

Bobot Jenis d =

=

=

= 0,931

Rata-rata =

(35)
(36)
(37)

Gambar

Table 1. Parameter Syarat Mutu Minyak Fuli Menurut SNI 06-2322-1991
Tabel 3. Hasil Penentuan Indeks Bias  Dari Minyak Fuli
Gambar 1. Alat Penentuan Bobot Jenis dan Indeks Bias
Gambar 2. Neraca Analitik
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian dilakukan duplo dengan menggunakan alat piknometer untuk uji bobot jenis, untuk pengujian indeks bias digunakan alat refraktometer, untuk pengujian kelarutan dalam

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar dan mutu minyak atsiri yaitu bobot jenis, putaran optik dan indeks bias yang didapat dari destilasi biji pala.. Sampel biji

Hasil pemeriksaan mutu sampel minyak Pala yang dilaksanakan di Laboratorium Minyak Atsiri di Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan dinyatakan memenuhi

Pengujian Bobot Jenis Minyak Buah Pala.

Perhitungan Penentuan Bobot Jenis Pada Minyak Daun

Mengetahui apakah minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum) yang diuji memenuhi persyaratan SNI (Standard Nasional Indonesia) 06-2387-2006 melalui

Hasil pemeriksaan mutu sampel minyak Pala yang dilaksanakan di Laboratorium Minyak Atsiri di Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan dinyatakan memenuhi

Untuk menghindarkan hal seperti di atas, pada waktu musim hujan pengeringan dapat dilakukan dengan memakai alat pengering dengan suhu rendah tidak lebih dari