• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGULAS KONTRIBUSI LABA LPD DALAM MENUNJANG DANA PEMBANGUNAN DESA DAN DANA SOSIAL BERLANDASKAN TRI HITA KARANA DI LPD DESA ADAT JIMBARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENGULAS KONTRIBUSI LABA LPD DALAM MENUNJANG DANA PEMBANGUNAN DESA DAN DANA SOSIAL BERLANDASKAN TRI HITA KARANA DI LPD DESA ADAT JIMBARAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MENGULAS KONTRIBUSI LABA LPD DALAM MENUNJANG DANA

PEMBANGUNAN DESA DAN DANA SOSIAL BERLANDASKAN

TRI HITA KARANA DI LPD DESA ADAT JIMBARAN

Ni Luh Nik Parelawati

1

,

Nyoman Trisna Herawati

2

, I Gusti Ayu Purnamawati

3

Jurusan Akuntansi Program S1

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:

{nikparela@gmail.com, aris_herawati@yahoo.co.id,

ayupurnama07@yahoo.com}@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Untuk mengetahui implementasi kontribusi laba dari LPD untuk dana pembangunan desa dan dana sosial di Desa Adat Jimbaran serta Untuk mengetahui implementasi Tri Hita Karana dalam penyaluran dana pembangunan desa dan dana sosial di Desa Adat Jimbaran.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian Kualitatif, yang menggunakan studi Etnografi dan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Data primer yaitu dengan cara teknik trianggulasi dan (2) Data sekunder yaitu dengan melakukan studi kepustakaan.

Adapun hasil dari penelitian ini yaitu dana pembangunan desa yang diberikan kepada desa adat dan memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada Bendesa Adat, kemudian Bendesa Adat menyerahkan ke masing masing banjar. Realisasi dari dana sosial tersebut sudah dicatat dalam laporan dana sosial yang terdapat pada laporan tahunan LPD dan di Bendesa Adat Jimbaran juga telah membuat kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dengan dana tersebut. Dalam kegiatan tersebut terjadi hubungan antara manusia dengan tuhan, manusia dan lingkungan.

Kata kunci: Dana Pembangunan Desa, Dana Sosial, Tri Hita Karana

Abstract

This study aimed at finding out the implemetation of the contribution of the fund from Rural Credit Union (hereinafter reffered to as LPD) for rural developmental fund and social fund at Jimbaran traditional village and finding out the implementation of Tri Hita Karana in the distribution of the rural developmental fund and social fund at Jimbaran traditional village.

The research method applied in this study was qualitative research method which used enthnographic study and descriptive analysis method with qualitative approach. The types of data used were: (1) primary data, collected by applying triangulation technique, and (2) secondary data, collected by applying library research.

The results of the study showed that the rural developmental fund was given to the traditional village and the responsibility was entirely on the hand of the head of the traditional village. Afterwards, the head of traditional village distributed the fund to every banjar (the smallest community unit in a village in Bali). The realisation of that social fund had been recorded in the social fund report in the LPD yearly report. The head of traditional village had organized programs supported by that fund. In those programs, there was relationship between humans with others, humans with the environment and humans with God.

(2)

PENDAHULUAN

Lembaga perkreditan desa (LPD)

merupakan lembaga keuangan yang melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat beroperasi pada suatu wilayah adminitrasi desa adat dengan dasar kekeluargaan antarwarga desa. Dengan mengandalkan jumlah warga desa dan ikatan kekeluargaan yang

erat dalam desa LPD terus

mengembangkan lembaganya. Aset pada LPD di daerah bali yang terbentuk dalam tabungan dan deposito serta kredit yang diberikan kepada desa adat yang sampai tahun 2015 mencapai Rp.14 triliun yang dikutip ( Bali.bisnis.com, selasa 25/10/16).

Kontribusi lembaga perkreditan desa atau LPD dalam perekonomian rakyat pedesaan di bali merupakan indikator keberhasilan LPD. Semakin besar peran LPD kepada masyarakat menunjukkan bahwa peluang pasar bagi LPD akan semakin tinggi. Kemampuan LPD dalam mencapai atau mendapatkan laba yang maksimal, tidak terlepas dari aktiva atau kekayaan atau modal atau investasi yang dimiliki oleh LPD tersebut untuk melakukan kegiatan operasional sehingga nantinya dapat menghasilkan nilai tambah bagi LPD, yaitu laba. Laba merupakan suatu tolak ukur dalam mengukur atau menilai kinerja manajemen

perusahaan terkait dengan tujuan

perusahaan. (Jati dan wiryanti, 2010). Keberadaan LPD di masyarakat

desa telah banyak mengalami

peningkatan yang pesat. Lembaga

keuangan LPD tersebut mampu

meningkatkan potensi pada masyarakat

desa pakraman, dan membantu

masyarakat desa pakraman dalam

kehidupannya di dalam masyarakat desa

pakraman seperti meringankan dan

membantu pendanaan pembangunan

pura, pelaksanaan upacara dan

memberikan beasiswa pendidikan bagi masyarakat desa pakraman.

