• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN BOBOT JENIS, INDEKS BIAS DAN KELARUTAN DALAM ETANOL PADA MINYAK DAUN SPESIFIKASI PERSYARATAN MUTU SNI DI BPSMB MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENENTUAN BOBOT JENIS, INDEKS BIAS DAN KELARUTAN DALAM ETANOL PADA MINYAK DAUN SPESIFIKASI PERSYARATAN MUTU SNI DI BPSMB MEDAN"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN BOBOT JENIS, INDEKS BIAS DAN KELARUTAN DALAM ETANOL PADA MINYAK DAUN

CENGKEH (Syzygium aromaticum)BERDASARKAN SPESIFIKASI PERSYARATAN MUTU SNI06-2387-2006 DI

BPSMB MEDAN

TUGAS AKHIR

ALVIAN PRADANA AMBARITA 142401228

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

(2)

PENENTUAN BOBOT JENIS, INDEKS BIAS DAN KELARUTAN DALAM ETANOL PADA MINYAK DAUN

CENGKEH (Syzygium aromaticum)BERDASARKAN SPESIFIKASI PERSYARATAN MUTU SNI06-2387-2006 DI

BPSMB MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

ALVIAN PRADANA AMBARITA 142401228

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Bobot Jenis, Indeks Bias dan Kelarutan Dalam Etanol Pada Minyak DaunCengkeh (Syzygium aromaticum)

BerdasarkanSpesifikasi Persyaratan Mutu SNI06- 2387-2006 DI BPSMB MEDAN

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Alvian Pradanan Ambarita

NomorIndukMahasiswa : 142401228 Program Studi : Diploma III Kimia

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Sumatera Utara

Disetujui di

Medan, Agustus 2017

Disetujui oleh

Program Studi DIII Kimia Pembimbing,

Ketua,

Dr.Minto Supeno,M.S Dra. Nurhaida Pasaribu,M.Si

NIP.196105091987031002 NIP.195711011987012001

Depertemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. Cut Fatimah Zuhra,M.Si NIP.197404051999032001

(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN BOBOT JENIS, INDEKS BIAS DAN KELARUTAN DALAM ETANOL PADA MINYAK DAUN

CENGKEH (Syzygium aromaticum)BERDASARKAN SPESIFIKASI PERSYARATAN MUTU SNI06-2387-2006 DI

BPSMB MEDAN

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Agustus 2017

ALVIAN PRADANA AMBARITA 142401228

(5)

PENGHARGAAN

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Tugas Akhir ini disusun untuk melengkapai syarat dan juga menyelesaikan Program Diploma (III) Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini penulis banyak mengalami berbagi rintangan atau masalah, namun berkat bantuan, bimbingan, nasehat dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih atas apa yang telah diberikan selama proses awal hingga akhir penyelesaian tugas akhir ini. Ucapan terimakasih ini penulis tujukan kepada:

1. Secara khusus penulis menyampaikan rasa terimakasih, hormat dan kasih sayang yang tidak terhingga kepada kedua orang tua saya tercinta, Bapak Jonry Ambarita dan Ibunda Sridah Ginting atas segala dukungan secara moral dan materi yang tidak akan bisa tergantikan oleh apapun yang telah membesarkan, menyayangi, dan mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas akhir ini. .

2. Kepada Abangda Anandika Ambarita, dan saudara Laki-laki Afandi Ambarita serta saudari perempuan penulis, Amelia Ambarita yang telah memberikan dukungan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

3. Ibu Dra. Frida Simajuntak selaku dosen pembimbing saya, yang telah membimbing saya hingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

4. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr. Kerista Sebayang, MS.

5. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, S.si, M.Si selaku ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universtas Sumatera Utara.

(6)

6. Bapak Dr. Minto Supeno, MS selaku ketua Prgram studi D - 3 Kimia Industri Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

7. Ibu Ir. Novira Dwi S.A, Bapak Indra Rizka Lubis, selaku Kepala UPT.

Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (PSMB) Medan, yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.

8. Ibu Ir. Nazweli Hirawati selaku Manajer Teknis dan seluruh pegawai UPT.

Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (PSMB) Medan yang telah memberikan fasilitas dan yang telah membantu serta membimbing penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.

9. Untuk Eka Ria Fransiska, Muchsinul Aulia, Robbi Muanjani, Juni Simarmata yang telah bekerja sama selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan

10. Untuk sahabat penulis Hardyon Daniel Hutasoit, Alvinta Y.D Kaban, Darwin Sinaga, Fadilah Elfian , Salomo Sitinjak dan seluruh teman D-III Kelas E yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini serta mahasiswa D-III Kimia stambuk 2014.

11. Untuk sahabat saya Lisari Y Siregar, Anggia S, Fitriani W Sinaga, Nabila A, Seri Ulina Ginting, Sheren Tesalonika telah memberi semangat dan doa kepada penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah ini masih belum sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.

(7)

Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan dan partisipasi yang telah diberikan kepada penulis. Harapan penulis semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juli 2017

Penulis

(8)

PENENTUAN BOBOT JENIS, INDEKS BIAS DAN KELARUTAN DALAM ETANOL PADA MINYAK DAUN

CENGKEH (Syzygium aromaticum)BERDASARKAN SPESIFIKASI PERSYARATAN MUTU SNI06-2387-2006 DI

BPSMB MEDAN

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa kualitas minyak daun cengkeh (Syzygium aromaticum) terhadap warna, bobot jenis, indeks biasdan kelarutan dalam etanol 70% di PSMB medan. Pengamatan dilakukan langsung di Laboratorium Minyak Atsiri dengan menganalisa kualitas minyak daun cengkeh (Syzygium aromaticum). Dengan beberapa parameter mutu sebagai objek untuk dianalisa yaitu pengamatan secara organoleptik warna, pengamatan secara fisiko-kimia bobot jenis, indeks bias dan kelarutan dalam etanol. Hasil analisa yang diperoleh secara organoleptik warna pada minyak daun cengkeh (Syzygium aromaticum) adalah coklat tua, hasil ini memenuhi SNI 06-2387-2006. Hasil analisa secara fisiko-kimia terhadap bobot jenis diperoleh 1,0441, hasil ini memenuhi SNI 06-2387-2006, indeks bias diperoleh 1,532, hasil ini memenuhi SNI 0-2387-2006 dan hasil analisa kelarutan dalam etanol diperoleh 1 : 2, hasil ini memenuhi SNI 06-2387-2006.

