• Tidak ada hasil yang ditemukan

20070100 KA ANDAL Perumahan Saree

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "20070100 KA ANDAL Perumahan Saree"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)Peraturan Menteri Negara LH Nomor 308 Tahun 2005. KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP Kegiatan Pembangunan Perumahan untuk Pengungsi Korban Tsunami di Saree, Kabupaten Aceh Besar Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Tim Teknis AMDAL Khusus Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh Pasca Gempa dan Tsunami Januari 2007.

(2) Peraturan Menteri Negara LH Nomor 308 Tahun 2005. KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP Kegiatan Pembangunan Perumahan untuk Pengungsi Korban Tsunami di Saree, Kabupaten Aceh Besar Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Tim Teknis AMDAL Khusus Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh Pasca Gempa dan Tsunami Mei 2006.

(3) Tim Teknis AMDAL Khusus : Ir. M. Askary., MA Drs. Fauzi Emhas Drs. Soekarman Moesa, M.Sc Dr. Ade Sjafruddin Dr. Chay Asdak Ir. Nasrullah Faizal. A.Md. (Ketua) (Sekretaris) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota).

(4) KATA PENGANTAR. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 308 Tahun 2005 memuat pembentukan Tim Teknis AMDAL Khusus untuk melaksanakan proses pelingkupan atau penyusunan dokumen Kerangka Acuan ANDAL bagi setiap rencana kegiatan wajib AMDAL yang terkait dengan pembangunan rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh pasca bencana gempa bumi dan tsunami. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah melalui Bapedalda Provinsi NAD membantu pembuatan Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL). Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 308 Tahun 2005, pelaksanaan kegiatan ini harus dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Kegiatan tersebut diprakirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan, sehingga perlu dirumuskan lingkup dan kedalaman studi Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) yang dilakukan melalui penyusunan Kerangka Acuan (KA) ANDAL agar studi ANDAL dapat berjalan secara efektif dan efisien. Dokumen KA-ANDAL ini disusun dengan mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 308 Tahun 2005 dan panduan pelingkupan yang dikeluarkan Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Semoga Dokumen KA-ANDAL ini menjadi acuan bagi pemrakarsa dalam menyusun dokumen ANDAL, RKL-RPL dan juga bermanfaat baik instansi yang berkepentingan maupun pihak-pihak lain. Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan atas selesainya penyusunan dokumen Kerangka Acuan ini.. Banda Aceh,. Mei 2006. Tim Teknis AMDAL Khusus Kegiatan Pembangunan Perumahan untuk Pengungsi Korban Tsunami di Saree, Kabupaten Aceh Besar Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. i.

(5) DAFTAR ISI Kata Pengantar. i. Daftar Isi. ii. I.. Pendahuluan ............................................................................................................ 1. II.. Proses AMDAL Khusus.......................................................................................... 6. III.. Dokumen ANDAL, RKL dan RPL Pembangunan Perumahan Saree............. 7. Isu-isu Utama ....................................................................................................8 Bagian 1. Pertimbangan atas alternatif-alternatif...............................................8 Bagian 2. Isu Lingkungan..................................................................................9 Bagian 3. Isu-isu Sosial, Ekonomi dan budaya .................................................9 Bagian 4. Isu Perubahan Bentang Lahan........................................................10 Bagian 5. Konsultasi dengan pihak-pihak terkait.............................................10 Bagian 6. Batas Wilayah Studi ........................................................................11 Bagian 7. Kepakaran yang diperlukan.............................................................11 IV.. Lampiran.................................................................................................................12. Lampiran 1. Hasil evaluasi dampak potensial menjadi dampak penting hipotetik...........................................................................................................13 Lampiran 2. Tahap evaluasi, pengelompokkan dampak potensial ..................16 Lampiran 3. Surat Penugasan Tim Teknis ......................................................21 Lampiran 4. Dokumentasi Rona Awal dalam Kegiatan Pelingkupan...............22. ii.