Lembaga perkreditan desa (LPD) ini diatur dengan peraturan daerah propinsi bali nomor 8 tahun 2002 tentang lembaga perkreditan desa. Untuk kepengurusan dan pengelolaan LPD ini diserahkan sepenuhnya kepada desa adat/pakraman,

mulai dari pemilihan pengurus sampai dengan pengawasan melibatkan desa pakraman. Perda nomor 8 tahun 2002 ini juga menegaskan pelayanan LPD hanya melayani kegiatan simpan pinjam kepada

warga desa adat/pakraman, sesuai

dengan pasal 7 (tujuh) angka 1 (satu) dan 2 (dua) peraturan daerah ini yang menyebutkan bahwa lapangan usaha LPD

mencakup (1) menerima/menghimpun

dana krama desa dalam bentuk tabungan dan deposito, (2) memberikan pinjaman hanya kepada krama desa.

Keterkaitan judul penelitian dengan filosofi Tri Hita Karana (THK) guna untuk

mengetahui pengimplementasian

tanggung jawab sosial pada LPD di Bali

khususnya di Desa Adat Jimbaran

sebaiknya berdasarkan filosofi Tri Hita

Karana (THK). Filosofi THK menekankan

bahwa dalam proses kehidupan menuju hidup yang sejahtera, manusia ditekankan

untuk menjaga keserasian atau

keharmonisan antara manusia dengan pencipatanya, yakni Tuhan Yang Maha

Esa (parhyangan), manusia dengan

alam/lingkungannya (palemahan), dan

manusia dengan sesamanya (pawongan) sebagai suatu kesatuan yang utuh (Damayanthi, 2011)

Suatu perusahaan dalam

membangun perekonomian tidak

seharusnya mengabaikan keharmonisan dan keseimbangan lingkungan sekitarnya. Konsep tanggung jawab sosial yang

memiliki tujuan menjaga lingkungan

dengan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan dapat diaplikasikan dengan konsep Tri Hita Karana. Konsep Tri Hita Karana dikenal berasal dari kebudayaan masyarakat di Bali. Tri Hita Karana (tiga hal untuk mencapai kesejahteraan hidup) merupakan filosofis pola keserasian dan keseimbangan hubungan yang harmonis. Konsep Tri Hita Karana mengandung nilai-nilai universal yang mengekspresikan

pola-pola hubungan seimbang dan

harmonis. Tampaknya konsep

penggunaan laba untuk dana

pembangunan desa dan dana sosial dapat berjalan seiring dan seirama dengan unsur-unsur yang terkandung dalam Tri Hita Karana yang berintikan unsur-unsur

(3)

nilai keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhan (unsur

Parahyangan), antara manusia

dengan sesama manusia (unsur

Pawongan), dan antara manusia dengan

lingkungannya (unsur Palemahan).

Keyakinan masyarakat adat Bali

terhadap alam dan lingkungan

dilandaskan pada suatu keyakinan bahwa manusia dan alam semesta diciptakan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa dari unsur-unsur yang sama. Pandangan ini melihat kesamaan unsur pada manusia sebagai isi alam (mikrokosmos) yang terdiri atas unsur-unsur Thi Hita Karana : jiwa (atma),

tenaga (prana), badan wadah

(anggasarisa). Demikian pula pada alam sebagai wadah makrokosmos yang terdiri atas unsur-unsur jiwa (paratma atma), tenaga (prana : segenap himpunan tenaga alam) dan wujud fisik (angga-sarira).