Kata Kunci : Minyak Daun Cengkeh, Bobot Jenis, Indeks Bias, Kelarutan dalam Etanol 70%

(9)

DETERMINATION OF TYPE WEIGHT, BIAS INDEX AND SURGICAL IN ETHANOL IN CYGLIC LEVEL OIL (Syzygium

aromaticum) BASED ON SPECIFICATION OF QUALITY REQUIREMENTS SNI06-2387-2006 IN PSMB MEDAN

ABSTRACT

The quality of clove leaf oil (Syzygium aromaticum) was analyzed on color, species weight, refractive index and solubility in ethanol 70% in PSMB terrain.

The observation was done directly at the Essential Oil Laboratory by analyzing the quality of clove leaf oil (Syzygium aromaticum). With several parameters of quality as object to be analyzed that is observation by organoleptik color, physico- chemical observation of type weight, refractive index and solubility in ethanol.

The result of organoleptically obtained color analysis on clove leaf oil (Syzygium aromaticum) is dark brown, this result meets SNI 06-2387-2006. Physico- chemical analysis of species weight obtained 1.0441, this result meets SNI 06- 2387-2006, refractive index obtained 1,532, this result fulfill SNI 0-2387-2006 and solubility analysis result in ethanol obtained 1: 2, result This fulfills SNI 06- 2387-2006.

Keywords: Clove Leaf Oil, Type Weight, Bias Index, Solubility in Ethanol 70%

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

KATA PENGANTAR iii

ABSTRAK v

ABSTRAC vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Tujuan Percobaan 3

1.4 Manfaat Percobaan 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Atsiri 4

2.2 Keberadaan Minyak Atsiri Dalam Tanaman 4

2.3 Sifat-Sifat Minyak Atsiri 5

2.4 Parameter Minyak Atsiri 6

2.4.1 Bobot jenis 6

2.4.2 Indeks Bias 7

2.4.3 Putaran Optik 7

2.4.4 kelarutan Dalam Alkohol 8

2.5 Metode Penyulingan Minyak Atsiri 9

2.5.1 Penyulingan Dengan Air 9

2.5.2 Penyulingan Dengan Air dan Uap 9

2.5.3 Penyulingan Dengan Uap 10

2.6 Kandungan Kimia Minyak Atsiri 10

2.7 Penggolongan Minyak Atsiri 11

2.8 Minyak Cengkeh 12

2.9 Klasifikasi Dan Deskripsi Minyak Cengkeh 13

2.10 Kandungan Pada Minyak Cengkeh 15

2.11 Kegunaan Minyak Cengkeh 15

(11)

2.12.1 Bobot Jenis Minyak Daun Cengkeh 17 2.12.2 Penentuan Indeks Bias Minyak Daun Cengkeh 18 2.12.3 Penentuan Kelarutan Minyak Daun Cengkeh 18 Dalam Etanol

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat 20

3.2 Bahan 20

3.3 Prosedur Percobaan 20

3.3.1 Penentuan Bobot Jenis Pada Minyak Daun Cengkeh

Sesuai Dengan SNI 06-2387-2006 20

3.3.2 Penentuan Indeks Bias Pada Minyak Daun Cengkeh

Sesuai Dengan SNI 06-2387-2006 21

3.3.3 Penentuan Kelarutan Minyak Daun Cengkeh Dalam

Sesuai Dengan SNI 06-2387-2006 22

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 23

4.1.1 Hasil Pengujian Warna Minyak Daun Cengkeh

(Syzygium aromaticum) 23

4.1.2 Hasil Pengujian Kualitas Pada Minyak Daun

Cengkeh (Syzygium aromaticum) 23

4.1.2.1 Hasil Pengujian Bobot Jenis Minyak Daun

Cengkeh (Syzygium aromaticum) 24 4.1.2.2 Hasil Pengujian Indeks Bias Minyak Daun

Cengkeh (Syzygium aromaticum) 24 4.1.2.3 Hasil Pengujian Kelarutan Dalam Etanol

Minyak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum) 25

4.2 Perhitungan 25

4.2.1 Perhitungan Pengujian Bobot Jenis Minyak Kayu Putih (Syzygium aromaticum)

4.3 Pembahasan 26

4.3.1 Pembahasan Pengujian Warna Minyak Daun Cengkeh

(Syzygium aromaticum) 26

4.3.2 Pembahasan Pengujian Bobot Jenis Minyak Daun

Cengkeh (Syzygium aromaticum) 26

4.3.3 Pembahasan Pengujian Indeks Bias Minyak Daun

Cengkeh (Syzygium aromaticum) 26

4.3.4 Pembahasan Pengujian Kelarutan Dalam Etanol

Minyak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum) 27

(12)

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 28

5.2 Saran 28

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Spesifikasi Persyaratan Mutu Berdasarkan

Standar Nasional Indonesia 06-2387-2006 23 Tabel 4.2 Spesifikasi Persyaratan Mutu Berdasarkan

Standar Nasional Indonesia 06-2387-2006 23 Tabel 4.3 Hasil Penentuan Bobot Jenis Pada Minyak

Daun Cengkeh 24

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 : Parameter Standar Mutu Minyak daun

Cengkeh sesuai Dengan SNI 06-2387-2006 30

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Komponen minyak atsiri sangat kompleks, tetapi biasanya tidak melebihi 300 senyawa, yang menentukan aroma minyak atsiri biasanya komponen yang presentasinya paling tinggi. Walaupun begitu, kehilangan satu komponen yang presentasenya kecil pun memungkinkan terjadinya perubahan aroma minyak tersebut (Agusta, 2000).

Beberapa jenis tumbuhan tanaman digunakan dalam pengobatan karena kandungan minyak atsirinya. Contohnya adalah adas, cengkih, dan pala. Pada beberapa kasus, minyak atsiri digunakan sendiri sebagai obat setelah diekstraksi atau disuling dari sumbernya, misalnya minyak kayu putih. Akan tetapi, minyak atsiri yang telah diekstraksi atau disuling biasanya digunakan sebagai perancah dan bahan dasar parfum. Pada konsentrasi tinggi, minyak atsiri dapat digunakan sebagai anastetik local, misalnya minyak cengkih yang digunakan untuk mengatasi sakit gigi, tetapi dapat juga merusak selaput lendir (Agusta,2000).

Cengkih (Eugenia aromatic OK atau Syzygium aromaticum (L)) termasuk dalam family Myrtaceae. Tanaman ini berbentuk pohon, tingginya mencapai 2 – 3 m, dan dapat berumuran lebih dari 100 tahun (Najiyati, 1991).