(6) I.. Pendahuluan. Penyusunan Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL) ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu peryaratan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 308 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Dan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Untuk Kegiatan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara. Proses penyusunan KA-ANDAL (pelingkupan) dilakukan oleh tim teknis untuk kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi. Pembangunan perumahan di Saree - Kabupaten Aceh Besar melalui Proyek Beudoh oleh CARE Indonesia dimaksudkan untuk menampung pengungsi korban tsunami dari beberapa daerah di Aceh, yaitu Pulau Aceh, Banda Aceh, Aceh Jaya, dan Pidie. Sebagian pengungsi lainnya adalah kelompok masyarakat yang terkait dengan konflik politik dan militer di Aceh. Memperhatikan status kegiatan Proyek Beudoh, maka rencana kegiatan ini termasuk dalam kategori rencana pembangunan dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi sebagaimana telah digariskan pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 308/2005. Dengan demikian, pelingkupan isu-isu penting dalam rangka penyusunan KA-ANDAL proyek CARE Indonesia dapat dilaksanakan oleh Tim Teknis AMDAL Khusus Kementerian Lingkungan Hidup. Pelaksanaan pelingkupan proyek pembangunan perumahan di Sare telah dilaksanakan sejak tanggal 4 hingga 8 April 2006. Dengan selesainya laporan pelingkupan ini, maka tugas dari Tim Teknis AMDAL khusus dalam melakukan pelingkupan telah dapat diselesaikan. Tahap selanjutnya merupakan tahap pembahasan dokumen pelingkupan ini bersama dengan pihak-pihak terkait lainnya. Komisi Penilai AMDAL Provinsi NAD akan memprakarsai proses pembahasan untuk selanjutnya meneruskan proses AMDAL hingga penilaian dokumen ANDAL, RKL dan RPL proyek tersebut di atas. Secara singkat, proses pembangunan perumahan di Saree – Kabupaten Aceh Besar telah dimulai pada awal Januari 2006 dengan dilakukannya pembangunan beberapa unit permukiman. Sampai dengan akhir bulan Maret 2006 telah dibangun 200 unit rumah. Proses penyusunan AMDAL pembangunan proyek tersebut di atas baru dimulai pada awal bulan April 2006 saat pemrakarsa proyek menghubungi salah satu konsultan untuk membantu penyusunan dokumen AMDAL kegiatan bersangkutan. Pada tanggal 4 April 2006 dilakukan pembentukan Tim Teknis AMDAL khusus yang terdiri dari berbagai ahli yang berasal dari praktisi, akademisi, ahli dari Kementerian Lingkungan Hidup, dan ahli dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Propinsi NAD, serta unsur dari pemerintah kabupaten Aceh Besar. 1.

(7) untuk melakukan proses pelingkupan. Susunan lengkap anggota tim dapat dilihat dalam Lampiran 5. Proses pelingkupan dilakukan oleh Tim Teknis AMDAL Khusus pada tanggal 5 April 2006 dengan melakukan kunjungan lapangan ke lokasi kegiatan. Sebelum melakukan kunjungan ke lapangan, Tim Teknis dan pihak-pihak terkait mendengarkan penjelasan dari pemrakarsa tentang kegiatan proyek perumahan dan diikuti dengan diskusi. Diskusi dilakukan untuk memperoleh gambaran tenatng kemungkinan dampak (positif dan negatif) terkait dengan usulan kegiatan. Selain pelingkupan dampak lingkungan, diskusi juga membahas halhal terkait dengan lokasi kegiatan dan dampak yang akan ditimbulkannya, cakupan wilayah kajian, dan hal lain yang diperlukan dalam kunjungan lapangan untuk pelingkupan. Pada tahap ini pemrakarsa belum mengumumkan rencana usaha dan/atau kegiatannya di media masa. Pelaksanaan kerja pelingkupan Tim Teknis AMDAL khusus mengikuti tahaptahap sebagai berikut: 1. Mendengarkan dan mempelajari deskripsi kegiatan proyek perumahan yang diusulkan untuk kemudian melakukan kajian terhadap rencana kegiatan yang diusulkan. 2. Identifikasi dampak potensial (desk study) oleh masing-masing anggota Tim Teknis 3. Tinjauan lapangan dengan fokus pengamatan rencana kegiatan dan identifikasi kemungkinan dampak lingkungan yang akan terjadi. 4. Verifikasi hasil tinjauan lapangan yang dipadankan dengan hasil evaluasi dampak hipotetik [identifikasi dampak lingkungan yang ditentukan sebelum tinjauan lapangan]. 5. Penyusunan laporan pelingkupan menjadi dokumen Kerangka Acuan studi ANDAL Untuk memberikan gambaran, bagian berikut ini menguraikan ringkasan rencana Pembangunan Perumahan di Saree - Kabupaten Aceh Besar. Peta orientasi terhadap lokasi kegiatan dapat dilihat pada Gambar 1 di halaman berikut. Pembangunan Perumahan di Saree terletak di Kabupaten Aceh Besar dengan lokasi di Blang Phon, Kec. Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar. Secara umum kegiatan Pembangunan Perumahan di Saree, Blang Phon, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar oleh CARE Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan pembangunan akan dilakukan di atas lahan seluas 350 ha dengan rincian 35 ha untuk sarana perumahan, 15 ha untuk sarana dan prasarana publik, dan 300 ha untuk pengembangan pertanian bagi pemukim. Pada saat kunjungan lapangan, pihak pemrakarsa belum menentukan secara jelas dimana lokasi pengembangan pertanian ditempatkan serta bentuk kegiatan pertanian apa yang akan diusulkan. 2. Perumahan diproyeksikan untuk 300 KK yang terdiri dari masyarakat yang terkena bencana tsunami dari Pulau Aceh, Banda Aceh, Aceh Jaya, Pidie. 2.

(8) dan sebagian lainnya adalah kelompok masyarakat yang menjadi korban pertentangan politik dan militer di Aceh. 3. Beberapa fasilitas umum yang akan dibangun antara lain: sarana usaha (pertokoan), perbaikan jalan akses, pembangunan 1 meunasah, 1 sekolah dasar dan sarana olah raga. Secara rincian layout dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.. Gambar 1. Peta orientasi lokasi Pembangunan Perumahan di Saree, Blang Phon, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar. 3.