Pandangan yang memperlihatkan

kesamaan atau kesetaraan manusia

dengan ciptaan- Nya tersebut

menimbulkan gagasan bahwa manusia mempunyai untuk menghormati ataupun manjaga keharmonisan dengan landasan sikap dan perilaku tat twam asi dalam

interaksinya. Kewajiban ini bagi

masyarakat adat Bali lebih banyak

diwujudkan dalam suatu perbuatan

sebagai wujud terimakasih (Anom,2011). Menurut Anom (2011), sumber inspirasi Tri Hita Karana berasal dari Pustaka Suci Agama Hindu yang dikenal dengan nama Bhagawad Gita. Konsep Tri

Hita Karana mengandung nilai-nilai

universal yang mengekspresikan pola-pola hubungan seimbang dan harmonis,

sehingga dapat dikatakan konsep

pengimplementasian dana pembangunan desa dan dana sosial yang merupakan tanggung jawab sosial LPD dapat berjalan seiring dan seirama dengan dengan unsur-unsur yang terkandung dalam Tri Hita Karana yang berintikan unsur-unsur nilai keseimbangan hubungan antara

manusia dengan Tuhan (unsur

Parahyangan), antara manusia dengan

sesama (unsur Pawongan), dan antara manusia dengan alam lingkungannya (unsur Palemahan).

Penelitian yang sejenis juga

pernah dilakukan oleh Purnamawati

(2015) dimana penelitiannya berjudul “The

Conservation of Perang Pandan Tradition for the Socio- Economic Life of Adat Community in Tenganan Pagringsingan

Bali”Penelitian ini bertujuan untuk

menjelaskan upaya yang dilakukan oleh orang-orang dalam tradisi Perlindungan Perang pandan. Penelitian ini dilakukan dalam tradisi penelitian etnografi. Adapun Hasil dari penelitian ini adalah upaya yang dilakukan oleh orang-orang di Tenganan dalam melakukan perlindungan tradisi pandan Perang yaitu melalui melakukan pendidikan tradisional di mana anak-anak secara aktif terlibat dalam

metruna nyoman. Tradisi pandan Perang

memiliki beberapa kebajikan sosial

budaya, berterima kasih kepada Tuhan yang maha kuasa, kebersamaan dan

ketrampilan, dan melakukan yadnya

sebagai pelaksanaan ideologi Tri Hita

Karana. Pelaksanaan tradisi pandan

Perang yang teratur telah memberikan

dampak terhadap kehidupan sosial

ekonomi masyarakat desa.

Alasan memilih LPD (lembaga

perkreditan desa) di desa adat jimbaran

sebagai tempat penelitian mengenai

perkembangan kontribusi laba untuk dana pembangunan desa dan dana sosial karena LPD desa adat jimbaran pada tahun 2015 meraih peringkat pertama dalam menghasilkan laba tertinggi di LPD se-kabupaten Badung dimana pada tahun 2015 LPD desa adat jimbaran dapat

mengasilkan laba sebesar Rp.

13.769.590.773,00.

Semakin banyak laba yang

dihasilkan maka akan semakin banyak pula alokasi laba yang di kontribusikan ke dana pembangunan desa dan dana sosial. Di samping itu pihak LPD desa adat jimbaran tidak mengetahui dana yang di kontribusikan ke dana desa dan dana sosial digunakan untuk keperluan apa saja, oleh karena itu perlu dilakukan analisis untuk mengetahui kegunaan dari dana tersebut.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan maka diketahui bahwa tidak adanya transparansi baik dari pihak LPD

(4)

adat Jimbaran maupun dari para parlemen yang berada di tingkat desa adat mengenai adanya kontribusi laba yang telah diberikan oleh LPD adat Jimbaran untuk dana pembangunan desa dan dana sosial setiap tahun. Transparansi ini sangat penting adanya mengingat LPD merupakan lembaga perkreditan desa yang berada dekat dengan masyarakat maka harus mendapat kepercayaan yang

besar dari masyarakat terutama

masyarakat asli jimbaran.

Penelitian ini menjadi penting

karena di butuhkan transparansi yang jelas mengenai pengelolaan laba yang di kontribusikan oleh LPD, agar digunakan sebaik mungkin dan tidak tidak ada penyalahgunaan terhadap penggunaan dana tersebut. Transparansi perlu

dilakukan tidak hanya menghindari

terjadinya penyalahgunaan dana tetapi juga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap para pengurus desa

dalam mengelola dana yang telah

diberikan oleh LPD desa adat jimbaran. Di samping itu LPD desa adat jimbaran terletak di daerah Geografis yang

perkembangan penduduknya sudah

banyak tersentuh oleh budaya luar oleh sebab itu pihak LPD desa adat jimbaran sangat mengedepankan prinsip Tri Hita Karana diterapkan melalui LPD kepada masyarakat. Oleh sebab itu peneliti ingin mengulas pengimplementasian dari Dana Pembangunan Desa dan Dana Sosial yang diserahkan oleh LPD kepada desa adat Jimbaran.