Pada mulanya, cengkih hanya dipergunakan untuk obat-obatan. Namun, dalam perkembangannya pemanfaatan cengkih menjadi lebih luas, yaitu sebagai rempah-rempah, bahan baku parfum dan sumber eugenol. Bagian tanaman yang paling banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan adalah bunganya.

(16)

Kandungan minyak atsiri yang terdapat dalam minyak bunga, daun dan tangkai bunga cengkih masing-masing berkisaran antara 15-25%, 1-4%, dan 5-7%. Untuk rendemen minyaknya berkisaran antara 2-12%, tergantung pada jenis dan keadaan bahan baku, penanganan bahan, serta cara dan kondisi penyulingan (Ruhnayat, 2004).

Mutu cengkih dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain lingkungan tumbuh, varietas, dan cara pengolahannya. Cengkih yang bermutu baik nilai jualnya akan lebih mahal. Sebagai komoditas perdagangan pada masa lalu cengkih diatur tata niaganya oleh pemerintah. Namun, sejak dibubarkan BPPC (Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkih) pada tahun 1998 tata niaga cengkih di Indonesia menganut pasar bebas (Ruhnayat, 2004).

Produk lanjutan dari cengkih antara lain minyak cengkih. Minyak cengkih ini diperoleh dengan cara menyuling daun, gagang, atau bunga cengkih. Setiap jenis minyak cengkih mempunyai standar mutu masing-masing. Standar mutu minyak cengkih dari daun telah ditetapkan oleh DSN yang dituangkan dalam SNI No. 06-2387-1992. Sementara Indonesia belum menetapkan standar mutu minyak cengkih dari bagian gagang dan bunga. Sebagai acuan standarisasi minyak gagang cengkih digunakan standar dari EOA (Standard of Essencial Oil Association) No.

178, sedangkan untuk minyak bunga cengkih digunakan standar ISO (International Standard Organization) atau kesepakatan antara produsen dan konsumen (Ruhnayat, 2004).

Berdasarkan fungsi dari minyak cengkeh yang sering digunakan sebagai pencegahan infeksi, perawatan gigi juga menenangkan saraf gigi, perawatan kulit,

(17)

masalah pernafasan dan sebagainya. Penulis tertarik untuk melakukan pengujian minyak daun cengkeh apakah sesuai atau memenuhi syarat Standar Nasional Indonesia SNI 06-2387-2006.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan penguraian di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam tugas akhir ini adalah untuk memperjelas kualitas minyak daun cengkeh (Syzygium aromaticum) yang diuji berdasarkan parameter pada spesifikasi persyaratan mutu SNI 06-2387-2006.

1.3. Tujuan

Mengetahui apakah minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum) yang diuji memenuhi persyaratan SNI (Standard Nasional Indonesia) 06-2387-2006 melalui parameter pengujian bobot jenis, pengujian indeks bias dan kelarutannya dalam etanol.

1.4.Manfaat Percobaan

Manfaat dari percobaan ini dilakukan, yaitu sebagai informasi tentang kualitas minyak daun cengkeh (Syzygium aromaticum) yang yang diuji berdasarkan spesifikasi persyaratan mutu SNI 06-2387-2006.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Minyak Atsiri

Minyak atsiri adalah zat berbau atau biasa disebut dengan minyak esential, minyak eteris karena pada suhu kamar mudah menguap di udara terbuka tanpa mengalami penguraian. Istilah esential atau minyak yang berbau wangi dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman penghasilnya. Dalam keadaan murni dan segar biasanya minyak atsiri umumnya tidak berwarna atau kekuning- kuningan dengan rasa dan bau yang khas. Namun dalam penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resi serta warnanya berubah menjadi lebih gelap (Agusta, 2000).

Sumber minyak atsiri dapat diperoleh dari setiap bagian tanaman seperti daun, bunga, buah, biji, batang, akar ataupun rimpang. Selain itu dapat larut baik dalam etanol dan pelarut organik, namun sukar larut dalam air dan kurang larut dalam etanol yang kadarnya kurang dari 70%. Umumnya zat organik pada minyak atsiri tersusun dari unsur C, H dan O berupa senyawa alifatis atau aromatis meliputi kelompok hidrokarbon, ester, eter, aldehid, keton, alkohol dan asam (Agusta, 2000).

2.2. Keberadaan Minyak Atsiri dalam Tanaman

Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ, seperti di dalam rambut kelenjar (pada famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (misalnya famili

(19)

Piperaceae), di dalam saluran minyak seperti vittae (famili Umbelliferae), di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae dan Rutaceae), terkadang dalam semua jaringan (pada famili Conaferae). Pada bunga mawar, kandungan minyak atsiri terbanyak terpusat pada mahkota bunga, pada kayu manis banyak ditemui pada kulit batang (korteks), pada famili Umbelliferae banyak terdapat pada perikarp buah, pada Menthae sp., terdapat dalam rambut kelenjar batang dan daun serta pada jeruk terdapat dalam kulit buah dan helai daun (Guenther, 1987).

2.3. Sifat - Sifat Minyak Atsiri

Adapun sifat-sifat minyak atsiri diterangkan sebagai berikut : 1. Tersusun oleh bermacam-macam komponen senyawa.

2. Memiliki bau khas, umumnya bau ini mewakili bau tanaman asalnya.

3. Bau minyak atsiri satu dengan yang lain berbeda-beda, sangat tergantung dari macam dan intensitas bau dari masing-masing komponen penyusun.

4. Mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam, menggigit, memberi kesan hangat sampai panas, atau justru dingin ketika sampai dikulit, tergantung dari jenis komponen penyusunnya.

5. Dalam keadaan murni (belum tercemar oleh senyawa-senyawa lain) mudah menguap pada suhu kamar sehingga bila diteteskan pada selembar kertas maka ketika dibiarkan menguap, tidak meninggalkan bekas noda pada kertas yang ditempel.

(20)

6. Bersifat tidak bisa disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubah menjadi tengik (rancid). Ini berbeda dengan minyak lemak yang tersusun oleh asam- asam lemak.

7. Bersifat tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan, baik pengaruh oksigen udara, sinar matahari (terutama gelombang ultra violet), dan panas karena terdiri dari berbagai macam komponen penyusun.

8. Pada umumnya bersifat optis aktif dan memutar bidang polarisasi dengan rotasi yang spesifik karena banyak komponen penyusun yang memiliki atom C asimetrik.

9. Pada umumnya tidak dapat bercampur dengan air, tetapi cukup dapat larut hingga dapat memberikan baunya kepada air walaupun kelarutannya sangat kecil.