(9) Gambar 2. Peta Lokasi Perumahan dan Penyediaan Lahan Pertanian (Sumber: CARE, 2006). 4.

(10) Gambar 3. Peta layout Rencana Pembangunan Perumahan (Sumber: CARE, 2006). 5.

(11) II.. Proses AMDAL Khusus. Sebagaimana telah disebutkan di atas, proses AMDAL untuk Pembangunan Perumahan di Saree oleh CARE Indonesia menggunakan mekanisme khusus yang hanya berlaku di Provinsi NAD dan Pulau Nias sesuai dengan Peraturan Menteri LH 308/2005. Secara singkat, proses AMDAL secara keseluruhan dapat mengacu pada skema sebagai berikut: Proses penapisan melalui daftar kegiatan wajib AMDAL. AMDAL disyaratkan. AMDAL tidak diperlukan. Proposal kegiatan dari pemrakarsa dan pengumuman Tahap ini belum dilakukan. Penyusunan Kerangka Acuan (KA ANDAL) oleh Tim Teknis dan Pembahasan KA ANDAL oleh Komisi & Pemrakarsa. Penyusunan Upaya Pengelolaan dan Pemantauan lingkungan (UKL-UPL). Tahap pada saat ini. Penyusunan dokumen ANDAL, RKL dan RPL oleh Pemrakarsa. Penilaian ANDAL, RKL dan RPL oleh Komisi. Persetujuan oleh Gubernur. Perijinan. Gambar 4. Skema proses AMDAL yang akan dilakukan untuk Pembangunan Perumahan di Saree, Blang Phon, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar Untuk mendapat pemahaman yang lebih lengkap, semua pihak terkait agar dapat membaca isi dari Peraturan Menteri LH 308/2005 secara lengkap agar memperoleh kejelasan tentang kerangka kerja proses AMDAL khusus. Sebagai. 6.

(12) bahan perbandingan dengan proses AMDAL konvensional yang berlaku di tempat lain di Indonesia, pengguna dokumen ini dapat melihat Peraturan Pemerintah RI nomor 27 tahun 1999 tentang AMDAL.. III.. Dokumen ANDAL, RKL dan RPL Pembangunan Perumahan Saree. Dokumen ANDAL, RKL dan RPL yang dihasilkan dari studi ANDAL harus didasarkan pada dokumen Kerangka Acuan ini dan harus mencakup beberapa hal utama. Dokumen-dokumen ini harus dilengkapi dengan suatu ringkasan yang disusun dengan bahasa yang sederhana, non teknis, dan mudah dipahami oleh semua kalangan pembaca dan pengguna dokumen ini. Ringkasan ini tidak saja ditujukan untuk dibaca oleh para eksekutif tetapi sedapat mungkin dapat dipahami oleh masyarakat luas. Dokumen ANDAL secara mendasar harus mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Pendahuluan yang berisi maksud dan tujuan khusus dilaksanakannya rencana kegiatan Pembangunan Perumahan di Saree – Kabupaten Aceh Besar; 2. Uraian tentang kesesuaian rencana kegiatan Pembangunan Perumahan di Saree – Kabupaten Aceh Besar dengan tata ruang, kebijakan pembangunan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 3. Deskripsi rencana kegiatan Pembangunan Perumahan di Saree – Kabupaten Aceh Besar yang memungkinkan untuk mencapai maksud dan tujuan yang telah ditetapkan, termasuk rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan; 4. Kondisi rona lingkungan awal di wilayah studi; 5. Kajian dampak lingkungan akibat rencana kegiatan Pembangunan Perumahan di Saree – Kabupaten Aceh Besar yang mencakup seluruh isu penting dan dampak hipotetik yang tercantum di dalam Bab IV dari dokumen KA ini; 6. Arahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Dokumen RKL secara mendasar harus mencakup upaya-upaya dan rencanarencana untuk menghindarkan dampak, penanganan dampak (mitigasi), pengelolaan dampak, serta mengendalikan dampak yang mungkin terjadi. Dokumen ini secara umum harus memuat hal-hal sebagai berikut: 1. Komponen atau parameter lingkungan hidup yang diprakirakan mengalami perubahan mendasar menurut hasil analisis dampak lingkungan hidup; 2. Sumber dampak yang telah dikaji pada dokumen ANDAL; 3. Tolok ukur dampak untuk mengukur perubahan komponen lingkungan hidup; 4. Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan tolok ukur kinerja pengelolaan lingkungan dampak lingkungan hidup; 5. Upaya-upaya pengelolaan lingkungan hidup; 6. Lokasi pengelolaan lingkungan hidup; 7. Institusi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan hidup.. 7.