METODE

Penelitian ini adalah penelitian

kualitatif yaitu suatu proses yang

naturalistik karena penelitiannya dilakukan

pada kondisi yang alamiah untuk

mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai orang atau obyek yang diteliti (Sugiyono, 2003). Pendekatan penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif

dengan pendekatan studi etnografi.

Lokasi atau objek penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah LPD (Lembaga Perkreditan Desa) Adat Jimbaran yang beralamat di Jl. Uluwatu, Jimbaran, Kuta Selatan. Adapun jenis

data menggunakan 2 jenis data yaitu Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian yang didapatkan melalui wawancara dengan informan yang berkaitan langsung dengan masalah penelitian dan juga melalui observasi atau pengamatan langsung ke objek penelitian.

Serta menggunakan data sekunder

merupakan data yang diperoleh

berdasarkan acuan atau literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian, misalnya materi atau dokumen dari manajer keuangan LPD , serta melalui

studi kepustakaan, yaitu dengan

menelaah literatur, majalah, serta karya tulis yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti menggunakan instrumen yang efektif untuk mengumpulkan data. Hal ini karena

dalam penelitian kualitatif data

dikumpulkan umumnya secara partisipatif (pengamatan berperan serta (tohirin, 2012). Adapun Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi wawancara,observasi, dan

dokumentasi.

Serta analisis data menggunakan Proses wawancara kepada informan terkadang keluar dari konteks pedoman wawancara yang telah disusun, sehingga perlu dilakukan reduksi data. Reduksi data meliputi berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mempertajam analisis (Miles dan Haberman, 1992).

HASIL DAN PEMBAHSAN

Implementasi Dana Pembangunan Desa

Dana pembangunan desa merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan disetiap desa dimana sumber biaya tersebut di dapat dari LPD Desa Adat Jimbaran sebesar persentase yang telah ditetapkan

oleh SK Gubernur Bali dimana

persentase untuk dana pembangunan

desa adalah sebesar 20% dari

keuntungan yang di dapat LPD setiap tahunnya. Biasanya LPD melaporkan kegiatan dalam penyaluran dana tersebut ke LPLPD di setiap kabupaten karena penyaluran dana pembangunan desa ini

(5)

wajib disalurkan ke masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama di desa Jimbaran.

Dengan adanya UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dalam pasal 74 diuraikan mengenai kewajiban

perusahaan untuk mengungkapkan

informasi tanggung jawab sosial dan lingkungan. Untuk segera menerapkan UU Perseroan Terbatas pada April 2012 Pemerintah mengeluarkan PP No. 47

Tahun 2012 tentang Pelaksanaan

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan (TJSLP). Setelah UU No. 40

Tahun 2007 diundangkan CSR

menggema pada perusahaan publik di Indonesia karena Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan menjadi hal yang wajib (Mandatory). Hal tersebut juga di sampaikan oleh Nyoman Santosa,SP kabag. Umum LPD Desa Adat Jimbaran yang menyatakan:

“Dalam kegiatannya LPD selalu berupaya melakukan hal terbaik setiap tahunnya dimana terbukti ketika pada tahun 2015 LPD menjadi peringkat pertama dalam

keuntungan terbanyak di

kabupaten badung dengan

pendapatan tersebut tentu kami bangga selain kerja keras semua karyawan LPD yang berbuah manis tentu saja hasil ini tidak akan kami nikmati sendiri tapi

masyarakat juga menikmatinya

dengan melalui dana

pembangunan desa dan dana sosial yang kami salurkan setiap tahun semakin banyak keuntungan berarti semakin banyak dana yang kami salurkan dan juga sesuai

dengan peraturan yang telah

ditetapkan untuk majib

menyalurkan dana pembangunan sosial tersebut yang nantinya akan di laporkan di LPLPD badung yang

bertempat di daerah

mengwi”.(Wawancara,14/11/2016) Laba yang diperoleh LPD pada

tahun 2015 berjumlah Rp.

13.769.590.773,00 hal tersebut sangat menjadi kebanggaan bagi pihak LPD

karena berada di pringkat pertama dengan jumlah laba terbanyak di kabupaten badung, tetapi dengan jumlah laba yang dihasilkan tersebut, pihak LPD tidak puas begitu saja pihak LPD akan meningktakan kembali kinerjanya agar pada tahun berikutnya pendapatan LPD mengalami

peningkatan. Tetapi dalam

menguapayakan peningkatan tersebut

pihak LPD tidak hanya meningkatkan

kinerjanya saja tetapi mereka juga

menjaga hubungan baik dengan beberapa pihak baik deari segi agama, sosial dan budaya, baik dengan masyarakat desa jimbaran itu sendiri ataupun masyarakat pendatang yang sudah memenuhi wilayah Jimbaran.