10. Sangat mudah larut dalam pelarut organik.

11. Indeks bias umumnya tinggi.

(Sastrohamidjojo, 2004).

2.4. Parameter Minyak Atsiri

Beberapa parameter yang biasanya dijadikan standar untuk mengenali kualitas minyak atsiri meliputi bobot jenis, indeks bias, putaran optik dan kelarutan dalam etanol (Sastrohamidjojo, 2004).

2.4.1 Bobot Jenis

Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri. Penentuan bobot jenis menggunakan alat piknometer. Bobot jenis minyak atsiri umumnya berkisar antara 0,800-1,180.

(21)

Nilai bobot jenis minyak atsiri didefinisikan sebagai perbandingan antara bobot minyak dengan bobot air pada volume air yang sama dengan volume minyak pada yang sama pula. Bobot jenis sering dihubungkan dengan fraksi berat komponen- komponen yang terkandung didalamnya. Semakin besar fraksi berat yang terkandung dalam minyak, maka semakin besar pula nilai densitasnya. Biasanya bobot jenis komponen terpen teroksigenasi lebih besar dibandingkan dengan terpen tak teroksigenasi (Sastrohamidjojo, 2004).

2.4.2. Indeks Bias

Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam udara dengan kecepatan cahaya didalam zat tersebut pada suhu tertentu. Indeks bias minyak atsiri berhubungan erat dengan komponen - komponen yang tersusun dalam minyak atsiri yang dihasilkan. Sama halnya dengan berat jenis dimana komponen penyusun minyak atsiri dapat mempengaruhi nilai indeks biasnya (Sastrohamidjojo, 2004).

Semakin banyak komponen berantai panjang seperti sesquiterpen atau komponen bergugus oksigen ikut tersuling, maka kerapatan medium minyak atsiri akan bertambah sehingga cahaya yang datang akan lebih sukar untuk dibiaskan.

Hal ini menyebabkan indeks bias minyak lebih besar. Minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus dibandingkan dengan minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil (Sastrohamidjojo, 2004).

2.4.3. Putaran optik

Sifat optik dari minyak atsiri ditentukan menggunakan alat polarimeter yang nilainya dinyatakan dengan derajat rotasi. Sebagian besar minyak atsiri jika ditempatkan dalam cahaya yang dipolarisasikan maka memiliki sifat memutar

(22)

bidang polarisasi ke arah kanan (dextrorotary) atau ke arah kiri (laevorotary).

Pengukuran parameter ini sangat menentukan kriteria kemurnian suatu minyak atsiri (Sastrohamidjojo, 2004).

2.4.4. Kelarutan Dalam Alkohol

Kelarutan dalam alkohol merupakan nilai perbandingan banyaknya minyak atsiri yang larut sempurna dengan pelarut alkohol. Setiap minyak atsiri mempunyai nilai kelarutan dalam alkohol yang spesifik, sehingga sifat ini bisa digunakan untuk menentukan suatu kemurnian minyak atsiri. Minyak atsiri banyak yang mudah larut dalam etanol dan jarang yang larut dalam air, sehingga kelarutannya mudah diketahui dengan menggunakan etanol pada berbagai tingkat konsentrasi. Untuk menentukan kelarutan minyak atsiri juga tergantung pada kecepatan daya larut dan kualitas minyak atsiri tersebut. Kelarutan minyak juga dapat berubah karena lamanya penyimpanan. Hal ini disebabkan karena proses polimerisasi menurunkan daya kelarutan, sehingga untuk melarutkannya diperlukan konsentrasi etanol yang tinggi (Sastrohamidjojo, 2004).

Kondisi penyimpanan kurang baik dapat mempercepat polimerisasi diantaranya cahaya,udara, dan adanya air bisa menimbulkan pengaruh yang tidak baik. Minyak atsiri mempunyai sifat yang larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. (Guenther, 1987).

Pada umumnya minyak atsiri yang mengandung persenyawaan terpen teroksigenasi lebih mudah larut daripada yang mengandung terpen. Makin tinggi kandungan terpen makin rendah daya larutnya atau makin sukar larut, karena senyawa terpen tak teroksigenasi merupakan senyawa nonpolar yang tidak mempunyai gugus fungsional. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin kecil

(23)

kelarutan minyak atsiri pada alkohol (biasanya alkohol 90%) maka kualitas minyak atsirinya semakin baik (Sastrohamidjojo, 2004).

2.5. Metode Penyulingan Minyak Atsiri

Metode penyulingan minyak atsiri dalam industri minyak atsiri dikenal tiga macam, yaitu metode penyulingan dengan air, metode penyulingan air dan uap dan metode penyulingan uap (Guenther, 1987).

2.5.1. Penyulingan Dengan Air

Pada metode ini, bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas air atau terendam secara sempurna tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang disuling. Air dipanaskan dengan metode pemanasan yang biasa dilakukan, yaitu dengan panas langsung, mantel uap, pipa uap melingkar tertutup, atau dengan memakai pipa uap melingkar terbuka atau berlubang. Ciri khas dari metode ini ialah kontak langsung antara bahan dengan air mendidih. Beberapa jenis bahan (misalnya bubuk buah badam, bunga mawar, dan orange blossoms) harus disuling dengan metode ini, karena bahan harus tercelup dan bergerak bebas dalam air mendidih. Jika disuling dengan metode uap langsung, bahan ini akan merekat dan membentuk gumpalan besar yang kompak, sehingga uap tidak dapat berpenetrasi ke dalam bahan (Guenther, 1987).

2.5.2. Penyulingan Dengan Air Dan Uap

Pada metode penyulingan ini, bahan olah diletakkan di atas rak-rak atau saringan berlubang. Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air berada tidak jauh dari bawah saringan. Air dapat dipanaskan dengan berbagai cara yaitu

(24)

dengan uap jenuh yang basah dan bertekanan rendah. Ciri khas dari metode ini adalah:

1. Uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas.

2. Bahan yang disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas (Guenther, 1987).

2.5.3. Penyulingan Dengan Uap

Metode ketiga disebut penyulingan uap, atau penyulingan uap langsung dan prinsipnya sama dengan yang telah dibicarakan diatas, kecuali air tidak diisikan dalam ketel. Uap yang digunakan adalah uap jenuh atau uap kelewat panas pada tekanan lebih dari 1 atmosfer. Uap dialirkan melalui pipa uap melingkar yang berpori yang terletak dibawah bahan, dan uap bergerak keatas melalui bahan yang terletak di atas saringan (Guenther, 1987).

Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mendasar dari ketiga proses penyulingan. Tetapi bagaimanapun juga dalam prakteknya hasilnya akan berbeda bahkan kadang-kadang perbedaan ini sangat berarti, karena tergantung pada metode yang dipakai dan reaksi - reaksi kimia yang terjadi selama berlangsungnya penyulingan (Guenther, 1987).

2.6. Kandungan Kimia Minyak Atsiri

Tidak satupun minyak atsiri tersusun dari senyawa tunggal, tetapi merupakan campuran komponen yang terdiri dari tipe-tipe berbeda. Berdasarkan cara isolasinya, komponen penyusun minyak atsiri dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut :

1. Kelompok yang mengkristal pada suhu rendah, misalnya stearoptena.

2. Kelompok senyawa yang dapat dipisahkan melalui proses destilasi bertingkat.

(25)

3. Kelompok senyawa yang dipisahkan melalui proses kristalisasi bertingkat.

4. Kelompok senyawa yang pemisahannya dilakukan melalui kromatografi.

5. Kelompok senyawa yang diisolasi melalui proses-proses kimia (Ketaren, 1985).

Dengan pesatnya kemajuan instrumentasi analitik, telah dapat dilakukan identifikasi yang tepat atas penyusun minyak atsiri, termasuk konstituen runutannya. Minyak atsiri sebagian besar terdiri dari senyawa terpen, yaitu suatu senyawa produk alami yang strukturnya dapat dibagi ke dalam satuan-satuan isopren. Satuan-satuan isopren (C5H8) ini terbentuk asetat melalui jalur biosintesis asam mevalonat dan merupakan rantai bercabang lima satuan atom karbon yang mengandung dua ikatan rangkap (Ketaren, 1985).

Terpen yang paling sering terdapat sebagai komponen penyusun minyak atsiri adalah monoterpen. Monoterpen banyak ditemui dalam bentuk asiklis, monosiklis, serta bisiklis sebagai hidrokarbon dan keturunan yang teroksidasi seperti alkohol, aldehid, keton, fenol, oksidasi, dan ester. Terpen lain di bawah monoterpen yang berperan penting sebagai penyusun minyak atsiri adalah seskuiterpen dan diterpen. Kelompok besar lain dari komponen penyusun minyak atsiri adalah senyawa golongan fenil propan. Senyawa ini mengandung cincin fenil C6 dengan rantai samping berupa propana C3 (Ketaren, 1985).

2.7. Penggolongan Minyak Atsiri

Walaupun minyak atsiri mengandung bermacam–macam komponen kimia yang berbeda, namun komponen tersebut dapat digolongkan kedalam 4 kelompok besar yang dominan menentukan sifat minyak atsiri, yaitu:

1. Terpen, yang ada hubungan dengan isopren atau isopentena.

(26)

2. Persenyawaan berantai lurus, tidak mengandung rantai cabang.

3. Turunan benzen.

4. Bermacam-macam persenyawaan lainnya. (Guenther, 1990).

2.8. Minyak Cengkeh

Kita banyak memperkirakan bahwa tanaman cengkeh yang asli berasal dari luar negeri (misalnya zanzibar) pendapat demikian adalah keliru, karena yang asli berasal dari Maluku, yang kemudian dikembangkan di beberapa daerah di luar negeri (Zanzibar, Amerika Latin, Brasilia dan sebagainya).(Kartasapoetra,G)

Dari Maluku tanaman cengkeh tersebut dibawa ke daerah tropis lain oleh orang-orang Portugal, Spanyol, Belanda, Perancis, dan Inggris dan ditanam di Zanzibar, Peruba, Madagaskar, Bourbon, Mauritius, dan Penang. Sekarang di Indonesia pohon cengkeh tidak hanya di tanam di daerah maluku, tetapi juga di Jawa, Irian Jaya, Sulawesi dan pulau-pulau lain. Bunga cengkeh yang dikeringkan kebanyakan digunakan oleh pabrik rokok kretek. Di Indonesia minyak daun cengkeh kebanyakan diekspor dan sepengetahuan penulis sedikit yang diproses menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.(Sastrohamidjojo)

Pada abad ke-4 pemimpin Dinasti Han dari Tiongkok memerintahkan setiap orang mendekatinya untuk mengunyah cengkeh terlebih dahulu, agar nafasnya harum. Cengkeh, pala, dan merica sangatlah mahal di jaman Romawi.

Cengkeh menjadi bahan tukar menukar oleh bangsa Arab di abad pertengahan.

Pada akhir abad ke-15, orang Portugis mengambil ahli tukar-menukar di Laut India. Bersama itu diambil ahli juga perdagangan cengkeh melalui Perjanjian

(27)

Tordesillas dengan Spanyol, dan juga dengan perjanjian yang dilakukan oleh Sultan Ternate.(Agoes,2010)

2.9. Klasifikasi Dan Deskripsi Minyak Cengkeh Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub-Divisio : Angiospermae

Klas : Dicotyledoneae Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae

Genus : Eugenia

Spesies : Eugenia aromatic, Syzigium aromaticum

Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki batang pohon besar dan berkayu keras, cengkeh mampu bertahan hidup puluhan bahkan sampai ratusan tahun, tingginya dapat mencapai 20- 30 meter dan cabang- cabangnya cukup lebat. Cabang- cabang dari tumbuhan cengkeh tersebut pada umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting- ranting kecil yang mudah patah. Mahkota atau juga lazim disebut tajuk pohon cengkeh berbentuk kerucut. Daun cengkeh berwarna hijau berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian ujung dan pangkalnya menyudut, rata- rata

(28)

mempunyai ukuran lebar berkisar 2- 3 cm dan panjang daun tanpa tangkai berkisar 7,5- 12,5 cm.(Hasanah,2011)

Bunga dan buah daun cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dengan tangkai pendek serta bertandan. Pada saat masih muda, bunga cengkeh berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan, dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Sementara itu bunga cengkeh kering akan berwarna cokelat kehitaman dan berasa pedas sebab mengandung minyak atsiri. Umumnya cengkeh pertama kali berubah pada umur 4-7 tahun. Tumbuhan cengkeh akan tumbuh dengan baik apabila cukup air dan mendapat sinar matahri langsung. Di Indonesia, cengkeh cocok ditanam, baik di daerah daratan rendah dekat pantai maupun pegunungan pada ketinggian 900 m dpl. (Agoes,2010)