(13) Dokumen RPL secara medasar harus mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Komponen atau parameter lingkungan hidup yang dipantau; 2. Sumber dampak; 3. Parameter lingkungan hidup yang dipantau; 4. Tujuan pemantauan lingkungan hidup; 5. Metode pemantauan lingkungan hidup; 6. Jangka waktu dan frekwensi pemantauan; 7. Lokasi pemantauan lingkungan hidup; 8. Institusi yang bertanggung jawab dalam pemantauan lingkungan hidup. Penggunaan sumber-sumber data dan informasi yang sahih di dalam dokumen ANDAL, RKL dan RPL, baik dari penelitian langsung (data primer) ataupun data sekunder, literatur, penelitian lain, atau hasil konsultasi dengan instansi terkait dan dengan masyarakat harus dilakukan sesuai dengan kaidah penulisan referensi yang benar. Ketika penilaian (judgment) atau pendapat para ahli digunakan, hal tersebut harus disebutkan secara jelas sebagai suatu hasil penilaian ahli. Dasar penilaian atau pendapat para ahli tersebut harus dikemukakan alasan atau dasar pembenarannya. Keahlian yang membuat penilaian atau pendapat tersebut, termasuk kualifikasi dan pengalamannya, harus disampaikan pula. Jika ulasan terhadap suatu isu dampak memerlukan penelitian dan perhitungan yang bersifat teknis (misalnya untuk erosi, pengelolaan limbah cair atau drainase), hal ini diharapkan didampingi dengan pertimbangan profesional untuk memverifikasi kesimpulan dan rekomendasi yang diberikan. Sebagai tambahan, penyusunan dokumen ANDAL, RKL-RPL dapat juga mengacu pada Keputusan Kepala BAPEDAL nomor 09 tahun 2000.. Isu-isu Utama Bagian 1. Pertimbangan atas alternatif-alternatif 1. Kaji alternatif pengembangan jalan lain ke lokasi permukiman dalam kaitannya dengan pemasaran hasil pertanian & mekanisme evakuasi apabila terjadi bencana alam, antara lain, longsor, kebakaran hutan, dll. Kajian alternatif ini harus dibandingkan/berdasarkan kondisi jalan yang ada saat ini. 2. Kaji secara singkat pilihan “do nothing” atau skenario jika rencana kegiatan Pembangunan Perumahan di Saree – Kabupaten Aceh Besar ini tidak dilakukan.. 8.

(14) Bagian 2. Isu Lingkungan 1. Degradasi lahan  Kaji potensi banjir di daerah hilir akibat berkurang/rusaknya daerah resapan air dengan adanya pemanfaatan lahan sebagai permukiman dan pertanian. Dengan kata lain, apakah penempatan lokasi perumahan dan aktivitas pertanian yang mengiringinya diprakirakan akan mengakibatkan degradasi lahan dan hutan akibat praktek pertanian yang tidak mempertimbangkan kaidah-kaidah konservasi lahan dan/atau perambahan hutan [lokasi perumahan dekat dengan Taman Hutan Raya].  Kaji potensi erosi & longsor akibat pembukaan dan perubahan peruntukan lahan serta pembangunan jalan dan drainase terkait dengan sarana pembuangan air pada musim hujan.  Kaji potensi kecukupan pemanfaatan air bersih untuk domestik dan air untuk kebutuhan kegiatan pertanian, termasuk kemungkinan konflik pemanfaatan air dengan masyarakat lokal. Lebih spesifik, kaji dimana [dan berapa jumlahnya] sumber air untuk domestik, pertanian, dan kemungkinan untuk perikanan/lainnya. 2. Potensi pencemaran dan gangguan  Kaji potensi pencemaran air akibat pembuangan limbah cair dari kegiatan permukiman dan pemanfaatan lahan untuk pertanian [terutama pertanian yang memanfaatkan pupuk kimia dan pestisida/herbisida].  Kaji potensi gangguan terhadap habitat satwa, khususnya habitat satwa bebas [gadjah, harimau, kera] terkait dengan dugaan bahwa lokasi kegiatan berada di koridor/perlintasan satwa bebas. Bagian 3. Isu-isu Sosial, Ekonomi dan Budaya 1. Potensi konflik  Kaji potensi konflik antara pemukim dengan masyarakat setempat dan antar pemukim [yang bersumber pada kecemburuan sosial, gangguan keamanan dan interaksi sosial dan kompetisi pemanfaatan sumber daya lahan dan air]. 2. Perambahan hutan  Kaji potensi perambahan hutan dan illegal logging yang dipicu, antara lain, oleh ketidaksesuaian pekerjaan yang disediakan [sebagai petani], dan/atau adanya pihak yang memfasilitasi pengambilan kayu dari hutan secara illegal, serta tersedianya aksesibilitas ke sumber daya hutan. Catatan: ketika berkunjung ke lapangan berpapasan dengan truk pengangkut kayu yang dicurigai sebagai illegal logging dari Tahura dan/atau hutan di sekitar lokasi permukiman.. 9.