Dalam implementasi tanggung jawab sosial LPD terhadap Desa Adat Jimbaran dana pembangunan desa yang diperoleh melalui 20% dari laba LPD dimana pada tahun 2015 laba LPD mencapai Rp.

13.769.590.773,00 jadi dana

pembangunan desa yang disalurkan LPD ke Desa Adat sebesar Rp. 2.753.918.154 yang di salurkan LPD pada tahun 2015 dimana dana tersebut digunakan untuk kegiatan yang berlangsung di Desa Adat yang awalnya di salurkan ke masing-masing banjar yang ada di Desa Adat Jimbaran dimana dana tersebut berawal dari disalurkanya dana melalui kelian masing-masing Banjar yang ada di desa adat jimbaran dimana dana tersebut disalurkan ke 13 banjar adat yang ada di desa adat jimbaran. Hal ini diketahui melalui wawancara dengan Bendesa Adat Jimbaran I Made Budiarta, SH. yang menyatakan:

“Sekarang setiap banjar itu

memperoleh Rp.30.000.000 di

setiap banjar yang diserahkan

kepada kelian banjar yaitu melalui deposito di LPD Adat Jimbaran,

dengan dana tersebut dapat

digunakan untuk menyediakan

fasilitas dibanjar yang layak seperti perbaikan banjar, pembelian fasilitas

yang diperlukan dimana kelian

banjar akan mempertanggung

jawabkan penggunaan dana

tersebut langsung dengan

(6)

bulanan itu jadi masyarakat akan tau

dana tersebut” (Wawancara,

19/11/2016)

Selain dana yang diberikan kepada

setiap banjar, sisa dari dana

pembangunan desa yang telah diserahkan

ke setiap banjar senilai total

Rp.390.000.000 sisa dari dana sebesar

Rp. 2.753.918.154 tersisa Rp. 2.

714.918.154 di alokasikan ke kas desa

adat, hal tersebut diketahui dari

wawancara bersama bendahara I Made Subagiada, SE.MM. yang menyatakan

“Dana pembangunan desa yang diberikan oleh LPD itu kan sebesar Rp. 2.600.000.000 an diserahkan ke 13 Banjar Adat sisanya masuk ke kas Desa Adat untuk piodalan di pura dan lain-lain” (Wawancara, 19/11/2016)

LPD banyak memberikan manfaat kepada krama desa adat, memperbaiki infrastuktur desa adat dan bantuan lainnya melalui dana yang diserahkan tersebut, Bendesa Desa Adat Jimbaran, I Made Budiarta, SH, mengungkapkan sebagai berikut.

“LPD memberikan manfaat lebih

banyak kepada komunitas,

misalnya membangun dan atau memelihara tempat suci (pura), membantu dalam biaya ngaben, membangun kantor institusi banjar, wantilan, pelestarian lingkungan

dan lainnya” (Wawancara,

19/11/2016)

Berdasarkan wawancara di atas maka dapat diketahui bahwa implementasi dari laba 20% yang diberikan LPD digunakan sebagai memelihara tempat suci (pura), membantu dalam biaya

ngaben, membangun kantor institusi

banjar, wantilan, pelestarian lingkungan dan lainnya. Sehingga dapat dilihat bahwa dana yang diberikan oleh LPD tersebut

sudah sepenuhnya dirasakan oleh

masyarakat melalui masing masing banjar guna meningkatkan kualitas desa adat jimbaran itu sendiri.

Pengimplementasian Dana Sosial

Dana sosial merupakan dana yang disedikan oleh LPD guna peduli terhadap

kegiatan yang bersifat sosial di tingkat desa adat, dimana dana ini dialokasikan sebesar 5% sehingga dari total laba LPD sebesar Rp. 13.769.590.773,00, maka dana social yang dialokasikan sebesar Rp. 688.479.583 dari keuntungan LPD yang di dapat pada tahun tersebut. Sehingga dana yang diserahkan ke desa adat sebesar Rp. 344.239.769 dan sisanya dikelola oleh LPD. Dana sosial dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan, seperti punia ubon-ubon pura kahyangan

tiga, undangan bazaar STT se-Desa Adat

Jimbaran, asuransi pemangku, punia/tirtha yatra pura sad kahyangan di Bali, punia/tirtha yatra pura di luar Bali, kesehatan pemangku, bantuan bagi warga cacat, pembinaan sekaa gong remaja dan anakanak, pembinaan STT, pembinaan olah raga serta pembinaan seni dan budaya.