Bunga cengkeh berbau aromatik kuat, rasanya pedas. Uraian makroskopisnya sebagai berikut:

a. Hipantiumnya agak pipih, berisi 4, bagian atasnya meliputi bakal buah, agak mendalam dan berongga- rongga, disini terdapat bakal- bakal biji, b. Daun kelopak 4 helai, tebal, runcing, lepas, menutupi mahkota,

c. Daun mahkota 4 helai, berwarna agak muda dari warna kelopak, daun ini tidak mekar, tipis bagaikan selaput,

d. Benang sarinya banyak yang melengkung ke dalam, bertangkai putik 1 dengan penampilan agak tegak.(Kartasapoetra,1992)

(29)

2.10. Kandungan Pada Minyak Cengkeh

Minyak daun cengkeh mengandung dua komponen utama, yaitu eugenol sekitar 80-85% dan karyofilen sekitar 10-15%. Di samping dua komponen utama tersebut terdapat komponen yang kuantitasnya relatif kecil,yaitu alfa kubeben, alfa kopaen, humulen, delta kadinen, dan sebagainya.(Sastrohamidjojo,2004)

Bunga cengkeh (Syzygium aromaticum) selain mengandung minyak atsiri, juga mengandung senyawa kimia yang disebut eugenol, asam oleanolat, asam galotanat, fenilin, karyofilin, resin, dan gom.(Agoes,2010)

Kandungan zat- zat pada kuncup bunga ataupun bunganya yaitu:

a. Minyak atsiri sekitar 16% sampai 20% yang mengandung pula eugenol sekitar 80% samapi 82%, asetilegenol, kariofil, furfural, metil amilketon dan vanilin,

b. Kariofilin yaitu zat serupa damar sekitar 6%,

c. Zat penyamak sekitar 17%, gom sekitar 13%, serat 28%, dan air sekitar 18%.(Kartasapoetra,1992)

2.11. Kegunaan Minyak Cengkeh

Minyak esensial dari cengkeh mempunyai fungsi anestetik dan antimikrobial. Minyak cengkeh sering digunakan untuk menghilangkan bau nafas dan untuk menghilangkan sakit gigi. Zat yang terkandung dalam cengkeh yang bernama eugenol, digunakan dokter gigi untuk menenangkan saraf gigi. Minyak cengkeh juga digunkan dalam campuran tradisionalchojiyu (1% minyak cengkeh

(30)

dalam minyak mineral; choji berarti cengkeh; yu berarti minyak, dan digunakan oleh orang Jepang untuk merawat permukaan pedang mereka).

Cengkeh dapat digunakan sebagai bumbu, baik dalam bentuknya tang utuh atau sebagai bubuk. Bumbu ini digunakan di Eropa dan Asia. Terutama di Indonesia, cengkeh digunakan sebagai bahan rokok kretek. Cengkeh juga digunakan sebagai bahan dupa di China dan Jepang. Minyak cengkeh digunakan sebagai aromaterapi dan juga mengobati sakit gigi.

Berikut adalah uraian mengenai cara penggunaan cengkeh sebagai obat tradisional untuk mengatasi beberapa penyakit.

1. Kolera dan pemacu denyut jantung.

Bahan yang diperlukan adalah bunga cengkeh yang sudah kering. Cara menggunakannya dengan dikunyah dan diisap airnya, dilakukan setiap hari. Minyak cengkeh dapat memperkuat lendir usus dan lambung (pada kolera, lendir ini sebagian besar terserap dan dibuang melalui tinja) serta menambah jumlah sel darah putih. Minyak ini juga dapat digunakan untuk

“melunakkan” akar gigi sehingga mudah dicabut.

2. Campak.

Rendambunga cengkeh sebanyak 10 biji dengan air masak selama 1 malam, kemudian tambahkan gula batu dan aduk sampai merata. Lalu minum sedikit demi sedikit.

3. Menghitamkan alis mata.

(31)

Bakar sampai hangus bunga cengkeh sebanyak 5-7 biji, lalu tumbuk dan tambahkan dengan minyak kemiri secukupnya. Setelah itu, oleskan pada alis mata setiap sore.(Agoes,2010)

2.12. Parameter Mutu Minyak Daun Cengkeh

Beberapa parameter yang digunakan untuk mengetahui standar mutu minyak daun cengkeh meliputi, bobot jenis, indeks bias, penentuan kelarutan dalam etanol (Badan Standarisasi Nasional, 2006).

2.12.1. Bobot Jenis Minyak Minyak Daun Cengkeh

Prinsip bobot jenis minyak daun cengkeh didasarkan pada perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada volume dan suhu yang sama. Cara penentuan bobot jenis minyak daun cengkeh yaitu dengan menggunakan alat piknometer. Piknometer dicuci dan dibersihkan, kemudian dibasuh berturut-turut dengan etanol dan dietil eter. Bagian dalam piknometer dan tutupnya dikeringkan dengan arus udara kering dan sisipkan tutupnya. Didiamkan pinometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan ditimbang (m) (Badan Standarisasi Nasional, 2006).

Piknometer diisi dengan air suling yang telah dididihkan pada suhu 20°C.

sambil menghindari adanya gelembung gelembung udara. Piknometer dicelupkan ke dalam penangas air pada suhu 20°C ± 0,2°C selama 30 menit sisipkan penutupnya kemudian dikeringkan piknometernya. Piknometer didiamkan dalam lemari timbangan selama 30 menit, kemudian ditimbang dengan isinya (m1).

Piknometer tersebut dikosongkan, dan dicuci dengan etanol dan dietil eter.

Kemudian dikeringkan dengan arus udara kering. Piknometer diisi dengan contoh minyak dan hindari adanya gelembung-gelembung udara. Piknometer dan

(32)

penutupnya dimasukkan kembali dalam penangas air pada suhu 20°C ± 0,2°C selama 30 menit dan dikeringkan piknometer tersebut. Piknometer dibiarkan di dalam lemari timbangan selama 30 menit kemudian ditimbang dengan isinya (m2) (Badan Standarisasi Nasional, 2006).

2.12.2. Penentuan Indeks Bias Minyak Daun Cengkeh

Prinsip indeks bias minyak daun cengkeh didasarkan pada pengukuran langsung sudut bias minyak yang dipertahankan pada kondisi suhu yang tetap (Badan Standarisasi Nasional, 2006).

Cara penentuan indeks bias minyak daun cengkeh yaitu dengan menggunakan alat refraktometer. Air dialirkan melalui refraktometer agar alat ini berada pada suhu dimana pembacaan akan dilakukan, suhu kerja harus diperhatikan dengan toleransi ± 0,2°C. Sebelum minyak tersebut diletakkan di dalam alat, minyak harus berada pada suhu yang sama dengan suhu dimana pengukuran akan dilakukan. Pembacaan dilakukan bila suhu sudah stabil (Badan Standarisasi Nasional, 2006).