(15) . Kaji potensi kebakaran hutan dan lahan terkait kegiatan domestik, misalnya pembakaran sampah rumah tangga dan kegiatan pertanian, misalnya pembakaran sisa-sisa tanaman dan gulma untuk persiapan penanaman.. 3. Ketidakpastian  Kaji peraturan-peraturan yang terkait dengan status kepemilikan tanah dan pemanfaatan lahan pertanian termasuk kesesuaian dengan RTRW kabupaten/propinsi.  Kaji kesesuaian dan keberlanjutan mata pencaharian pemukim. Hal ini perlu dilakukan mempertimbangkan sebagian besar pemukim mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan, bukan petani.  Kaji kepastian usaha/pekerjaan dalam jangka panjang termasuk fasilitas/infrastruktur yang mengarah pada usaha pertanian berorientasi pasar.  Kaji kemungkinan spekulasi kepemilikan rumah [alih fungsi, alih kepemilikan dll]. Maksudnya adalah mencegah terjadinya alih kepemilikan rumah dan/atau beroperasinya spekulan tanah/rumah yang dapat menghambat keberlanjutan permukiman. Bagian 4. Isu Perubahan Bentang Lahan 1. Kaji kemungkinan peningkatan pengambilan material [sirtu dan kayu] terkait dengan peningkatan dan/atau pengembangan bangunan oleh pemukim dan/atau pendatang baru 2. Kaji kesesuaian pemanfaatan lahan untuk perumahan dan pertanian dengan RTRW Kabupaten Aceh Besar dan Propinsi NAD, dan kaitannya dengan keungkinan perubahan status kawasan hutan menjadi kawasan non hutan Bagian 5. Konsultasi dengan pihak-pihak terkait Dalam proses penyusunan AMDAL, pemrakarsa diminta untuk melakukan konsultasi dengan pihak-pihak berikut: 1. Lakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti: LLAJ, pemerintah kecamatan, dinas PU (untuk prasarana jalan dan sumber daya air), BKSDA, dinas kehutanan dan dinas sumber daya alam (untuk pemanfaatan lahan dan pengendalian konflik dengan satwa bebas), BAPPEDA dan dinas pertanian dan perkebunan (untuk pemanfaatan lahan dan kesesuaian tata ruang), BRR Aceh, lembaga-lembaga donor rekonstruksi Aceh, dsb. 2. Lakukan pengumuman terhadap rencana kegiatan di media massa lokal dan lokasi kegiatan dengan merujuk kepada Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 08 Tahun 2000. Sebagai catatan, hingga tanggal 5 April 2006 belum dilakukan pengumuman terhadap kegiatan Pembangunan Perumahan di Saree – Kabupaten Aceh Besar.. 10.

(16) 3. Lakukan proses konsultasi masyarakat dengan baik selama pelaksanaan studi ANDAL untuk menggali masukan dan informasi tambahan serta untuk memperoleh perhatian (concerns) masyarakat. 4. Pemrakarsa harus mempertimbangkan dan mengakomodasi masukan dari masyarakat baik selama proses pengumuman ataupun pada saat konsultasi masyarakat ketika melakukan studi ANDAL. 5. Pemrakarsa dan konsultan AMDAL harus menggali isu-isu penting terkait dengan rencana Pembangunan Perumahan di Saree – Kabupaten Aceh Besar dari sumber media massa dan elektronik yang ada (lokal, propinsi dan nasional). Bagian 6. Batas Wilayah Studi Pemrakarsa pembangunan Permukiman Saree harus menentukan batas wilayah studi sesuai dengan kaidah-kaidah penetapan batas wilayah studi yang dikenal dalam penyusunan studi AMDAL. 1. Batas Proyek: Batas proyek ditetapkan sebatas area yang menjadi tapak kegiatan yaitu pada lahan seluas 35 ha untuk permukiman, 15 ha untuk sarana dan prasarana, 300 ha untuk areal pertanian dan jalan akses dari lokasi permukiman Saree ke Jalan Raya Banda Aceh – Sigli. 2. Batas Ekologi: Batas ekologis ditetapkan dengan mempertimbangkan potensi persebaran limbah dan pencemaran dengan memperhatikan pola hidrologi dari DAS Kr Inong, serta perlintasan fauna bebas [gajah, harimau dll] karena berdekatan dengan Hutan Lindung Seulawah. 3. Batas Sosial: Batas sosial adalah masyarakat yang berada di sekitar Saree, khususnya yang berada di dekat Balai Bibit di Saree, Kec. Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar 4. Batas Administrasi: Blang Phon, Kec. Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar Bagian 7. Kepakaran yang diperlukan Dalam pelaksanaan studi ANDAL pemrakarsa harus melibatkan tenaga ahli yang memiliki kompetensi sesuai isu-isu dalam pembangunan permukiman Saree. Beberapa keahlian yang diperlukan dalam pelaksanaan studi tersebut setidaknya sebagai berikut: 1. Ahli AMDAL (Ketua Tim, bersertifikat AMDAL Penyusun (AMDAL B) 2. Ahli teknik lingkungan. 11.