LPD Desa Adat Jimbaran juga memberikan sumbangan lainnya dalam bentuk bantuan langsung kepada krama maupun melalui program. Sumbangan

lainnya itu diantaranya santunan

kematian, ngaben dan nyekah masa, dana pembinaan banjar/STT/PKK banjar, dana rapat banjar, tali kasih kepada mantan

prajuru, kelian dan kepala lingkungan,

bantuan beasiswa bagi anak yang orang tuanya kurang mampu, beasiswa prestasi

dan lainnya, hal tersebut diketahui

berdasarkan laporan yang telah dibuat oleh pihak LPD dan pihak bendesa adat Jimbaran dimana laporan ini dibuat setiap tahun yang antinya akan dicantumkan

pada laporan tahunan LPD, LPD

merupakan pihak yang juga

merealisasikan dana sosial dari 5% tersebut LPD merealisasikan sebesar 50% dan untuk 50%nya diserahkan kepada Kelian Desa Adat Jimbaran. Hal tersebut diketahui berdasarkan wawancara dengan sekretaris LPD, Gede Susandhi, SE, sebagai berikut:

“Dana sosial ini dibagi menjadi 2,

50% dikelola oleh LPD yang

laporannya dicantumkan pada

laporan tahunan LPD dan yang lagi

50% kita serahkan ke desa

(7)

Kontribusi ekonomi berupa pembiayaan-pembiayaan program sosial yang dilaksanakan oleh LPD Desa Adat Jimbaran yang dikeluarkan langsung dalam biaya operasional atau di luar pembagian keuntungan bersih LPD untuk pembangunan desa dan dana sosial.

Kontribusi ekomomi tersebut berupa

santunan meninggal dunia, pembiayaan ngaben masa, dana pembinaan banjar, dana rapat banjar pembiayaan tali kasih kepada mantan-mantan (kelian, kaling dan prajuru), LPM dan Lurah, santunan kepada orang cacat, bantuan siswa yang orang tuannya tidak mampu, beasiswa berprestasi di bidang pendidikan dan punia ke masing-masing merajan. Adapun kegiatan dana social yang dikelola oleh LPD , Total Dana sosial tahun 2016 Rp. 688.479.583 sehingga 2,5% Untuk desa adat sebesar Rp. 344.239.76 Dan sisanya Untuk LPD sebesar Rp. 344.239.769.

Dana sosial yang diberikan oleh LPD setiap tahun sangat memberikan dampak yang positif terhadap masyarakat sekitar karena melalui dana sosial lah masyarakat dapat merasakan keuntungan adanya LPD, tidak hanya bisa meminjam

uang saja tetapi bisa memberikan

sumbangan apapun bagi desa adat itu sendiri. Adapun wawancara yang telah dilakukan kepada Bendesa Adat Jimbaran I Made Budiarta, SH. :

“Dana sosial yang diberikan oleh LPD setiap tahun itu sangat berguna bagi masyarakat jimbaran terutama masyarakat yang kurang mampu, jadi dengan dana tersebut kita dapat membantu mereka. Tidak hanya untuk membantu masyarakat miskin tetapi juga dapat digunakan untuk

kegiatan sosial lannya seperti

membersihkan areal pantai ,

menyame braye ketika ada

masyarakat yang meninggal dan masih banyak lagi yang lainnya” (Wawancara, 19/11/2016)

Pernyataan di atas menunjukan

pentingnya komitmen atau kepercayaan dari masyarakat terutama terkait kontribusi LPD kepada masyarakat sekitar. Hal ini sesuai dengan Teori Legitimasi (legitimacy

theory) yang menyatakan bahwa

organisasi secara kontinu akan beroperasi sesuai dengan batas-batas dan nilai yang diterima oleh masyarakat di sekitar

perusahaan dalam usaha untuk

mendapatkan legitimasi. Untuk

mendapatkan legitimasi perusahaan

memiliki insentif untuk melakukan

kegiatan sosial yang diharapkan oleh

masyarakat di sekitar kegiatan

operasional perusahaan.

Implementasi Tri Hita Karana Dalam Penyaluran Dana Pembangunan Desa Dan Dana Sosial

Filosofi Tri Hita Karana diharapkan

dapat membangun keharmonisan

masyarakat yang hidup di Bali

berlandaskan keseimbangan. Untuk

menjadi tujuan THK yang diharapkan maka masyarakat sebaiknya memiliki kultur dan religi yang kuat dalam kehidupannya. Menurut Windia dan Dewi (2007), saat ini di Bali filosofi THK sudah diterapkan oleh sebagian besar masyarkat di Bali, bahkan bukan hanya yang beragama Hindu, melainkan yang non Hindu pun telah menerapkan filosofi THK. Filosofi THK juga sangat relevan dengan aktivitas usaha/bisnis.