2.12.3. Penentuan Kelarutan Minyak Daun Cengkeh Dalam Etanol

Prinsip penentuan kelarutan minyak daun cengkeh dalam etanol didasarkan pada prinsip kelarutan minyak daun cengkeh dalam etanol absolut atau etanol yang diencerkan yang menimbulkan kekeruhan dan dinyatakan sebagai larut sebagian atau larut seluruhnya, berarti bahwa minyak tersebut membentuk larutan yang bening dan cerah dalam perbandingan - perbandingan seperti yang dinyatakan (Badan Standarisasi Nasional, 2006).

(33)

Cara penentuan kelarutan minyak daun cengkeh dalam etanol sangat sederhana. Tempatkan 1 ml contoh dan diukur dengan teliti di dalam gelas ukur yang berukuran 10 ml atau 25 ml, tambahkan etanol 70%, setetes demi setetes.

Kocoklah setelah setiap penambahan sampai diperoleh suatu larutan yang sebening mungkin pada suhu 20°C, bila larutan tersebut tidak bening ,bandingkanlah kekeruhan yang terjadi dengan kekeruhan larutan pembandingan, melalui cairan yang sama tebalnya. Setelah minyak tersebut larut tambahkan etanol berlebih karena beberapa minyak tertentu mengendap pada penambahan etanol lebih lanjut (Badan Standarisasi Nasional, 2006).

(34)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat

1. Neraca analitik VnS

2. Penangas air

3. Labu ukur Pyrex

4. Gelas ukur 10 ml Pyrex

5. Piknometer 25,15,10 ml IWAKI

6. Refraktometer Atago

7. Termometer 1000C Pyrex

3.2. Bahan

1. Minyak daun cengkeh 2. Air

3. Etanol 70%

3.3. Prosedur Percobaan

3.3.1 Penentuan Bobot Jenis Pada Minyak Daun Cengkeh sesuai dengan SNI 06-2387-2006

1. Cuci dan bersihkan piknometer, kemudian bilas dengan etanol.

2. Keringkan bagian dalam piknometer tersebut dengan arus udara dingin dan sisipkan tutupnya.

3. Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan timbang (m).

(35)

4. Isi piknometer dengan air suling yang telah didihkan dan biarkan dan biarkan pada suhu 200C, sambil menghindari adanya gelembung - gelembung udara.

5. Celupkan piknometer ke dalam penangas air pada suhu 200C ± 0,20C selama 30 menit.

6. Sisipkan penutupnya dan keringkan piknometernya.

7. Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit, kemudian timbang dengan isinya (m1).

8. Kosongkan piknometer tersebut, cuci dengan etanol, kemudian keringkan dengan arus udara kering.

9. Isilah piknometer dengan contoh minyak dan hindari adanya gelembung udara.

10. Celupkan kembali piknometer ke dalam penangas air pada suhu 200C ± 0,20C selama 30 menit. Sisipkan tutupnya dan keringkan piknometer tersebut.

11. Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan timbang (m2).

3.3.2. Penentuan Indeks Bias Pada Minyak Daun Cengkeh sesuai dengan SNI 06-2387-2006

1. Dialirkan air melalui refraktometer agar alat ini berada pada suhu dimana pembacaan akan dilakukan

2. Diatur suhu agar tidak lebih dari 200C dari suhu refrensi dan harus dipertahankan dengan toleransi ± 0,20C

(36)

3. Diatur suhu minyak agar sama dengan suhu alat yaitu 20oC dimana pengukuran akan dilakukan

4. Dilakukan pembacaan bila suhu sudah stabil

3.3.3. Penentuan Kelarutan Minyak Daun Cengkeh dalam Etanol sesuai dengan SNI 06-2387-2006

1. Tempatkan 1 ml contoh dan diukur dengan teliti di dalam gelas ukur yang berukuran 10 ml.

2. Tambahkan etanol 70%, setetes demi setetes. Kocoklah setelah setiap penambahan sampai diperoleh suatu larutan yang sebening mungkin pada suhu 20°C.

3. Bila larutan tersebut tidak bening, bandingkanlah kekeruhan yang terjadi dengan etanol 70% tanpa ditambah contoh.

4. Setelah minyak tersebut larut tambahkan etanol berlebih karena beberapa minyak tertentu mengendap pada penambahan etanol lebih lanjut.

(37)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1 Hasil Pengujian Warna Pada Minyak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum)

Tabel 4.1 Spesifikasi Persyaratan Mutu Berdasarkan Standard Nasional Indonesia 06-2387-2006

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan

1. Warna - Kuning – coklat tua

Hasil pengujian warna yang dilakukan pada minyak daun cengkeh (Syzygium aromaticum) menunjukkan warna yang sesuai pada spesifikasi persyaratan mutu berdasarkan Standart Nasional Indonesia 06-2387-2006 yaitu coklat tua.

4.1.2. Hasil Pengujian Kualitas Pada Minyak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum)

Tabel 4.2. Spesifikasi Persyaratan Mutu Berdasarkan Standart Nasional Indonesia 06-2387-2006

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan

1. Bobot Jenis 200C/200C - 1,025 – 1,049

(38)

2. Indeks Bias (nD20) - 1,528-1,535 3. Kelarutan Dalam etanol 70% - 1 : 2 Jernih

4.1.2.1. Hasil Pengujian Bobot Jenis Pada Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum)

Tabel 4.3. Hasil penentuan bobot jenis pada minyak daun cengkeh (Syzygium aromaticum)

Percobaan M m1 m2

I 31,2434 55,8349 56,6782

II 29,4058 38,7647 39,2718

III 28,6872 30,8391 30,7763

Rumus : Keterangan :

m = massa, dalam gram, piknometer kosong

m1 = massa, dalam gram, piknometer berisi aquadest pada 200C m2 = massa, dalam gram, piknometer berisi contoh pada 200C

4.1.2.2. Pengujian indeks Bias Pada Minyak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum)

Hasil pengujian indeks bias yang dilakukan pada minyak daun cengkeh (Syzygium aromaticum) adalah 1,532

Bobot jenis =

(39)

4.1.2.3. Hasil Pengujian Kelarutan Dalam Etanol 70% Pada Minyak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum)

Hasil pengujian kelarutan dalam etanol 70% pada minyak daun cengkeh (Syzygium aromaticum) adalah terbentuk larutan jernih pada perbandingan 1 : 2 dan dilakukan penambahan etanol 70% seterusnya tetap terbentuk larutan jernih.