(17) 3. 4. 5. 6. 7.. IV.. Ahli planologi Ahli hidrologi Ahli biologi/kehutanan Ahli sosial ekonomi Ahli sosial budaya. Lampiran. Lampiran 1. Hasil evaluasi dampak potensial menjadi dampak penting hipotetik Lampiran 2. Tahap evaluasi, pengelompokkan dampak potensial Lampiran 3. Surat Perintah Tugas (SPT) Tim Teknis Khusus AMDAL Khusus Lampiran 4. Dokumentasi Rona Awal dalam Kegiatan Pelingkupan. 12.

(18) LAMPIRAN. 13.

(19) Lampiran 1. Hasil evaluasi dampak potensial menjadi dampak penting hipotetik 1. Dampak fisik-kimia-biologi o Degradasi lahan  Banjir --- penting  Erosi & longsor --- penting  Pemanfaatan air (domestik & pertanian) --- penting  Pasokan air (recharge area) --- penting o Potensi pencemaran dan gangguan  Kualitas air --- penting o Gangguan habitat satwa, khususnya habitat satwa gadjah, harimau, kera terhadap keselamatan pemukim dan hasil pertanian para pemukim [ada informasi lokasi kajian sebagai lintasan gadjah]. --penting 2. Sosial, ekonomi, budaya o Potensi Konflik  Konflik antara pemukim dengan masyarakat setempat --penting  Konflik antar pemukim --- penting  Konflik antara manusia dan fauna bebas --- penting o Perambahan hutan  Perambahan hutan untuk pemanfaatan non hutan (pertanian) --penting  Illegal logging --- penting o Ketidakpastian  Peraturan (status pemilikan, pemanfaatan lahan pertanian & luas) --- penting  Kesuaian & Keberlanjutan mata pencaharian & permukiman --penting 3. Perubahan bentang lahan o Kompetisi pemanfaatan lahan --- penting o Peningkatan pengambilan material [sirtu dan kayu] terkait dengan peningkatan bangunan oleh pemukim dan/atau pendatang baru --penting o Kesuaian pemanfaatan lahan dengan RTRW --- penting 4. Lain-lain o Potensi bencana kebakaran hutan, banjir dan tanah longsor. --penting 14.

(20) o Alternatif pengembangan jalan ke lokasi permukiman [dalam kaitannya dengan pemasaran hasil pertanian & mekanisme evakuasi dari bencana alam longsor, kebakaran hutan, dll] berdasarkan kondisi jalan eksisting --- penting. 15.

(21) Lampiran 2. Tahap evaluasi, pengelompokkan dampak potensial 1. Dampak fisik-kimia-biologi o Degradasi lahan  Banjir --- penting  Erosi & longsor --- penting  Pemanfaatan air (domestik & pertanian) --- penting  Pasokan air (recharge area) --- penting. Dampak Potensial berdasarkan hasil identifikasi .          . Perubahan peruntukan lahan terkait dengan keberadaan permukiman baru. Perubahan positif, terjadi peningkatan hasil pertanian. Perubahan bersifat negatif, mengurangi luas daerah resapan. Potensi banjir terkait dengan desain drainase yang kurang baik Tata letak/site plan belum jelas, implikasi yang diprakirakan terjadi gangguan hidrologis bagi daerah di bawahnya Ketersediaan air bersih [kuantitas dan kualitas] terutama pada musim kemarau Gangguan lingkungan terkait dengan sistem drainase. Sumber air untuk domestik, pertanian, dan kemungkinan perikanan [dimana?, berapa dan bagaimana air diperoleh] Potensi gangguan hidrologi terkait dengan pemanfaatan air [kemungkinan konflik pemanfaatan air dengan masyarakat di sekitar] Potensi rawan bencana [a.l. keberadaan gunung berapi, longsor, banjir] Potensi longsor dan erosi [observasi visual tanah tidak stabil] Potensi erosi dan longsor terkait dengan stabilitas tanah Bencana alam: longsor. o Potensi pencemaran dan gangguan  Kualitas air --- penting  Kualitas udara --- tidak penting Karena kegiatan konstruksi sebagian besar telah dilaksanakan dan proses pengangkutan material pembangunan diperkirakan tidak akan memberikan dampak yang cukuip signifikan dan sifat dapat balik.  Kualitas tanah --- tidak penting Dampak terhadap kualitas tanah diperkirakan tidak penting mengingat dampak tersebut berasal dari kegiatan permukiman yaitu pengelolaan limbah padat dan bersifat lokal. 16.