Hal ini menunjukkan bahwa

manusia harus selalu menjaga hubungan harmonis dengan Tuhan Yang Maha Esa (parhyangan). Hal tersebut di dapat dengan wawancara dengan Sekretaris

LPD Desa Adat Jimbaran, Gede

Susandhi, SE,

“Kalau ditanya tentang penerapan THK , kita pasti menerapkan karena dsini semua agama hindu yang sangat percaya dengan keberadaan tuhan, THK itu kan ada 3 pertama

parhyangan seperti mebanten/

sembahyang sebelum mulai bekerja tidak hanya saat upacara-upacara seperti purnama tilem tetapi setiap hari ya agar kita semua diberikan keselamatan dalam bekerja, kalau untuk di desa ketika ada upacara atau odalan kita membagi beberapa karyawan untuk ngayah disana” (Wawancara,17/11/2016)

Dalam laporan pertanggungjawan

(8)

kesejahteraan spiritual kepada Tuhan dan lain-lainnya. Contoh aktivitas ini antaranya pengeluaran biaya upakara-upakara (ritual

dewa yadnya) berupa banten atau sesajen

baik setiap hari maupun secara periodik, dan perjalanan suci (tirtayatra) baik di Bali maupun di luar Bali atau luar negeri, serta melakukan punia.

Filosofi THK yang kedua, yaitu

pawongan diimplementasikan dalam

masyarakat sebagai adanya hubungan yang harmonis antara manusia dengan

sesamanya. Dalam konteks bisnis

hubungan harmonis perlu dibangun dalam

hubungan antara karyawan dengan

karyawan lain, karyawan dengan

manajemen perusahaan, karyawan

dengan masyarakat atau nasabah LPD.

Pawongan dapat diimplementasikan

dengan adanya kelompok sekehe seperti

kidung, suka duka, dan sebagainya.

Ketiga, yang berhubungan dengan

filosofi palemahan yaitu hubungan

harmonis dengan lingkungan sekitarnya. Implementasi LPD dapat dilihat dalam kontribusi ikut menjaga kebersihan dan lingkungan di sekitar LPD, misalnya ikut

dalam penghijauan desa adat dan

membantu dalam pembagunan pura desa,

pembersihan pantai karena Desa

Jimbaran itu sendiri berada di dekat Pantai yang menjadi objek wisata yang nantinya akan memberikan nilai tambah bagi Desa Adat Jimbaran itu sendiri.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis data pada

pembahasan dan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa.

1. Dana pembangunan desa yang

diberika oleh LPD sebesar 20% kepada desa adat dan memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada Bendesa Adat, kemudian Bendesa Adat menyerahkan ke masing masing banjar yang ada di desa

adat jimbaran guna meningkatkan

kesejahteraan banjar yang nantinya akan

digunakan untuk keperluan

masing-masing banjar seperti perenovasian bale banjar, perlengkapan PKK, Posyandu dll. 2. Dana sosial yang diberikan oleh LPD sebesar 5% , dimana 50% dikelola oleh

LPD dan 50% dikelola oleh Bendesa Adat Jimbaran, dimana untuk realisasi dari dana social tersebut sudah dicatat dalam laporan dana social yang terdapat pada laporan tahunan LPD dan di Bendesa Adat Jimbaran juga telah membuat

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan

dengan dana tersebut

3. Pengimplementasian konsep Tri Hita

Karana pada pengimplementasian dana

pembangunan desa dan dana social yang dilaksanakan oleh LPD ataupun Bendesa Adat Jimbaran sudah dilakukan secara terpadu, dimana kegiatan kegiatan yang

dilaksanakan tersebut sudah

berlandaskan Tri Hita Karana, dari bagian

parhyangan dimana dana tersebut sudah

dialokasikan dalam kegiatan yang bersifat ketuhanan seperti membangun tenmpat suci, memberikan dana punia dll, bagian

pawongan dilakukan seprti memberikan

beasswa kepada para siswa dari tingkat TK, SD, SMP, dan juga memberikan

asuransi bagi pemangku, kemudian

bagian palemahan yaitu

diimplementasikan dengan peduli

terhadap lingkungan seperti mengadakan fogging setiap bulan, membersihkan areal pantai, melakukan penghijauan dan lain sebagainya.