4.2. Perhitungan

Pengujian Bobot Jenis Pada Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum) Hasil bobot jenis I =

= = 1,034

Hasil bobot jenis II =

= = 1,054

Hasil bobot jenis III =

= = 1,03

Hasil rata-rata bobot jenis =

= 1,0393

(40)

4.3. Pembahasan

4.3.1. Pembahasan Pengujian Warna Minyak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum)

Hasil dari pengujian warna minyak daun cengkeh (Syzygium aromaticum) yang diuji adalah coklat tua. Ini menunjukkan kualitas warna pada minyak daun cengkeh (Syzygium aromaticum) yang diuji adalah baik karena memenuhi nilai Standart Nasional Indonesia 06-2387-2006 yaitu kuning sampai coklat tua. (dapat dilihat tabel 4.1 di atas)

4.3.2. Pembahasan Pengujian Bobot Jenis Minyak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum)

Hasil dari pengujian bobot jenis minyak daun cengkeh (Syzygium aromaticum) yang diuji adalah 1,0393. Ini menunjukkan minyak daun cengkeh

(Syzygium aromaticum) yang diuji memiliki kualitas yang baik karena memenuhi Standart Nasional Indonesia 06-2387-2006 yaitu dengan nilai bobot jenis berada pada rentang 1,025-1,049 (dapat dilihat pada tabel 4.2. di atas)

4.3.3. Pembahasan Pengujian Indeks Bias Minyak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum)

Hasil dari pengujian indeks bias minyak daun cengkeh (Syzygium aromaticum) yang diuji adalah 1,532. Ini menunjukkan minyak daun cengkeh (Syzygium aromaticum) yang diuji memiliki kualitas yang baik karena memenuhi

(41)

nilai Standart Nasional Indonesia 06-2387-2006 yaitu dengan nilai indeks bias berada pada rentang 1,528 – 1,535 (dapat dilihat pada tabel 4.2 di atas)

4.3.4. Pembahasan Pengujian Kelarutan Dalam Etanol 70% Minyak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum)

Hasil dari pengujian kelarutan dalam etanol 70% minyak daun cengkeh (Syzygium aromaticum) yang diuji adalahterbentuk larutan jernih pada perbandingan 1 : 2 dan dilakukan penambahan etanol 70% seterusnya tetap terbentuk larutan jernih. Ini menunjukkan kualitas minyak daun cengkeh (Syzygium aromaticum) yang diuji memiliki kualitas yang baik karena memenuhi nilai Standart Nasional Indonesia 06-2387-2006 yaitu dengan nilai 1 : 2 Jernih, seterusnya jernih (dapat dilihat tabel 4.2. di atas)

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pengujian organoleptik, penentuan bobot jenis, indeks bias, dan kelarutannya dalam etanol 70% pada minyak daun cengkeh yang dilakukan, disimpulkan bahwa minyak daun cengkeh yang diuji memenuhi persyaratan sesuai dengan SNI 06-2387-2006.

5.2. Saran

Sebaiknya dilakukan pengujian terhadap seluruh parameter minyak daun cengkeh, tidak hanya bobot jenis, indeks bias, dan kelarutannya saja, tetapi juga parameter lainnya seperti putaran optiknya. Terhadap dinas – dinas yang menangani pengujian minyak atsiri, diharapkan melengkapi seluruh peralatan yang diperlukan pada saat pengujian dan dapat meggunakannya seoptimal mungkin agar hasil yang didapatkan akurat.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A. (2000). Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung:

Penerbit ITB Press. Hal. 1-3, 6-37, 72-74.

Agoes, A. (2010). Tanaman Obat Indonesia. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

Badan Standar Nasional. (2006). SNI 06-2387-2006 Minyak daun cengkeh (Syzygium aromaticum). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Hal. 1-8.

Guenther, E. (1987). Minyak Atsiri Jilid I. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia-Press. Hal. 552 – 575.

Guenther, E. (1990). Minyak Atsiri Jilid IV. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia-Press. Hal. 448 – 450, 489 – 491.

Hasanah, Y. (2011). Budidaya Tanaman Obat Dan Rempah. Medan : USU Press Publishing

& Printing

Ketaren, S. (1985). Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Balai Pustaka.

Hal. 33 – 35.

Kartasapoetra, G. (1992). Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta : Penerbit Rineka

CIPTA.

Najiyati, S; Danarti. (1991). Budidaya dan Penanganan Pasca Panen Cengkih.

Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 1, 4, 98.

Runhayat, A. (2004). Memproduktifkan Cengkih. Jakarta; Penebar Swadaya. Hal.

1, 12-14, 56-58.

Sastrohamidjojo, H. (2004), Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada

University Press. Hal. 3-10, 65-69.

(44)

Lampiran 1 : Parameter standard mutu minyak daun cengkeh sesuai dengan SNI 06-2387-2006

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

1. Keadaan

1.1. Warna - Kuning-coklat tua

1.2. Bau - Khas minyak cengkeh

2. Bobot jenis 200C/200C - 1,025-1,049

3. Indeks Bias ( ) - 1,528-1,535

4. Kelarutan dalam etanol 70%

- 1:2 jernih

5. Eugenol total % v/v Minimum 78

6. Beta caryophillene % Maksimum 17

(45)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pemeriksaan mutu sampel minyak Pala yang dilaksanakan di Laboratorium Minyak Atsiri di Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan dinyatakan memenuhi

Dari hasil percobaan yang dilakukan pada minyak Fuli pala diketahui bahwa rata-rata dari minyak atsiri fuli pala dengan parameter yang di uji Bobot jenis dan Indeks bias..

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) memiliki efek terhadap mortalitas larva Anopheles aconitus dengan LC 50

PENENTUAN BOBOT JENIS DAN INDEKS BIAS PADA MINYAK DAUN

Dari hasil percobaan yang dilakukan bahwa jumlah rata-rata bobot jenis dan indeks bias dari dua kali percobaan untuk minyak daun cengkeh masing- masing adalah 1,035 dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum) terhadap mortalitas ulat daun Spodoptera exigua pada tanaman bawang

Nilai bobot jenis, indeks bias dan kelarutan dalam etanol dari minyak cengkeh, minyak sereh dan minyak pala merupakan hal yang penting dalam penentuan mutu

Hasil pemeriksaan mutu sampel minyak Pala yang dilaksanakan di Laboratorium Minyak Atsiri di Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan dinyatakan memenuhi