(22) Dampak Potensial berdasarkan hasil identifikasi     . Pencemaran kualitas air di hilir terkait dengan aktivitas pertanian di lokasi permukiman Meningkatnya limbah padat, cair, sampah, etc. Potensi limbah padat terkait dengan kegiatan rumah tangga Potensi pencemaran limbah padat dan cair [Perlu pengelolaan limbah terpadu] Mobilitas alat dan material memberikan gangguan terhadap masyarakat sekitar selama konstruksi perumahan dan infrastruktur [getaran, debu, bising, etc].. o Gangguan habitat satwa, khususnya habitat satwa gadjah, harimau, kera terhadap keselamatan pemukim dan hasil pertanian para pemukim [ada informasi lokasi kajian sebagai lintasan gadjah]. --penting 2. Sosial, ekonomi, budaya o Potensi Konflik  Konflik antara pemukim dengan masyarakat setempat --penting  Konflik antar pemukim --- penting  Konflik antara manusia dan fauna bebas --- penting Dampak Potensial berdasarkan hasil identifikasi       . Konflik penghuni dengan satwa bebas [gajah, etc.] Konflik pemukim dengan masyarakat di sekitarnya dan/atau dengan satwa [gadjah, harimau] yang terganggu habitatnya Konflik pemukim baru dengan masyarakat sekitar [pemukim baru memperoleh fasilitas lebih baik] Timbul kecemburuan masyarakat lokal terhadap pendatang terkait dengan pemberian fasilitas bagi pendatang yang tidak dinikmati masyarakat lokal. Potensi gangguan keamanan dan sosial [potensi konflik internal di pemukiman dan antar komunitas satu dengan lainnya] . Konflik sosial dengan masyarakat di sekitarnya. Potensi perkembangan jumlah permukiman yang melampaui daya dukung lingkungan. o Perambahan hutan  Perambahan hutan untuk pemanfaatan non hutan (pertanian) --penting  Illegal logging --- penting. 17.

(23) Dampak Potensial berdasarkan hasil identifikasi     .    . Perambahan tahura [illegal logging, pertanian di dalam hutan] Perambahan hutan [tahura atau kawasan hutan lainnya] di sekitar permukiman pendatang Lokasi dan jalan menuju lokasi kegiatan pertanian belum jelas  potensi meningkatkan perambahan hutan [tahura] Illegal logging di Tahura Seulawah Perambahan tahura dan kawasan hutan lain oleh pemukim, a.l. dipicu oleh ketidaktepatan usaha/pekerjaan yang disiapkan dan/atau adanya investor untuk mengambil kayu dari hutan [pengambilan kayu dari hutan secara illegal saat ini telah berlangsung. Catatan: ketika berkunjung ke lapangan berpapasan dengan truk pengangkut kayu yang dicurigai sebagai illegal logging dari tahura dan/atau hutan di sekitar lokasi permukiman]. Perambahan hutan akibat aksesibilitas Tahura dan hutan lainnya semakin terbuka. Meningkatkan illegal logging karena mudah dan tidak sesuai dengan usaha/pekerjaan yang disediakan Peluang perambahan hutan, tahura, hutan lindung untuk lahan pertanian dan pengambilan kayu Potensi kebakaran hutan terkait dengan aktivitas pertanian atau lainnya.. o Ketidakpastian  Peraturan (status pemilikan, pemanfaatan lahan pertanian & luas) --- penting  Kesuaian & Keberlanjutan mata pencaharian & permukiman --penting Dampak Potensial berdasarkan hasil identifikasi   . . Ketidakjelasan status dan kepemilikan lahan [perlu kajian tentang kedua hal tsb.] Ketidakpastian lahan pertanian yang dijanjikan untuk dikelola masing-masing KK dapat menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemukim. Kekhawatiran pemukim meninggalkan lokasi permukiman [Pemindahan penduduk  perubahan pola usaha, dari perikanan ke pertanian [dikhawatirkan tidak sesuai dengan pola usaha lama  meninggalkan lokasi] Perubahan pola usaha ekonomi: perikanan laut menjadi petani.. 18.

(24)   . . . Potensi pemukim meninggalkan atau mengalihkan hak pemilikan rumah terkait dengan latar belakang pemukim yang sebagian besar bukan petani. Spekulasi kepemilikan rumah? Terkait dengan masalah [isi perjanjian] kontraktual antara pemda dengan pemukim seharusnya tepat sasaran dan berkelanjutan. Kepastian bagi pemukim harus juga mencakup kepastian usaha/pekerjaan dalam jangka panjang termasuk fasilitas/infrastruktur yang mengarah pada usaha pertanian berorientasi pasar. Kekhawatiran lahan pertanian yang dijanjikan [1 ha] tidak cukup. Terkait dengan hal ini, maka perlu kejelasan pola pertanian apa yang akan dikembangkan [pola orientasi pasar atau pola subsisten]. Bila pola yang dituju berorientasi pasar, maka perlu dukungan infrastruktur, sistem pemasaran dan permodalan. Isu alih kerja/usaha/profesi [hal ini sesuatu yang sulit sehingga perlu kajian sungguh-sungguh]. 3. Perubahan bentang lahan o Kompetisi pemanfaatan lahan --- penting o Peningkatan pengambilan material [sirtu dan kayu] terkait dengan peningkatan bangunan oleh pemukim dan/atau pendatang baru --penting o Kesuaian pemanfaatan lahan dengan RTRW --- penting Dampak Potensial berdasarkan hasil identifikasi Gangguan satwa bebas [gajah] karena perubahan bentang lahan Perubahan bentang alam di lokasi proyek termasuk di tahura Terjadi perubahan bentang alam Perubahan fungsi lahan dari kawasan hutan menjadi pola pemanfaatan pertanian yang dikhawatirkan akan diikuti perubahan status lahan [dari kawasan hutan menjadi non-hutan] o Status dan kesesuaian keberadaan permukiman [terhadap RTRW Kabupaten dan Propinsi]. o o o o. 4. Lain-lain o Potensi bencana kebakaran hutan, banjir dan tanah longsor. --penting o Rawan bencana merupakan daerah gunung berapi aktif --- tidak penting Bencana gunung berapi tidak relevan dengan kegiatan yang akan dilakukan, meskipun lokasi kegiatan pembangunan perumahan di. 19.