SARAN

Adapun saran yang bisa saya berikan mengenai penyaluran dana pembangunan desa dan dana social berlandaskan Tri

Hita Karana di LPD Desa Adat Jimbaran:

Kepada pihak LPD Desa Adat Jimbaran agar ikut mengawasi penyaluran ataupun pengimplementasian dari dana pembangunan desa dan dana social yang diberikan melalui Bendesa Adat sebagai penanggung jawab dari dana tersebut, agar tidak terjadi penyalahgunaan dana

1. yang tidak di inginkan dan

memunculkan tindak pidana korupsi di tingkat Desa Adat.

2.Kepada Bendesa Adat Jimbaran agar memperlengkap pertanggung jawaban, tidak hanya mengenai dana social saja tetapi juga mengenai dana pembangunan desa yang diserahkan ke tingkat banjar agar membuat pertanggung jawaban yang diketahui oleh Bendesa Adat agar di

(9)

tingkat Banjar tidak terjadi penyalahgunaan dana.

DAFTAR PUSTAKA

Atmadja, Anantawikrama Tungga,

2015

“Penyertaan Modal Sosial

Dalam

Struktur

Pengendalian

Intern Lembaga Perkreditan Desa

(LPD)”, Jurnal Ilmiah, Universitas

Pendidikan Ganesha

Ambara, I Gede Adi, 2015

“Peran

Modal

Sosial

Dalam

Pemberdayaan

Ekonomi

Desa

Adat / Pakraman”, Jurnal Ilmiah,

Universitas Brawijaya

Anom,

I

Gusti Ngurah

2011.

Pengembangan Tanggung Jawab

Sosial

Perseroan

(Corporate

Social Responsibility) Dikaitkan

dengan Konsep Tri Hita Karana

(Studi di Provinsi Bali). Tesis.

Universitas Udayana

Bagiada

I

Made,

I

Nyoman

Darmayasa, 2015 “Implementasi

Filosofi Tri Hita Karana Dalam

Pengungkapan Tanggung Jawab

Sosial Pada Lembaga Perkreditan

Desa (LPD)”, Jurnal Ilmiah ,

Politeknik Negeri Bali

Bungin,

B,(2010)

Analisis

data

penelirian kualitatif, Jakarta: Raja

grafindo Persada

Damayanthi,

I

G.A.

Eka,

2015,

“Pengungkapan Tanggung Jawab

Sosial LembagaPerkreditan Desa

(LPD) Berdasarkan Filosofi Tri

Hita Karana”, ,Jurnal Ilmiah,

Universitas Udayana

Kristianto Feri 2016, Aset LPD Di Bali

Capai Rp14,6 Triliun, Sumber dari

http://bali.bisnis.com/read/2016013

1/14/57073/aset-lpd-di-bali-capai-rp146-triliun

(di akses pada 26

oktober 2016, Pukul. 19.35)

Purnamawati

Dkk,

(2015),

“The

Conservation of Perang Pandan

Tradition for the Socio- Economic

Life

of

Adat

Community

in

Tenganan Pagringsingan Bali”,

Jurnal

Ilmiah,

Social

And

Behavioral Science, 25 November

2015, Vol.211

Sugiyono.2003.

Metode

Penelitian

Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung

: CV. Alfabeta Bandung

Tohirin.2012.Metode

Penelitian

Kualitatif dalam Pendidikan dan

Bimbingan Konseling.Jakarta:PT

Raja Grafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Fauna bagian timur memiliki ciri atau tipe yang mirip dengan fauna yang hidup di Benua Australia, sehingga disebut Tipe Australis (Australic). Fauna bagian tengah

Teater didefinisikan serupa oleh banyak pakar. Soemanto (2001: 8) mengatakan, “Teater berasal dari kata theatron, sebuah kata Yunani yang mengacu kepada sebuah tempat di mana aktor mementaskan lakon dan orang-orang menontonnya”.

Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter.Contoh : Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes pulang kerumah, perawat dan dokter

Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk mengembangkan variabel- variabel lain dan memperbanyak sampel yang mepengaruhi penyaluran pembiayaan (kredit) agar dapat

Dalam suatu sistem temu kembali informasi, kemampuan untuk menemukan informasi yang tersedia diukur dengan recall dan kemampuan untuk menemukan informasi yang

Nilai ini menunjukkan secara keseluruhan aspek memiliki hubungan sangat nyata antara motivasi, pola menonton dan tingkat kepuasan Artinya semakin lama pemirsa menonton program berita

“Guru IPS harus bersikap dan menjalankan tugas guru secara profesional dengan cara aktif untuk masuk kelas lebih awal, pemberian tugas dan mengakhiri pelajaran