(25) Saree berada pada lokasi yang berpotensi terkena bencana gunung berapi dari Gunung Seulawah o Alternatif pengembangan jalan ke lokasi permukiman [dalam kaitannya dengan pemasaran hasil pertanian & mekanisme evakuasi dari bencana alam longsor, kebakaran hutan, dll] berdasarkan kondisi jalan eksisting --- penting o Dampak lalu lintas dalam bentuk risiko kecelakaan dan kemacetan jalan yang telah ada. --- tidak penting Dampak lalu lintas tidak penting untuk dikaji mengingat tingkat frekwensi lalu lintas dari dan ke permukiman relatif rendah dan diperkirakan dapat dikelola dengan sistem transportasi yang ada.. 20.

(26) Lampiran 3. Surat Penugasan Tim Teknis AMDAL Khusus. 21.

(27) Lampiran 4. Dokumentasi Rona Awal dalam Kegiatan Pelingkupan. Gambar 1. Papan petunjuk di jalan akses ke lokasi perumahan Saree. Gambar 2. Truk pengangkut kayu yang dicurigai sebagai hasil illegal logging dari taman hutan raya yang terlihat di jalan akses menuju lokasi kegiatan [Gambar tersebut sekaligus menujukkan kondisi jalan akses yang berlumpur dan labil]. 22.

(28) Gambar 3. Tumpukan material untuk pembangunan perumahan di lokasi kegiatan. Gambar 4. Peralatan berat dan beberapa unit rumah dalam tahap penyelesaian [Latar belakang adalah kondisi vegetasi di sekitar lokasi kegiatan – pemandangan dari atas]. 23.

(29) Gambar 4. Tumpukan material untuk pembangunan perumahan di lokasi kegiatan [Gambar latar belakang merupakan barak sebagian masyarakat Aceh yang berreintegrasi setelah pergerakan politik di Aceh beberapa waktu yang lalu. Mereka termasuk masyarakat yang akan menempati rumah yang dibangun]. Gambar 5. Fasilitas MCK umum yang tersedia di lokasi kegiatan (Sumber: CARE, 2006). 24.

(30)

Gambar

Gambar 1. Peta orientasi lokasi Pembangunan Perumahan di Saree, Blang Phon, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar
Gambar 2. Peta Lokasi Perumahan dan Penyediaan Lahan Pertanian (Sumber: CARE, 2006)
Gambar 3. Peta layout Rencana Pembangunan Perumahan (Sumber: CARE, 2006)
Gambar 4. Skema proses AMDAL yang akan dilakukan untuk Pembangunan Perumahan di Saree, Blang Phon, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar
+4

Referensi

Dokumen terkait

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport (Poerwanto dalam Dini, 2009) Prestasi belajar

Dalam kurun waktu kurang lebih 10 tahun atau dari tahun 1992 ke tahun 2002, terus terjadi perubahan pemanfaatan lahan di bentang lahan gumuk pasir pantai seperti yang

Jumlah sampel pada masing-masing kelompok juga berbeda karena data yang diambil oleh peneliti adalah data pasien yang memenuhi kriteria inklusi selama periode 1 Januari 2009 –

Termokopel merupakan sambungan (junction) dua jenis logam atau campuran yang salah satu sambungan logam tadi diberi perlakuan suhu yang berbeda dengan sambungan lainnya. Sambungan

Penataan bangunan dan lingkungan untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan di kawasan perkotaan (Polewali, Wonomulyo, Campalagian dan Tinambung). Peningkatan kapasitas dan

Millî-etnik kimlik duygusu çok güçlü olan Kırgı­ zistan entelijensiyasında, “en has” Orta Asya halkı, Orta As­ ya’dan Balkanlar’a bütün Türk kökenli

Retribusi Hasil Pemanfaatan Kayu Pada Hutan Hak atau Lahan Masyarakat adalah pungutan retribusi atas pengambilan hasil pemanfaatan kayu pada hutan hak berdasarkan

Akan tetapi, untuk penggunaan yang lebih efisien, VoIP server yang dibangun dapat diintegrasikan dengan VoIP server lainnya termasuk di luar negeri dengan pengaturan